Osteomielitis
Osteomielitis
KLIEN OSTEOMILITIS
DI SUSUN OLEH :
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan
penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan
dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOMILITIS, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan
kritiknya. Terima kasih.
Penulis
A. KONSEP PENYAKIT
a. DEFINISI
Osteomilitis adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses local.
Abses tulang biasanya memiliki suplai darah yang buruk, dengan demikian, pelepasan sel
imun dan antibiotic terbatas. Nyeri hebat dan disabilitas permanen dapat terjadi apabila
infeksi tulang tidak diobati dengan segera dan agresif.
1. Osteomilitis primer yang disebabkan penyebaran secara hematogen dari focus lain.
Osteomilitis primer dapt dibagi menjadi osteomilitis akut dan kronik.
2. Osteomilitis skunder atau osteomilitis per kuntinuitatum yang disebabkan penyebaran
kuman dari sekitarnya, seperti busil dan luka.
b. CARA PENYEBARAN
Osteomilitis selalu dimulai dari daerah metafisis karena pada daerah tersebut
peredaran darahnya lambat dan banyak mengandung sinusoid. Penyebaran osteomilitis
dapat terjadi :
1. Peyebaran kearah korteks, membentuk abses subperiosteal dan selulitis pada jaringan
sekitarnya.
2. Penyabaran menembus periosteum memebntuk abses jaringan lunak. Abses dapat
menembus kulit melalui suatu sinus dan menimbulkan fistel. Abses dapat menyumbat
atau menekan aliran darah ketulang dan mengakibatkan kematian jaringantulang
(sekuester).
3. Penyebaran kea rah mendula
c. PATOFISIOLOGI
1. Akut fulminan (stadium 1) : terjadi dalam 3 bulan pertama dan sering berhubungan
dengan penumpukan hematoma atau infeksi superfisial.
2. Infeksi awitan lambat (stadium 2) : terjadi antara 4-24 bulan setelah pembedahan.
3. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) : biasanya akibat penyebaran hematogen dan
terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respons inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari infalamasi, peningkatan
vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembuluh darah terjadi
pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan
peningkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas
medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendidi
sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol dari awal, kemudian akan terbentuk
abses tulang.
d. MANIFESTASI KLINIS
Sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis: menggigil, demam tinggi,
denyut nadi cepat, dan malaise umum). Gejala sistemik pada awalnya dapat menutupi gejala
lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan
mengenai periosteum dan jaringan lunakdengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri,
bengkak, dan sangat nyeri tekan. Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi
disekitarnya atau kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi
membengkak, hangat, nyeri, dan nyeri tekan . pada osteomielitis kronik ditandai pus yang
e. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Pada fase akut ditemukan CRP yang meninggi, laju endap darah yang meninggi dan
leukositosis
2. Pemeriksaan radiologic
Pada fase skut gambaran radiologic tidak menunjukkan kelainan. Pada fase kronik
ditemukan suatu involukrum dan skuester.
f. PENALAKSANAAN
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi. Kultur
darah dan swab dan kultur abses dilakukan untu mengidentifikasi organisme dan memilih
antibiotika yang baik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu patogen.
Penatalaksanaa Lain :
g. KOMPLIKASI
Osteomielitis kronis dapat terjadi, yang ditandai oleh nyeri hebat yang tidak berkurang dan
penurunan fungsi bagian tubuh yang terkena.
h. PENCEGAHAN
Pencegahan osteomielitis adalah sasaran utamanya. Penanganan infeksi lokal dapat
menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat
mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatian terhadap lingkungan
operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis pasca operasi.
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat
pembedahan dan selama 24-48 jam setelahoperasi akan sangat membantu. Teknik
perawatan luka pascaoperasi aseptik akan menurunkan insiden infeksi superfisial dan
potensial terjadinya osteomielitis.
