Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nyamuk adalah salah satu komponen lingkungan manusia. Di lingkungan
permukiman merupakan tempat perindukan nyamuk. Banyak penyakit
khususnya penyakit menular seperti demam berdarah, Japanese encephalitis,
malaria,filariasis ditularkan melalui perantara nyamuk (Achmadi. 2013).
Nyamuk tersebar luas di seluruh dunia mulai dari daerah kutub sampai ke
daerah tropika, dapat dijumpai 5.000 meter diatas permukaan laut sampai
kedalaman 1.500 meter di bawah permukaan tanah didaerah pertambangan
(WHO, 1999).
B. Rumusan Masalah
1. Jenis-jenis nyamuk?
2. Klasifikasi nyamuk?
3. Siklus hidup nyamuk?
4. Peran nyamuk sebagai vector ?
5. Peranan nyamuk dalam kesehatan manusia?
6. Pengendalian vector?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis-jenis nyamuk
2. Untuk mengetahui klasifikasi nyamuk
3. Untuk mengetahui siklus Hidup nyamuk
4. Untuk mengetahui peran nyamuk sebagai vektor
5. Untuk mengetahui peranan nyamuk dalam kesehatan manusia
6. Untuk mengetahui cara pengendalian vektor
D. Manfaat
1. Dapat menambah pengetahuan tentang parasitologi.
2. Dapat memberikan tambahan informasi bagi pembaca.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jenis-jenis nyamuk
1. Aedes aegypti
Nyamuk spp. merupakan vector utama dari demam berdarah dengue
(DBD) yang terdiri dari Ae. Aegypti dan Ae. Albopictus. Kedua jenis
nyamuk ini terdapat hampir semua di pelosok Indonesia, kecuali di
tempat-tempat dengan ketinggian 1000 meter diatas permukaan laut,
karena pada ketinggian tersebut suhu udara rendah sehingga tidak
memungkinkan bagi nyamuk untuk hidup dan berkembang biak
(Siregar. 2004). Nyamuk Ae. Aegypti di sebut black-white mosquito,
karena tubuhnya ditandai dengan pita atau garis-garis putih keperakan
di atas dasar hitam. Di Indonesia sering disebut sebagai salah satu dari
nyamuk-nyamuk rumah (soegijanto, 2004).
2. Culex
Nyamuk memiliki tubuh bewarna kecoklatan, promboscis bewarna
gelap tetapi kebanyakan dilengkapi dengan sisik bewarna lebih pucat
pada bagian bawah, scutum bewarna kecoklatan dan terdapat warna
emas dan keperakan disekitr sisiknya. Sayap bewarna gelap, kaki
belakang memiliki femur yang bewarna lebih puct, seluruh kaki
bewarna gelap, kecuali pada bagia persendian. Nyamuk ini aktif pada
malam hari, dan lebih menyukai menggigit manusia setelah matahari
terbenam (Lestari, 2009).
3. Mansonia
Nyamuk Mansonia sering ditemui di rawa – rawa, sungai besar di tepi
hutan atau dalam hutan. Larva dan pupa melekat dengan sifonnya pada
akar – akar atau ranting tanaman air, seperti eceng gondok, teeratai,
kangkung, dan lain sebagainya. Nyamuk Mansonia memiliki bentuk
tubuh besar dan panjang, bentuk sayap asimetris dan memiliki warna
tubuh kecoklatan. Nyamuk Mansonia bersifat zoofilik / antropofilik,
eksofagik, eksofilik, dan aktif pada malam hari (Pasiga, 2013).
4. Anopheles
Nyamuk Anopheles sering juga dikenal dengan salah satu nyamuk yang
menularkan penyakit malaria. Cirri nyamuk ini hinggap dengan posisi
menukik atau membentuk sudut. Warnanya bermacam – macam, ada
yang hitam, ada pula yang kakinya bercak – bercak putih. Nyamuk
Anopheles biasanya menggigit pada malam hari (Gandahusada, 1998).
B. Klasifikasi nyamuk
1. Klasifikasi Nyamuk Ae. Aegypti

