Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Break Even Point (BEP)


2.1.1 Pengertian Break Even Point

Kegiatan pokok manajemen dalam perencanaan adalah pengambilan

keputusan dalam pemeliharan berbagai macam alternatif dan perumusan

kebijaksanaan. Seringkali keputusan yang diambil itu mempunyai pengaruh

terhadap laju pertumbuhan perusahaan sehingga diperlukan beberapa

pertimbangan sebelum keputusan akhir diambil. Dalam kaitannya dengan

perencanaan laba, salah satu alat analisis dalam pembelanjaan yang dapat

digunakan oleh manajemen adalah Analisis Break Even Point

Break Even Point adalah salah satu teknik analisis untuk mempelajari

hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume penjualan

dan merupakan teknik untuk menggabungkan, mengkoordinasikan, menafsirkan

data dan distribusi untuk membantu manajemen dalam pengambilan keputusan.

Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian analisis Break Even Point. Penulis

sajikan pendapat dari beberapa ahli, antara lain :

Menurut Jumingan (2006:183)

“ Analisis Break Even Point diperlukan untuk mengetahui hubungan

antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi,

biaya lainnyabaik yang bersifat tetap maupun variabel, dan laba atau rugi.”

10
11

2.1.2. Manfaat Break Even Point

Analisis break even ini selain digunakan untuk menganalisis pada unit

beberapa atau pada omzet penjualan, berapa perusahaan tidak menderita rugi dan

tidak menerima keuntungan. Ada beberapa manfaat lain yang bisa diambil dengan

menggunakan konsep break even point.

1. Perencanaan Penjualan atau Produksi

Pada setiap awal periode perusahaan sudah harus mempunyai perencanaan

produksi dan penjualan. Rencana produksi dan penjualan bisa direncanakan

dengan menggunakan konsep BEP. Penjualan yang direncanakan perusahaan

tentunya disertai dengan target laba yang diinginkan. Dengan demikian rencana

penjualan (penjualan minimal) adalah :

PM = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba

2. Perencanaan Harga Jual Normal

Salah satu keputusan yang harus diambil oleh manager keuangan adalah

penentuan harga jual. Harga jual merupakan sejumlah uang yang dibayarkan oleh

pembeli untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan. Bagi perusahaan

harga jual harus bisa menutup semua biaya semua biaya dan target keuntungan.

Apabila tidak bisa menutup target laba, apalagi biaya yang dikeluarkan berarti

perusahaan dalam kondisi rugi.

3. Perencanaan Metode Produksi

Analisis Break Even ini juga sering digunakan untuk menentukan

alternatif pemilihan metode produksi atau mesin produksi. Ada mesin produksi
12

yang mempunyai karakteristik biaya variabel tinggi tetapi biaya variabel per unit

rendah (sering disebut padat karya) atau biaya tetap tinggi tetapi biaya variabel

per unit rendah (sering disebut padat modal). Dari dua pilihan tersebut, mana yang

akan dipilih apakah dengan padat karya atau padat modal. Untuk memilih

alternatif mana yang terbaik, bisa digunakan analisa biaya, laba, dan volume (cost,

profit, volume analisis).

4. Titik Tutup Pabrik

Apabila kondisi perusahaan sudah menunjukan biaya total melebihi

penjualan totalnya, artinya bahwa perusahaan beroperasi dibawah titik break even,

