Manusia adalah satu-satunya makhluk ciptaan Allah SWT. yang paling sempurna. Manusia dilengkapi akal pikiran yang selalu meragukan terhadap segala hal yang dilihatnya. Dalam menghadapi seluruh kenyataan hidupnya, manusia kagum terhadap pancaindranya karena kemampuan pancaindra merekam realitas duniawi yang materiil. Akan tetapi, di balik semua itu, manusia raguragu terhadap cara kerja pancaindranya karena ia sering tertipu oleh cara pandangnya sendiri. Dalam keadaan demikian, manusia mulai menyangsikan kesempurnaannya dan mulai menyadari keterbatasannya. Kesadaran terhadap keterbatasan membawa manusia pada upaya dan usaha yang bertujuan agar hasil pemikirannya dapat diakui oleh orang lain dan memberikan manfaat untuk kehidupan masyarakat. Usahausaha yang telah banyak dilakukan oleh manusia menjadi indikasi bahwa manusia adalah makhluk yang selalu serba ingin tahu terhadap segala sesuatu. Manusia adalah makhluk yang mengejar kesempurnaan. Manusia adalah makhluk yang mengejar kebahagiaan. Manusia adalah 36 Telaah Filsafat Pendidikan ׀Edisi Revisi makhluk penggali pengetahuan. Manusia adalah makhluk yang multirasional. Manusia dengan kata lain merupakan makhluk yang belum selesai. Karl Popper mengatakan bahwa semua orang adalah filsuf karena semua mempunyai salah satu sikap terhadap hidup dan kematian. Ada yang berpendapat bahwa hidup itu tanpa harga karena hidup itu akan berakhir. Mereka tidak menyadari bahwa argumen yang terbalik juga dapat dikemukakan, yaitu kalau hidup tidak akan berakhir, hidup adalah tanpa harga; bahaya yang selalu hadir membuat kita dapat kehilangan hidup sekurang-kurangnya ikut menolong kita untuk menyadari nilai hidup. Alam pikiran manusia dapat menerawang jauh ke kedalaman pengetahuan yang abstrak sehingga semua yang sedang dipikirkan manusia dapat dikembangkan oleh pola pikirnya yang logis, sistematis, kritis, dan dinamis. Ide-ide pengetahuan berkembang disebabkan oleh pola pikir manusia yang tidak pernah merasakan kepuasan dalam meraih pengetahuan. Dalam perspektif filsafat pendidikan, pengetahuan manusia adalah senjata ampuh untuk terus strugle (bertahan hidup) dan menggali sumbersumber alam, sebagaimana buku yang ada di hadapan anda sekarang, yang merupakan upaya menggali ilmu pendidikan, yang secara khusus pengembangan kelembagaan pendidikan, mencerdaskan anak didik, modifikasi strategi pembelajaran, pengembangan kurikulum, dan supervisi pendidikan. Sebagai makhluk yang serba ingin tahu, manusia Telaah Filsafat Pendidikan ׀Edisi Revisi 37 mempertanyakan berbagai persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat pendidikan, yaitu: 1. Apakah sebenarnya pendidikan tentang hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh metafisika pendidikan. 2. Apakah yang dapat saya ketahui dengan pendidikan? Masalah ini dikupas oleh epistemologi pendidikan. 3. Bagaimana eksistensi manusia dalam pendidikan? Masalah itu dibahas oleh antropologi filsafat. Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensipotensi manusiawi peserta didik, baik potensi fisik, potensi cipta, rasa maupun karsanya agar potensi tersebut menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan organis, harmonis, dan dinamis, guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Manfaat filsafat pendidikan dalam kehidupan adalah sebagai berikut. 1. Sebagai asar dalam bertindak. Dengan pendidikan, manusia lebih rasional dalam bertingkah laku dan setiap tingkah lakunya memberikan keuntungan. 