Anda di halaman 1dari 83

ASPEK YURIDIS PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

DAN KEPALA DESA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA


YANG BAIK DI DESA TEGALLALANG KECAMATAN TEGALLALANG
KABUPATEN GIANYAR

(Studi Kasus Di Desa Tegallalang Kecamatan Tegallalang Kabuaten Gianyar)

OLEH :

I WAYAN AGUS ADITYA

NPM : 1510121239

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan
petunjuk-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan skripsi
ini dengan sebaik- baiknya. Shalawat beriring salam kepada junjugan kita Nabi Muhammad SAW yang
telah membimbing umat-Nya kejalan Islam dan ilmu pengetahuan. Penulisan skripsi ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) dalam Ilmu Hukum
Universitas Warmadewa dengan judul “Aspek Yuridis Peran Badan Permusyawaratan Desa (Bpd)
Dan Kepala Desa Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Yang Baik Di Desa Tegallalang
Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar)”.

Dalam rangka proses tersusun nya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

dan bimbingan, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada yang

terhormat:

1. Bapak Prof. Dr.I Made Budiasa, SH ,MH, selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Warmadewa yang telah memberikan dorongan dan

motivasi selama penulis menjalankan stu

2. Ibu Anak Agung Sagung Laksmi Dewi , SH, MH, selaku Dosen

pembimbing I yang telah banyak memberikan bantuan dan bimbingan

dalam Menyusun skripsi ini.

3. Ibu Luh Putu Suryani ,SH,MH selaku Dosen pembimbing II yang telah

banyak membantu dan memberikan arahan dalam menyusun skripsi

ini.

4. Bapak / Ibu Dosen serta seluruh staf dan pegawai Fakultas Hukum

Universitas Warmadewa.

5. Kedua orang tua penulis yang telah banyak berkorban baik moril

,material dan motivasi serta doa restu tulus.

6. Rekan-rekan yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang juga

sangat mendorong penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, besar harapan kami semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan khususnya Ilmu Hukum dan bermanfaat bagi banyak orang

yang membutuhkan.
ABSTRAK

Berdasarkan UU No.32 tahun 2004 pemerintah desa merupakan garda terdepan dari pemerintah pusat, kerena
pemerintah desa berhubungan langsung dengan masyarakat desa. Sehingga diharapkan secara efektif dapat
menjalankan tugas-tugas pemerintah pusat, baik secara hukum dan politik untuk mewujudkan
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih baik dan akuntabel sesuai dengan aspirasi masyarakat.
Dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan sehari-hari pemerintah desa dapat bekerja sama dengan BPD.
BPD mempunyai peran normative sebagai alat control pemerintah desa. Akan tetapi, dalam konteks good
governance, pendekatan kemitraan (partnership) lebih relevan ketimbang pendekatan konfrontatif, yang
memungkinkan terjadi kesejajaran antara pemerintah desa (eksekutif) dan BPD (legeslatif), tanpa harus
mengurangi makna control BPD. Sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa, peran BPD memiliki
posisi yang strategis dalam menjawab kebutuhan masyarakat sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat
desa setempat. Perannya sangat besar dalam mempercepat keberhasilan pemerintahan desa yang baik
terutama dalam melaksanakan otonomi desa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kajian yuridis peran
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Kepala Desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa yang baik
di Desa Balesari Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang. Dengan kerja sama yang sinergi dan seirama
antara Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Kepala Desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa,
maka akan tercapai pemerintahan desa yang baik. Demikian pula apabila pemerintah pusat (eksekutif) dapat
bekerja sama seiring dan sejalan dengan DPR Pusat (legeslatif) maka tidak mustahil akan terwujud
pemerintahan negara yang baik pula. Penelitian ini menggunakan Metode penelitian deskriptif, yaitu metode
penelitian dengan cara melakukan gambaran serta menguraikan dengan jelas keadaan yang sebenarnya
terjadi berdasarkan fakta yang ada di lapangan, adapun teknik pengumpulan data menggunakan teknik
observasi, yang meliputi wawancara dan dokumentasi. Setelah data terhimpun, kemudian dilakukan
penyajian dan analisa data. Analisa data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif, yaitu upaya untuk
memberikan gambaran serta uraian berdasarkan data yang terkumpul untuk kemudian disimpulkan dan
diinterpretasikan.

Kata Kunci : Yuridis, Peran, BPD, Kepala Desa


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

LEMBAR PERNYATAAN.....................................................................................ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................................................iii

ABSTRAK.................................................................................................................v

PERSEMBAHAN.....................................................................................................vi

KATA PENGANTAR..............................................................................................vii

DAFTAR ISI..............................................................................................................viii

DAFTAR TABEL......................................................................................................x

DAFTAR SINGKATAN...........................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................4
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian...................................................................4
D. Batasan Masalah.............................................................................................5
E. Kerangka Teori...............................................................................................6
F. Kerangka Konseptual.....................................................................................11
G. Tinjauan Pustaka............................................................................................13

BAB II METODE PENELITIAN...........................................................................18

A. Profil Desa......................................................................................................30
B. Keadaan Sosial Masyarakat...........................................................................33
C. Keadaan Ekonomi..........................................................................................36

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN........................................37

A. Sejarah Singkat Berdirinya Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Tegallalang


........................................................................................................................37
B. Struk, Fungsi Dan Wewenang Badan Permusyawaratan Desa......................38
C. Pemilihan Anggota BPD Desa TegallalangTahun 2013 Menggunakan Sistem
Musyawarah Perwakilan................................................................................42

D. Pemilihan Anggota BPD Desa TegallalangTahun 2019 Menggunakan Sistem


Secara Langsung............................................................................................45
E. Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilihan Anggota BPD Di Desa Tegallalang
........................................................................................................................48

BAB V PENUTUP....................................................................................................58

A. Kesimpulan....................................................................................................58
B. Saran...............................................................................................................59
C. Penutup...........................................................................................................60

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................61

Lampiran-Lampiran................................................................................................62
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1: Kisi-Kisi Angket.....................................................................................23

Tabel 2.1 : Kriterian Penilaian................................................................................24

Tabel 3.1 : Jadwal Penelitian...................................................................................31

Tabel 4.1 : Batas Wilayah Desa Tegallalang..........................................................33

Tabel 5.1 : Luas Wilayah Desa Tegallalang...........................................................34

Tabel 6.1 : Orbitasi Jarak Dari Pusat Pemerintahan Desa/Kelurahan................34

Tabel 7.1 : Jumlah Penduduk Desa TegallalangPada Agustus 2019....................34

Tabel 8.1 : Jumlah Kk Di Desa Tegallalang...........................................................36

Tabel 9.1 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Umum............37

Tabel 10.1 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Khusus.........37

Tabel 1.2 : Sarana Peribadatan...............................................................................38

Tabel 2.2 : Struktur Organisasi Badan Permusyawaratan Desa Tegallalang.42

Tabel 3.2 : Hasil Uji Validitas Perilaku Pendorong Partisipasi............................54

Tabel 4.2 : Hasil Uji Validitas Karakter Partisipasi..............................................55

Tabel 5.2 : Hasil Uji Validitas Faktor-Faktor Partisipasi.....................................55

Tabel 6.2 : Pendorong Perilaku Partisipasi............................................................56

Tabel 7.2 : Karakter Partisipasi..............................................................................58

Tabel 7.3 : Faktor-Faktor Partisipasi.....................................................................59


DAFTAR SINGKATAN

BPD : Badan Permusyawaratan Desa

PERBUB : Peraturan Bupati

SK : Surat Keputusan

Kades : Kepala Desa

Sekdes : Sekretaris Desa

Kasi : Kepala Seksi

KPPS : Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara

TPS : Tempat Peungutan Suara

UU : Undang-Undang

UUD : Undang-Undang Dasar

KM : Kilo Meter

Ha : Hektar
2

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
PENDAHULUAN

Keberhasilan dari suatu pemerintahan terletak pada pemerintahannya itu sendiri. Pemerintah dalam dalam
pembuatan kebijakan, dituntut untuk melibatkan seluruh unsur masyarakat untuk mengetahui secara langsung sejauh
mana, seperti apa kondisi dan apa yang sesungguhnya menjadi kebutuhan masyarakatnya. Begitu pula pada
pemerintahan desa. Berdasarkan PP No. 72 Tahun 2005 tentang desa, yang isinya menyebutkan bahwa Pemerintahan
Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang
diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hubungan antara BPD dengan pemerintah desa adalah mitra, artinya antara BPD dan kepala Desa harus bisa
bekerja sama dalam penetapan peraturan desa dan APBDes. BPD mempunyai tugas konsultatif dengan kepala
desa untuk merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan desa, selain
itu BPD juga berkewajiban untuk membantu memperlancar pelaksanaan tugas kepala desa. Mengingat bahwa BPD dan
Kepala desa itu kedudukannya setara maka antara BPD dan kepala desa tidak boleh saling menjatuhkan tetapi harus
dapat meningkatkan pelaksanaan koordinasi guna mewujudkan kerjasama yang mantap dalam proses pelaksanaan
pemerintahan desa.
Pemerintah Desa dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat harus benar-benar
memperhatikan hubungan kemitraan kerja yang seirama dan sinergi. Kemitraan dalam penyelenggaraan Pemerintahan
Desa di sini berarti bahwa dalam melaksanakan tugas pemberian pelayanan kepada masyarakat, semua aparatur
Pemerintahan Desa, baik itu Kepala Desa, Sekretaris Desa, dan BPD harus benar-benar memahami kapasitas yang
menjadi kewenangan maupun tugasnya masing-masing. Sehingga dalam melaksanakan penyelenggaraan Pemerintahan
Desa semua aparatur pemerintah desa dalam hubungannya dapat bersinergi dan bermitra dengan baik dan tepat dalam
meningkatkan penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang profesional dan akuntabel. Dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa di Indonesia memang seringkali mengalami persoalan-persoalan yang timbul terkait dengan
hubungan tersebut, seperti hubungan antara Kepala Desa dengan BPD.
Pemerintah Desa merupakan lembaga yang memiliki peran dan potensi yang cukup besar dalam mengelola dan
menjalankan pemerintahan di desa. Pemerintah Desa selaku eksekutif di desa, berperan aktif dalam menentukan
kebijakan maupun pelaksanaan pemerintahan di desa. Selain itu, Pemerintah Desa harus mampu membangun kemitraan,
baik dengan BPD, pihak swasta maupun masyarakat itu sendiri. Pemerintahan Desa perlu memiliki pemimpin yang
memberikan pembinaan kepada masyarakatnya dalam menyelenggaraan roda pemerintahan, dalam ketentuan peraturan
pemerintah tentang Desa bahwa Pemerintah mengakui dan menghormati kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak
tradisionalnya sepanjang hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip- prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana kajian yuridis BPD dan kepala desa dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang baik di Desa Balesari Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang. Pola hubungan
sejajar antara BPD dan Kepala Desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang- undangan, di Desa Balesari dalam pelaksanaannya diwarnai oleh praktek-praktek
hubungan kerja yang kurang harmonis dan menunjukkan kecenderungan terjadinya
dominasi BPD dan juga Kepala Desa tanpa harus melibatkan berbagai “stakeholder”. Dominasi
ini terjadi karena adanya persepsi yang salah dan cenderung menyimpang akan ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Disisi lain, ketentuan perundang-undangan yang
mengatur mengenai fungsi dan kewenangan BPD juga telah memberikan peluang terjadinya over
capacity dari anggota BPD. Dalam hal ini Kedua instrument, BPD dan Kepala Desa kurang
memahami Tupoksinya masing-masing.
Wujud kongkret dari terjadinya hubungan yang tidak harmonis antara BPD dengan Kepala
Desa terlihat dalam proses-proses penyusunan dan penetapan peraturan desa, penyusunan dan
penetapan Anggaran Pendapatan dan belanja Desa (APBD), pelaksanaan peraturan desa dan
pelaksanaan pertanggungjawaban Kepala Desa. Hubungan kerja BPD dan Kepala Desa di Desa
Balesari dalam proses-proses tersebut, menunjukkan adanya ketergantungan yang begitu besar
dari Kepala Desa atas persetujuan yang diberikan oleh BPD. Di mana BPD di Desa Balesari
hanya berupa lembaga yang menyetujui, kurang berperan aktif dalam menjalankan tugas dan
fungsinya. Sehingga seringkali kondisi demikian menimbulkan ketidaksinkronan antara BPD
dengan Kepala Desa. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan BPD dan Kepala Desa di
Desa Balesarisering terjebak dalam perbedaan dan pertentangan yang mengarah kepada
terjadinya konflik, di antaranya adalah adanya sikap dan perilaku khususnya Kepala Desa yang
masih ingin mempertahankan kekuasaan, terbatasnya kualitas sumber daya manusia, lemahnya
komunikasi dan koordinasi, keterbatasan anggaran operasional BPD, rendahnya partisipasi
masyarakat, kendala yuridis serta kendala politis.
Dari keterangan dan paparan di atas terlihat bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan yang
baik di Desa Balesari
Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang adalah
sesuatu yang sangat penting. Karena itu sudah menjadi
kewajiban pemerintahan desa untuk menampung
aspirasi masyarakat dalam penyelenggaraan
pemerintahan yang baik.
Berdasarkan uraian identifikasi masalah yang
diajukan, penelitian ini dibatasi pada kajian yuridis
peran Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa
dalam penyelenggaraan Pemerintah Desa yang baik di
Desa Balesari Kecamatan Windusari Kabupaten
Magelang
5

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah

di atas, maka pokok masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan, bagaimana

kajian yuridis peran Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa dalam

penyelenggaraan Pemerintah Desa yang baik di Desa Balesari Kecamatan

Windusari Kabupaten Magelang?

B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kajian yuridis peran Badan

Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa dalam penyelenggaraan Pemerintah

Desa yang baik di Desa Balesari Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang”.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis

sendiri terutama dan menjadi bahan masukan dan rujukan bagi anggota BPD,

Pemerintah Desa maupun pembaca lainnya. Selain itu juga dapat menambah

wawasan keilmuan dalam khasanah ilmu hukum.

Adapun kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian yang penulis

lakukan adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau

masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan menambah kajian ilmu

pengetahuan khususnya ilmu pemerintahan tentang pentingnya pengawasa


oleh masyarakat, penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bertanggung
jawab atas tugas yang diemban.
2. Manfaat Praktis

a. Bagi Desa

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi semua pihak

khususnya Kepala Desa selaku pemimpin di Desa dan aparatur Desa

selaku yang membantu Kepala Desa dalam menjalankan tugasnya, agar

menjalankan sistem pemerintahan dengan baik dan benar supaya tercapai

Good and Clean Goverment.

b. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan menjadi sumber pengetahuan dan wawasan

bahwasanya sangat penting bagi masyarakat untuk berpartisipasi dan

mengawasi jalannya suatu sistem pemerintahan di Desa tersebut.

c. Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sarana untuk

mengembangkan diri dan pengalaman serta pengetahuan terkait sistem

pemilihan BPD.

C. Batasan Masalah

Supayah lebih terarah, terkonsep dan tidak terjadi perluasan pada pokok

pembahasan dalam penulisan skripsi ini, oleh sebab itu penulis memberi batasan

masalah pembahasan dalam skripsi ini hanya terfokus pada sistem pemilihan

Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yaitu perbandingan antara

pemilihan pada tahun 2013 dan tahun 2019.


7

D. Kerangka Teori

1) Teori Partisipasi Politik

Partisipasi politik memiliki pengertian yang beragam, ada beberapa ahli

yang mengungkapkan pendapatnya tentang partisipasi politik. Menurut

Ramlan Surbekti yang dimaksud dengan partisipasi politik adalah

keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang

menyangkut atau memengaruhi hidupnya.6 Herbert Mclosky seorang tokoh

masalah partisipasi berpendapat bahwa partisipasi politik adalah kegiatan-

kegiatan sukarela dari warga negara masyarakat melalui mana mereka

mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, secara langsungatau

tidak langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum.7

Dalam hubungannya dengan negara-negara berkembang Samuel P

Hutington dan Joan M Nelson memberi tafsiran yang lebih luas dengan

memasukkan secara eksplisit tindakan ilegal dan kekerasan. Partisipasi politik

adalah kegiatan warga yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud

untuk memengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi biasa

bersifat individu atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau

sporadik, secra damai atau dengan kekerasan, legal atau illegal, efektif atau

tidak efektif.8

Miriam Budiarjo secara umum mengartikan partisipasi politik sebagai

kegiatan seorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam

kehidupan politik yaitu dengan jalan memilih pemimpin negara secara

6
7 Ramlan Surbekti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Widisarana Indonesia,
Miria Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2008, hlm. 367
8
Ibid, hlm. 368
8

langsung atau tidak langsung memengaruhi kebijakan pemerintah (public

policy). Dari beberapa pendapat para ahli tersebut maka yang diaksud

partisipasi politik adalah adanya kegiatan atau keikutsertaan warga negara

dalam proses pemerintahan. Sehingga dengan adanya partisipasi politik

tersebut akan berpengaruh terhadap kehidupan mereka.

Menurut Ramlan Surbakti partisipasi politik terbagi menjadi dua yaitu

partisipasi aktif dan partisipasi pasif. Partisipasi aktif adalah mengajukan usul

mengenai suatu kebijakan umum, mengajukan alternatif kebijakan umum

yang berlainan dengan kebijakan yang dibuat pemerintah, mengajukan kritik

dan perbaikan untuk meluruskan kebijakan, membayar pajak dan memilih

pemimpin pemerintah. Sebaliknya, kegiatan yang termasuk dalam kategori

partisipasi setiap keputusan pemerintah. Sedangkan menurut Milbart dan

Goel membedakan partisipasi menjadi beberapa kategori. Pertama, apatis.

Artinya, orang yang tidak berpartisipasi dan menarik diri dari proses politik.

Kedua, spectator. Artinya, orang yang setidak-tidaknya pernah ikut memilih

dalam pemilihan umum. Ketiga, gladiator. Artinya, mereka yang secara aktif

terlibat dalam proses politik, yakni kominukator, spesialis mengadakan

kontak tatap muka, aktivis partai dan pekerjaan kampanye, dan aktivis

masyarakat.9

2) Teori Demokrasi

Konsep Demokrasi dipraktikkan di seluruh dunia secara berbeda-beda

dari negara yang 1 (satu) dengan negara yang lain. Demokrasi sudah menjadi

paradigma dalam bahasa komunikasi dunia mengenai sistem pemerintahan

9
Ibid, Ramlan Surbekti, Memahami Ilmu Politik... hlm. 143.
9

dan sistem politik yang dianggap ideal.10 Oleh sebab itu, tidak dapat dibantah

bahwa demokrasi merupakan asas dan sistem paling baik dalam sistem politik

dan ketatanegaraan.11 Di zaman modern sekarang ini, hampir semua negara

mengklaim menjadi penganut paham demokrasi. Menurut suatu penelitian

yang diselenggarakan oleh UNESCO dalam tahun 1949, menyatakan:

“mungkin untuk pertama kali dalam sejarah demokrasi dinyatakan


sebagai nama yang paling baik dan wajar untuk semua sistem organisasi
politik dan sosial yang diperjuangkan oleh pendukung-pendukung yang
berpengaruh (probably for the firs time in history democrasy is claimed
as the proper ideal description of all systems of political and social
organizations advocated by influential proponents).”12

Berbagai negara telah menerapkan definisi dan kriterianya mengenai

demokrasi, yang tidak sedikit diantaranya justru mempraktikkan cara-cara

atau jalur yang sangat tidak demokratis, meskipun diatas kertas menyebut

“demokrasi” sebagai asasnya yang fundamental. Oleh sebab itu, studi-studi

mengenai politik sampai pada identifikasi bahwa fenomena demokrasi dapat

dibedakan menjadi demokrasi normatif dan demokrasi empirik.13

Di Indonesia sendiri demokrasi secara langsung dan murni dapat dilihat

pada proses pemilihan pemimpin di desa. Hal ini dikemukakan oleh salah

satu pendapat dari Ina E. Slamet, bahwa: “Demokrasi di Desa bukan

demokrasi Barat, melainkan demokrasi asli dari masyarakat primitif yang

belum mengenal akan stratifikasi sosial”. Koentjoro Poerbopranoto

10
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Dan Konstitusionalisme, (Jakarta: Konstitusi Press,
2005), hlm. 141.
11
Ni‟matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2010), hlm. 259.
12
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2008), hlm. 105.
13
Demokrasi normatif menyangkut rangkuman gagasan-gagasan atau idealisme tentang
demokrasi yang terletak di dalam alam filsafat, sedangkan demokrasi empirik adalah
pelaksanaannya di lapangan tidak selalu paralel dengan gagasan normatifnya. Lihat Nikmatul
Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 260.
10

menyebutkan “demokrasi pada kesatuan masyarakat hukum seperti desa dan

nama lainnya yang sejenis sebagai demokrasi musyawarah, demokrasi gotong

royong atau demokrasi ala Indonesia”.14

Sebuah demokrasi akan berjalan sempurna apabila memenuhi prinsip-

prinsip yang dimilikinya, menurut Nurhasim prinsip-prinsip demokrasi

diantaranya:

a. Pemerintah mewakili keinginan para warga Negara;

b. Dilakukannya pemilihan kompetitif secara berkala antara calon

alternatif;

c. Diikuti oleh orang dewasa, baik sebagai pemilih maupun sebagai

calon untuk dipilih;

d. Pemilihan dilakukan secara bebas;

e. Para warga negara memiliki kebebasan dasar, yaitu kebebasan

berbicara, kebebasan pers, kebebasan berkumpul, berorganisasi, dan

membentuk partai politik.15

Sedangkan sebuah demokrasi tersebut dapat dikatan sebagai demokrasi

yang ideal harus memenuhi beberapa kriteria, menurut Robert Dahl, kriteria

ideal demokrasi dibagi dari beberapa hal diantaranya:

a. Partisipasi Efektif, adanya kesempatan yang sama dan setara untuk

berpartisipasi.

b. Kesetaraan Pilihan, adanya jaminan penilaian setiap pilihan dihitung

setara.

14
Neneng Yani Yuningsih, Demokrasi Dalam Pemilihan Kepala Desa ? Studi Kasus Desa
Dengan Tipologi Tradisional, Transisional, Dan Modern Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-
2013. Jurnal Politik, Vol. 1 No. 2, februari 2016, hlm. 237.
15
Ubaedillah dan Abdul Rozak, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat
Madani. (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), hlm.67.
11

c. Pemahaman yang memadai, adanya pemahaman yang memadai

untuk menemukan dan menentukan pilihan terbaik.

d. Kontrol terhadap agenda, kesempatan untuk menentukan masalah

politik.

e. Inklusif, dan tidak adanya pengecualian untuk seluruh

warga/pemilih.16

3) Teori Pemerintahan Desa

Pemerintah Desa merupakan bagian dari Pemerintahan Nasional yang

penyelenggaraannya ditujukan pada pedesaan. Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 menyatakan Pemerintahan Desa adalah

penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat


17
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam

proses penyelenggaraan Pemerintahan Desa ini terdiri dari unsur-unsur

penyelenggaraan Pemerintahan Desa, dimana unsur-unsur ini berfungsi

sebagai sistem penyelenggaraan pemerintah, sehingga Desa memiliki

kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya.

Kepala Desa bertanggung jawab kepada Badan Permusyawaratan Desa dan

menyampaikan laporan pelaksanaan tersebut kepada Bupati. Di mana Kepala

Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintah Desa, melaksanakan

pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan

masyarakat desa.18

16
Neneng Yani Yuningsih, Demokrasi Dalam... hlm 238.
17
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa BAB I Pasal I Bagian (3)
18
La Ode Dedihasriadi Dan Andi Novita Mudriani Djaoe, Efektivitas Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Terhadap Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Sabi Sabila
Kecamatan Mowewe Kabupaten Kolakala Timu, Jurnal Al-„Adl, Vol. 11 No. 1, Januari 2018, hlm.
25.
12

Dalam Pemerintahan Desa juga dikenal Badan Permusyawaratan Desa

(BPD) atau yang disebut dengan nama lainnya adalah lembaga yang

melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari

penduduk Desa berdasarkan perwakilan wilayah dan ditetapkan secara


19
Demokratis. BPD merupakan lembaga perwujudan demokrasi dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggaraan

Pemerintahan Desa. Badan Permusyawaratan Desa berfungsi menetapkan

Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat Desa, dan melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa. 20 Atas

peran dan fungsinya tersebut, dijelaskan dalam PP. No. 72 Tahun 2005,

bahwa BPD mempunyai wewenang:

a. Membahas rancangan peraturan Desa bersama kepala Desa;

b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan Desa dan

peraturan kepala Desa;

c. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala Desa;

d. Membentuk panitia pemilihan kepala Desa;

e. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan

menyalurkan aspirasi masyarakat; dan

f. Menyusun tata tertib BPD.21

Pemilihan Anggota BPD di Kabupaten Gianyar dilakukan dengan 2 (dua)

cara yaitu secara langsung dan musyawarah perwakilan. Pemilihan secara

langsung dilakukan melalui beberapa tahapan diantaranya:

19
20
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa BAB I Pasal I Bagian (4)
Ibid, Pasal 55
21
Moch. Solekhan, penyelenggaraan Pemerintahan Desa Berbasis Partisipasi
Masyarakat, (Jatim: Setara Press, 2014), hlm. 52.
13

a. Persiapan;

b. Pencalonan;

c. Pemungutan suara; dan

d. Penetapan.

Adapun pemilihan secara langsung ini sama halnya dengan pemilihan pada

umumnya yaitu dilakukan secara demokrasi dan berdasarkan asas langsung,

umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.22 Sedangkan pemilihan Anggota BPD

secara Musyawarah Perwakilan dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu:

a. Persiapan;

b. Pencalonan;

c. Musyawarah; dan

d. Penetapan.23

E. Kerangka konseptual

1) Analisis

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kontemporer karangan Peter Salim

dan Yenni Salim menjabarkan pengertian analisis sebagai berikut:

a. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (perbuatan,

karangan dan sebagainya) untuk mendapatkan fakta yang tepat (asal

usul, sebab, penyebab sebenarnya, dan sebagainya).

b. Analisis adalah penguraian pokok persoalan atas bagian-bagian,

penelaahan bagian-bagian tersebut dan hubungan antara bagian untuk

mendapatkan pengertian yanng tepat dengan pemahaman secara

keseluruhan.

