8080 24157 1 PB
8080 24157 1 PB
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penggunaan model pembelajaran inquiry
training berbantuan media visual dan kreativitas terhadap keterampilan proses sains siswa SMP. Penelitian
dilaksanakan di SMP Amir Hamzah Medan. Sampel penelitian ditentukan secara cluster sampling, satu
kelas sebagai kelas eksperimen dibelajarkan dengan model pembelajaran inquiry training dan satu kelas
kontrol dibelajarkan secara konvensional. Instrumen penelitian terdiri atas tes keterampilan proses sains
dan tes kreativitas. Data dianalisis secara deskriftif dan inferensial. Analisis deskriftif mendiskripsikan
keterampilan proses sains dan kreativitas siswa, sedang analisis inferensial untuk menguji hipotesis
dengan Anova. Hasil penelitian diperoleh sebagai berikut. (1) keterampilan proses sains siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran inquiry training menggunakan media visual lebih baik
daripada yang dibelajarkan secara konvensional; (2) keterampilan proses sains siswa yang memiliki
kreativitas tinggi lebih baik daripada siswa dengan kreativitas rendah; dan (3) terdapat interaksi antara
model pembelajaran inquiry training dan pembelajaran konvensional dengan kreativitas siswa dalam
meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
Kata kunci: model pembelajaran inquiry training, kreativitas, keterampilan proses sains
Abstract: The goal of this research is to find out the effectsof visual media and creativity-assisted inquiry
training learning model on the science process skills of Junior High School students. This study was
carried out at Amir Hamzah Junior High School Medan in 2014/2015. The sample was selected through
cluster sampling: one experimental class was taught using inquiry training learning model and one control
class was taught using conventional learning model. Data were analyzed using descriptive and inferential
analysis. While the descriptive analysis was aimed at describing students’ science process skills and
creativity; inferential analysis,which was done through Anova, was carried out to examine hypotheses.
The results of this study show that (1) the science process skills of students who were taught using media
visual-assisted inquiry training learning model are better than those of students who were taught using
conventional learning model; (2) the science process skills of students who have high creativity are better
than those of students who have low creativity; and (3) there is an interaction between inquiry training
learning model and conventional learning model with students’ creativity in improving students’ science
process skills.
153
154
Kegiatan pembelajaran sains akan bermak- Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan
na bila pembelajarannya dilakukan sesuai dengan dengan meminta siswa mengemukakan penda-
hakikat sains itu sendiri. Belajar sains bukan pat tentang video pembelajaran, hasilnya yang
hanya mempelajari fakta, hukum, prinsip dan teori diingat oleh siswa hanyalah rumus yang tertera
tetapi juga mengalami bagaimana proses fakta pada video tersebut. Kondisi ini menyebabkan
dan prinsip tersebut diperoleh, pembelajaran tidak rendahnya hasil belajar siswa. Nilai rata-rata
terfokus pada guru, tetapi bagaimana membuat ujian kelas untuk pelajaran IPA hanya 68 dengan
siswa aktif membangun pengetahuannya sendiri, KKM 75. Terlihat juga pada saat praktikum di
menemukan dan mengembangkan fakta dan laboratorium siswa hanya cenderung mendengar
konsepnya sendiri melalui serangkaian metode dan mengikuti apa yang diperintahkan guru saja.
ilmiah. Kegiatan dalam metode ilmiah menye- Kurangnya kreativitas siswa dalam praktikum di
diakan pengalaman belajar yang menarik perha- laboratorium dan dalam belajar membuat siswa
tian siswa untuk belajar, siswa dapat melakukan kurang berperan dan aktif dalam kegiatan pem-
kegiatan sebagaimana layaknya seorang ilmuan belajaran. Salah satu materi pembelajaran dalam
menemukan konsep dan prinsip-prinsip dalam fisika yang kurang dipahami siswa adalah materi
fisika, dengan demikian diharapkan keterampilan alat optik, karena dalam pembelajaran yang
proses sains siswa meningkat. selama ini dilakukan siswa cenderung dituntut
Keterampilan proses sains adalah perang- untuk mengahafalkan rumus-rumusnya saja.
