Anda di halaman 1dari 21

A.

Latar Belakang Masalah

Melihat faktor masa depan yang penuh dengan ketidakpastian membuat banyak orang
mengalokasikan sebagian dananya untuk berinvestasi. Karena hakikatnya manfaat investasi
akan diterima dimasa mendatang. Sebagai salah satu wahana investasi, pasar modal
merupakan financial assets untuk memobilisasi modal dan sekaligus membuat perusahaan
menjadi lebih profesional. Pasar modal memiliki peran strategis dalam perekonomian
modern, sehingga pasar modal disebut juga sebagai indikator utama perekonomian negara
(leading indicator of economy). Sebagai negara muslim terbesar di dunia, Indonesia
berpotensi untuk menjadi pasar yang besar untuk mengembangkan industri keuangan syariah
terutama pasar modal syariah. Pasar modal syariah sendiri merupakan investasi yang
instrumennnya merupakan saham syariah yang menyatakan bukti kepemilikan perusahaan-
perusahaan berbasis syariah.

Dewasa ini perkembangan ekonomi syariah telah tumbuh dan berkembang pesat pada
perekonomian Indonesia, baik di kalangan akademisi maupun praktisi. Hal ini juga
berimplikasi pada berkembangnya pasar modal syariah yang merupakan bagian dari industri
keuangan syariah. Salah satu indeks pasar modal berbasis syariah yang digunakan oleh Bursa
Efek Indonesia (BEI) adalah Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang diterbitkan oleh
Bapepam-LK sebagai regulator yang berwenang dan bekerjasama dengan Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) pada 12 Mei 2011. Konstituen ISSI adalah
seluruh saham yang tergabung dalam Daftar Efek Syariah (DES) dan tercatat di BEI dimana
saat ini jumlah konstituen ISSI sudah lebih dari 331 saham.ISSI digunakan sebagai sarana
untuk memudahkan dan menarik investor muslim dalam pemilihan investasi di pasar modal
yang seringkali diragukan kehalalannya, meskipun tidak semua investor saham syariah adalah
mereka yang beragama Islam. Secara singkat, pasar modal syariah menggunakan prinsip,
prosedur, asumsi, instrument, dan aplikasi yang bersumber pada nilai Islam yaitu AlQuran
dan As-Sunnah yang kemudian disajikan dalam bentuk Fatwa DSN-MUI terkait pasar modal
syariah. Dari Fatwa tersebut kemudian diaplikasikan oleh lembaga pengawas yaitu Bapepam-
LK serta pelaksana yaitu Bursa Efek Indonesia, emiten, dan investor.

Harga saham adalah salah satu instrumen penting dalam menentukan keputusan
investor untuk menanamkan modalnya. Harga saham dapat terbentuk dari mekanisme
penawaran dan permintaan pada pasar modal. Menurut Muksal (2015) Harga saham terbentuk

1
tidak cukup hanya dari sisi permintaan dan penawaran (atau bahkan tidak sama sekali) yang
dapat mempresentasikan terbentuknya harga saham tersebut, akan tetapi ada beberapa faktor
yang mungkin berpengaruh terhadap pembentukan harga saham.

Investor dalam melakukan analisis dan menilai saham di pasar modal secara umum
menggunakan 2 (dua) pendekatan yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal, yang
secara bersama-sama akan membentuk kekuatan pasar dengan interaksi antara permintan dan
penawaran yang berpengaruh terhadap transaksi saham perusahaan sehingga harga saham
akan mengalami berbagai fluktuasi. Metode analisis tersebut dapat digunakan untuk
mengurangi risiko, selain itu juga untuk menghindari spekulasi yang sangat dekat dengan
maysir yang dilarang dalam prinsip berinvestasi sesuai syariah Islam. Karena pada dasarnya,
kegiatan spekulasi dalam trading saham merupakan tindakan yang tanpa dasar dan analisis
yang jelas, hanya karena rumor atau ikut-ikutan semata. Dengan adanya analisis yang cermat
dalam mengambil keputusan berinvestasi, kegiatan spekulasi dapat dihindari.

Investor memerlukan pertimbangan-pertimbangan yang matang dalam melakukan


investasi di pasar modal. Informasi akurat yang diperlukan yaitu mengetahui sejauh mana
hubungan variabel-variabel yang menjadi penyebab fluktuasi harga saham perusahaan yang
akan dibeli. Dengan mengetahui pengaruh variabel-variabel tersebut, investor dapat memilih
strategi dalam memilih perusahaan yang benar-benar dianggap sehat sebagai tempat
menanamkan modalnya. Banyak variabel yang dapat mempengaruhi harga saham suatu
perusahaan, baik yang datang dari lingkungan eksternal ataupun yang datangnya dari
lingkungan internal perusahaan itu sendiri. Variabel fundamental dibagi menjadi dua yaitu
variable fundamental yang bersifat internal yang memberi informasi tentang kinerja
perusahaan dan variable-variabel yang bersifat eksternal yang meliputi kondisi perekonomian
secara umum.

