Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

“PNEUMONIA”

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat :

Untuk melengkapi Praktik Klinik Keperawatan KMB 1

Dosen Pembimbing : N.s Eli Indawati, M.kep

Disusun Oleh :

Alifia Eka Putri

NIM : 180323013

D3 KEPERAWATAN TINGKAT 3 A

STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA

Jl. Kubah Putih No. 7 Rt. 001/014 Kel. Jatibening Kec. Pondok gede Kota Bekasi, Jawa Barat
17412 Telp. (021) 8690 1352.

TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

I. Konsep Dasar
A. Pengertian

Pneumonia adalah keadaan inflamasi akut yang terdapat pada parenkim paru
(bronkiolus dan alveoli paru), penyakit ini merupakan penyakit infeksi karena
ditimbulkan oleh bakteri, virus, atau jamur (Jonh Daly, 2010).
Pneumonia adalah peradangan yang biasanya mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiulus terminalis mencangkup bronkiolus respiratori, alveoli, dan menimbulakn
konsolidasi jaringan paru (Padila, 2013).
Pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh
mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, parasite. Pneumonia juga disebabkan
oleh bahan kimia dan paparan fisik seperti suhu atau radiasi (Djojodibroto, 2014).
Pneumonia merupakan infeksi pada paru yang bersifat akut. Penyebabnya adalah
bakteri, virus, jamur, bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru dan bisa juga
disebabkan pengaruh dari penyakit lainnya. Pneumonia disebabkan oleh Bakteri
Sreptococcus dan Mycoplasma Pneumonia, sedangkan virus yang menyebabkan
pneumonia yaitu Adenoviruses, Rhinovirus, Influenza Virus, Respiratory syncytial
virus (RSV) dan para Influenza (Athena & Ika, 2014).
B. Etiologi

Radang paru mungkin berkaitan dengan berbagai mikroorganisme dan dapat menular
dari komunitas atau dari rumah sakit (nosokomial). Pasien dapat menghisap bakteri,
virus, parasite, dan agen iritan (Mary & Donna, 2014).
Menurut (Padila, 2013) penyebab dari pneumonia yaitu :
1. Bakteri
Bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram positif seperti:
streptococcus pneumonia, S.aerous, dan streptococcus pyogenesis.
2. Virus
Virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet citomegalo, virus ini
dikenal sebagai penyebab utama kejadian pneumonia virus.
3. Jamur
Jamur disebabkan oleh infeksi yang menyebar melalui penghirupan udara
mengandung spora biasanya ditemukan pada kotoran burung.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya pneumocystis carini pneumoni (PCP) biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi (Reeves, 2013). Penyebab
infeksi melalui droplet dan disebabkan oleh streptococcus pneumonia, melalui
selang infuse yaitu stapilococcus aureus dan pemakaian ventilator oleh P.
Aeruginosa dan enterobacter. Dan bisa terjadi karena kekebalan tubuh dan
mempunyai riwayat penyakit kronis.
Selain diatas penyebab terjadinya pneumonia yaitu dari Non mikoorganisme :
a. Bahan kimia
b. Paparan fisik seperti suhu dan radiasi (Djojodibroto, 2014)
c. Merokok
d. Debu, bau-bauan dan polusi lingkungan (Ikawati, 2016)

C. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis beragam tergantung pada organisme penyebab dan penyakit pasien
Brunner & Suddarth (2011).
1. Menggigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam (38,5 - 40,5
derajat celcius)
2. Nyeri dada pleuritik yang semakin berat ketika bernapas dan batuk
3. Pasien yang sakit parah mengalami takipnea berat (25 – 45 kali/menit) dan
dyspnea
4. Nadi cepat dan memantul dapat meningkat 10 kali/menit persatu derajat
peningkatan suhu tubuh (celcius)
5. Bradikardi relativ untuk tingginya demam menunjukkan infeksi virus, infeksi
mikroplasma atau infeksi organisme legionella
6. Tanda lain : infeksi saluran napas atas, sakit kepala, demam derajat rendah, nyeri
pleuritik, myalgia, ruam faringitis setelah beberapa hari sputum mucoid atau
mukopurulen dikeluarkan
7. Pneumonia berat : pipi merah, bantalan kuku menunjukkan sianosis sentral
8. Sputum purulent bercampur darah, kental atau hijau bergantung pada agen
penyebab

D. Patofisiologi
Agent penyebab pneumonia masuk ke paru – paru melalui inhalasi atau pun aliran
darah. Diawali dari saluran pernafasan dan akhirnya masuk ke saluran pernapasan
bawah. Reaksi peradangan timbul pada dinding bronkhus menyebabkan sel berisi
eksudat dan sel epitel menjadi rusak. Kondisi tersebut berlansung lama sehingga dapat
menyebabkan etelektasis (Suratun & Santa, 2013). Reaksi inflamasi dapat terjadi di
alveoli, yang menghasilkan eksudat yang mengganggu jalan napas, bronkospasme
dapat terjadi apabila pasien menderita penyakit jalan napas reaktif (Smeltzer & Bare,
2013).

E. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang

1. Sinar X mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial) dapat


juga menyatakan abses)
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus
4. Pemeriksaan fungsi paru untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan
5. Biopsi paru untuk menetapkan diagnosis
6. Spirometrik static untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopi untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing

G. Komplikasi
Komplikasi pneumonia lebih sering tejadi pada anak kecil, orang tua dan mereka yang
sudah memiliki kondisi kesehatan sebelumnya, seperti diabetes. Komplkasi
pneumonia yang mungkin bisa terjadi :
1. Radang selaput dada, yaitu kondisi dimana lapisan tipis antara paru-paru dan tulang
rusuk (pleura) meradang, yang dapat menyebabkan kegagalan pernapasan.
2. Tulang rusuk (pleura) meradang, yang dapat menyebabkan kegagalan pernapasan.
3. Abses paru-paru, yaitu komplikasi langka yang kebanyakan ditemukan pada orang
dengan penyakit serius yang sudah ada sebelumnya atau memiliki riwayat
penyalahgunaan alkohol yang parah.
4. Keracunan darah (sepsis), juga merupakan komplikasi yang jarang tapi berakibat
serius.

Menurut Elizabeth (2009)


1. Sianosis merupakan warna kulit dan membran mukosa kebiruan atau pucat karena
kandungan oksigen yang rendah dalam darah.
2. Hipoksema merupakan penurunan tekanan parsial oksigen dalam darah, kadang-
kadang khusus sebagai kurang dari yang, tanpa spesifikasi lebih lanjut, akan
mencakup baik konsentrasi oksigen terlarut dan oksigen yang terikat pada
hemoglobin.
3. Bronkaltasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus
yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan muskular
dinding bronkus.
4. Atelektasis ( pengembangan paru yang tidak sempurna/ bagian paru-paru yang
diserang tidak mengandung udara dan kolaps). Terjadi akibat penumpukan secret.
5. Meningitis terjadi karena adanya infeksi dari cairan yang mengelilingi otak dan
sumsum tulang belakang

H. Pencegahan
Pneumonia dapat dicegah melalui beberapa upaya, yaitu :
1. Vaksinasi
2. Memiliki kebersihan diri yang baik
3. Tidak merokok
4. Menjaga imunitas tubuh tetap baik dengan konsumsi makanan yang sehat dan
rajin berolahraga

II.Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
1) Identitas
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan, tahap pengkajian
diperlukan kecermatan dan ketelitian untuk mengenal masalah. Keberhasilan
proses keperawatan berikutnya sangat tergantungnya pada tahap ini.
a) Biodata klien
Nama, umur, jenis kelamin, no medrec, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
ruangan dan diagnosa medis.
b) Biodata penanggung jawab
Nama ayah dan ibu, umur, pendidikan, pekerjaan, suku I bangsa, agama,
alamat, hubungan dengan anak (kandung atau adopsi).
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Keluhan yang sering dikeluhkan pada orang yang mengalami pneumonia
adalah sesak, batuk, nyeri dada, kesulitan bernafas, demam, terjadinya
kelemahan.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Di kembangkan dari keluhan utama melalui PQRST :
P : Palliative/provokatif yaitu faktor-faktor apa saja yang memperberat
atau memperingan keluhan utama. Pada pasien pneumonia tanyakan
tentang keluhan sesak napas, hal yang memperberat sesak, hal yang
memperingan sesak.
Q : Qualitatif/Quantitatif, yaitu berupa gangguan atau keluhan yang
dirasakan seberapa besar. Tanyakan tentang akibat sesak, dapat
mempengaruhi aktivitas klien, pola tidur klien dan seberapa berat sesak
yang terjadi.
R : Region/radiasi, yaitu dimana terjadi gangguan atau apakah keluhan
mengalami penyebaran.
S : Skala berupa tingkat atau keadaan sakit yang dirasakan. Tanyakan
tingkat sesak yang dialami klien.
T : Timing, yaitu waktu gangguan dirasakan apakah terus menerus atau
tidak. Sesak yang dialami klien sering atau tidak.
c) Riwayat kesehatan masa lalu
Diisi dengan riwayat penyakit yang diderita klien yang berhubungan
dengan penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin dapat dipengaruhi
atau memengaruhi penyakit yang diderita klien saat ini.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan kemungkinan adanya
penyakit keturunan, kecenderungan alergi dalam satu keluarga, penyakit
yang menular akibat kontak langsung antara anggota keluarga.
3) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dengan pendekatan persistem dimulai dari kepala sampai
ujung kaki dapat lebih mudah. Dalam melakukan pemeriksaan fisik perlu
dibekali kemampuan dalam melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis dan
rasional. Teknik pemeriksaan fisik perlu modalitas dasar yang digunakan
meliputi: inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. (Mutaqqin, 2010:12).
a) Penampilan umum yaitu penampilan klien dimulai pada saat
mempersiapkan klien untuk pemeriksaan.
b) Kesadaran
Status kesadaran dilakukan dengan dua penilaian yaitu kualitatif dan
kuantitatif, secara kualitatif dapat dinilai antara lain yaitu compos mentis
mempunyai arti mengalami kesadaran penuh dengan memberikan respon
yang cukup terhadap stimulus yang diberikan, apatis yaitu mengalami
acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitarnya, samnolen yaitu mengalami
kesadaran yang lebih rendah, sopor mempunyai arti bahwa klien
memberikan respon dengan rangsangan yang kuat dan refleks pupil
terhadap cahaya tidak ada. Sedangkan penilaian kesadaran terhadap
kuantitatif dapat diukur melalui penilaian (GCS) Glasgow Coma Scale
dengan aspek membuka mata yaitu, 4 respon verbal yaitu 5dan respons
motorik yaitu nilai 6.

