Anda di halaman 1dari 14

Makalah keperawatan Gadar & Manajemen Bencana

Analisis Resiko Bencana

Disusun Oleh :

1. Edia Saputry Nim : 181813004


2. M.Raffi Nim : 181813010
3. Tamara Febrita Hanum Nim : 181813017

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

TANJUNGPINANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada
waktunya.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan dari beberapa
pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami ucapkan terimakasih kepada :

1. Kolonel Purn dr. Bambang Wijayanto selaku Ketua STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.

2. Yusnaini Siagian, S.Kep,Ns,M.Kep selaku Wakil Ketua 1 STIKES Hang Tuah


Tanjungpinang.

3. Komala Sari Kep, Ns, M.Kep selaku koordinator prodi D3 Keperawatan


4. Meily Nirnasari , S.Kep, Ns, M.Biomed selaku pembimbing akademik prodi D3
Keperawatan

5. Orangtua yang telah memberikan dukungan baik moral maupun material

Penulis memahami jika makalah ini masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan
bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan kami.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik bagi pembaca
maupun penulis.

Tanjungpinang,15 september 2020

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Tujuan penulisan ........................................................................................ 2

C. Sistematika penulisan ................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN TEORITIS .......................................................................... 3

A. Analisis Resiko Bencana ............................................................................ 3


B. Siklus Bencana dan penanggulangan bencana ............................................. 5
C. Faktor penentu resiko bencana ................................................................... 7
D. Tujuan dan peran perawat analisa resiko bencana ....................................... 9

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 10

A. Kesimpulan ................................................................................................ 10

B. Saran ......................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bencana (disaster) merupakan fenomena sosial akibat kolektif atas sistem
penyesuaian dalam merespon ancaman. Renspon itu bersifat jangka pendek yang disebut
mekanisme penyesuaian (coping mechanism) atauyang lebih jangka panjang yang dikenal
sebagai mekanisme adaptasi(adaptatif mechanism). Mekanisme dalam menghadapi
perubahan dalam jangka pendek terutama bertujuan untuk mengakses kebutuhan hidup
dasar: keamanan, sandang, pangan, sedangkan jangka panjang bertujuan untuk memperkuat
sumber-sumber kehidupannya.Masalah bencana akibat lingkungan mulai semakin mencuat
ke permukaan,baik yang disebabkan oleh proses alam itu sendiri maupun yang disebabkan
karena ulah manusia di dalam membangun sarana dan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kasus-kasus mengenai perubahan tataguna lahan di daerah tangkapan air hujan di hulu
menjadi padat pendudukkarena berubah menjadi pemukiman. Hal tersebut berdampak pada
banjir yang sering terjadi di daerah bawahnya atau daerah hilir. Konversi lahan ini sedikit
banyak telah berpengaruh terhadap menurunnya kualitas lingkungan.Oleh karena itu di
dalam proses pembangunan tidak dengan sendirinya mengurangi risiko terhadap bahaya
alam.
Sebaliknya tanpa disadari pembangunan dapat menciptakan bentuk-bentuk
kerentanan baru atau memperburuk kerentanan yang telah ada. Persoalan-persolaan yang
muncul sebagai akibat dari proses pembangunan ini perlu diarahkan pada suatu paradigma
pembangunan yang ramah lingkungan, yaitu“pembangunan yang berkelanjutan” maka
pembangunan tersebut harus didasarkan atas pengetahuan yang lebih baik tentang
karakteristik alam dan manusia (masyarakat).
Banyak masalah yang berkaitan dengan bencana alam. Kehilangan dan kerusakan
termasuk yang paling sering harus dialami bersama datangnya bencana itu. Harta benda dan
manusia terpaksa harus direlakan, dan itu semua bukan masalah yang mudah. Dalam arti
mudah difahami dan mudah diterima oleh mereka yang mengalami. Bayangkan saja harta
yang dikumpulkan sedikit demi sedikit, dipelihara bertahun-tahun lenyap seketika.

1
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep dasar lansia

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Analisis Resiko Bencana


b. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Siklus Bencana
c. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami penanggulangan bencana
d. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Faktor penentu resiko bencana
e. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Tujuan dan peran perawat analisa

C. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab, yaitu :

BAB I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika
penulisan

BAB II : Tinjauan teoritis yang terdiri dari konsep dasar pengertian analisis resiko
bencana , siklus bencana , penanggulang risiko , dan faktor resiko bencana

BAB III : Penutupan yang meliputi kesimpulan dan saran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Analisis Resiko Bencana


Manajemen Resiko Bencana Proses identifikasi , analisis dan kuantifikasi keboleh jadian
kerugian (probability of losses ) agar keboleh jadian Kerugian (probability of losses) agar
digunakan untuk mengambil tindakan pencegahan atau mitigasi dan pemulihan.Secara umum,
peran manusia dalam bencana meliputi :
1. Ketidakmampuan dan/atau kurangnya kemauan untuk mencegah atau mengurangi ancaman
2. Ketidakmampuan dan/atau kurangnya kemauan untuk menghilangkan atau mengurangi
kerentanan. Bahkan, manusia seringkali meningkatkan kerentanan dengan berbagai perilaku yang
tidak sensiti terhadap potensi bencana
Secara geografis Indonesia merupakan kepulauan yang terletak pada pertemuan empat
lempeng tektonik, yaitu lempeng Benua Asia, BenuaAustralia, lempeng Samudra Hindia dan
lempeng Samudra Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik
(volcanic arc)yang memanjang dari pulau Sumatra-Jawa-Nusa TenggaraSulawesi yangsisinya
berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang didominasi rawa rawa. Kondisi tersebut
berpotensi sekaligus rawan bencana letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan
tanahAlongsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satunegara yang memiliki
tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari10 kali tingkat kegempaan di Amerika
Serikat.Selain itu wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengandua musim, yaitu panas
dan hujan dengan ciri adanya perubahan cuaca,suhu dan arah angin yang cukup ekstrim. Kondisi
iklim digabungkandengan kondisi topografi permukaan dan batuan yang relatif beragammampu
menghasilkan kondisi tanah yang subur. Namun disis lain, berpotensi menimbulkan akibat buruk,
seperti bencana hidrometeorologi(banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, dan kekeringan).
Seiring dengan perkembangan jaman, kerusakan lingkungan hidup cenderung parah danmemicu
meningkatnya intensitas ancaman.Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancamdan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yangdisebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau non-alam maupun faktormanusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia,kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU No. 24
tahun 2007)Bencana (disaster) adalah suatu gangguan serius terhadapkeberfungsian suatu
masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian yang
3
Meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungandan yang
melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untukmengatasi dengan menggunakan
sumberdaya mereka sendiri.(ISDR, 2004dalam MPBI, 2007).Bencana dapat dibedakan menjadi
dua yaitu bencanaoleh faktor alam (natural disaster) seperti letusan gunungapi, banjir,gempa,
tsunami, badai, longsor, dan bencana oleh faktor non alam ataupunfaktor manusia (man-made
disaster) seperti konflik sosial dan kegagalan teknologi
Dalam kajian risiko bencana ada faktor kerentanan (vulnerability) rendahnya daya tangkal
masyarakat dalam menerima ancaman, yangmempengaruhi tingkat risiko bencana, kerentanan
dapat dilihat dari faktorlingkungan, sosial budaya, kondisi sosial seperti kemiskinan,
tekanansosial dan lingkungan yang tidak strategis, yang menurunkan daya tangkal masyarakat
dalam menerima ancaman.Besarnya resiko dapat dikurangi oleh adanya kemampuan
(capacity)adalah kondisi masyarakat yang memiliki kekuatan dan kemampuan dalam mengkaji
dan menilai ancaman serta bagaimana masyarakat dapatmengelola lingkungan dan sumber daya
yang ada, dimana dalam kondisiini masyarakat sebagai penerima manfaat dan penerima risiko
bencanamenjadi bagian penting dan sebagai aktor kunci dalam pengelolaan lingkungan untuk
mengurangi risiko bencana dan ini menjadi suatu kajian dalam melakukan manajemen bencana
berbasis masyarakat (ComunityBase Disaster Risk Management).Pengelolaan lingkungan harus
bersumber pada 3 aspek penting yaitu Biotik (makluk hidup dalam suatu ruang), Abiotik
(sumberdaya alam) danCulture (Kebudayaan). Penilaian risiko bencana dapat dilakukan
dengan pendekatan ekologi (ekological approach) dan pendekatan keruangan(spatial approach)
berdasarkan atas analisa ancaman (hazard), kerentanan(vulnerabiliti) dan kapasitas (capacity)
sehingga dapat dibuat hubungannyauntuk menilai risiko bencana

4
B. Siklus Bencana dan penanggulangan bencana

Siklus bencana dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu fase pra bencana, fase bencana dan fase
pasca bencana. Fase pra bencana adalahmasa sebelum terjadi bencana. Fase bencana adalah
waktu/saat bencanaterjadi. Fase pasca bencana adalah tahapan setelah terjadi bencana. Semuafase
ini saling mempengaruhi dan berjalan terus sepanjang masa. Siklus bencana ini menjadi acuan
untuk melakukan penanggulangan bencana yang bisa dibagi menjadi beberapa tahap dibawah ini
enanganan bencana bukan hanya dimulai setelah terjadi bencana.Kegiatan sebelum terjadi bencana
(pra-bencana) berupa kegiatan pencegahan, mitigasi (pengurangan dampak), dan kesiapsiagaan
merupakan hal yang sangat penting untuk mengurangi dampak bencana

1.(Pra Bencanaa)

a. Pencegahan
Pencegahan ialah langkah-langkah yang dilakukan untukmenghilangkan sama sekali atau
mengurangi secara drastis akibatdari ancaman melalui pengendalian dan pengubah suaian
fisik dan lingkungan. Tindakan-tindakan ini bertujuan untuk
menekan penyebab ancaman dengan cara mengurangi tekanan, mengatur dan menyebarkan
energy atau material ke wilayah yang lebih luas atau melalui waktu yang lebih panjang
(Smith, 1992). Cuny(1983) menyatakan bahwa pencegahan bencana pada masa lalu
cenderung didorong oleh kepercayaan diri yang berlebihan padailmu dan teknologi pada
tahun enam puluhan; dan oleh karenanyacenderung menuntut ketersediaan modal dan
teknologi.Pendekatan ini semakin berkurang peminatnya dan kalaupunmasih dilakukan,
maka kegiatan pencegahan ini diserap padakegiatan pembangunan pada arus utama
b. Mitigasi
ialah tindakan-tindakan yang memfokuskan perhatian pada pengurangan dampak dari
ancaman, sehinggadengan demikian mengurangi kemungkinan dampak negatif pencegahan
ialah langkah-langkah yang dilakukan untukmenghilangkan sama sekali atau mengurangi
secara drastis akibatdari ancaman melalui pengendalian dan pengubahsuaian fisik
danlingkungan. Tindakan-tindakan ini bertujuan untuk menekan penyebab ancaman dengan
cara mengurangi tekanan, mengaturdan menyebarkan energy atau material ke wilayah yang
lebih luasatau melalui waktu yang lebih panjang
c. Kesiapsiagaan

5
Fase Kesiapsiagaan adalah fase dimana dilakukan persiapanyang baik dengan memikirkan
berbagai tindakan untukmeminimalisir kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya
bencana dan menyusun perencanaan agar dapat melakukan kegiatan pertolongan serta
perawatan yang efektif pada saat terjadi bencana. Tindakan terhadap bencana menurut PBB
ada 9 kerangka, yaitu pengkajian terhadap kerentanan, membuat perencanaan (pencegahan
bencana), pengorganisasian, sistem informasi, pengumpulan sumber daya, sistem
alarm,mekanisme tindakan, pendidikan dan pelatihan penduduk, gladi resik.

2. Saat Bencana
Saat bencana disebut juga sebagai tanggap darurat. Fase tanggap darurat atau tindakan
adalah fase dimana dilakukan berbagai aksi darurat yang nyata untuk menjaga diri sendiri
atau harta kekayaan. Aktivitas yang dilakukan secara kongkret
yaitu: Instruksi pengungsian, pencarian dan penyelamatan korban, menjamin keamanan di
lokasi bencana,pengkajian terhadap kerugian bencana kondisi darurat,pengiriman dan
penyerahan barang material, dan menyediakan tempat pengungsian, dan lain-lain.Dari
sudut pandang pelayanan medis, bencana lebih dipersempit lagi dengan membaginya
menjadi “Fase Akut” dan “FaseSub Akut”. Dalam Fase Aku 48 jam pertama sejak bencana
terjadidisebut “fase penyelamatan dan pertolongan/pelayanan medisdarurat”. Pada fase ini
dilakukan penyelamatan dan pertolongan serta tindakan medis darurat terhadap orang-
orang yang terluka akibat bencana. Kira-kira satu minggu sejak terjadinya bencana disebut
dengan “Fase Akut”. Dalam fase ini, selain tindakan “penyelamatandan
pertolongan/pelayanan medis darurat”, dilakukan juga perawatan terhadap orang-orang
yang terluka pada saat mengungsi ataudievakuasi, serta dilakukan tindakan-tindakan
terhadap munculnya permasalahan kesehatan selama dalam pengungsian

3. Setelah Bencanaa
a. Fase Pemulihan
Fase Pemulihan sulit dibedakan secara akurat dari dan sampai kapan, tetapi fase ini
merupakan fase dimana individu atau masyarakat dengan kemampuannya sendiri
dapat memulihkan fungsinya seperti sedia kala (sebelum terjadi bencana). Orang-
orang melakukan perbaikan darurat tempat tinggalnya, pindah kerumah sementara,
mulai masuk sekolah ataupun bekerja kembalisambil memulihkan lingkungan
tempat tinggalnya. Kemudianmulai dilakukan rehabilitasi lifeline dan aktivitas untuk
membuka kembali usahanya. Institusi pemerintah juga mulai memberikan kembali
6
pelayanan secara normal serta mulai menyusun rencana-rencana untuk rekonstruksi
sambil terus memberikan bantuankepada para korban.
b. Fase Rekonstruksi/RehabilitasiJangka waktu
Fase Rekonstruksi/Rehabilitasi juga tidak dapatditentukan, namun ini merupakan
fase dimana individu ataumasyarakat berusaha mengembalikan fungsi-fungsinya
sepertisebelum bencana dan merencanakan rehabilitasi terhadap seluruhkomunitas.
Tetapi, seseorang atau masyarakat tidak dapat kembali pada keadaan yang sama
seperti sebelum mengalami bencana,sehingga dengan menggunakan pengalamannya
tersebutdiharapkan kehidupan individu serta keadaan komunitas pundapat
dikembangkan secara progresif.

C. Faktor penentu resiko bencana


Tingkat penentu resiko bencana disuatu wilayah dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu ancaman,
kerentanan dan kapasitas. Dalam upaya pengurangan resiko bencana (PRB) atau disaster risk
reduction (DRR), ketiga faktor tersebut yang menjadi dasar acuan untuk dikaji guna menentukan
langkah-langkah dalam pengelolaan bencana
1. Ancaman/bahaya (Hazard)
Kejadian yang berpotensi mengganggu kehidupan dan penghidupanmasyarakat sehingga
menyebabkan timbulnya korban jiwa, kerusakan harta benda, kehilangan rasa aman,
kelumpuhan ekonomi dankerusakan lingkungan serta dampak psikologis. Ancaman
dapatdipengaruhi oleh faktor
a. Alam, seperti gempa bumi, tsunami, angin kencang, topan, gunung meletus
b. Manusia, seperti konflik, perang, kebakaran pemukiman, wabah penyakit, kegagalan
teknologi, pencemaran, terorisme.
c. Alam dan Manusia, seperti banjir, tanah longsor, kelaparan,kebakaran hutan.
Kekeringan.Menurut bahaya terdiri atas bahaya alam dan bahaya karena ulahmanusia, yang
dapat dikelompokkan menja di bahaya geologi, bahaya hidrometeorologi, bahaya biologi,
bahaya teknologi, dan penurunan kualitas lingkungan.
2. Kerentanan (Vulnaribility)
Kerentanan merupakan suatu kondisi yang menurunkan kema mpuanseseorang atau
komunitas masyarakat untuk menyiapkan diri, bertahanhid up, atau merespon potensi
bahaya. Kere ntanan masyarakat secarakultur dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
kemis kinan, pendidikan, sosial dan budaya. Selanjutnya aspek infrastruktur yang juga
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kerentanan Faktor Kerentanan Fisik
7
a) Kerentanan fisik secara fisik bentuk kerentanan yang dimiliki masyarakat berupa daya tahan
menghadapi bahaya tertentu, misalnya: kekuatan struktur bangunan rumah, jalan,jembatan
bagi masyarakat yang berada di daerah rawan gempa, adanya tanggul pengaman banjir bagi
masyarakat yang tinggal di bantaran sungai dan sebagainya kekuatan bangunan struktur
(rumah, jalan, jembatan) terhadap ancaman bencana Sosial
b) Kerentanan ekonomi Kemampuan ekonomi suatu individu atau masyarakat sangat
menentukan tingkat kerentanan Kemampuan finansial masyarakat dalam menghadapi
ancaman di wilayah nya
c) Kerentanan lingkungan Kapasitas (Capacity) Lingkungan hidup suatu masyarakat sangat
mempengaruhi kerentanan.Masyarakat yang tinggal di daerah yang kering dan sulit air akan
selaluterancam bahaya kekeringan, Penduduk yang tinggal di lereng bukitatau pegunungan
rentan terhadap ancaman bencana tanah longsor dansebagainya. Kerentanan masyarakat
berkaitan dengan seberapa besarkemampuan (capacity) kekuatan tingkat persiapan
masyarakat terhadapkejadian yang menjadi penyebab bencana Kapasitas adalah kekuatan
dan sumber daya yang ada pada tiap individu dan lingkungan yang mampu mencegah,
melakukan mitigasi,siap menghadapi dan pulih dari akibat bencana dengan cepat
3. Capanility / kemampuan
Kemampuan adalah kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh perorangan, keluarga dan
masyarakat yang membuat mereka mampumencegah, mengurangi, siap-siaga, menanggapi
dengan cepat atau segera pulih dari suatu kedaruratan dan bencana.Kemampuan adalah
kondisi masyarakat yang memiliki kekuatan dankemampuan dalam mengkaji dan menilai
ancaman serta bagaimanamasyarakat dapat mengelola lingkungan dan sumberdaya yang
ada, dimanadalam kondisi ini masyarakat sebagai penerima manfaat dan penerima risiko
bencana menjadi bagian penting dan sebagai actor kunci dalam pengelolaanlingkungan
untuk mengurangi risiko bencana dan ini menjadi suatu kajiandalam melakukan manajemen
bencana berbasis masyarakat
4. Risiko bencana ( Risk )
Risiko bencana merupakan interaksi tingkat kerentanan dengan bahaya yang ada. Ancaman
bahaya alam bersifat tetap karena bagian dari dinamika proses alami, sedangkan tingkat
kerentanan dapat dikurangi sehingga kemampuan dalam menghadapi ancaman bencana
semakin meningkat. Risiko adalah probabilitas timbulnya konsekuensi yang merusakatau
kerugian yang sudah diperkirakan (hilangnya nyawa, cederanya orang-orang, terganggunya
harta benda, penghidupan dan aktivitas ekonomi, ataurusaknya lingkungan) yang
diakibatkan oleh adanya interaksi antara bahayayang ditimbulkan alam atau diakibatkan
8
manusia serta kondisi yang rentan Risiko adalah besarnya kerugian atau kemungkinan
terjadikorban manusia, kerusakan dan kerugian ekonomi yg disebabkan oleh bahaya
tertentu di suatu daerah pada suatu waktu tertentu. Resiko biasanyadihitung secara
matematis, merupakan probabilitas dari dampak atau konsekwensi suatu bahaya Dengan
demikian dapatdisimpulkan bahwa risiko adalah kemungkinan kerugian yang dapat
diperkirakan akibat kerusakan alam, kesalahan manusia serta kondisi rentan.

D. Tujuan dan peran perawat analisa resiko bencana


Pengurangan Risko Bencana dimaknai sebagai sebuah proses pemberdayaan
komunitas melalui pengalaman mengatasi dan menghadapi bencana yang berfokus pada
kegiatan partisipatif untuk melakukan kajian, perencanaan, pengorganisasian kelompok
swadaya masyarakat, serta pelibatan dan aksi dari berbagai pemangku kepentingan,
dalammenanggulangi bencana sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana.Tujuannya agar
komunitas mampu mengelola risiko, mengurangi, maupunmemulihkan diri dari dampak
bencana tanpa ketergantungan dari pihak luar
Peran Perawat Analisis Resiko
1.Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencanaa.
a. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-hari
b. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian
c. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan
kesehatan di RS
d. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian
e. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi, peralatan
kesehatan.
f. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular maupun
kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya berkoordinasi
dengan perawat jiwa
g. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak anak, dapat dilakukan dengan
memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain
h. Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan kesehatan dan
kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bencana (disaster) merupakan fenomena sosial akibat kolektif atassistem penyesuaian
dalam merespon ancaman. Respon itu bersifat jangka pendek yang disebut mekanisme
penyesuaian (coping mechanism) atauyang lebih jangka panjang yang dikenal sebagai
mekanisme adaptasi(adaptatif mechanism).Tingkat penentu resiko bencana disuatu wilayah
dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu ancaman, kerentanan dan kapasitas. Dalam upaya
penguranganresiko bencana (PRB) atau disaster risk reduction (DRR), ketiga faktortersebut
yang menjadi dasar acuan untuk dikaji guna menentukan langkah-langkah dalam
pengelolaan bencana
B. Saran
Kita sebagai tenaga kesehatan harus tanggap terhadap resikoterjadinya bencana dan
mampu untuk melakukan hal-hal yang dapatmengatasi resiko bencana. Dan sebagai
pembaca bisa menerapkan cara-caramenangulangi resiko bencana

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/40356777/Analisis_resiko_bencana_1_1_

arnawati, D. 2012 Manajemen Bencana Alam Gerakan Tanah diIndonesia: Evaluasi dan
Rekomendasi. Yogyakarta

11

Anda mungkin juga menyukai