2. Sebagai dasar dalam mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang didasarkan pada pendidikan, yang menghindarkan diri dari akibatakibat yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. 38 Telaah Filsafat Pendidikan ׀Edisi Revisi 3. Untuk mengurangi salah paham dan konflik. Kesalahpahaman lebih banyak disebabkan oleh bekal pendidikan yang lemah dan misscommunication; 4. Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah. Pendidikan yang menguntungkan adalah yang dapat dijadikan alat dan metode antisipasi terhadap berbagai perkembangan zaman. Pendidikan bagi manusia merupakan kebutuhan dasar dan hak asasi yang paling fundamental. Secara filosofis, manusia tanpa pendidikan adalah manusia yang "mati" karena sesungguhnya semenjak bayi, secara alamiah dan fitrahnya, manusia belajar untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi yang dilakukan manusia terus berkembang progresif sehingga terdapat berbagai rekayasa dan modifikasi. Tidak sedikit manusia mencari ilmu pengetahuan melalui pendidikan formal dengan tujuan meraih kekuasaan, tetapi banyak juga manusia yang menuntut ilmu di berbagai lembaga pendidikan dengan tujuan ibadah. Ketika telah menjadi seorang ilmuwan, ia juga memperoleh suatu kedudukan dan menjadi terkenal. Di sini, ia tidak menjadikan ilmu sebagai alat untuk mencapai puncak kedudukan dan ketenaran, tetapi ilmu sebagai alat Untuk beribadah kepada Allah SWT. dengan baik dan benar, sementara ketenaran dan kekuasaan hanyalah akibat dari keilmuannya yang mumpuni. Dalam kehidupan manusia, pendidikan berfungsi Telaah Filsafat Pendidikan ׀Edisi Revisi 39 untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan karena pada kenyataannya, pendidikan akan menjadi salah satu faktor yang membedakan nasib kehidupan ekonomis manusia. Begitu banyak manusia menjadikan tujuan hidup satu-satunya untuk menggapai kesejahteraan hidup (welfare). Manusia berupaya dengan segenap kemampuan untuk mencapai kehidupan yang lebih sejahtera. Kesejahteraan salah satunya harus dimulai dari pendidikan formal. Pendidikan dihubungkan dengan jenis mata pencaharian, sebagaimana seorang sarjana yang dibayar lebih mahal dibandingkan dengan orang yang hanya tamat SLTA, demikian pula dengan orang yang bergelar magister, doktor, dan profesor. Itu semua akan membedakan kesejahteraan hidup manusia. Dalam filsafat pendidikan dibicarakan tujuan utama pendidikan agar manusia sebagai pendidik dan anak didik memahami substansinya. Pendidikan bertujuan meningkatkan kecerdasan dan keterampilan hidup manusia. Dengan kecerdasan dan keterampilan yang profesional, manusia dapat melanjutkan kehidupannya dengan lebih baik. Sebagai contoh, orang yang mengetahui ilmu pertanian jika bertani hasilnya akan lebih baik dibandingkan dengan orang yang hanya tamat sekolah dasar. Akan tetapi, benarkah demikian?. Secara teoretis, perbandingan tersebut seharusnya benar karena dengan ilmu pengetahuan, pertanian akan menghasilkan produksi yang baik. Hal tersebut karena pengolahannya dilakukan secara keilmuan, sedangkan petani yang tidak 40 Telaah Filsafat Pendidikan ׀Edisi Revisi berpendidikan formal sepenuhnya akan mengandalkan pengalamannya. Ilustrasi tersebut menjelaskan pentingnya pendidikan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Dengan ilmu pengetahuan, bidang pertanian tanaman padi semakin banyak hasilnya dan petani dapat memanen padi tiga kali dalam setahun. Padahal, sebelumnya para petani hanya mampu menghasilkan satu kali dan dua kali panen dalam setahun. Ada pula masyarakat yang mengenyam pendidikan dengan tujuan untuk memperoleh kesenangan