Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A.       PENGERTIAN IDEOLOGI

Secara etimologi istilah ideologi berasal dari kata idea yang berartigagasan, konsep,

pengertian dasar, cita-cita,  dan logos yang berarti Ilmudan kata idea berasal dari bahasa

yunani eidos yang artinya bentuk. Di samping itu ada kata idein yang artinya melihat. Maka

secara harfiah, ideologi adalah ilmu atau pengertian-pengertian dasar.

Dalam pengertian sehari-hari, ide disamakan artinya dengan cita-cita. Cita-cita yang

dimaksud adalah cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai, sehingga cita-cita yang

bersifat tetap itu sekaligus merupakan dasar, pandangan atau faham. Memang pada

hakikatnya, antara dasar dan cita-cita itu sebenarnya dapat merupakan satu kesatuan. Dasar

ditetapkan karena atas dasar landasan, asas atau dasar yang telah ditetapkan pula. Dengan

demikian ideologi mencakup pengertian tentang idea-idea, pengertian dasar, gagasan-gagasan

dan cita-cita.

Apabila ditelusuri secara historis istilah ideologi pertama kali dipakai dan dikemukakan

oleh seorang perancis, Destutt de Tracy, pada tahun 1976. Seperti halnya Leibniz, de Tracy

mempunyai cita-cita untuk membanggun suatu sistem pengetahuan. Apabila Leibniz

menyebutkan impiannya sebagai one great system of trunth dimana tergabung segala cabang

ilmu dan segala kebenaran ilmiah, mak De Tracy menyebutkan ideologie yaituscieence of

ideas, suatu program yang diharapkan dapat membawa perobahan Internasional dalam

masyarakat perancis. Namun Napoleon mencemoohkannya sebagai khayalan belaka, yang

tidak mempunyai arti praktis. Hal semacam itu hanya impian belaka yang tidak akan

menemukan kenyataan.

Sedangkan secara terminologi, menurut Soerjanto Poespowardjojo, ideologi adalah

suatu pilihan yang jelas dan membawa komitmen untuk mewujudkannya. Sejalan dengan itu,

1
Sastrapratedja mengemukakan bahwa ideologi memuat orientasi pada tindakan. Ia merupakan

pedoman kegiatan untuk mewujudkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Persepsi yang menyertai orientasi, pedoman dan komitmen berperan penting sekali

dalam mewarnai sikap dan tingkah laku ketika melakukan tindakan, kegiatan atau perbuaan

dalam rangka mewujudkan atau merealisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam ideologi

tersebut. Logikanya, suatu ideologi menuntut kepada mereka yang meyakini kebenarannya

untuk memiliki persepsi, sikap dan tingkah laku yang sesuai, wajar dan sehat tentang dirinya,

tidak lebih dan tidak kurang. Karena, melalui itulah dapat diharapkan akan lahir dan

berkembang sikap dan tingkah laku yang pas dan tepat dalam proses perwujudannya dalam

berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Sastrapratedja di atas, maka ideologi

memiliki kecenderungan untuk doktriner, terutama karena ia berorientasi pada tindakan atau

perbuatan untuk merealiasikan nilai-nilainya.

Meskipun kecenderungan doktriner itu tidak selalu bermakna negatif, kemungkinan

doktriner itu tidak selalu bermakna negatif, kemungkinan ke arah itu selalu terbuka. Obsesi

atau komitmen yang berlebihan terhadap ideologi, biasanya merangsang orang untuk

berpersepsi, bersikap dan bertingkah laku sangat doktriner, dan ini jelas sangat keliru.

Ada beberapa istilah ideology menurut beberapa para ahli yaitu:

1. Destut De Traacy :

istilah ideology pertama kali dikemukakan oleh destut de Tracy tahun 1796 yang berarti

suatu program yang diharapkan dapat membawa suatu perubahan institusional dalam

masyarakat Perancis.

2. Surbakti membagi dalam dua pengertian yakni :

a.  Ideologi secara fungsional : seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama atau  

          tentang masyarakat dan Negara yag dianggap paling baik.

2
b.  Ideologi secara structural : suatu system pembenaran seperti gagasan dan formula    

          politik atas setiap kebijakan dan tindakan yang diambil oleh penguasa.

3.  AL-Marsudi;

     ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau science des ideas

4.  Puspowardoyo:

    bahwa ideologi dapat dirumuskan sebagai komplek pengetahuan dan nilai

secara       keseluruhan menjadi landasan seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat

raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya. Berdasarkan

pemahaman yang dihayatinya seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dan tidak

benar, serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.