c) Tanda Tanda Vital


Tanda tanda vital merupakan pemeriksaan fisik yang rutin dilakukan
dalam berbagai kondisi klien. Pengukuran yang paling sering dilakukan
adalah pengukuran suhu, dan frekuensi pernafasan (Mutaqqin, 2010:35).
d) Sistem neurologi
Pada sistem neurologi kaji tingkat kesadaran dan reflex.
e) Sistem pendengaran
Pada sistem pendengaran kaji tingkat ketajaman klien dalam
mendengarkan kata kata, palpasi bentuk telinga, adanya cairan atau tidak,
adanya tekan ataupun lesi kulit (Mutaqqin, 2010: 117-119).
f) Sistem pernafasan
Pada sistem pernafasan kaji bentuk dada, gerakan pernafasan, adanya
nyeri tekan atau tidak, adanya penumpukan cairan atu tidak dan bunyi
khas nafas serta bunyi paru-paru (Mutaqqin, 2010:149-155).
g) Sistem kardiovaskular
Pada sistem kariovaskular kaji adanya sianosis atau tidak, oedema pada
ektremitas, adanya peningkatan JVP atau tidak , bunyi jantung (Mutaqqin,
2010:173).
h) Sistem gastrointestinal
Pada sistem gastrointesnital kaji bentuk abdomen, frekuensi bising usus,
adanya nyeri tekan atau tidak, adanya masa benjolan atau tidak, bunyi
yang dihasilkan saat melakuka perkusi.
i) Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan kaji adanya nyeri atau tidak adanya keluhan saat
miksi, adanya oedema atau tidak, adanya masa atau tidak pada ginjal.
j) Sistem integumen
Pada sistem integumen dilakukan secara anamnesis pada klien untuk
menemukan permasalahan yang dikeluhkan oleh klien meliputi : warna
kulit, tekstur kulit, turgor kulit, suhu tubuh, apakah ada oedema atau
adanya trauma kulit (Mutaqqin, 2010:77).
k) Sistem musculoskeletal
Kaji adnya deformitas atau tidak,adanya keterbatasan gerak atau tidak
(Mutaqqin, 2010:287).
l) Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang ditulis tanggal pemeriksaan, jenis
pemeriksaan, hasil dan satuanya. Pemeriksaan penunjang diantaranya :
pemeriksaan laboratorium, foto rotgen, rekam kardiografi, dan lainlain.
m) Therapy
Pada therapy tulis nama obat lengkap, dosis, frekuensi pemberian dan cara
pemberian, secara oral, parental dan lain-lain.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan konsolidasi, tidak efektif
kapasitas pengangkutan oksigen darah.
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik
nyeri
d. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru
e. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder.
f. Resiko kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan kehilangan cairan
g. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
3. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan 1. Identifikasi
tidak efektif tindakan keperawatan kemampuan batuk
berhubungan dengan selama 2x24 jam 2. Monitor adanya
peningkatan produksi bersihan jalan nafas retensi sputum
sputum tidak efektif dapat 3. Monitor tanda dan
diatasi dengan kriteria gejala infeksi
hasil : saluran nafas
a. Batuk efektif
meningkat
b. Produksi sputum
menurun
c. Tidak terdapat
bunyi wheezing
d. Dispnea
menurun
e. Tidak merasa
gelisah
f. Frekuensi nafas
membaik
g. Pola nafas
membaik
2. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan 1. Monitor frekuensi,
gas berhubungan tindakan keperawatan irama, kedalaman,
dengan konsolidasi, selama2x24 jam dan upaya nafas
tidak efektif kapasitas gangguan pertukaran 2. Monitor pola nafas
pengangkutan oksigen gas dapat di atasi 3. Monitor
darah. dengan kriteria hasil: kemampuan batuk
a. Tingkat efektif
kesadaran 4. Monitor adanya
meningkat sumbatan jalan
b. Dispnea nafas
menurun 5. Auskultasi bunyi
c. Tidak terdapat nafas
bunyi nafas
tambahan
d. Tidak terdapat
nafas cuping
hidung
e. Pola nafas
membaik
f. Takikardia
membaik
3. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan 1. Monitor pola nafas
berhubungan dengan tindakan keperawatan 2. Monitor bunyi nafas
peningkatan kebutuhan selama 2x24 jam pola tambahan
metabolik nyeri nafas tidak efektif dapat 3. Monitor sputum
teratasi dengan kriteria 4. Berikan minum
hasil : hangat
a. Dispnea 5. Posisikan semi
menurun fowler atau fowler
b. Penggunaan otot
bantu nafas
menurun
c. Penafasan
cuping hidung
menurun
d. Frekuensi nafas
membaik
4. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan 1. Identifikasi skala
dengan inflamasi tindakan keperawatan nyeri
parenkim paru selama 2x24 jam 2. Identifikasi nyeri
diharapkan nyeri akut non verbal
dapat teratasi dengan 3. Identifikasi faktor
kriteria hasil : yang memperberat
a. Keuhan nyeri dan memperingan
menurun nyeri
b. Anoreksia 4. Fasilitasi istirahat
menurun dan tidur
c. Kesulitan tidur
menurun
d. Rasa gelisah
menurun
5. Resiko tinggi nutrisi Setelah dilakukan 1. Identifikasi status
kurang dari kebutuhan tindakan keperawatan nutrisi
berhubungan dengan selama 2x24 jam resiko 2. Monitor asupan
peningkatan kebutuhan tinggi nutrisi kurang makanan
metabolik sekunder. dari kebutuhan dapat 3. Monitor berat badan
teratasi dengan kriteria 4. Berikan makanan tinggi
hasil : serat untuk mencegah
a. Porsi makanan konstipasi
yang dihabiskan 5. Brikan makanan tinggi
meningkat kalori tinggi protein
b. Nyeri abdomen
menurun
c. Berat badan
membaik
d. Nafsu makan
membaik

