Anda di halaman 1dari 3

1.

Rendahnya nilai Ujian Nasional dan UKG

Rendahnya nilai Ujian Nasional siswa dan UKG guru Fisika/Kimia di Banda Aceh
belum terselesaikan walaupun pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam
menangulanginya. Dapat dilihat dari data nilai UKG Fisika SMA pada tahun 2015 di Banda
Aceh terendah yaitu 27.7778 (Dikbud, 2015) dan nilai UN terendah adalah ..... rendahnya
nilai UKG dapat berpengaruh terhdapa nilai UN. Guru bagian dari pendidikan. Peran guru
merupakan hal yang penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Guru dan siswa adalah
dua hal yang saling berkaitan. Guru adalah satu-satunya komponen terpenting untuk menjaga
kualitas pengajaran karena pengetahuan dan keterampilan individual guru sangat
memengaruhi pembelajaran dan prestasi anak didik (Barber dan Mourshed, 2007; Nye,
Konstantopoulos, dan Hedges 2004 dalam Suryahadi dan Prio, 2017 ).
Salah satu peran guru adalah strategis dalam kegiatan pembelajaran, yang akan
menentukan mutu pendidikan di suatu satuan pendidikan. Mutu pendidikan sangat ditentukan
oleh kualitas pengajaran. Seorang guru dikatakan mutu mengajarnya bagus berarti ia telah
bekerja secara profesional. Dikatakan profesional apabila ia memiliki kompetensi yang
memadai. Menurut Suyidno & Yamin (dalam Wardhani, 2017) beberapa faktor penyebab
rendahnya nilai UKG diantaranya adalah kurangnya penguasaan komputer, kurangnya
penguasaan materi, kurangnya persiapan/sosialisasi, kurangnya waktu ujian, dan redaksi soal
tidak jelas.
Rendahnya pemahaman materi oleh guru dan siswa. Banyak Guru yang mengeluhkan
bahwa semua soal tidak bisa dijawab karena materi tersebut tidak dipelajari. Materi yang
tidak dipelajari kebanyakan dari materi yang tidak diajarkan dalam kelas sehingga Guru
hanya terpaku pada materi yang diajarkan saja tidak mempelajari materi lain diluar materi
yang diajarkan. Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru tidak lepas dari kekurangan atau hambatan
terkait pada saat pelaksaannya (Bidang Pendayagunaan dan Pelayanan Data, 2016).
Rendahnya pemahaman materi merupakan akibat dari rendahnya proses pembelajaran yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (1) guru, (2) siswa, (3) sarana dan prasarana, dan (4)
lingkungan (Sanjaya dalam Kumorowati, 2015). Guru tidak terlalu konsentrasi pada
kurikulum, silabus, dan rencana pelaksanaan pengajaran karena sering terjadi perubahan
kebijakan dari Dinas Pendidikan Nasional dan Kebudayaan.
Alur penyajian materi dalam kurikulum kurang tertata sehingga sulit dipahami siswa.
Masalah ini diperparah dengan padatnya kurikulum IPA terpadu sehingga menyulitkan guru
memilih metode pembelajaran. Guru mengalami dilema, antara mengajar untuk mencapai
nilai ujian yang bagus, atau mengajar untuk melatih keterampilan ilmiah (sains sebagai
proses dan sikap), berpikir kritis, berpikir kreatif (mampu menyelesaikan masalah dalam
kehidupannya) (Kurnia dkk., 2016)

Berdasarkan hasil Ujian Kompetensi Guru masih banyak guru yang belum lulus
sedangkan kualifikasi seorang pendidik menurut Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008
yaitu lulusan S1 keguruan. Menjadi guru tidak hanya lulusan S1 keguruan akan tetapi
memiliki Indeks Prestasi Komulatif (IPK) minimal 2,75 atau 3.00. Dalam kenyataannya
masih banyak guru yang belum memiliki gelar sarjana, dan banyak guru yang bukan berlatar
belakang dari pendidikan keguruan. Hal tersebut dapat mempengaruhi proses belajar
mangajar, dan menyebabkan ketidak maksimalan proses pembelajaran yang berakibat pada
peserta didik. Selain itu, keterbatasan pengetahuan guru dalam penyampaian materi,
penggunaan metode maupun penunjang pokok pembelajaran lainnya juga berpengaruh
terhadap proses pembelajaran (Tuti, 2013).
Proses pembelajaran di kelas belum memenuhi standar juga sebagai faktor
berhasilnya proses pembelajaran didalam kelas. Guru harus mampu menerapkan atau stratefi
pelaksanaan pembelajaran setiap satuan pendidikan dituntut untuk mampu melakukan
perencanaan pembelajaran dengan baik, sehingga pelaksanaan proses pembelajaran dapat
berjalan semaksimal mungkin, serta penilaian proses pembelajaran bisa diarahkan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. Dalam setiap UN
yang diadakan seringkali siswa mengangap mudah ujian. siswa tidak termotivasi untuk
belajar menjelang ujian nasional karena mengharapkan kunci jawaban dari luar pada saat
ujian.

2. Sistem pemrosesan informasi dalam Fisika


 Masalah
Proses berpikir merupakan proses yang kompleks dan tidak dapat dilihat secara
langsung bagaimana otak bekerja dan informasi di olah. Informasi yang diterima melalui alat
indera akan dipersepsikan oleh bagian-bagian yang berfungsi secara khusus (Rehalat, 2014).
Kemampuan berfikir eratkaitanya dengan cara kerja otak. Ilmu yang mempelajari tentang
segala sesuatu yang terkait dengan otak manusia, serta kaitanya dengan kesadaran unsur
utama pembentuk manusia (Ikrar dalam Saputro, 2015).
Dalam memilih metode mengajar guru tidak boleh memilih secara asal. Metode yang
digunakan haruslah metode yang direncanakan berdasar pertimbangan perbedaan individu di
antara siswa, yang dapat member feedback dan inisiatif murid untuk memecahkan masalah
yang dihadapinya. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh
memilih model pembelajaran yang sesuai dan efesien untuk mencapai tujuan pendidikan.
Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk
kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.

Anda mungkin juga menyukai