Gunawan (2011) menjelaskan bahwa dalam melakukan penelitian suatu saham


melalui pendekatan fundamental dapat digunakan informasi akuntansi dengan teknik analisis
rasio keuangan yang merupakan hasil perhitungan lebih lanjut dari laporan keuangan. Return
On Equity (ROE) merupakan salah satu rasio keuangan yang menjadi pertimbangan dalam
membuat keputusan dalam melakukan transaksi saham di bursa efek. ROE juga merupakan
indikator yang amat penting bagi pemegang saham dan calon investor untuk mengukur
kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan
pembayaran dividen dan kenaikan harga saham (Silalahi, 2012).

2
Menurut Reilly (1992) dalam Oksiana Jatiningsih (2007) mengemukakan ada dua
pendapat mengenai hubungan antara tingkat inflasi dengan harga saham. Pendapat pertama
menyatakan bahwa ada korelasi positif antara inflasi dengan harga saham. Pendapat ini
didasarkan pada asumsi bahwa inflasi yang terjadi adalah demand pull inflation, yaitu inflasi
yang terjadi karena adanya kelebihan permintaan atas penawaran barang yang tersedia. Pada
keadaan ini, perusahaan dapat membebankan peningkatan biaya kepada konsumen dengan
proporsi yang lebih besar sehingga keuntungan perusahaan meningkat. Dengan demikian,
akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk membayar deviden dan akan memberikan
penilaian positif pada harga saham. Pendapat yang kedua menyatakan bahwa ada korelasi
negatif antara inflasi dengan harga saham. Pendapat ini didasarkan pada asumsi bahwa inflasi
yang terjadi adalah cost push inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena kenaikan biaya
produksi. Dengan adanya kenaikan harga bahan baku dan tenaga kerja, sementara
perekonomian dalam keadaan inflasi maka produsen tidak rnetnpunyai keberanian untuk
menaikkan harga produknya. Hal ini akan mengakibatkan keuntungan perusahaan untuk
membayar deviden pun menurun yang akan berdampak pada penilaian harga saham yang
negatif.

Di antara berbagai sektor industry yang terdapat di Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI), ada di dalamnya sektor consumer goods yang menurut penulis merupakan salah satu
sektor industri dengan tingkat pengaruh yang besar, dikarenakan sektor consumer goods
merupakan salah satu sektor industri yang paling sering bersentuhan dengan masyarakat
dikarenakan hasil produksi industri pada sektor ini adalah barang-barang yang biasa
dikonsumsi oleh masyarakat, yang memiliki peran strategis dalam upaya menyejahterakan
kehidupan masyarakat dimana produknya diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, baik
berupa barang–barang maupun berupa makanan dan minuman.

Tingkat kapitalisasi pasar yang besar menjadi salah satu alasan yang menjadikan
saham suatu perusahaan memiliki keunggulan dibanding saham-saham dari sektor industri
sejenis, tentunya pencapaian ini tidak terlepas dari kinerja keuangan perusahaan yang sangat
baik yang dilaksanakan oleh pihak perusahaan. Namun, sebagai investor tidaklah cukup jika
hanya mengetahui suatu saham memiliki prospek yang cerah tanpa mencari tahu dan
menganalisa sendiri apakah benar saham perusahaan tersebut merupakan saham yang layak
dibeli dan dimiliki. Maka investor perlu melakukan analisa terhadap saham ini melalui
berbagai cara dan metode yang akan menghasilkan kesimpulan yang berguna sebagai

3
referensi pengambilan keputusan sebelum melakukan investasi pada saham perusahaan yang
bergerak , terutama di sektor consumer goods. Dalam hal ini, analisis fundamental saham
ialah suatu cara yang paling banyak digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai
kondisi perusahaan apakah perusahaan tersebut memiliki kemampuan untuk tumbuh dan
berkembang di masa mendatang (prospektif) yang diteliti melalui berbagai faktor yakni faktor
makro ekonomi, faktor kondisi industry atau pasar serta faktor perusahaan itu sendiri,
sehingga hasil dari penelitian ini menjadi suatu informasi yang berguna bagi investor dalam
pengambilan keputusan berinvestasi pada saham-saham perusahaan yang bergerak di sektor
barang konsumsi atau consumer goods.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penelitian ini berjudul
“Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Tingkat Inflasi Terhadap Harga Saham Syariah
(Studi Pada Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di Indeks Saham Syariah
Indonesia di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh Profitabilitas terhadap harga saham syariah pada sektor


Consumer Goods yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia di Bursa
Efek Indonesia Periode 2011-2015?

