Anda di halaman 1dari 7

KETAHANAN PANGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI

(Food Security and Farmers Well-being)

Mochamad Syawie
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Kementerian Sosial Republik Indonesia
Email: msyawie@yahoo.com

Abstrak
Artikel ini merupakan sebuah ulasan dari berbagai studi tentang persoalan ketahanan pangan dan
perihal kesejahteraan petani. Tujuan dari ulasan ini adalah untuk menginformasikan bahwa Indonesia
secara geografis mempunyai keunggulan komparatif dibandingkan dengan Negara manapun, salah
satu keunggulan pada lahan pertanian dan perkebunan yang subur. Dengan keunggulan ini Indonesia
seharusnya mampu menjadi negara maju dalam sektor pertanian. Di sisi lain, cenderung terdapat
penyusustan produksi padi, jika pada tahun 2007 surplus beras mencapai 4,96 persen, lalu tahun 2008
sekitar 5,4 persen, dan 2009 menjadi 6,7 persen, tahun lalu surplus hanya 1,17 persen. Lahan-lahan
pertanian terus menyusut akibat pengalihan fungsi menjadi perumahan dan industri. Diperlukan 15 juta
hektar lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan pada 2030. Krisis pangan mengancam jika
konversi lahan pertanian tak dicegah.

Kata Kunci: Ketahanan pangan dan kesejahteraan petani

Abstract
The article discusses the issues of food security and farmers well-being as taken by several different studies.
The purpose is to inform that geographically Indonesia is very rich on its natural resources compared
to other countries. One of them is on its fertile agriculture and plantation. This specialty should make
Indonesia be a country in the world leading in agriculture. Unfortunately, the rice field production seems
to be decreasing. Data shows that in 2007, Indonesia had a surplus on rice production up to 4,96 % and
kept on increasing in 2008 (5,4%) and in 2009 (6,7%). Unfortunately, the surplus of production decreased
in 2011 and it has reached 1,17%. This relates to the fact that the land for agriculture is gradually being
utilized for industries and housings. Approximately, Indonesia needs 15 million hectare for agriculture
land to fulfill country food stock in 2030. Inability to reach this number would create food scarcity in the
country as the result of inability to prevent the agriculture land conversion.

Keywords : food security and farmers well-being

PENDAhULUAN. kembali mengemuka. Sebabnya jelas, yakni


Editorial Media Indonesia (10/02/2012) ketersediaan lahan produksi pangan tidak
mengabarkan bahwa persoalan pangan pangan mampu mengimbangi pesatnya pertambahan
ternyata terus menjadi masalah yang tidak penduduk. Implikasinya, produksi pangan
kunjung tuntas. Julukan sebagai lumbung harus semakin banyak, tetapi lahan pertanian
pangan yang disematkan pada negeri ini juga justru kian menyampit. Tingginya konversai
tidak menggaransi Indonesia terbebas dari lahan pangan ke nonpangan membuat produksi
krisis pangan. Dalam seminar Food Security pangan cenderung stagnan.
Summit 2012 di Jakarta, awal pekan ini, Tampak jelas, masalah peningkatan
kekhawatiran bakal munculnya krisis pangan kebutuhan pangan karena penduduk dunia dan

158 Informasi, Vol. 17, No. 03 Tahun 2012


konsumsi per kapita meningkat belum teratasi. sendiri menghadapi serangan hama, tekanan
Penduduk dunia tahun 2012 sekitar 7 milyar rentenir, dan regulasi yang tidak berpihak.
jiwa, bertambah satu milyar dari tahun 1999. Lahan-lahan pertanian terus menyusut akibat
Ke depan, penduduk dunia akan bertambah pengalihan fungsi menjadi perumahan dan
satu miliar setiap 10 tahun dan pangan akan industri. Impor pangan Indonesia tahun lalu
menjadi masalah dunia (Siswono Yudo Husodo, mencapai Rp 125 trilyun. Diperlukan 15
2012). Kondisi pangan Indonesia ke depan juta hektar lahan pertanian untuk memenuhi
menjadi rawan karena pertambahan penduduk kebutuhan pangan pada 2030 (Gatra, No. 27.
1,3 persen/tahun. Meningkatnya kesejahteraan, 10-16 Mei 2012). Krisis pangan mengancam
rakyat Indonesia menuntut pangan yang lebih jika konversi lahan pertanian tak dicegah.
banyak dan berkualitas. Tahun 1999, sebanyak
Masyarakat dunia kembali memperingati
25 persen penduduk Indonesia adalah kelas
Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-31 pada 16
menengah dengan pengeluaran 2-20 dollar AS/
Oktober. FAO berharap angka kelaparan di
hari. Tahun 2012, kelas menengah ini menjadi
tengah masyarakat dunia-kini mencapai satu
56,5 persen dari 237 juta penduduk.
miliar orang-dapat dikurangi. Dengan demikian
Ancaman krisis pangan nasional semakin tema, tema Hari Pangan Sedunia yang ditetapkan
bertambah karena karena adanya pemanasan yakni Food prices from crisis to stability. Di
global. Musim pasa tahun ini, Amerika Serikat, Indonesia, Hari Pangan Sedunia yang dirayakan
produsen pangan terbesar dunia, mengalami secara nasional di Kabupaten Bone Balango,
kekeringan di 60 persen wilayah pertaniannya. Provinsi Gorontalo, mengambil tema Menjaga
Dampaknya memengaruhi persediaan stabilitas harga dan akses pangan menuju
pangan dunia sehingga harga melonjak. ketahanan pangan nasional. HPS adalah
AS menghasilkan jagung 400 juta ton/tahun sebuah momen yang mengajak seluruh lapisan
(Indonesia 18 juta ton), kedelai 16 juta ton/ masyarakat untuk membangun kesamaan
tahun (Indonesia 600.000 ton), dan gandum pemikiran guna menuju sebuah sinergi dalam
56 juta ton. Cina yang merupakan produsen mengimplementasikan berbagai program
sekaligus konsumen besar pangan juga menurun pembangunan yang relevan dalam menangani
produksinya akibat banjir besar. Maka, Indonesia permasalahan ketahanan pangan nasional
harus bersaing di pasar dunia yang pasokannya (Posman Sibuea, 2011). Krisis pangan yang
menipis (Siswono Yudo Husodo, 2012). dihadapi Indonesia saat ini akan kian masif jika
terus mengandalkan impor kebutuhan pangan
Menarik apa yang ditulis Tajuk Rencana
tanpa memperhatikan dan menggenjot produksi
Kompas (10/2) tentang rapuhnya ketahanan
pangan lokal. Ketergantungan pada pangan
pangan. Ada persoalan dari hulu hingga hilir
impor mencapai 65 persen dari kebutuhan
yang membuat pangan masih jadi persoalan
nasional.
pelik bagi kita. Bagaimanan bicara ketahanan
pangan jika petani yang berada di garis depan Selama puluhan tahun neraca perdagangan
pemenuhan pangan nasional terus terpinggirkan. pertanian pertanian surplus. Tahun lalu nilainya
Bagaimana bicara menggenjot produksi jika 18,537 miliar dollar AS atau Rp 166,83 triliun.
insentif produksi absen, infrasturktur pertanian Surplus terjadi karena membaiknya kinerja
dibiarkan terbengkalai, inovasi teknologi nihil, subsektor perkebunan, terutama kelapa sawit.
alih lahan produktif terus terjadi, dan jaringan Sebaliknya, neraca subsektor tanaman pangan,
distribusi kedodoran. Juga bagaimana tidak hortikultura, dan peternakan negatif. Kinerja
rawan pangan jika petani dibiarkan bergulat ketiga subsektor itu jauh dari menggembirakan

Informasi, Vol. 17, No. 03 Tahun 2012 159


(Khudori, 2012). Dari ketiganya, defisit paling juta ton dan swasembada jagung, kedelai dan
mencemaskan terjadi di subsektor tanaman gula. Kedua, tak tercapainya target stok Bulog
pangan dan peternakan. Tahun 2009, deficit akibat minimnya pengadaan. Ketiga, situasi
terbesar terjadi di subsektor tanaman pangan. pasokan beras di pasar dunia yang terganggu
Akan tetapi, tahun 2010 dengan defisit 3,505 , terutama dengan adanya banjir di Thailand.
miliar dollar AS, peternakan menggeser Kempat, buruknya statistik perberasan yang
posisi subsektor tanaman pangan (3,416 membingungkan terkait produksi karena belum
miliar dollar AS). Dengan demikian, di luar lama BPS mengtakan terjadi surplus produksi
impor hortikultura, impor pangan dan produk 4-5 juta ton.
peternakan justru paling mencemaskan. Tahun
Kecemasan bakal terjadinya krisis pangan
lalu, defisit subsektor hortikultura 1,197 miliar
di berbagai negara termasuk Indonesia bukan
dollar AS. Kalaupun tahun impor meledak,
hanya isapan jempol. Sejumlah indikator
nilainya tak akan melampaui impor tanaman
menunjukkan hal itu. Di Indonesia, pertumbuhan
pangan atau peternakan.
produksi padi, yang merupakan bahan pangan
Indonesia secara geografis mempunyai paling banyak dikonsumsi penduduk, mulai
keunggulan komparatuf dibandingkan dengan menyusut. Jika pada tahun 2007 surplus beras
negara mana pun, salah satunya, keunggulan mencapai 4,96 persen, lalu tahun 2008 sekitar
pada lahan pertanian dan perkebunan yang 5,4 persen, dan 2009 menjadi 6,7 persen, tahun
begitu subur. Dengan keunggulan ini Indonesia lalu surplus hanya 1,17 persen (Media Indonesia,
sebarusnya mampu menjadi negara maju dalam 19/2/2011).
sektor pertanian. Kenyataan ini sudah disadari
Kondisi tersebut berbanding terbalik
sejak masa kolonial Pemerintah Hindia Belanda,
dengan tingkat konsumsi beras yang terus naik.
sehingga digulirkanlah dua program besar
Pada 2003 konsumsi beras penduduk Indonesia
mengenai pemebangunan sektor pertanian dan
masih 135 kg tiap orang per tahun. Pada 2009
industrialisasi substitusi impor. Dua program
sudah naik menjadi sekitar 139 kg per orang tiap
kebijakan ini segera mengundang kontroversi
tahun. Angka konsumsi tersebut meletakkan
pada hal mana yang mesti didahulukan.
orang Indonesia sebagai konsumen beras
Hindia Belanda mengambil langkah untuk
tertinggi di dunia. Rata-rata konsumsi beras
mendahulukan kepentingan kolonial sesuai
internasional hanya sekitar 60 kg /orang /tahun .
dengan pembagian kerja internasional dalam
mengadakan bahan-bahan mentah. Maka irigasi Di tengah konsumsi yang masih sangat
untuk perkebunan yang berorientasi ekspor tinggi, produksi padi nasional tahun ini
pun didahulukan daripada merevitalisasi sektor diprediksi merosot. Perubahan iklim yang
pertanian (M. Dawam Rahrdjo, 2011) memicu serangan hama dan terus berkurangnya
lahan pertanian diprediksi bakal menyebabkan
Menarik untuk dicermati peringatan
kemerosotan hasil panen hingga 30 persen.
Badan Pusat Staitstik mengenai kemungkinan
Itulah yang membuat pemerintah kembali
terjadinya kondisi rawan pangan pada akhir
membuka keran impor demi menjaga
2011 dan awal 2012 memunculkan keprihatinan
ketersediaan bersa dalam negeri setelah pada
kita (Tajuk Rencana Kompas, 3/11/2011).
2008 dan 2009 impor beras ditiadakan. Tahun
Ada beberapa persoalan di sini. Pertama,
lalu, impor beras diproyeksikan 1,75 juta ton.
turunnya angka produksi beras, jagung, dan
Jika itu terjadi, menurut laporan Kementerian
kedelai, yang justru terjadi di tengah langkah
Pertanian Amerika Serikat yang bertajuk Rice
pemerintah mencanangkan surplus berasa 10