dan kenikmatan hidup. Pendidikan sebagai alat utama memperoleh kenikmatan sehingga orang yang pendidikannya rendah akan hidup menderita. Bagi para penganut hedonisme, pendidikan adalah alat utama untuk meraih kenikmatan karena yang dipikirkan hanyalah unsur duniawi yang menipu mata dan semata-mata permainan belaka. Tidak sedikit orang yang berpandangan bahwa gelar sarjana hanya akan meraih setengah kenikmatan dunia. Oleh karena itu, seseorang harus meraih magister. Akan tetapi, karena tunjangan magister itu kecil dan masih di bawah tingkat kenikmatan yang sesungguhnya, diraihlah gelar doktor. Setelah diraih gelar doktor, ia tercengang dengan berita tunjangan guru besar yang sangat tinggi, lalu ia mengajukan dirinya menjadi guru besar, dan berhasillah ia memperoleh tunjangan yang tertinggi. Setelah diraih gelar profesor dan tunjangannya tertinggi, kenikmatan yang dinantikan sebagai tujuan pun telah diraih. Telaah Filsafat Pendidikan ׀Edisi Revisi 41 Filsafat pendidikan adalah ideologi dari ilmu mendidik. Ideologi suatu tema yang merupakan pokok perhatian manusia sebagai dasar semua perilaku manusia dan menentukan bentuk pilihan manusia. Ideologi inilah yang merupakan tujuan segala usaha dan upaya manusia, dan merupakan penjelas kedudukan manusia di alam eksistensi ini, minimal kehidupannya di alam materi, serta merupakan tolok ukur bagi nilai-nilai dan keutamaan kehidupan. Tolok ukur mengenal ideologi manusia adalah melihat titik tekan dan perhatian mendasar dari kehidupannya dan dasar motivasi segala perilaku dan tindakannya, yaitu dengan motivasi, dasar, dan tujuan apa, ia melakukan perbuatan tersebut? Jadi, tujuan dan motivasi segaia tindakan dan perilaku manusia tidak lain adalah ideologi dan tujuan hidup manusia. Manusia tidak perlu menyatakan secara lahiriah mengenai ideologi dan tujuan hidup yang dianutnya karena ideologi bukan realitas yang terucap, tetapi sebuah realitas yang mendasari seluruh perbuatan, tindakan, dan perilaku manusia. Oleh karena itu, suatu ideologi bisa mengemban masalah-masalah tersebut apabila mempunyai karakteristik sebagai berikut. 1. Ideologi tidak hanya mempunyai seluruh sifat positif, bahkan harus jauh dari segaia kekurangan dan kelemahan. Apabila mengamati setiap ideologi manusia, akan dijumpai beberapa dimensi yang bermanfaat dan memiliki sisi positif, tetapi ada pula aspek-aspek lainnya yang negatif dan mempunyai kekurangan yang jauh dari nilai-nilai hakiki. 42 Telaah Filsafat Pendidikan ׀Edisi Revisi Sebagai contoh, kekayaan yang berfungsi memenuhi kebutuhan-kebutuhan materi manusia merupakan hal yang bermanfaat dan positif. Akan tetapi, dari dimensi bahwa ia menyebabkan terjadinya eksploitasi alam, mustahil ia ditempatkan sebagai suatu ideologi. 2. Ideologi harus menjelaskan kedudukan manusia di alam eksistensi dan menjawab persoalan-persoalan hakiki manusia, seperti masalah asal-muasal manusia, tujuan keberadaan manusia di alam ini, dan akhir perjalanan hidup manusia pasca kematian. Manusia senantiasa ingin memahami secara hakiki kedudukannya di alam eksistensi, apa yang harus dilakukan di dunia ini, dan apa tujuan hakiki kehidupan manusia? Karena tidak ada satu pun ideologi yang dapat menjawab secara sempurna persoalan-persoalan tersebut dan hanya filsafat penciptaan yang mampu memberikan solusi real dan hakiki atas semua persoalan kemanusiaan tersebut, fiisafat penciptaan adalah ideologi yang paling sempurna yang bisa dianut manusia. 3. Ideologi harus terkait dengan semua aspek kehidupan manusia dan menentukan bentuk hubungan individu-individu dalam masyarakat dan mengarahkan menusia ke arah pembangunan diri, masyarakat, dan bangsanya. Di samping itu, ideologi dapat memberdayakan potensi-potensi yang berbeda dari setiap individu untuk Telaah Filsafat Pendidikan ׀Edisi Revisi 43 kepentingan kesempurnaan masyarakat manusia dan menegaskan bahwa setiap individu manusia berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga diumpamakan sebagai bagian dari tubuh yang satu. Ia mengajarkan pada manusia untuk merasakan langsung penderitaan-penderitaan orang lain dan memotivasi manusia menolong dan membantu sesamanya. Tidak diragukan lagi bahwa sifat dan karakteristik seperti ini hanya dimiliki oleh filsafat penciptaan karena tidak satu pun dari ideologi yang ada memiliki pengaruh universal dalam kehidupan manusia. Sebagai contoh, bangsa yang menganut nasionalisme sebagai ideologinya, walaupun memiliki pengaruh bagi manusia lainnya, aspek-aspek manfaat dari ideologi ini hanya meliputi minoritas manusia yang hidup dan tinggal dalam komunitas masyarakat tersebut 4. Ideologi harus memiliki dimensi logis, argumentatif, rasionalitas, dan bersifat tetap dan stabil. Begitu banyak realitas yang dijadikan manusia sebagai ideologi, seperti kekayaan, kesejahteraan (welfare), suku, bangsa, dan sebagainya, yang mungkin secara lahiriah bersifat logis, tetapi apabila dianalisis dalam koridor hubungan manusia dan masyarakat atau kemaslahatan semua individu manusia, tampak ketidaklogisan dan ketidakstabilan ideologi-ideologi tersebut. Bagaimana mungkin, dengan asumsi 44 Telaah Filsafat Pendidikan ׀Edisi Revisi bahwa nasionalisme ditempatkan sebagai ideologi bagi semua manusia dengan keberadaan ideologi lain, seperti kekayaan atau hedonisme yang juga dianut oleh sebagian manusia, dapat diyakini bahwa tidak akan terjadi benturan di antara individu-individu manusia? 5. Cita-cita dan tujuan ideologi dapat dicapai oleh semua individu manusia. Dengan kata lain, puncak kesempurnaan yang dicanangkan oleh ideologi tersebut bisa diraih secara bertahap oleh setiap individu berdasarkan kemampuan dan potensi yang dimlilkinya.. 6. Ideologi harus bersifat abadi dan kekal karena jika manusia memilih suatu ideologi yang tidak kekal, dapat dipastikan kehidupan manusia akan mengalami kemunduran dan kehancuran. Sebagai contoh, kalau seseorang menjadikan kekayaan sebagai ideologinya, ketiadaan ideologi itu menjadikannya terpuruk, jiwanya menjadi tidak stabil, dan kehidupannya menjadi sia-sia. Dengan pandangan tersebut, manakah yang benar? Apakah pendidikan tanpa ideologi atau pendidikan sebagai ideologi? Apabila pendidikan sebagai pandangan hidup manusia, bukanberarti pendidikan sebagai ideologi, tetapi pendidikan sebagai alat untuk menciptakan ideologi, dan alat yang dimaksud adalah fiisafat. Fiisafat juga dapat dijadikan metode untuk memikirkan ideologi secara radikal, kritis, logis, sistematis, dan kontemplatif. Oleh Telaah Filsafat Pendidikan ׀Edisi Revisi 45 karena itu, dalam fiisafat pendidikan, ideologi pendidikan menjadi paham-paham yang dianut oleh masyarakat dan negara dalam mengembangkan pendidikan bagi masyarakatnya. Jantung dari pendidikan adalah ideologinya, bukan tujuannya. Dengan demikian, pengembangan pendidikan di Indonesia yang didasarkan pada ideologi Pancasila dapat dipahami bahwa jantung dari semua pendidikan adalah sila-sila yang terdapat di dalam Pancasila. Pendidikan yang berideologis Pancasila adalah yang berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemahaman tentang pendidikan manusia Indonesia