5.  Harol H. Titus:

Definisi dari ideologi adalah: Aterm used for any group of ideas concerning various  political

and aconomic issues and social philosophies often applied to a systematic scheme of ideas

held by groups or classes, artinya suatu istilah yang digunakan untuk sekelompok cita-cita

mengenai bebagai macam masalah politik ekonomi filsafat sosial yang sering dilaksanakan

bagi suatu rencana yang sistematis tentang suatu cita-cita yang dijalankan oleh kelompok atau

lapisan masyarakat.

7.    Descartes:

Ideologi adalah inti dari semua pemikiran manusia

7.    Machiavelli:

Ideologi adalah sistem perlindungan kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa.

8.    Thomas H:

Ideologi adalah suatu cara untuk melindungi kekuasaan pemerintah agar dapat bertahan

dan mengatur rakyatnya.

9.    Francis Bacon

3
Ideologi adalah sintesa pemikiran mendasar dari suatu konsep hidup.

10.  Karl Marx:

Ideologi merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama

dalam    masyarakat.

11.  Napoleon:

Ideologi keseluruhan pemikiran politik dari rival–rivalnya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A.   MAKNA IDEOLOGI BAGI SUATU NEGARA

Pada hakikatnya ideologi adalah merupakan hasil reflesi manusia berkat kemampuannya

mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya. Maka terdapat suatu yang bersifat

dialektis antara ideologi dengan masyarat negara. Di suatu pihak membuat ideologi semakin

realistis dan pihak yang lain mendorong masyarakat mendekati bentuk yang ideal. Idologi

mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa maupun negara, namun juga membentuk

masyarakat menuju cita-citanya.

Dengan demikian ideologi sangat menentukan eksestensi suatu bangsa dan negara untuk

mencapai tujuannya melalui berbagai realisasi pembanggunan. Hal ini disebabkan dalam

ideologi terkandung suatu oreantasi praktis.

B.    PENGERTIAN MACAM MACAM IDEOLOGI

1.     Ideologi Terbuka

        Ideologi terbuka adalah sitem pemikiran yang memiliki ciri-ciri, sebagai berikut:

1. Merupakan kekayaan rohani, moral, dan kebudayaan masyarakat (falsafah). Jadi,

bukan keyakinan ideologissekelompok orang, melainkan kesepakatan masyarakat.

2. Tidak diciptakan oleh negara, tetapi ditemukan dalam masyarakat sendiri. Ia adalah

milik seluruh rakyat dan bisa digali dan ditemuksn dalam kehidupan mereka.

3. Isinya tidak langsung operasional. Sehingga setiap generasi baru dapat dan perlu

menggali kembali falsafah tersebut dan mencari implikasinya dalam situasi ke-kini-an

mereka.

4. Tidak pernah memaksa kebebasan dan tanggung jawab masyarakat, melainkan

menginspirasi masyarakat untuk berusaha hidup bertanggung jawab sesuai dengan falsadah

itu.

5
5. Menghargai pluralitas, sehingga dapat diterima warga masyarakat yang berasal dari

berbagai latar belakang budaya dan agama.

2.    Ideologi Tertutup

Ideologi tertutup adalah suatu sistem emikiran tertutup dan sifatnya mutlak yang

memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Bukan merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat, melainkan cita-cita

sebuah kelompok yang digunakan sebagai dasar untuk mengubah masyarakat.

2. Apabila kelompok tersebut berhasil menguasai negara, ideologinya itu akan

dipaksakan kepada masyarakat. Nilai-nilai, norma-norma, dan berbagai segi kehidupan

masyarakat akan diubah sesuai dengan ideologi tersebut.

3. Bersifat totaliter, artinya mencakup/ mengurusi semua bidang kehidupan. Ideologi

tertutup ini cenderung cepat-cepat berusaha menguasai bidang informasi dan pendidikan.

Oleh karena kedua bidang tersebut merupakan sarana efektif untuk mempengaruhi perilaku

masyarakat.

4. Pluralisme pandangan dan kebudayaan ditiadakan, hak asasi tidak dihormati.

5. Menuntut nasyarakat untuk memiliki kesetiaan total dan kesediaan untuk berkorban

bagi ideologi tersebut.

6. Isi ideologi tidak hanya nilai-nilai dan cita-cita, tetapi tuntutan-tuntutan konkret dan

operasional yang keras, mutlak, dan total.