160 Informasi, Vol. 17, No. 03 Tahun 2012


Outlook, Indonesia menjadi negara importer harmoni perdagangan global , justru cenderung
beras kedua terbesar di dunia setelah Nigeria. menciptakan ketimpangan dan pemiskinan
di negara-negara berkembang dengan segala
Persoalan Ketahanan Pangan intrumen yang memenangkan negara maju.
Salah satu persoalan besar bangsa di masa
WTO adalah organisasi multirateral negara-
depan adalah bagaimanan menyediakan pangan
negara yang mengatur jalannya perdagangan
yang cukup bagi perut semua warga. Salah satu
bebas dunia. Perdagangan bebas artinya arus
indikator kesanggupan member makan bisa
barang dan jasa bebas melewati batas-batas
ditilik dari indeks luas panen per kapita . Di
Negara tanpa dihambat oleh campur tangan
Asia Tenggara , indeks luasan panen per kapita
pemerintah , baik dalam tarif maupun nontarif.
Indonesia termasuk kecil, hanya 531 meter
Konsep ini didasarkan pada teori Liberal Klasik
persegi per kapita, setara Filipina (516) dan
yang menyatakan perdagangan dapat dilakukan
Malaysia (315). Filipina dan Malaysia adalah
paling baik, sumber daya dapat dialokasikan
pengimpor pangan reguler (Khudori, 2011).
paling efisien, dan kesejahteraan masyarakat
Negara-negar pengekspor pangan memiliki
dicapai paling tinggi apabila semua produsen
indeks luasan panen perkapita cukup besar:
dibiarkan menghasilkan barang atau jasa terbaik
Vietnam 929 meter persegi/kapita, Myanmar
yang dapat mereka produksi untuk kemudian
1.285 meter persegi/kapita, dan Thailand
dijual dalam iklim persaingan bebas terbuka. Di
1.606 meter persegi/kapita. Memang indeks ini
tingkat lokal ada pembagian kerja, sedangkan
bukan satu-satunya penentu besarnya produksi
di tingkat internasional setiap negara harus
. Luasan panen dapat dikompensasikan dengan
terkonsentrasi menghasilakan produk-produk
produktifitas tinggi.
yang bisa dihasilakan secara efisien (Deliarnov.
Masalah kelaparan dan kemiskinan 2006).
merupakan fenomena global yang telah lama.
Tujuan utama WTO pada awalnya adalah
Pada Konferensi Tingkat Tinggi Pangan di
untuk menaikkan standar hidup dan menjamin
Roma tahun 1996, para pemimpin dunia
peningkatan lapangan kerja dengan memperluas
bertekad mengurangi kelaparan dari 840 juta
produksi dan perdagangan melalui eksploitasi
orang menjadi 400 juta orang sampai 2015
sumber daya alam dunia secara rasional dan
(Kaman Nainggolan, 2006). Kelaparan terjadi
sadar lingkungan. Dalam perjalanannya, tujuan
karena keterbatasan akses pangan. Satu orang
awal ini semakin redup dan misinya diganti
anak mati setiap lima detik sebagai akibat
dengan “mantra” baru yang disebut pasar bebas.
kelaparan dan kurang gizi. Kerawanan pangan
Misi baru ini adalah bagian dari Konsensus
dan kelaparan sering terjadi pada petani skala
Washington, yaitu persekongkolan antara
kecil, nelayan dan masyarakat sekitar hutan yang
IMF, Bank Dunia, dan Departemen Keungan
menggantungkan hidupnya pada sumber daya
Amerika Serikat yang menginginkan semua
alam yang dan terdegradasi. Kerawanan pangan
negara membuka diri bagi masuknya barang,
juga terjadi pada masyarakat miskin perkotaan,
jasa, modal, dan Sumber Daya Manusia,
utamanya kaum buruh. Kelompok-kelompok
sehingga tercipta perekonomian dunia tanpa
ini tidak cukup akses terhadap pengetahuan dan
batas. Gejala-gejala yang memperlihatkan
teknologi, akses fisik terhadap sarana produksi
semakin terintegrasinya Negara-negara
dan pasar. Berbagai persoalan itu muncul
dan penduduk dunia yang disebabkan oleh
akibat masalah paling fundamental, yaitu
berkurangnya sekat-sekat dan halangan artifial
disharmoni. Organisasi Perdagangan Dunia
bagi aliran barang, jasa, modal, pengetahuan,
(WTO) yang semula dimaksudkan menjaga