yang berketuhanan adalah pendidikan yang bertujuan membentuk masyarakat yang meyakini keberadaan Tuhan dan bertakwa hanya kepada Tuhan. Demikian pula, dengan pendidikan yang berkemanusiaan, artinya pendidikan diberikan kepada masyarakat untuk menjunjung tinggi nilai-nilal persamaan hak dan kewajiban manusia, baik secara politis maupun ekonominya. Seseorang yang dibesarkan dan dididik di dalam keluarga yang terdidik, suci, penuh kasih sayang dan cinta akan menjadi orang yang optimis dalam menjalani kehidupan. Hal ini akan sangat berbeda dengan seseorang yang dibesarkan di dalam keluarga yang tidak 46 Telaah Filsafat Pendidikan ׀Edisi Revisi berpendidikan, tidak bermoral, penuh kebencian, dan tidak memiliki cinta dan kasih sayang yang proporsional. Masalah pendidikan adalah hal yang paling mendasar untuk mewujudkan manusia yang sukses dan berhasil dalam kehidupan atau juga menghadirkan manusia yang pesimisme dan nihilisme. Pendidikan yang membuat manusia menjadi sempurna adalah pendidikan yang berpijak pada filsafat penciptaan, dalam koridor hakikat kemanusiaan, dan ajaran llahi. Kebanyakan manusia meletakkan sesuatu dalam kehidupan sebagai cita-cita dan berusaha mewujudkannya. Akan tetapi, karena suatu halangan, mereka tidak dapat meraih cita-cita tersebut dan akhirnya berujung pada putus asa dan pesimisme. Penentuan cita-cita dan ideologi merupakan asas kehidupan, tetapi dengan syarat bahwa ideologi yang dipilih manusia harus jauh dari segala kekurangan dan kelemahan. Manusia ketika menentukan suatu tujuan dan harapannya untuk mencapai tujuan tersebut harus sesuai dengan nilai yang ada pada tujuan itu, dengan kata lain bahwa nilai harapan bergantung pada nilai tujuan dan cita-cita yang dipilih oleh manusia. Berdasarkan hal ini, kalau manusia berhasil meraih citacitanya, kebahagiaannya pasti sesuai dengan tingkatan nilai yang ditentukan dalam cita-citanya tersebut. Begitu pula sebaliknya, apabila dia tidak sukses meraih cita-citanya, kualitas putus asa dan pesimismenya sesuai derajat nilai cita-citanya. Manusia dan ilmu pengetahuan tidak dapat Telaah Filsafat Pendidikan ׀Edisi Revisi 47 dipisahkan. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan dan pendidikan merupakan metode yang integral. Pengembangan pendidikan sepantasnya harus sejalan dengan pengembangan ilmu pengetahuan. Sementara, pengembangan dari keduanya ditujukan pada usaha dan upaya untuk meningkatkan kecerdasan manusia secara intelektual, emosional, dan spiritual. b. Pemikiran Filsafat Pendidikan Menurut Socrate (470-399 Sm)
Dalam sejarah filsafat, Socrates adalah salah seorang
pemikir besar kuno (470-399 SM) yang gagasan filosofis dan metode pengajarannya sangat memengaruhi teori dan praktik pendidikan di seluruh dunia Barat. Socrates, lahir di Athena, merupakan putra seorang pemahat dan seorang bidan yang tidak begitu dikenal, yaitu Sophonicus dan Phaenarete (Samuel Smith, 1986:19). Prinsip dasar pendidikan, menurut Socrates adalah metode dialektis. Metode ini digunakan Socrates sebagai dasar teknis pendidikan yang direncanakan untuk mendorong seseorang belajar berpikir secara cemat, untuk menguji coba diri sendiri dan untuk memperbaiki pengetahuannya. Seorang guru tidak boleh memaksakan gagasan-gagasan atau pengetahuannya kepada seorang siswa, karena seorang siswa dituntut untuk bisa mengembangkan pemikirannya sendiri dengan berpikir secara kritis. Metode ini tidak lain digunakan untuk meneruskan intelektualitas, mengembangkan kebiasaankebiasaan dan kekuatan mental seseorang. Dengan kata 48 