3.    Ideologi Komperenhensif

Ideologi Komprehensif didefinisikan sebagai suatu system pemikiran menyeluruh

mengenai semua aspek kehidupan sosial. Dalam ideologi ini terdapat suatu cita-cita yang

bertujuan untuk melakukan transformasi sosial secara besar-besaran menuju bentuk tertentu.

4.    Ideologi Partikular

6
Ideologi Partikular didefinisikan sebagai suatu keyakinan-keyakinan yang tersususn

secara sistematis dan terkait erat dengan kepentingan satu kelas sosial tertentu dalam

masyarakat

1.) LIBERALISME : Sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan

pada pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak adalah nilai politik yang utama.

Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan

agama. Sekarang ini, kurang lebih liberalisme juga dianut oleh negara Aruba, Bahamas,

Republik Dominika, Greenland, Grenada, Kosta Rika, Puerto Rico dan Suriname.

2.) KAPITALISME : Suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan

usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Negara yang menganut paham

kapitalisme Amerika serikat, Jepang, Italia, Inggris, Jerman, Prancis, Norwegia, Swedia,

Swiss, Jepang, Korea Selatan.

3.) KOMUNISME : Sebuah aliran berpikir berlandaskan kepada ateisme, tidak memercayai

adanya Tuhan, digunakan oleh partai komunis di seluruh dunia. Komunisme sebagai ideologi

mulai diterapkan saat meletusnya Revolusi Bolshevik di Rusia tanggal 7 November 1917.

Pada tahun 2005 negara yang masih menganut paham komunis adalah Republik Rakyat Cina

(sejak 1949), Vietnam, Korea Utara, Kuba dan Laos.

4.) SOSIALISME : Paham yang bertujuan membentuk negara kemakmuran dengan usaha

kolektif yang produktif dan membatasi milik perseorangan. Negara yang menganut Ideologi

Sosialisme adalah Negara-negara di Eropa Barat.

5.) FASISME  : Sebuah paham politik yang mengangungkan kekuasaan absolut tanpa

demokrasi dan ultrasinalisme, menjalankan sesuatu dengan fanatik yang tinggi dan otoriter

dalam pemerintahan. Negara-negara yang pernah menganut Ideologi Fasisme adalah Amerika

Serikat, Inggris, Perancis, Italia dan Jerman.

7
6.) NAZISME  : Bukanlah sebuah ideologi baru, melainkan sebuah kombinasi dari berbagai

ideologi dan kelompok yang memiliki kesamaan pendapat tentang penentangan Perjanjian

Versailes dan kebencian terhadap Yahudi dan Komunis yang dipercaya berada di balik

perjanjian tersebut.

7.) MARXISME  : Ideologi politik dan ekonomi yang menekankan pentingnya perjuangan

kelas dalam masyarakat. Negara Yang Menganut Ideologi Marxisme

Inggris, Belanda, Portugal, Perancis, dan Spanyol.

8.) ARNAKHISME  : Adalah suatu paham yang mempercayai bahwa segala

bentuk negara, pemerintahan, dengan kekuasaannya adalah lembaga-lembaga yang

menumbuhsuburkan penindasan terhadap kehidupan, oleh karena itu negara, pemerintahan,

beserta perangkatnya harus dihilangkan/dihancurkan.

9.) FEMINISME   : Adalah suatu teori yang menyatakan bahwa menuntut emansipasi atau

kesamaan dan keadilan hak dengan pria.

10.) DEMOKRASI   : Artinya hukum untuk rakyat oleh rakyat. kata ini merupakan himpunan

dari dua kata : demos yang berarti rakyat, dan kratos berarti kekuasaan. Jadi artinya

kekuasaan ditangan rakyat.

11.) NEOLIBERALISMEE : Artinya setiap manusia pada hakikatnya baik dan berbudi

pekerti.

C.      PERANAN IDEOLOGI BAGI BANGSA DAN NEGARA

Jika menengok sejarah kemerdekaan negaranegara dunia ketiga, baik yang ada di Asia,

Afrika maupun Amerika Latin yang pada umumnya cukup lama berada di bawah

8
cengkeraman penjajahan negara lain, ideologi dimaknai sebagai keseluruhan pandangan, cita-

cita, nilai, dan keyakinan yang ingin mereka wujudkan dalam kenyataan hidup yang nyata.

Ideologi dalam artian ini sangat diperlukan, karena dianggap mampu membangkitkan

kesadaran akan kemerdekaan, memberikan arahan mengenai dunia beserta isinya, serta

menanamkan semangat dalam perjuangan masyarakat untuk bergerak melawan penjajahan,

yang selanjutnya mewujudkannya dalam kehidupan penyelenggaraan negara.

Pentingnya ideologi bagi suatu negara juga terlihat dari fungsi ideologi itu sendiri.

Adapun fungsi ideologi adalah membentuk identitas atau ciri kelompok atau bangsa. Ideologi

memiliki kecenderungan untuk memisahkan kita dari mereka. Ideologi berfungsi

mempersatukan sesama kita. Apabila dibandingkan dengan agama, agama berfungsi juga

mempersatukan orang dari berbagai pandangan hidup bahkan dari berbagai ideologi.

Sebaliknya ideologi mempersatukan orang dari berbagai agama. Oleh karena itu ideologi

juga berfungsi untuk mengatasi berbagai pertentangan (konflik) atau ketegangan sosial.

Dalam hal ini ideologi berfungsi sebagai pembentuk solidaritas (rasa kebersamaan) dengan

mengangkat berbagai perbedaan ke dalam tata nilai yang lebih tinggi. Fungsi pemersatu itu

dilakukan dengan memenyatukan keseragaman ataupun keanekaragaman, misalnya dengan

memakai semboyan kesatuan dalam perbedaan dan perbedaan dalam kesatuan.

D.   PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA  INDONESIA

YANG TERBUKA , REFORMATIF DAN DINAMIS

Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berakar pada pandangan hidup

dan budaya bangsa dan bukannya mengangkat atau mengambil ideologi dari bangsa lain.

Berbicara mengenai pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan tentang

ideologi yang diperlukan Pancasila tidak dapat dihindarkan. Oleh sebab itu untuk menjadikan

Pancasila sebagai ideologi yang terbuka, hidup dan dinamis sangat diperlukan. Hal ini dapat

9
dijadikan sarana dan wacana untuk memelihara dan memperkuat relevansi Pancasila dari

masa ke masa. Singkatnya, perlu ada semacam interaksi antara ideologi dengan realita

masyarakat.

Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia, bukan

terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang sebagai mana yang

terjadi pada ideologi-ideologilain di dunia, namun terbentuknya pancasila melalui proses

yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia.

Secara kualitas pancasila sebelum di syahkan menjadi dasar filsafat negara lain-lainnya

telah ada dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai adat-istiadat,

kebudayaan dan nilai-nilai religius. Kemudian para pendiri negara Indonesia menggangkat

nilai-nilai tersebut dirumuskan secara musyawarah mufakat berdasarkan moral yang luhur,

antara lain sidang-sidang BPUPKI pertama, sidang panitai sembilan yang kemudian

menghasilkan Piagam Jakarta yang memuat panccasila yang pertama sekali, kemudian

dibahas lagi dalam sidang BPUPKI kedua. Setelah kemerdekaan Indonesia sebelum sidang

resmi PPKI Pancasila sebagai calon dasar filsafat negara dibahas serta disempurnakan

kembali ahirnya pada tanggal 18 agustus 1945 disyahkan oleh PPKI sebagai dasar filsafat

negara republik Indonesia.

Pancasila sebagi suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat

reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi pansila bersifat aktual,

dinamis, antisifasif dan senentiasa mampu menyelesaikan dengan perkembangan zaman, ilmu

pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat. Keterbukaan

ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung didalamnya,

namun mengeksplisitkan wawasannya lebih kongkrit, sehingga memiliki kemampuan yang

reformatif untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang senentiasa berkambang seiring

dengan aspirasi rakyat, perkembangan iptek dan zaman.

10
Berdasarkan pengertian tentang ideologi terbuka tersebut nilai-nilai yang terkandung

dalam ideologi Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah sebagai berikut:

Nilai dasar. Yaitu hakikat kelima Pancasila yaitu, ketuhannan, kemanusian, persatuan,

kerakyatan, keadilan. Nilai dasar tersebut adalah merupakan esensi dari nilai-nilai Pancasila

tang bersifat universal, sehingga dalam nilai tersebut terkandung cita-cita, tujuan serta nilai-

nilai yang baik dan benar.

Nilai ideologi tersebut tertuang di dalam pembukaan UUD 1945, sehimgga oleh karena

pembukaan memuat nilai-nilai dasr ideologi Pancasila maka UUD 1945 merupakan suatu

norma dasar yang merupakan tertiphukum tertinggi, sehingga sumber hukum positif sehingga

didalam negara memiliki kedudukan sebagai staatsfundamentalnorm atau pokok kaefdah

negara yang fundamental.

Nilai instrumental, yang merupakan arahan, kebijakan, srategi, saran, serta lembaga

pelaksanaannya. Nilai intsrumental ini merupakan eksplistasi, penjabaran lebih lanjut dari

nilai-nilai dasar ideologi Pancasila. Misalnya GBHN yang lima tahun senentiasa disesuaikan

dengan perkembangan zaman serta aspirasi masyarakat, undang-undang, depertemen-

depertemen, sebagai lembaga pelaksanaan dan lain sebagainya. Pada aspek ini senantiasa

dapat dilakukan perubahan (reformatif).

Nilai praktis, yaitu merupakan nilai-nilai realisasi intrumental dalam suatu realisasi

pengalaman yang bersifa nyata, dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, bangsa dan

negara. Dalam realisasi praktis inilah maka penjabaran nilai-nilai Pancasila senentiasa

berkembang dan selalu dapat dilakukan perubahan dan perbaikan (reformasi) sesuai dengan

perkembangan zaman ilmu pengetahuan dan teknologi serat aspirasi masyarakat.

Oleh karena itu Pancasila sebagai ideologi terbuka secara stuktual memiliki tiga dimensi

yaitu:

11
1.    Dimensi idealistis, yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung didalam Pancasila yang

bersifat sistematis, rasional dan menyeluruh, yaitu hakikat nilai-nilai yang terkandung dalam

sila-sila Pancasila yaitu: ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.

Hikikat nilai-nilai pancasial tersebut bersumber pada filsafat pancasial (nilai-nilai filosofis

yamng terkandung dalam Pancasila).

2.    Dimensi normatif, yaitu niali-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu dijabarkan

dalam suatu sistem norma-norma kenegaraan. Dalam pengertian ini Pancasila terkandung

dalam pembukaan UUD 1945 yang merupakan norma tertip hukum tertinggi dalam negara

Indonesia serta merupakan staatsfundamentalnorm (pokok kaidah negara yang fundamental).

3.    Dimensi realistis, yaitu suatu ideologi harus mampu mencerminkan raelitas yang hidup

dan berkembang dalam masyarakat. Oleh karena itu Pancasila selain memiliki nilai-nilai ideal

serta normatif maka Pancasila harus mampu dijabarkan dalam kehidupan masyarakat secara

nyata (kontrik) baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam penyalenggaraan negara.

Dengan demikian Pancasila sebagai ideologi terbuka tidak bersifatutopisyang hanya berisi

ide-ide yang bersifat mengawang melainkan suatu ideologi yang bersifat realistis artinya

mampu dijabarkan dalam segala aspek kehidupan nya

BAB III
PENUTUP

12
A. Kesimpulan

       Dalam upaya perbaikan ketahan ideologi Pancasila maka perlu diperhatikan berbagai

faktor yaitu kebijakan dalam pembangunan saat ini masih kurang sesuai karena  lenih

condong kepada paham liberalisme, tidak adanya sosialisasi pancasila pada seluruh kalangan

masyarakat, dan lemahnya penegakan hukum dan penegakan hukum yang kurang transparan.

       Dari berbagai faktor diatas dapat kita pahami bahwa saat ini bangsa indonesia sangat

memerlukan berbagai upaya yang menyeluruh untuk memperbaiki ketahanan ideologi

Pancasila. Ada berbagai upaya yang dapat kita simpulkan yaitu pemerintah Indonesia perlu

menerapkan kebijakan pembangunan yang berdasarkan Demokrasi Pancasila juga

mendasarkan pembuatan acuan dan pelaksanaan  pembangunan tersebut dengan Pancasila,

Sosialisasi Pancasila pada seluruh kalangan masyarakat juga sangat diperlukan misal dalam

lingkungan perkantoran/pekerjaan, masyarakat desa/kota, dan pemerintahan, kemudian

pemerintah harus berupaya tegas dalam menciptakan penegakan hukum agar masyarakat dan

birokrat dapat menaati Pancasila dan mengurangi tindakan-tindakan yang melawan hukum.

Selain itu juga perlu perlu diciptakan pegakan yang transparan agar masyarakat dapat menilai

dan mengawasi penegakan hukum itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

13
Tasa Ridwan, ”Pemuda dan Nasionalisme: Refleksi 101 Tahun Kebangkitan Nasional”,

Yogyakarta: Pustaka Timur, 2009.

Hidayad Rahmad, “Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme Pancasila”. Jurnal,

Yogyakata: STIMIK Amikom, 2011.

http://makalahteori-pembelajaran.blogspot.com/2013/06/pancasila-sebagai-ideologi.html

http://mirandadanfaizah.blogspot.com/2012/11/macam-macam-ideologi.html

14

Anda mungkin juga menyukai