Anda di halaman 1dari 2

Covid-19 dan Stigma Sosial Masyarakat

Oleh : Taufiqurrahman
Tahun 2020 adalah sebuah tahun yang tidak pernah dibayangkan oleh setiap orang akan
menjadi seperti saat ini. Pesta kembang api yang diselenggaran dihujung 2019 seolah tidak
ada maknanya. Rencana pesta pernikahan meriah tak luput dari cobaan, dari sebuah pesta
didalam ballroom menjadi hajatan keluarga sederhana di rumah pribadi.
Pandemi Covid-19 seolah menjadi momok tersendiri yang hadir ditengah masyarakat. Virus
yang awalnya menyerang sistem kekebalan tubuh ini kini berubah menyerang sendi-sendi
sosial masyarakat. Social Distancing yang kemudian diubah menjadi Physical Distancing
menjadi kebiasaan baru didalam masyarakat.
Masyarakat dihadap-hadapkan dengan dua kubu yakni yang menyatakan bahwa ini adalah
kasus konspirasi dan pandangan bahwa ini benar sebuah wabah yang ada di Dunia saat ini.
Bagi golongan penganut teori konspirasi beranggapan bahwa ini tak ubahnya sebuah strategi
perang ekonomi. Adanya pecah pemahaman ini membuat fake news beredar dimana-mana
sehingga menyebabkan masyarakat bingung, hasilnya adalah timbul stigma sosial didalam
masyarakat.
Kondisi saat ini menyebabkan masyarakat takut untuk mendekati fasilitas Kesehatan atau
klinik bahkan Rumah Sakit meskipun sebenarnya harus mendapatkan pertolongan. Keadaan
ini membuat banya korban yang berjatuhan akibat sakit kronik yang tidak mendapatkan
pertolongan dikarenakan takut terdiagnosa positif covid-19.
Keadaan semakin diperparah dengan adanya stigma masyarakat yang menganggap keluarga
korban yang positif covid-19 tak olah seperti pelaku kejahatan yang melanggar norma sosial.
Keluarga korban dijauhi bahkan cerita – cerita beredar dimasyarakat seolah menyudutkan
bahkan menghakimi. Hal ini membuat covid-19 semakin tak terbendung karena banyak orang
enggan memeriksakan dirinya meski sebenarnya mereka bergejala bahkan beresiko tinggi.
Kejadian luarbiasa ini sebenarnya dapat ditekan dengan cara sosial. Mengedukasi
masyarakat bahwa yang harus ditakuti adalah virusnya bukan orangnya adalah salah satu
cara yang dapat dilakukan. Masyarakat kemudian diedukasi bahwa semangat gotong royong
di Indonesia sebenarnya dapat tetap dilaksanakan pada pandemi ini. Membantu memastikan
logistik dapur keluarga korban yang dikarantina mandiri di rumah-rumah mereka adalah solusi
yang dapat dijalankan sehingga tidak ada lagi stigma negatif muncul terhadap keluarga
korban.
Sudah saatnya Masyarakat Indonesia Bersatu melawan pandemi ini. Terlepas kita menganut
teori konspirasi atau bukan. Kenyataannya adalah Tetangga kita butuh dorongan moral dan
materil agar tetap kuat melawan covid-19.
Biografi Penulis
Nama : Taufiqurrahman,S.T
Tempat Lahir : Parit Benut
Tanggal Lahir : 18 Agustus 1994
Pendidikan Akhir : Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Penulis adalah anak bungsu dari Bapak Saiman,S.Ag seorang pensiunan guru dan Ibu
Hasnah yang sehari-hari bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga. Penulis lahir dan dibesarkan di
Kabupaten Karimunprovinsi Kepulauan Riau. Pada tahun 2012 penulis mendapatkan
kesempatan menempuh Pendidikan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Menjadi seorang penulis professional merupakan hal baru mengingat penulis lebih banyak
berkecipung dibidang public speaking.

Anda mungkin juga menyukai