22
Peraturan Bupati Batanghari Nomor 71 Tahun 2017 Tentang Badan Permusyawaratan
Desa (BPD), BAB III Pasal 23.
23
Ibid, BAB IV Pasal 92.
14

c. Analisis adalah penjabaran (pembentangan) sesuatu hal, dan

sebagainya setelah ditelaah secara seksama.

d. Analisis adalah proses pemecahan masalah yang dimulai dengan

hipotesis (dugaan, dan sebagainya) sampai terbukti kebenarannya

melalui beberapa kepastian (pengamatan, percobaan, dan sebagainya).

e. Analisis adalah proses pemecahan masalah (melalui akal ke dalam

bagian-bagiannya berdasarkan metode yang konsisten untuk mencapai

pengertian tentang prinsip-prinsip dasarnya.24

2) Sistem

Sistem adalah kumpulan orang yang saling bekerja sama dengan

ketentuan-ketentuan aturan yang sistematis dan terstruktur untuk membentuk


25
satu kesatuan yang melaksanakan suatu fungsi untuk mencapai tujuan.

Definisi sistem menurut para ahli konsep dasar sistem diantaranya adalah:

a. Menurut Fat “Sistem adalah himpunan suatu “benda” nyata atau

abstrak (a set of thing) yang terdiri dari bagian-bagian atau komponen-

komponen yang saling berkaitan, berhubungan, berketergantungan,

saling mendukung, yang secara keseluruhan bersatu dalam Unity

untuk mencapai tujuan tertentu secara efisiensi dan efektif”.

b. Menurut Indrijit sistem adalah kumpulan-kumpulan dari komponen-

komponen yang dimiliki unsur keterkaitan antara satu dengan yang

lainnya.

c. Menurut Jugianto sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang

berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem ini

24
http://elib.unikom.ac.id/gdl.jbptunikompp-gdl-mohhabibin-28322-4-unikom-i.pdf.
25
Yunaetianggraeni Elisabet dan Irviani Rita, Pengantar Sistem Informasi, (Yogyakarta:
CV. Andi Ofset. 2017), hlm. 1
15

menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan satuan yang nyata

adalah satu objek nyata, seperti tempat, benda, dan orang-orang yang

betul-betul ada dan terjadi.

Dengan demikian sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-

prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk


26
melakukan kegiatan atau untuk melakukan sasaran yang tertentu. Sistem

juga dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur atau

variabel-variabel yang saling terorganisasi, saling berinteraksi, dan saling

bergantung satu sama lain.27

3) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Badan Permusyawarata Desa (BPD) adalah lembaga yang melaksanakan

fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa

berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. 28 BPD

merupakan lembaga perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan

pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan Desa.

F. Tinjauan Pustaka

Guna memberikan penguatan terkait deskripsi teoritik diatas, maka akan

dipaparkan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini yang telah

terlebih dahulu dilakukan oleh, diantaranya:

26
27
Jeperson Hutahaean, Konsep Sistem Informasi. (Yogyakarta: Depublish, 2014), hlm. 1
Hanif Al Fatta, Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi Untuk Keunggulan
Bersaing Perusahaan Dan Organisasi Modern. (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2007), hlm 3.
28
Peraturan Bupati Batanghari Nomor 71 Tahun 2017 Tentang BPD BAB I Pasal I No. 9
16

Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Wildan Sukhoyya (2018),29

yang berjudul “Pemilihan Wanita Dalam Badan Permusyawaratan Desa

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Kabupaten

Semarang Ditinjau Dari Perspektif Gender”. Metode dalam penelitian ini yaitu

kualitatif dengan pendekatan Yuridis-Sosiologis. Hasil dari penelitian ini yaitu

Struktur badan permusyawaratan Desa di kecamatan tengaran kabupaten

semarang khususnya di Desa Barukan terdapat keterwakilan perempuan, dan telah

memenuhi amanat Undang-undang. Sedangkan di Desa perbandingannya yaitu

Desa Bener belum terdapat keterwakilan perempuan sesuai dengan amanat

undang-undang No. 6 Tahun 2014 dikarenakan BPD di Desa ini lebih dahulu

terbentuk sebelum undang-undang ini ditetapkan, maka kemungkinan di Desa

Bener ini akan melaksanakan amanat undang-undang pada pemilihan periode

berikutnya. Upaya Pemerintah Daerah Dalam Rangka Memenuhi Struktur Badan

Permusyawaratan Desa Menurut Undang-Undang No.6 Tahun 2014 melalui

Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa telah mengadakan sosialisai Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016 Tentang Badan Permusyawaratan

Desa yang mana selain terfokus kepada persiapan membentuk BPD yang ideal

juga memberikan bimbingan teknis berupa materi-materi tentang perubahan

peraturan daerah dibidang pemerintahan Desa.

Kedua, Penelitian lain yang dilakukan oleh Ryan Anggara (2018),30 dengan

Judul “Badan Permusyawaratan Desa Di Desa Neglasari Kecamatan Banjar Kota

29
Ahmad Wildan Sukhoyya, dkk, “Pemilihan Wanita Dalam Badan Permusyawaratan
Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Kabupaten Semarang
Ditinjau Dari Perspektif Gender,” Journal Of Law. Vol. 7 No. 1, 2018
30
Ryan Anggara, Badan Permusyawaratan Desa Di Desa Neglasari Kecamatan Banjar
Kota Banjar Dalam Melaksanakan Fungsi Pengawasan Kinerja Kepala Desa, (Skripsi Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2018.)
17

Banjar Dalam Melaksanakan Fungsi Pengawasan Kinerja Kepala Desa”.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field research), adapun hasil dari

penelitian ini yaitu dalam melaksanakan fungsi pengawasan kinerja kepala Desa

di Desa Neglasari pada tahap perencanaan kegiatan Pemerintah Desa sudah

berjalan dengan cukup baik, dan taat terhadap peraturan yang ada yaitu Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016 Tentang Badan Permusyawaratan

Desa.

Ketiga, Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Prayoza Saputra (2014),31

judul “Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa Dalam Pembentukan

Peraturan Desa (Studi Kasus Di Desa Tridayasakti Tambun Selatan Kabupaten

Bekasi)”. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode komparatif,

pengamatan serta studi kasus. Adapun hasil dari penelitian ini adalah bahwasanya

BPD di Desa Tridayasakti telah menjalankan fungsinya dengan baik, sesuai

dengan peraturan yang ada bahwa BPD berfungsi sebagai menetapkan peraturan

Desa bersama kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat,

namun peran BPD di Desa ini belum cukup optimal sebagai perpanjangan tangan

masyarakat Desa, karena peraturan Desa yang telah dibentuk dalam dua tahun

terakhir tidak mencerminkan kebutuhan masyarakat dan harapan masyarakat

dalam membangun kesejahteraan yang merata. Dalam proses pembentukan dan

penetapan peraturan Desa, BPD dan perangkat Desa dalam hal mengambil

keputusan dan merancang aturan tanpa melaksanakan kunjungan kemasyarakat,

bertatap muka baik secara langsung maupun bersama-sama beserta perangkat

31
Prayoza Saputra, Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa Dalam
Pembentukan Peraturan Desa (Studi Kasus Di Desa Tridayasakti Kecamatan Tambun Selatan
Kabupaten Bekasi). (Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014).
18

Desa untuk menampung aspirasi yang diberikan oleh masyarakat Desa guna

mencapai penyelenggaraan pemerintah yang baik dan benar di Desa tersebut.

Keempat, Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Ombi Romli dan Elly

Nurlia (2017),32 dengan Judul “Lemahnya Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Dalam Melaksanakan Fungsi Pemerintahan Desa (Studi Desa Tegelwangi

Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang)”. Penelitian ini merupakan penelitian

deskriftif kualitatif, hasil dari penelitian ini adalah banyaknya kekurangan yang

terdapat di dalam anggota BPD di Desa ini diantaranya kurangnya kapasitas

sumber daya manusianya, tunjangannya dan juga sarana prasarana pendukung dari

sebuah kegiatan membuat keberadaan BPD di Desa ini kurang efektif berjalan.

Kecilnya pendapatan tunjangan anggota BPD membuat anggota BPD tidak fokus

bekerja karena harus mencari pendapatan lain untuk mencukupi kebutuhan

hidupnya.

Persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh Ahmad Wildan Sukhoyya, Ryan Anggara, Prayoza Saputra, Ombi

Romli dan Elly Nurlia yaitu sama-sama meneliti tentang pemilihan anggota BPD,

keterlibatan perempuan dalam keanggotaan BPD dan peran anggota BPD disuatu

Desa, baik dalam hal menerima aspirasi masyarakat maupun mengawasi kinerja

aparatur Pemerintahan Desa. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan

penelitian yang lainnya yaitu peneliti hanya terfokus pada pemilihan anggota BPD

dengan menggunakan dua sistem yang telah ditetapkan oleh Bupati Batanghari

yang tercantum dalam Peraturan Bupati Batanghari Nomor 71 Tahun 2017.

32
Ombi Romli dan Elly Nurlia, lemahnya badan permusyawaratan desa (BPD) dalam
melaksanakan fungsi pemerintahan desa (studi desa tegelwangi kecamatan menes kabupaten
pandeglang, Jurnal Ilmu Pemerintahan, Vol. 3. No. 1, April 2017.
BAB II

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Tegallalang, Kecamatan Tegallalang,

Kabupaten Gianyar, kode Pos 36652. Peneliti mengambil lokasi ini karena

peneliti merupakan warga asli Desa tempat dilakukannya penelitian ini, sehingga

memudahkan peneliti untuk mencari dan mendapatkan informasi yang diperlukan.

Kegiatan penelitian ini dimulai sejak disahkannya penelitian ini yaitu pada 22

Agustus 2019. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:

1) Untuk melihat penerapan jalannya peraturan Bupati Batanghari Nomor 71

Tahun 2019 terhadap hasil pemilihan anggota BPD di Desa Tegallalang

2) Adanya kemudahan untuk mendapatkan data dan informasi dan berbagai

keterangan yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini.

B. Pendekatan Penelitian

Dilihat dari jenisnya, penelitian ini termasuk kedalam penelitian lapangan

(field research), dimana yang dimaksud dengan penelitian lapangan ini yaitu

penelitian yang mengangkat data dan permasalahan yang ada dalam kehidupan

masyarakat. Dalam hal ini menjelaskan realitas yang ada yaitu tentang bagaimana

pelaksanaan pemilihan anggota Badan Permusyawaratan Desa di Desa

Tegallalang

Penelitian ini menggunakan metode campuran, yaitu metode yang

memadukan pendekantan kualitatif dan kuantitatif dalam hal metodologi (seperti

19
20

dalam hal pengumpulan data), dan kajian model campuran memadukan dua

pendekatan dalam semua tahapan proses penelitian.33Mixed Method juga disebut

sebagai sebuah metodologi yang memberikan asumsi filosofis dalam

menunjukkan arah atau memberi petunjuk cara ppengumpulan data dan

menganalisis data serta perpaduan pendekatan kuantitatif dan kualitatif melalui

beberapa fase proses penelitian. Strategi metode campuran yang digunakan dalam

penelitian ini adalah untuk mengidentifikasikan komponen konsep melalui

analisis data kuantitatif dan kemudian mengumpulkan data kualitatif guna

memperluas informasi yang tersedia. Intinya adalah untuk menyatukan data

kuantitatif dan kualitatif agar memperoleh analisis yang lebih lengkap.

Metode kuantitatif dalam penelitian ini gunakan untuk mencari informasi

yang terukur mengenai partisipasi masyarakat dalam pemilihan anggota BPD di

Desa Tegallalang Sedangkan metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan

informasi mengenai penerapan sistem pemilihan anggota BPD di Desa

Tegallalangmenurut aparatur pemerintahan Desa dan pihak-pihak yang

bersangkutan.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis Data yang digunakan dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini

adalah Data Primer dan Data Sekunder.

a. Data Primer

Data primer yang peneliti maksud untuk penelitian ini adalah

informasi-informasi yang diperoleh secara langsung yang dilakukan

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,


22

2013), hlm. 404.


21

dengan kuisioner (angket) dan wawancara. Data primer ini digunakan

untuk mendapatkan informasi mengenai Sistem Pemilihan Anggota

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Terhadap Hasil Pemilihan.

b. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dari pengumpulan

atau pengelolaan data yang bersifat studi dokumentasi atau data yang

berbentuk sudah jadi.34 Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari

sumber berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Bupati

Batanghari, buku-buku, skripsi, jurnal serta data-data yang berkenaan

dengan penelitian ini.

2. Sumber Data

Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dari subjek mana

data diperoleh. Sumber data dalam penelitian disesuaikan dengan fokus dan

tujuan penelitian. Adapun yang menjadi sumber data primer penelitian ini

yaitu, Kepala Desa Tegallalang, Kasi Pemerintahan Desa Tegallalang, Ketua

KPPS Pemilihan Anggota BPD secara Langsung dan beberapa responden

masyarakat Desa Tegallalang Sumber Data Sekunder dalam penelitian ini

adalah sumber berupa tulisan, dokumentasi maupun arsip lainnya yang

berkenaan dengan pemilihan anggota BPD Desa Tegallalang

34
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan Dan Sosial Kuantitatif dan Kualitatif,
(Jakarta: GP Press, 2008), hlm. 253
22

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah warga asli Desa Tegallalang, yang

berjumlah 833 jiwa terdiri dari 440 Lk dan 393 Pr dan memiliki 211 Kepala

Keluarga yaitu 191 Lk dan 20 Pr dengan jumlah suara pemilih 444 suara.