6. Resiko kekurangan Setelah dilakukan 1. Monitor status


volume cairan kurang tindakan keperawatan hidrasi
dari kebutuhan tubuh selama 2x24 jam resiko 2. Monitor berat badan
berhubungan dengan kekurangan volume harian
peningkatan kehilangan cairan dapat teratasi 3. Catat intake-output
cairan dengan kriteria hasil : 4. Monitor berat badan
a. Asupan cairan sebelum dan
meningkat sesudah dialisis
b. Asupan makanan
meningkat
c. Dehidrasi
meningkat
d. Tekanan darah
membaik
e. Turgor kulit
membaik
f. Berat badan
membaik

7. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan 1. Monitor kelelahan


berhubungan dengan tindakan keperawatan fisik dan emosional
ketidakseimbangan selama 2x24 jam 2. Lakukan latihan
antara suplai dan intoleransi aktifitas rentang gerak pasif
kebutuhan oksigen dapat diatasi dengan dan atau aktif
kriteria hasil : 3. Monitor pola dan
a. Kemudahan jam tidur
dalam 4. Ajarkan strategi
melakukan koping untuk
melakukan mengurangi
aktivitas sehari kelelahan
hari meningkat
b. Keluhan lelah
menurun
c. Tekanan darah
membaik
d. Frekuensi nafas
membaik
e. Sianosis
menurun
Daftar Pustaka

Ardiansyah, Muhamad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogyakarta: Diva

Press.

Dahlan, 2014. Metode penelitian khasus pnueonia di dunia, Jakarta:rineka cipta.

Hidayat ,2011. Buku keperawatan Patofisiologi sitem pernafasan. Jogyakarta: Nuha

Medika.

Profil dinkes jabar,2012.Cakupan penderita penemuan Pnemonia Provinsi Jawa Barat

2000 sd 2012.

Anda mungkin juga menyukai