Informasi, Vol. 17, No. 03 Tahun 2012 161


dan Sumber Daya Manusia dari satu negara ke negara-negara maju yang dengan berbagai
Negara lain ini yang disebut globalisasi. Aspek cara menghambat masuknya produk-produk
paling penting dari globalisasi ekonomi adalah dari negara-negara berkembang. Globalisasi
semakin dikuranginya sekat-sekat dan hambatan dikatakan dapat meningkatkan standar hidup
ekonomi antar Negara, semakin menyebarnya dan mengurangi kemiskinan. Dalam kenyataan,
perdagangan, financial, dan aktifitas produksi yang makin tinggi standar hidupnya ialah mereka
secara internasional, dan dalam proses ini yang mendapat akses, sedangkan sebagian
semakin tumbuhnya kekeuatan Trans National besar kelompok marginal lain semakin terjepit.
Corporations (TNCs), dan lembaga keuangan Pada Konfrensi Tingkat Tinggi mengenai
internasional. Dari ketiga aspek liberalisasi Pembangunan Berkelanjutan (World Summit of
(keuangan, perdagangan, dan investasi), yang Social Development, WSSD) di Johannesburg
paling cepat perkembangannya adalah proses September 2002, terungkap bahwa komitmen
liberasasi finansial. Negara-negara maju untuk mengurangi
kemiskinan semakin lemah dan selain itu juga
IMF dan Bank Dunia pada berbagai
tidak komitmen baru untuk meningkatkan
kesemapatan selalu berusaha meyakinkan
pedanaan bagi pembangunan berkelanjutan.
bahwa liberasasi dan globalisasi akan memacu
pertumbuhan. Padahal, belum ada teori dan Perihal Kesejahteraan Petani
bukti bahwa liberalisasi pasar betul-betul
Sejak tahun 1970- an ada dua perkembangan
dapat memacu pertumbuhan (Stglitz, 2001).
yang menjadi perhatian dan pokok pengamatan
Sebagian pakar justru menilai sistem ini bisa
peneliti-peneliti daerah pedesaan Jawa, yaitu
mengakibatkan inefesiensi jika ada pihak-
dampak program intensifikasi pertanian pangan
pihak yang memonopoli. Kebijakan liberalisasi
dan meningkatnya kepadatan penduduk maupun
pasar yang terlalu dipaksakan di negara-
kepadatan pertanian. Walaupun di satu pihak
negara berkembang hanya akan membuka
produksi padi meningkat, areal pertanian secara
peluang bagi masuknya produk-produk impor,
menyeluruh juga menyempit, sehingga kelebihan
mengakibatkan produk-produk hasil industri
buruh tani yang tidak tersalurkan ke sektor
dalam negeri tergencet karena tidak mampu
lain kedudukannya semakin lemah (Sediono
bersaing. Sebagai akibatnya, yang terjadi
M.P. Tjondronegoro, 1987). Sebenarnya
justru semakin melemahnya perumbuhan dan
negara-negara lain telah mendahului Indonesia
meluasnya pengangguran di berbagai sektor
memasuki era intensifikasi pertanian pangan
ekonomi, terutama di sektor pertanian dan
atau sering diistilahkan “Revolusi Hijau”, telah
industri.
menunjukkan pula gejala bertambah kuatnya
Dikatakan bahwa globalisasi akan kedudukan petani kaya di pasaran baik komoditi
membantu negara-negara berkembang maupun tenaga kerja, timbulnya akumulasi
meningkatkan ekspor dan menyediakan tanah di lapisan ekonomi kuat dan penerimaan
barang-barang dan jasa dengan harga lebih teknologi maju lebih cepat oleh mereka.
murah. Ini juga hanya sebuah janji kosong,
Sebaliknya di lapangan petani kecil justru
sebab dalam perekonomian global, negara-
terjadi proses pemelaratan, antara lain karena
negara berkembang justru menghadapi bentuk
menjual tanah garapan yang sudah sempit, dan
kompetisi baru dari negara-negara maju yang
menjual tenaganya dengan persyaratan yang
lebih mampu menghasilkan berbagai produk
semakin berat. Kedua proses yang bertolak
dengan harga lebih murah, sedangkan negara-
belakang ini sudah agak lama diamati beberapa
negara berkembang sulit menembus pasar
peneliti di Indonesia (M.Lyon, 1970, W.L.

162 Informasi, Vol. 17, No. 03 Tahun 2012


Collier dan Sayogyo, 1971), akan tetapi menarik (1999), dapat dikatakan cukup mewakili
kesimpulan secara tuntas memang belum terjadi. pendefinisian desa umumnya. Menurut dia,
Mengapa? Barangkali oleh karena proses-proses definisi desa dapat dipilah menjadi tiga,
individualisasi dan komersialisasi di daerah tergantung pada tujuan analisa. Untuk tujuan
pedesaan akibat “Revolusi Hijau” di bidang analisa statistik, desa didefinisikan sebagai suatu
pertanian, ternyata dari beberapa studi lain lingkungan yang penduduknya kurang dari 2500
tidak berlangsung secept yang diduga. Proses orang. Untuk tujuan analisa sosial-psikologik,
perenggangan dan pertentangan antarlapisan desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan
sosial di daerah pedesaan atau polarisasi agaknya yang penduduknya memiliki hubungan yang
tidak terjadi serentak di mana-mana. akrab dan serba informal di antara warganya.
Sedangkan untuk tujuan analisa ekonomik,
Indonesia saat ini mengalami krisis lahan
desa didefinikan sebagai suatu lingkungan yang
pangan. Hal ini akibat alih fungsi lahan pertanian
penduduknya tergantung kepada pertanian.
ke non-pertanian, serta alih fungsi lahan dari
yang semula ditanami padi ke nonpangan. Sejauh mana kesahihan definisi desa dari
BPS menghitung luas lahan baku pangan 2002 P.H. Landis itu untuk diterapkan secara umum?
seluas 7,75 juta hektar. Dengan laju konversi Dalam hal ini perlu sikap yang kritis untuk
lahan 110.000 hektar per tahun, dalam waktu menentukannya. Namun, ada kecenderungan
sembilan tahun lahan baku tinggal 6,76 juta definisi ke tiga nampaknya merupakan definisi
hektar (Kompas, 3/11/2011). Mengacu data yang lebih tepat untuk diterapkan secara umum,
BPS, dalam kondisi iklim basah di saat hujan baik di negara yang belum maju maupun yang
terus turun, luas pertanaman padi hanya 6,2 juta sudah maju, karena untuk tingkat perkembangan
hektar. Bila dalam setahun lahan itu ditanami masyarakat apapun atau di manapun desa selalu
dua kali, luas tanam hanya 12,4 juta hektar. berfungsi sebagai penghasil pangan. Dengan
Padahal, indeks pertanaman padi 2011 kurang lain perkataan, sejauh ini pertanian (untuk
dari dua. Alih fungsi lahan 110.000 hektar pangan) selalu masih berada di desa, dan oleh
belum menghitung luas alih fungsi tanaman karena itu pertanian dan desa masih merupakan
yang mencapai 74.000 hektar. Dengan kata lain, dua gejala yang belum dapat dipisahkan.
setiap tahun ada petani yang beralih menanam Kalaupun ada orang-orang kota yang bertani
padi ke tanaman nonpaid, seperti holtikutura, (gentlemen farmers) seperti misalnya yang
tebu, karet dan kelapa sawit. terlihat di Amerika Serikat, mereka melakukan
aktivitasnya di daerah pedesaan (lihat:
Satu konsep yang sangat pokok dalam
Rahardjo, 1999). Kelemahan definisi ini adalah
Sosiologi Pedesaan adalah desa. Sekalipu
tidak memperhitungkan atau mencakup desa-
desa dalam pengertian yang sangat umum
desa non-pertanian. Di samping itu, di Negara-
merupakan cerminan dari kehidupan yang
negara maju telah banyak desa-desa yang jumlah
bersahaja, yang belum maju, namun untuk
petaninya telah menjadi minoritas. Dengan kata
memahaminya tidaklah sederhana. Pengertian
lain, telah banyak desa-desa non-pertanian,
desa secara umum lebih sering dikaitkan dengan
dalam mana penduduknya bekerja di luar sektor
pertanian. Egon E. Bergel (1955), misalnya,
pertanian, sehingga kehidupan masyarakatnya
mendefinisikan desa sebagai “setiap pemukiman
tidak lagi merupakan representasi masyarakat
para petani (peasants).
petani.
Suatu definisi yang dikemukakan oleh Paul
H. Landis, seorang sarjana Sosiologi Pedesaan
Amerika Serikat, sebagimana dikutip Rahardjo

Informasi, Vol. 17, No. 03 Tahun 2012 163


KESIMPULAN ekonomi, artinya pemikiran perekonomian
Sektor pertanian masyarakat pribumi yang terbelakang prakapitalis menurut Boeke yang
dalam analisis Boeke, dianggap masih dalam dilakukan masyarakat pribumi ternyata bervisi
tahap prakapitalis dinilai hanya bersifat subsisten, jauh ke depan dalam perekonomian modern
inferior apabila berhadapan dengan perekomian umat manusia.
asing Barat, stagnan dan sulit berkembang untuk ***
menjadi perekomian kapitalis seperti yang
terjadi di Eropa, yang karenanya tidak perlu
dipaksakan untuk mengikkuti ekonomi pasar. DAFTAR PUSTAKA
Pandangan Boeke ini dibantah oleh Houben dan Deliarnov, (2006). Ekonomi Politik Mencakup
Burgre yang mengatakannya pesimis melihat Berbagai Teori dan Konsep yang
potensi perekonomian masyarakat pribumi Komprehensif. Jakarta; Erlangga.
yang pada realitasnya tidak semata-mata
untuk memenuhi kebutuhan sendiri tetapi juga Kaman Nainggolan, (2006). “Kemiskinan dan
berorientasi pasar. Pandangan Boeke dianggap Pangan Melawan Kelaparan di Abad XXI”.
tidak lebih merupakan mitos yang dilebih-lebih Kompas, 16 Pebruari 2006
kan belaka. Untuk itu, Th. A. Fruin menekankan Khudori, (2011). “Menata Ulang Basis Produksi
perlunya transformasi struktural dari para elite Pangan”. Kompas, 7 Nopember 2011
pemerintah sehingga pertanian dapat menjadi
tulang punggung pertumbuhan ekonomi dan Khudori, (2012). “Impor Pangan yang
menyejahterakan masyarakat pribumi/petani. Mencemaskan”, dalam Kompas, 2 Januari
2012
Kontroversi mengenai mana yang harus
lebih didahulukan lebih dulu antara sektor Posman Sibuea, (2011). “Penjajahan Kapitalisme
pertanian dan industrialisasi juga mengemuka di Pangan”. Media Indonesia, 19 Oktober
masa pascakolonial. Banyak yang menyarankan 2012
agar Negara-negara yang baru merdeka atau Sediono M.P. Tjondronegoro, (1987). Kata
berkembang lebih mengutamakan industrialisasi Sambutan dalam Buku: Kemiskinan dan
ketimbang mendorong sektor pertanian dengan Polarisasi Sosial, studi Kasus di Desa
berbagai alasan. Melanjutkan anjuran Syafrudin Bulugede, Kabupaten Kendal Jawa
Prawiranegara (lihat: Rahardjo, 2011) di masa Tengah. Jakarta; UI Press
Orde Lama yang menolak pikiran industrialisasi,
Siswono Yudo Husodo, (2012). “Kemandirian
Orde Baru yang berdiri pada 1967 memilih
dan Kedaulatan Pangan”, dalam Kompas,
melakkukan pembangunan pertanian sebagai
1 Agustus 2012
basis pertumbuhan ekonomi untuk melakukan
industrialisasi. Program swasembada pangan pun
dicanangkan sejak 1974, lalu berhasil dilakukan
pada 1985. Pilihan Orde Baru ini menggemakan
kembali anjuran Boeke di zaman Hindia
Belanda yang seolah mendapatkan konteksnya
yang pas. Bahkan pada 1974, Food and
Agricultural Organization menyebutkan bahwa
perekonomian untuk konsumsi sendiri sebagai
ketahanan pangan yang menjamin pertumbuhan

164 Informasi, Vol. 17, No. 03 Tahun 2012

Anda mungkin juga menyukai