2. Sample

Sampel dalam penelitian ini yaitu pemilik hak suara pilih pada pemilihan

anggota BPD Desa Tegallalang, namun mengingat waktu, tenaga, dana dan

kemungkinan ada hambatan lainnya, maka peneliti mengambil sample

dengan besaran 10%. Jumlah sampel yang diambil dengan menggunakan

rumus Slovin35 adalah sebagai berikut:

n= N
1 + Ne2

Keterangan:

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

e = Perkiraan Tingkat Kesalahan Sebesar 10%.

35
Syofian Siregar, Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2014), hlm. 61
23

Dengan jumlah populasi pemilih sebanyak 444 suara, maka besaran

sampel yang diperoleh adalah:

n= N
1 + Ne2
= 444
1 + 444 (0,1)2
= 444
1 + 44 (0,01)
= 444
1 + 4,44
= 444
5,44
= 81,61
= 82 Orang/Sample.

Berdasarkan jumlah populasi sebanyak 444 orang dengan menggunakan

rumus slovin maka diperolehlah sampel sebanyak 82 orang.

Teknik sampling dalam penelitian ini berupa teknik cluster sampling dan

random sampling,36 yang artinya sample diambil berdasarkan kelompok yang

ada pada masyarakat, cara mengambil samplenya yaitu peneliti mengambil

berdasarkan unsur masyarakat yang sudah tertera di PERBUB Batanghari

pasal 5 ayat 1 yaitu tokoh agama, tokoh perempuan, tokoh adat, ketua RT,

tokoh pemuda, perwakilan masyarakat miskin, perwakilan profesi, dan tokoh

masyarakat.37 Sedangkan pengambilan orang sebagai sample tersebut diambil

secara random. Kriteria sample dalam penelitian ini adalah:

36
Ibid, hlm. 118.
37
Peraturan Bupati Batanghari Nomor 71 Tahun 2017 tentang Badan Permusyawarata
Desa, BAB 2 Pasal 5 Ayat (1).
24

a. Bersedia menjadi Responden

b. Responden adalah warga di Desa Tegallalangdan pemilik hak suara

memilih pada pemilihan anggota BPD Tegallalang.

c. Mampu berkomunikasi secara verbal dengan aktif dan kooperatif.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah dapat dilakukan dengan berbagai

teknik, namun dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah:

a. Kuisioner (Angket)

Kuisioner (angket) yang digunakan pada penelitian ini berupa kuisioner

tipe pilihan, yaitu peneliti memberikan kuisioner yang harus dijawab oleh

responden dengan cara memilih salah satu jawaban yang telah tersedia. 38

Tujuan dari kuisioner ini adalah untuk memperoleh data, angket disebarkan

ke responden (orang-orang yang menjawab atau yang dieliti) guna utuk

memperoleh informasi dari responden mengenai hal-hal yang diketahuinya.

Kuisioner dalam penelitian ini terdiri dari 15 (Lima Belas) butir

pertanyaan yang pada setiap tingkat pertanyaan memiliki tingkat

kesulitannya masing-masing. Jenis angket ini terasuk kedalam kategori

angket tertutup. Responden memerlukan tanda (√) pada jawaban yang

mereka pilih. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu

membuat sketsa pernyataan responden berupa angket dengan acuan kisi-kisi

sebagai berikut:

38
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2007), hlm. 78.
25

Tabel 1.1

Kisi-Kisi Angket

Variabel Dimensi Indikator

Partisipasi 1. Partisipasi a. Pendorong perilaku

Masyarakat 2. Karakter memilih

Partisipasi b. Masyarakat memilih atas

3. Faktor-faktor dasar hati nurani

partisipasi c. Perasaan percaya, yakin

dan amanah terhadap

kepemimpinan calon

anggota yang dipilih

d. Cara anggota calon

mempromosikan diri

e. Jaminan yang diberikan

oleh calon anggota BPD

f. Arahan yang diberikan

oleh panitia pemungut

suara.

Butir-butir pertanyaan yang terdapat dalam kuisioner tersebut akan

dijawab oleh populasi sample yaitu, masyarakat Desa Tegallalangyang berjumlah

82 orang sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Angket tersebut akan

disebarkan secara bersamaan kepada responden, kemudian akan


26

dikumulasikan perolehan datanya. Butir-butir jawaban tersebut akan diberikan

bobot dengan pengukuran skala likert, dengan rating sekala sebagai berikut:39

Tabel 2.1

Kriteria Penilaian

Alternatif Jawaban Skor

Sangat Setuju (SS) 5

Sering/Setuju (S) 4

Ragu-ragu/ Tidak Tahu (TT) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

b. Wawancara

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi

terstruktur (semistructure interview), dimana pelaksananya lebih bebas

dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Alat-alat yang digunakan

peneliti dalam wawancara ini adalah buku catatan, handphone, dan camera.

Sebelum penulis melakukan wawancara, peneliti sudah mempersiapkan

pertanyaan yang berkaitan dengan pemilihan anggota Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa Tegallalangsebelum proses

wawancara dilakukan. Adapun yang menjadi informan yang diwawancarai

dalam penelitian ini yaitu Kepala Desa Tegallalang, Kasi Pemerintahan

Desa Tegallalangdan ketua KPU Pemilihan Anggota BPD Desa Tegallalang

39
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan Kombinasi (Mixed Methods),
(Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 9.
27

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

ini bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari


40
seseorang. Dalam penelitian ini dokumentasi yang digunakan berupa

dokumentasi-dokumentasi atau arsip-arsip dari lembaga yang diteliti.

Adapun didalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan baik foto-foto

maupun segala sesuatu yang bisa peneliti gunakan untuk mengumpulkan

informasi atau data yang berkenaan dengan judul peneliti sendiri.

F. Uji Coba Instrumen

1. Uji Validitas Angket

Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan dan dianalisis secara

Deskriptif kemudian dianalisis secara kuantitatif untuk mengetahui

bagaimana partisipasi masyarakat dalam pemilihan BPD. Suatu instrumen

dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur dengan tepat apa

yang diukur. Untuk mengukur validitas suatu data dalam penelitian ini, maka

penelitian ini menggunakan rumus Product Moment Correlation.41

Rxy = –

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan :

Rxy = Koefisien Korelasi Tes Yang Disusun Dengan Kriteria

40
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009),
hlm. 329.
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan,
41

(Jakarta: Kencana, 2017), hlm 239.


28

X = Skor Masing-Masing Responden Variabel X (Tes Yang

Disusun)

Y = Skor Masing-Masing Responden Variabel (Tes Kriteria)

N = Jumlah Responden.

Uji validitas ini dilakukan pada sample masyarakat Desa Tegallalangdengan

jumlah responden 82 orang. Hasil uji coba ini kemudian dicari dengan

menggunakan microsof excel dan SPSS 17 dengan tingkat validitasnya 5%.

2. Reliabilitas

Reliabilitas berkaitan dengan keterandalan suatu indikator. Informasi

yang ada pada indikator ini tidak berubah-ubah atau disebut dengan

konsisten. Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul

data karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk melakukan pengujian

reliabilitas, peneliti menggunakan rumus Sperman Brown dengan rumus:

r1= 2.rb
1+rb

Keterangan:

r1 = reliabilitas instrumen

rb = korelasi produk moment


29

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data deskriptif kualitatif. Analisis data kualitatif merupakan bentuk

penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan

dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya.42

Ada beberapa langkah dalam proses analisis data kualitatif, yaitu:

1) Penyusunan data;

2) Klasifikasi data;

3) Pengolahan data;

4) Penyimpulan data.43

5) Analisis Angket.

Berdasarkan pendapat tersebut, dalam kaitannya menganalisis data kualitatif maka

langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1) Penyusunan Data

Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah

data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat

berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan.

2) Klasifikasi Data

Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data

yang didasarkan pada kategori yang diteliti. Penggolongan ini disesuaikan

dengan sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan

analisa yang terkandung dalam masalah itu sendiri.

42
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Jakarta: Gajah Mada Universitu
Press, 1993),
43
hlm. 174
Mohammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1985), hlm. 151
30

3) Pengolahan Data

Setelah semua data dan fakta terkumpul, selanjutnya data tersebut

diseleksi, kemudian diolah sehingga sistematis, jelas dan mudah untuk

dipahami menggunakan teknik analisis data kualitatif.

4) Penyimpulan Data

Kegiatan ini dilakukan dengan cara dengan cara menghubungkan data atau

fakta yang satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas

kegunaannya. Langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu

penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan

masih bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti

yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.44

Terealisasinya keempat metode analisis data ini setelah semua data-data

yang diperlukan dan dibutuhkan sudah diperoleh, kemudian akan difilter mana

data yang diperlukan atau dibutuhkan untuk menyelesaikan penelitian ini dan

mana yang tidak diperlukan.

5) Analisis Angket

Dalam analisis angket ini, data yang telah dikumpulkan akan dianalis

dengan cara membandingkan jumlah skor total angket dikali dengan 100%,

sehingga hasilnya akan dinyatakan dalam bentuk persentase. Persentase ini

dimaksud untuk mendapatkan gambaran bagaimana adanya tentang suatu

objek yang diteliti. Maka teknik analisis yang dibulatkan cukup dengan

persentase dengan menggunakan rumus:45

44
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2009), hlm.
45
252.
Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Grafindo Persada, 2005), hlm 43.
31

P= x 100%

Keterangan:

f = skor jawaban responden

N = skor total hasil angket dari penelitian dipersentasekan

P = persentase analisis partisipasi masyarakat dalam pemilihan anggota BPD.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan pemahaman secara runtut, pembahasan dalam penulisan

ini akan disistematisasikan sebagai berikut:

Pembahasan diawali dengan BAB I, pendahuluan. BAB I ini pada hakikatnya

menjadi pijakan bagi penulis skripsi, baik mencakup Latar Belakang, maupun

pemikiran tentang tema yang dibahas. BAB I mencakup latar belakang masalah,

rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka

teori, kerangka konseptual, dan tinjauan pustaka.

BAB II dipaparkan tentang metode penelitian yang mencakup tempat dan

waktu penelitian, pendekatan penelitian, jenis dan sumber data, teknik

pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, teknik analisis data, sistematika

penulisan dan jadwal penelitian.

BAB III dipaparkan tentang gambaran umum tempat penelitian. Sejarah

berdirinya, wewenang organisasi, struktur organisasi dan sarana prasarana.

BAB IV merupakan inti dari penulisan skripsi yaitu pemaparan tentang

pembahasan dan hasil penelitian.

BAB V merupakan akhir dari penulisan skripsi yaitu penutup yang terdiri dari

kesimpulan dan saran-saran, kata penutup serta dilengkapi dengan daftar pustaka,

lampiran dan Daftra Riwayat Hidup (curriculum vitae).


32

I. Jadwal Penelitian

Untuk memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian dilapangan, maka

penulis menyusun agenda secara sistematis yang terlihat pada tabel jadwal

penelitian sebagai berikut:

TAHUN 2019

September/Oktobe
No Kegiatan Maret/April Juli/Agustus
r
November/Desember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan Judul x
Pembuatan
2 x
Proposal
Perbaikan
3 X
Proposal
4 Surat Izin Riset x
Pengumpulan
5 x
Data
Pengolahan
6 x x
Data
Pembuatan
7 x x
Laporan
Bimbingan dan
8
Perbaikan
Agenda dan
9 Perbaikan
Skripsi
Perbaikan dan
10
Penjilidan
BAB III

GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

A. Aspek Geografis

1) Sejarah Desa

Desa Tegallalangberada di Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar

Provinsi Bali, Desa ini tergolong sebagai Desa yang diklasifikasikan sebagai

Desa Swakarya, di mana Desa ini merupakan peralihan nama dari Dusun

Renahsago yang awal pembukanya yaitu orang Melayu Aik Hitam

Sarolangun. Sebelum menjadi Desa Divinitif, Desa Tegallalangadalah Desa

pemekaran dari Desa Tebing Tinggi Kecamatan Mersam Kabupaten Gianyar

pada tahun 1979 yang dipimpin oleh Bapak Nawawi HD yang menjabat

sebagai Kepala Desa pada masa itu, setelah 13 tahun menjabat sebagai Kepala

Desa beliau meninggal dunia kemudian digantikan sebagai Pejabat Sementara

oleh pihak Kecamatan yaitu Bapak Ishak Zakaria selama dua tahun masa

jabatan sebelum pemilihan Kepala Desa di selenggarakan. Setelah dua tahun

berjalan maka diselenggarakan pemilihan Kepala Desa yang dimenangkan

oleh Bapak Ahmad Yani pada tahun 2000, berselang tiga tahun masa

jabatannya beliau meninggal dunia maka kepemimpinan di serahkan kepada

PJS bapak Ahmad selama dua tahun. Setelah dua tahun berjalan PJS

terpilihlah Bapak Ahmad sebagai Kepala Desa pada pemilihan Kepala Desa

2005 hingga sekarang (tiga priode kepemimpinan 2005 - sekarang).

Desa yang berada di Kecamatan Tegallalangini terpisah oleh sungai

Batanghari, di mana pembagian daerahnya di bagi menjadi 2 (Dua) Dusun

33
34

yaitu Dusun 1 dan Dusun 2 didalam satu Dusun terdapat 6 RT (Rukun

Tetangga) dengan pembagian Dusun 1 yaitu seberang sungai Batanghari

terdapat 3 RT yaitu RT 01, 02 dan 03, sedangkan di Dusun 2 terdapat 3 RT

pula yaitu RT 04, 05 dan 06.