kat kemampuan kompleks yang biasa digunakan Sementara banyak konsep yang harus dijelaskan
oleh para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan dengan gambar video yang dapat memperlihatkan
ilmiah ke dalam rangkaian proses pembelajaran. keterangan pembiasan cahaya yang terdapat pada
Keterampilan proses sains sangat penting bagi alat-alat optik.
setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan Rendahnya hasil belajar dan keterampilan
metode ilmiah dalam mengembangkan sains proses sains siswa karena kegiatan pembelaja-
serta diharapkan memperoleh pengetahuan ran belum optimal memfasilitasi siswa. Untuk
baru atau mengembangkan pengetahuan yang mengembangkan keterampilan proses sains
telah dimiliki. Model pembelajaran yang cocok siswa diperlukan suatu model pembelajaran yang
untuk pembelajaran fisika harus memberikan melatih siswa agar trampil melalukan penyelidik-
kesempatan kepada siswa secara langsung untuk an ilmiah dalam menemukan konsep dan prinsip
menemukan, meningkatkan pemahaman ilmu serta hukum-hukum fisika. Salah satu cara yang
pengetahuannya, meningkatkan produktivitas dapat digunakan adalah melalui penerapan model
dalam belajar dan berfikir kreatif yang menda- pembelajaran inquiry training. Untuk memudah-
tangkan stimulus dalam diri siswa dengan rasa kan siswa dan guru dalam pembelajaran optik
ingin tahunya yang besar dan memungkinkan yang banyak gambar yang perlu diamati oleh
siswa tersebut untuk dapat menemukan sendiri siswa maka pembelajaran inquiry training ini
materi yang harus dipahaminya. Implementasi dilengkapi dengan media visual.
Kurikulum 2013 menghendaki pembelajaran sains Model pembelajaran inquiry training di-
tidak hanya berorientasi produk melainkan juga rancang agar siswa terlibat secara langsung ke
proses. Perubahan kurikulum ternyata belum dalam proses ilmiah yang dilakukan dalam lima
menunjukkan hasil seperti yang diharapkan, se- fase. Pase pertama, menunjukkan suatu peristiwa
bagian besar pembelajaran masih didominasi oleh yang membingungkan siswa sehingga siswa
guru cenderung diarahkan agar siswa menguasai mulai berhasrat untuk menyelidikinya lebih da-
kemampuan kognitif, sangat jarang diarahkan lam. Fase kedua, mengajukan pertanyaan. Setiap
untuk meningkatkan keterampilan proses sains pertanyaan, bagaimanapun harus dijawab de-
siswa. ngan kata “ya” dan “tidak”. Fase ketiga, setelah
Suasana pembelajaran berorientasi guru fakta dikumpulkan, siswa mulai diminta mencoba
juga terjadi di SMP Amir Hamzah Medan. Bela- mengembangkan hipotesis-hipotesis yang selu-
jar fisika dilakukan dianggap menghafal rumus ruhnya dapat menjelaskan apa yang sebenarnya
matematika sehingga pembelajaran membosan- terjadi melalui eksperimen. Pada fase keempat,
kan bagi siswa, sebagaimana dikatakan Abdulrah- siswa mengolah informasi yang mereka dapatkan
man dkk (2011:31) bahwa fisika adalah pelajaran selama pengumpulan merumuskan hipotesis. Pada
yang tidak menarik dan tidak diminati oleh siswa. fase kelima, siswa menganalisis strategi-strategi
pemecahan masalah yang telah mereka gunakan yang lain menjadi kontrol dengan menggunakan
selama penelitian (Joyce, et al, 2003:179). pembelajaran konvensional.