2
Menurut Soegijianto (2004) kedudukan nyamuk Ae. Aegypti dalam
klasifikasi hewan, yaitu:
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Culicidae
Genus : Aedes
2. Klasifikasi Nyamuk Culex
Menurut Dharmawan (1993) kedudukan nyamuk Culex dalam
klasifikasi hewan, yaitu:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Culcidae
Genus : Culex
Spesies : Culex quinquenfasciatus Say.
3. Klasifikasi Nyamuk Anopheles
Menurut Borror (1992) kedudukan nyamuk Anopheles sp. Dalam
klasifikasi hewan, yaitu:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Culcidae
Genus : Anopheles
Spesies : Anopheles sp.
4. Klasifikasi Nyamuk Mansonia
Kedudukan nyamuk Mansonia dalam klasifikasi hewan yaitu:
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Genus : Mansonia
C. Siklus hidup nyamuk
Pada dasarnya, siklus hidup nyamuk berawal dengan peletakan telur oleh
nyamuk betina. Dari telur muncul fase kehidupan air yang masih belum
matang disebut larva (jamak = larvae), yang berkembang melalui empat
tahap, kemudian bertambah ukuran hingga mencapai tahap akhir yang
tidak membutuhkan asupan makanan yaitu pupa (jamak = pupae).
Didalam kulit pupa nyamuk dewasa membentuk diri sebagai betina atau

3
jantan, dan tahap nyamuk dewasa muncul dari pecahan di bagian belakang
kulit pupa. Nyamuk dewasa makan, kawin, dan nyamuk betina
memproduksi telur untuk melengkapi siklus dan memulai generasi baru
(Achmadi, 2013).
1. Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti
a. Telur
Telur nyamuk Ae. Aegypti berbentuk elips atau oval memanjang, warna
hitam, ukuran 0,5 – 0,8 mm. Permukaan poligonal, tidak memiliki alat
pelampung, dan diletakkan satu persatu pada benda – benda yang terapung
atau pada dinding bagian dalam tempat penampungan air (TPA) yang
berbatasan langsung dengan permukaan air. Dilaporkan bahwa dari telur
yang dilepas, sebanyak 85% melekat didinding TPA, sedangkan 15%
lainnya jatuh ke permukaan air (Soegijanto. 2004). Telur Aedes spp. Dapat
bertahan pada kondisi kering pada waktu dan insensitas yang bervariasi
hingga beberapa bulan, tetapi hidup. Jika tergenang air, beberapa telur
mungkin menetas dalam beberapa menit, sedangkan yang lain
membutuhkan waktu lama terbenam dalam air, kemudian penetasan
berlangsung dalam beberapa hari atau minggu. Bila kondisi lingkungan
tidak menguntugkan, telur-telur mungkin berada dalam status diapauses
dan tidak akan menetas hingga waktu istirahat berakhir. Telur-telur Aedes
spp. dapat berkembang pada habitat container kecil (lubang pohon, ketiak
daun, dan sebagainya) yang rentan terhadap kekeringan (Sayono, 2008).
b. Larva
Telur menetas menjadi larva yang sering juga disebut jentik. Larva
nyamuk memiliki kepala yang cukup besar serta toraks dan abdomen yang
cukup jelas. Larva dan kebanyakan nyamuk menggantungkan diri pada
permukaan air. Jentik-jentik nyamuk biasanya menggantungkan tubuhnya
agak tegak lurus pada permukaan air, guna untuk mendapatkan oksigen di
udara (Sembel, 2009). Larva nyamuk Ae. Aegypti tubuhnya memanjang
tanpa kaki dengan bulu – bulu sederhana yang tersusun bilateral simetris.
Larva ini dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami 4 kali
pergantian kulit (ecdysis), dan larva yang terbentuk berturut – turut disebut
larva instar I, II, III, dan IV. Larva instar I, tubuhnya sangat kecil, warna
transparan, panjang 1 – 2 mm, duri – duri (spinae) pada dada (thorax)
belum begitu jelas, dan corong pernafasan sudah (siphon) belum
menghitam. Larva instar II ertambah besar, ukuran 2,5 – 3,9 mm, duri
dada belum jelas, dan corong pernafasan sudah bewarna hitam. Larva
instar IV telah lengkap struktur anatominya dan jelas tubuh dapat di bagi
menjadi bagian kepala (chepal), dada (thorax), dan perut (abdomen)
(Soegijanto. 2004).