Telaah Filsafat Pendidikan ׀Edisi Revisi lain, tujuan pendidikan yang benar adalah untuk merangsang penalaran yang cermat dan disiplin mental yang akan menghasilkan perkembangan intelektual yang terus-menerus dan standar moral yang tinggi (Samuel Smith, 1986: 25). Dengan menggunakan metode dialektis ini, Socrates menunjukkan bahwa jawaban-jawaban terbaik atas pertanyaan moral adalah cita-cita yang diajarkan oleh para pendiri-pendiri agama, cita-cita yang melekat pada ketuhanan, cinta kepada umat manusia, keadilan, kebenaran, pengetahuan tentang kebaikan dan kejahatan, hormat terhadap kebenaran, sikap yang tak berlebihlebihan, kebaikan hati, kerendahan hati, toleransi, kejujuran dan segala kebajikan-kebajikan lama. Dikatakan dialektis, karena dalam pengajaran itu dialog memegang peranan penting (Hadiwijono, 1980: 36). Dengan berpikir, manusia akan mampu untuk menertibkan, meningkatkan dan mengubah dirinya. Sehingga orang sungguh-sungguh mengetahui dan mengerti apa yang benar dan dapat menyadari konsekuensi-konsekuensi akan perbuatan yang benar. Tidak seperti Plato, Socrates memang tidak membangun suatu sistem filsafat yang luas, tidak pernah menggali secara mendalam bidang psikologi, emosi, motivasi, kebiasaan dan aspek-aspek dari proses pengetahuan. Namun demikian, ia telah membuat suatu permulaan yang besar dalam membangun konsep-konsep dan metode-metode yang lebih luas, lebih sungguhTelaah Filsafat Pendidikan ׀Edisi Revisi 49 sungguh dan efektif. Dalam pendidikan, Socrates menggunakan sistem atau cara berpikir yang bersifat induksi, yaitu menyimpan pengetahuan yang bersifat umum dengan berpangkal dari banyak pengetahuan tentang hal khusus. c. Pemikiran Fiisafat Pendidikan Menurut Plato (427-347 Sm) Plato dilahirkan dalam keluarga aristokrasi di Athena, sekitar 427 SM. Ayahnya, Ariston, adalah keturunan dari raja pertama Athena yang pernah berkuasa pada abad ke-7 SM. Sementara ibunya, Perictions, adalah keturunan keluarga Solon, seorang pembuat undangundang, penyair, memimpin militer dari kaum ningrat dan pendiri dari demokrasi Athena terkemuka (Samuel Smith, 1986: 29). Menurut Plato, pendidikan itu sangat perlu, baik bagi dirinya selaku individu maupun sebagai warga negara. Negara wajib memberikan pendidikan kepada setiap warga negaranya. Namun demikian, setiap peserta didik harus diberi kebebasan untuk mengikuti ilmu sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan masing-masing sesuai jenjang usianya, sehingga pendidikan itu sendiri akan memberikan dampak dan perubahan bagi kehidupan pribadi, bangsa dan negara. Menurut Plato, idealnya dalam sebuah negara pendidikan memperoleh tempat yang paling utama dan mendapatkan perhatian yang paling khusus. Bahkan, karena pendidikan adalah tugas dan panggilan yang sangat 50 Telaah Filsafat Pendidikan ׀Edisi Revisi mulia, maka ia harus diselenggarakan oleh negara. Karena pendidikan itu sebenarnya merupakan suatu tindakan pembebasan dari belenggu ketidaktahuan dan ketidakbenaran. Dengan pendidikan, orang-orang akan mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak benar. Dengan pendidikan pula, orang-orang akan mengenal apa yang baik dan apa yang jahat, apa yang patut dan apa yang tidak (Rapar, 1988:110). Dengan demikian, jelaslah bahwa peranan pendidikan yang paling utama bagi manusia adalah membebaskan dan memperbarui. Pembebasan dan pembaruan itu akan membentuk manusia utuh, yakni manusia yang berhasil menggapai segala keutamaan dan moralitas jiwa yang mengantarkannya ke idea yang tinggi yaitu kebajikan, kebaikan dan keadilan. Cita-cita agung Plato itu terus digenggamnya sampai akhir hayat. Menurut Plato, tujuan pendidikan adalah untuk menemukan kemampuan-kemampuan ilmiah setiap individu dan melatihnya sehingga ia menjadi seorang warga negara yang baik, masyarakat yang harmonis, yang melaksanakan tugas-tugasnya secara efisien sebagai seorang anggota masyarakat. Plato juga menekankan perlunya pendidikan direncanakan dan diprogramkan sebaik-baiknya agar mampu mencapai sasaran yang diidamkan. Dengan kata lain, pendidikan yang baik haruslah direncanakan dan diprogramkan dengan baik agar dapat berhasil dengan baik. Karena itu, dalam menanamkan program pendidikan itu, pemerintah harus Telaah Filsafat Pendidikan ׀Edisi Revisi 51 mengadakan motivasi, semangat loyalitas, kebersamaan dan kesatuan cinta akan kebaikan dan keadilan. Menurut Plato, pendidikan direncanakan dan diprogram menjadi tiga tahap sesuai tingkat usia. Pertama, pendidikan yang diberikan kepada taruna hingga sampai dua puluh tahun. Kedua, dari usia dua puluh tahun sampai tiga puluh tahun. Ketiga, dari tiga puluh tahun sampai usia empat puluh. Sayangnya, Plato melewatkan bidang pendidikan dasar (elementary education).
d. Pemikiran Filsafat Pendidikan
Menurut Aristoteies (367-345 Sm) Aristoteies adalah murid Plato. Dia adalah seorang cendekiawan dan intelek terkemuka, mungkin sepanjang masa. Umat manusia telah berutang budi padanya oleh karena banyaknya kemajuan pemikirannya dalam filsafat dan ilmu-ilmu pengetahuan, khususnya logika, metafisika, politik, etika, biologi dan psikologi. Aristoteies lahir tahun 394 SM di Stagira, sebuah kota kecil di Semenanjung Chalcidice di sebelah barat laut Egea. Ayahnya, Nichomachus, adalah dokter perawat Amyntas II, Raja Macedonia. Ayahnyalah yang mengatur agar Aristoteies menerima pendidikan lengkap pada awal masa kanakkanak dan mengajarinya ilmu kedokteran dan teknik pembedahan. Ayah dan ibunya, Phaesta, mempunyai nenek moyang terkemuka. Menurut Aristoteies, agar orang dapat hidup baik maka ia harus mendapatkan pendidikan. Pendidikan bukanlah soal akal semata-mata, melainkan soal memberi 52 Telaah Filsafat Pendidikan ׀Edisi Revisi bimbingan pada perasaan-perasaan yang lebih tinggi, yaitu akal, guna mengatur nafsu-nafsu. Akal sendiri tidak berdaya, sehingga ia memerlukan dukungan-dukungan perasaan yang lebih tinggi agar diarahkan secara benar. Aristoteies mengemukakan bahwa pendidikan yang baik itu yang mempunyai tujuan untuk kebahagiaan. Dan kebahagiaan tertinggi adalah hidup spekulatif (Imam Barnadib, 1994: 72). Aristoteies juga menganggap penting pembentukan kebiasaan pada tingkat pendidikan dasar. Pada tingkat pendidikan usia muda itu, perlu ditanamkan kesadaran aturan-aturan moral. Menurut Aristoteies, untuk memperoleh pengetahuan, manusia harus melebihi dari binatang-binatang lain dalam berpikir, harus mengamati dan secara hati-hati menganalisis struktur-struktur, fungsifungsi organisme itu, dan segala yang ada dalam alam. Oleh karena itu, prinsip pokok pendidikan, menurut Aristoteies adalah pengumpulan dan penelitian fakta-fakta belajar induktif, suatu pencarian yang objektif akan kebenaran sebagai dasar dari semua ilmu pengetahuan. Pendidikan yang baik sebaiknya diberikan kepada semua anak. Putra-putri, semua warga negara, sebaiknya diajar sesuai dengan kemampuan mereka, sebagaimana doktrin Plato tentang keberadaan individu. Yang jelas, disiplin merupakan hal yang esensial dalam mengajarkan para pemuda untuk mematuhi perintah-perintah dan mengendalikan gerakan hati mereka.