Model pembelajaran inquiry training Penelitian ini termasuk jenis penelitian
adalah sebuah kegiatan pembelajaran dimana quasi eksperiment, yaitu merupakan penelitian
siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran, yang bertujuan untuk mengetahui akibat dari
merumuskan pertanyaan, menyelidiki dan mem- “sesuatu” yang dikenakan pada “subjek”, yaitu
bentuk pengetahuan baru. Melalui penyelidikan siswa. Penelitian ini melibatkan dua kelas sampel
siswa dapat meningkatkan keterampilan proses yang diberi perlakuan yang berbeda. Pada kelas
sainsnya. Keterampilan proses sains dinyatakan eksperimen dengan model pembelajaran inquiry
sebagai kemampuan transfer konsep yang digu- training sedangkan kelas kontrol dengan model
nakan pada ilmu-ilmu sains yang mencerminkan pembelajaran konvensional. Desain penelitiannya
sikap seorang ilmuan. Keterampilan proses sains berupa Two Group Pretes-Postes Design.
mendukung munculnya perilaku sains dan par-
tisipasi aktif siswa, menghasilkan siswa yang Tabel 1. Rancangan Desain Penelitian
terampil meneliti sehingga menghasilkan siswa
berperilaku seperti seorang ilmuwan. Dengan
demikian, keterampilan proses sains ini sangat
penting dikembangkan dalam pembelajaran sains.
Aktivitas penyelidikan untuk memecahkan suatu
masalah berbagai keterampilan proses akan dapat
berkembang jika siswa memiliki kreativitas yang
Keterangan :
baik. X : Perlakuan untuk model pembelajaran inquiry training
Kreativitas merupakan kemampuan untuk : berbantuan media visual
memberikan gagasan-gagasan baru dan menerap- Y : Perlakuan untuk model pembelajaran konvensional.
kannya dalam pemecahan masalah. Kreativitas
meliputi, baik ciri-ciri aptitude seperti kelancaran, Variabel penelitian terdiri dari variabel
keluwesan, dan keaslian dalam pemikiran, mau- bebas, variabel moderator dan variabel terikat.
pun ciri-ciri non aptitude seperti rasa ingin tahu, Variabel bebas yaitu model pembelajaran in-
senang mengajukan pertanyaan, dan selalu ingin quiry training berbantuan media visual dan model
mencari pengalaman-pengalaman baru (Semia- pembelajaran konvensional. Variabel moderator
wan, 2009:32). Kreativitas merupakan faktor adalah kreativitas siswa, sedang variabel terikat
pendukung dalam pembelajaran inquiry train- adalah keterampilan proses sains (KPS) pada
ing dalam mencapai keterampilan proses sains materi pokok alat-alat optik.
siswa. Siswa dengan kreativitas yang tinggi mi- Data yang diperoleh dalam penelitian di
salnya akan dapat merumuskan berbagai macam analisis secara deskriftif dan inferensial. Analisis
hipotesis dari objek yang diamati serta memiliki deskriftif bertujuan untuk mendiskripsikan kete-
beberapa alternatif untuk membuktikan hipotesis rampilan proses sains dan kreativitas siswa. Anali-
yang diajukan. Selain itu, pembelajaran inquiry sis inferensial untuk menguji hipotesis penelitian
training dalam pembelajaran alat-alat optik da- dilakukan dengan anava. Sebelum dilakukan uji
pat mengembangkan keterampilan proses sains hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas
siswa. dan homogenitas. Selanjutnya karena Ho ditolak
dilanjutakan uji lanjut dengan Scheffe Test karena
METODE isi sel tak sama menggunakan bantuan software
Populasi dalam penelitian ini adalah se- SPSS 17.
luruh siswa kelas VIII semester II SMP Swasta
Amir Hamzah Medan Tahun ajaran 2014/2015 HASIL DAN PEMBAHASAN
yang berjumlah tiga kelas sebanyak 97 orang. Hasil Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Analisis Deskriptif Keterampilan Proses
cluster random class. Sampel diambil sebanyak Sains
dua kelas dari jumlah populasi yaitu satu kelas Hasil analisis deskriptif keterampilan pro-
menjadi kelas eksperimen dengan menggunakan ses sains (KPS) disajikan pada Tabel 2.
model pembelajaran inquiry training dan kelas
Efek Penggunaan Model Pembelajaran Inquiry Training Berbantuan Media Visual ...
156
pretes KPS kedua kelompok pembelajaran. Hasil dan untuk pembelajaran konvensional adalah
uji kesamaan Rata-rata pretes dilakukan dengan 73,75. Keterampilan proses sains pada kedua
uji-t dua pihak , hasilnya dapat dilihat pada Tabel kelompok siswa ini dapat dilihat pada Gambar
5. 1.
Data tabel 5 menunjukkan nilai sig. > 0,05.
Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa
tidak ada perbedaan pretes KPS kedua kelompok
pembelajaran, dengan kata lain kedua kelompok
pembelajaran memiliki kemampuan awal yang
sama. Setelah dilakukan uji persyaratan analisis
data selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis.
Untuk persiapan uji hipotesis dilakukan perhi-
tungan rata-rata KPS untuk tiap kelompok. Rang-
kuman data hasil penelitian persiapan untuk anava
dapat dilihat pada Tabel 6.
Berdasarkan Tabel 6, selanjutnya diolah
dengan teknik analisis varians faktorial 2 x 2, dan
diperoleh ringkasan hasil perhitungan uji anava Gambar 1. Skor Keterampilan Proses Sains
seperti pada Tabel 7.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis se- (2) Keterampilan proses sains siswa yang memili-
perti data tabel di atas temukan sebagai berikut: ki kreativitas tinggi lebih baik dari pada siswa
(1) Keterampilan proses sains siswa yang di- yang memiliki kreativitas rendah. Diagram per-
belajarkan model pembelajaran inquiry bandingan kreativitas tinggi dan rendah ber-
training lebih baik daripada pembelajaran dasarkan hasil keterampilan proses sains yang
konvensional. Rata-rata keterampilan proses menggunakan model pembelajaran inquiry
sains siswa yang dibelajarkan dengan model training dan pembelajaran konvensional dapat
pembelajaran inquiry training adalah 83,64 dilihat pada Gambar 2.
Efek Penggunaan Model Pembelajaran Inquiry Training Berbantuan Media Visual ...
158
siswa dengan pembelajaran konvensional dia visual berupa video pembelajaran membuat
walau siswa pada kedua kelompok memiliki pembelajaran menarik dan menyenangkan bagi
tingkat kreativitas belajar yang tinggi. siswa. Video pembelajaran membantu siswa me-
(3) Terdapat perbedaan keterampilan proses mahami konsep optik yang abstrak, karena salah
sains siswa yang dibelajarkan dengan model satu alasan utama kesulitan siswa belajar fisika
pembelajaran inquiry training yang memiliki adalah konsepnya yang abstrak, penuh teori dan
tingkat kreativitas tinggi dengan pembela- rumus matematis (Suzuk, et. al. 2011:66). Peng-
jaran konvensional yang memiliki tingkat gunaan video yang didalamnya terdapat gambar-
kreativitas rendah. Hal ini membuktikan gambar yang menarik dan jelas tentang pembiasan
bahwa model pembelajaran dan kreativitas dan pemantulan pada alat-alat optik membuat
belajar sangat mempengaruhi keterampilan pembelajaran menarik bagi siswa. Siswa dapat
proses sains siswa. Tingkat kreativitas bela- melakukan pengulangan pada bagian yang sulit
jar dan model pembelajaran yang berbeda, dipahami sehingga mempermudah siswa untuk
siswa dengan tingkat kreativitas belajar yang membentuk konsep melalui pengalaman yang
tinggi dan diberikan model inquiry training diperolehnya.
memperoleh hasil keterampilan proses sains Pembelajaran dengan inquiry training lebih
yang lebih baik dibandingkan siswa dengan efektif mengembangkan keterampilan proses sains
tingkat kreativitas belajar rendah yang diberi siswa dikarenakan indikator-indikator keterampil-
pembelajaran konvensional. an proses sains sangat relevan dan terintergrasi
(4) Tidak ada perbedaan keterampilan proses dalam langkah-langkah pembelajaran inquiry
sains siswa yang dibelajarkan dengan model training. Indikator-indikator keterampilan porses
pembelajaran inquiry training dan konven- sains yang terdiri dari melakukan pengamatan
sional untuk siswa yang memiliki tingkat (observasi), inferensi, mengajukan pertanyaan,
kreativitas rendah. Hal ini dapat diperoleh menafsirkan hasil pengamatan (interpretasi),
karena siswa di kedua kelompok memiliki mengelompokkan (klasifikasi), meramalkan
tingkat kreativitas belajar yang rendah se- (prediksi), berkomunikasi, membuat hipotesis,
hingga walaupun model pembelajaran yang merencanakan percobaan atau penyelidikan,
diberikan berbeda tetap menghasilkan kete- menerapkan konsep atau prinsip, dan keterampil-
rampilan proses sains yang relatif sama. an menyimpulkan semuanya dapat berkembang
dalam pembelajaran inquiry training.
Pembahasan Fase pertama pembelajaran inquiry train-
Efek Model Pembelajaran terhadap Keteram- ing adalah menyajikan masalah atau pertanyaan
pilan Proses Sains dengan cara guru mengajukan situasi permasa-
Hipotesis pertama untuk mengetahui ke- lahan yang dapat membingungkan siswa (puzzle
terampilan proses sains yang dibelajarkan dengan event) dapat melatih siswa memilki keterampilan
model pembelajaran yang berbeda. Hasil uji hipo- meramalkan/memprediksi jawaban dari per-
tesis menunjukkan bahwa keterampilan proses masalahan, melatih siswa mengajukan pertanyaan
sains siswa yang dibelajarkan menggunakan untuk mencari jawaban dari permasalahan yang
model inquiry training berbantuan media visual diberikan guru dan jawaban yang diberikan guru
lebih baik daripada yang dibelajarkan menggu- hanya sebatas kata ya atau tidak sehingga siswa
nakan model konvensional. Secara empirik hasil merasa tertantang untuk mencari jawabannya.
penelitian ini sejalan hasil penelitian Simsek Mengamati dan mengajukan pertanyaan sangat
dan Kabapinar (2010:1190-1191); Vaishnav diperlukan dalam pembelajaran sebagaimana
(2013:1219); Abdi (2014:37) memperoleh bahwa dikatakan Siswanto, dkk (2014:115) bertanya dan
hasil belajar dan keterampilan proses sains siswa menjawab pertanyaan itu sangat penting tanpa
dengan model pembelajaran inkuiri berbeda de- memperdulikan apa isi dari yang mereka tanya-
ngan hasil belajar konvensional. Selain itu Ergul, kan, karena dapat meningkatkan keterampilan
et.al (2011:63) memperoleh bahwa metode inquiry proses sains siswa.
based teaching dapat meningkatkan keterampilan Pada fase kedua, siswa mengumpulkan
proses sains siswa. informasi tentang peristiwa yang mereka lihat/
Penyebabnya adalah karena kegiatan model amati dapat melatih kemampuan siswa dalam
pembelajaran inquiry training berbantuan me- mengamati atau mengobservasi suatu kejadian,
Efek Penggunaan Model Pembelajaran Inquiry Training Berbantuan Media Visual ...