4
c. Pupa
Stadium pupa ini merupakan tahapan akhir dari siklus hidup nyamuk
dalam air. Pupa adalah fase inaktif yang tidak membutuhkan makan,
namun tetap membutuhkan oksigen untuk bernafas. Untuk keperluan
pernafasannya pupa berada didekat permukaan air. Umumnya nyamuk
jantan yang terlebih dahulu keluar sedangkan nyamuk betina muncul
belakangan (Supartha, 2008).
d. Nyamuk Dewasa
Nyamuk memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, memiliki kaki panjang
dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga
tergolong pada ordo Diptera dan famili Culicidae. Tubuh nyamuk terdiri
atas tiga bagian yaitu kepala, dada dan perut. Nyamuk jantan lebih kecil
dari pada nyamuk betina (Lestari, 2010). Nyamuk Ae. Aegypti memiliki
ciri khas yaitu mempunyai warna dasar yang hitam dengan bintik-bintik
putih pada bagiannya badannya terutama pada akinya. Morfologi yang
khas adalah gambaran lira (lyre-form) yang putih pada punggungnya
(Gandahusada, 2000). Nyamuk ini hidup didalam dan disekitar rumah.
Boleh dikatakan bahwa nyamuk betina sangat menyukai darah manusia
(antrothpillic) dari pada darah binatang. Nyamuk betina mempunyai
kebiasaan menghisap darah berpindah-pindah berkali-kali dari satu
individu ke individu lain (Soegijanto, 2004). Nyamuk Ae. Albopictus
secara morfologis sangat mirip dengan nyamuk Ae. Aegypti yang
membedakan hanyalah pada strip putih yang terdapat pada skutumnya.
Pada Ae. Albopictus strukturnya juga bewarna hitam hanya berisi satu
garis putih tebal dibagian dorsalnya (Supartha, 2008).
2. Siklus Hidup Nyamuk Culex
a. Telur
Nyamuk Culex meletakkan telur di atas permukaan air yang dapat
mengapung karena di letakkan secara bergerombolan dan bersatu
membentuk rakit. Seekor nyamuk mampu meletakkan 100-400 butir telur.
b. larva
Larva nyamuk culex memiliki siphon dengan beberapa kumpulan rambut
yang membentuk sudut pada permukaan air. Larva culex memiliki 4
tingkatan, yaitu:
1. Larva Instar I, berukuran paling kecil 1 – 2 mm atau 1 – 2 hari setelah
menetas. Duri-duri pada dada betina belum jelas dan corong pernafasan
pada siphon belum jelas
2. Larva Instar II, berukursn 2,5 – 3,4 mm atau 2 – 3 hari setelah telur
menetas. Duri – duri belum jelas, corong kepala mulai menghitam.

5
3. Larva Instar III, berukuran 4 -5 mm atau 3 – 4 hari setelah telur
menetas. Duri-duri dada mulai jelas dan corong pernafasan bewarna coklat
kehitaman.
4. Larva IV, berukuran paling besar yaitu 5 – 6 mm atau 4 – 6 hari setelah
telur menetas (Kardinan, 2003)
c. Pupa
Merupakan stadium akhir nyamuk di dalam air. Pada stadium ini pupa
tidak membutuhkan makan. Pupa membuuhkan 2 – 5 hari. Sebagian kecil
pupa kontak dengan permukaan air, berbentuk terompet, panjang dan
ramping, setelah 1 - 2 hari akan menjadi nyamuk culex (Kardinan, 2003).
d. Nyamuk Dewasa
Ciri – ciri nyamuk culex dewasa adalah bewarna hitam belang- belang
putih, kepala bewarna hitam dan bewarna putih pada ujungnya. Pada
bagian thorak terdapat 2 garis putih berbentuk kurva (Kardinan, 2003).
3. Siklus Hidup Anopheles
a. Telur
Telur Anopheles berbentuk seperti perahu yang bagian bawahnya konveks
dan bagian atasnya konkaf dan diletakkan di air langsung yang diletakkan
secara terpisah yaitu satu persatu. Nyamuk dewasa mampu menghasilkan
telur 50 – 200 butir telur. Telur menetas dalam waktu 2 – 3 hari (Safar,
2010).
b. larva
Larva Anopheles mengapung sejajar dengan permukaan air, karena mereka
tidak mempunyai siphon (alat bantu pernafasan). Lama hidup kurang lebih
hari, dan hidup dengan memkan algae, bakteri dan mikroorganisme lain
yang terdapat dipermukaan (Safar, 2010).
c. pupa
Pada stadium pupa terdapat tabung pernafasan yang disebut respiratoru
trumpet yang berbentuk lebar dan pendek yang berfungsi untuk
mengambil O2 dari udara. Bentuk fase pupa seperti kma, dan setelah
beberapa hari pada bagian terbelah sebagai tempat keluar nyamuk dewasa
(Safar, 2010).
d. Nyamuk dewasa
Nyamuk Anopheles jantan dapat hidup sampai satu minggu, sedangkan
nyamuk betina mampu bertahan hidup selama 1 bulan. Nyamuk dewasa
mempunyai prombocis yang berfungsi sebgai menghisap darah atau
makanan lainnya (missal: nectar atau cairan lainnya sebagai sumber gula).
Perkawinan terjadi setelah beberapa hari menetas dan kebanyakan
perkawinan terjadi sekitar rawa (breeding place). Untuk membantu
pematangan telur, nyamuk menghisap darah, dan beristirahat sebelum

6
bertelur. Salah satu ciri khas dari nyamuk Anopheles adalah pada saat
posisi istirahat menungging.
4. Siklus Hidup Nyamuk a Mansonia
a. Telur
Telur Mansonia terdapat pada permukaan bawah daun tumbuhan inang
diletakkan saling berdekatan membentuk rakit, bentuk kelompok yang
terdiri dari - 6 butir. Telurnya berbentuk lonjong dengan salah satu
ujungnya meruncing.
b. Larva Larva mansonia mempunyai siphon berujung lancip, bergigi dan
berpigmen gelap. Ujung siphon ditusukkan ke akar tumbuhan air.
c. Pupa
Stadium pupa, Mansonia memiliki cororng pernafasan seperti diri dan
bentuk segmen 10 juga seperti duri. Untuk menjadi nyamuk dewasa pupa
membutuhkan waktu 1 – 3 hari (Gandahusada, Illahude, Wira Pribadi,
1998).
d. Nyamuk Dewasa
Nyamuk dewasa mansonia betina memiliki palpi lebih pendek dari
promboscis dan pada jantan palpi lebih panjang dari promboscsi. Sisik
dayap lebar asimetris, berselang – selang terang dan gelap.
D. Peran nyamuk sebagai vector
Vektor penyakit adalah serangga penyebar penyakit atau arthropoda. Beda
vektor dari vehicle adalah bahwa vehicle bahwa vehicle suatu penyebar
penyakit yang tidak hidup seperti air, udara, makanan, dll. Sedangkan
vektor adalah benda hidup yakni serangga (Slamet. 2005).
Saat nyamuk betina mencari mangsa untuk menghisap darah, maka
nyamuk tersebut dapat membawa dan mentransmisikan (atau menularkan)
mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit. Spesies nyamuk yang
menghisap darah secara berkala atau secara oportunistis pada manusia
akan lebih besar kemungkinannya menjadi vector penular penyakit.
Meskipun demikian ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan. Insekta
tersebut harus dapat terinfeksi terlebih dahulu oleh mikroorganisme
pathogen dan kemudian hidup dalam waktu yang cukup lama untuk dapat
menularkannya. Nyamuk menyebarkan penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme melalui dua cara mekanis dan biologis. Penyebaran secara
mekanis terjadi saat mikroorganisme pathogen pada bagian mulut nyamuk
yang menghisap darah dari host yang terinfeksi dan dipindahkan ke host
kedua pada saat pencarian darah selanjutnya. Satu-satunya penyakit
berbasis nyamuk yang tercatat disebarkan oleh virus pada kelinci, yaitu
myxomatosis. Virus-virus lainnya bisa disebarkan melalui penyebaran
secara mekanis adalah hanya di laboratorium dengan mengganggu

7
nyamuk-nyamuk yang makan darah dan memaksa mereka untuk makan
pada host lainnya. Penyebaran secara mekanis tidak dianggap metode yang
berarti dalam penyebaran pathogen oleh nyamuk dari manusia atau
binatang ke manusia. Penyebaran secara biologis terjadi pada saat
mikroorganisme pathogen mengalami perubahan yang penting pada
struktur dan atau berlipat ganda di dalam nyamuk sebelum berpindah ke
host yang baru (Achmadi, 2013).
E. Peranan nyamuk dalam kesehatan manusia
Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk masih menjadi masalah bagi
kesehatan masyarakat, baik diperkotaan maupun dipedesaan. Diantara
penyakit yang dapat ditularkan melalui nyamuk, yaitu:
1. DBD (Demam Berdarah Dengue)
Demam berdarah dengue merupakan penyakit demam yang
berlangsung akut menyerang baik orang dewasa maupun anak-anak
tetapi lebih banyak menimbulkan korban pada anak-anak usia
dibawah 15 tahun, disertai dengan perdarahan dan dapat menimbulkan
renjetan (syok) yang dapat mengakibatkan kematian penderita
(Sudarto, 1996). Demam berdarah dengue disebabkan oleh salah satu
dari empat antigen yang berbeda, tetapi sangat dekat satu dengan yang
lain, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 dari genus Flavivirus.
Demam berdarah dengue adalah bentuk dengue yang parah,
berpotensi menyebabkan kematian (Sembel, 2009). Masa inkubasi
penyakit DBD, yaitu peridode sejak virus dengue menginfeksi
manusia hingga menimbulkan gejala klinis, antara 3-4 hari, rata-rata
4-7 hari. Penyakit DBD tidak ditularkan langsug dari orang ke orang.
Penderita menjadi infektif bagi nyamuk pada saat viremia, yaitu
beberapa saat menjelang timbulnya demam hingga saat masa demam
berkhir, biasanya belangsung selama 3-4 hari (Ginanjar, 2008).
Demam dengue di Inonesia endemis baik di daerah pekotaan maupun
di daerah pedesaan. Di daerh perkotaan vektor penularnya adalah
nyamuk Ae.aegypti sedangkan di daerah pedesaan Ae. albopiqtus.
Namun sering terjadi bahwa kedua spesies nyamuk tersebut terdapat
bersama-sama pada satu daerah, misalnya didaerah yang bersifat semi

8
– urban. Hewan primata di daerah kawasan hutan dapat bertindak
sebagai sumber infeksi penularan (Sudarto. 2009). Nyamuk demam
berdarah biasanya akan terifeksi virus dengue saat menghisap darah
dari penderita yang berada dalam fase demam akut. Bila penderita
tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan iku
terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjtunya virus akan
memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk
termasuk di dalam kelenjar liurya. Setelah masa inkubasi ekstrinsik
selama 8-10 hari, kelenjar air liur nyamuk yang terinfeksi menggigit
dan menginnjeksikan air liur ke luka gigitan pada orang lain. Setelah
masa inkubasi pada tubuh manusia selama 3-4 hari (rata-rata 4-6 hari),
sering kali terjadi awitan mendadak penyakit ini yang ditandai dengan
demam, sakit kepala, hilang nafsu makan, dan berbagai tanda serta
gejala non spesifik lain termasuk mual, muntah dan ruam kulit (WHO,
2004). Nyamuk mendapat virus demam berdarah dengue, demam
dengue, maupun orang yang tidak tampak sakit, namun dalam aliran
darahnya terdapat virus dengue. Pada saat nyamuk menggigit orang
tersebut, virus dengue akan terbawa masuk bersama darah yang
diisapnya ke dalam tubuh nyamuk itu. Virus dalam tubuh nyamuk
tersebut akan berkembang biak tanpa ia sendiri menjadi sakit demam
berdarah. Dalam waktu 7 hari, virus dengue sudah tersebar diseluruh
bagian tubuh nyamuk di kelenjar air liurnya. Jika nyamuk ini
menggigit orang lain, virus dengue akan diindahkan bersama air
nyamuk ke dalam tubuh orang tersebut (Nadesul, 1998).
2. Malaria
Malaria berasal dari bahasa Italia yitu mal = buruk dan area = udara.
Secara harfiah malaria merupakan suatu penyakit yang sering terjadi
pada daerah dengan udara buruk akibat luingkungan buruk. Malaria
merupakan suatu penyakit infeksi demam berkala yang disebabkan
oleh parasit Plasmodium (termasuk protozoa) dan ditularkan oleh
nyamuk Anopheles betina (Zulkoni, 2010). Penyakit malaria memiliki

9
masa inkubasi yang bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan
spessies plasmodiumnya. Masa Inkubasi Plasmodium vivax yaitu 14 –
17 hari, Plasmodium ovale 11 – 16 hari, Plasmodium malariae 12 –
14 hari, dan Plasmodium falcifarum 10 – 12 hari (Entjang, 2003).
Penularan sporozoidt malaria terjadi memalui gigitan nyamuk
Anopheles betina, sesuai dengan daerah geografisnya. Penularan
dalam bentuk aseksual (trofozoit) menimbulkan tropozoite induced
malaria, yang dapat ditularkan melalui transfuse darah (transfusion
malaria), melalui jarum suntik atau dari ibu ke bayi yang
dikandungnya melalui plasenta (congenital malaria) (Soedarto, 2008).
“Airport malaria” adalah malaria yang ditularkan oleh nyamuk
Anopheles yang membawa parasit malaria dari daerah tropis ersama
pesawat udara, menulari pegawai bandara atau orang – orang yang
tinggal di sekitar bandara yang berada di daerah non-endemik
malaria(Soedarto, 2009).
3. Filariasis
Filariasis merupakan suatu infeksi sistemik yang disebabkan oleh
cacing filaria yang cacing dewasanya hidup dalam kelenjar limfe dan
darah manusia, penyakit ini bila tidak mendapatkan pengobatan akan
menimbulkan cacat mnetap berupa pembesaran kaki (disebut
elephantiasis / kaki gajah), pembesaran lengan, payudara dan alat
kelamin wanita maupun laki-laki (Zulkoni, 2010). Cacing filaria
merupakan parasit pada manusia dan hewan. Parasit yang hidup pada
saluran limfatik yaitu whucheria bancrifti, Brugia malayi, dan Brugia
timori. Filarial tersebut dapat menyebabkan kaki gajah dan komplikasi
pada saluran limfatik (Ideham, 2007).
Filariasis ditularkan oleh berbagai spesies nyamuk, dan sesuai dengan
terdapatnya microfilaria di dalam darah tepi, dikenal periodic
nocturnal (mikrofilaria hanya ditemukan malam hari), subperiodic
diurnal (microfilaria terutama dijumpai siang hari, malam hari jarang

