Anda di halaman 1dari 6

Hubungan Pemahaman Napza Dengan Sikap Terhadap Penyalahgunaan NAPZA 

HUBUNGAN PEMAHAMAN NAPZA DENGAN SIKAP


TERHADAP PENYALAHGUNAAN NAPZA
( Studi Korelasi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri
Se-Kecamatan Johar Baru )

Nurbaiti Fadhillah 1
Dra. Endang Setyowati 2
Dr. Awaluddin Tjalla 3

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ada atau tidaknya hubungan anta-
ra pemahaman tentang NAPZA dengan sikap penolakan penyalahgunaan NAPZA pada
siswa kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan Johar Baru. Metode penelitian yang digu-
nakan adalah penelitian korelasional dengan jenis kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di
4 SMP Negeri Kecamatan Johar baru,Jakarta Pusat, dengan sampel 140 siswa. Sampel
diambil dengan menggunakan sampling acak sederhana. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan instrumen tes untuk mengukur variabel pemahaman tentang NAP-
ZA dan menggunakan instrumen untuk mengukur variabel sikap penolakan penyalahgu-
naan NAPZA. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment pear-
son, uji koefisien korelasi dan dilanjutkan dengan uji-t pada taraf signifikan 5%. Hasil
pengujian hipotesis menunjukan bahwa rhitung = 0,472dengan taraf signifikansi 0,05,
maka diperoleh r tabel = 0,176 ternyata r hitung> r tabel, jadi semua hipotesis nol dito-
lak. Dengan demikian hipotesis alternatif diterima. Artinya terdapat hubungan positif an-
tara pemahaman tentang NAPZA dengan sikap penolakan penyalahgunaan NAPZA pa-
da siswa kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan Johar Baru,Jakarta Pusat. Selanjutnya
dilakukan uji-t dengan taraf signifikansi 5% (dk=n-2) dan diperoleh t hitung = 3,14 > t
tabel = 1,65 Hal ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara pemahaman
tentang NAPZA dengan sikap penolakan penyalahgunaan NAPZA pada siswa kelas VIII
SMP Negeri se-Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat. Implikasi dari hasil penelitian ini
ditujukan kepada guru BK untuk dapat memberikan informasi mengenai NAPZA sebagai
upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA berupa pemberian materi bimbingan klasikal
dan pengadaan layanan bimbingan kelompok.

Kata Kunci : NAPZA, Pemahaman, Sikap

1 Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNJ, nurbaitifadhillah@gmail.com


2 Dosen Bimbingan dan Konseling FIP UNJ,
3 Dosen Bimbingan dan Konseling FIP UNJ, awaluddintjalla@yahoo.com
 Hubungan Pemahaman Napza Dengan Sikap Terhadap Penyalahgunaan NAPZA

