Ruang lingkup :
1. Petunjuk Pelaksanaan Klasifikasi Objek Pajak;
2. Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara Penetapan NJOP;
3. Petunjuk Pelaksanaan Pengenaan PBB; dan
4. Prosedur Kerja.
Materi
Petunjuk Pelaksanaan Klasifikasi Objek Pajak
Kepala KPP melakukan klasifikasi objek pajak sebagaimana dijelaskan dalam Surat
Edaran Direktur Jenderal Pajak ini .
a. PBB Sektor Perkebunan .
Bumi dan/atau bangunan yang berada di kawasan perkebunan diklasifikasikan
menjadi objek pajak PBB Sektor Perkebunan.
1) Kawasan perkebunan meliputi :
a) areal sebagaimana tercantum dalam Izin Usaha Perkebunan, Izin Usaha
Perkebunan, Izin Tetap Usaha Budidaya Perkebunan, dan/atau Hak Guna
Usaha untuk perkebunan, dan
b) areal diluar areal sebagaimana dimaksud pada huruf a) yang merupakan satu
kesatuan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan dan secara fisik tidak
terpisahkan.
2) Areal yang secara fisik tidak terpisahkan sebagaimana dimaksud angka 1) huruf b)
meliputi :
a) areal berupa perkebunan, emplasemen dst..
b) areal yang terhubung dengan dengan areal pada angka 1) huruf a).,dst.
b. PBB Sektor Perhutanan dst..
II. Mengenai Surat Pemberitahuan Objek Pajak ( SPOP )
III. Mengenai Pengalihan PBB Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah
Pasal 28 ayat (1) Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri No.
15/PMK.07/ 2014-No. 10 Tahun 2014.
“ Dalam hal terdapat objek PBB P2 yang dikelola oleh Direktur Jenderal Pajak setelah
Tahun Pengalihan, Direktur Jenderal Pajak wajib menyerahkan pengelolaan objek PBB
P2 dimaksud kepada Pemerintah Daerah “
Pasal 29 ayat (3) Peraturan Bersama Menkeu dan Mendagri No. 15/PMK.07/2014 dan
No. 10 Tahun 2014 ;
“ Dalam hal Pemerintah Daerah sampai dengan 1 Januari 2014 belum melakukan
pemungutan PBB-P2, Pemerintah Daerah yang bersangkutan melakukan sosialisasi
kepada masyarakat dan instansi terkait berkenaan dengan kebijakan daerah tidak
memungut PBB-P2”
Pasal 19 dan Pasal 27 ayat (1) huruf c PMK Nomor 81 Tahun 2017
Pasal 19
(1) Direktur Jenderal Pajak berdasarkan permohonan Wajib Pajak dapat membatalkan
SPPT, SKP PBBatau STP PBB yang tidak benar
(2) Pembatalan SPPT, SKP PBB, atau STP PBB yang tidak benar dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dalam hal SPPT, SKP PBB, atau STP PBB tersebut berdasarkan
peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan seharusnya tidak diterbitkan.
Pasal 27 ayat (1) huruf c
“ Direktur Jenderal Pajak karena jabatan dapat : membatalkan SPPT, SKP PBB atau STP
PBB yang tidak benar”.
V. Mengenai Pembatalan SPPT yang tidak benar.
Pasal 19 dan Pasal 27 ayat (1) huruf c PMK Nomor 81 Tahun 2017
Pasal 19 ;
(3) Direktur Jenderal Pajak berdasarkan permohonan Wajib Pajak dapat membatalkan
SPPT, SKP PBBatau STP PBB yang tidak benar
(4) Pembatalan SPPT, SKP PBB, atau STP PBB yang tidak benar dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dalam hal SPPT, SKP PBB, atau STP PBB tersebut berdasarkan
peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan seharusnya tidak diterbitkan.
Pasal 27 ayat (1) huruf c ;
“ Direktur Jenderal Pajak karena jabatan dapat : membatalkan SPPT, SKP PBB atau STP
PBB yang tidak benar”.
VI. Mengenai Pencabutan dan Dinyatakan Tidak Berlaku Tata Cara Pengenaan PBB Sektor
Perkebunan
2. Pasal 1 huruf c ;
“ Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2014 tentang Tata Cara
Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan”.