2. Bagaimana pengaruh Tingkat Inflasi terhadap harga saham syariah pada sektor
Consumer Goods yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia di Bursa
Efek Indonesia Periode 2011-2015?

3. Bagaimana Pengaruh Profitabilitas dan Tingkat Inflasi terhadap harga saham


syariah pada sektor Consumer Goods yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah
Indonesia di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015 secara simultan ?

4
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh Profitabilitas terhadap harga saham syariah pada


sektor Consumer Goods yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia di
Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015?

2. Untuk mengetahui pengaruh Tingkat Inflasi terhadap harga saham syariah pada
sektor Consumer Goods yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia di
Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015?

3. Untuk mengetahui pengaruh Profitabilitas dan Tingkat Inflasi terhadap harga


saham syariah pada sektor Consumer Goods yang terdaftar pada Indeks Saham
Syariah Indonesia di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015 secara simultan ?

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan gambaran dan pengetahuan analisis pengaruh


Profitabilitas dan Tingkat Inflasi terhadap harga saham syariah pada sektor Consumer
Goods yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia di Bursa Efek Indonesia
Periode 2011-2015.

2. Bagi Investor

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk pengambilan keputusan
investasi bagi investor yang ingin menginvestasikan dananya pada pasar modal terutama
pada sektor Consumer Goods. Melalui analisis pengaruh Profitabilitas dan Tingkat Inflasi
terhadap harga saham syariah pada sektor Consumer Goods.

5
3. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan yang berguna dalam
memperkaya koleksi dalam ruang lingkup karya-karya penelitian dan menambah wawasan
baru bagi pihak akademisi. Serta dapat dijadikan referensi penelitian berikutnya.

E. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan hipotesa pada penelitian ini
yaitu :

H1 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap harga saham syariah.

H2 : Tingkat Inflasi berpengaruh signifikan terhadap harga saham syariah.

H3 : Profitabilitas dan Tingkat Inflasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap


harga saham syariah.

F. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup penelitian ataupun batasan masalah berkisar pada :

1. Perusahaan dalam penelitian ini adalah perusahaan di sektor Consumer Goods.


2. Batasan Tahun penelitian adalah Laporan Keuangan Tahunan perusahaan sektor
Consumer Goods yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia di Bursa Efek
Indonesia periode 2011 – 2015.
3. Variabel dalam penelitian ini yaitu Profitabilitas, Tingkat Inflasi dan Harga Saham
Syariah.

G. Asumsi

Asumsi yang ditetapkan adalah :

1. Perusahaan menyediakan laporan keuangan tahunan yang digunakan sebagai


bahan perhitungan dalam penelitian ini dari periode yang telah ditentukan, yaitu
periode 2011 – 2015.

6
2. Return On Equity atau sering disingkat dengan singkatan ROE merupakan rasio
yang membagi laba setelah pajak dengan rata-rata modal pada sebuah perusahaan.
Rasio ini digunakan untuk melihat tingkat efisiensi perusahaan dalam mengelola
equitynya untuk menghasilkan laba bersih perusahaan.

3. Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus menerus. Kejadian
inflasi akan mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat. Hal ini terjadi
dikarenakan dalam inflasi akan terjadi penurunan tingkat pendapatan.

H. Operasionalisasi Variabel dan Pengukuran

1. Harga Saham Syariah


Harga saham syariah adalah harga suatu saham pada pasar yang sedang
berlangsung di bursa efek untuk saham-saham yang termasuk dalam daftar efek
syariah. Harga saham syariah ini juga merupakan pencerminan kinerja perusahaan
dalam satu periode laporan keuangan dan terbentuk melalui permintaan dan
penawaran. Pengukuran dari variabel harga saham ini yaitu harga penutupan saham
(closing price) tiap perusahaan yang diperoleh dari harga saham pada periode akhir
tahun.

2. Return On Equity
Rasio ini berguna untuk mengukur tingkat kemampuan perusahaan untuk memperoleh
laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini bisa dihitung dengan
membagi laba bersih dengan jumlah ekuitas perusahaan.

3. Tingkat Inflasi
Variabel yang digunakan adalah tingkat inflasi bulanan yang merupakan
perubahan kenaikan harga-harga umum secara terus menerus, yang dilihat dari laju
inflasi yang terjadi di Indonesia dan dinyatakan dalam persen.

7
I. Tinjauan Pustaka

1. Pasar Modal Syariah

a. Definisi Pasar modal syariah

Istilah pasar modal dipakai sebagai terjemahan dari kata “stock market.”, Menurut
Rosenberg (1983): Pasar modal merupakan tempat pembelian dan penjualan surat
berharga (efek) dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan bagi kedua belah pihak
dari sekuritas yang diperdagangkan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal


menyatakan bahwa yang dimaksud pasar modal adalah kegiatan yang berkaitan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi
yang berkaitan dengan efek.

Menurut ketentuan fiqh, istilah modal dapat diartikan sebagai “Segala sesuatu
(kepemilikan harta) yang memungkinkan dapat menghasilkan harta lain” (Syafei,
2004:41).

Menurut Sofyan S. Harahap, kegiatan pasar modal berhubungan dengan perdagangan


surat berharga yang telah ditawarkan kepada umum, yang akan/telah diterbitkan oleh
emiten sehubungan dengan penanaman modal atau pinjaman uang dalam jangka panjang
menengah/panjang, termasuk instrumen derivatifnya.

Sedangkan yang dimaksud dengan pasar modal syariah adalah pasar modal yang
menerapkan prinsip-prinsip syariah. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:

1. Larangan terhadap setiap transaksi yang mengandung unsur ketidakjelasan.


2. Instrumen atau efek yang diperjualbelikan harus memenuhi kriteria halal.

b. Instrumen Pasar Modal Syariah

Instrumen yang diperdagangkan di pasar modal konvensional adalah surat utang dan
surat berharga komersil seperti saham, right, warrant, option, dan sebagainya. Demikian

8
juga yang berlaku di pasar modal syariah, tatapi instrument tersebut sudah disesuaikan
dengan prinsip-prinsip syariah, terutama prinsip bagi hasil.

Instrumen pasar modal syariah dikelompokan ke dalam tiga kategori, yaitu:

1. Sekuritas aset/proyek aset (asset securitization) yang merupakan bukti penyertaan,


baik dalam bentuk penyertaan musyarakah (management share). Penyertaan
musyarakat adalah yang mewakili modal tetap (fixed capital) dengan hak pengelola,
mengawasi manajemen dan hak suara dalam mengambil keputusan. Sedangkan
penyertaan mudharabah (participation share) adalah mewakili modal kerja dengan
hak atas modal dan keuangan tersebut, tetapi tanpa hak suara, hak pengawasan atau
hak pengelolaan.

2. Sekuritas Utang (debt securisation) atau penerbitan surat utang yang timbul atas
transaksi jual beli atau merupakan sumber pendanaan bagi perusahaan.

3. Sekuritas modal, sekuritas ini merupakan emisi surat berharga oleh perusahaan
emiten yang telah terdaftar dalam pasar modal syariah dalam bentuk saham.
Sekuritas modal ini juga dapat dilakukan oleh perusahaan yang sahamnya dimiliki
secara terbatas (nongo public) dengan mengeluarkan saham atau membeli saham.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka efek-efek yang diperdagangkan dalam pasar
modal syariah hanya yang memenuhi kriteria syariah seperti saham syariah, obligasi
syariah, dan reksa dana syariah. Selain itu, terdapat pula instrumen pasar modal syariah
dengan prinsip muqaradah/mudharab funds dan muraqadhah/mudarabah bonds (obligasi
muraqadah/ mudharabah).

2. Investasi dalam Perspektif Islam

Islam sebagai din yang komprehensif (syumul) dalam ajaran dan norma mengatur seluruh
aktifitas manusia di segala bidang. Investasi sebagai salah satu bagian dari aktifitas
perekonomian tidak dapat mengabaikan aspek postulat, konsep, serta diskursus yang

9
menjadikan background dalam pembentukan sebuah pengetahuan yang memiliki
multidimensi yang mendasar dan mendalam. Islam sangat menjunjung tinggi ilmu
pengetahuan yang memiliki gradasi (tadrij), dari tahapan diskursus (‘ilmu al yaqin),
implementasi (‘ain al yaqin), serta hakikat akan sebuah ilmu (haqq al yaqin). Scheller dalam
trichotomy pengetahuan menjelaskan instrumental (herrschafswissen), pengetahuan
intelektual (beldungswissen), dan pengetahuan spiritual (erlosungswissen) sebagaimana
dituangkan oleh Rich dalam bukunya the knowledge cycle. (Nurul Huda, 2007).

Investasi merupakan salah satu ajaran dari konsep Islam yang memenuhi tadrij dari
trichotomy pengetahuan tersebut. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa konsep investasi
selain sebagai pengetahuan juga bernuansa spiritual karena menggunakan norma syariah,
sekaligus merupakan hakikat dari sebuah ilmu dan amal, oleh karenanya investasi sangat
dianjurkan bagi setiap muslim.

Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan
biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan
datang. Menurut Tandelilin (2001), investasi dapat diartikan sebagai komitmen atas sejumlah
dana/ sumber dana lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh
sejumlah keuntungan dimasa yang akan datang.

Pada dasarnya tujuan orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah
uang. Tujuan investasi yang lain secara lebih khusus lagi adalah untuk mendapatkan
kehidupan yang lebih layak dimasa yang akan datang, mengurangi tekanan inflasi dan
dorongan untuk menghemat pajak (Tandelilin, 2001).

3. Harga Saham

Menurut Hendro (2014, hal. 357) saham merupakan penyertaan modal seseorang atau
pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan. Pemegang saham dapat
memperoleh keuntungan saham berupa 1) dividen yaitu pembagian keuntungan yang
dibagikan perusahaan; 2) Capital gain yaitu selisih antara harga beli dan harga jual, terbentuk
dari aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Maryanne (2009) mendefinisikan harga
saham sebagai harga jual saham sebagai konsekuensi dari posisi tawar antara penjual dan
pembeli saham, sehingga nilai pasar menunjukkan fluktuasi dari harga saham.

10
Harga saham adalah nilai dari penyertaan atau kepemilikan seseorang dalam suatu
perusahaan. Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan suatu saham,
maka harganya akan semakin naik. Dan sebaliknya jika semakin banyak investor yang
menjual atau melepaskan maka akan berdampak pada turunnya harga saham (Aniesma,
2012).
Para pemodal tentunya termotivasi untuk melakukan investasi pada suatu
instrumen yang diinginkan, dengan harapan untuk mendapatkan kembalian investasi yang
sesuai. Semakin tinggi harga saham berarti semakin tinggi pula kekayaan pemegang
saham. Harga saham dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu sebagai berikut
(Maryanne, 2009).
1. Nominal price yaitu nilai yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar
saham yang dikeluarkan.

2. Initial price merupakan harga sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa efek,
setelah bernegoisasi dengan peminjam emisi (underwriter), akan dijual kepada
masyarakat, setelah itu penjamin emisi juga membuka counter untuk melakukan
penjualan saham emiten.

3. Market price yaitu harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain.

Harga ini terjadi setelah saham tersebut tercatat di Bursa Efek Indonesia. Dalam
transaksi ini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin saham.

Keown (2011, hal.269) menjelaskan tentang perhitungan nilai suatu saham yang
tidak memiliki tanggal jatuh tempo atau berlangsung selama bertahun-tahun adalah
sebagai berikut:

D1 D2 Dn
Vcs = + + …
1 2 n
( 1 + kcs) ( 1 + kcs) (1 + kcs)

Jika asumsi pertumbuhan dividen konstan, maka perhitungan nilai saham adalah
sebagai berikut (Keown, 2011, hal.270):
D1
Vcs =
kcs - g

11
Keterangan :
Vcs = nilai saham biasa (harga saham)
D1 = dividen dalam tahun 1
kcs = tingkat pengembalian yang disyaratkan
g = tingkat pertumbuhan

Harga saham dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal
perusahaan. Faktor internal antara lain adalah fundamental perusahaan seperti
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Faktor eskternal meliputi
faktor yang bersifat teknis seperti kondisi dan aktifitas yang terjadi pada pasar modal,
faktor yang bersifat sosial politik seperti kebijakan moneter dan keadaan politik suatu
negara, serta faktor makro ekonomi seperti tingkat umum aktifitas ekonomi, tingkat
inflasi dan tingkat suku bunga (Priatinah dan Kusuma, 2012).

4. Indeks Saham Syariah Indonesia

ISSI merupakan indeks saham yang mencerminkan keseluruhan saham syariah yang
tercatat di BEI. Konstituen ISSI adalah keseluruhan saham syariah tercatat di BEI dan
terdaftar dalam Daftar Efek Syariah (DES). Konstituen ISSI direview setiap 6 bulan sekali
(Mei dan November) dan dipublikasikan pada awal bulan berikutnya. Konstituen ISSI juga
dilakukan penyesuaian apabila ada saham syariahyang baru tercatat atau dihapuskan dari
DES. Metode perhitungan indeks ISSI menggunakan rata-rata tertimbang dari kapitalisasi
pasar. Tahun dasar yang digunakan dalam perhitungan ISSI adalah awal penerbitan DES
yaitu Desember 2007. Indeks ISSI diluncurkan pada tanggal 12 Mei 2011.

