Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak dapat
dipungkiri oleh siapapun. Kesadaran bahwa setiap orang tidak akan maju tanpa pendidikan, menjadi
indikasi kepedulian terhadap pendidikan. Pendidikan pada hakikatnya merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh anak didik yang berakibat terjadinya perubahan pada diri pribadinya. Prinsip ini
mengandung arti bahwa yang harus diutamakan adalah kegiatan belajar anak didik bukannya sesuatu
yang diberikan kepada anak didik.1 Sesuai dengan uraian diatas, menurut UU Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 1 yaitu “Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlakmulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan Negara

Salah satu pembelajaran terkini yang dapat dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran yaitu
dengan pembelajaran berbasis Science, Technology, Engineering and Mathematic (STEM). Pembelajaran
STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) merupakan sebuah pendekatan
pembelajaran yang menggunakan pendekatan antar ilmu dimana pengaplikasiannya dilakukan dengan
pembelajaran aktif berbasis masalah. Pendidikan STEM mampu membangun kompetensi seperti rasa
ingin tahu, kreativitas, toleransi dan ambiguitas. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut
menuntun siswa dalam proses menumbuhkan proses berpikir kreatif untuk memecahkan berbagai
masalah yang ada. Pendidikan STEM memiliki peranan yang cukup penting dalam pendidikan modern.15
Karena, saat ini siswa yang nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa akan menghadapi
permasalahan yang lebih kompleks di masa yang akan datang.

Senada dengan itu Ali Bin Abu Tholib berpesan “Didiklah anak-anakmu dengan pengajaran yang baik.
Sebab ia diciptakan untuk zaman yang berbeda dengan zamanmu”.16 Pesan tersebut mendorong kita
untuk mempersiapkan anakanak kita untuk serba bisa, luwes, cepat menyesuaikan diri, dan mampu
mengambil keputusan yang tepat. Mengingat permasalahan yang ada semakin kompleks, maka penting
mengembangkan pola pikir kreatif peserta didik dalam proses pembelajaran yang berlangsung.
Pembelajaran berbasis Science, Technology, Engineering and Mathematics (STEM) yang
mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dengan proses yang aktif dan menghubungkannya kedalam
kehidupan sehari-hari erat kaitannya dengan QS. Ali-Imron:190-191 yaitu:  
         
Revolusi Industri 4.0: Pengertian, Prinsip,
dan Tantangan Generasi Milenial
Oleh
 Guest Post
Pengertian Revolusi Industri 4.0
Daftar Isi
Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan revolusi industri 4.0? Secara singkat,
pengertian industri 4.0 adalah tren di dunia industri yang menggabungkan
teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber.

Pada industri 4.0, teknologi manufaktur sudah masuk pada tren otomatisasi dan
pertukaran data. Hal tersebut mencakup sistem cyber-fisik, internet of things (IoT),
komputasi awan, dan komputasi kognitif.

Tren ini telah mengubah banyak bidang kehidupan manusia, termasuk ekonomi,


dunia kerja, bahkan gaya hidup manusia itu sendiri. Singkatnya, revolusi 4.0
menanamkan teknologi cerdas yang dapat terhubung dengan berbagai bidang
kehidupan manusia.
Prinsip Rancangan Industri 4.0
Dikutip dari Wikipedia, revolusi industri 4.0 memiliki empat prinsip yang
memungkinkan setiap perusahaan untuk mengidentifikasi dan
mengimplementasikan berbagai skenario industri 4.0, diantaranya adalah:

1. Interoperabilitas (kesesuaian); kemampuan mesin, perangkat, sensor,


dan manusia untuk terhubung dan saling berkomunikasi satu sama lain
melalui media internet untuk segalanya (IoT) atau internet untuk
khalayak (IoT).
2. Transparansi Informasi; kemampuan sistem informasi untuk
menciptakan salinan dunia fisik secara virtual dengan memperkaya model
pabrik digital dengan data sensor.
3. Bantuan Teknis; pertama kemampuan sistem bantuan untuk membantu
manusia mengumpulkan data dan membuat visualisasi agar dapat
membuat keputusan yang bijak. Kedua, kemampuan sistem siber-fisik
untuk membantu manusia melakukan berbagai tugas yang berat, tidak
menyenangkan, atau tidak aman bagi manusia.
4. Keputusan Mandiri; kemampuan sistem siber-fisik untuk membuat
keputusan dan melakukan tugas semandiri mungkin.

Sudah Siapkah Menghadapi Revolusi Industri 4.0?


Revolusi industri 4.0 akan membawa banyak perubahan dengan segala
konsekuensinya, industri akan semakin kompak dan efisien. Namun ada pula risiko
yang mungkin muncul, misalnya berkurangnya Sumber Daya Manusia karena
digantikan oleh mesin atau robot.

Dunia saat ini memang tengah mencermati revolusi industri 4.0 ini secara saksama.
Berjuta peluang ada di situ, tapi di sisi lain terdapat berjuta tantangan yang harus
dihadapi.

Apa sesungguhnya revolusi industri 4.0? Prof. Klaus Martin Schwab, teknisi dan
ekonom Jerman, yang juga pendiri dan Executive Chairman World Economic Forum,
yang pertama kali memperkenalkannya. Dalam bukunya The Fourth Industrial
Revolution (2017), ia menyebutkan bahwa saat ini kita berada pada awal sebuah
revolusi yang secara fundamental mengubah cara hidup, bekerja dan berhubungan
satu sama lain.

Perubahan itu sangat dramatis dan terjadi pada kecepatan eksponensial.


Perubahan yang sangat berpengaruh dalam kehidupan di banding era revolusi
industri sebelumnya.

1. Pada revolusi Industri 1.0, tumbuhnya mekanisasi dan energi berbasis uap
dan air menjadi penanda.Tenaga manusia dan hewan digantikan oleh
kemunculan mesin. Mesin uap pada abad ke-18 adalah salah satu
pencapaian tertinggi. Revolusi 1.0 ini bisa meningkatkan perekonomian yang
luar biasa. Sepanjang dua abad setelah revolusi industri pendapatan
perkapita negara-negara di dunia meningkat enam kali lipat.
2. Revolusi Industri 2.0 perubahannya ditandai dengan berkembangnya energi
listrik dan motor penggerak. Manufaktur dan produksi massal terjadi.
Pesawat telepon, mobil, dan pesawat terbang menjadi contoh pencapaian
tertinggi.
3. Perubahan cukup cepat terjadi pada revolusi Industri 3.0. Ditandai dengan
tumbuhnya industri berbasis elektronika, teknologi informasi, serta
otomatisasi. Teknologi digital dan internet mulai dikenal pada akhir era ini.
4. Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan berkembangnya Internet of/for
Things(IoT)., kehadirannya begitu cepat.Banyak hal yang tak terpikirkan
sebelumnya, tiba-tiba muncul dan menjadi inovasi baru, serta membuka
lahan bisnis yang sangat besar. Munculnya transportasi dengan sistem ride-
sharing seperti Go-jek, Uber, dan Grab. Kehadiran revolusi industri 4.0
memang menghadirkan usaha baru, lapangan kerja baru, profesi baru yang
tak terpikirkan sebelumnya.

Pendapat Ahli Tentang Revolusi Industri 4.0


Ada beberapa pendapat para ahli tentang revolusi industri 4.0, yang pertama
menurut Jobs Lost, Jobs Gained: Workforce Transitions in a Time of Automation, yang
dirilis McKinsey Global Institute (Desember 2017), pada 2030 sebanyak 400 juta
sampai 800 juta orang harus mencari pekerjaan baru, karena digantikan mesin.

Pendapat yang kedua, menurut Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional,


Bambang P.S. Brodjonegoro, mempunyai pendapat yang sama dengan McKinsey &
Co. Menurutnya, memasuki revolusi industri 4.0 Indonesia akan kehilangan 50
jutapeluang kerja.

Pendapat yang ketiga, menurut menteri Perindustrian Airlangga Hartarto,


sebaliknya. Revolusi industri 4.0 justru memberi kesempatan bagi Indonesia untuk
berinovasi. Revolusi yang fokus pada pengembangan ekonomi digital dinilai
menguntungkan bagi Indonesia. Pengembangan ekonomi digital adalah pasar dan
bakat, dan Indonesia memiliki keduanya. Ia tidak sependapat bahwa revolusi
industri 4.0 akan mengurangi tenaga kerja, sebaliknya malah meningkatkan
efisiensi.

Program Making Indonesia 4.0


Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan meluncurkan program Making
Indonesia 4.0 yang merupakan peta jalan (roadmap) terintegrasi dan kampanye
untuk mengimplementasikan strategi menghadapi era revolusi industri ke-4
(Industry 4.0). Roadmap tersebut akan diluncurkan pada 4 April 2018.
Sebagai langkah awal dalam menjalankan Making Indonesia 4.0,  terdapat lima
industri yang menjadi fokus implementasi industri 4.0 di Indonesia, yaitu:
1. Makanan dan minuman
2. Tekstil
3. Otomotif
4. Elektronik
5. Kimia
Lima industri ini merupakan tulang punggung, dan diharapkan membawa
pengaruh yang besar dalam hal daya saing dan kontribusinya terhadap ekonomi
Indonesia menuju 10 besar ekonomi dunia di 2030. Kelima sektor inilah yang akan
menjadi contoh bagi penerapan industri 4.0, penciptaan lapangan kerja baru dan
investasi baru berbasis teknologi.

Industri 4.0 di Indonesia akan menarik investasi luar negeri maupun domestik di
Indonesia, karena industri di Indonesia lebih produktif dan sanggup bersaing
dengan negara-negara lain, serta berusaha semakin baik yang disertai dengan
peningkatan kemampuan tenaga kerja Indonesia dalam mengadopsi teknologi.
Revolusi mental juga harus dijalankan, mulai dari mengubah mindset  negatif dan
ketakutan terhadap industri 4.0 yang akan mengurangi lapangan pekerjaan atau
paradigma bahwa teknologi itu sulit.

Kita harus berusaha untuk terus-menerus meningkatkan kemampuan belajar,


ketrampilan yang sesuai dengan kebutuhan era industri 4.0, sehingga kita akan
mempunyai daya saing yang lebih kuat. Kita tentu berharap industri 4.0 tetap
dalam kendali. Harus tercipta kesadaran bersama baik oleh pemerintah, dunia
usaha maupun masyarakat, bahwa perubahan besar dalam industri 4.0 adalah
keniscayaan yang tidak bisa dihindari.

Dengan segala potensi yang ada kita harus menjadi pelaku aktif yang mendapat
manfaat atas perubahan besar itu. Tantangan ke depan adalah
meningkatkan skill  tenaga kerja di Indonesia, mengingat 70% angkatan kerja adalah
lulusan SMP. Pendidikan sekolah vokasi menjadi suatu keharusan agar tenaga kerja
bisa langsung terserap ke industri.

Selain itu Pemerintah perlu meningkatkan porsi belanja riset baik melalui skema
APBN atau memberikan insentif bagi Perguruan Tinggi dan perusahaan swasta.
Saat ini porsi belanja riset Indonesia hanya 0,3% dari PDB di tahun 2016, sementara
Malaysia 1,1% dan China sudah 2%. Belanja riset termasuk pendirian techno park  di
berbagai daerah sebagai pusat sekaligus pembelajaran bagi calon-calon
wirausahawan di era revolusi industri 4.0.
Harapannya tingkat inovasi Indonesia yang saat ini berada diperingkat 87 dunia
bisa terus meningkat sehingga lebih kompetitif di era transisi teknologi saat ini.
Kesimpulannya revolusi industri 4.0 bukanlah suatu kejadian yang menakutkan,
justru peluang makin luas terbuka bagi anak bangsa untuk berkontribusi terhadap
perekonomian nasional.

Artikel dikirim oleh  Viranda Tresya,


Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)

Anda mungkin juga menyukai