Anda di halaman 1dari 3

Dasar Hukum Terkait

I. Mengenai Objek Pajak


1. Pasal 2 ayat (2) UU Nomor 12 Tahun 1994 tentang PBB ;
“ Klasifikasi objek pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh Menteri
Keuangan “
2. Pasal 3 ayat (1), (2) dan (3) PMK Nomor 186 Tahun 2019 tentang Klasifikasi Objek Pajak
dan Tata Cara Penetapan NJOP PBB ;
(1)Bumi yang berada dalam kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf a meliputi permukaan bumi.
(2) Kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. areal sebagaimana tercantum dalam Izin Usaha Perkebunan Budidaya, Izin Usaha
Perkebunan, Izin Tetap Usaha Budidaya Perkebunan, dan/atau Hak Guna Usaha
untuk perkebunan, dan
b. areal diluar areal sebagaimana dimaksud dalam huruf a yang merupakan satu
kesatuan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan dan secara fisik tidak
terpisahkan.
(3)Tidak termasuk areal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi areal yang sudah
diberikan Izin Usaha Perkebunan-Pengolahan.
3. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor 17 Tahun 2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan PMK
Nomor 186 Tahun 2019

Ruang lingkup :
1. Petunjuk Pelaksanaan Klasifikasi Objek Pajak;
2. Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara Penetapan NJOP;
3. Petunjuk Pelaksanaan Pengenaan PBB; dan
4. Prosedur Kerja.

Materi
Petunjuk Pelaksanaan Klasifikasi Objek Pajak
Kepala KPP melakukan klasifikasi objek pajak sebagaimana dijelaskan dalam Surat
Edaran Direktur Jenderal Pajak ini .
a. PBB Sektor Perkebunan .
Bumi dan/atau bangunan yang berada di kawasan perkebunan diklasifikasikan
menjadi objek pajak PBB Sektor Perkebunan.
1) Kawasan perkebunan meliputi :
a) areal sebagaimana tercantum dalam Izin Usaha Perkebunan, Izin Usaha
Perkebunan, Izin Tetap Usaha Budidaya Perkebunan, dan/atau Hak Guna
Usaha untuk perkebunan, dan
b) areal diluar areal sebagaimana dimaksud pada huruf a) yang merupakan satu
kesatuan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan dan secara fisik tidak
terpisahkan.
2) Areal yang secara fisik tidak terpisahkan sebagaimana dimaksud angka 1) huruf b)
meliputi :
a) areal berupa perkebunan, emplasemen dst..
b) areal yang terhubung dengan dengan areal pada angka 1) huruf a).,dst.
b. PBB Sektor Perhutanan dst..
II. Mengenai Surat Pemberitahuan Objek Pajak ( SPOP )

1. Pasal 9 ayat (3) UU Nomor 12 Tahun 1994 tentang PBB


“ Pelaksanaan dan tata cara pendaftaran objek pajak sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan “
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254 Thn 2014
a. Pasal 2
(1) Direktorat Jenderal Pajak melakukan pendataan untuk memperoleh,
mengumpulkan , melengkapi dan menatausahakan data objek pajak dan/atau
Subjek Pajak
(2) Pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui Pendaftaran,
Pemutakhiran dan/atau Pemetaan.
b. Pasal 9 ayat (2), (3) dan (4)
Jelas : berarti bahwa pengisian data dalam SPOP tidak menimbulkan salah tafsir
yang dapat merugikan Negara maupun Wajib Pajak ;
Benar : berarti bahwa semua data yang dilaporkan harus sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya ;
Lengkap : berarti bahwa SPOP memuat semua unsur yang harus dilaporkan

III. Mengenai Pengalihan PBB Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah
 Pasal 28 ayat (1) Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri No.
15/PMK.07/ 2014-No. 10 Tahun 2014.
“ Dalam hal terdapat objek PBB P2 yang dikelola oleh Direktur Jenderal Pajak setelah
Tahun Pengalihan, Direktur Jenderal Pajak wajib menyerahkan pengelolaan objek PBB
P2 dimaksud kepada Pemerintah Daerah “

 Pasal 29 ayat (3) Peraturan Bersama Menkeu dan Mendagri No. 15/PMK.07/2014 dan
No. 10 Tahun 2014 ;
“ Dalam hal Pemerintah Daerah sampai dengan 1 Januari 2014 belum melakukan
pemungutan PBB-P2, Pemerintah Daerah yang bersangkutan melakukan sosialisasi
kepada masyarakat dan instansi terkait berkenaan dengan kebijakan daerah tidak
memungut PBB-P2”

IV. Mengenai Pembatalan SPPT yang tidak benar.

 Pasal 19 dan Pasal 27 ayat (1) huruf c PMK Nomor 81 Tahun 2017
Pasal 19
(1) Direktur Jenderal Pajak berdasarkan permohonan Wajib Pajak dapat membatalkan
SPPT, SKP PBBatau STP PBB yang tidak benar
(2) Pembatalan SPPT, SKP PBB, atau STP PBB yang tidak benar dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dalam hal SPPT, SKP PBB, atau STP PBB tersebut berdasarkan
peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan seharusnya tidak diterbitkan.
 Pasal 27 ayat (1) huruf c
“ Direktur Jenderal Pajak karena jabatan dapat : membatalkan SPPT, SKP PBB atau STP
PBB yang tidak benar”.
V. Mengenai Pembatalan SPPT yang tidak benar.

 Pasal 19 dan Pasal 27 ayat (1) huruf c PMK Nomor 81 Tahun 2017

Pasal 19 ;
(3) Direktur Jenderal Pajak berdasarkan permohonan Wajib Pajak dapat membatalkan
SPPT, SKP PBBatau STP PBB yang tidak benar
(4) Pembatalan SPPT, SKP PBB, atau STP PBB yang tidak benar dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dalam hal SPPT, SKP PBB, atau STP PBB tersebut berdasarkan
peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan seharusnya tidak diterbitkan.
Pasal 27 ayat (1) huruf c ;
“ Direktur Jenderal Pajak karena jabatan dapat : membatalkan SPPT, SKP PBB atau STP
PBB yang tidak benar”.

VI. Mengenai Pencabutan dan Dinyatakan Tidak Berlaku Tata Cara Pengenaan PBB Sektor
Perkebunan

 Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-22/PJ/2020 Tanggal 27 November 2020


1. Konsideran :
a. bahwa masih terdapat ketentuan pelaksanaan UU PPN dan UU PBB yang sudah
tidak relevan, tidak sesuai dengan kondisi saat ini, dan sudah kedaluarsa.
b. bahwa untuk lebih memberikan kepastian hukumdan kemudahan didalam
pelaksanaan berbagai aturan di bidang pajak pertambahan nilaibarang dan jasa
dan pajak penjualan atas barang mewah dan pajak bumi dan bangunan,
ketentuan dimaksud pada huruf a perlu dilakukan Pencabutan.
c. Bahwa berdasarkan huruf a dann huruf b serta dalam rangka melaksanakan
program simplikasi regulasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, perlu
menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Pencabutan atas
Peraturan Direktur Jenderal Pajak dan Keputusan Direktur Jenderal Pajak dalam
rangka Simplikasi Regulasi.

2. Pasal 1 huruf c ;
“ Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2014 tentang Tata Cara
Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan”.

Anda mungkin juga menyukai