Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. Y DENGAN KEJANG DAN DEMAM DI RUANG SAAD ANAK

RSI SUNAN KUDUS

DI SUSUN OLEH :

NAMA : NING AFIFAH

NIM : 112019030097

PRODI : S1 ILMU KEPERAWATAN


A. PENGERTIAN
 Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh mencapai >38C . Kejang demam dapat terjadi karena proses intracranial
maupun ekstrakranial . kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak
berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun ( Amid & Hardi , NANDA NIC NOC
2013) .
 Kejang Demam murupakan gangguan transien pada anak yang terjadi
bersamaan dengan demam . keadaan ini salah satu gangguan neurologic yang
paling sering di jumpai pada anak – anak dan menyerang sekitar 4% anak .
kebanyakan serangan kejang terjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya sebelum
usia 3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada anak – anak yang
berusia kurang dari 18 bulan . kejang demam jarang terjadi setelah usia 5 tahun
( DONA L. WONG 2009 )

B. ETIOLOGI
1. Faktor-faktor prenatal
2. Malformasi otak congenital
3. Faktor genetika
4. Penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis)
5. Demam
6. Gangguan metabolisme
7. Trauma
8. Neoplasma, toksin
9. Gangguan sirkulasi
10. Penyakit degeneratif susunan saraf.
11. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal.

C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut ( WULANDARI & ERAWATI 2016 )
1. Kejang demam mempunyai insiden yang tinggi pada anak , yaitu 3-4%
2. Kejang biasanya singkat , berhenti sendiri , terjadi lebih banyak laki laki
3. Kejang timbul dalam 24 jam setelah naiknya suhu badan akibat infeksi di luar
susunan saraf misalnya otitis media akut , bronchitis , dan sebagainya.
4. Bangkitan kejang dapat berbentuk tonik-klonik , flokal atau otonik .
5. Takikardi pada bayi , frekuensi sering di atas 150-200 per menit.
D. PATHOFISIOLOGI
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi
CO2dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam
yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel
neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui
oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl–). Akibatnya
konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang
di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial
membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K
ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.Keseimbangan potensial membran
ini dapat diubah oleh :
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular.
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya.
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan Pada keadaan demam kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari
seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh
karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion
kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel
maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter”
dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15
menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan
energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik,
hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu
tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan
mengakibatkan metabolisme otak meningkat
E. PATHWAY

F. KEBUTUHAN DASAR MANUSIA YANG MENGALAMI GANGGUAN

 Kebutuhan fisiologi , pada anak dengan kejang demam salah satu kebutuhan
dasar yang terganggu adalah kebutuhan oksigenasi hal ini terjadi karena pada
saat kejang terjadi inkoordinasi atau ketidak mampuan untuk mengkoordinasi
tubuhnya sebagai akibat penurunan kesadaran , salah satunya dampak dari
kondisi tersebut diatas dapat menyebabkan lidah anak jatuh ke belakang
sehingga terjadi obstruksi jalan napas sehingga menghambat suplai oksigen ke
paru-paru . masalah lain yang sering muncul adalah resiko aspirasi. Aspirasi
adalah suatu keadaan dimana masuknya benda asing pada saluran pernafasan
yang dapat mempengaruhi status oksigenasi . hal ini terjadi karena anak dengan
kejang demam mengalami penurunan untuk menelan.
 Gangguan kebutuhan rasa aman nyaman pada anak dengan kejang demam
terjadi karena penurunan kesadaran dan ketidak mampuan anak untuk
mengontrol dirinya seperti gerakan gerakan yang tidak dapat di kendalikan
sehingga dapat menyebabkan resiko cidera seperti jatuh dari tempat tidur ,
menjatuhkan barang barang yang ada di dekatnya , menggigit lidah , terkena
barang barang yang bisa melukai. Pada masalah resiko kejang berulang juga bisa
terjadi akibat dari kurang pengetahuan orang tua dalam menangani anak dengan
kejang demam.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN


1. Pengobatan
a. Pengobatan fase akut
 Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam yang
diberikan melalui interavena atau indra vectal.
 Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan).
 Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama setelah 20
menit.
b. Turunkan panas
 Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis.
 Kompres air Hangat
c. Mencari dan mengobati penyebab
 Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang
pertama, walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi
lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya
bila aga gejala meningitis atau bila kejang demam berlangsung lama.
d. Pengobatan profilaksis
 Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat demam
dan profilaksis terus menerus dengan antikanulsa setiap hari. Untuk
profilaksis intermitten diberikan diazepim secara oral dengan dosis
0,3 – 0,5 mg/hgBB/hari.
e. Penanganan sportif
 Bebaskan jalan napas
 Beri zat asam
 Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
 Pertahankan tekanan darah
H. PENGKAJIAN
menurut Greenberg (1980 : 122 – 128), Paula Krisanty (2008 : 223) :
a. Riwayat Kesehatan:
1) Saat terjadinya demam: keluhan sakit kepala, sering menangis, muntah atau diare,
nyeri batuk, sulit mengeluarkan dahak, sulit makan, tidak tidur nyenyak. Tanyakan
intake atau output cairan, suhu tubuh meningkat, obat yang dikonsumsi
2) Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga
3) Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernapasan atas, OMA, pneumonia, faringitis,
bronkropeumonia, morbilivarisela dan campak.
4) Adanya riwayat trauma kepala
b. Pengkajian fisik
1) Tanda-tanda vital
2) Status hidrasi
3) Aktivitas yang masih dapat dilakukan
4) Adanya peningkatan : suhu tubuh, nadi, dan pernafasan, kulit teraba hangat
5) Ditemukan adanya anoreksia, mual, muntah dan penurunan berat badan
6) Adanya kelemahan dan keletihan
7) Adanya kejang
8) Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan adanya peningkatan kalium, jumlah
cairan cerebrospiral meningkat dan berwarna kuning
c. Riwayat Psikososial atau Perkembangan
1) Tingkat perkembangan anak terganggu
2) Adanya kekerasan penggunaan obat – obatan seperti obat penurun panas
3) Akibat hospitalisasi
4) Penerimaan klien dan keluarga terhadap penyakit
5) Hubungan dengan teman sebaya
d. Pengetahuan keluarga
1) Tingkatkan pengetahuan keluarga yang kurang
2) Keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala kejang demam
3) Ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol suhu tubuh
4) Keterbatasan menerima keadaan penyakitnya
e. Pemeriksaan Penunjang (yang dilakukan) :
1) Fungsi lumbal
2) Laboratorium : pemeriksaan darah rutin, kultur urin dan kultur darah
3) Bila perlu : CT-scan dan EEG

I. DIAGNOSA
 Hipertermi berhubungan dengan infeksi pada tubuh
 Hambatan rasa nyaman berhubungan dengan dengan kurang control situasi

J. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Hari / tanggal Tujuan & kriteria Intervensi


hasil

1 15-2-2021 Setelah dilakukan - Lakukan


Jam 08-45 asuhan monitor suhu
keperawatan selama - Anjurkan
2x24 jam di makan /
harapkan minum sedikit
menunjukan tapi sering
penurunan suhu - Kompres
tubuh dengan hangat bila
kriteria hasil panas
- Suhu - Kolaborasi
kembali medis
normal
- Tidak ada
kecemasan

2 16-2-2021 Setelah dilakukan - Lakukan


Jam 09.11 asuhan monitor ttv
keperawatan selama - Ciptakan
2x24 jam lingkungan
diharapkan yang tenang
hambatan rasa - Lakukan
nyaman berkurang pengompresa
dengan kriteria hasil n paxda dahi ,
- Pasien dapat leher , ketiak
tidur dengan - Posisikan
nyenyak pasien
- Tidak senyaman
menangis mungkin
dan rewel
- Pasien tidak
mengeluh
lagi karena
suhu tubuh
panas lagi
K. PENGGUNAAN REFERENSI
https://www.slideshare.net/atikcmseonara/lp-kejang
Wong, Donna L, Marilyn Hockenberry-Eaton, David Wilson, etal. Buku Ajar
KeperawatanPediatrik Volume 2 Edisi 6
https://www.halodoc.com/kesehatan/kejang-demam

Anda mungkin juga menyukai