160
rendah selalu mengharapkan bimbingan dari guru, model pembelajaran yang berbeda. Hasil peneli-
takut berbuat, sulit mendapatkan alternatif penye- tian menunjukkan adanya interaksi antara model
lesaian masalah, malu mengemukakan pertanyaan pembelajaran inquiry training dan kreativitas
dan jawaban karena takut salah. Selain itu dalam terhadap keterampilan proses sains. Siswa dengan
memecahkan suatu masalah kurang melibatkan kreativitas tinggi jika dibelajarkan dengan model
kemampuan penalaran. inquiry training memperoleh skor keterampilan
Kreativitas merupakan keterampilan fisik proses sains yang lebih tinggi. Hal senada Raha-
dan mental terkait dengan kemampuan-kemam- yu dkk (2011:106-110); Deta dkk (2013:28-34)
puan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai, dan menyatakan bahwa bahwa kemampuan berpikir
diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, se- kreatif dapat meningkatkan keterampilan proses
hingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu sains dan siswa dengan kreativitas tinggi memiliki
yang baru.Dengan mengembangkan keterampilan hasil belajar paling baik dibandingkan kelompok
proses nantinya siswa akan mampu menemukan lainnya. Siswa dengan kreativitas lebih tinggi
dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut lebih empati terhadap teman satu kelompok, tepat
(Semiawan, 1992:12). waktu dalam melaksanakan percobaan dan rajin
Dalam pembelajaran permasalahan yang dalam mengerjakan tugas, cenderung cepat dan
disajikan guru cenderung bersifat terbuka se- tanggap dalam menyelesaikan permasalahan yang
hingga lebih mudah dikerjakan oleh siswa dengan terdapat dalam pelaksanaan percobaan. Dengan
kreativitas tinggi. Pada langkah ketiga, setelah demikian kreativitas sangat dibutuhkan dalam
fakta dikumpulkan, siswa diminta mengem- pembelajaran inquiry training agar tercapai ke-
bangkan hipotesis-hipotesis yang seluruhnya terampilan proses sains. Indikator kreativitas yaitu
dapat menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi berpikir original, berpikir lancar, berpikir luwes
melalui eksperimen. Pada tahap kempat, siswa dan berpikir terperinci semuanya mendukung
mengolah informasi yang mereka dapatkan se- pencapaian keterampilan proses sains.
lama pengumpulan merumuskan hipotesis. Pada Model pembelajaran inquiry training mem-
tahap kelima, siswa menganalisis strategi-strategi berikan kebebasan bagi siswa untuk mendesain
pemecahan masalah yang telah mereka gunakan proses pembelajaran yang mereka inginkan,
selama penelitian. Siswa dengan kreativitas tinggi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ter-
dapat memberikan beberapa hipotesis, mampu tera dalam permasalahan. Solusi dari masalah
memprediksi jawaban permasalahan serta mampu diperoleh melalui kegiatan eksperimen dengan
merancang dan melaksanakan percobaan untuk melakukan minds on dan hands on. Partisipasi
membuktikan hipotesis yang diajukan. siswa dalam kegiatan penyelidikan melalui eks-
Jika hipotesis yang diajukan tidak terbukti perimen mendorong siswa untuk mengajukan per-
siswa dengan kemampuan berpikir lancar sebagai tanyaan, mengajukan hipotesis, membuat predik-
aspek dari kreativitas dapat mencari alternatif si, menggunakan alat-alat untuk mengumpulkan
pemecahan masalah dengan berbagai macam ide dan menganalisis data, membuat kesimpulan,
yang original, dapat mengatasi berbagai situasi membangun argumen, mengkomunikasikan
yang dihadapinya dalam kehidupan seharihari. temuan, dan menggunakan strategi penalaran
Sementara siswa yang memiliki kreativitas rendah luas yang melibatkan keterampilan berpikir kritis,
akan merasa kesulitan menyelesaikan masalah, kreatif, kausal, dan berpikir logis (Chin & Chia,
jika terjadi kendala siswa akan putus asa dan 2005:44-67).