5. Return on Equity (ROE)

ROE ( Return On Equity ) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan


dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri dan menghasilkan
laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau investor.

ROE sangat bergantung pada besar kecilnya perusahaan, misalnya untuk perusahaan
kecil tentu memiliki modal yang relative kecil, sehingga ROE yang dihasilkanpun kecil ,
begitu pula sebaliknya untuk perusahaan besar. ROE ( Return On Equity )

12
membandingkan laba bersih setelah pajak dengan ekuitas yang telah diinvestasikan
pemegang saham perusahaan (Van Horne dan Wachowicz, 2005:225). Rasio ini
menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para
pemegang saham, dan sering kali digunakan dalam membandingkan dua atau lebih
perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif.

Menurut Tandelilin (2002:269),”ROE(Return On Equity )mereflesikan seberapa


banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas dana yang telah diinvestasikan oleh
pemegang saham (baik secara langsung atau dengan laba yang telah ditahan)”.

ROE sangat menarik bagi pemegang saham maupun calon pemegang saham , dan
juga bagi manajemen Karena rasio tersebut merupakan ukuran atau indicator penting dari
shareholders value cration, artinya semakin tinggi rasio ROE , semakin tinggi pula nilai
perusahaan, hal ini tentunya merupakan daya tarik bagi investor untuk menanamkan
modalnya diperusahaan tersebut.

Brigham, Enrhardt (2005:225), “ROE ( Return On Equity ) mengukur daya


perusahaan untuk menghasilkan laba pada investasi nilai buku pemegang saham”.

Menurut Gibson ( 2001:294),” Return On Equity measures the return to the common
stockholders the residual owner”. Pengembalian laba atas ekuitas yang terdiri dari saham
biasa (Return On Common equity) merupakan alat ukur terhadap pengembalian laba
kepada pemegang saham biasa. Rasio ini menggambarkan berapa persen diperoleh laba
bersih bila diukur dari modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini semakin baik karena berarti
posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian juga sebaliknya.

Rumus ROE ( Return On Equity ) adalah sebagai berikut :

Hasil perhitungan ROE mendekati 1 menunjukkan semakin efektif dan efisien


penggunaan ekuitas perusahaan untuk menghasilkan pendapatan, demikian sebaliknya
jika ROE mendekati 0 berarti perusahaan tidak mampu mengelolah modal yang tersedia

13
secara efisisen untuk menghasilkan pendapatan. Seperti rasio keuangan tradisional pada
umumnya ROE tidak mempertimbangkan unsur resiko dan jumlah modal yang
diinvestasikan karena ROE hanya melihat sisi laba dan jumlah saham yang beredar.

6. Tingkat Inflasi

a. Definisi Inflasi

Menurut Sukirno (2004:27) Inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum berlaku
dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya, sedangkan tingkat
inflasi adalah presentasi kenaikan harga-harga pada suatu tahun tertentu berbanding
dengan tahun sebelumnya. Inflasi merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh
perekonomian. Sampai dimana buruknya masalah ini berbeda diantara satu waktu ke
waktu yang lain. Tingkat inflasi, yaitu presentasi kecepatan kenaikan harga-harga dalam
suatu tahun tertentu, biasanya digunakan untuk menunjukan sampai dimana buruknya
masalah ekonomi yang dihadapi (Sukirno, 2002).
Inflasi merupakan proses yang dinamis. Adanya inflasi mengesankan bahwa tingkat
harga dan variabel-variabel lainnya secara sistematis dan berkesinambungan selalu berada
diluar keseimbangan. Muchtar (1994:315). Menurut Rahardja dan Manurung (2004:164-
166) Untuk mengetahui tingkat inflasi yang berlaku dalam suatu periode tertentu ada
beberapa indikator makroekonomi yang digunakan yaitu:

1. Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index) Indeks Harga Konsumen (IHK)
adalah angka indeks yang menunjukkantingkat harga barang dan jasa yang harus dibeli
konsumen dalam satu periode tertentu. IHK dihitung berdasarkan harga barang dan jasa
yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu. Inflasi dapat diperoleh dengan
rumus:

J. Kerangka Pemikiran

14
Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka variabel yang dipakai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut : profitabilitas dan tingkat inflasi sebagai variabel
independen sedangkan untuk varibel dependennya adalah harga saham. Sehingga kerangka
penelitian ini dapat digambarkan seperti pada gambar berikut :

X1
Profitabilitas H1
Y
H3
Harga Saham Syariah
X2 H2
Tingkat Inflasi

K. Hipotesis

1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Harga Saham


2. Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap Harga Saham

L. Metode Analisa Data

1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, data
tersebut di peroleh dari situs web Bank Indonesia (http//:www.bi.go.id) dan dari web
Bursa Efek Indonesia (http//:www.idx.co.id)

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Definisi dari populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk di selidiki.
Populasi dibatasi sebagai sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit
mempunyai satu sifat yang sama.(Sutrisno; 1996 h 220) Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh saham-saham yang terdaftar ke dalam Daftar Efek Syariah sektor
Consumer Goods selama periode tahun 2011 hingga tahun 2015 yaitu sejumlah 31
emiten.

15
b. Sampel

Setelah mengumpulkan populasi dalam penelitian ini, kemudian dipilih saham


perusahaan yang akan dijadikan sampel, dengan ketentuan bahwa sampel dalam
penelitian ini adalah saham-saham perusahaan yang secara konsisten terdaftar dan
tidak keluar dari daftar efek syariah sektor consumer goods selama periode tahun
2011 hingga tahun 2015, dan perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas positif
selama periode 2011-2015 serta mempublikasikan data-data perusahaan yang
dibutuhkan dalam penelitian ini. Dari seleksi yang dilakukan, maka diambil sampel
sebanyak 15 saham syariah perusahaan sektor consumer goods.

3. Teknik Analisa Data

Secara umum analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai


ketergantungan satu variabel terikat (dependent) dengan satu atau lebih variabel bebas
(independent), dengan tujuan untuk mengestimasi dan memprediksi rata-rata populasi
atau nilai rata-rata variabel terikat (dependent) berdasarkan nilai variabel bebas
(independent) yang diketahui. Pusat perhatian adalah pada upaya menjelaskan dan
mengevaluasi hubungan antara suatu variabel dengan satu atau lebih variabel
independen (Gujarati,2006:35). Model regresi linear memiliki beberapa asumsi dasar
yang harus dipenuhi untuk menghasilkan estimasi yang baik atau dikenal dengan
BLUE (Best Linear Unbiased Estimator).
Penelitian ini menguji hipotesis dengan pengujian koefisien regresi simultan
(Uji F), koefisien determinasi, dan pengujian koefisien regresi parsial (Uji t). Untuk
semua pengujian dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SPSS 16. Penelitian ini
harus memenuhi asumsi-asumsi dasar yaitu uji normalitas, heteroskedastisitas,
multikolinieritas, dan autokorelasi.

1. Pengujian Asumsi Klasik

16
Pengujian terhadap asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah suatu model
regresi tersebut baik atau tidak jika digunakan untuk melakukan penaksiran. Suatu
model dikatakan baik apabila bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), yaitu
memenuhi asumsi klasik atau terhindar dari masalah-masalah multikolinieritas,
heteroskedastisitas, autokorelasi maupun uji linearitas. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini dilakukan uji terhadap asumsi klasik, apakah terjadi penyimpangan-
penyimpangan atau tidak, agar model penelitian ini layak untuk digunakan.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah suatu pengujian yang digunakan untuk mengetahui


apakah model regresi, variabel dependen, variable independen atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
memnpunyai distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas data
menggunakan kolmogorov-smirnov Test, dengan membandingkan Asympotic
Significance dengan α = 0,05. dasar penarikan kesimpulan adalah data dikatakan
berdistribusi normal apabila nilai Asympotic Significance-nya > 0,05 (Singgih
Santoso, 2010:210).

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model


regresi berganda terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pangamatan yang lain. Jika variance residual dari sebuah pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heterokedastisitas. Cara untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas yaitu
dengan melakukan uji glejser, jika variabel independen signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel dependen maka ada indikasi terjadinya heteroskedastisitas.
Hasil tampilan output SPSS dengan jelas menunjukkan bahwa tidak ada satupun
variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel
dependen. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat
kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya
heteroskedastisitas (Imam Ghozali,2006;125).

c. Uji Autokorelasi

17
Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier
ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dikatakan ada autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan
satu sama lain. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat digunakan dengan uji
Durbin Watson, dimana kriteria pengujian menggunakan Durbin Watson dengan
angka antara -2<d<2 (Singgih Santoso,2010:213), dengan rincian antara lain :