apakah perusahaan sebaiknya ditutup atau dipertahankan. Untuk itu manajemen

harus menganalisa apakah kondisi yang demikian akan berlanjut dalam waktu

yang relatif lama atau tidak. Ada kemungkinan manajemen harus memutuskan

untuk menghentikan sementara atau seterusnya apabila kondisi sudah sedemikian

parahnya

Alat yang dapat digunakan manejemen dalam mengadakan analisa

penutupan perusahaan tersebut adalah analisa titik tutup pabrik atau sering

disebut shut down point. Apabila perusahaan beroperasi dibawah BEP berarti

perusahaan secara akuntansi mengalami kerugian. Namun cash flow perusahaan

masih mendapatkan sisa kas, selama penerimaan penghasilan masih bisa menutup

biaya variabel dan biaya tetap tunai. Biaya tetap tunai adalah biaya tetap yang

dikeluarkan tunai seperti pembayaran gaji, biaya promosi, sewa gudang dan biaya

tetap tunai lainnya. Artinya pada kondisi tersebut perusahaan masih bisa

membayar gaji karyawannya, walaupun untuk menutup biaya tetap tidak tunai
13

(penyusutan) tidak mencukupi. Tetapi kalau penerimaan penjualan tidak bisa

menutup biaya variabel dan biaya tetap tunai, maka perusahaan sudah harus

ditutup.

2.1.3 Unsur-unsur dalam Analisa Break Even Point

Dilihat dari segi kepraktisan dan kemampuanya memvisualisasikan suatu

prestasi atau rencana, analisis Break Even Point sangat menguntungkan. Namun

menerapkannya harus merperhatikan unsur dari analisis Break Even Point

Dalam menganalisis Break Even Point terdapat unsur-unsur yang

mendasari timbulnya masalah titik impas. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai

berikut :

1) Laba : kelebihan yang diperoleh dari jumlah penerimaan penghasilan

dikurangi dengan jumlah biaya yang dikeluarkan atau penerimaan kotor

perusahaan akibat dari penjualan barang-barang

2) Biaya : jumlah uang yang dikeluarkan atau dapat berbentuk hutang untuk

barang-barang atau jasa-jasa yang kesemuanya diarahkan untuk kegiatan

operasi perusahaan

3) Volume : jumlah barang yang diproduksi atau dijual pada periode tertentu

Sebagian besar keputusan yang harus diambil oleh manajemen suatu

perencanaan manajemen ketiga unsur diatas, sedangkan hubungan timbal balik

antara ketiganya membentuk apa yang dinamakan dengan struktur laba maka

manajemen dapat meramalkan akibat apa yang akan terjadi dari berbagai tindakan

yang telah direncanakan


14

2.1.4 Metode Analisis Break Even Point

Perhitungan untuk menentukan luas operasi tingkat break even point dapat

dilakukan dengan mengunakan rumus tertentu dan juga menggambarkan tingkat

volume, biaya dan laba yang diperlukan serta grafik atau bagan dari break even

point

2.1.4.1 Metode Pendekatan Grafik

Salah satu pendekatan penentuan titik break even adalah dengan

menggabarkan unsr-unsur biaya dan penghasilan ke dalam suatu gambar grafik.

Pada grafik tersebut nampak garis-garis biaya variabel, biaya tetap, total biaya,

dan garis total penghasilan. Grafik BEP akan nampak berikut:

Rp ( Juta )
Total Penghasilan

Daerah Laba
Total Biaya

Daerah Rugi

B.Variabel
BEP

B. Tetap

0 Q

Gambar 2.1 : Grafik Break Even Point


15

2.1.4.2 Metode Pendekatan Matematik

Dalam perhitungan BEP dengan pendekatan matematik dapat dilakukan

dengan dua cara, yaitu (1) atas dasar unit dan (2) atas dasar rupiah. Seperti pada

pengertian BEP bahwa:

 Perusahaan tidak memperoleh laba atau menderita rugi

 Total penghasilan sama dengan total biaya

 Laba sama dengan nol

Oleh kerana itu persamaannya adalah

PENGHASILAN = BIAYA

Bila

P= Harga jual per unit

V= Biaya variabel

BT= Biaya tetap total selama satahun dan

Q= Kuantitas penjualan, maka

P.Q=V.Q+BT

P.Q-V.Q = BT

(P-V) Q =BT

Q= BT
P-V

Maka didapatkan rumus BEP dalam unit

BT
BEP unit =
P-V
16

Apabila diinginkan BEP dalam rupiah, maka dari formulasi dikalikan

dengan harga (P), sehingga

BT
BEP Rp =
1- V
P

2.1.5 Biaya
2.1.5.1 Pengertian Biaya

Pada dasarnya suatu konsep harus dinyatakan dalam istilah. Istilah yang

wajib diketahui secara luas dan juga tidaklah mudah untuk memberikan definisi

atau menguraikan istilah biaya sedemikian rupa sehingga pengertiannya akan

sangat mutlak. Banyak penulis yang telah mencoba memberikan masing-masing

definisinya atas biaya ini.

Menurut Suad Husnan ( 2002:161 )

“ Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk

mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini

atau dimasa yang akan datang bagi organisasi.”

2.1.5.2 Klasifikasi Biaya

Break Even Point selalu berhubungan dengan biaya yang harus

dikelompokan menurut sifatnya masing-masing, yang berhubungan dengan

volume produksi yaitu biaya tetap dan biaya variabel


17

a) Biaya Tetap ( Fixed Cost )

Biaya tetap (Fixed Cost) adalah jenis biaya yang selama kisaran waktu

operasi tertentu atau tingkat kapasitas produksi tertentu selalu tetap jumlahnya

atau tidak berubah walaupun volume produksi berubah.

Secara umum ciri-ciri biaya tetap adalah sebagai berikut :

1. Jumlah yang relatif tetap sebanding dengan hasil prodiksi

2. Menurunnya biaya tetap perunit dibandingkan pada kenaikan hasil

produksi

3. Pendekatannya kepada suatu bagian seringkali bergantung pada pilihan

dari manajemen atau cara penjatahan biaya

4. Pengawasan atas kejadiannya pada pokoknya bergantung pada manajemen

pelaksana dan bukan pada pengawas kerja

Contoh Dari Biaya Tetap adalah :

1. Biaya penyusutan

2. Biaya gaji dan upah

3. Biaya alat-alat kantor

4. Biaya asuransi

5. Biaya Pajak

6. Biaya sewa rumah dan kantor

7. Biaya Organisasi

b ) Biaya Variabel ( Variable Cost )

Biaya variabel (Variable Cost) adalah jenis-jenis biaya yang besar

kecilnya tergantung pada banyak sedikitnya volume produksi. Apabila volume


18

produksi bertambah maka biaya variabel akan meningkat, sebaliknya apabila

volume produksi berkurang maka biaya variabel akan menurun. Dalam analisis

titik impas disyaratkan bahwa perubahan biaya variabel ini sebanding dengan

perubahan volume produksi, sehingga biaya variabel per unit barang yang

diproduksi bersifat tetap.

Secara umum ciri-ciri biaya variabel adalah sebagai berikut :

1. Bervariabel secara keseluruhan dengan volume kegiatan

2. Biaya perunit tetap konstan walaupun terjadi perubahan volume dalam batas-

batas tertentu

3. Mudah dan secara seksama dapat dibagikan pada bagian tertentu

4. Pengawasan dari kejadian dan pemakaiannya berada ditangan kepala bagian

Contoh dari biaya variabel adalah :

1. Biaya pemakaian bahan baku

2. Biaya pemasaran dan produksi

3. Harga Pokok Penjualan

4. Biaya tenaga kerja tidak langsung

Selain kedua jenis biaya tersebut diatas, dalam hal-hal tertentu ada biaya-

biaya yang sifatnya merupakan kombinasi dari biaya tetap dan biaya variabel

yaitu biaya semi variabel (semi variable cost) oleh karena itu didalam perhitungan

analisis break even point hanya kedua bentuk biaya yaitu biaya tetap dan biaya

variabel maka dengan menggunakan beberapa metode perhitungan tertentu semi

variabel ini haruslah dialokasikan baik kedalam biaya tetap maupun biaya

variabel.
19

2.2 Laba (Profit)

Tujuan perusahaan dalam melakukan kegiatannya menginginkan

perolehan laba yang sebanyak-banyaknya demi tercapainya tujuan dan kelancaran

operasionalnya. Akan tetapi dalam memperoleh laba setiap perusahaan tidak

mudah untuk memperolehnya, hal ini terjadi karena banyak faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi perolehan laba. Salah satunya adalah biaya-biaya yang harus

dikeluarkan oleh perusahaan dalam kegiatan kegiatan operasionalnya dalam

menghasilkan produk dan memperoleh pendapatan dari hasil penjualan produk

tersebut setelah dikurangi biaya-biaya.

Menurut Soemarso (2000:57)

“ Laba adalah selisih lebih pendapatan atas biaya-biaya yang dibebankan


dan yang merupakan kenaikan bersih atas modal yang berasal dari
kegiatan usaha dengan meningkatkan biaya produksi, menentukan harga
jual dan meningkatkan volume penjualan sebesar mungkin.”

Sedangkan menurut Sofyan Syafri Harahap (2002:227)

” Laba ialah semua biaya yang telah dikenankan dan dapat dikurangkan

pada penghasilan.”

Laba perusahaan merupakan selisih antara penjualan dan biaya dalam

periode akuntansi tertentu. Laba ialah kelebihan yang diperoleh dari jumlah

penerimaan penghasilan dikurangi dengan jumlah biaya yang dikeluarkan atau

penerimaan kotor perusahaan akibat dari penjualan barang-barang


20

Untuk mencapai laba yang besar manajemen dapat menempuh langkah ,

misalnya, :

1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasi serendah mungkin dengan

mempertahankan tingkat harga jual dan volume penjualan.

2. Menentukan harga jual sedemikian rupasesuai dengan laba yang diinginkan

3. Meningkatkan volume penjualan sebesar mungkin

Perencanaan laba adalah suatu uraian keuntungan dengan jelas menangani

hasil-hasil yang diharapkan dari keputusan-keputusan. karena menunjukan dengan

jelas sasaran menurut harapan waktu dan hasil keuangan yang diharapkan untuk

tiap segmen kesatuan untuk pelaporan bulanan kepada manajemen

Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan oleh pihak manajemen

dalam menerapkan sasaran laba adalah sebagai berikut :

1. Laba atau rugi yang dialami dari volume penjualan tertentu

2. Volume penjualan yang harus dicapai untuk menutup seluruh biaya yang

terpakai untuk menghasilkan laba yang memadai agar dapat membayar

deviden bagi saham preferen dan saham biaya dan untuk menahan sisa laba

yang cukup, guna memenuhi kebutuhan perusahaan dimasa yang akan datang

3. Break Even Point atau Titik Impas

4. Volume penjualan yang dapat dihasilkan oleh kapasitas operasi pada saat nol

5. Kapasitas operasi yang diperlukan untuk mencapai sasaran laba


21

2.3 Peranan Break Even Point Terhadap Perolehan Laba

Tujuan dari analisis Break Even Point secara umum dapat dikatakan untuk

menyajikan dan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai hubungan yang

erat atas ketiga variabel berikat yaitu biaya, volume penjualan dan laba.

Selanjutnya dapat memudahkan pimpinan perusahaan untuk melihat bagaimana

perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi laba dengan cara penyajian yang

ringkas sehingga pimpinan perusahaan dapat dibantu dalam pengambilan

keputusan. Jadi, analisis Break Even Point merupakan salah satu sarana bagi

manajemen dalam menentukan laba perusahaan.

Analisis Break Even Point juga memberikan keuntungan bagi manajemen

untuk menilai perencanaan laba secara jelas serta memberikan informasi

mengenai berbagai tingkat volume penjualan dan hubungannnya dengan

kemungkinan mendapat laba menurut tingkat penjualan yang terjadi.

Menurut Muslieh ( 2003:308 )

“ Teknik analisis Break Even Point memberikan dasar hubungan antara


berbagai variabel untuk menentukan aktivitas perusahaan dalam suatu
proses perencanaan keuangan dalam mencapai target laba yang
ditentukan.”

Jadi, analisis Break Even Point akan memberikan dasar hubungan antara

berbagai variabel untuk menentukan aktivitas perusahaan dalam suatu proses

perencanaan keuangan dalam mencapai target laba yang ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai