Anda di halaman 1dari 3

TETRASIKLIN DAN TURUNANNYA

Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau
garam HCl-nya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan garam HCl tetrasiklin
bersifat relative stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat
berkurang potensinya (Farmakologi dan Terapi Edisi 5:694).

a. Asal (Tuliskan asal antibiotik dari mikroorganisme apa “tulis nama spesiesnya”)
1. Klortetrasiklin
Berasal dari fermentasi bakteri Streptomyces aurofaciens
2. Oksitetrasiklin
Berasal dari Streptomyces rimosus
3. Tetrasiklin
Berasal dari fermentasi Streptomyces viridifaciens
4. Demeklosiklin
Klortetrasiklin yang kehilangan metil pd C6 (7-kloro-6-metil tetrasiklin)
5. Doksisiklin
Tetrasiklin yg alami dehidrasi & reduksi (OH pada C6 oksitetrasiklin hilang)
6. Metasiklin
H2O pada C6 Oksitetrasiklin hilang, mempunyai gugus metilen pada C6
7. Rolitetrasiklin
Dari tetrasiklin, punya gugus N-pirolidin-metil pada gugus amida

b. Sejarah Penemuan
Senyawa tetrasiklin semula (1948) diperoleh dari Streptomyces aureofaciens
(klortetrasiklin) dan Streptomyces rimosus (oksitetrasiklin). Setelah tahun 1960 zat induk
tetrasiklin mulai dibuat seluruhnya secara sintetik, yang kemudian disusul oleh derivat
-oksi dan -klor serta senyawa long-acting doksisiklin dan minosiklin. Khasiatnya
bakteriostatik, hanya melalui injeksi intravena dapat dicapai kadar plasma yang bakterisid
lemah (Obat-Obat Penting halaman 85).
Tetrasiklin ditemukan sekitar tahun 1940 oleh Lloyd Conover yang merupakan antibiotik
pengganggu proses sintesis protein. Berita tentang Tetrasiklin yang dipatenkan pertama
kali tahun 1955. Antibiotik ini juga merupakan antibiotik pilihan yang mampu
menghambat bakteri baik Gram positif maupun Gram negatif. Antibiotik golongan
tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin yang dihasilkan oleh
mikroorganisme Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari
mikroorganisme Streptomyces rimosus.

c. Biosintesis (Reaksi Malonat-Asetat)


Tetrasiklin adalah senyawa yang termasuk golongan poliketida. Tertrasiklin berasal dari
delapan unit malonil-koenzim A. Biosintesis tetrasiklin bermula dari karboksilasi asetil-
KoA membentuk malonil-KoA dengan enzim asetil-KoA karboksilase. Malonil-KoA
kemudian bereaksi dengan 2- 6 oksosuksinamat menghasilkan malonamoil-KoA. 2-
oksosuksinamat merupakan hasil dari transaminasi asparagin dengan enzim asam okso-
asparagin transaminase. Malonamoil-KoA kemudian dikonversi lebih lanjut menjadi 4-
hidroksi-6-metilpretetramida melalui 6- metilpretetramida. Senyawa inilah yang akan
diubah menjadi 4-dedimethylamino-4-oksoanhidrotetrasiklin, yang merupakan
intermediate dalam menghasilkan klorotetrasiklin dan tetrasiklin.

d. Produksi
Isolat Streptomyeces sp. diinokulasikan  diinkubasi pada suhu ruang selama 7 hari ,
selama proses inkubasi, isolat Streptomyeces sp. dikocok pada kecepatan 140 rpm. 
Kultur Streptomyeces sp. kemudian diekstraksI. (Koral, 2019)
Hasil
Berdasarkan penelitian Meanwell dan Shama 2008, serta Pratiwi 2008 menemukan
antibiotik yang diproduksi oleh Streptomyces yaitu tetrasiklin, antibiotik tersebut
memiliki mekanisme kerja menghambat sintesis protein, dengan begitu dapat di
perkirakan mekanisme kerja metabolit sekunder yang dihasilkan Streptomyeces sp. yaitu
menghambat sintesis protein bakteri. (Koral, 2019)

e. Aktivitas dan Mekanisme Kerja


Tetrasiklin bersifat bakteriostatik dengan mengganggu proses sintesis protein bakteri,
serta spektrum atibakterinya luas. Mekanisme kerja tetrasiklin pada proses sintesis
protein yaitu antibiotik ini akan berikatan dengan subunit 30S rRibosom sehingga akan
menghambat ikatan aminoasil –tRNA pada sisi A rRibosom sehingga akan mengganggu
ikatan peptide. (Yetty Herdiati Nonong, 2013)

DAFTAR PUSTAKA:
Koral, B. D. (2019). Isolasi dan aktivitas antibakteri actinomycetes berasosiasi dengan koral.
8(2), 46–51.
Yetty Herdiati Nonong, M. H. S. (2013). Tetrasiklin sebagai salah satu antibiotikyang dapat
menghambat pertumbuhanStaphylococcus aureus resisten-Metisilin (MRSA). Journal
of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Setiabudy, Rianto. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Gaya Baru.
Tjay, Tan Hoan & Rahardja, Kirana. 2015. Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-
Efek Sampingnya. Jakarta: PT. Elex Media.
Krismariono, Agung. 2009. Antibiotik Sistemik Dalam Perawatan Penyakit Periodontal
(Systemic Antibiotic On Periodontal Treatment). Universitas Airlangga.
https://www.researchgate.net/profile/Agung_Krismariono2/publication/318779886_
Antibiotika_sistemik_dalam_perawatan_penyakit_periodontal_Systemic_antibiotics_
on_periodontal_treatment/links/597e2609aca272d56817b840/Antibiotika-sistemik-
dalam-perawatan-penyakit-periodontal-Systemic-antibiotics-on-periodontal-
treatment.pdf (diakses tanggal 14 Januari 2021)
Nonong, Yetty Herdiati & Satari, Mieke Hemiawati. Tetrasiklin Sebagai Salah Satu Antibiotik
Yang Dapat Menghambat Pertumbuhan Staphylococcus aureus Resisten-Metisilin
(MRSA). FKG Universitas Padjadjaran. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2013/06/tetrasiklin_sebagai_salah_satu_antibiotik2.pdf (diakses
tanggal 14 Januari 2021)

Anda mungkin juga menyukai