Anda di halaman 1dari 107

i

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara di Eropa mempunyai perhatian khusus terhadap upaya

Pencegahan, Penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba

(P4GN) dengan melakukan survey penyalahgunaan narkoba disekolah secara

periodic dan berkesinambungan atau yang lebih dikenal dengan Europe

School Survey Project on Alcohol and Drugs (ESPAD). Sedikitnya terdapat

35 Negara Uni Eropa terlibat dalam proyek ESPAD yang hingga tahun 2015

sudah dilakukan enam kali yaitu pada tahun 1995, 1999, 2003, 2007, 2011,

dan 2015. Data ESPAD tahun 2015, melaporkan 1 dari 5 pelajar di republic

Ceko, Perancis, Islandia, Swiss dan Inggris pernah menyalahgunakan narkoba

dalam sebulan terakhir. Laporan dari beberapa Negara ESPAD menunjukan

prevalansi pelajar laki-laki yang menyalahgunakan narkoba lebih tinggi dari

pada pelajar perempuan (ESPAD, 2016).

Upaya yang sama juga dilakukan di Indonesia dengan melakukan

beberapa survey nasional penyalahgunaan narkoba pad kelompok pelajar/

mahasiswa pada tahun 2003, 2006, 2009, dan 2011. Survey dilakukan oleh

Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai focal point bekerjasama dengan

Lembaga Pranata Pembangunan Universitas Indonesia pada tahun 2003, dan

Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia tahun 2006 dan 2009. Dari

hasil survey tahun 2011 yang dilakukan di 16 Propinsi menunjukan dari 100

1
2

orang pelajar/ mahasiwa terdapat 4 pernah menyalahgunakan NAPZA. Angka

tersebut lebih rendah disbanding pada dua survey sebelumnya, yaitu sekitar 8

orang pernah pakai dan 5 orang pernah menyalahgunaka (BNN, 2011).

Data korban NAPZA di Indonesia terus bertambah, tahun 2018 tercatat

8,7jt populasi anak di Indonesia sebanyak 5,9 juta di antaranya pecandu

narkoba, mereka menjadi pecandu narkotika karena terpengaruh dari orang-

orang terdekat dan rata rata di kalangan pelajar. Angka penyalahgunaan

narkotika di kalangan pelajar yang pernah pakai sebesar 2,5% dari populasi

pelajar di wilayah Jawa Barat, serta di BNN Kabupaten Kuningan pada tahun

2018 tercatat 715 orang pengguna Napza ( BNN Kabupaten Kuningan, 2018).

Berdasarkan data yang diperoleh dari POLRES Kabupaten Kuningan

tercatat di tahun 2018 ada 19 orang yang menggunakan narkoba dibawah

umur 18 Tahun, serta 9 orang di kalangan mahasiswa. Dari hasil analisa dan

evaluasi Polda jabar ternyata Kabupaten Kuningan masuk dalam urutan ke

dua tempat penyalahgunaan napza di jawa barat. pada kelompok laki-laki

lebih tinggi dibanding perempuan, semakin tinggi kelompok usia semakin

tinggi angka penyalahgunaan narkotikanya.

Menurut Badan Narkotika Kabupaten Kuningan (2012), ancaman

bahaya penyalahgunaan narkotika di Kabupaten Kuningan kian meningkat

dan mengarah pada generasi muda, bahkan sudah memasuki kalangan pelajar.

Kelompok usia muda sangat rawan terhadap penyalahgunaan dan peredaran

gelap NAPZA. Berdasarkan hasil survey Badan Narkotika Nasional tahun

2009 diperoleh data bahwa jumlah pasien di Rumah Sakit Ketergantungan


3

Obat (RSKO) rata-rata usia pertama kali menyalahgunakan NAPZA pada usia

sangat muda 12-15 tahun (BNN, 2011).

Hal tersebut menggambarkan bahwa generasi muda, terutama kalangan

pelajar merupakan target dan sasaran dalam peredaran dan penyalahgunaan

NAPZA. Hal ini merupakan tanggung jawab kita semua untuk saling bekerja

sama terutama bagi lingkungan pelajar dan pihak sekolah dalam membentengi

dan menyelamatkan lingkungan sekolah dari ancaman bahaya

penyalahgunaan NAPZA tersebut, tidak saja menjadi tanggung jawab warga

kampus atau sekolah tetapi juga membutuhkan. dan didapatkan informasi dari

satuan narkoba POLRES Kuningan bahwa wilayah yang sedang diawasi

adalah wilayah pelosok desa yang jauh dari pusat Kota Kuningan.peran aktif

dari masyarakat di lingkungan sekitar kampus maupun sekolah.

Menurut Kusmiran (2011), mengatakan bahwa remaja mempunyai

sifat yang unik, salah satunya adalah sifat ingin meniru sesuatu hal yang

dilihat, kepada keadaan, serta lingkungan disekitarnya. Berdasarkan teori

perkembangan, maka usia remaja pada tahap tersebut mengalami perubahan

banyak perubahan baik secara emosi, tubuh, minat, pola perilaku dan juga

penuh dengan masalah-masalah pada masa remaja (Hurlock, 2011).

Beberapa alasan yang disampaikan remaja yang menggunakan napza

ialah ingin tahu dan coba-coba, ingin diterima dan masuk dalam lingkungan

tertentu, yang sudah biasa menyalahgunakan napza, ingin mendemonstrasikan

prilaku bebas, ingin memperoleh kenikmatan dari efek napza, ingin mencapai

ketenangan yang maksimal ingin melarikan diri dari suatu masalah, ingin
4

menghilangkkan rasa sakit atau ketidaknyamanan, ingin dibilang dewasa,

modern dan mengakui zaman (Janiwarty, 2013).

Narkoba adalah zat psikoaktif narkotika, psikotropika dan bahan-bahan

berbahaya lainnya. Selain itu juga dapat diartikan sebagai bahan atau zat-zat

kimiawi yang jika masuk ke dalam tubuh baik secara oral (dimakan, diminum,

atau ditelan), diisap, dihirup, atau disuntikan dapat mengubah suasana hati,

perasaan, prilaku seseorang. Hal ini dapat menimbulkan gangguan keadaan

social yang ditandai dengan indikasi negative, waktu pemakaian yang panjang

dan pemakaian dosis yang berlebihan (Kusmiran,2011).

Menurut Notoatmodjo (2012), semakin banyak informasi dapat

mempengaruhi atau menambah pengetahuan seseorang dan dengan

pengetahuan dapat menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang akan

berprilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Selain itu factor yang

dapat menyebabkan penyalahgunaan narkoba diantaranya yaitu faktor

kepribadian. Beberapa hal yang termasuk faktor pribadi adalah genetic,

biologis, personil, kesehatan dan gaya hidup yang memiliki pengaruh dalam

mnentukan seorang remaja terjerumus dalam penyalahgunaan NAPZA.

Kurangnya pengendalian seperti orang-orang yang menyalahgunaan narkoba

biasanya memiliki sedikit pengetahuan tentang narkoba, bahaya yang

ditimbulkan, serta aturan hokum yang melarang penyalahgunaan narkoba.

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2012), mengatakan bahwa prilaku

kesehatan ditentukan oleh tiga factor, yaitu factor predisposisi (pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan factor kesehatan demografi


5

seperti status social ekonomi, usia, jenis kelamin, paritas), factor pendukung

(tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas kesehatan, keadaan

lingkungan). Faktor lingkungan (sikap dan prilaku dari pada petugas

kesehatan). Dengan minimnya pengetahuan penyalahgunaan NAPZA ialah

adanya gangguan pada jantung, gangguan otak, tulang dan gangguan

pembuluh darah, gangguan pada endokrin, kulit, system syaraf, paru-paru,

gangguan system pencernaan dan infeksi penyakit menular berbahaya seperti

HIV AIDS, Hepatitis, dan TBC (Janiwarty, 2013).

Penyalahgunaan NAPZA dapat memberikan dampak jasmani,

kejiwaan, dan social bagi pemakai ataupuun bagi keluarga dan masyarakat.

Efek obat pada tubuh tergantung dari jenis yang digunakan, banyak dan sering

penggunaan, cara penggunaan, serta apakah penggunaan tersebut bersamaan

dengan obat lain. Efek psikologis tergantung dari kepribadiaan, harapan dan

perasaan saat menggunakan obat, serta factor biologis yang tergantung dari

berat badan dan kecenderungan alergi. Organ tubuh yang secara fisiologis

dipengaruhi oleh system syaraf pusat, orgal vital, dan pancaindera. Secara

umum, pengaruh narkoba adalah dapat mempengaruhi organ tubuh secara

sistemik (Kusmiran, 2011).

Pencegahan NAPZA di sekolah bisa mengadakan diantaranya Program

Seklah bebas NAPZA, program ini disususn dan dikembanngkan secara

konprehensif dan terpadu di lingkungan sekolah atau kampus, dengan

membangun budaya anti narkoba dan kekerasan. Tema anti kekerasan harus

menjadi bagian terpadu dari upaya mencegah dan menanggulangi


6

penyalahgunaan NAPZA, terutama di lingkungan Sekolah. Demikian juga

penegakan disiplin, karena sekolah dengan tingkat penyalahgunaan narkoba

rendah memiliki disiplin yang tinggi. Program tersebut melibatkan seluruh

komponen sekolah, orang tua siswa, tokoh masyarakat dengan dukungan

lembaga pelayanan kesehatan, social, agama, dan penegak hokum, agar

tercipta sekolah bebas narkoba. Serta harus disadari bahwa program “ Sekolah

Bebas Narkoba “ adalah upaya berkesinambungan dan bersifat jangka panjang

sesuai investasi sumber daya manusia terutama generasi muda sehingga

hasilnya tidak segera tampak.


7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap

pencegahan penyalahgunaan napza pada siswa di SMP Negeri 1 Depok Tahun

2020 ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap

pencegahan penyalahgunaan napza pada siswa di SMP Negeri 1

Depok Tahun 2020.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan tentang napza pada siswa di SMP

Negeri 1 Depok Tahun 2020.

b. Untuk mengetahui sikap pencegahan penyalahgunaan napza pada

siswa di SMP Negeri 1 Depok Tahun 2020.

c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap

pencegahan penyalahgunaan napza pada siswa di SMP Negeri 1

Depok Tahun 2020.


8

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan bahan

pertimbangan bagi ilmu keperawatan untuk pengembangan ilmu

keperawatan mengenai hubungan pengetahuan dengan sikap

pencegahan penyalahgunaan napza pada siswa.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian dapat dijadikan acuan dalam pembelajaran

ilmu keperawatan bedah, serta sebagai data dan informasi yang

berguna untuk menggali dan mengembangkan ilmu keperawatan

tentang hubungan pengetahuan dengan sikap pencegahan

penyalahgunaan napza pada siswa.

b. Bagi Institusi Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan untuk kebijakan sekolah ke depan dalam

usaha untuk meningkatkan dan menambah pembendaharaan ilmu

pengetahuan pencegahan penyalahgunaan napza pada siswa.

c. Bagi Siswa

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan

informasi dan masukan mengenai hubungan pengetahuan dengan

sikap pencegahan penyalahgunaan napza pada siswa.


9

d. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

data dasar bagi peneliti-peneliti selanjutnya, terkait dengan

hubungan pengetahuan dengan sikap pencegahan penyalahgunaan

napza pada siswa.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Konsep Dasar Pengetahuan

2.1.1.1 Pengertian

Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan merupakan

hasil tahu seseorang yang melakukan pengindraan terhadap

suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra

manusia, yaitu indra pengelihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Pengetahuan manusia diperoleh sebagian besar

diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun

pengalaman orang lain, media masa maupun lingkungan.

Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan

melalui proses sensoris, terutama pada mata dan telinga

terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang

penting dalam terbentuknya prilaku terbuka atau open

behaviour (Donsu, 2017).

Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan

dengan proses pembelajaran, proses belajar ini dipengaruhi

berbagai faktor dari dalam, seperti faktor motivasidan faktor

luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial

10
11

budaya. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang

diketahui atau disadari oleh seseorang. (Agus, 2013).

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat

disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu

melalui proses pengindraan atau pengalaman sebelumnya untuk

mengetahui suatu kejadian atau peristiwa.

2.1.1.2 Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan mempunyai

enam tingkat, yakni :

a. Tahu (know)

Tahu artinya sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam

pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang

diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar.
12

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menggunakan yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi

real (sebenarnya).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kompuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen,

tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih

ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan dan menghubungkan bagian–bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi

atau obyek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu

kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-

kriteria yang telah ada.

2.1.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012) faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :


13

a. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman

sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah

diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

b. Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau

pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang

berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan

yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang

tingkat penididikannya lebih rendah.

c. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun

dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan

ini bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik

keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.

d. Fasilitas

Fasilitas-fasilitas sebagai sumber infirmasi yang

dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya

radio, televise, majalah, koran dan buku.

e. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap

pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang

berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk


14

menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber

informasi.

f. Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga

dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap

seseorang terhadap sesuatu.

2.1.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2012), dari berbagai macam cara

yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokan menjadi

dua, yakni :

a. Cara Memperoleh Kebenaran Nonilmiah

1. Cara Coba Salah (Trial and Error)

Cara memperoleh kebenaran non ilmiah, yang

pernah digunakan oleh manusia dalam memperoleh

pengetahuan adalah melalui cara coba coba atau dengan

kata yang lebih dikenal “trial and error”. Metode ini

telah digunakan oleh orang dalam waktu yang cukup

lama untuk memecahkan berbagai masalah. Bahkan

sampai sekarang pun metode ini masih sering

digunakan, terutama oleh mereka yang belum atau tidak

mengetahui suatu cara tertentu dalam memecahkan


15

suatu masalah yang dihadapi. Metode ini telah banyak

jasanya, terutama dalam meletakan dasar-dasar

mennemukan teori-teori dalam berbagai cabang ilmu

pengetahuan.

2. Secara Kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi

karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan.

Salah satu contoh adalah penemuan enzim urease oleh

Summers pada tahun 1926.

3. Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak

sekali kebiasaankebiasaan dan tradisi-tradisi yang

dilakukan oleh orang,tanpa melalui penalaran apakah

yang dilakukan tersebut baik atau tidak kebiasaan

seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat

tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat

modern. Para pemegang otoritas, baik pemimpin

pemerintah, tokoh agama, maupun ahli ilmu

pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme

yang sama di dalam penemuan pengetahuan.

4. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian

bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa


16

pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau

pengalaman itu merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh karena itu

pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan

cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada

masa yang lalu.

5. Cara Akal Sehat

Akal sehat atau common sense kadang-kadang

dapat menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu

pendidikan ini berkembang, para orang tua zaman

dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat orang

tuanya,atau agar anak disiplin menggunakan cara

hukuman fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya

dijewer telinganya atau dicubit. Ternyata cara

menghukum anak ini sampai sekarang berkembang

menjadi teori atau kebenaran, bahwa hukuman adalah

merupakan metode (meskipun bukan yang paling baik)

bagi pendidikan anak. Pemberian hadiah dan hukuman

(reward and punishment) merupakan cara yang masih

dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak

dalam konteks pendidikan.


17
18

6. Kebenaran Melalui Wahyu

Ajaran dan dogma agama adalah suatu

kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para

Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh

pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas

dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.

7. Kebenaran secara Intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia

cepat sekali melalui proses diluar kesadaran dan tanpa

melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang

diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena

kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang

rasional dan yang sisitematis. Kebenaran ini diperoleh

seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau

bisikan hati saja.

8. Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat

manusia, cara berfikir manusia pun ikut berkembang.

Dari sini manusia telah mampu menggunakan

penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.

Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran

pengetahuan manusia telah menggunakan jalan

pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.


19

9. Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan

yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke

pertanyaan yang bersifat umum. Proses berpikir induksi

berasal dari hasil pengamatan indra atau hal-hal yang

nyata, maka dapat dikatakan bahwa induksi beranjak

dari hal-hal yang konkret kepada hal-hal yang abstrak.

10. Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari

pernyataan-pernyataan umum yang ke khusus.

Aristoteles (384-322SM) mengembangkan cara berpikir

deduksi ini ke dalam suatu cara yang disebut

“silogisme”. Silogisme merupakan suatu bentuk

deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar

secara umumpada kelas tertentu, berlaku juga

kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada

setiap yang termasuk dalam kelas itu.

b. Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh

pengetahuan pada dewasa ini lebih sistimatis, logis dan

ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah‟, atau

lebih popular disebut metodologi penelitian (research

methodology). Cara ini mula-mula dikembangkan oleh


20

Francis Bacon (1561-1626). Ia mengatakan bahwa dalam

memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan

observasi langsung, dan membuat pencatatan-pencatatan

terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang

diamati. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok yakni :

1. Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang

muncul pada saat dilakukan pengamatan

2. Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang

tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan.

3. Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu

gejala-gejala yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi

tertentu.

2.1.1.5 Pengukuran Pengetahuan

Menurut Nursalam (2015) pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diinterprestasikan dengan skala guttman dengan

alternatif jawaban benar (skor 1) dan salah (skor 0). Interpretasi

hasil skoring jawaban pernyataan adalah sebagai berikut:

a. Baik : Hasil presentase 76%-100%

b. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%

c. Kurang: Hasil presentase ≤55%


21

2.1.2 Konsep Dasar Sikap

2.1.2.1 Pengertian

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya

dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

(Wawan dan Dewi, 2010).

Sikap atau afektif merupakan reaksi/respon yang masih

tertutup dari keluarga terhadap stimulus atau objek

(Notoatmodjo, 2012).

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat

disimpulkan bahwa sikap adalah respon seseorang terhadap

sesuatu peristiwa yang telah terjadi.

2.1.2.2 Komponen Sikap

Menurut Azwar dalam Budiman dan Riyanto (2013)

struktur sikap terdiri dari 3 komponen:

a. Komponen Kognitif

Komponen kognitif menggambarkan apa yang

dipercayai oleh seseorang pemilik sikap. Kepercayaan

menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai objek yang

akan diharapkan.
22

b. Komponen Afektif

Komponen afektif merupakan perasaan yang

menyangkut aspek emosional terhadap suatu objek.

Komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki

terhadap suatu objek.

c. Komponen Konatif

Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan

seseorang dalam berperilaku berkaitan dengan objek sikap

yang dihadapinya dengan cara-cara tertentu.

2.1.2.3 Tingkatan Sikap

Menurut Budiman dan Riyanto (2013), seperti halnya

dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan:

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan,

dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu

indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang

diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah,

adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.


23

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap

tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah

dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang

paling tinggi.

2.1.2.4 Faktor - faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap

Faktor - faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap

menurut Azwar dalam Budiman dan Riyanto (2013) adalah:

a. Pengalaman pribadi

Sesuatu yang telah dan sedang kita alami akan ikut

membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap

stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar

terbentuknya sikap.

b. Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap

kita. Apabila kita hidup dalam budaya yang mempunyai

norma longgar bagi pergaulan heteroseksual, sangat


24

mungkin kita akan mempunyai sikap yang mendukung

terhadap masalah kebebasan pergaulan heteroseksual.

c. Orang lain yang dianggap penting

Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang

kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak dan tingkah

dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita

kecewakan atau seseorang yang berati khusus bagi kita,

akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita

terhadap sesuatu. Diantara orang yang biasanya dianggap

penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status

sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru,

teman kerja, istri atau suami dan lain-lain.

d. Media massa

Media massa sebagai sarana komunikasi. Berbagai

bentuk media massa mempunyai pengaruh besar dalam

pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya

informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan

kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

e. Institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai

suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan

sikap karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan

konsep moral dalam diri individu


25

f. Faktor emosi dalam diri individu

Bentuk sikap tidak semuanya ditentukan oleh situasi

lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-

kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam

penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego.

2.1.2.5 Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan cara

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi

yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden.

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan skala guttman

dengan alternatif jawaban ya (skor 1 dan tidak (skor 0)

(Budiman dan Riyanto, 2013). Interpretasi hasil penelitian

pengetahuan dikategorikan sebagai berikut:

1. Positif :jika ≥ nilai mean

2. Negatif : jika < nila mean (Budiman dan Riyanto, 2013).

2.1.3 Konsep Dasar Remaja

2.1.3.1 Pengertian

Menurut Harluck dalam Ali dan Asrori (2010), remaja

adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi kedalam


26

masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa

bahwa dirinya berada dibwah tingkat orang yang lebih tua

melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki

masyarakat dewasa ini mengandung bnyak aspek afektif, lebih

atau kurang dar usia pubertas. Menurut hukum di Amerika

Seikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah

mencapai usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti ketentuan

sebelumnya. Pada usia ini, umumnya anak sedang duduk di

bangku menengah.

Remaja menurut kesehatan dunia (WHO) adalah

periode usia anatara 10 sampai 19 tahun, sedangkan

perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut kaum muda usia

antara 15 sampai 24 tahun. Sementara itu, menurut The Health

Resaources and Services Administrations Guidelines Amerika

Serikat, rentang usia remaja adalah 11 sampai 21 tahun dan

terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun),

remaja menengah (15-17 tahun), dan remaja akhir (18-21

tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam terminologi

kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun

(Kusmiran, 2011).

Menurut Gunarsa dalam Kusmiran (2011),

mengungkapkan bahwa masa remaja merupakan masa

peralihan dari anak-anak ke amsa dewasa, yang meliputi semua


27

perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa

dewasa. Masa remaja adalah masa yang penting dalam

perjalanan kehidupan manusia. Golongan ini penting karena

menjadi jembatan antara masa kanak-kanak yang bebas menuju

masa dewasa yang menuntut tanggung jawab.

2.1.3.2 Tumbuh Kembang Remaja

Menurut (Sebayang, 2018) pengertian tumbuh kembang

adalah pertumbuhan fisik atau tubuh dan perkembangan

kejiwaan/psikologis/emosi. Tumbuh kembang remaja

merupakan proses atau tahap perubahan atau transisi dari masa

kanak-kanak menjadi dewasa yang ditandai dengan berbagai

perubahan, diantaranya sebagai berikut :

a. Perubahan fisik meliputi perubahan yang bersifat badaniah,

baik yang bisa dilihat dari lua maupun yang tidak dilihat.

b. Perubahan emosional yang tercermin dari sikap dan

tingkah laku.

c. Perkembangan kepribadian dimana masa ini tidak hanya

dipengaruhi oleh orang tua dan keluarga tetapi juga

lingkungan luar sekolah.

Tugas perkembangan remaja difokuskan pada upaya

meninggalkan sikap dan perlaku kekanak-kanakan serta

berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berprilaku


28

secara dewasa. Adapun tugas perkembangan remaja menurut

Hurlock dalam Sebayang (2018) adalah sebagai berikut:

a. Mampu menerima keadaan fisiknya

b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa

c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota

kelompok yang berlainan jenis.

d. Mencapai kemandirian ekonomi. Remaja merasa sanggup

untuk hidup berdasarkan usaha sendiri. Ini sangat penting

terutama bagi laki-laki.

e. Mencapai kemandirian emosional

f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual

yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai

anggota masyarakat.

g. Memahami dan menginternalisasi nilai-nilai orang dewasa

dan orang tua

h. Mengembangkan prilaku tanggung jawab sosial yang

diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.

i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.

j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab

kehidupan keluarga.
29

2.1.3.3 Ciri-ciri Kejiwaan dan Psikososial Remaja

Menurut Kusmiran (2011), masa remaja memiliki ciri-

ciri kejiwaan dan psikososial sebagai berikut, yaitu :

a. Usia remaja muda (12-15 Tahun)

1. Sikap protes terhadap orang tua

Remaja pada usia ini cenderung tidak meyetujui

nilai-nilai hidup orangtuanya, sehingga menunjukan

sikap protes terhadap orang tua. Mereka berusaha

mencari identitas diri, remaja cenderung melihat kepada

tokoh-tokoh di luar lingkungan keluarga, yaitu : guru,

figure ideal yang terdapat di film, atau tokoh idola.

2. Preokupasi dengan badan sendiri

Tubuh seseorang remaja pada usia ini

mengalami peruahn yang cepat sekali, perubahan-

perubahan ini menjadi perhatian khusus bagi diri

remaja.

3. Kesetiakawanan dengan kelompok usia

Pada remaja pada kelompok umur ini merasakan

kererkaitan dan kebersamaan dnegan kelompok seusia

dalam upaya mencari kelompok senasib. Hal ini

tercermin dalam cara berprilaku sosial.


30

4. Kemampuan untuk berpikir secara abstrak

Daya kemampuan berpikir seseorang remaja

mulai berkembang dan dimenifestasikan dalam bentuk

diskusi untuk mempertajam kepercayaan diri.

5. Prilaku yang labil dan berubah-ubah

Remaja sering memperlihatkan prilaku yang

berubah-ubah. Pada suatu waktu tampak bertanggung

jawab, remaja merasa cemas akan perubahan dalam

dirinya. Prilaku demikian menunjukan bahwa dalam diri

remaja terdapat konflik yang memerlukan pengertian

dan penanganan yang bijaksana.

b. Usia Remaja Penuh (16-19 Tahun)

1. Kebebasan dari orang tua

Dorongan unutk menjauhkan diri dari orang tua

menjadi realitas. Remaj mulai merasakan kebebasan,

tetapi juga kurang menyenangkan. Pada diri remaja

timbul kebutuhan untuk terikat dengan orang lain

melalui ikatan cinta yang stabil.

2. Ikatan terhadap pekerjaan atau tugas

Sering kali remaja menunjukan minat pada suatu

tugas tertentu yang di tekuni secara mendalam. Terjadi

pengembangan akan cita-cita masa depan yaitu mulai


31

memikirkan melanjutkan sekolah atau langsung bekerja

untuk mencari nafkah.

3. Pengembangan nilai moral dan etis yang mantap

Remaja mulai menyusun nilai-nilai moral dan

etis sesuai dengan cita-cita.

4. Pengembangan hbungan pribadi yang labil

Adanya tokoh panutan atau hubungan cinta yang

stabil menyebabkan terbentuknya kesetabilan diri

remaja.

5. Penghargaan kembali orang tua dalam kedudukan yang

sejajar.

2.1.3.4 Masalah-Masalah Psikologis Pada Remaja

Kenakalan remaja sering juga disebut dengan delikuens.

Prilaku delikuens merupakan sekumpulan prilaku, mulai dari

prilaku yang tidak dapat diterima secara sosial hingga pada

ranah hukum. Kerap kali prilaku dari prilaku delikuens

mencerminkan tndakan destruktif, menyerang, mengganggu

dan melangar norma-norma agama, sosial dan hukum yang

mana bisa menyebabkan kerusakan pribadi sendiri ataupun

orang lain (Juniwarty, 2013).

Secara garis besar bentuk-bentuk kenakalan remaja

terdiri dari 3 bagian, yakni (a) delikuens sedang ditandai


32

dengan suka berkelahi, berkeluyuran, membolos sekolah, pergi

dari rumah dan sebagainya (b) dlikuens yang menjurus

pelanggaran dan kejahatan yang ditandai dengan mengendarai

sepeda motor tanpa SIM, kebut-kebutan, mencuri barang orang

tua dan (c) delikuens khusus, yakni delikuens yang telah

melanggar norma-norma hukum, seperti penyalahgunaan obat-

obatan terlarang (narkoba), prilau seks bebas, perampokan,

pembunuhan dan sebagainya (Juniwarty,2013).

Bentuk-bentuk gangguan kesehatan jiwa remaja pada

taraf yang ringan terlihat dari rendah diri, rasa bersalah, kurang

percaya diri, mudah tersinggung, putus asa dan sebagainya.

Remaja yang mengalami masalah psikologi tidak menunjukan

gejala-gejala aneh yang signifikan, karena dia masih berfikir,

berbicara dengan orang lain secara baik dan normal.

Sebaliknya remaja yang mengalami gangguan kesehatan jiwa

berat memiliki ciri-ciri kepribadian yang jauh dari realita,

tanggapan, perasaan dan kondisi emosionalnya sangat

terganggu, tidak ada integritas dan hidup diluar kenyataan

(Juniwarty, 2013).

Ciri-ciri remaja mengalami gangguan kesehatan jiwa

ialah kondisi emosi yang tidak stabil, sehingga gampang

goncang atau mudah mengarah pada tindakan-tindakan


33

ekstrem, kurang bersemangat, sensitive (mudah tersinggung),

focus perhatiannya terpusat pada dirinya (Juniwarty, 2013).

Faktor-faktor penyebab remaja mengalami gangguan

kesehatan jiwa (Juniwarty, 2013) adalah :

a. Kebutuhan pokok kejiwaan yang tidak terpenuhi

Dalam kehidupan manusia memerlukan kebutuhan-

kebutuhan pokok tertentu agar manusia tetap hidup dengan

sejahtera dan bahagia, sehat dan kuat fisik dan psikis.

Kebutuhan fisik dapat terpenuhi melalui makan, minum,

seks, olahraga dan bekerja. Kebutuhan psikis dapat

terpenuhi melalui hal-hal yang bersifat kejiwaan, yaitu

berupa kasih saying, rasa aman, penghargaan, rasa diterima

oleh kelompoknya atau orang lain, rasa disukai dan

disayangi oleh orang lain. Kebutuhan psikis atau kejiwaan

tersebut sangat diperlukan oleh setiap orang pada setiap fase

perkembangan kehidupan setiap hari (Juniwarty, 2013).

b. Pengaruh pendidikan dalam keluarga

Pendidikan yang dilakukan orangtua kepada remaja

terutama pendidikan yang diberikan waktu kanak-kanak

banyak mempengaruhi perkembangan di masa akan datang,

apakah dia akan menjadi bahagia atau menderita, apakah dia

akan menjadi orang baik atau tidak, apakah dia akan

menjadi orang yang cinta damai atau penghianatan.


34

Demikian pula tentang ketentuan agama seseorang

ditentukan pula oleh macam pendidikan yang dilaluinya. Hal

ini akan terlihat pula betapa pentingnya pendidikan agama

dalam pembinaan kepribadian remaja (Juniwarty, 2013).

Masalah pendidikan remaja merupakan suatu

bentuk persoalan yang fenomenal, dimana salah satunya

ialah masih banyak anak-anak yang merasa dirinya tidak

disayangi orangtuanya. Perasaan-perasaan yang tidak

menyenangkan ini sering mempengaruhi kelakuan, perasaan

serta kesehatan jiwa mereka. Perlu kita ketahui bahwa

pengalaman pahit atau manis dilalui akan mempengaruhi

perkembangan kehidupan selanjutnya dan menentukan

kesehata jiwanya (Juniwarty, 2013).

Pendidikan adalah penanaman sifat-sifat yang baik

kepada anak seperti sopan santun, budi pekerti, tata tertib,

agama yang kesemuanya ditujukan kepada anak. Dalam

pelaksanaan pendidikan keluarga yang terpenting aadalah

kondusifnya relasi antar anggota keluarga, baik orangtua

atau sesame saudaranya. Apa yang sedang orangtua lakukan

dan rasakan akan mencerminkan tindakan-tindakan mereka

(Juniwarty, 2013).

Hubungan antara ibu dan bapak hendaknya

senantiasa baik yang mana saling pengertian, saling


35

menghargai dan cinta mencintai dalam arti yang

sesungguhnya. Kasih saying yang selalu nampak dari orang

tua dlaam mendidik anak akan membuat anak merasa aman

tentram dan damai. Kondisi yang diciptakan apabila

terpelihara akan membuat anak yang tumbuh dewasa akan

memiliki prilaku yang baik (Juniwarty, 2013).

c. Pendidikan di Sekolah

Sekolah merupakan lingkungan kedua bagi remaja

untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan pembinaan

kepribadian. Pada dasarnya pendidikan yang diperoleh

melalui sekolah kelak akan berguna bagi dirinya, terutama

saat menghadapi kesukaran (problem) dalam hidupnya

(Juniwarty, 2013).

Sekolah merupakan kelanjutan dalam perkembangan

karakter remaja yang sebelumnya telah diperolehnya dalam

pendidikan keluarga. Pola bimbingan, pengajaran dan

disiplin disekolah berpengaruh signifikan terhadap karakter

remaja. Disekolah diharapkan remaja tersebut lebih dapat

terpimpin, terbimbing dan terarahkan dengan baik. Bila hal

ini dlaksanakan baik oleh guru-guru di sekolah, maka sikap

dan prilaku remaja selalu berada pada koridor norma-norma

yang berlaku (Juniwarty, 2013).

d. Penggunaan alcohol dan narkoba


36

Penggunaan alcohol dan obat0obatan terlarang pada

akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Walaupun usaha

untuk menghentikan sudah ditingkatkan, tetapi kasus-kasus

penggunaan narkoba masih tinggi. Kebanyakan remaja

menggunakan narkoba (NAPZA) sebagai akibat rasa ingin

tahu dan eksperimen tentang narkoba tersebut secara

langsung, sebagai usaha untuk meningkatkan rasa percaya

diri, meningkatkan rasa solidaritas, adaptasi dalam

lingkungan dan utnutk kompensasi psikologis (Santrock

dalam Juniwarty, 2013).

2.1.4 Konsep Dasar Napza

2.1.4.1 Pengertian

Narkoba merupakan zat psikoaktif narkotika,

psikotropika dan bahan-bahan berbahayalainnya. Selain itu

juga dapat diartikan sebagai bahan atau zat-zat kimiawi yang

jika masuk ke dalam tubuh baik secara oral (dimakan,

diminum, atau di telan), diisap, dihirup, atau disuntikan dpat

mengubah suasana hati, perasaan, dan prilaku seseorang. Hal

ini dapat menimbulkan gangguan keadaan sosial yang ditandai

dengan indikasi negative, waktu pemakaian yang panjang dan

pemakaian dosis yang berlebihan (Kusmiran, 2011).


37

Napza adalah penggunaan obat/ zat yang dapat

menyebabkan ketergantungan dan efek non-terapeutik atau non

medis pada individu sendiri, sehingga menimbulkan masalah

pada kesehatan fisik/ mental, atau kesejahtraan orang lain

(Hartanto dalam Darwis, 2011).

Narkotika menurut undang-undang No.9 tahun 1976

adalah bahan-bahan seperti tanaman papaver,opium

mentah,opium masak (candu,jiccing,jicingko), opium obat,

morfin, tanaman koka, daun koka, kokain mentah, tanaman

ganja, gammar ganja. Bahan lain baik yang alamiah, semi

sintesis,sintesis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfin

atau kokain, ditetapkan Mentri Kesehatan sebagai narkotika

jika penyalahgunaannya dapat menimbulkan akibat

ketergantungan yang merugikn seperti morfin dan kokain

(Kusmiran, 2011).

Psikotropika adalah berbagai obat-obatan yang bukan

termasuk narkotika. Namun, apabila disalahgunakan, akan

mempunyai efek serta bahaya yang sama dengan narkotika

karena sasaran obat-obatan tersebut adalah saraf-saraf tertentu

dari system saraf pusat (Kusmiran, 2011).

Menurut Badan Narkotika Nasional dalam Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika, disebutkan

bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari


38

tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi

sintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan

rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang

dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu:

a. Narkotika golongan I merupakan golongan yang paling

berbahaya. Daya adiktif snagat tinggi, sehingga tidak boleh

diproduksi atau digunakan untuk kepentingan apapun,

kecuali untuk pengembangan ilmu pengetahuan

berdasarkan rekomendasi Badan Pengawas Obat dan

Makanan (BPOM). Golongan ini tidak dipergunakan dalam

terapi karena menimbulkan ketergantungan yang sangat

tinggi. Contoh : Heroin, Kokain, Daun Koka, Opium,

Ganja Jicing, Katinon, MDMDA.

b. Narkotika golongan II adalah golongan narkotika yang

memiliki daya adiktif yang kuat. Narkotika golongan ini

dapat digunakan sebagai pilihan terakhir dalam pengobatan

dan dapat digunakan dalam terapi dengan syarat harus

melalui rekomendasi dokter. Selain itu, narkotika golongan

ini juga dapat digunakn dalam penelitian dan

pengembangan ilmu pengetahuan melalui reomendasi

BPOM. Contoh : Morphin, Pethidin, Fentanyl, Metadon.


39

c. Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki

daya aktif ringan dan banyak digunakan dalam terapi

berbagai penyakit. Golongan 3 narkotika ini banyak

digunakan dalam terapi dan untuk tujuan pengembangan

ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi mengakibatkan

ketergantungan. Contoh : Codein, Buprenorpin, Kodeina,

Nikokodina.

2.1.4.2 Jenis Napza

Manurut Kusmiran (2011), ada berbagai jenis Napza

yaitu sebagai berikut :

a. Narkoba Alami

Adalah jenis obat atau zat yang diambil langsung dari

alam, tanpa adanya proses fermentasi atau produksi,

misalnya : ganja, opium, kokain, kafein, dan lain-lain.

b. Narkoba Semisentesis

Adalah jenis obat atau zat yang diproses sedemikian

rupa melalui proses fermentsi seperti morfin, kodein, heroin,

crack, dan lain sebagainya.

c. Narkoba Sintesis

Adalah jenis obat atau zat yang mulai dikembangkan

untuk keperluan medis dan penelitian sebagai penghilang

rasa sakit (analgesik) dan penekan batuk (antitusif) seperti


40

amfetamin, deksamfetamin, petidin, meperidin, metadon,

depiponon dan LSD. zat-zat sintesis juga dipakai oleh dokter

untuk terapi penyembuhan kepada para pencandu.


41

2.1.4.3 Contoh dan Efek Penggunaan Napza

Di dalam masyarakat contoh napza yang sering

disalahgunakan, berikut ini beberapa contoh napza dan Efek

nya sebagai berikut (Kusmiran, 2011).

a. Opioda

Opioda adalah nama segolongan zat, baik alamiah,

semisintesis, atau sintesis yang diambil dari bagian pohon

poppy. Opioda selain dapat digunakan sebagai obat, juga

dapat digunakn sebagai alat untuk menimbulkan perasaan

senang.

Obat berupa bubuk putih yang dibuat dari hasil

olahan getah tanaman poppy (paper somniferum) yang

dikeringkan dan ditumbuk menjadi serbuk bunga opium.

Dalam ilmu kedokteran, opium digunakan untuk

penghilang rasa sakit, kadang-kadang dipakai juga sebagai

obat penghilang batuk dan obat diare (Kusmiran, 2011).

b. Morfin

Morfin merupakan turunan opium yang dibuat dari

hasil pencampuran antara getah pohon poppy dengan

bahan-bahan kimia lainnya. Morfin bersifat semisintesis.

Morfin merupakan zat aktif dari opium, dalam dunia

kedokteran zat ini digunakan untuk mengurang rasa sakit.

Namun karena efeknya yang negative, maka pengguna


42

morfin digantikan dengan obat-obatan sintesis (Kusmiran,

2011).

c. Heroin

Opioda semisintesis sebagai turunan dari morfin

melalui proses kimiawi. Heroin digunakan dalam duni

kedokteran untuk pengobatan ketergantungan morfin,

tetapi kemudian terbukti bahwa kecanduan heroin justru

lebih hebat dan lebih sulit diatasi dari pada kecanduan

morfin. Heroin menimbulkan efek ketergantungan yang

sangat berat. Dalam bentuk murninya, heroin memiliki

kekuatan dua kali lipat dibandingkan dengan morfin,

biasanya heroin digunakan dengan cara disuntikan

(Kusmiran, 2011).

Penggunaan heroin dapat menimbulkan efek-efek

penghilang rasa sakit (analgesic) yang efektif dengan

pengaruh penenang diri (saditif). Dapat menekan saraf

pusat, memperlambat pernafasan dan denyut jantung, serta

menekan reflex batuk. Heroin dapat memperbesar

pembuluh darah tertentu, menciptakan perasaan hangat,

mengurangi diare. Tanda khusus dari pengguna heroin

adalah mengecilnya bola mata (miosis) (Kusmiran, 2011).

d. Kodein
43

Digunakan sebagai penghalang rasa sakit

(analgesic) dan menahan batuk (antitusif). Kodein

mempunyai sifat-sifat yang tidak diinginkan sehingga

perlu pengawasan dalam penggunaan untuk pengobatan

(Kusmiran, 2011).

e. Opiate sintesis

Merupakan penghilang rasa sakit, termasuk

didalamnya adalah jenis pethidin, metadon, depipanon,

obat ini memiliki efek samping seperti morfin tetapi tidak

bersifat adiktif. Opiate murni dan sintesis termasuk

golongan opioda, cara penggunannya kadang ditelan,

dilarutkan dalam air, atau disuntikan (Kusmiran, 2011).

f. Kokain

Kokain merupakan zat perangsang yang sangat

kuat berupa bubuk Kristal putih yang di suling dari daun

coca (Erythroxylin coca). Kokain dapat menimbulkan rasa

gembira, terangsang, bertambahnya tenaga, meningkatkan

rasa percaya diri, serta mencapai perasaan sukses. Jika

diisap, efek kokain mencapai puncak 1-4 menit dan hilang

setelah 20 menit. Efek menyenangkan yang hebat secara

cepat diikuti oleh efek yang tidak menyenangkan meliputi

depresi, kelelahan, serta mendorong penggunaan kokain

secara terus menerus, kokain biasanya dipakai dengan cara


44

disuntikan tetapi bisa juga dengan cara dihirup atau

didengus (Kusmiran, 2011).

g. Kanabis atau ganja

Kanabis berasal dari tanaman cannabis satifa dan

cannabis indic, yang merupakan sejenis tanaman perdu

yang biasa digunakan sebagai obat relaksan dan untuk

mengatasi intoksikasi ringan. Bahan yang digunakan dapat

berupa daun, biji, dan bunga dari tanaman tersebut,

kanabis ini biasanya digunakan dengan cara dihisap

(Kusmiran, 2011).

h. Alkohol

Alkohol merupakan zat aktif yang terdapat dari

berbagai jenis minuman keras. Alkohol merupakan zat

yang mengandung etanol berfungsi menekan susuna saraf

pusat. Meskipun demikian, jika digunakan dalam dosis

rendh alcohol justru membuat tubuh merasa segar (bersifat

merangsang). Alcohol merupakan zat yang paling banyak

digunakan dan disalahgunakan karena dapat diterima

secara sosial. Hal ini dipahami Karena masyarakat kita

mempunyai jenis minuman tertentu yang mengandung

alcohol. Dilihat dari kandungan alkoholnya, minuman

keras terbagi dalam tiga golongn berikut ini (Kusmiran,

2011).
45

1) Golongan A. Minuman keras yang mengandung kadar

alcohol antara 1-5%. Contohnya : Bir.

2) Golonga B. Minuman keras yang mengandung kadar

alcohol anatar 5-20%. Contohnya : Anggur atau Wine.

3) Golongan C. Minuman keras yang mengandung kadar

alcohol antara 20-50%. Contohnya : wiskey, vodka,

menson house, johny walker.

i. Saditif

Saditif merupakan zat yang dapat mengurangi

system saraf pusat, sedative dapat menimbulkan rasa

santai dan emnyebabkan kantuk. Biasanya orang

menggunakan sedative karena mnegalami kecemasan yang

tinggi, stress berat, atau kesulitan tidur. Penggunaan

sedative menyebabkan ketergantungan psikologis, zat ini

juga dapat menyebabkan koma, bahkan kematian apabila

digunakan melebihi dosis yang disarankan oleh dokter

(Kusmiran, 2011).

j. Ekstasi

Dikenal dengan nama methydioxy

methamphetamine (MDMA), merupakan obat sintesis.

Ekstasi beredar dalam bentuk tablet dan kapsul terdiri

berbagai jenis, misalnya : Flash, Dollar, Flipper, Hammer

dan lain sebagainya. Efek ekstasi itu sendiri meningkatkan


46

kegembiran, kepercayaan diri, serta energy dan stamina

menjadi aktif. Efeknya timbul 30-60 menit setelah ditelan,

mencapai puncak dalam 2-4 jam, dan berlangsung antara

4-12 jam (Kusmiran, 2011).

k. Shabu

Shabu merupakankomoditas baru yang sedang naik

daun. Zat yang memiliki nama kimia methamphetamine

yang memiliki kesamaan sifat dengan ekstasi, yaitu

termasuk golongan psikotropika yang menstmulasi otak

dan dapat menyebabkan ketergantungan. Beberapa kasus

pengguna shabu dapat menyebabkan pengguna berprilaku

kasar, agresif, serta pningkatan rasa percaya diri yang

berlebihan meyebabkan prilaku tidak terkendali

(Kusmiran, 2011).

l. Kafein

Kafein merupakan zat perangsang yang ditemukan

dalam bentuk minuman seperti the, kopi, dan soda. Dalam

bentuk obat, kafein digunakan dengan cara ditelan. Dalam

dosis rendah kafein tidak berbahaya bagi tubuh dan dapat

membuat bahan menjadi segar, pengguna dalam dosis

tinggi dapat menyebabkan kegugupan, tidka dapat tidur,

gemetar, serta keracunan. Konsumsi kafein yang cukup


47

tinggi beresiko pada penyakit jantung dan berbagai jenis

kanker (Kusmiran, 2011).


48

m. Tembakau

Merupakan daun-dauan pohon tembakau yang

dikerngkan dan pada umumnya diproduksi dalam bentuk

rokok. Zat aktif dalam tembakau adalah nikotin, tar, fan

karbon monoksida (Kusmiran, 2011).

n. LSD (Lysergic Acid Diethylamide)

LSD berasal dari jamur yang tumbuh dari

kotoran sapi yang kemudian dikembangkan dalam bentuk

bubuk putih buatan yang dapat larut dalam air, lsd tersebut

tersedia dalam bentuk kapsul, gula balok, butiran kecil,

serta kertas pengisap dengan bentuk khas seperti star wars,

white dove. Penggunaan jangka pendek LSD adalah

perasaan seperti terbang yang timbul kira-kira setengah

sampai satu jam setelah penggunaan dan akan mencapai

puncaknya 2-6 jam kemudian. (Kusmiran, 2011).

2.1.4.4 Dampak Penyalahgunaan NAPZA

Menurut Kusmiran (2011), penyalahgunaan NAPZA

dapat memberikan dampak jasmani, kejiwaan dan sosial bagi

pemakai ataupun keluarga dan masyarakat. Efek NAPZA pada

tubuh tergantung dari jenis yang digunakan, banyak dan sering

tidaknya penggunaan, serta apakah penggunaan tersebut

bersamaan dengan obat lain. Efek psikologis tergantung dari


49

kepribadian, harapan, dan perasaan saat menggunakan

NAPZA, serta faktor biologis yang tergantung dari berat badan

dn kecenderungan alergi.

Organ tubuh yang secara fisiologis dipengaruhi adalan

system saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang), orgn

vital (jantung, paru, hati, dan ginjal) dan panca indra. Secara

umum, pengaruh NAPZA adalah dapat mempengaruhi organ

secara sistemik (Kusmiran, 2011).

1. Pengaruh terhadap fisik

a. Gangguan pada system saraf pusat, seperti : kejang,

halusinasi, gangguan kesadaran, dan kerusakan saraf

perifer.

b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah, seperti :

infeksi akut pada jantung dan gangguan peredaran

darah.

c. Gangguan pada paru-paru, seperti : penekanan fungsi

saluran pernafasan, kesulitas bernafas, pengerasan

jaringan paru-paru, serta pengumpulan benda asing

yang terisap.

d. Gangguan pada hemopoetik, seperti : gangguan pada

pembentukan sel darah.


50

e. Gangguan pada slauran pencernaan, seperti : diare,

radang lambung, hepatitis, perlemakan hati,

pengerasan dan atropsi hati.

f. Gangguan pada system endokrin, seperti : penurunan

fungsi hormone reproduksi ( estrogen, progesterone,

terstosterone ), penurunan kadar gula darah yang

menyebabkan gangguan sakit kepala dan badan

gemetar.

g. Gangguan pada saluran perkemihan, seperti : infeksi,

gangguan fungsi seksual, gangguan fungsi reproduksi,

dan kecacatan.

h. Gangguan pada otot dan tulang, seperti : peradangan

otot akut, penurunan fungsi otot akibat alcohol,

ataupun patah tulang.

i. Resiko terinfeksi penyakit menular seksual

HIV/AIDS.

2. Pengaruh kejiwaan

Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan

bermacam-macam akibat, seperti penggunaan psikotik

(gangguan jiwa berat), depresi, tindka kekerasan, dan

pengrusakan serta percobaan bunuh diri. Depresi timbul

sebagai mekanisme rasa bersalah dan putus asa karena

gagal berhenti dari penyalahgunaan obat ditambah


51

kurangnya dukungan dan tuduhan bersalah oleh

lingkungan keluarga dan masyarakat.

3. Faktor individu

Penyalahgunaan obat dipengaruhi oleh keadaan

mental, kondisi fisik dan psikologis seseorang, kondisi

mental seperti gangguan kepribadian, depresi, dan

retardasimental dapat memperbesar kecenderungan

seseorang untuk menyalahgunakan narkotika.

a. Depresian

Jenis obat yang berfungsi untuk mengurangi

aktivitas fungsional tubuh, obat ini dapat membuat

pemakai merasa tenang dan membuat tidur atau tidk

sadarkan diri. Jenis obat ini antara lain adalah opioda,

opium, morfin, heroin, kodein, opiate sentesis, dan

seditif.

b. Stimulan

Berbagai jenis zat yang dapat merangsang fungsi

tubuh dan meningkatkan gairah kerja (segar dan

bersemangat) serta kesadaran. Jenis obat yang

mengandung stimulant anatara lain kafein, kokain,

amphetamine, dan ekstasi.

c. Halusinogen
52

Zat atau obat yang dapat menimbulkan efek

halusinasi yang bersifat merubah perasaan dan pikiran.

Sering kali menciptakan daya pandang yang berbeda

sehingga seluruh perasaan terganggu. Zat atau bahan

yang emmiliki zat halusinogen antara lain ganja,

kanabis, mescaline, LSD, dan lain-lain.

2.1.4.5 Faktor Risiko Penyalahgunaan Napza

Menurut Soetjiningsih (2010), faktor risiko yang

menyebabkan penyalahgunaan napza anatara lain faktor

genetic, lingkungan keluarga, pergaulan (teman sebaya), dan

karakteristik individu.

a. Faktor Genetik

Risiko faktor genetik didukung oleh hasil penelitian

bahwa remaja dari orang tua kandung alkoholik

mempunyai risiko 3-4 kali sebagai peminum alkohol

dibandingkan remaja dari orang tua angkat alkoholik.

Penelitian lain membuktkan remaja kembar monozigot

mempunyai resiko alkoholik lebih besar dibandingkan

remaja kembar dizigot.

b. Lingkungan Keluarga

Pola asuh dalam keluarga sangat besar pengaruhnya

terhadap penyalahgunaan NAPZA. Pola asuh orang tua


53

yang demokratis dan terbuka mempunyai risiko

penyalahgunaan NAPZA lebih rendah dibandingkan

dengan pola asuh orang tua dengan disiplin yang ketat.

Fakta berbicara bahwa tidak semua keluarga mampu

menciptakan kebahagiaan bagi semua anggotanya. Banyak

keluarga mengalami problem-problem tertentu. Salah

satunya ketidakharmonisan hubungan keluarga. Banyak

keluarga berantakan yang ditandai oleh relasi orang tua

yang tidak harmonis dan matinya komunikasi antara

mereka.

c. Pergaulan (Teman Sebaya)

Di dalam mekanisme terjadinya penyalahgunaan

NAPZA, teman kelompok sebaya mempunyai pengaruh

yang dapat mendorong atau mencetuskan penyalahgunaan

NAPZA pada diri seseorang. Pengaruh teman kelompok ini

tidak hanya pada saat perkenalan pertama dengan NAPZA,

melainkan juga menyebabkan seseorang tetap

menyalahgunakan NAPZA, dan yang menyababkan

kekambuhan (relapse).

d. Karakteristik Individu

1) Umur

Pada umur ini secara kejiwaan masih sangat labil,

mudah terpengaruh oleh lingkungan, dan sedang


54

mencari identitas diri serta senang memasuki kehidupan

kelompok.

2) Pendidikan

Pendidikan mempunyai risiko penyalahgunaan

NAPZA yang berkaitan dengan cara berpikir,

kepemimpinan, pola asuh, komunikasi, serta

pengambilan keputusan dalam keluarga. Pendidikan

yang rendah berakibat sulit untuk berkembang

menerima informasi baru serta mempunyai pola pikir

yang sempit.

2.1.4.6 Pendidikan Pencegahan Napza di Sekolah

Menurut Joewana dan Martono dalam Dian (2014),

pendidikan pencegahan adalah upaya jangka panjang. Upaya

itu perlu dilakukan sedini mungkin, mulai dari anak usia SD

hingga SMA, bahkan pada anak usia balita. Hasilnya baru

tampak setelah 5-6 tahun, itu pun jika program diselenggarakan

secara berkesinambungan dan dengan metode yang efektif.

Pendidikan disekolah mempunyai tujuan umum, yaitu :

a. Meningkatkan sikap dan prilaku positif yang dapat

mencegah penyalahgunaan narkoba, kekerasan, dan

perbuatan negative lainnya.


55

b. Terampil menolak tekanan tawaran narkoba dan terlihat

kekerasan.

c. Dapat berpartisipasi aktif dalam upaya pencegahan

penyalahgunaan narkoba dan kekerasan lingkungannya.

Ada beberapa jenis pendidikan pencegahan menurut

Joewana dan Martono dalam Dian (2014) :

a. Pendekatan informative

Pendekatan informatif sering kali menjadi bobot

terbesar upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba di

Negara kita, denga sasaran utamanya adalah remaja.

Upaya untuk dilakukan, dengan asumsi, bahwa remaja

tidak mengetahui bahayanya. Oleh karena itu mereka perlu

informasi tentang bahayanya. Pemberian informasi sering

disampaikn dengan menekankan dampak buruk atau

negatif pemakaina narkoba.

b. Pendekatan afektif

Pendekatan afektif didasarkan pada teori

perkembangan kepribadian yang menyatakan bahwa

pemakaian narkoba pada remaja adalah bagian dari prilaku

remaja, sebagai tanda keinginan mereka untuk mandiri,

pendekatan ini menekankan pada penyalahgunaan

narkoba, tetapi lebih pada kebutuhan mental

emosionalnya, sehungga dapat mengurangi alasan


56

pemakaian narkoba. Disekolah misalny, diciptakan

susasana yang dapat memberi dukungan pada kebutuhan

mental emosional remaja, juga cara meningkatkan percaya

diri dan penilain diri.

c. Pendidikan yang berorientasi pada situasi penawaran

Pemberian informasi tetap diperlukan, tetapi harus

dikaitkan dengan upaya untuk merubah sikap, terutama

keterampilan siswa dalam mengambil keputusan, ketika

dihadapkan pada berbagai situasi penawaran narkoba.

Situasi penawarans elalu terjadi dalam kehidupan sehari-

hari disekolah, dirumah, lingkungan, dan lain-lain.

Anak dan remaja cenderung ingin tahu atau inign

mencoba, terutama mereka yang menyukai sensasi dan

sennag menantang bahaya. Pada anak yang lebih pasif,

pemberian informasi demikian, malah mengandung

kecemasan. Kecemasan akan menyababkan

ketidakmampuan anak berfikir dan bertindak secara

rasional, dengan mengunakan daya nalar sehat.

Anak perlu memahami dan terampil menghadapi

kemungkinan penawaran narkoba, karena penyalahgunaan

selalu diawali pengguna pertama kali, sebagai pemakai

coba-coba, didorong keingintahuanm atau keinginan untuk


57

mencoba. Oleh karena itu, anak perlu dilatih agar terampil

menolak tawaran pemakaian dan peredaran narkoba.

d. Kegiatan alternative

Dengan memberikan kegiatan alternatif sebagai

pengganti pemakaian anrkoba, dianggap prilaku remaja

lebih positif, ada tiga cara pendekatan yang dapat

dialkukan:

1) Memberi kegiatan yang cocok dengan kebutuhan

remaja

2) Mendorong partisipasi pada kegiatan-kegiatan yang

telah ada, dan

3) Memberi kesempatan agar remaja mengembangkan

kegiatannya.

4) Latihan peningkatan pengembangan diri

Diasumsikan bahwa pemakaian narkoba dicegah

dengan meningkatkan kompetensi sosial dan

keberhasilan seseorang. Kompetensi sosial diartikan

sebagai percaya diri, yaitu kemampuan untuk tidka

menyetujui, menolak, mengajukan permintaan, dan

untuk memulai percakapan. Keberhasilan seseorang

diartikan sebagai kemampuan seseorang menampilkan

prilakunya agar mengahasilkan sesuatu sesuai dengan

harapannya. Remaja bereksperimen dengan narkoba


58

sebagai penolakan terhadap tuntunan keberhasilan dan

kopetensi sosial.

5) Latihan keterampilan kognitif

Pendekatan latihan keterampilan kognitif didasarkan

pada sumsi bahwa remaja adalah masa saat mereka

peroleh keterampilan dewasa, mengekporasi sebahagi

pilihan, serta mengambil resiko. Remaja dilatih

keterampilan yang membuat mereka menikmati

kebahagiaan, kesehatan, dan kehidupan sejahtera.

6) Latihan keterampilan mengelola kehidupan sehari-hari

Komponen substansi penyalahgunaan narkoba :

7) Pengaruh jangka pendek dan jangka panjang narkoba

8) Informasi angka pengguna di antara remaja dan

dewasa untuk mengoreksi harapan normatifnya

terhadap pemakaian narkoba.

9) Informasi atau latihan di kelas mengenai pengaruh

narkoba pada tubuh.

10) Tekanan media untuk merokok meninum-minuman

beralkohol.

11) Teknik menolak tekanan kelompok sebaya untuk

merokok, meminum-minuman beralkohol, atau

memakai narkoba.

Komponen keterampilan personal :


59

1) Cara pengambilan keputusan untuk mendorong pola

pikir kreatif dan pengambilan keputusan yang

bertanggung jawab.

2) Cara mengatasi cemas (cara mengendalikan diri secara

kognitif dan prilaku).

Komponen keterampilan sosial :

1) Keterampilan berkomunikasi dengan efektif.

2) Keterampilan sosial secara umum : mengawali

interaksi sosial, keterampilan berbicara, dan

memberikan penghargaan.

3) Keterampilan dalam hubungan sosial antra pria dan

wanita

4) Keterampilan verbal dan non verbal untuk

meningkatkan percaya diri.

2.2 Penelitian yang Relevan

a. Penelitian Dian Nurhidayatuloh (2014) dengan judul hubungan

pengetahuan siswa terhadap tindakan pencegahan penyalahgunaan

NAPZA di SMK Auto Matsuda Kuningan. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui dan menganalisa hubungan pengetahuan siswa terhadap

tindakan pencegahan penyalahgunnaan NAPZA di SMK auto Matsuda

Kuningan. Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan analitik

kolerasional dengan metode kuantitatif dan rncangan penelitian crosss


60

sectional. Penelitian ini dilakukan di SMK auto Matsuda Kuningan.

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 91 siswa dengan

rondom sampling. Instrument penelitian berupa kuesioner. Hasil penelitian

ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan

dengan pencegahan penylahgunaan NAPZA, dengan nilai P=0.016

(<0,05) dengan nilai korelas spearmen sebesar-,250.

b. Penelitian Novita S. (2012) dengan judul hubungan pengetahuan remaja

tentang NAPZA dengan sikap remaja terhadap penyalahgunaan NAPZA.

Tujuan penelitian ini untuk mencari ada tau tidaknya hubungan antara

pengetahuan remaja tentang NAPZA dengan sikap remaja tentang

penyalahgunaan NAPZA. Desain penelitian ini observasional analitik dan

menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi 259 orang, sampel 157

responden, teknik sampling probability sampling dengan pengambilan

sampel secara proportionate stratified random sampling. Hasil penelitian

ini dengan uji square di peroleh x2 hitung (9,607) > x2 tabel (5,991)

sehingga hasilnya menunjukan terdapat hubungan antara tingkat

pengetahuan tentang NAPZA dengan sikap dalam penyalahgunaan

NAPZA, uji statistic menggunakan chi square. Tempat penelitian ini di

laksanakan di SMAN 1 Sleman pada tahun 2017.

c. Amirudin (2012), melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan

dan sikap remaja tentang NAPZA di SMAN 1 Bungoro Kabupaten

Pangkep. Tujuan penelitian ini untuk mencari gambaran umum

pengetahuan remaja dan sikap remaja terhadap NAPZA. Desain penelitian


61

ini adalah deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan pengetahuan dan

sikap. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengetahuan responden

mengenai NAPZA berada pada katagori baik (95,6%), dan responden

umumnya bersikap positif atas pengetahuannya tentang NAPZA (96,7%).


62

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah kerangka hubungan antara konsep - konsep

yang ingin di amati atau diukur melalui penelitian - penelitian yang akan

dilakukan (Notoatmodjo, 2015).

Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan adalah merupakan hasil

tahu seseorang yang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra pengelihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan manusia diperoleh

sebagian besar diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun

pengalaman orang lain, media masa maupun lingkungan.

Remaja menurut kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia anatara

10 sampai 19 tahun, sedangkan perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut

kaum muda usia antara 15 sampai 24 tahun. Sementara itu, menurut The

Health Resaources and Services Administrations Guidelines Amerika Serikat,

rentang usia remaja adalah 11 sampai 21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap,

yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja menengah (15-17 tahun), dan remaja

akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum

muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun (Kusmiran,2011).

Narkoba merupakan zat psikoaktif narkotika,psikotropika dan bahan-

bahan berbahayalainnya. Selain itu juga dapat diartikan sebagai bahan atau

zat-zat kimiawi yang jika masuk ke dalam tubuh baik secara oral (dimakan,

diminum, atau di telan), diisap, dihirup, atau disuntikan dpat mengubah

suasana hati, perasaan, dan prilaku seseorang. Hal ini dapat menimbulkan
63

gangguan keadaan sosial yang ditandai dengan indikasi negative, waktu

pemakaian yang panjang dan pemakaian dosis yang berlebihan (Kusmiran,

2011).

Berdasarkan uraian teori, maka kerangka pemikiran dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran

Faktor-faktor yang mempengaruhi


pengetahuan:
a. Pengalaman
b. Pendidikan Kriteria:
c. Keyainan Pengetahuan 1. Baik
d. Fasilitas 2. Cukup
e. Penghasilan 3. Kurang
f. Sosial Budaya

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap:


a. Pengalaman pribadi
b. Kebudayaan
c. Orang lain yang dianggap penting Sikap Pencegahan Kriteria:
d. Media massa Penyalahgunaan 1. Positif
e. Institusi atau lembaga pendidikan Napza 2. Negatif
dan lembaga agama
f. Faktor emosi dalam diri individu

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

Sumber: Notoatmodjo (2012), Azwar dalam Budiman dan Riyanto (2013)


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu deskriptif korelasional dengan pendekatan

cross sectional. Penelitian korelasi bertujuan untuk mengidentifikasi dan

mengukur variabel serta mencari hubungan antar variabel yang diteliti

(Arikunto, 2010). Pendekatan cross sectional yaitu suatu pendekatan dimana

pengukuran variabel-variabel yang diteliti dilakukan dalam waktu yang

bersamaan (Arikunto, 2010).

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hubungan pengetahuan

dengan sikap pencegahan penyalahgunaan napza pada siswa di SMP Negeri 2

Cidahu Kuningan tahun 2019 yang disajikan dalam kerangka konsep sebagai

berikut:

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Sikap Pencegahan
Pengetahuan Penyalahgunaan
Napza

64
65

3.2 Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep

tertentu (Arikunto, 2010).

3.2.1 Variabel Independen

Variabel independen yaitu variabel yang diselidiki pengaruhnya

(Arikunto, 2010). Variabel independen pada penelitian ini yaitu

pengetahuan.

3.2.2 Variabel Dependen

Variabel dependen yaitu variabel yang diramalkan akan timbul

dalam hubungan fungsional dengan atau sebagai pengaruh dari

variabel bebas (Arikunto, 2010). Variabel dependen (terikat) dalam

penelitian ini yaitu sikap pencegahan penyalahgunaan napza.

3.3 Definisi Konseptual dan Operasional

3.3.1 Definisi Konseptual

Definisi konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati (diukur)

melalui penelitian yang dimaksud (Notoatmodjo, 2015).


66

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba

(Notoatmodjo, 2012).

b. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup

dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi

sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan

terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. (Wawan dan Dewi,

2010).

3.3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan sesuatu yang diamati, memungkinkan peneliti

untuk cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Notoatmodjo,

2015).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Definisi Alat
Variabel Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
Variabel Hal-hal yang Lembar Angket 1. Baik: 76- Ordina
Independen: diketahui oleh Kuesion 100% l
Pengetahuan siswa er 2. Cukup:
mengenai 56-75%
napza 3. Kurang: ≤
55%
67

Variabel Respon siswa Lembar Angket 1. Positif : ≥ Ordina


Dependen: mengenai Kuesion nilai l
Sikap pencegahan er mean/medi
Pencegahan penyalahguna an
Penyalahguna an napza 2. Negatif : <
an Napza nilai
mean/medi
an

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri

dari manusia hewan, tumbuhan gejala nilai tes, atau peristiwa, sebagai

sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu

penelitian (Notoatmodjo, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa SMP Negeri 2 Cidahu Kuningan yang berjumlah 500

siswa.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

(Notoatmodjo, 2015). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini

dengan purposive sampling yaitu suatu teknik penetapan sample

dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang

dikehendaki peneliti. Pengambilan sampel dilakukan dengan

menggunakan metode perhitungan sebagai berikut :

N
n= 2
1+ N ( d)
68

Keterangan:

N = Besar Populasi

n = Besar Sampel

d = Tingkat kelengkapan (0,1) (Arikunto, 2013).

500
n= 2
1+500( 0,1)

500
n=
1+500(0,01)

500
n=
1+5,00

500
n=
6,00

n=83,33

Berdasarkan hasil perhitungan sampel di atas, maka jumlah

sampel dalam penelitian ini sebanyak 83 siswa SMP Negeri 2 Cidahu

Kuningan. Dalam penelitian ini subyek penelitian ini dibatasi dengan

kriteria inklusi dan ekslusi, yaitu sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian

dapat mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat menjadi

sampel (Notoatmodjo, 2015). Kriteria inklusi dalam penelitian ini

adalah :

a) Siswa di sekolah SMPN 2 Cidahu Kuningan.

b) Siswa yang hadir dan bersedia menjadi responden.

2. Kriteria Eksklusi
69

Kriteria ekslusi adalah kriteria dimana subyek penelitian

tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo, 2015). Kriteria ekslusi

pada penelitian ini adalah :

a) Sampel yang tidak masuk kelas

b) Sampel yang tidak bersedia diwawancarai.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk meneliti dengan

mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik

(Notoatmodjo, 2015). Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah

lembar kuesioner.

Lembar kuesioner yang digunakan untuk mengukur pengetahuan terdiri

dari dari 20 pertanyaan yang diadopsi dari penelitian Dian (2014)

menggunakan skala gutmann dengan alternatif jawaban yaitu ya (skor 1) dan

tidak (skor 0). Kuesioner pengetahuan telah dilakukan uji validitas reliabilitas

dengan nilai r hitung > r tabel (0,361) dan nilai alpha cronbach sebesar 0,924

(Dian, 2014).

Lembar kuesioner yang digunakan untuk mengukur sikap terdiri dari

dari 20 pernyataan yang diadopsi dari Dian (2014) menggunakan skala

gutmann dengan alternatif jawaban yaitu ya (skor 1) dan tidak (skor 0).

Kuesioner sikap telah dilakukan uji validitas reliabilitas dengan nilai r hitung

> r tabel (0,361) dan nilai alpha cronbach sebesar 0,912 (Dian, 2014).
70
71

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan oleh peneliti berupa data

primer. Data primer adalah data yang yang dikumpulkan oleh peneliti secara

langsung terhadap responden untuk mendapatkan tanggapan informasi,

jawaban, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2015). Alat pengambilan data

langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari melalui

kuesioner. Adapun langkah-langkah pengumpulan data yang akan dilakukan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mencari informasi/klarifikasi ulang tentang jumlah responden dengan

spesifikasi yang sesuai dengan sampel penelitian.

b. Perkenalan dengan sampel penelitian, meminta kesediaan menjadi

responden.

c. Memberikan informasi tentang tujuan penelitian, manfaat penelitian,

jaminan kerahasiaan sampel penelitian dan peran yang dapat dilakukan.

d. Setelah dilakukan penjelasan dan subyek penelitian mengerti, lalu berikan

surat persetujuan untuk menjadi responden yang ditanda tangani oleh

responden.

e. Memberi petunjuk pengisian kuesioner dengan cara mengisi atau

menjawab pertanyaan.

f. Mengumpulkan kuesioner dan meneliti jawaban yang akan diteliti.


72

3.7 Teknik Pengolahan Data

Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka

dilakukan tahap pengolahan data yang melalui beberapa data yang melalui

beberapa tahapan (Notoatmodjo, 2015) sebagai berikut:

a. Editing

Hasil penelitian dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu.

Apabila ada jawaban-jawaban yang belum lengkap, kalau memungkinkan

perlu dilakukan pengambilan data ulang untuk melengkapi jawaban-

jawaban tersebut. Apabila tidak memungkinkan, maka pertanyaan yang

jawabannya tidak lengkap tersebut tidak diolah atau dimasukkan dalam

pengolahan “data missing”.

b. Coding

Setelah semua kuisioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

peng “kodean” atau “coding” yakni mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan.

c. Data Entry

Data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam

program/software komputer.

d. Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan

sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.


73

3.8 Teknik Analisa Data

3.8.1 Analisa Univariat

Penelitian ini menggunakan analisis univariat yang bertujuan

untuk menjelaskan karakteristik masing-masing variabel penelitian,

untuk variabel berskala kategorik, kecenderungan pemusatan data

dianalisis dengan cara menentukan proporsi (prosentase) dari masing-

masing kategori pengamatan pada tiap variabel. Analisa univariat

digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi suatu data

penelitian dengan rumus sebagai berikut:

f
p= ×100 %
n

Keterangan:

p = Prosentase

f = Jumlah sampel yang diambil

n = Jumlah populasi (Arikunto, 2010).

Distribusi frekuensi hasil penelitian disajikan dalam tabel

sebagai berikut:

Variabel Frekuensi Persentase


A
B
Jumlah

Interpretasi data hasil penelitian menurut Arikunto (2010)

adalah sebagai berikut:

No Skala Pengukuran Interpretasi


1 0 Tidak ada satupun
2 1%-25% Sebagian kecil responden
74

3 26%-49% Kurang dari setengah responden


4 50% Setengahnya responden
5 51%-75% Lebih dari setengahnya responden
6 76%-99% Sebagian besar responden
7 100% Seluruh responden

3.8.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Setelah data

terkumpul, selanjutnya data dianalisa menggunakan chi square (χ2).

Adapun rumus chi square (χ2) yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

χ =
∑ ( fo−fh )
2
fh

Keterangan:

χ 2 = Chi kuadrat

fo = frekuensi yang diobservasi

fh = frekuensi yang diharapkan (Notoatmodjo, 2015)

Uji chi square (χ2) dengan tingkat kepercayaan 95% (ρ < 0,05)

untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen dengan keputusan hipotesis sebagai berikut:

a. Apabila ρ ≤ 0,05: Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen.

b. Apabila ρ > 0,05: Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen.


75

Tabulasi silang (cross tabulation) untuk mengetahui korelasi

antar dua variabel yang disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Y
Jumlah P
X A B
Value
n % n % n %
A
B
Jumlah

3.9 Etika Penelitian

Peneliti berusaha memperhatikan hak partisipan dengan selalu

memperhatikan prinsip-prinsip etika penelitian. Prinsip-prinsip etika yang

harus diperhatikan dalam melakukan penelitian (Notoatmodjo, 2015) adalah:

a. Lembar Persetujuan Penelitian (inform consent)

Lembar persetujuan diedarkan sebelum penelitian dilaksanakan

agar responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian, serta dampak

yang akan terjadi selama dalam pengumpulan data. Jika responden

bersedia diteliti, mereka harus menandatangani lembar persetujuan

tersebut, jika tidak, peneliti harus menghormati hak-hak responden.

b. Tanpa Nama (anonimity)

Untuk menjaga kerahasian identitas responden, peneliti tidak

mencantumkan nama responden pada kuesioner yang di isi oleh

responden. Lembar tersebut diberi kode-kode tertentu, misalnya dengan

menggunakan inisial.
76

c. Kerahasiaan (confidentialitiy)

Kerahasian informasi yang telah dikumpulkan oleh subyek dijamin

kerahasiannya dengan tidak mempublikasikan nama responden. Hanya

data tertentu saja data yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil

riset.

d. Voluntary (suka rela)

Penelitian harus bersifat sukarela, tidak ada unsur paksaan atau

tekanan secara langsung maupun tidak langsung atau paksaan secara halus

atau adanya unsur ingin menyenangkan atau adanya ketergantungan

finansial, hubungan tidak setara, misalnya atasan-bawahan, dosen-

mahasiswa, bidan/dokter-pasien dan lain-lain. Untuk menjamin

kesukarelaan pasien obyek sebagai penelitian maka diperlukan informed

consent.

3.10 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 17 Juli 2019. Tempat

penelitian dilakukan di RSD Gunung Jati Kota Cirebon.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan antara

pengetahuan dengan sikap pencegahan penyalahgunaan napza pada siswa di SMP

Negeri 2 Cidahu Kuningan tahun 2019 pada 83 responden telah diolah dan

dianalisis secara deskriptif korelasi di bawah ini.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Analisis Univariat

4.1.1.1 Pengetahuan Tentang Napza Pada Siswa di SMP Negeri 2

Cidahu Kuningan tahun 2019

Berdasarkan hasil analisis data pengetahuan tentang

napza pada siswa di SMP Negeri 2 Cidahu Kuningan tahun

2019 terhadap 83 responden secara deskriptif dapat dilihat pada

tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1 Pengetahuan Tentang Napza Pada Siswa di SMP


Negeri 2 Cidahu Kuningan tahun 2019

Pengetahuan Frekuensi Persentase


Baik 55 78,3%
Cukup 14 16,9%
Kurang 4 4,8%
Jumlah 83 100%

Berdasarkan tabel 4.1, menunjukkan bahwa

pengetahuan tentang napza pada siswa dalam kategori baik

sebanyak 55 orang (78,3%), cukup sebanyak 14 orang (16,9%)

dan kurang sebanyak 4 orang (4,8%), Sebagian kecil responden

77
78

yaitu 4 orang (4,8%) memiliki pengetahuan kurang.

4.1.1.2 Sikap Pencegahan Penyalahgunaan Napza Pada Siswa di

SMP Negeri 2 Cidahu Kuningan tahun 2019

Berdasarkan hasil analisis data sikap pencegahan

penyalahgunaan napza pada siswa di SMP Negeri 2 Cidahu

Kuningan tahun 2019 terhadap 83 responden secara deskriptif

dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.2 Sikap Pencegahan Penyalahgunaan Napza Pada


Siswa di SMP Negeri 2 Cidahu Kuningan tahun 2019

Sikap Frekuensi Persentase


Positif 50 60,2%
Negatif 33 39,8%
Jumlah 83 100%

Berdasarkan tabel 4.2, menunjukkan bahwa sikap

pencegahan penyalahgunaan napza pada siswa dalam kategori

baik sebanyak 50 orang (60,2%) dan cukup sebanyak 33 orang

(39,8%), Kurang dari setengah responden yaitu 50 orang

(39,8%) memiliki sikap negatif.

4.1.2 Analisis Bivariat

Analisis hubungan antara pengetahuan dengan sikap

pencegahan penyalahgunaan napza pada siswa di SMP Negeri 2

Cidahu Kuningan tahun 2019 dinilai berdasarkan hasil uji statistik chi

square (χ2) yang disajikan dalam tabel sebagai berikut:


79

Tabel 4.3 Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Pencegahan


Penyalahgunaan Napza Pada Siswa di SMP Negeri 2 Cidahu
Kuningan tahun 2019

Sikap
Pengetahua P value
n Positif Negatif Jumlah
n % n % n %
Baik 46 70,8 19 29,2 65 100
Cukup 4 28,6 10 71,4 14 100
0,001
Kurang 0 0 4 100 4 100
Jumlah 50 60,2 33 39,8 83 100

Berdasarakan pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian

besar responden (70,8%) dengan pengetahuan baik memiliki sikap

baik. Hasil uji statistik diperoleh ρ value (0,001) < α (0,05) dengan

demikian menunjukkan bahwa Ha diterima artinya terdapat hubungan

antara pengetahuan dengan sikap pencegahan penyalahgunaan napza

pada siswa di SMP Negeri 2 Cidahu Kuningan tahun 2019.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengetahuan Tentang Napza Pada Siswa di SMP Negeri 2 Cidahu

Kuningan tahun 2019

Berdasarkan hasil analisis data pengetahuan tentang napza pada

siswa di SMP Negeri 2 Cidahu Kuningan tahun 2019 diperoleh hasil

pengetahuan tentang napza pada siswa dalam kategori baik sebanyak

55 orang (78,3%), cukup sebanyak 14 orang (16,9%) dan kurang

sebanyak 4 orang (4,8%), Sebagian kecil responden yaitu 4 orang

(4,8%) memiliki pengetahuan kurang.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah


80

orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo,

2012).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Simangunsong

(2015) di SMUN 20 Medan yang menunjukkan bahwa sebagian besar

siswa dengan tingkat pengetahuan terbanyak yaitu tingkat baik

sebanyak 69 orang (69%), Sedangkan hasil penelitian Nanter (2019),

tingkat pengetahuan anak jalananan binaan Rumah Singah Ahmad

Dahlan tentang penyalahgunaan napza paling banyak memiliki

pengetahuan cukup sebanyak 23 (76,7%).

Tingkatan dalam pengetahuan ada enam antara lain tahu (know),

memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis),

sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Enam domain dalam

tingkatan pengetahuan harus diberikan sehingga hasil yang diinginkan

untuk merubah suatu perilaku dapat tercapai. Perilaku yang didasari

pengetahuan akan menjadi langgeng dari pada perilaku yang tidak

didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan mengenai penyalahgunaan narkoba merupakan

hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap informasi mengenai penyalahgunaan narkoba.

Pengetahuan mengenai penyalahgunaan narkoba dapat berasal dari

berbagai sumber, misalnya perolehan sumber informasi, hidup


81

ditempat tinggal dengan angka kriminalitas tinggi, perilaku orang tua

yang juga sebagai pengguna narkoba, pengaruh kelompok sebaya,

serta rendahnya tingkat pendidikan (Notoatmodjo, 2012).

Upaya yang harus dilakukan siswa adalah dengan

mempertahankan dan meningkatkan pengetahuannya tentang

pencegahan penyalahgunaan napza dengan mencari informasi dari

penyuluhan, media cetak dan media elektronik yang membahas

pencegahan penyalahgunaan napza. Petugas kesehatan hendaknya

dapat memberikan pendidikan kesehatan pada siswa mengenai

pencegahan penyalahgunaan napza.

4.2.2 Sikap Pencegahan Penyalahgunaan Napza Pada Siswa di SMP

Negeri 2 Cidahu Kuningan tahun 2019

Berdasarkan hasil analisis data sikap pencegahan

penyalahgunaan napza pada siswa di SMP Negeri 2 Cidahu Kuningan

tahun 2019 diperoleh hasil sikap pencegahan penyalahgunaan napza

pada siswa dalam kategori baik sebanyak 50 orang (60,2%) dan cukup

sebanyak 33 orang (39,8%), Kurang dari setengah responden yaitu 50

orang (39,8%) memiliki sikap negatif.

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu

tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih

dahulu dari perilaku yang tertutup. (Wawan dan Dewi, 2010).


82

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Simangunsong

(2015) di SMUN 20 Medan yang menunjukkan bahwa sebagian besar

siswa dengan tingkat sikap cukup sebanyak 63 orang (63%).

Sedangkan hasil penelitian Nanter (2019), sikap anak jalananan binaan

Rumah Singgah Ahmad Dahlan tentang penyalahgunaan NAPZA

paling banyak sikap kategori sedang sebanyak 18 (60%)

Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan

mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak

mendukung atau tidak memihak (unfavourable) pada obyek tersebut.

Sikap dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pengalaman

pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa,

institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama dan faktor

emosi dalam diri individu (Azwar dalam Budiman dan Riyanto, 2013).

Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan

informasi dan pengaruh kelompok pergaulan sosial seperti teman

sebaya. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain

atau objek lain. Sikap positif terhdap nilai- nilai kesehatan tidak terlalu

terwujuddalam suatu tindakan nyata, hal ini disebabkan oleh beberapa

alasan berikut, sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung

pada situasi saat ini, sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan

yang mengacu kepada pengalaman orang lain berdasarkan pada

banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang dan nilai

(Simangunsong, 2015).
83

Upaya yang harus dilakukan siswa adalah dengan

mempertahankan dan meningkatkan sikapnya dalam pencegahan

penyalahgunaan napza mengan menambah informasi dari penyuluhan,

media cetak dan media elektronik yang membahas pencegahan

penyalahgunaan napza. Petugas kesehatan hendaknya dapat

memberikan edukasi mengenai cara yang baik dalam mencegah

penyalahgunaan napza di lingkungan sekolah.

4.2.3 Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Pencegahan

Penyalahgunaan Napza Pada Siswa di SMP Negeri 2 Cidahu

Kuningan tahun 2019

Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan sikap

pencegahan penyalahgunaan napza pada siswa di SMP Negeri 2

Cidahu Kuningan tahun 2019 menunjukkan bahwa sebagian besar

responden (70,8%) dengan pengetahuan baik memiliki sikap baik.

Hasil uji statistik diperoleh ρ value (0,001) < α (0,05) dengan

demikian menunjukkan bahwa Ha diterima artinya terdapat hubungan

antara pengetahuan dengan sikap pencegahan penyalahgunaan napza

pada siswa di SMP Negeri 2 Cidahu Kuningan tahun 2019.

Pengetahuan yang didapatkan oleh responden sangat

berpengaruh terhadap sikap siswa dalam pencegahan penyalahgunaan

napza. Pengetahuan mampu dikembangkan oleh manusia karena

manusia mempunyai bahasa yang mampu mengomunikasikan


84

informasi yang telah diperoleh. Perolehan sumber informasi mengenai

penyalahgunaan narkoba pada responden dapat berasal dari media

seperti internet, media cetak, media elektornik, handphone dan

penyuluhan (Notoatmojo, 2012).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Nanter (2019)

menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan dan sikap

anak jalanan tentang penyalahgunaan NAPZA di rumah singgah

binaan Ahmad Dahlan Yogyakarta, harga koefisien nilai pvalue

sebesar 0,001 < 0,05 dengan nilai keeratan 0,574 termasuk dalam

kategori sedang. Sedangkan hasil penelitian Saputro (2011)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat

pengetahuan tentang NAPZA dengan sikap dalam penyalahgunaan

NAPZA pada siswa SMA Al-Islam 3 Surakarta.

Perwujudan dari sikap dapat melalui pengetahuan, namun suatu

sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan. Terjadinya

perubahan sikap yang dipengaruhi oleh pengetahuan, sebagai mana

pendapat Wawan dan Dewi (2010), bahwa pembentukan sikap

dipengaruhi oleh pengetahuan, pengetahuan seseorang tentang suatu

objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif. Kedua

aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin banyak

aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap

makin positif terhadap objek tertentu.

Menurut Azwar dalam Budiman dan Riyanto (2013), sikap


85

seseorang akan dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan,

orang yang dianggap penting, media masa, lembaga pendidikan, dan

emosi. Dari faktor-faktor ini terdapat faktor yang yang berpengaruh

besar terhadap pengetahuan yaitu pengalaman pribadi, media masa,

dan lembaga pendidikan. Semakin bayak pengalaman dan semakin

tinggi pendidikan seseorang maka akan menambah pengetahuan orang

tersebut sehingga akan menghasilkan sikap yang positif

Upaya yang harus dilakukan siswa dengan adanya hubungan

antara pengetahuan dengan sikap pencegahan penyalahgunaan napza

pada siswa, maka siswa harus selalu meningkatkan pengetahuannya

tentang pencegahan penyalahgunaan napza agar siswa memiliki sikap

yang positif dalam pencegahan penyalahgunaan napza. Siswa dapat

mencari informasi terkait pencegahan penyalahgunaan napza dari

sekolah, penyuluhan, media cetak maupun media elektronik. Petugas

kesehatan hendaknya dapat memberikan pemberian informasi

mengenai bahaya napza bagi siswa secara berkelanjutan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 83 responden di

SMP Negeri 2 Cidahu Kuningan, maka dapat disusun kesimpulan sebagai

berikut:

1. Pengetahuan tentang napza pada siswa di SMP Negeri 2 Cidahu Kuningan

tahun 2019 diperoleh sebagian besar responden yaitu 55 orang (78,3%)

memiliki pengetahuan baik.

2. Sikap pencegahan penyalahgunaan napza pada siswa di SMP Negeri 2

Cidahu Kuningan tahun 2019 diperoleh lebih dari setengah responden

yaitu 50 orang (39,8%) memiliki sikap positif.

3. Hasil uji statistik diperoleh ρ value (0,001) < α (0,05) menunjukkan bahwa

Ha diterima artinya terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap

pencegahan penyalahgunaan napza pada siswa di SMP Negeri 2 Cidahu

Kuningan tahun 2019.

5.2 Saran

a. Bagi SMP Negeri 2 Cidahu Kuningan

Diharapkan hasil penelitian ini menambah informasi tentang

hubungan antara pengetahuan dengan sikap pencegahan penyalahgunaan

86
87

napza pada siswa dan masukan dalam menyusun kebijakan dalam

pendidikan pencegahan penyalahgunaan napza..

b. Bagi Siswa

Diharapkan hasil penelitian ini dijadikan masukan dan informasi

bagi siswa mengenai hubungan antara pengetahuan dengan sikap

pencegahan penyalahgunaan napza pada siswa. Hendaknya siswa dapat

berpartisipasi dalam pencegahan penyalahgunaan napza di lingkungan

sekitarnya.

c. Bagi STIKes YPIB Majalengka

Diharapkan hasil penelitian ini menambah referensi perpustakaan

tentang pencegahan penyalahgunaan napza. Hendaknya institusi

pendidikan banyak menambah referensi tentang sikap pencegahan

penyalahgunaan napza pada siswa untuk pengembangan ilmu

keperawatan.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat memperdalam penelitian ini dengan menggunakan

desain, jumlah sampel yang lebih banyak dan teknik penelitian yang

berbeda untuk mengetahui faktor lain yang mempengaruhi sikap

pencegahan penyalahgunaan napza pada siswa.


DAFTAR PUSTAKA

Agus, A.R. 2013. Psikologi Sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan


Pengetahuan Empirik. Jakarta: Rajawali Pers
Ali, M. dan Asrori, M., 2010. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik.
Cetakan ke enam. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Amirudin. 2012. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang
Penyalahgunaan NAPZA di SMAN 1 Bungoro Kabupaten Pangkep.
Journal.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia. 2011. Survey Nasional
Perkembangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada
Kelompok Belajar atau Mahasiswa Di Indonesia.
https://chr.ui.ac.id/survei-nasional-perkembangan-penyalahgunaan-dan-
peredaran-gelap-narkoba-pada-kelompok-pelajar-mahasiswa-di-
indonesia/.
BNN Kabupaten Kuningan, 2009. Pencegahan penyalahgunaan Narkoba.
Jakarta: BNN
, 2012. Buku Pedoman Penggolongan Narkotika
Berdasarkan Undang-Undang Tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta:
BNN.
, 2013. Mahasiswa Dan Bahaya Narkoba.
Kuningan: BNN Kuningan.
Darwis. 2011. Menghukum Atau Memulihkan: Suatu Tinjauan Sosiologis Tentang
Tindakan Terhadap Penyalahguna Nafza. Makassar: Sah Media.
Dian Nurhidayatuloh. 2014. Hubungan Pengetahuan Siswa Terhadap Tindakan
Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA di SMK Auto Matsuda Kuningan.
Skripsi.
Dian, N.2014. Hubungan Pengetahuan Siswa Terhadap Tindakan Pencegahan
Penyalahgunaan NAPZA di SMK Auto Matsuda Kuningan. Skripsi.
Donsu, J, D, T. 2017. Psikologi Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
ESPAD. 2015. New ESPAD results: teenage drinking and smoking down, but
concerns posed by new drugs and new addictive behaviours.
http://www.espad.org/news/2016/new-espad-results.
Hurlock, Elizabeth B. 2011. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga
Janiwarty, P. 2013. Pendidikan Psikologi untuk Bidan. Yogyakarta: Andi Offiset
Kusmiran, E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba
Medika.
Nanter, 2019. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Tentang
Penyalahgunaan Napza Pada Anak Jalanan Binaan Rumah Singgah
Ahmad Dahlan Yogyakarta. http://digilib.unisayogya.ac.id/4610/1/Naska
%20publikasi_MIKO%20Muhamad%20Nanter.pdf.
Notoadmojo S. 2012. Promosi Kesehatan dan. Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2012, Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Novita, S. 2012. Hubungan Pengetahuan Remaja tentang NAPZA dengan Sikap


Remaja Tentang Penyalahgunaan NAPZA di SMKN 4 Bondowoso.
Journal.
Nursalam, 2015. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.
Ediisi 4. Jakarta. Salemba Medika.
Saputro, E.H. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Napza
Dengan Sikap Dalam Penyalahgunaan Napza Pada Siswa Di SMA Al-
Islam 3 Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/12558/1/HALAMAN_DEPAN.pdf.
Sebanyang, W. 2018. Perilaku Seksual Remaja. Yogyakarta: Deepublish.
Simangunsong, D.M.T. 2015. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Terhadap
Perilaku Penyalahgunaan Narkoba Pada Siswa-Siswi SMUN 20 Medan.
https://akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/KEDOKTERAN/David_Si
mangunsong/Jurnal/Visi%2023%20No%201%20Februari%202015.pdf.
Soetjiningsih.2010. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta :
CV.Sagung Seto
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Wawan, A dan Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
LAMPIRAN
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama (Inisial) : _________________________

Alamat : _________________________

Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian yang

dilakukan Yeti Septiani mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes

YPIB Majalengka yang berjudul: “Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap

Pencegahan Penyalahgunaan Napza Pada Siswa di SMP Negeri 2 Cidahu

Kuningan tahun 2019”.

Saya memahami bahwa penelitian ini tidak menyebabkan kerugian pada

saya, oleh karena itu saya bersedia menjadi responden pada penelitian ini.

Cirebon, Juli 2019

Responden

(________________)
INSTRUMEN PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWA DENGAN SIKAP PENCEGAHAN
PENYALAHGUNAAN NAPZA DI SMP NEGERI I CIDAHU KUNINGAN
TAHUN 2019

A. Identitas Responden
No. Responden : (diisi oleh peneliti)
Tanggal Pengisian :
Inisial :

B. Pengetahuan
Berikan tanda (√) check list sesuai dengan pilihan jawaban yang ada pada
kolom kuesioner yang telah disediakan.
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1 Napza adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol,
Psikotropika, Zat aditif ?
2 Apakah rokok bisa dikatakan NAPZA ?
3 NAPZA digunakan hanya untuk keperluan pengobatan
medis ?
4 Menurut anda apakah NAPZA bisa menyebabkan
ketergantungan?
5 Narkotika golongan satu merupakan golongan paling
berbahaya ?
6 Apakah alkohol menyebabkan ketergantungan ?
7 Apakah NAPZA tergolong makanan ?
8 Apakah NAPZA tergolong minuman ?
9 Apakah alkohol menyebabkan ketergantungan ?
10 Awal seseorang mengenal NAPZA biasanya karena
coba-coba atau ingin tahu dan karena ada rayuan dari
teman-teman ?
11 Pemakaian NAPZA diperbolehkan asalkan sesuai dosis
dan resep dokter ?
12 NAPZA tidak dijual bebas ?
13 Heroin, Kokain, Ganja, apakah termasuk pada istilah
NAPZA ?
14 Menurut anda, NAPZA bisa dibeli tanpa resep dokter?
15 Menurut anda, apakah NAPZA bisa dibeli di
sembarang tempat ?
16 Apakah alkohol lebih mudah di dapat dari pada
narkotika ?
17 Alkohol lebih banyak digunakan dari pada Narkoba,
karena penjualannyaa terbuka di tengah-tengah
lingkungan masyarakat ?
18 Memakai NAPZA secara rutin bisa membunuh kita
secara perlahan-lahan ?
19 NAPZA bisa menyebabkan halusinasi, kejang dan
sesak nafas pada tubuh ?
20 “Ngdrug atau mabuk” apakah cara untuk membantu
melupakan dan menghilangkan masalah ?

C. Sikap
Berikan tanda (√) check list sesuai dengan pilihan jawaban yang ada pada
kolom kuesioner yang telah disediakan.

Jawaban
No Pernyataan
Ya Tidak
1 Apakah anda pernah membaca buku tentang NAPZA?
2 Apakah anda pernah mengikuti seminar atau ceramah
tentang NAPZA?
3 Apakah disekolah anda suka mendengarkan ceramah
keagamaan ?
4 Apakah dari pihak kepolisian pernah memberikan
pengarahan tentang hukum mengenai pemakai
NAPZA?
5 Apakah anda mempunyai kelompok belajar ?
6 Apakah anda pernah merokok ?
7 Apakah anda pernah minum alcohol ?
8 Apakah anda memiliki sebuah geng atau kelompok
main?
9 Apakah anda punya teman yang suka memakai
NAPZA?
10 Apakah anda sering pergi malam bersama teman?
11 Apakah anda pernah menolak saat teman anda
menawarkan NAPZA ?
12 Apakah disekolahan anda ada mata pelajaran BK
(Bimbingan Konseling) ?
13 Apakah anda pernah melanggar tata tertib sekolah ?
14 Selama disekolah apakah hoby anda tersalurkan?
15 Apakah sekolah anda termasuk kedalam sekolah yang
menggalakan sekolah bebas narkoba?
16 Apakah guru disekolh anda mendorong siswanya agar
mengikuti extra kulikuler?
17 Apakah di sekolah anda mnerapkan tata tertib skorsing
?
18 Apabila ada uang sisa apakah uang sisa anda ditabung?
19 Apakah disekolah anda pernah mengadakan tes urine?
20 Sebelum anda masuk atau diterima disekolah apakah
ada tes kesehaan?
KISI-KISI KUESIONER

Variabel Indikator Nomor Soal


1. Pengetahuan 1. Pengetahuan 1 – 13
2. Cara mendapatkan napza 14 – 17
3. Dampak 18– 20
2. Tindakan 1. Informative 1-4
Pencegahan 2. Alternative 5, 14-16
NAPZA 3. Afektif 18-20
4. Life skill 6,7,13,17
5. Cognitive 8,10
6. Mengelola kehidupan sehari- 9
hari
7. Pendidikan situasi 11
penawaran 12
8. Pengembangan diri
HASIL PENELITIAN

Frequencies

Statistics

Pengetahuan Sikap
N Valid 83 83
Missing 0 0

Frequency Table

Pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 65 78.3 78.3 78.3
Cukup 14 16.9 16.9 95.2
Kurang 4 4.8 4.8 100.0
Total 83 100.0 100.0

Sikap

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Positif 50 60.2 60.2 60.2
Negatif 33 39.8 39.8 100.0
Total 83 100.0 100.0
Crosstabs

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan * Sikap 83 100.0% 0 .0% 83 100.0%

Pengetahuan * Sikap Crosstabulation

Sikap
Positif Negatif Total
Pengetahuan Baik Count 46 19 65
% within Pengetahuan 70.8% 29.2% 100.0%
% of Total 55.4% 22.9% 78.3%
Cukup Count 4 10 14
% within Pengetahuan 28.6% 71.4% 100.0%
% of Total 4.8% 12.0% 16.9%
Kurang Count 0 4 4
% within Pengetahuan .0% 100.0% 100.0%
% of Total .0% 4.8% 4.8%
Total Count 50 33 83
% within Pengetahuan 60.2% 39.8% 100.0%
% of Total 60.2% 39.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 14.931a 2 .001
Likelihood Ratio 16.258 2 .000
Linear-by-Linear
14.612 1 .000
Association
N of Valid Cases 83
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 1.59.
Skoring Hasil Penelitian Pengetahuan
N
o 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 ∑ % Koding
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 95 1
9
1
2 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 80 1
6
1
3 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 85 1
7
1
4 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 75 2
5
1
5 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 65 2
3
1
6 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 60 2
2
7 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 9 45 3
1
8 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 85 1
7
2 10
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0
1 2 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0
1 1
1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 80 1
1 6
1 1
1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 85 1
2 7
1 1
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 95 1
3 9
1 1
1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 85 1
4 7
1 1
1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 90 1
5 8
1 1
1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 85 1
6 7
1 1
0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 80 1
7 6
1 1
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 95 1
8 9
1 1
1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 75 2
9 5
2 2 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0
2 2 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 0
2 2 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 0 0
2 2 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 0 0
2 2 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 0 0
2 1
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 95 1
5 9
2 1
1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 85 1
6 7
2 1
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 95 1
7 9
2 1
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 95 1
8 9
2 1
1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 85 1
9 7
3 1
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 95 1
0 9
3 1
1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 60 2
1 2
3 1
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 95 1
2 9
3 1
1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 85 1
3 7
3 1
1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 90 1
4 8
3 1
1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 90 1
5 8
3 1
1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 80 1
6 6
3 1
1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 80 1
7 6
3 1
1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 65 2
8 3
3 2 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 0 0
4 1
1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 70 2
0 4
4 1
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 95 1
1 9
4 1
1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 90 1
2 8
4 1
1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 90 1
3 8
4 1
1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 50 3
4 0
4 1
1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 90 1
5 8
4 1
1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 90 1
6 8
4 1
1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 85 1
7 7
4 1
1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 70 2
8 4
4 1
1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 90 1
9 8
5
1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 35 3
0
5 1
1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 90 1
1 8
5 1
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 90 1
2 8
5 1
1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 75 2
3 5
5 1
1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 80 1
4 6
5 1
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 95 1
5 9
5 1
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 95 1
6 9
5 1
1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 85 1
7 7
5 1
1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 85 1
8 7
5 1
1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 85 1
9 7
6 1
1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 90 1
0 8
6 1
1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 65 2
1 3
6 1
1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 85 1
2 7
6 1
1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 90 1
3 8
6 1
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 90 1
4 8
6 1
1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 90 1
5 8
6 1
1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 80 1
6 6
6 1
1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 80 1
7 6
6 1
1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 65 2
8 3
6 1
0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 80 1
9 6
7 1
1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 65 2
0 3
7 2 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 0
7 1
1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 90 1
2 8
7 1
1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 90 1
3 8
7 1
1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 90 1
4 8
7 1
1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 65 2
5 3
7 1
1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 90 1
6 8
7
1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 9 45 3
7
7 1
1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 85 1
8 7
7 1
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 95 1
9 9
8 1
1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 70 2
0 4
8 1
1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 80 1
1 6
8 1
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 90 1
2 8
8 1
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 85 1
3 7
Skoring Hasil Penelitian Sikap
N
o 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 ∑ Koding
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
1
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9
1
2 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 2
5
1
3 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 2
5
1
4 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 2
4
1
5 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1
6
1
6 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 2
3
1
7 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 2
5
1
8 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 2
5
1
9 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8
1 1
0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 7
1 1
0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 2
1 4
1 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1
2 6
1 1
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 8
1 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1
4 6
1 1
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1
5 6
1 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1
6 6
1 1
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1
7 6
1 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
8 8
1 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 2
9 5
2 1
1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 7
2 1
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 8
2 1
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 7
2 1
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 8
2 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 9
2 1
1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
5 7
2 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 2
6 5
2 1
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
7 7
2 1
1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
8 7
2 1
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 2
9 5
3 1
1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
0 7
3 1
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 2
1 4
3 1
0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 2
2 5
3 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1
3 6
3 1
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1
4 6
3 1
0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 2
5 4
3 1
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1
6 6
3 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1
7 7
3 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1
8 6
3 1
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 8
4 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 2
0 5
4 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 9
4 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
2 8
4 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
3 7
4 1
1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 2
4 1
4 1
1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 2
5 5
4 1
0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 2
6 4
4 1
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
7 6
4 1
0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 2
8 1
4 1
0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 2
9 5
5 1
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 2
0 5
5 1
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
1 6
5 1
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
2 7
5 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1
3 6
5 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 2
4 5
5 1
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 2
5 5
5 1
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
6 7
5 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1
7 6
5 1
0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 2
8 4
5 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1
9 6
6 1
1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 2
0 4
6 1
0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 2
1 4
6 1
0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 2
2 5
6 1
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1
3 6
6 1
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
4 8
6 1
0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 7
6 1
0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 2
6 5
6 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1
7 7
6 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 2
8 4
6 1
0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 2
9 4
7 1
1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 2
0 3
7 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 9
7 1
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
2 7
7 1
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
3 7
7 1
0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
4 7
7 1
0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 2
5 4
7 1
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1
6 7
7 1
0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 2
7 5
7 1
0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
8 7
7 1
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 9
8 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1
0 6
8 1
0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 2
1 5
8 1
0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
2 7
8 1
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
3 8
1
Nilai Mean  
6

Anda mungkin juga menyukai