tidak mampu melaksanakan kegiatan belajarnya Langkah-langkah pembelajaran inquiry
secara efektif. Hal inilah yang menyebabkan training mulai dari mengidentifikasi masalah,
bahwa siswa dengan kereativitas tinggi memiliki mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis,
keterampilan proses sains lebih tinggi dari siswa mengumpul data, menganalisis dan menyimpul-
dengan kereativitas rendah. kan data serta mengkomunikasikannya dapat
dilakukan dengan baik oleh siswa dengan kreativi-
Interaksi Model Pembelajaran dan Kreativi- tas tinggi. Pada fase awal guru meminta siswa
tas terhadap Keterampilan Proses Sains mengajukan pertanyaan tentang objek pertanyaan
Hipotesis tiga untuk mengetahui perbedaan yang hanya bisa dijawab guru dengan kata ya atau
keterampilan proses sains siswa yang memiliki tidak. Pada fase ini siswa diharapkan mengemu-
kreativitas yang berbeda dan dibelajarkan dengan kakan banyak pertanyaan yang bervariasi, mampu
Efek Penggunaan Model Pembelajaran Inquiry Training Berbantuan Media Visual ...
162
melihat masalah dari berbagai macam sudut gan lancar. Kepada Prof. Sahyar, M.Si, M.M, Dr.
pandang, memberikan macam-macam penafsiran Ridwan A. Sani, Prof Nurdin Bukit, M.Si, selaku
(interpretasi) terhadap masalah yang hanya dapat narasumber yang telah banyak membimbing tim
dilakukan oleh siswa dengan kreativitas tinggi peneliti dalam pelaksanaan penelitian.
karena memiliki kemampuan berpikir lancar dan
luwes. DAFTAR PUSTAKA
Sebaliknya, siswa dengan kreativitas ren- Abdi, Ali. 2014. “The Effect of Inquiry-based
dah selalu mengajukan pertanyaan yang meminta Learning Method on Students’ Academic
guru menjelaskan karena sulit mengajukan perta- Achievement in Science Course”. Uni-
nyaan yang mengarah kepada hipotesis yang akan versal journal of Education Reseach 2(1):
diajukan. Pada fase merumuskan hipotesis siswa 37-41.
diharapkan mampu memprediksi serta menginter-
pretasi jawaban masalah secara abstrak, dapat Abdulrahman, Liliasari, A. Rusli, & Waldrip,
mengembangkan gagasan untuk menguji hipote- Bruce, 2011. “Implementasi Pembelajaran
sis, dengan demikan agar terlaksana dengan baik Berbasis Multirepresentasi untuk Pening-
diperlukan kemampuan berpikir lancar, luwes dan katan Penguasaan Konsep Fisika Kuan-
terperinci. Pada fase melaksanakan eksperimen tum”, dalam Cakrawala Pendidikan, Jurnal
siswa dituntut agar dapat melaksanakan eksperi- Ilmiah Pendidikan XXX (1) hlm 30-45.
men secara cepat dan tepat, jika ada yang tidak
cocok siswa dengan kreativitas tinggi segera dapat Chin, C & Chia, L. 2005. Problem-Based Learning:
mengulang kembali eksperimen dan memperbaiki Using Ill-Structured Problem in Biology
hasil penyelidikannya. Fase mengkomunikasi- Project Work. Science Education. 90 (1).
kan dibutuhkan kemampuan berpikir original 44-67.
dan berpikir lancar. Siswa dengan kemampuan
berpikir original penuh percaya diri mampu me- Deta, U. A, Suparmi, S. Whida. “Pengaruh Metode
nyajikan hasil yang diperoleh meskipun berbeda Inkuiri Terbimbing dan Proyek, Kreativitas,
dari pendapat pada umumnya sekaligus dapat serta Keterampilan Proses Sains terhadap
mengambil kesimpulan atas pertimbangannya Prestasi Belajar Siswa”. Jurnal Pendidikan
sendiri. Dengan demikian, kreativitas siswa pada Fisika Indonesia 9 (2013), 28-34.
pembelajaran inquiry training mendukung penca-
paian keterampilan proses sains siswa. Ergul, R., Yeter, S., Sevgul, C., Zehra, O., Sirin,
G., Meral, S. 2011. “ Effect of Inquiry-base
SIMPULAN Science Teaching on Elementary Scholl
Berdasarkan analisis data dari hasil pene- Students’ Science Process Skills and Scie-
litian yang telah dilakukan dapat dikemukakan nce Attitude”. Bulgarian Journal for the
beberapa kesimpulan sebagai berikut. Pertama, Scholarship of Teaching and Learning.
model pembelajaran inquiry training mengguna- Vol.5. No.1: 49-68.
kan media visual lebih baik dalam meningkatkan
keterampilan proses sains siswa daripada pembe- Folmer, V., Barbosa, N. B. V. Soares, F. A., &
lajaran konvensional. Kedua, hasil keterampilan Rocha, J. B. T. 2009. “Eksperimental
proses sains siswa yang memiliki kreativitas tinggi Activies Base on Ill- Structured Problem
lebih baik dibandingkan dengan siswa yang me- Brazilian School Understanding of Na-
miliki kreativitas rendah. Ketiga, terdapat inter- ture of Scientific Knowledge”. Journal of
aksi model pembelajaran inquiry training dan Research in Science Teaching. 8 (1) hlm
konvensional dengan kreativitas terhadap kete- 232-254.
rampilan proses siswa.
Joyce Bruce, Marsha Weil and Emily Calhoun.
UCAPAN TERIMAKASIH 2013. Models of Teaching, Eight Edition.
Ucapan terimakasih kami sampaikan ke- New Jersey: Allyn and Bacon.
pada: Ibu Siti Fatimah, S.Pd selaku Kepala SMP
Amir Hamzah Medan, yang telah banyak mem- Mulbar, Usman, 2015. “Pengembangan Desain
bantu sehingga penelitian ini dapat terlaksana den- Pembelajaran Matematika dengan Meman-
faatkan Sistem Sosial Masyarakat”. Jurnal Scientifiec Process Skills and Sains At-
Cakrawala Pendidikan, Juni 2015, Tahun titudes”, Procedia -Social and Behavioral
XXXIV, No.2, 278-287. Sciences, Vol 2. 1190-1194.
Rahayu, E., Susanto, H., & Yulianti, D. 2011. Sopiah, S. Wiyanto., Sugianto. 2009. “Pembiasa-
“Pembelajaran Sains dengan Pendekatan an Bekerja Ilmiah pada Pembelajaran Sains
Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Fisika untuk Siswa SMP”. dalam Jurnal
Hasil belajar dan Kemampuan Berpikir Pendidikan Fisika Indonesia 5(1) 14-19.
Kreatif Siswa”. Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia, Vol. 7 No. 2 :106-110. Siswanto, Kaniawati, I., & Suhandi, A. 2014.
“Penerapan Model Pembelajaran Pem-
Saguni, Fatimah. 2013. Efektivitas Metode Pro- bangkit Argumen Menggunakan metode
blem Base Learning, Cooperative Learning Saintifik untuk Meningkatkan Kemampuan
Type Jigsaw dan Ceramah sebagai Problem Kognitif dan Keterampilan Berargumentasi
Solving dalam Mata Kuliah Perencanaan Siswa “. Jurnal Pendidikan Fisika Indone-
Pembelajaran. Jurnal Cakrawala Pen- sia, 10 (2): 104-116.
didikan, Juni 2013, Tahun XXXII, No.2,
207-219. Suzuk, E., M.Ali Corlu, Cem Gurel. 2011. “Stu-
dents’ Perception of Learning Efficiency
Semiawan, C.R. 2009. Kreativitas Keberbakatan. of Introductory Physics Course”. Eurasian
Jakarta : PT. Indeks. Journal of Physics and Chemistry Educa-
tion (EJPCE): 65-71.
Semiawan, C.R. 1992. Kreativitas Keberbakatan.
Jakarta : PT. Indeks. Vaishnav, R. 2013. ‘Effectiveness of Inquiry
Training for Teaching Science”. Scholary
Simsek, P. & Kabapinar, F. 2010. “The Effect of Research Journal for Interdisiplinary Stud-
Inquiry Base Learning on Elementary Stu- ies. Vol.1: 1216-1220.
dents Conceptual Undestanding of Matter,
Efek Penggunaan Model Pembelajaran Inquiry Training Berbantuan Media Visual ...