Anda di halaman 1dari 9

LATAR BELAKANG FILSAFAT

PENDIDIKAN

a. Manusia Dan Ilmu Pengetahuan


Manusia adalah satu-satunya makhluk ciptaan
Allah SWT. yang paling sempurna. Manusia dilengkapi
akal pikiran yang selalu meragukan terhadap segala hal
yang dilihatnya. Dalam menghadapi seluruh kenyataan
hidupnya, manusia kagum terhadap pancaindranya karena
kemampuan pancaindra merekam realitas duniawi yang
materiil. Akan tetapi, di balik semua itu, manusia raguragu
terhadap cara kerja pancaindranya karena ia sering
tertipu oleh cara pandangnya sendiri. Dalam keadaan
demikian, manusia mulai menyangsikan kesempurnaannya
dan mulai menyadari keterbatasannya.
Kesadaran terhadap keterbatasan membawa
manusia pada upaya dan usaha yang bertujuan agar hasil
pemikirannya dapat diakui oleh orang lain dan
memberikan manfaat untuk kehidupan masyarakat. Usahausaha
yang telah banyak dilakukan oleh manusia menjadi
indikasi bahwa manusia adalah makhluk yang selalu serba
ingin tahu terhadap segala sesuatu. Manusia adalah
makhluk yang mengejar kesempurnaan. Manusia adalah
makhluk yang mengejar kebahagiaan. Manusia adalah
36 Telaah Filsafat Pendidikan ‫ ׀‬Edisi Revisi
makhluk penggali pengetahuan. Manusia adalah makhluk
yang multirasional. Manusia dengan kata lain merupakan
makhluk yang belum selesai.
Karl Popper mengatakan bahwa semua orang
adalah filsuf karena semua mempunyai salah satu sikap
terhadap hidup dan kematian. Ada yang berpendapat
bahwa hidup itu tanpa harga karena hidup itu akan
berakhir. Mereka tidak menyadari bahwa argumen yang
terbalik juga dapat dikemukakan, yaitu kalau hidup tidak
akan berakhir, hidup adalah tanpa harga; bahaya yang
selalu hadir membuat kita dapat kehilangan hidup
sekurang-kurangnya ikut menolong kita untuk menyadari
nilai hidup. Alam pikiran manusia dapat menerawang jauh
ke kedalaman pengetahuan yang abstrak sehingga semua
yang sedang dipikirkan manusia dapat dikembangkan oleh
pola pikirnya yang logis, sistematis, kritis, dan dinamis.
Ide-ide pengetahuan berkembang disebabkan oleh
pola pikir manusia yang tidak pernah merasakan kepuasan
dalam meraih pengetahuan. Dalam perspektif filsafat
pendidikan, pengetahuan manusia adalah senjata ampuh
untuk terus strugle (bertahan hidup) dan menggali sumbersumber
alam, sebagaimana buku yang ada di hadapan
anda sekarang, yang merupakan upaya menggali ilmu
pendidikan, yang secara khusus pengembangan
kelembagaan pendidikan, mencerdaskan anak didik,
modifikasi strategi pembelajaran, pengembangan
kurikulum, dan supervisi pendidikan.
Sebagai makhluk yang serba ingin tahu, manusia
Telaah Filsafat Pendidikan ‫ ׀‬Edisi Revisi 37
mempertanyakan berbagai persoalan yang ingin
dipecahkan oleh filsafat pendidikan, yaitu:
1. Apakah sebenarnya pendidikan tentang hakikat
hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh metafisika
pendidikan.
2. Apakah yang dapat saya ketahui dengan
pendidikan? Masalah ini dikupas oleh epistemologi
pendidikan.
3. Bagaimana eksistensi manusia dalam pendidikan?
Masalah itu dibahas oleh antropologi filsafat.
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensipotensi
manusiawi peserta didik, baik potensi fisik, potensi
cipta, rasa maupun karsanya agar potensi tersebut menjadi
nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.
Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal.
Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam
keseimbangan, kesatuan organis, harmonis, dan dinamis,
guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.
Manfaat filsafat pendidikan dalam kehidupan
adalah sebagai berikut.
1. Sebagai asar dalam bertindak. Dengan pendidikan,
manusia lebih rasional dalam bertingkah laku dan
setiap tingkah lakunya memberikan keuntungan.
2. Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
Pengambilan keputusan yang didasarkan pada
pendidikan, yang menghindarkan diri dari akibatakibat
yang dapat merugikan diri sendiri dan orang
lain.
38 Telaah Filsafat Pendidikan ‫ ׀‬Edisi Revisi
3. Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
Kesalahpahaman lebih banyak disebabkan oleh
bekal pendidikan yang lemah dan
misscommunication;
4. Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang
selalu berubah. Pendidikan yang menguntungkan
adalah yang dapat dijadikan alat dan metode
antisipasi terhadap berbagai perkembangan zaman.
Pendidikan bagi manusia merupakan kebutuhan
dasar dan hak asasi yang paling fundamental. Secara
filosofis, manusia tanpa pendidikan adalah manusia yang
"mati" karena sesungguhnya semenjak bayi, secara alamiah
dan fitrahnya, manusia belajar untuk beradaptasi dengan
lingkungannya. Adaptasi yang dilakukan manusia terus
berkembang progresif sehingga terdapat berbagai rekayasa
dan modifikasi.
Tidak sedikit manusia mencari ilmu pengetahuan
melalui pendidikan formal dengan tujuan meraih
kekuasaan, tetapi banyak juga manusia yang menuntut
ilmu di berbagai lembaga pendidikan dengan tujuan
ibadah. Ketika telah menjadi seorang ilmuwan, ia juga
memperoleh suatu kedudukan dan menjadi terkenal. Di
sini, ia tidak menjadikan ilmu sebagai alat untuk mencapai
puncak kedudukan dan ketenaran, tetapi ilmu sebagai alat
Untuk beribadah kepada Allah SWT. dengan baik dan
benar, sementara ketenaran dan kekuasaan hanyalah akibat
dari keilmuannya yang mumpuni.
Dalam kehidupan manusia, pendidikan berfungsi
Telaah Filsafat Pendidikan ‫ ׀‬Edisi Revisi 39
untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan karena
pada kenyataannya, pendidikan akan menjadi salah satu
faktor yang membedakan nasib kehidupan ekonomis
manusia. Begitu banyak manusia menjadikan tujuan hidup
satu-satunya untuk menggapai kesejahteraan hidup
(welfare). Manusia berupaya dengan segenap kemampuan
untuk mencapai kehidupan yang lebih sejahtera.
Kesejahteraan salah satunya harus dimulai dari pendidikan
formal. Pendidikan dihubungkan dengan jenis mata
pencaharian, sebagaimana seorang sarjana yang dibayar
lebih mahal dibandingkan dengan orang yang hanya tamat
SLTA, demikian pula dengan orang yang bergelar
magister, doktor, dan profesor. Itu semua akan
membedakan kesejahteraan hidup manusia.
Dalam filsafat pendidikan dibicarakan tujuan utama
pendidikan agar manusia sebagai pendidik dan anak didik
memahami substansinya. Pendidikan bertujuan
meningkatkan kecerdasan dan keterampilan hidup
manusia. Dengan kecerdasan dan keterampilan yang
profesional, manusia dapat melanjutkan kehidupannya
dengan lebih baik. Sebagai contoh, orang yang mengetahui
ilmu pertanian jika bertani hasilnya akan lebih baik
dibandingkan dengan orang yang hanya tamat sekolah
dasar. Akan tetapi, benarkah demikian?. Secara teoretis,
perbandingan tersebut seharusnya benar karena dengan
ilmu pengetahuan, pertanian akan menghasilkan produksi
yang baik. Hal tersebut karena pengolahannya dilakukan
secara keilmuan, sedangkan petani yang tidak
40 Telaah Filsafat Pendidikan ‫ ׀‬Edisi Revisi
berpendidikan formal sepenuhnya akan mengandalkan
pengalamannya. Ilustrasi tersebut menjelaskan pentingnya
pendidikan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
manusia. Dengan ilmu pengetahuan, bidang pertanian
tanaman padi semakin banyak hasilnya dan petani dapat
memanen padi tiga kali dalam setahun. Padahal,
sebelumnya para petani hanya mampu menghasilkan satu
kali dan dua kali panen dalam setahun.
Ada pula masyarakat yang mengenyam pendidikan
dengan tujuan untuk memperoleh kesenangan dan
kenikmatan hidup. Pendidikan sebagai alat utama
memperoleh kenikmatan sehingga orang yang
pendidikannya rendah akan hidup menderita. Bagi para
penganut hedonisme, pendidikan adalah alat utama untuk
meraih kenikmatan karena yang dipikirkan hanyalah unsur
duniawi yang menipu mata dan semata-mata permainan
belaka. Tidak sedikit orang yang berpandangan bahwa
gelar sarjana hanya akan meraih setengah kenikmatan
dunia. Oleh karena itu, seseorang harus meraih magister.
Akan tetapi, karena tunjangan magister itu kecil dan masih
di bawah tingkat kenikmatan yang sesungguhnya,
diraihlah gelar doktor. Setelah diraih gelar doktor, ia
tercengang dengan berita tunjangan guru besar yang
sangat tinggi, lalu ia mengajukan dirinya menjadi guru
besar, dan berhasillah ia memperoleh tunjangan yang
tertinggi. Setelah diraih gelar profesor dan tunjangannya
tertinggi, kenikmatan yang dinantikan sebagai tujuan pun
telah diraih.
Telaah Filsafat Pendidikan ‫ ׀‬Edisi Revisi 41
Filsafat pendidikan adalah ideologi dari ilmu
mendidik. Ideologi suatu tema yang merupakan pokok
perhatian manusia sebagai dasar semua perilaku manusia
dan menentukan bentuk pilihan manusia. Ideologi inilah
yang merupakan tujuan segala usaha dan upaya manusia,
dan merupakan penjelas kedudukan manusia di alam
eksistensi ini, minimal kehidupannya di alam materi, serta
merupakan tolok ukur bagi nilai-nilai dan keutamaan
kehidupan. Tolok ukur mengenal ideologi manusia adalah
melihat titik tekan dan perhatian mendasar dari
kehidupannya dan dasar motivasi segala perilaku dan
tindakannya, yaitu dengan motivasi, dasar, dan tujuan apa,
ia melakukan perbuatan tersebut? Jadi, tujuan dan motivasi
segaia tindakan dan perilaku manusia tidak lain adalah
ideologi dan tujuan hidup manusia. Manusia tidak perlu
menyatakan secara lahiriah mengenai ideologi dan tujuan
hidup yang dianutnya karena ideologi bukan realitas yang
terucap, tetapi sebuah realitas yang mendasari seluruh
perbuatan, tindakan, dan perilaku manusia. Oleh karena
itu, suatu ideologi bisa mengemban masalah-masalah
tersebut apabila mempunyai karakteristik sebagai berikut.
1. Ideologi tidak hanya mempunyai seluruh sifat
positif, bahkan harus jauh dari segaia kekurangan
dan kelemahan. Apabila mengamati setiap ideologi
manusia, akan dijumpai beberapa dimensi yang
bermanfaat dan memiliki sisi positif, tetapi ada pula
aspek-aspek lainnya yang negatif dan mempunyai
kekurangan yang jauh dari nilai-nilai hakiki.
42 Telaah Filsafat Pendidikan ‫ ׀‬Edisi Revisi
Sebagai contoh, kekayaan yang berfungsi
memenuhi kebutuhan-kebutuhan materi manusia
merupakan hal yang bermanfaat dan positif. Akan
tetapi, dari dimensi bahwa ia menyebabkan
terjadinya eksploitasi alam, mustahil ia ditempatkan
sebagai suatu ideologi.
2. Ideologi harus menjelaskan kedudukan manusia di
alam eksistensi dan menjawab persoalan-persoalan
hakiki manusia, seperti masalah asal-muasal
manusia, tujuan keberadaan manusia di alam ini,
dan akhir perjalanan hidup manusia pasca
kematian. Manusia senantiasa ingin memahami
secara hakiki kedudukannya di alam eksistensi, apa
yang harus dilakukan di dunia ini, dan apa tujuan
hakiki kehidupan manusia? Karena tidak ada satu
pun ideologi yang dapat menjawab secara
sempurna persoalan-persoalan tersebut dan hanya
filsafat penciptaan yang mampu memberikan solusi
real dan hakiki atas semua persoalan kemanusiaan
tersebut, fiisafat penciptaan adalah ideologi yang
paling sempurna yang bisa dianut manusia.
3. Ideologi harus terkait dengan semua aspek
kehidupan manusia dan menentukan bentuk
hubungan individu-individu dalam masyarakat dan
mengarahkan menusia ke arah pembangunan diri,
masyarakat, dan bangsanya. Di samping itu,
ideologi dapat memberdayakan potensi-potensi
yang berbeda dari setiap individu untuk
Telaah Filsafat Pendidikan ‫ ׀‬Edisi Revisi 43
kepentingan kesempurnaan masyarakat manusia
dan menegaskan bahwa setiap individu manusia
berhubungan satu sama lain sedemikian rupa
sehingga diumpamakan sebagai bagian dari tubuh
yang satu. Ia mengajarkan pada manusia untuk
merasakan langsung penderitaan-penderitaan orang
lain dan memotivasi manusia menolong dan
membantu sesamanya. Tidak diragukan lagi bahwa
sifat dan karakteristik seperti ini hanya dimiliki oleh
filsafat penciptaan karena tidak satu pun
dari ideologi yang ada memiliki pengaruh universal
dalam kehidupan manusia. Sebagai contoh, bangsa
yang menganut nasionalisme sebagai ideologinya,
walaupun memiliki pengaruh bagi manusia lainnya,
aspek-aspek manfaat dari ideologi ini hanya
meliputi minoritas manusia yang hidup dan tinggal
dalam komunitas masyarakat tersebut
4. Ideologi harus memiliki dimensi logis,
argumentatif, rasionalitas, dan bersifat tetap dan
stabil. Begitu banyak realitas yang dijadikan
manusia sebagai ideologi, seperti kekayaan,
kesejahteraan (welfare), suku, bangsa, dan
sebagainya, yang mungkin secara lahiriah bersifat
logis, tetapi apabila dianalisis dalam koridor
hubungan manusia dan masyarakat atau
kemaslahatan semua individu manusia, tampak
ketidaklogisan dan ketidakstabilan ideologi-ideologi
tersebut. Bagaimana mungkin, dengan asumsi
44 Telaah Filsafat Pendidikan ‫ ׀‬Edisi Revisi
bahwa nasionalisme ditempatkan sebagai ideologi
bagi semua manusia dengan keberadaan ideologi
lain, seperti kekayaan atau hedonisme yang juga
dianut oleh sebagian manusia, dapat diyakini
bahwa tidak akan terjadi benturan di antara
individu-individu manusia?
5. Cita-cita dan tujuan ideologi dapat dicapai oleh
semua individu manusia. Dengan kata lain, puncak
kesempurnaan yang dicanangkan oleh ideologi
tersebut bisa diraih secara bertahap oleh setiap
individu berdasarkan kemampuan dan potensi yang
dimlilkinya..
6. Ideologi harus bersifat abadi dan kekal karena jika
manusia memilih suatu ideologi yang tidak kekal,
dapat dipastikan kehidupan manusia akan
mengalami kemunduran dan kehancuran. Sebagai
contoh, kalau seseorang menjadikan kekayaan
sebagai ideologinya, ketiadaan ideologi itu
menjadikannya terpuruk, jiwanya menjadi tidak
stabil, dan kehidupannya menjadi sia-sia.
Dengan pandangan tersebut, manakah yang benar?
Apakah pendidikan tanpa ideologi atau pendidikan
sebagai ideologi? Apabila pendidikan sebagai pandangan
hidup manusia, bukanberarti pendidikan sebagai ideologi,
tetapi pendidikan sebagai alat untuk menciptakan ideologi,
dan alat yang dimaksud adalah fiisafat. Fiisafat juga dapat
dijadikan metode untuk memikirkan ideologi secara
radikal, kritis, logis, sistematis, dan kontemplatif. Oleh
Telaah Filsafat Pendidikan ‫ ׀‬Edisi Revisi 45
karena itu, dalam fiisafat pendidikan, ideologi pendidikan
menjadi paham-paham yang dianut oleh masyarakat dan
negara dalam mengembangkan pendidikan bagi
masyarakatnya. Jantung dari pendidikan adalah
ideologinya, bukan tujuannya. Dengan demikian,
pengembangan pendidikan di Indonesia yang didasarkan
pada ideologi Pancasila dapat dipahami bahwa jantung
dari semua pendidikan adalah sila-sila yang terdapat di
dalam Pancasila.
Pendidikan yang berideologis Pancasila adalah
yang berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan, dan Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemahaman tentang
pendidikan manusia Indonesia yang berketuhanan adalah
pendidikan yang bertujuan membentuk masyarakat yang
meyakini keberadaan Tuhan dan bertakwa hanya kepada
Tuhan. Demikian pula, dengan pendidikan yang
berkemanusiaan, artinya pendidikan diberikan kepada
masyarakat untuk menjunjung tinggi nilai-nilal persamaan
hak dan kewajiban manusia, baik secara politis maupun
ekonominya.
Seseorang yang dibesarkan dan dididik di dalam
keluarga yang terdidik, suci, penuh kasih sayang dan cinta
akan menjadi orang yang optimis dalam menjalani
kehidupan. Hal ini akan sangat berbeda dengan seseorang
yang dibesarkan di dalam keluarga yang tidak
46 Telaah Filsafat Pendidikan ‫ ׀‬Edisi Revisi
berpendidikan, tidak bermoral, penuh kebencian, dan tidak
memiliki cinta dan kasih sayang yang proporsional.
Masalah pendidikan adalah hal yang paling mendasar
untuk mewujudkan manusia yang sukses dan berhasil
dalam kehidupan atau juga menghadirkan manusia yang
pesimisme dan nihilisme. Pendidikan yang membuat
manusia menjadi sempurna adalah pendidikan yang
berpijak pada filsafat penciptaan, dalam koridor hakikat
kemanusiaan, dan ajaran llahi.
Kebanyakan manusia meletakkan sesuatu dalam
kehidupan sebagai cita-cita dan berusaha mewujudkannya.
Akan tetapi, karena suatu halangan, mereka tidak dapat
meraih cita-cita tersebut dan akhirnya berujung pada putus
asa dan pesimisme. Penentuan cita-cita dan ideologi
merupakan asas kehidupan, tetapi dengan syarat bahwa
ideologi yang dipilih manusia harus jauh dari segala
kekurangan dan kelemahan. Manusia ketika menentukan
suatu tujuan dan harapannya untuk mencapai tujuan
tersebut harus sesuai dengan nilai yang ada pada tujuan
itu, dengan kata lain bahwa nilai harapan bergantung pada
nilai tujuan dan cita-cita yang dipilih oleh manusia.
Berdasarkan hal ini, kalau manusia berhasil meraih citacitanya,
kebahagiaannya pasti sesuai dengan tingkatan nilai
yang ditentukan dalam cita-citanya tersebut. Begitu pula
sebaliknya, apabila dia tidak sukses meraih cita-citanya,
kualitas putus asa dan pesimismenya sesuai derajat nilai
cita-citanya.
Manusia dan ilmu pengetahuan tidak dapat
Telaah Filsafat Pendidikan ‫ ׀‬Edisi Revisi 47
dipisahkan. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan dan
pendidikan merupakan metode yang integral.
Pengembangan pendidikan sepantasnya harus sejalan
dengan pengembangan ilmu pengetahuan. Sementara,
pengembangan dari keduanya ditujukan pada usaha dan
upaya untuk meningkatkan kecerdasan manusia secara
intelektual, emosional, dan spiritual.
b. Pemikiran Filsafat Pendidikan
Menurut Socrate (470-399 Sm)

Dalam sejarah filsafat, Socrates adalah salah seorang


pemikir besar kuno (470-399 SM) yang gagasan filosofis
dan metode pengajarannya sangat memengaruhi teori dan
praktik pendidikan di seluruh dunia Barat. Socrates, lahir
di Athena, merupakan putra seorang pemahat dan seorang
bidan yang tidak begitu dikenal, yaitu Sophonicus dan
Phaenarete (Samuel Smith, 1986:19).
Prinsip dasar pendidikan, menurut Socrates adalah
metode dialektis. Metode ini digunakan Socrates sebagai
dasar teknis pendidikan yang direncanakan untuk mendorong
seseorang belajar berpikir secara cemat, untuk
menguji coba diri sendiri dan untuk memperbaiki
pengetahuannya. Seorang guru tidak boleh memaksakan
gagasan-gagasan atau pengetahuannya kepada seorang
siswa, karena seorang siswa dituntut untuk bisa
mengembangkan pemikirannya sendiri dengan berpikir
secara kritis. Metode ini tidak lain digunakan untuk
meneruskan intelektualitas, mengembangkan kebiasaankebiasaan
dan kekuatan mental seseorang. Dengan kata
48 Telaah Filsafat Pendidikan ‫ ׀‬Edisi Revisi
lain, tujuan pendidikan yang benar adalah untuk
merangsang penalaran yang cermat dan disiplin mental
yang akan menghasilkan perkembangan intelektual yang
terus-menerus dan standar moral yang tinggi (Samuel
Smith, 1986: 25).
Dengan menggunakan metode dialektis ini, Socrates
menunjukkan bahwa jawaban-jawaban terbaik atas
pertanyaan moral adalah cita-cita yang diajarkan oleh para
pendiri-pendiri agama, cita-cita yang melekat pada
ketuhanan, cinta kepada umat manusia, keadilan,
kebenaran, pengetahuan tentang kebaikan dan kejahatan,
hormat terhadap kebenaran, sikap yang tak berlebihlebihan,
kebaikan hati, kerendahan hati, toleransi, kejujuran
dan segala kebajikan-kebajikan lama. Dikatakan dialektis,
karena dalam pengajaran itu dialog memegang peranan
penting (Hadiwijono, 1980: 36).
Dengan berpikir, manusia akan mampu untuk
menertibkan, meningkatkan dan mengubah dirinya.
Sehingga orang sungguh-sungguh mengetahui dan
mengerti apa yang benar dan dapat menyadari
konsekuensi-konsekuensi akan perbuatan yang benar.
Tidak seperti Plato, Socrates memang tidak
membangun suatu sistem filsafat yang luas, tidak pernah
menggali secara mendalam bidang psikologi, emosi,
motivasi, kebiasaan dan aspek-aspek dari proses
pengetahuan. Namun demikian, ia telah membuat suatu
permulaan yang besar dalam membangun konsep-konsep
dan metode-metode yang lebih luas, lebih sungguhTelaah
Filsafat Pendidikan ‫ ׀‬Edisi Revisi 49
sungguh dan efektif. Dalam pendidikan, Socrates
menggunakan sistem atau cara berpikir yang bersifat
induksi, yaitu menyimpan pengetahuan yang bersifat
umum dengan berpangkal dari banyak pengetahuan
tentang hal khusus.
c. Pemikiran Fiisafat Pendidikan
Menurut Plato (427-347 Sm)
Plato dilahirkan dalam keluarga aristokrasi di
Athena, sekitar 427 SM. Ayahnya, Ariston, adalah
keturunan dari raja pertama Athena yang pernah berkuasa
pada abad ke-7 SM. Sementara ibunya, Perictions, adalah
keturunan keluarga Solon, seorang pembuat undangundang,
penyair, memimpin militer dari kaum ningrat dan
pendiri dari demokrasi Athena terkemuka (Samuel Smith,
1986: 29).
Menurut Plato, pendidikan itu sangat perlu, baik
bagi dirinya selaku individu maupun sebagai warga
negara. Negara wajib memberikan pendidikan kepada
setiap warga negaranya. Namun demikian, setiap peserta
didik harus diberi kebebasan untuk mengikuti ilmu sesuai
dengan bakat, minat dan kemampuan masing-masing
sesuai jenjang usianya, sehingga pendidikan itu sendiri
akan memberikan dampak dan perubahan bagi kehidupan
pribadi, bangsa dan negara.
Menurut Plato, idealnya dalam sebuah negara pendidikan
memperoleh tempat yang paling utama dan
mendapatkan perhatian yang paling khusus. Bahkan,
karena pendidikan adalah tugas dan panggilan yang sangat
50 Telaah Filsafat Pendidikan ‫ ׀‬Edisi Revisi
mulia, maka ia harus diselenggarakan oleh negara. Karena
pendidikan itu sebenarnya merupakan suatu tindakan
pembebasan dari belenggu ketidaktahuan dan
ketidakbenaran. Dengan pendidikan, orang-orang akan
mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak benar.
Dengan pendidikan pula, orang-orang akan mengenal apa
yang baik dan apa yang jahat, apa yang patut dan apa yang
tidak (Rapar, 1988:110).
Dengan demikian, jelaslah bahwa peranan
pendidikan yang paling utama bagi manusia adalah
membebaskan dan memperbarui. Pembebasan dan
pembaruan itu akan membentuk manusia utuh, yakni
manusia yang berhasil menggapai segala keutamaan dan
moralitas jiwa yang mengantarkannya ke idea yang tinggi
yaitu kebajikan, kebaikan dan keadilan. Cita-cita agung
Plato itu terus digenggamnya sampai akhir hayat.
Menurut Plato, tujuan pendidikan adalah untuk
menemukan kemampuan-kemampuan ilmiah setiap
individu dan melatihnya sehingga ia menjadi seorang
warga negara yang baik, masyarakat yang harmonis, yang
melaksanakan tugas-tugasnya secara efisien sebagai
seorang anggota masyarakat. Plato juga menekankan
perlunya pendidikan direncanakan dan diprogramkan
sebaik-baiknya agar mampu mencapai sasaran yang
diidamkan. Dengan kata lain, pendidikan yang baik
haruslah direncanakan dan diprogramkan dengan baik
agar dapat berhasil dengan baik. Karena itu, dalam
menanamkan program pendidikan itu, pemerintah harus
Telaah Filsafat Pendidikan ‫ ׀‬Edisi Revisi 51
mengadakan motivasi, semangat loyalitas, kebersamaan
dan kesatuan cinta akan kebaikan dan keadilan.
Menurut Plato, pendidikan direncanakan dan
diprogram menjadi tiga tahap sesuai tingkat usia. Pertama,
pendidikan yang diberikan kepada taruna hingga sampai
dua puluh tahun. Kedua, dari usia dua puluh tahun sampai
tiga puluh tahun. Ketiga, dari tiga puluh tahun sampai usia
empat puluh. Sayangnya, Plato melewatkan bidang
pendidikan dasar (elementary education).

d. Pemikiran Filsafat Pendidikan


Menurut Aristoteies (367-345 Sm)
Aristoteies adalah murid Plato. Dia adalah seorang
cendekiawan dan intelek terkemuka, mungkin sepanjang
masa. Umat manusia telah berutang budi padanya oleh
karena banyaknya kemajuan pemikirannya dalam filsafat
dan ilmu-ilmu pengetahuan, khususnya logika, metafisika,
politik, etika, biologi dan psikologi. Aristoteies lahir tahun
394 SM di Stagira, sebuah kota kecil di Semenanjung
Chalcidice di sebelah barat laut Egea. Ayahnya,
Nichomachus, adalah dokter perawat Amyntas II, Raja
Macedonia. Ayahnyalah yang mengatur agar Aristoteies
menerima pendidikan lengkap pada awal masa kanakkanak
dan mengajarinya ilmu kedokteran dan teknik
pembedahan. Ayah dan ibunya, Phaesta, mempunyai
nenek moyang terkemuka.
Menurut Aristoteies, agar orang dapat hidup baik
maka ia harus mendapatkan pendidikan. Pendidikan
bukanlah soal akal semata-mata, melainkan soal memberi
52 Telaah Filsafat Pendidikan ‫ ׀‬Edisi Revisi
bimbingan pada perasaan-perasaan yang lebih tinggi, yaitu
akal, guna mengatur nafsu-nafsu. Akal sendiri tidak
berdaya, sehingga ia memerlukan dukungan-dukungan
perasaan yang lebih tinggi agar diarahkan secara benar.
Aristoteies mengemukakan bahwa pendidikan yang baik
itu yang mempunyai tujuan untuk kebahagiaan. Dan
kebahagiaan tertinggi adalah hidup spekulatif (Imam
Barnadib, 1994: 72).
Aristoteies juga menganggap penting pembentukan
kebiasaan pada tingkat pendidikan dasar. Pada tingkat
pendidikan usia muda itu, perlu ditanamkan kesadaran
aturan-aturan moral. Menurut Aristoteies, untuk
memperoleh pengetahuan, manusia harus melebihi dari
binatang-binatang lain dalam berpikir, harus mengamati
dan secara hati-hati menganalisis struktur-struktur, fungsifungsi
organisme itu, dan segala yang ada dalam alam.
Oleh karena itu, prinsip pokok pendidikan, menurut
Aristoteies adalah pengumpulan dan penelitian fakta-fakta
belajar induktif, suatu pencarian yang objektif akan
kebenaran sebagai dasar dari semua ilmu pengetahuan.
Pendidikan yang baik sebaiknya diberikan kepada semua
anak. Putra-putri, semua warga negara, sebaiknya diajar
sesuai dengan kemampuan mereka, sebagaimana doktrin
Plato tentang keberadaan individu. Yang jelas, disiplin
merupakan hal yang esensial dalam mengajarkan para
pemuda untuk mematuhi perintah-perintah dan mengendalikan gerakan
hati mereka.

Anda mungkin juga menyukai