10
ditemukan) dab subperiodic nocturnal (microfilaria terutama dijumpai
malam hari, jarang ditemukan disiang hari) (Soedarto, 2009).
F. Pengendalian Vektor
Pengendalian vector adalah semua usaha yang dilakukan untuk
menurunkan atau menekan populasi vector pada tingkat yang tidak
membahayakan bagi kesehatan masyarakat (Kusnoputranto, 2000). Di
dalam upaya pengendalian vector nyamuk, beberapa metode yang dapat
digunakan antara lain tindakan anti larva, tindakan terhadap nyamuk
dewasa, dan tindakan terhadap gigitan nyamuk (Sumantri, 2010).
Pengendalian nyamuk dapat dibagi menjadi tiga :
1. Pengendalian Secara Mekanik
Program yang di canangkan oleh Pemenrintah Indonesia melalui
Departemen Kesehatan RI yaitu 3M : 1) Menguras secara teratur
seminggu sekali dan menabur bubuk abate ke tempat penampungan
air. 2) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air. 3) Mengubur
atau menyingkirkan kaleng-kaleng bekas, plastik dan barang bekas
lainnya yang dapat menampung air hujan sehingga tidak mrnjadi
sarang nyamuk.
2. Pengendalian Secara Biologis
Intervensi yang didasarkan pada pengenalan organism pemangsa,
parasit, pesaing menurunkan jumlah nyamuk Aedes aegypti.
Pengendalian ini bisa dilakukan dengan memelihara ikan yang relative
kuat dan tahan, misalnya ikan mujair di bak atau tempat penampungan
air lainnya sehingga sebagai predator bagi jentik dan pupa. Contoh
jenis ikan lainnya yang juga cocok dijadikan untuk pengendalian larva
ialah Panchax panchax (ikan kepala timah, Lebistus reticularis (Guppy
= water ceto), Gambusia affinis (ikan gabus), dll.
3. Pengendalian Secara Kimiawi
Pegendalian secara kimia yang berkhasiat membunuh serangga
(insektisida) atau hanya untuk menghalau serangga saja (repellent).
Kebaikan cara pengendalian ini ialah dapat dilakukan dengan segera
dan meliputi daerah yang luas sehingga dapat menekan populasi
serangga dalam waktu yang singkat. Keburukannya karena cara
pengendalian ini hanya bersifat sementara, dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan, kemungkinan timbulnya resistensi serangga
terhadap insektisida dan mengakibatkan matinya beberapa pemangsa
(Gandahusada, 2000).

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 jenis nyamuk yang
harus kita ketahui yaitu diantaranya Aedes aegypti, Culex, Mansonia, dan
Anopheles karena nyamuk-nyamuk tersebut yang sering menyebabkan
penyakit kepada manusia. Dan nyamuk-nyamuk tersebut mempunyai ciri-
ciri/ morfologinya masing-masing serta mempunyai peranan yang sangat
penting dalam kesehatan manusia.
B. Saran
Terhadap akibat dari gangguan parasit terhadap kesejahteraan manusia,
maka perlu dilakukan usaha pencegahan dan pengendalian penyakitnya.
Maka dari itu, sangat diperlukan suatu pengetahuan tentang kehidupan
organisme parasit yang bersangkutan selengkapnya. Serta dalam penulisan
makalah ini masih banyak kesalahan jadi mohon untuk kritik dan sarannya
agar saya dapat memperbaikinya.

12
DAFTAR PUSTAKA
Anonim [internet]. 2021[ dikutip 25 Januari 2021]. Diambil dari
:http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/29682/Chapter
%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y

13

Anda mungkin juga menyukai