2) Letak Geografi Desa

Secara Geografis Desa TegallalangKecamatan Tegallalang Kabupaten

Gianyar Provinsi Bali terletak dibagian Barat Daerah Batanghari dengan garis

Lintang 1,672820 Lintang Selatan dan 102,875070 Bujur Timur dengan luas

wilayah 2.200 ha berada di ketinggian 8MDPL dan memiliki 1000 ha rawa

yang belum dikelola dengan batas wilayah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Batas Wilayah Desa Tegallalang46

Batas Wilayah Berbatasan Dengan

Bagian Timur Desa Sunagi Gondang Kecamatan

Mersam

Bagian Barat Desa Mekar Sari

Bagian Utara Desa Padang Kelapo

Bagian Selatan Desa Tebing Tinggi

46
Kantor Desa Tegallalang, Dokumentasi Monografi Desa Tegallalang, pada 22 Agustus
2019
35

Tabel 5.147

Luas Wilayah Desa Tegallalang

No Kegunaan Luas

1 Tanah perkarangan pemukiman Rakyat 1000 ha

2 Tanah perkebunan Rakyat 1134 ha

3 Tanah persawahan Rakyat 66 ha

4 Tanah kekayaan Desa 7,7 ha

5 Tanah yang dipergunakan untuk jalan umum 8 ha

6 Aliras Sungai 8 ha

Tabel 6.148

Orbitasi Jarak Dari Pusat Pemerintahan Desa/Kelurahan

Jarak (KM) Desa Olak Ibu Kota Ibu Kota Ibu Kota
Kemang Kecamatan Kabupaten Provinsi
Desa Olak 0 6 76 138

Kemang

Ibu Kota 6 0 20 132

Kecamatann

Ibu Kota 76 20 0 56

Kabupaten

Ibu Kota 138 132 56 0

Provinsi

47
Ibid, Kantor Desa Tegallalang
48
Ibid, Kantor Desa Tegallalang
36

B. Aspek Demografis

1) Keadaan Penduduk Desa Tegallalang

Keberadaan penduduk di suatu wilayah amat sangat diperlukan karena

penduduk merupakan unsur terpenting dari sebuah pembangunan Nasional di

suatu wilayah. Penduduk di Desa TegallalangKecamatan Tegallalang

Kabupaten Gianyar terhitung pada bulan Agustus 2019 berjumlah 833 jiwa.

Tabel 7.1

Jumlah Penduduk Desa TegallalangPada Agustus 201949


No Jenis Kelamin Jumlah

1 Perempuan 393

2 Laki-Laki 440

Jumlah 833

Berdasarkan data diatas, bisa dikatakan bahwa jumlah penduduk di Desa

TegallalangKecamatan Tegallalang tergolong dalam jumlah yang lumayan

banyak, dimana sangat diperlukan suatu organisasi untuk menjadi wadah

guna menampung aspirasi dan juga keluh kesah dari masyarakat Desa

tersebut. Namun permasalahan yang peneliti temui di lapangan yaitu jumlah

penduduk tidak sesuai dengan jumlah KK yang tertera di dokumen Data Desa

dan juga di jelaskan oleh Kasi Pemerintahan Desa Tegallalangbahwa jumlah

KK yang terhitung sesuai dengan data nikah di Desa tersebut yaitu hanya

berjumlah 211 KK.

49
Kantor Desa Tegallalang, Monografi Desa bulanan dalam Tahun 2019, Pada 22
Agustus 2019
37

Tabel 8.1
Jumlah KK di Desa Tegallalang50
No Keterangan KK Jumlah

1 Laki-Laki 191

2 Perempuan 20

Jumlah 211

Berdasarkan dokumentasi diatas maka dapat diketahui bahwa adanya

suatu kesenjangan dimana jumlah KK yang terdaftar di Desa hanya berjumlah

211 KK sedangkan jumlah penduduk yang tercatat awal Agustus 2019

berjumlah 833 jiwa.

2) Keadaan Sosial Masyarakat Desa Tegallalang

a. Sumber Daya Manusia

SDM merupakan subyek dan sekaligus obyek dalam hal

pembangunan, mencakup siklus kehidupan manusia, sejak dalam

kandungan hingga akhir hayat. Oleh karena itu, pembangunan kualitas

manusia harus menjadi perhatian paling penting. Pada saat ini SDM Desa

Tegallalangbisa dikategorikan cukup baik dibanding pada masa-masa

sebelumnya, baik dalam hal pendidikan, pembangunan karakter dan

pekerjaan.51

b. Pendidikan

Pendidikan merupakan satu hal penting dalam mewujudkan tingkat

kesejahteraan pada umumnya dan tingkat perekonoian pada khususnya.

50
Wawancara bersama Bapak Muzi. Amd selaku Kasi Pemerintahan Desa Tegallalang,
pada 22 Agustus 2019, pukul 09:15 WIB.
51
Sumber Data: Keadaan Sosial Masyarakat Desa Tegallalang
38

Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat

kecakapan. Dengan taraf pendidikan tinggi yang ditempuh, diharapkan

dapat membuat suatu perubahan bagi sistem kepemerintahan di Desa itu

sendiri. Berikut ini akan dipaparkan tingkat rata-rata pendidikan Desa

Tegallalang:

Tabel 9.1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkatan Pendidikan Umum52

No Taraf Jumlah/Orang
1 Taman Kana-Kanak 80
2 Sekolah Dasar 154
3 SMP/SLTP 26
4 SMA/SLTA 36
5 AKADEMI (D1-D3) 6
6 SARJANA (S1-S3) 6
Jumlah 228
Tabel 10.1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkatan Pendidikan Khusus 53

No Taraf Jumlah/Orang

1 Pondok Pesantren 50

2 Madrasah 50

3 Pendidikan keagamaan -

4 Sekolah luar biasa -

5 Kursus keterampilan -

Jumlah 100

52
Kantor Desa Tegallalang, Monografi Desa bulanan dalam Tahun 2019, Pada 22
Agustus 2019
53
Ibid kontor Desa Tegallalang
=39

c. Kehidupan Beragama

Masyarakat Desa Tegallalangdengan jumlah penduduk 833 jiwa

dengan persentase 100% menganut agama islam, dalam kehidupan

beragama dan menjalankan syariat-Nya, fasilitas keagamaan di Desa

Tegallalangterdiri dari:

Tabel 1.2

Sarana Peribadatan54

No Sarana Peribadatan Jumlah/Unit

1 Masjid 2

2 Mushola 1

Jumlah 3

3) Budaya Masyarakat

Pada bidang kebudayaan masyarakat, warga Desa Tegallalangsangat

menjunjung tinggi nilai kebudayaan yang di warisi oleh para leluhur, hal ini

terbukti masih berlakunya tatanan budaya serta kearsipan lokal pada setiap

proses pernikahan, khitanan, panen raya serta prosesi cuci kampug jika salah

seorang dari warga masyarakat melanggar ketentuan adat. Aparatur

pemerintahan Desa yang paling berperan dalam melestarikan dan menjaga

tatanan adat dan istiadat dan budaya local ini adalah Lembaga Adat Desa

Baru (LAD), lembaga ini masih aktif, baik dalam kepengurusan maupun

dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Kantor Desa Tegallalang, Monografi Desa bulanan dalam Tahun 2019 (Bidang
54

Pembangunan), Pada 22 Agustus 2019


40

C. Aspek Ekonomi

1.1 Sumberdaya Unggulan

Desa Tegallalangmemiliki potensi yang sangat besar, baik dari segi

Sumber Daya Manusia maupun Sumber Daya Alam. Namun yang paling

menonjol yaitu Suber Daya Alam dengan mata pencaharian 90% masyarakat

sebagai petani karet, kelapa sawit, sawah dan palawija membuat Desa ini

kaya akan potensi alamnya. Sedangkan untuk Sumber Daya Manusianya

sendiri belum benar- benar optimal diberdayakan, karena disebabkan masih

rendahnya pengetahuan dan kurangnya dana penunjang guna memberikan

pelatihan bagi sumber manusia yang ada.

1.2 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi masyarakat Desa Tegallalangsecara umum sudah

mengalami peningkatan, hal ini dinilai dari bertambahnya jumlah penduduk

yang memiliki pekerjaan. Namun tingkat pendapatan masyarakat belum

seutuhnya mencukupi kebutuhan hidup karena harga tidak sebanding dengan

penghasilan yang didapat mereka serta masih minimya bekal keterampilan,

upah buruh yang masih kecil serta mahalnya barang-baranng kebutuhan

sendiri.55

D. Aspek Pemerintahan

1) Sejarah Singkat Berdirinya Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Tegallalang

Bertambahnya jumlah penduduk dan bertambah pula permasalahan-

permasalahan yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat, keadaan

55
Sumber Data: Potensi Unggulan Desa Tegallalangtahun 2015-2020
41

tersebut sudah barang tentu menjadi suatu momok di masyarakat dan

mendorong munculnya suatu otoritas yang diharapkan dapat mengatasi

berbagai persoalan yang merealisasikan aspirasi yang berkembang.

Era reformasi membawa angin segar bagi pelaksanaan otonomi Daerah,

ketika desentralisasi dan demokrasi lokal mengalami kebangkitan,

dampaknya juga terasa di daerah-daerah pelosok termasuklah Desa

Tegallalangini sendiri. Berlandaskan dengan Undang-Undang Nomor 22

Tahun 1999 tentang pemerintahan Daerah dan perintah dari Camat maka di

Desa Tegallalangpada tahun 2001 melakukan pengrekrutan anggota BPD

dengan sistem Musyawarah Perwakilan, setelah masa khidmat anggota BPD

terpilih tahun 2001 telah usai maka dilakukan lagi pengrekrutan ulang

anggota BPD pada tahun 2007, namun pada saat pengrekrutan ini istilah BPD

yang awalnya memiliki kepanjangan (Badan Perwakilan Desa) di ganti

istilahnya menjadi (Badan Permusyawaratan Desa) dimana pergantian makna

yang cukup mencolok ini merupakan perubahan dan pembenahan dari UU

sebelumnya yang diganti dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tetang

Pemerintahan Daerah.

Pemilihan Anggota BPD pada tahun 2007 di Desa Tegallalangini masih

menggunakan sistem Musyawarah Perwakilan begitu juga dengan pemilihan

Anggota BPD pada tahun 2013 masih tetap menggunakan sistem

Musyawarah Perwakilan hingga terjadi perubahan di Tahun 2019 dimana

sistem pemilihan Anggota BPD diganti dengan pemilihan secara Langsung.

Kehadiran BPD di Desa ini menjadi dorongan baru bagi Demokrasi Desa,

yakni menjadi artikulator aspirasi dan partisipasi masyarakat, pembuat


42

kebijakan secara partisipasi masyarakat dan alat kontrol yang efektif terhadap

pemerintahan Desa. Kehadiran BPD di Desa ini dengan fungsi dan wewenang

yang dimilikinya memungkinkan adanya keseimbangan dan fungsi saling

mengawasi dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa, sehingga keberadaan

Kepala Desa yang pada kala itu seperti “penguasa tunggal” tidak lagi terjadi

dan diharapkan bibit-bibit yang baru akan muncul akan merasa terawasi

dengan hadirnya BPD di sistem pemerintahan Desa tersebut.

2) Struktur, Fungsi dan Wewenang Badan Permusyawaratan Desa

Pada umumnya organisasi yang baik haruslah sederhana, fleksibel dan

adanya fungsi yang tepat serta adanya penetapan wewenang dan tanggung

jawab. Alasan penting penyusunan organisasi adalah untuk membedakan

antara tugas yang satu dengan tugas yang lainnya, sehingga diperoleh

efisiensi yang lebih besar, karena dimungkinkan setiap individu

menspesifikasikan dirinya. Pembatasan tanggung jawab ini harus

dicerminkan dalam rantai atau garis wewenang dari Ketua sampai

bawahannya yaitu anggota.

Adapun Struktur Organisasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa

Olak Keman, terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Bendahara dan anggota.
43

Tabel 2.2
Struktur Organisasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Tegallalang

Kepala Desa Ketua BPD


AHMAD JEMADI

Wakil Ketua
SAHARUDIN

Sekretaris

SAMSURI

Anggota Anggota

MASTURO
MARBAWI

_“ Adapun Fungsi, Tugas serta Wewenang Badan Permusyawaratan Desa

(BPD) diantaranya:

a. Fungsi BPD

Fungsi BPD sebagaimana diatur dalam Permendagri No. 110 Tahun

2016 Pasal 31, yaitu:

a) membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama

Kepala Desa;

b) Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan

c) melakukan pengawasan kinerja kepala Desa. 56

” Peraturan menteri dalam negeri nomor 110 tahun 2016 tentang badan permusyawaratan
desa BAB V Pasal 31.
44

b. Tugas BPD

Adapun tugas BPD yang diatur pada Permendagri yang sama pada

Pasal 32 sebagai berikut:

a) menggali aspirasi masyarakat;

b) menampung aspirasi masyarakat;

c) mengelola aspirasi masyarakat;

d) menyalurkan aspirasi masyarakat;

e) menyelenggarakan musyawarah BPD;

f) menyelenggarakan musyawarah Desa;

g) membentuk panitia pemilihan Kepala Desa;

h) menyelenggarakan musyawarah Desa khusus untuk pemilihan

Kepala Desa bersama Kepala Desa;

i) membahas dan menyepakati rancangan Peraturan Desa bersama

Kepala Desa;

j) melaksanakan pengawasan terhadap kinerja Kepala Desa;

k) melakukan evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan

pemerintahan Desa;

l) menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan Pemerintah

Desa dan Lembaga Desa lainnya; dan

m) melaksanakan tugas lain yang diatur dalam ketentuan peraturan

perundang-undangan.57

57
Ibid, Pasal 32.
45

c. Wewenang BPD

Adapun wewenang BPD diantaranya:

a) mengadakan pertemuan dengan masyarakat untuk mendapatkan

aspirasi;

b) menyampaikan aspirasi masyarakat kepada Pemerintah Desa secara

lisan dan tertulis;

c) mengajukan rancangan Peraturan Desa yang menjadi

kewenangannya;

d) melaksanakan monitoring dan evaluasi kinerja kepala Desa;

e) meminta keterangan tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa

kepada Pemerintah Desa;

f) Menyatakan pendapat atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa

pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa,

dan pemberdayaan masyarakat Desa;

g) mengawal aspirasi masyarakat, menjaga kewibawaan dan

kestabilan penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan tata

kelola pemerintahan yang baik;

h) menyusun peraturan tata tertib BPD;

i) menyampaikan laporan hasil pengawasan yang bersifat insidentil

kepada Bupati/Walikota melalui Camat;

j) menyusun dan menyampaikan usulan rencana biaya operasional

BPD secara tertulis kepada Kepala Desa untuk dialokasikan dalam

RAPB Desa;

k) mengelola biaya operasional BPD;


46

l) mengusulkan pembentukan Forum komunikasi Antar Kelembagaan

Desa kepada Kepala Desa; dan

m) melakukan kunjungan kepada masyarakat dalam rangka monitoring

dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan Desa.


BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Pemilihan Anggota BPD Desa TegallalangMenggunakan Sistem

Musyawarah Perwakilan dan Sistem Secara Langsung

1. Pemilihan Anggota BPD Desa TegallalangSecara Musyawarah

Perwakilan

Pada pasal 58 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

menjelaskan mengenai jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa yang

haru ditetapkan dengan jumlah gasal, paling sedikit 5 orang dan paling

banyak 9 orang dengan memperhatikan wilayah, perempuan, penduduk, dan

kemampuan keuangan desa.

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara peneliti dilapangan, dapat

diketahui bahwasanya pemilihan anggota BPD pada Tahun 2013 merupakan

lanjutan dari sistem pemilihan Anggota BPD terdahulu yaitu pemilihan pada

tahun 2001, 2007 dan 2013. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Kepala Desa

Tegallalangsebagai berikut:

“Pada dasarnya pemilihan Anggota BPD di seluruh Desa di Kabupaten


Gianyar menggunakan sistem Musyawarah Perwakilan begitu juga
yang dijalankan di Desa Tegallalang, awal mula pemilihan anggota
BPD yang dilakukan pada tahun 2001-2013 kita menggunakan sistem
Musyawarah Perwakilan sesuai intruksi dari atasan (Bupati).”58

Berdasarkan penuturan Kepala Desa tersebut maka dapat diketahui

bahwasanya pemilihan anggota BPD di Desa Tegallalangini sudah berjalan

cukup lama yaitu 4 (Empat) periode dimana awal mula

58
Wawancara Bersama Bapak Ahmad Kepala Desa Tegallalang, pada tanggal 22
Agustus 2019, pukul 08:00 WIB.

47
48

dikeluarkannya peraturan Perundang-Undangan Nomor 22 Tahun 1999

tentang pemerintahan Daerah dimana tiga dari empat periode pemilihannya

ini menggunakan sistem pemilihan secara Musyawarah Perwakilan, hal ini

dikarenakan belum adanya perintah atau aturan yang mengatur tentang

pemilihan BPD secara Langsung maupun dengan cara yang lain.

Dalam pemilihan Anggota BPD secara Musyawarah Perwakilan

pembentukkan panitia pemilihan yang akan menyelenggarakan pemilihan

ini nantinya sudah diatur dan ditetapkan dalam peraturan Bupati Batanghari,

seperti yang dijelaskan oleh Kepala Desa Tegallalang:

“Pembentukan panitian dalam pemilihan anggota BPD di Desa


Tegallalangini berdasarkan PERBUB Batanghari dimana dijelaskan
bahwa seluruh panitia berasal dari aparatur Desa, baik Ketua, sekretaris
bendahara, anggota dan ada beberapa pendamping dari kecamatan.”

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwasanya

panitia pemilihan anggota BPD dengan menggunakan sistem pemilihan

Musyawarah Perwakilan diambil atau direkrut dari aparatur Pemerintah

Desa itu sendiri baik itu sekretaris Desa, Kasi Pemerintahan, Kasi Kesra,

Kaur Umum, Kaur Keuangan, Kadus dan juga RT dimana Kades sebagai

pengawas jalannya pemilihan. Namun berbeda halnya dengan yang tertera

di PERBUB Batanghari “Panitia pemilihan Anggota BPD secara

musyawarah perwakilan berjumlah 11(Sebelas) orang yang terdiri atas

unsur Perangkat Desa paling banyak 3 (Tiga) orang dan unsur masyarakat

paling banyak 8 (Delapan) orang.59 Dari pernyataan Kades beserta isi dari

PERBUB Batanghari No. 71 Tahun 2017 dapat dilihat penyimpangan

59
PERBUB Batanghari Nomor 71 Tahun 2017 Tentang Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) BAB IV Pasal 93 Ayat 1
49

sistem Pembentukan Panitia Pemilihan Anggota BPD di Desa

Tegallalangtersebut. Kasi Pemerintahan juga menjelaskan:

“Pemilik hak suara pada pemilihan anggota BPD yang berjumlah 65


orang di tentukan oleh panitia pemilihan dengan kesepakatan Kades.
Dimana bisa dilihat pada pemilihan yang telah beberapa kali
berlangsung di Desa ini panitia pemilihan lebih mementingkan suara
keluarga yang mencalon sebagai pemilik suara pada pemilihan nantinya
dan dapat diketahui keluarga si panitia lah yang akan menduduki kursi
jabatan BPD di Desa ini.”60

Berdasarkan penjelasan Bapak Kasi Pemerintahan tersebut dapat

diketahui bahwa pemilihan anggota BPD di Desa Tegallalangdengan

menggunakan sistem Musyawarah Perwakilan tidak luput dari praktik

“Nepotisme” dimana lebih mementingkan keluarga sendiri dari pada

kemampuan calon lain yang memiliki skill dalam bidang pemerintahan itu

sendiri. Dalam hal pencalonan anggota BPD pada Musyawarah Perwakilan

ini Kasi Pemerintahan menjelaskan bahwa:

“Dalam hal pencalonan sebagai calon Anggota BPD pencalon


berjumlah 8 orang apabila bakal calon Anggota BPD lebih dari 8 orang
maka akan dilakukan penyeleksian oleh panitia pemilihan BPD yaitu
saya sendiri caranya dapat dilihat dari kelengkapan berkas serta melihat
riwayat pendidikannya.”61

Berdasarkan pernyataan dari Kasi Pemerintahan Desa

Tegallalangtersebut bahwa pencalonan dan penyeleksian bakal calon

Anggota BPD di Desa Tegallalangsudah sesuai dengan PERBUB

Batanghari Pasal 60 Ayat 1 (Satu). 62 Sedangkan untuk syarat agar bisa

menjadi calon Anggota BPD Kasi Pemerintahan menjelaskan:

60
Wawancara Bersama Bapak Sanusi, Kasi Pemerintahan Desa Tegallalang, pada
tanggal 22
61
Agustus 2019, pukul 08:00 WIB.
Wawancara dengan Bapak Muzi. A.md. Kasi Pemerintahan Desa Tegallalang, pada
22 Agustus 2019. Pukul 10:12 WIB.
62
Jika bakal calon yang memenuhi persyaratan masing-masing keterwakilan wilayah dan
keterwakilan perempuan lebih dari 8 (Delapan) orang, panitia melakukan seleksi tambahan dengan
50

“Untuk masalah pendaftaran calon Anggota BPD tidak ada syarat


khusus dari Desa, apabila semua syarat yang dari PERBUB Batanghari
tentang BPD terpenuhi maka panitia pemilihan anggota BPD akan
menulis namanya sebagi calon anggota dari pemilihan anggota BPD
Desa.”

Berdasarkan hasil pernyataan dari Kasi pemerintahan tersebut bahwa

peneliti menemukan adanya multi tafsir dari sebuah Peraturan Bupati

Batanghari dimana di Desa yang peneliti teliti Anggota BPD yang terpilih

salah satunya yaitu istri Kades di Desa itu sendiri, hal ini dikarenakan

menurut penuturan bapak Kasi Pemerintahan tidak ada aturan yang

mengatur tentang tidak diperbolehkannya istri Kades untuk mencalon

sebagai anggota BPD di Desa tersebut. Bapak Muzi, A.Md selaku Kasi

Pemerintahan Desa Tegallalangjuga menambahkan bahwa:

“Pada pemilihan Anggota BPD baik pada 2001-2013 bisa dikatakan


pemilihan yang tidak demokrasi dan tidak bagus, dikarenakan politik
nepotisme masih tumbuh subur di Desa kita ini.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat di ketahui bahwasanya

penerapan sistem Demokrasi pada pemilihan wakil rakyat belum berjalan di

Desa ini, hal ini dikarenakan masih adanya sifat Nepotisme yang tinggi di

tubuh kalangan pemerintahan Desa sehingga lebih mementingkan keluarga

sendiri dibanding kemampuan yang dimiliki anggota lain yang bukan

keluarganya. Inilah yang menjadi problema yang di hadapi oleh Desa

Tegallalang, dimana sistem demokrasi itu masih merupakan momok yang

belum bisa terpecahkan dikalangan masyarakat Desa tersebut, dimana para

pemimpin lebih mementingkan diri dan kehendaknya sendiri dibanding

mendengarkan keluh kesah masyarakat yang ada di Desa tersebut.

menggunakan kriteria tingkat pendidikan, pengalaman bekerja di lembaga pemerintahan, usia dan
persyaratan lain yang ditetapkan oleh Panitia Kecamatan. Lihat PERBUB Batanghari No. 71
Tahun 2017 Tentang Badan Permusyawaratan Desa (BPD) BAB I Pasal 60 Ayat I.
51

2. Pemilihan Anggota BPD Desa TegallalangTahun 2019

Menggunakan Sistem Secara Langsung

Dengan dirubahnya PERBUB Batanghari tentang Pemilihan BPD

membawa angin segar dalam hal pemilihan anggota BPD di Kabupaten

Gianyar, dimana yang awal mulanya pemilihan Anggota BPD hanya dapat

dilakukan dengan sistem Musyawarah Perwakilan namun dengan adanya

perbaikan dan pengoreksian maka terdapat penambahan sistem pemilihan

secara Langsung di dalamnya, khususnya di Desa Tegallalangdimana sistem

pemilihan Anggota BPD dengan menggunakan sistem secara Langsung

merupakan permulaan di Desa tersebut sekaligus yang pertama juga di

Kecamatan Tegallalang, menurut Kades Tegallalang:

“Pemilihan Anggota BPD pada tahun ini (2019) merupakan pemilihan


yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, dimana pada tahun ini kita
dapat di beri kesempatan untuk memilih dengan menggunakan sistem
secara langsung dimana sistem pemilihannya hampir sama dengan
pemilihan Kepala Desa di Kampung kita ini.”63

Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa pemilihan

Anggota BPD dengan sistem secara langsung ini merupakan kali pertama

dan satu-satunya yang telah terlaksanakan di Kecamatan Tegallalang, dan

juga pemilihan menggunkan sistem secara Langsung ini dikarenakan adanya

penambahan dari Peraturan terdahulu yang menjelaskan tentang Pemilihan

Anggota BPD. Beliau juga menambahkan:

“Dikarenakan beberapa Faktor dan kendala dari pusat maka dari itu kita
baru bisa menjalankan sistem pemilihan secara langsung ini sekarang
(2019), salah satu masalahnya yaitu tidak ada ketersediannya alat
komputer untuk melaksanakan pemilihan ini, dan juga ketidak tahuan
baik dari panitia dan masyarakat akan hal pengimputan data nantinya
setelah pemilihan berakhir.”
63
wawancara bersama Bapak Ahmad Kepala Desa Tegallalang, pada 22 Agustus
2019,pukul 08:45 WIB.
52

Berdasarkan penjelasan Kepala Desa di atas maka dapat diketahui

bahwa sebenarnya sistem pemilihan secara langsung ini sudah lama adanya,

namun keterbatasan akan sarana prasarana dan juga pengetahuan akan

teknologi terkini membuat pemilihan secara langsung baru bisa terlaksana

pada tahun 2019 ini. Beliau juga menuturkan:

“Pemilihan Anggota BPD dengan menggunakan sistem secara


Langsung ini sebenarnya bertujuan untuk membentuk sistem
Demokrasi pada Rakyat dan juga supaya masyarakat mengetahui siapa
calon-calon anggota BPD yang akan menampung aspirasi mereka
kedepannya, dan juga kami mengharapakan dengan pemilihan anggota
BPD secara Langsung ini dapat menjadi suatu perubahan yang baru di
lingkup Pemerintahan di Desa ini.”64

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa kesadaran

berdemokrasi di Desa ini sesungguhnya sudah mulai lahir dan sudah mulai

dijalankan, ini terbukti dari pemilihan anggota BPD yang dilakukan dengan

menggunakan sistem secara langsung dimana semua masyarakat terlibat

dalam hal pemilihan Anggota BPD tersebut. Ketua KPPS Pemilihan

Anggota BPD Tegallalang menuturkan bahwa:

“Sistem pemilihan BPD secara langsung ini menurut saya sangat bagus
karena di setiap wilayah ada perwakilannya, ini artinya di setiap
wilayah (RT) terdapat satu perwakilan Anggota BPD yang dapat
mendengarkan serta mengamati keluh kesah, aspirasi, serta keinginan
masyarakat di masing-masing wilayah tersebut."65

Berdasarkan Wawancara di atas dapat diketahui bahwa perwakilan

perwilayah pada saat pemilihan anggota BPD secara Musyawarah

Perwakilan belum terlaksana, dan dapat terlaksana pada saat sistem secara

langsung dilaksanakan, hal ini membawa perubahan yang cukup signifikan

64
wawancara bersama Bapak Ahmad Kepala Desa Tegallalang, pada 22 Agustus
2019,pukul 08:55 WIB.
65
Wawancara bersama Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS)
Kusaipul Anwar, S.Pd.i, pada 23 Agustus 2019, pukul 9:30 WIB.
53

dimana pada masa sebelumnya mayoritas Anggota BPD bermukim di

Dusun 1 (Satu) dimana wilayah Dusun ini terletak di seberang sungai, perlu

tenaga dan juga waktu bagi masyarakat jika ingin berkonsultasi dengan

anggota BPD lainnya yang tinggal di Dusun seberang sungai tersebut.

B. Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilihan Anggota BPD Di Desa

Tegallalang

1. Hasil Wawancara

Setelah dilakukan penelitian terhadap 82 responden mengenai sistem

pemilihan anggota BPD di Desa Tegallalangdan juga melakukan wawancara

kepada beberapa responden mengenai partisipasi dalam pemilihan anggota

BPD, warga Desa Tegallalangmerasa acuh tak acuh dalam hal pemilihan

anggota BPD, hal ini di dasarkan pada :

1) kurangnya sosialisasi dari pemerintahan Desa mengenai pemilihan

anggota BPD serta masih belum transparansinya informasi mengenai

lembaga pemerintahan di Desa tersebut.

2) kurang demokrasinya sistem pemilihan dan juga praktik KKN yang

masih sangat tinggi.

3) Kurang terbukanya informasi oleh aparatur Desa juga merupakan salah

satu indikator penyebab masyarakat bersikap apatis terhadap pemilihan

anggota BPD di Desa ini.


54

2. Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur yang dipergunakan untuk

mengukur apa yang diukur. Adpun caranya adalah dengan mengkorelaikan

skor yang diperoleh pada masing-masing item pertanyaan dengan skor total

individu. Pengujian validditas dilakukan dengan bantuan komputer

menggunakan microsoft excel. Dalam penelitian ini pengujian validitas

dilakukan terhadap 82 responden. Pengambilan keputusan diambil

berdasarkan pada nilai rhitung > rtabel sebesar 0,154, untuk df = 82-2 = 80; α =

0,05 maka item/pertanyaan terebut valid dan sebaliknya.

a. Uji Validitas Kuesioner Perilaku Pendorong Partisipasi

Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas variabel responsibilitas

dengan 3 item pertanyaan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku Pendorong Partisipasi

Item koefisien r-tabel keterangan


Pertanyaan validitas
item pertanyaan 1 4,324 0,217 Valid
item pertanyaan 2 3,220 0,217 Valid
item pertanyaan 3 1,393 0,217 Valid
55

b. Uji Validitas Kuesioner Karakter Partisipasi

Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas variabel kualitas dengan 3

item pertanyaan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Hasil Uji Validitas Karakter Partisipasi

Item koefisien r-tabel keterangan


Pertanyaan validitas
item pertanyaan 4 3,164 0,217 Valid
item pertanyaan 5 3,053 0,217 Valid
item pertanyaan 6 3,987 0,217 Valid

c. Uji Validitas Kuesioner Faktor-Faktor Partisipasi

Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas variabel Akuntabilitas

dengan 4 (Empat) item pertanyaan adalah sebagai berikut:

Tabel 5.2

Hasil Uji Validitas Faktor-Faktor Partisipasi

Item Pertanyaan koefisien r-tabel keterangan


validitas
item pertanyaan 7 3,599 0,217 Valid
item pertanyaan 8 2,656 0,217 Valid
item pertanyaan 9 4,908 0,217 Valid
item petanyaan 10 3,482 0,217 Valid

Dari ketiga tabel uji Validitas angket di atas yang terdiri dari tiga dimensi

yaitu Responsibilitas, kualitas dan Akuntabilitas memiliki koefisien

validitas yang lebih besar dari r-tabel (0,217) yang maknanya semua item

kuisioner valid. Sehingga dengan hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan

bahwa item-item pertanyaan tersebut layak digunakan sebagai alat ukur

dalam penelitian.
56

3. Data Responden

Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Tegallalangyang

memiliki hak suara pada pemilihan anggota BPD baik pada tahunn 2013

maupun tahun 2019. Sebanyak 82 orang, kemudian dari hasil pengumpulan

dan pengelolaan data melalui penyebaran kuesioner dengan tiga aspek

dimensi pertanyaan yaitu perilaku pendorong partisipasi masyarakat, karakter

perilaku dan paktor-paktor perilaku kepada responden tersebut maka

diperoleh hasil data tersebut pada tabel-tabel karakteristik responden yang

diteliti berikut ini:

a) Partisipasi Masyarakat Aspek pendorong Perilaku

Pendorong perilaku partisipasi masyarakat pada pemilihan Anggota

BPD di Desa Tegallalangberkaitan dengan terpilihnya menjadi pemilik

suara pada saat pemilihan. Kurangnya sosialisasi dan arahan dari aparatur

Desa membuat masyarakat acuh tak acuh akan pemilihan anggta BPD di

Desa Tegallalangtersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan maka diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 6.2

Pendorong Perilaku

Partisipasi

NO
NO SS % S % TT % TS % STS %
ITEM
1 1 0 0 0 0 11 18 39 57 32 80
2 2 1 5 22 38 26 43 27 40 6 15
3 3 19 95 36 62 23 3 2 3 2 5
Persentase
5% 50% 38% 40% 15%
Rata-rata
57

Perilaku Pendorong
Partisipasi
38% 40%
50%

15
5% %

Gambar tabel 1.1. Grafik partisipasi masyarakat aspek perilaku


pendorong partisipasi

Dari tabel 7.4 diatas dapat diketahui bahwa aspek pendorong

perilaku partisipasi masyarakat sebanyak 20 orang dengan persentase 5%

responden menjawab sangat setuju sedangkan58 orang dengan persentase

50% menjawab setuju, 60 orang dengan persentase 38% menjawab tidak

tahu, 68 orang dengan persentase 40% menjawab tidak setuju dan 40

orang dengan persentase 15% menjawab sangat tidak setuju.

Pertanyaan paling dominan dari indikator perilaku pendorong

partisipasi masyarakat adalah pertanyaan nomor 3 yaitu paktor faktor

pendorong masyarakat tidak memilih pada pemilihan anggota BPD tahun

2013 dikarenakan tidak terpilih sebagai pemilik suara pada pemilihan kala

itu.

b) Partisipasi Masyarakat aspek Karakter Partisipasi

Berdasarkan data penelitian dengan penyebaran angket kepada 82

orang di Desa Tegallalangmengenai Partisipasi Masyarakat pada

pemilihan Anggota BPD di Desa Tegallalangaspek Karakter Partisipasi

diperoleh data sebagai berikut:


58

Tabel 7.2 Karakter Partisipasi

No
No Item SS Karakter
% S % TT % TS % STS %
1
2
1
2
1
Partisipasi
6 5 12 26
15 88 29 69 25
35
34
42
3
49 8
3
30
10 37
48%
3 3 1 6 8 19 23 31 41 48 9 33
Persentase 34 33%
Rata-rata 6% 19%
% 34% 48% 33%
19
%
6
%

Gambar Tabel 1.2. Grafik partsispasi masyarakat aspek karakter


partisipasi
Berdasarkan tabel 7.5 diatas, partisipasi masyarakat pada aspek

karakter partisipasi berkaitan dengan faktor yang berasal dari dalam

tubuh masyarakat itu sendiri berkaitan dengan perasaan bertanggung

jawab sebagai warga Desa Tegallalangdan faktor-faktor lainnya yang

mendukung warga tersebut tergerak untuk ikut dalam berpartisipasi.

Berdasarkan pada data diatas terdiri dari 82 responden maka

diperoleh 6% atau 17 orang menjawab sangat setuju, 19% dari 100%

atau 42 orang menjawab setuju, 48% atau 74 orang menjawab tidak

setuju dan 33% atau 27 orang menjawab sangat tidak setuju.


59

Pernyataan yang paling dominan dari indikator karakteristik partisipasi

ini adalah pernyataan nomor 5 yaitu masyarakat menggunakan hak pilih

dalam pemilihan anggota BPD di Desa Olak Kemang di karenakan


kesadaran akan warga Desa tersebut.
c) Partisipasi Masyarakat Aspek Faktor-Faktor Partisipasi

Tabel 8.2

Faktor-faktor partisipasi

no
no SS % S % TT % TS % STS %
item
1 1 6 22 13 19 28 26 27 29 8 24
2 2 10 37 30 45 27 25 7 8 8 24
3 3 1 4 12 18 29 27 27 34 13 39
4 4 10 37 12 18 25 23 31 34 4 12
Persentase
Rata-Rata 30% 19% 25% 32% 24%

Faktor-faktor
30%
Partisipasi
32% 24
19 %
% 25%

Gambar 1.3: Grafik partisipasi masyarakat aspek faktor-faktor

partisipasi

Dari data di atas dapat diketahui bahwa partisipasi masyarakat

aspek faktor-faktor partisipasi diperoleh data yaitu untuk kategori pilihan

jawaban sangat setuju sebanyak 30% atau 27 orang dari 82 responden,


60

sedangkan 67 orang atau 19% menjawab setuju, sedangkan 109 atau 25%

menjawab tidak tahu, 92 atau 32% menjawab tidak setuju dan 33 atau 24%

menjawab sangat tidak setuju.

Pernyataan paling dominan pada aspek faktor-faktor partisipasi ini

terletak pada pernyataan nomor 7 yaitu masyarakat memilih pada

pemilihan anggota BPD tahun 2013 dan 2019 dikarenakan ada salah satu

dari calon anggota BPD merupakan keluarga dari si pemilih dan

pernyataan nomor 9 yaitu pemilih memilih calon anggota BPD

berdasarkan atas visi dan misi yang dicanangkan oleh si pencalon, ini

merupakan poin khusus tersendiri sbagi masyarakat untuk memilih pada

saat pemilihan calon anggota BPD yang di laksanakan di Desa tersebut.

4. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil analisis data penelitian yang telah dipaparkan diatas dapat di

jelaskan bahwa partisipasi masyarakat pada pemilihan Anggota BPD di Desa

Tegallalangberdasarkan tanggapan yang telah diberikan oleh para responden

melalui angket pernyataan yang telah disebarkkan yaitu:

1. Perilaku pendorong partisipasi masyarakat

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai partisipasi

masyarakat dalam pemilihan anggota BPD di Desa Tegallalangditinjau

dari tiga aspek yaitu, perilaku pendorong partisipasi, karakter

partisipasi dan faktor-faktor partisipasi, adapunpenjelasannya yaitu:

a. Perilaku Pendorong Partisipasi

Hasil penelitian yang telah diperoleh terhadap perilaku pendorong

partisipasi masyarakat dalam pemilihan anggota BPD di Desa Olak


61

Kemang diketahui rata-rata persentase partisipasi masyarakat 38%

dikategorikan rendah terhadap perilaku pendorong partisipasi

masyarakat. Hal ini disebabkan karena tidak terpilihnya seagai

pemilik suara pada pemilihan anggoata BPD di Desa Tegallalang

Berdasarkan hasil wawancara hal ini dikarenakan pemilihan anggota

pemilih hanya berjumlah 60 orang dan dominan pemilik hak suara

adalah mereka yang memiliki keluarga di dalam aparatur Desa

tersebut. Dari data tersebut sudah barang tentu pendorong partisipasi

masyarakat dalam pemilihan anggota BPD di Desa Tegallalangbisa

dikategorikan dalam taraf rendah.

b. Karakter Partisipasi

Dalam hal partisipasi masyarakat berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilaksanakan maka diperoleh rata-rata persentase karakter

partisipasi masyarakat sebesar 33%. Hal ini disebabkan karena

masyarakat memilih pilihannya dikarenakan adanya sesuatu yang

dijanjikan oleh calon anggota BPD baik berupa materi, jabatan dan

lain sebagainya. Partsipasi tersebut bukan dikarenakan kesadaran

warga akan haknya dan tanggung jawabnya sebagai warga/masyarakat

di Desa tersebut.

c. Faktor-Faktor Partisipasi

Berdsarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka

diperoleh 25% dari aspek faktor-faktor partisipasi masyarakat dalam

memilih anggota BPD. Faktor pendorong partisipasi ini dilihat dari

indikator partisipasi masyarakat dalam hal memilih ini dikarenakan


62

adanya salah satu keluarga yang mencalon sebagai anggota BPD di

Desa tersebut. Maka dari itu 25% dari warga tersebut merupakan yang

memiliki keluarga pada saat pencalonan.

Berdasarkan analisa jawaban yang diberikan oleh responden dan

narasumber ke peneliti, hal yang mendasari partisipasi masyarakat

yaitu faktor keluarga dan sifat acuh tak acuh dengan perkembangan

Desa yang cukup melesat. Adapun ketika ada suatu informasi baru

mengenai desa namun dengan sifat ketertutupannya membuat

masyarakat sulit untuk memperoleh data konkrit akan berita-berita

terbaru mengenai pemerintahan Desa.


62

BAB V

PENUTU

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pembahasan mengenai “Analisis

Sistem Pemilihan Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) terhadap hasil

pemilihan (Studi di Desa TegallalangKecamatan Tegallalang Kabupaten

Gianyar)” maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Implementasi pemilihan anggota BPD di Desa Tegallalangdengan

menggunkan sistem Musyawarah Perwakilan dinilai kurang baik, hal ini

dikarenakan apabila pemilihan menggunakan sistem perwakilan dimana

perwakilan hanya berjumlag 60 perwakilan dari masyarakat akan

berdampak pada terbuka lebarnya praktik KKN yang akan di hasilkan.

Ketidak mampuan calon anggota terpilih dalam bertindak menangani

kebutuhan masyarakat berdampak pada sikap acuh tak acuh oleh

masyarakat akan lemabaga ini. Hal ini berbanding terbalik dengan

diberlakukannya sistem pemilihan secara Langsung dimana pemilihan

secara langsung ini membawa semangat baru untuk perubahan yang

dibutuhkan oleh masyarakat, hal ini di butikan dengan pada saat

pemilihan anggota BPD secara langsung dihadiri hampir 98% dari

masyarakat Desa itu sendiri.

2. Faktor partisipasi masyarakat dalam hal memilih Anggota BPD di dasari

oleh tiga hal, yaitu: Pendorong perilaku partisipasi, karakter pasrtisipasi

dan faktor-faktor partisipasi. Partisipasi masyarakat dalam pemilihan

anggota BPD di Desa Tegallalangdiketahui rata-rata persentase


63

partisipasi masyarakat 38% 33%dan 25% sesuai kategori aspek penilaian

masing-masing dikategorikan “rendah” terhadap perilaku partisipasi

masyarakat. Hal ini dikarenakan praktik KKN yang masih meraja lela di

Desa tersebut dan sikap apatis dari warga mengenai pengawasan terhadap

aparatur Desa membuat tingkat partisipasi masyarakat dikategorikan

dalam taraf rendah.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas yang diperoleh dari hasil penelitian

sebagaimana yang telah dikemukakan oleh penulis, maka dapat diberikan

beberapa masukan dan saran oleh penulis diantaranya:

1. Kepada Aparatur Pemerintahan Desa hendaknya memilih sistem

pemilihan dengan selektif guna untuk kesejahteraan masyarakat,

menyebarluaskan informasi mengenai kepemerintahan di Desa tersebut

dan juga memberikan kesempatan kepada warga untuk ikut berperan aktif

dalam kepemerintahan Desa.

2. Kepada warga hendaknya berperan aktif dan ikut mengawasi

pemerintahan Desa agar penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dapat

diminimalisir dan dihilangkan.


64

C. Penutup

Segala puji bagi Allah SWT tuhan sekalia alam atas petunjuk dan

redhonya dapatlah penulis mengakhiri penulisan skripsi ini yang sederhana

dengan segenap usaha yang semampunya, meskipun banyaknya halangan dan

rintangan yang berliku-liku bukanlah menjadi penghambat suatu kegagalan

melainkan menjadikannya sebagai sebuah motivasi berguna agar bisa

mencapai kejayaan yang dilimpahkan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, bahkan

masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan yang ada dalam penulisan

ini. Maka dari itu dari sudut hati yang paling dalam serta kerendahan hati,

segala kritikan dan teguran yang membina untuk masa yang akan akan,

amatlah penulis hargai demi kebaikan skripsi ini yang lebih baik.

Semoga Allah SWT memberikan kebaikan dan pahala yang berganda

untuk semua pihak yang tekah banyak membantu oenulis menyelesaikan

skripsi ini. Semoga ALLAH SWT memberikan hidayah, petunjuk, rahmat

dan ridhonya serta menganugerahkan syurga buat kita semua. Aamiin ya

Rabbal Alamin.
65

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

A Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan,

Jakarta: Kencana, 2017.

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, metodologi Penelitian, Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2007.

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Jakarta: Gajah Mada

Universitu Press, 1993.

Hanif Al Fatta, Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi Untuk Keunggulan

Bersaing Perusahaan Dan Organisasi Modern, Yogyakarta: CV. Andi

Offset, 2007.

Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan Dan Sosial Kuantitatif dan Kualitatif,

Jakarta: GP Press, 2008.

Jeperson Hutahaean, Konsep Sistem Informas, Yogyakarta: Depublish, 2014.

Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Dan Konstitusionalisme, Jakarta: Konstitusi Press,

2005.

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2008.

Moch. Solekhan, penyelenggaraan Pemerintahan Desa Berbasis Partisipasi

Masyarakat, Jatim: Setara Press, 2014.

Mohammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Angkasa, 1985.

Moleong Lexy, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda

Karya, 2011.
66

Ni‟matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2010.

Prayoza Saputra, Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa Dalam

Pembentukan Peraturan Desa (Studi Kasus Di Desa Tridayasakti

Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi). Skripsi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2014.

Ryan Anggara, Badan Permusyawaratan Desa Di Desa Neglasari Kecamatan

Banjar Kota Banjar Dalam Melaksanakan Fungsi Pengawasan Kinerja

Kepala Desa, Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2018.

Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Grafindo Persada, 2005.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, Bandung:

Alfabeta, 2009.

Yunaetianggraeni Elisabet dan Irviani Rita, Pengantar Sistem Informasi,

Yogyakarta: CV. Andi Ofset. 2017

2. Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan Bupati Batanghari Nomor 71 Tahun 2017 Tentang Badan

Permusyawaratan Desa (BPD)

Peraturan Pemerintah Nomor. 72 Tahun 2005 Tentang Desa

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.


67

3. Jurnal Terkait

Ahmad Wildan Sukhoyya, Pemilihan Wanita Dalam Badan Permusyawaratan

Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Di Kabupaten Semarang Ditinjau Dari Perspektif Gender. Journal Of

Law. Vol.7 No. 1. 2018.

La Ode Dedihasriadi Dan Andi Novita Mudriani Djaoe, Efektivitas Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Terhadap Penyelenggaraan

Pemerintahan Desa Sabi Sabila Kecamatan Mowewe Kabupaten Kolakala

Timu, Jurnal Al-„Adl, Vol. 11 No. 1, Januari 2018.

Neneng Yani Yuningsih, Demokrasi Dalam Pemilihan Kepala Desa ? Studi Kasus

Desa Dengan Tipologi Tradisional, Transisional, Dan Modern Di Provinsi

Jawa Barat Tahun 2008-2013. Jurnal Politik, Vol. 1 No. 2, februari 2016.

Ombi Romli & Elly Nurlia.“Lemahnya Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Dalam Melaksanakan Fungsi Pemerintahan Desa (Studi Desa Tegelwangi

Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang)”. Jurnal Ilmu Pemerintahan,

Vol. 3. No. 1, April 2017.

4. Artikel Terkait

http://elib.unikom.ac.id/gdl.jbptunikompp-gdl-mohhabibin-28322-4-

unikom-i.pdf
68

Lampiran I

DAFTAR INFORMAN

No Nama Jabatan

1 Ahmad Kepala Desa Tegallalang

2 KASI pemerintahan Desa


Muzi, Amd Tegallalang

3 Mukhlis Sekretaris Desa


Tegallalang
4 Yanto KETUA RT 01

5 Kusaipul anwar KETUA KPPS

6 Ashuri Warga Desa Tegallalang

7 82 responden Warga Desa Tegallalang


69

Lampiran II

ISTRUMEN WAWANCARA

Dalam melaksanakan wawancara peneliti menggunakan pertanyaan-


pertanyaan yang telah disusun secara terarah dan sistematis sebagai upaya
memperoleh informasi dan data obyektif, peneliti melakukan wawancara dengan
beberapa informan di Desa Tegallalang

Adapun pertanyaan-pertanyaan yang peneliti ajukan dalam wawancara


sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah berdirinya BPD di Desa Tegallalang?


2. Mengapa pemilihan anggota BPD menggunakan sistem musyawarah
perwakilan pada pemilihan tahun 2013 ?
3. Apa yang melatar belakangi pemilihan anggota BPD tahun 2013
menggunakan sistem Musyawarah Perwakilan ?
4. Bagaimana cara membentuk panitia pada pemilihan anggota BPD
tahun 2013 ?
5. Berapa jumlah pemilih pada pemilihan anggota BPD dengan
menggunakan siste Musyawarah Perwakilan ?
6. Bagaimana menentukan hak pemilik suara pada pemilihan anggota
BPD secara Musyawarah Perwakilan ?
7. Berapa jumlah maksial calon anggota BPD ?
8. Apabila para calon anggota BPD melebihi batas maksimum kuota
pencalonan, tindakan apa yang akan diambil oleh panitia pelaksana
pemilihan ?
9. Apa saja kriteria/ syarat-syarat yang harsu di penuhi oleh calon
anggota BPD untuk mencalonkan dirinya sebagai calon BPD ?
10. Bagaimana hasil pemilihan anggota BPD tahun 2013 ?
11. Mengapa pada pemilihan anggota BPD Desa Tegallalangtahun 2019 di
ganti dengan sistem secara langsung ?
12. Apa tujuan yang melatar belakangi pemilihan anggota BPD dengan
sistem secara langsung ?
13. Berapa jumlah calon anggota BPD perwilayah ?
14. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu mengenai sistem pemilihan secara
langsung ?
70

Lampiran III

ANGKET PERTANYAAN DALAM PENYUSUNAN

TUGAS AKHIR MAHASISWA

DEPARTEMEN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

“Analisis Sistem Pemilihan Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD)


Terhadap Hasil Pemilihan (Studi Kasus Di Desa TegallalangKecamatan
Tegallalang Kabupaten Gianyar)”

KETERANGAN:

1. Kuisioner (angket) ini semata-mata untuk kepentingan akademis, mohon di jawab


dengan jujur.
2. Bacalah dan jawablah pertanyaan di bawah ini dengan teliti tanpa ada yang
terlewatkan.
3. Berilah tanda (X) atau (√) pada jawaban yang menurut anda tepat.
4. Jika ada pertanyaan yang kurang jelas, dipersilahkan untuk bertanya kepada
peneliti.

Pilihan Jawaban :

SS = Sangat Setuju

S = Setuju

TT = Tida Tahu

TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

Data Responden:

Nama :

Usia :

Status : a. Menikah

b. Belum Menikah

Agama :

Pendidikan Terakhir :
71

Pernyataa:

No Pernyataan SS S TT TS STS
Partisipasi masyarakat
1
saya tidak mengikuti pemilihan anggota BPD tahun 2013
2 saya merasa masa bodoh terhadap pemilihan anggota BPPD
tahun 2013
3 saya merasa masa bodoh terhadap pemilihan anggota BPPD
tahun 2019

karakter partisipasi
4 saya menggunakan hak pilih saya pada pemilihan anggota
BPD tahun 2019
saya menggunakan hak pilih saya pada pemilihan anggota
5 BPD tahun 2019 karena kesadaran saya sebagai warga Desa
Tegallalang
saya menggunakan hak pilih saya atas dasar suruhan orang
6
lain

faktor-faktor partisipasi
7 saya memperoleh informasi mengenai pemilihan anggota
BPD dari aparatur pemerintahan Desa
8 saya menggunakan hak pilih saya karena ada salah satu
keluarga saya yang mencalon sebagai Anggota BPD di sana
9 saya menggunakanhak pilih saya karena mendapatkan
sejumlah materi
10 saya merasa aparatur pemerintah desa aktif dan terbuka
dalam pemberian informasi mengenai pemilihan BPD
72

Lampiran IV

1.1 & 2.1 . Pengisian Angket Pertanyaan Oleh Bapak Saharudin dan Muslim
selaku Perwakilan Warga Desa Tegallalangdan perwakilan Remaja/Pemuda
Desa Tegallalang

(3.1) (4.1)

7.3 3 & 4.1 : pengisian Angket pertanyaan oleh Ibn Misium dan Da’i Taufik
selaku pewakilan pegawai Negeri Sipil dan tokoh agama Desa Tegallalang
73

(5.1) (6.1)

Foto 5.1 & 6.1 Calon Anggota BPD dan suasana partisipasi masyarakat pada
pemilihan Anggota BPD Desa Tegallalang

(7.1) (8.1)

Foto 7.1 & 8.1 Daftar Hadir Online pemilih dan Calon Anggota BPD Perwakilan
Perempuan
74

Curiculum Vitae

A. Identitas diri
Nama Murni
Nim Sip. 162396
Tempat/tanggal Tegallalang 09/12/1997
lahir
Perumahan Villa Duren Emas
Alamat
Kec. Jaluko kab. Muaro jambi
Ds. Tegallalang, Kec. Maro Sebo
1. Alamat asal
Ulu Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali,
kode Pos 36655

Perumahan Villa Duren Emas


Alamat sekarang
Kec. Jaluko kab. Muaro
jambi 082311773458
No.telp/hp
Saharudin
Nama ayah
Rohani
Nama ibu
Tani
Profesi ayah & ibu

B. Riwayat pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. SD N 189/1 Tegallalang : 2004-2010
b. SMP N 9 BATANGHARI : 2010-2013
c. MAS PKP Al-Hidayah Kota Jambi : 2013-2016

Anda mungkin juga menyukai