Pendahuluan derungan ke arah yang negatif (kecenderungan un-


Permasalahan NAPZA di Indonesia semakin tuk mendekati penyalahgunaan NAPZA).
mengkhawatirkan. Peredarannya bukan hanya ber- Bedasarkan hal-hal tersebut di atas, maka ru-
pusat di kota-kota besar saja, tapi sudah sampai ke- musan masalah dalam penelitian ini adalah menge-
pada pelajar tingkat yang paling bawah. Korban pe- nai: “Apakah terdapat hubungan antara pemahaman
nyalahgunaan NAPZA kini tidak hanya terbatas pa- NAPZA dengan sikap terhadap penyalahgunaan
da kalangan pelajar ekonomi menengah ke atas, teta- NAPZA pada siswa kelas VIII SMP Negeri se-Ke-
pi sudah merambah kepada pelajar ekonomi mene- camatan Johar Baru?”
ngah ke bawah, baik di perkotaan maupun di pede- Tujuan mengadakan penelitian ini yaitu untuk
saan. Penyalahgunaan NAPZA tidak hanya melibat- menganalisis ada tidaknya hubungan antara pema-
kan pelajar SMP-SMA tetapi pelajar SD maupun haman NAPZA dengan sikap terhadap penyalahgu-
TK pun sekarang sudah terkena ‘virus mematikan’ naan NAPZA
tersebut.
Dari hasil survei Penyalahgunaan dan Peredaran
Gelap Narkoba (P4GN) BNN Republik Indonesia Kajian Teori
pada tahun 2009 menyatakan bahwa rata-rata usia Hakikat Sikap
pertama kali menyalahgunakan NAPZA pada usia Secara etimologis kata sikap adalah perbua-
yang sangat muda yaitu 12-15 tahun. Angka peny- tan yang berdasarkan pendirian atau pendapat atau
alahgunaan NAPZA berdasarkan tingkat pendidikan keyakinan.
SLTP/SMP tahun 2012 berjumlah 9.743 kasus.Fakta Secara historis, istilah “sikap” (attitude) digu-
ini mengindikasikan bahwa peredaran gelap NAP- nakan pertama kali oleh Herbert Spencer yang pa-
ZA masih tetap marak di kalangan pelajar di Indo- da saat itu diartikan olehnya sebagai status mental
nesia. seseorang. Di masa-masa awal itu pula penggunaan
Berbekal pemahaman tentang NAPZA diharap- konsep sikap sering dikaitkan dengan konsep me-
kan para remaja khususnya siswa SMP mampu ngenai postur fisik atau tubuh seseorang.
membentengi diri dari bahaya NAPZA. Berdasar- Selanjutnya menurut Gordon Allport sikap meru-
kan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneli- pakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap
ti dengan cara penyebaran angket, peneliti menemu- suatu objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan
kan bahwa masih banyak siswa yang tidak mema- yang dimaksud merupakan kecenderungan potensi-
hami apa NAPZA, apa saja jenisnya dan bagaimana al untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila in-
dampak dari penyalahgunaan NAPZA tersebut, na- dividu dihadapkan pada suatu stimulus yang meng-
mun ada juga siswa yang mengetahui tentang NAP- hendaki adanya respons.
ZA, siswa mengetahui NAPZA itu obat-obatan yang Menurut Allport Struktur sikap dibagi menjadi 3
berbahaya bagi kesehatan dan dilarang oleh peme- komponen yang saling menunjang. Ketiga kompo-
rintah, namun siswa tidak mengetahui seberapa jauh nen pembentukan sikap tersebut yaitu sebagai kom-
dampak dari penyalahgunaan NAPZA, dan tidak ponen kognitif, afektif dan konatif.
mengetahui apa saja jenis-jenis NAPZA, dan rata- 1) Komponen Kognitif
rata dari mereka mengetahui informasi tersebut dari Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang
internet dan dari teman. mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar
Pemahaman yang cukup baik akan mempenga- bagi objek sikap.
ruhi sikap siswa, sehingga siswa mempunyai si- 2) Komponen Afektif
kap positif terhadap penyalahgunaan NAPZA, se- Komponen afektif menyangkut masalah emo-
makin baik pengetahuan tentang NAPZA semakin sional subyektif seseorang terhadap suatu objek
positif pula sikap terhadap penyalahgunaan NAP- sikap. Secara umum, komponen ini disamakan
ZA (kecenderungan untuk menghindari penyalah- dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.
gunaan NAPZA), sedangkan pada remaja dengan 3) Komponen Konatif
pemahaman yang kurang akan mempunyai kecen- Komponen ini menunjukkan bagaimana kecen-
Hubungan Pemahaman Napza Dengan Sikap Terhadap Penyalahgunaan NAPZA 

derungan berprilaku yang ada dalam diri se- dan sering disalahgunakan.
seorang yang berkaitan dengan objek sikap yang
dihadapinya
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan kepada siswa kelas VIII
Hakikat Pemahaman SMP Negeri se-kecamatan Johar Baru. Penelitian
Secara etimologis, pemahaman berasal dari ka- dilaksanakan pada bulan Maret-Desember 2014 ta-
ta paham yang berarti pandai dan mengerti benar. hun ajaran 2013-2014. Adapun subyek dalam pene-
Sedangkan pemahaman memiliki pengertian yaitu litian ini melibatkan 4 sekolah dengan jumlah total
suatu kemampuan untuk mengetahui dan mengerti 140 siswa.. Teknik sampling yang digunakan yaitu
secara mendalam, merupakan proses berpikir yang teknik acak sederhana (simple random sampling).
diperlukan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
Menurut Benjamin Samuel Bloom seorang ahli adalah metode korelasional, yakni melihat bentuk
pendidikan memahami (understand) adalah meng- hubungan antara variabel bebas yaitu pemahaman
konstruk makna atau pengertian berdasarkan pe- NAPZA (variabel X) dan variabel terikat yaitu si-
ngetahuan awal yang dimiliki siswa, atau mengin- kap terhadap penyalahgunaan NAPZA (variabel Y).
tregasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema Metode korelasional adalahmetode penelitian yang
yang telah ada di dalam pemikiran siswa. Karena digunakan untuk menemukan ada tidaknya hubung-
penyusunan skema adalah konsep, maka pengeta- an dan apabila ada, berapa eratnya hubungan serta
huan konseptual merupakan dasar pemahaman. berarti atau tidak hubungan itu. Metode penelitian
Benjamin Samuel Bloom mengemukakan kon- ini diharapkan dapat menemukan hubungan antara
sep taksonomi belajar, mengelompokan tujuan be- variabel-variabel yang diteliti.
lajar berdasarkan domain atau kawasan belajar yai- Teknik analisis data yang digunakan adalah uji
tu kawasan kognitif, kawasan afektif dan kawasan persyaratan analisis menggunakan Product Mo-
psikomotor. Kategori memahami mencakup tujuh ment dari Pearson. Sebelum melakukan analisa da-
proses kognitif yaitu: menafsirkan (interpreting), ta maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas da-
memberikan contoh (examplifying), mengklasifi- ta. Hipotesis dalam penelitian ini akan diuji dengan
kasikan (classifying), meringkas (summarizasing), menggunakan teknik statistik: hipotesis nol, yang
menarik interferensi (inferring), membandingkan menunjukkan tidak adanya hubungan positif (lebih
(comparing), dan menjelaskan (explaning). kecil dari nol) antara pengetahuan mengenai pema-
haman NAPZA dengan sikap terhadap penyalahgu-
Hakikat NAPZA naan NAPZA. Hipotesis alternatifnya menunjukkan
NAPZA adalah obat/bahan/zat, yang bukan ter- ada hubungan positif (sama dengan nol atau mung-
golong makanan. Jika diminum, diisap, dihirup, kin lebih besar dari nol) antara pemahaman NAPZA
ditelan atau disuntikan, berpengaruh terutama pa- dengan sikap terhadap penyalahgunaan NAPZA.
da kerja otak (susunan saraf pusat), dan sering me-
nyebabkan ketergantungan. Akibatnya, kerja otak Hasil dan Pembahasan
berubah (meningkat atau menurun). Demikian pula Data dalam penelitian ini diperoleh melalui pe-
fungsi vital organ tubuh lain (jantung, peredaran da- nyebaran instrumen kepada 140 siswa di SMP Neg-
rah, pernapasan, dan lain-lain). eri se-Kecamatan Johar Baru. Hasil penghitun-
NAPZA (Narkotika, Psikotropika,dan Zat adik- gan instrumen tes pemahaman NAPZA yang terdiri
tif lainnya) adalah istilah dalam dunia kedokter- dari 30 butir soal, memperoleh skor maksimum 30
an. Disini penekanannya pada pengaruh ketergan- dan skor minimum 11. Variabel pemahaman NAP-
tungannya. Oleh karena itu, selain narkotika dan ZA terdiri dari soal-soal yang mencakup pengertian
psikotropika, yang termasuk NAPZA adalah juga NAPZA, Jenis-jenis NAPZA, dampak penyalahgu-
obat, bahan atau zat, yang tidak diatur dalam un- naan NAPZA, upaya Pencegahan NAPZA dan UUD
dang-undang, tetapi menimbulkan ketergantungan, terkait NAPZA.
 Hubungan Pemahaman Napza Dengan Sikap Terhadap Penyalahgunaan NAPZA

Penghitungan menggunakan SPSS 17 diperoleh orang, mereka adalah yang dapat menjawab dengan
Mean sebesar 22 (dibulatkan) dan Standar Deviasi tepat 19 soal hingga 25 soal dari 30 butir soal. Siswa
sebesar 3 (dibulatkan). Bila diinginkan penggolong- SMP Negeri di Kecamatan Johar Baru yang terma-
an subjek ke dalam tiga kategori diagnosis pema- suk dalam kategori sedang terdiri dari 28 siswa ber-
haman NAPZA, dari 140 responden terdapat 11 re- asal dari SMPN 28, 28 dari SMPN 156, 29 siswa be-
sponden dengan presentase 7,86 %, yaitu respon- rasal dari SMPN 2 , dan 29 siswa berasal dari SMPN
den yang memiliki pemahaman NAPZA tinggi, res- 76 Jakarta.
ponden yang memiliki pemahaman NAPZA dengan Kemudian, siswa kelas VIII SMP Negeri di Ke-
kategori sedang sebanyak 114 responden dengan camatan Johar Baru yang termasuk dalam kategori
presentase 81,43 % dan responden yang memiliki rendah pada variabel pemahaman NAPZA sebanyak
pemahaman NAPZA pada kategori rendah sebanyak 15 orang, mereka adalah yang dapat menjawab de-
15 responden dengan persentase 10,71%.Yang me- ngan tepat 11 soal hingga 18 soal dari 30 butir soal.
miliki pengetahuan tinggi. Siswa kelas VIII SMP Negeri di Kecamatan Johar
Baru termasuk dalam kategori rendah terdiri dari 7
Tabel 1 siswa berasal dari SMPN 76, 3 siswa dari SMP 28, 2
Kategorisasi Variabel Pemahaman NAPZA siswa dari SMP 156 dan 3 siswa berasal dari SMPN
Kategori Skor Frekuensi Persentase (%) 2 Jakarta.
Tinggi ≥25 11 7,86 % Hasil penghitungan instrumen angket sikap ter-
hadap penyalahgunaan NAPZA yang terdiri dari 30
Sedang 19 - 25 114 81, 43 %
pertanyaan, memperoleh skor maksimum 120 dan
Rendah < 19 15 10,71% skor minimum 90.
Total 140 100 %
Penghitungan menggunakan SPSS 17 diperoleh
Mean sebesar 111 (dibulatkan) dan Standar Deviasi
Melihat hasil analisa data pada variabel pema-
sebesar 7 (dibulatkan). Bila diinginkan penggolong-
haman NAPZA menunjukkan 11 siswa dengan pre-
an subjek ke dalam tiga kategori diagnosis sikap ter-
sentase 7,86 % memiliki pemahaman NAPZA yang
hadap penyalahgunaan NAPZA dilihat dari 140 re-
tinggi, 114 siswa dengan presentase 81,43 % siswa
sponden terdapat 19 responden dengan presentase
memiliki pemahaman NAPZA sedang, dan kemudi-
13,57 %, yaitu responden yang memiliki sikap ter-
an 15 siswa dengan presentase 10,71% siswi yang
hadap penyalahgunaan NAPZA tinggi, responden
memiliki pemahaman tentang NAPZA rendah. Se-
yang sikap penyalahgunaan NAPZA dengan katego-
dangkan pada variabel sikap terhadap penyalahgu-
ri sedang sebanyak 100 responden dengan persentase
naan NAPZA terdapat 19 siswa dengan presentase
71,43 %, dan responden yang memiliki sikap terha-
13,57 % dengan kategori tinggi, 100 siswa dengan
dap penyalahgunaan NAPZA dengan kategori ren-
presentase 71,43 % termasuk dalam kategori se-
dah sebanyak 21 responden dengan persentase 15%.
dang, dan 21 siswa dengan presentase 15 % terma-
suk kedalam kategori rendah.
Tabel 2
Siswa SMP kelas VIII Negeri di Kecamatan Jo-
Kategorisasi Variabel Sikap Terhadap Penyalahgu-
har Baru yang termasuk dalam kategori tinggi pa- naan NAPZA
da variabel ini sebanyak 11 siswa, mereka adalah
Kategori Skor Frekuensi Persentase (%)
yang dapat menjawab dengan tepat 26 soal atau se-
luruhnya dari 30 butir soal. Siswa yang termasuk Tinggi ≥118 19 13,57 %
kedalam kategori tinggi yaitu 2 siswa berasal dari Sedang 104 - 118 100 71,43 %
SMPN 2, 4 siswa dari SMPN 28, dan 5 siswa bera- Rendah < 104 21 15,00 %
sal dari SMPN 156. 140
Total 100 %
Selanjutnya, siswa SMP Negeri di Kecamatan
Johar Baru yang termasuk dalam kategori sedang Berdasarkan analisis hasil angket pada varia-
pada variabel pemahaman NAPZA sebanyak 114 bel sikap terhadap penyalahgunaan NAPZA, bah-
Hubungan Pemahaman Napza Dengan Sikap Terhadap Penyalahgunaan NAPZA 

wa siswa yang memiliki pemahaman NAPZA yang tukan), maka hipotesis nol (Ho)ditolak. Jadi pada
tinggi dan diikuti dengan sikap terhadap penolakan penelitian ini hipotesis yang diterima adalah hipote-
penyalahgunaan NAPZA yang tinggi adalah siswa sis alternatif (Ha).
yang memiliki kecendrungan untuk tidak menggu- Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan,
nakan NAPZA atau menolak untuk menyalahguna- dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif
kan NAPZA. antara pemahaman NAPZA dengan sikap terhadap
Pemahaman NAPZA pada kategorisasi sedang penyalahgunaan NAPZA pada siswa kelas VIII SMP
dan diikuti dengan sikap penyalahgunaan NAPZA Negeri se-kecamatan Johar Baru. Kemudian siswa
yang sedang memiliki presentase terbanyak pada yang memiliki pemahaman NAPZA yang rendah
hasil penelitian ini. Artinya siswa masih perlu me- dan diikuti dengan sikap penolakan terhadap penya-
mahami secara mendalam tentang NAPZA agar me- lahgunaan NAPZA yang rendah yang berarti siswa
miliki sikap penolakan penyalahgunaan NAPZA. tidak mengetahui dan mengerti apa yang dimaksud
Kemudian siswa yang memiliki pemahaman dengan NAPZA dan siswa ini juga memiliki kecen-
NAPZA yang rendah dan diikuti dengan sikap pe- drungan untuk menyalahgunakan NAPZA. Karena
nolakan terhadap penyalahgunaan NAPZA yang ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemben-
rendah yang berarti siswa tidak mengetahui dan tukan sikap seseorang, diantaranya pengalaman pri-
mengerti apa yang dimaksud dengan NAPZA dan badi, pengaruh oranglain yang dianggap penting, pe-
siswa ini juga memiliki kecendrungan untuk menya- ngaruh kebudayaan, pengaruh media massa, intitusi
lahgunakan NAPZA. atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta
faktor emosi dalam diri individu. Pengetahuan yang
Hasil penghitungan kedua variabel, yakni varia-
rendah tentang NAPZA dapat mempengaruhi sikap
bel pemahaman NAPZA dan variabel sikap terha-
siswa terhadap penyalahgunaan NAPZA. Dalam
dap penyalahgunaan NAPZA, diuji normalitasnya
hal ini diperlukan peran aktif beberapa pihak yang
dengan menggunakan uji kolmogrovsmirnov. Da-
dapat membantu upaya pencegahan penyalahgunaan
ta dikatakan normal jika nilai residual yang terdis-
NAPZA seperti pihak sekolah, orangtua, masyara-
tribusi secara normal memiliki probabilitas signifi-
kat, BNN dan pemerintah untuk dapat memberikan
kan lebih dari 0,05. Hasil uji normalitas menunjuk-
informasi tentang NAPZA kepada siswa agar siswa
kan nilai signifikansi untuk variabel pemahaman
dapat membentengi diri untuk tidak meyalahguna-
NAPZA sebesar 0,113 dan variabel sikap terhadap
kan NAPZA. Selain itu dalam komponen pemben-
penyalahgunaan NAPZA sebesar 0,058 sehingga
tukan sikap siswa ini secara kognitif tidak memper-
dapat disimpulkan bahwa kedua variabel berdistri-
cayai dampak dan bahaya penyalahgunaan NAPZA
busi normal dikarenakan nilai signifikansi lebih be-
dan memiliki emosional yang tidak stabil sehingga
sar dari 0,05.
siswa menunjukan kecendrungan berprilaku untuk
Pengujian hipotesis antara kedua variabel meng- menyalahgunakan NAPZA.
gunakan korelasi product moment, yakni meru-
pakan uji statistik non parametrik yang digunakan
dalam analisis data pada penelitian ini. Berdasar- Simpulan dan Saran
kan hasil penghitungan uji hipotesis, dapat diketa- Penelitian yang telah dilakukan memberikan
hui koefisien korelasi/rhitungsebesar 0,472, hal ini kesimpulan bahwa terdapat Berdasarkan pemaparan
berarti hasil koefisien rhitung> rtabel 0,176 (angka yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa ada
yang telah ditentukan berdasarkan jumlah responden hubungan antara pemahaman NAPZA dengan sikap
yaitu 140), maka hipotesis nol (Ho) ditolak. Pengu- terhadap penyalahgunaan NAPZA. Tetapi sikap ti-
jian hipotesis dapat pula dilakukan dengan mem- dak sepenuhnya dipengaruhi oleh pemahaman siswa
bandingkan taraf signifikansi. Taraf signifikansi hi- tentang NAPZA, melainkan dipengaruhi pula oleh
tung antara pemahaman NAPZA dengan sikap terh- beberapa faktor seperti faktor lingkungan dan fak-
adap penyalahgunaan NAPZA sebesar 0,015. Oleh tor NAPZA itu sendiri. Oleh karena fokus penelitian
karena taraf signifikansi hitung yang didapat lebih ini hanya pada faktor pemahaman sebagai salah sa-
kecil dari 0,05 (taraf signifikansi yang telah diten- tu faktor yang mempengaruhi sikap, maka analisis
 Hubungan Pemahaman Napza Dengan Sikap Terhadap Penyalahgunaan NAPZA

pembahasan dalam penelitian ini hanya terkait pada Daftar Pustaka


faktor pemahaman. Anderson,L.W,& Krathwohl (Eds). (2001). A Taxonomy
Adapun saran-saran yang dibuat untuk penelitian for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of
lanjutan adalah sebagai berikut: Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New
York: Longman.
1. Universitas yang memiliki jurusan BK men- Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
gevaluasi rancangan strategi pembelajaran ter- pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta
kait layanan konseling, sehingga calon guru BK Azwar Saifudin. 2013. Sikap Manusia: Teori dan Pen-
dapat menguasai landasan teoretis dan mengap- gukurannya. Edisi II. Cetakan XVIII. Yogyakarta:
likasikannya dengan lebih baik. Pustaka Pelajar
2. Guru BK melakukan upaya-upaya guna mening- BNN RI. 2004. Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan
katkan pemahaman tentang NAPZA kepada siswa Narkoba Bagi Pemuda. Jakarta: Badan Narkotika Na-
guna mencegah penyalahgunaan NAPZA. sional.
3. Peneliti lanjutan yang tertarik dengan pemba- BNN RI. 2010. Petunjuk Teknis Advokasi Bidang Pence-
gahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Lembaga/In-
hasan serupa disarankan untuk meneliti menge-
stansi. Jakarta : Direktorat Advokasi Deputi Bidang
nai upaya yang dapat dilakukan untuk mening- Pencegahan Badan Narkotika Nasional.
katkan pemahaman tentang NAPZA ataupun BNN RI. 2013. Jurnal Data Pencegahan dan Pem-
upaya meningkatkan sikap penolakan penyalah- berantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
gunaan NAPZA. Narkoba(P4GN).Jakarta: Pusat Penelitian dan Infor-
masi Badan Narkotika Nasional.

Anda mungkin juga menyukai