Pasien datang dengan awitan gejala akut (mis. Nyeri lokal, pembengkakan, eritema
dan demam) atau kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan
demam sedang. Pasien dikaji adanya faktor risiko (mis. Lansia , diabetes, terapi
kortikosteroid jangka panjang) dan cedera, infeksi, atau bedah ortopedi sebelumnya.
Pasien selalu menghindar dari tekanan didaerah tersebut dan gerakan perlindungan. Pada
osteomielitis akut, pasien akan mengalami kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa sakit yang sangat hebat
3. Keusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi, dan
keterbatasan beban berat.
4. Risiko terhadap penyebaran infeksi: pembentukan absestulang
5. Kurang pengetahuan mengenai program pengobatan
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam di harapkan nyeri
berkurang
Kh :
- Skala nyeri berkurang
- Klien menunjukkan kenyamanan
Intervensi :
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa sakit yang sangat hebat
Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama diharapkan pola tidur klien terpenuhi,dg
Kh :
- pasien tidak pucat
- Pasien dapat tidur nyenyak
- Pasien tampak nyaman
Intervensi :
Intervensi :
1. PENGERTIAN
Osteomalasia adalah penyakit metabolism tulang yang ditandai dengan tidak
menandainya mineralisasi tulang.Pada orang dewasa osteomalasia bersifat kronik, dan
deformitas skeletalnya tidak seberat pada anak karena pertumbuhanya skeletal telah
selesai.
2. PATOFISIOLOGI
Ada berbagai kasus osteomalasia yang terjadi akibat gangguan umum metabolism
mineral. Factor risiko terjadi osteomalasia meliputi kekurangan dalam diet, malabsorpsi,
gastrektomi, gagal ginjal kronik, terapi antikonvulsan berkepanjangan (fenitoin,
fenobarbital), dan kekkurangan vitamin D (diet, sinar matahari).
3. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang paling sering dan paling mencemaskan pada osteomalasia adalah nyeri
tulang dan nyeri tekan tulang. Sebagai akibat kekurangan kalsium, biasanya terjadi
kelemahan otot. Pasien akan mengalami cara jalan bebek atau pincang.pada penyakit yang
telah lanjut, tungkai menjadi melengkung(karena berat tubuh dan tarikan otot).
4. EVALUASI DIAGNOSTIK
Pada sinar x jelas terlihat demineralisasi tulang secara umum. Pemerioksaan
vertebra memeperlihatkan adanya patah tulang kompresi tanpa batas vertebra yang jelas.
Pemeriksaan laboratorium memeperlihatkan lkadar kalsium dan fosfor yang rendah dan
peningkatan moderat kadar alkali fosfatase.
Pengkajian
Pasien dengan osteomalasia biasanya mengeluh nyeri tulang umum pada punggung bawah
dan ekstremitas disertai nyeri tekan. Gambaran ketidaknyamanan tidak jelas. Pasien
mungkin datang dengan fraktur. Selama wawancara informasi mengenai riwayat penyakit
dan kebiasaan diet harus dikaji.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan deformitas skelet, vertebra, dan lengkungan tulang
panjang membuat penampakan pasien menjadi tidak normal dan jalannya seperti bebek.
Dapat terjadi kelemahan otot. Pasien merasa tidak nyaman dengan penampilannya.
Diagnose Keperawatan
Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinguitas jaringan tulang, nyeri tekan tulang dan
kemungkinan fraktur
Gangguan citra tubuh b/d tungkai melengkung, jalan bebek, deformitas vertebra
Intervensi keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinguitas jaringan tulang, nyeri tekan tulang dan
kemungkinan fraktur
KH :
Bantu klien untuk merubah posisi karena klien mengalami nyeri tekan skelet
2. Gangguan citra tubuh b/d tungkai melengkung, jalan bebek, deformitas vertebra
Tujuan : setetelah dilakukan keperawatan selama 1 X 24 jam di harapka klien tidak malu lagi
Kh :
Jelaskan pada klien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
Rasional : Interaksi sosial dapat membantu memberikan rasa diterima tanpa memperhatikan
perubahan fisik yang terjadi.
Kh :
Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan