Anda di halaman 1dari 1

Perbandingan Gempa Aceh dan Sendai

Gempa bumi bukan suatu peristiwa asing bagi warga Indonesia dan Jepang. Hal ini
disebabkan oleh letak geografis Indonesia dan Jepang yang strategis dengan lempeng gunung
berapi dalam laut. Frekuensi terjadinya gempa bumi di Jepang lebih sering daripada yang terjadi
di Indonesia. Namun, ada perbedaan antara keduanya dalam menghadapi datangnya bencana
alam ini.
Kita akan sama-sama membandingkannya dengan belajar dari salah satu peristiwa gempa
terbesar yang terjadi di Sendai tahun 2011 dan Aceh tahun 2004. Walau terpaut hingga 7 tahun,
umur geografi kedua peristiwa besar tersebut masih terbilang cukup singkat. Petama, kita lihat
kekuatan gempa keduanya dan bandingkan. Ada peta persebaran 16 gempa terkuat di dunia.
Aceh. 2004, memegang peringkat tiga besar di dunia dengan kekuatan 9,2 SR. Jepang, 2011
menyusul dengan besar 8,9 SR. Baik Indonesia dan Jepang memiliki kekuatan yang hampir sama.
Kedua, kita lihat kedalaman gempa keduanya. Aceh masih memiliki kedalaman yang cukup
dangkal jika dibandingkan dengan Jepang dengan kedalaman 10 km. Sementara, Jepang pada
tahun 2011 terukur hingga kedalaman 15,1 km.
Ketika terjadi gempa, ada kemungkinan besar tsunami menyusul. Gempa yang terjadi di
Aceh dan Jepang nyatanya mendatangkan tsunami dengan tinggi yang sama hingga 10 m.
Kecepatan sampainya tsunami ini ke daratan hampir menyamai satu sama lain dengan tsunami
Jepang 2011 lebih cepat mencapai kecepatan 800 km/jam dengan jangkauan 24 km. Bandingkan
dengan kecepatan tsunami aceh yang hanya mencapai 700 km/jam dengan jangkauan jauh lebih
kecil yaitu 9 km.
Lantas bagaimana tsunami Aceh 2004 dapat memakan korban tewas hingga 127.720
orang and korban hilang 93.285 orang, sementara tsunami Sendai 2011 memakan korban jauh
lebih sedikit dengan total 11.700 orang?
Seperti telah disinggung sebelumnya, frekuensi terjadinya gempa di Jepang jauh lebih
sering dirasakan daripada di Indonesia. Ketika Indonesia dapat menghitung frekuensi terjadinya
gempa dengan jari tangan, Jepang sudah kehabisan jari untuk menghitung seberapa sering
mereka mengalami gempa. Perbedaan paling besar terletak pada edukasi dan infrastruktur Jepang
dalam menghadapi gempa. Sejak kecil, masyarakat Jepang telah diajarkan untuk melakukan
evakuasi mandiri ketika terjadi gempa. Sosialisasi penanganan gempa juga tidak putus-putusnya
selalu dilakukan. Selain itu, Jepang juga memiliki infrastruktur anti gempa yang dikembangkan
sejak dahulu untuk meminimalisir kerusakan.

Anda mungkin juga menyukai