1. Angka D-W dibawah -2 berarti terdapat autokorelasi positif.


2. Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.
3. Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

d. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolineritas terjadi jika terdapat korelasi antara variable independen


yang dilibatkan dalam model. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi antara variabel bebasnya. Jika variabel bebasnya saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas
yang nilai korelasi antara sesama variabel sama dengan nol.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas didalam sebuah model


regresi adalah sebagai berikut dapat dilakukan antara lain dengan melihat nilai
tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Suatu model regresi yang
bebas multikolinieritas adalah yang nilai VIF nya berkisar antara angka 1 sampai 8
dan mempunyai angka tolerance mendekati 1 (Singgih Santoso,2010 :203).

2. Analisis Regresi Berganda

Teknik analisis data yang digunakan didalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda adalah teknik
statistik melalui koefisien parameter untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Pengujian terhadap hipotesis baik secara
parsial maupun simultan, dilakukan setelah model regresi yang digunakan bebas

18
dari pelanggaran asumsi klasik. Tujuannya adalah agar hasil penelitian dapat
diinterpretasikan secara tepat dan efisien. Persamaan regresi tersebut adalah sebagai
berikut :

Y =a + b1X1 + b2X2 + e

Keterangan :
Y = Harga Saham Syariah
a = konstanta
b1….b2 = koefisien garis regresi
X1 = Profitabilitas
X2 = Inflasi
e = komponen kesalahan random (random eror)

Karena penelitian ini bersifat fundamental maka nilai koefisien regresi sangat
berarti sebagai dasar analisis. Koefisien b akan bernilai positif (+) jika
menunjukkan hubungan yang searah antara variabel independen dengan variabel
dependen, Artinya kenaikan variabel independen akan mengakibatkan kenaikan
variabel dependen, begitu pula sebaliknya jika variabel independent mengalami
penurunan. Sedangkan nilai b akan negatif jika menunjukkan hubungan yang
berlawanan. Artinya kenaikan variabel independen akan mengakibatkan penurunan
variabel dependen, demikian pula sebaliknya.

3. Pengujian Terhadap Koefisien Regresi Secara Simultan ( Uji F )

Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen


atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel dependen atau terikat. (Ghozali, 2011: 98). Hipotesis nol
(H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan
nol, atau:
H0 : b1 = b2 = … = bk = 0
Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha) tidak semua
parameter secara simultan sama dengan nol, atau:

19
Ha : b1 ≠ b2 ≠ … ≠ bk ≠ 0
Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen. Untuk menguji hipotesis ini digunakan
statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut :

1) Quick Look: bila nilai F signifikansi F lebih kecil dari tingkat signifikansi maka
H0 dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%. Dengan kata lain kita menerima
hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara
serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.

2) Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila


nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka H0 ditolak dan menerima Ha.
Dimana rumus unttuk menentukan F-hitung adalah sebagai berikut (Suharyadi,
2009 :226) :

4. Pengujian Dengan Koefisien Regresi Parsial (Uji t )

Menurut Ghozali (2011: 98) uji statistik t pada dasarnya menunjukkan


seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak
diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau;
H0 : bi = 0
Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha) parameter suatu
variabel tidak sama dengan nol, atau:
Ha : bi ≠ 0
Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap
variabel dependen. Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut:
1) Quick Look: bila jumlah degree of freedom (df) adalah 96 dengan derajat
kepercayaan sebesar 5%, maka H0 yang menyatakan bi = 0 dapat ditolak bila nilai t
lebih besar dari 2 ( dalam nilai absolut). Dengan kata lain kita menerima hipotesis

20
alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual
mempengaruhi variabel dependen.

2) Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis hasil perhitungan dengan nilai
t menurut tabel. Bila nilai t hitung lebih besar daripada nilai t tabel, maka H0
ditolak dan menerima Ha. Dimana rumus unttuk menentukan F-hitung adalah
sebagai berikut (Suharyadi, 2009 :229) :

5. Koefisien Determinasi (R²)


Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi model dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen, Dimana jika variabel
bebas lebih dari satu maka disarankan untuk menggunakan nilai adjusted R²
dikarenakan nilai R2 akan selalu meningkat jika variabel bertambah sedangkan nilai
adjusted R² dapat naik dan turun, sehingga lebih akurat dalam menjelaskan
besarnya pengaruh variabel bebas terhaap variabel terikat (Ghozali, 2011: 97).

M. Kepustakaan

21

Anda mungkin juga menyukai