Anda di halaman 1dari 22

PANDEMIK COVID 19 DI INDONESIA DAN DAMPAKNYA BAGI

INTEGRASI BANGSA

Disusun Oleh :
Lentya Permata Sari Arya Pati (1819100143)
XII MIPA 6

SMA TERPADU KRIDA NUSANTARA BANDUNG


2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini, tak lupa shalawat serta salam semoga tetap tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada sahabatnya dan kita sebagai
umatnya yang setia hingga akhir zaman.

Dalam penulisan makalah yang berjudul “Pandemik COVID 19 Di Indonesia dan


Dampaknya Bagi Integrasi Bangsa”. Tidak lupa saya juga mengucapkan terima kasih kepada
Bapak/Ibu guru di SMAT Krida Nusantara khususnya selaku pengajar mata pelajaran Bhasa
Indoensia, Bahasa Inggris, Matematika Wajib, PPKN dan Sejarah Indonesia dan pihak-pihak lain
yang telah banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan sehingga penyusunan makalah ini masih jauh dari
memadai dan dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun sebagai bekal tambahan dimasa yang akan datang. Selain itu juga dalam
penulisan makalah ini terdapat hambatan – hambatan yang penulis temui, namun berkat bantuan
dari berbagai pihak semua hambatan dapat penulis atasi. Dan semoga dengan selesainya makalah
ini, pembaca dapat memetik pelajaran yang bermanfaat terutama memahami pentingnya
mengetahui perkembangan Pandemik Covid 19 di Indonesia serta dampaknya khususnya pada
integrase bangsa. Sehingga pembaca dapat memperluas wawasan serta menjadikan masa
pandemik ini bukan menjadi hambatan untuk peningkatan integritas bangsa, dan dapat
menambah tingkat kepedulian kita baik penulis maupun pembaca terhadap kesehatan selama
masa pandemik ini.

Demikianlah penulis sampaikan dengan segala kerendahan hati, dan penulis mempunyai
harapan semoga makalah ini bisa diterima, dan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
umumnya bagi para pembaca yang budiman.

Bandung, Februari 2021

Penyusun.
DAFTAR ISI

JILID ………………………………….………………………………………………………… 1

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………….. 2

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………......... 3

BAB I TINJAUAN UMUM ………………………………………………………………..........


4

A. Pandemi Di Ranah Internasional ……………………..….……………………………….........


4
1. Pandemi di Dunia ……..…………………….…………………………………… 4
2. Pandemi Covid 19 ..….…………………………………………………………... 5
3. Perkembangan Covid 19 di Berbagai Negara ...…………………………………..
7
4. Dampak Covid 19 dalam berbagai aspek di seluruh dunia ……………………….
8

B. Pandemi Covid 19 di Asia Tenggara …....……...……………………………………….........


10
1. Pandemi Covid 19 di Malaysia ……..…………………….………………..……
10
2. Pandemi Covid 19 di Singapura …………...……………………………….........
11
3. Pandemi Covid 19 di Brunei Darussalam …………………………………….... 11

C. Rumusan Masalah ………………………………………...………………………………….


12
1. Mengapa Pandemi Dapat Terjadi di Indonesia ……..….…………………..........
12
2. Bagaimana Perkembangan Covid 19 di Indonesia ……..………………….........
12
3. Dampak Apa Yang Ditimbulkan Bagi Integrasi Bangsa ……….…...…………..
12
4. Langkah Penanggulangan Yang Dilakukan Oleh Pemerintah .………………….
12

BAB II KAJIAN PANDEMIK COVID 19 DI INDONESIA BESERTA GRAFIKNYA ….


13
A. Pandemik Covid 19 di Indonesia ………..………………………………………………
13

B. Perkembangan Covid 19 di Indonesia ……………………………………………...........


13

C. Dampak Bagi Integrasi Bangsa ……………………..……………………………...........


14

D. Penanggulangan Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Agar Integrasi Tetap Terjaga ….....
15

BAB III KESIMPULAN ………………………………………………………………..…….. 15

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………......... 18

BAB I
TINJAUAN UMUM

A. Pandemi Di Ranah Internasional


Seiring peradaban manusia yang semakin tersebar, penyakit menular pun makin
merajalela. Banyak populasi manusia yang hidup berdampingan dengan hewan, terkadang
dengan sanitasi dan sumber daya alam yang terbatas. Hal ini mengakibatkan infeksi penyakit
yang kerap menular, menyebar, kemudian mengancam populasi dalam jumlah besar.

1. Pandemi di Dunia
Jauh sebelum Covid-19, beberapa pandemi buruk yang merenggut banyak nyawa
telah terjadi. Secara pengertian yang dikutip dari The New York Times, Pada 2010,
W.H.O. mendefinisikan pandemi sebagai “penyebaran penyakit baru ke seluruh dunia”
yang mempengaruhi banyak orang. Sementara itu pandemi versi C.D.C. adalah “epidemi
yang telah menyebar ke beberapa negara atau benua, biasanya mempengaruhi banyak
orang.” Plague atau wabah merupakan istilah umum untuk penyakit epidemi yang
mengakibatkan tingkat kematian yang tinggi, atau lebih luas lagi.
Pada 2017, Pusat Kontrol dan Pencegahan Wabah (CDC) merilis Kerangka
Interval Pandemi, yang secara umum selaras dengan tahapan pandemi WHO. Meskipun
fase WHO dan kerangka CDC menggambarkan pandemi flu, tahapan tersebut berguna
untuk memahami bagaimana otoritas kesehatan menanggapi keadaan darurat kesehatan
global, termasuk Covid-19 saat ini. Kerangka interval pandemi menurut CDC, meliputi:
Investigasi; Pejabat memantau kasus flu baru pada manusia atau hewan dan menilai
risiko virus menjadi pandemi. Pengakuan; Setelah jelas bahwa virus dapat menyebar
secara luas, pejabat kesehatan masyarakat fokus pada perawatan pasien dan pengendalian
penyebaran penyakit. Inisiasi; Virus menyebar dengan mudah dan untuk waktu yang
lama. Akselerasi; Saat penyebaran semakin cepat, petugas kesehatan masyarakat
menggunakan intervensi komunitas seperti membatasi jarak fisik dan penutupan sekolah.
Deselerasi; Jumlah kasus baru terus menurun, dan petugas kesehatan masyarakat dapat
mengurangi intervensi masyarakat. Persiapan; Saat gelombang pertama mereda, petugas
kesehatan memantau aktivitas virus dan mengamati gelombang sekunder. Setelah
tahapan-tahapan tersebut dilalui maka suatu penyebaran virus tersebut dapat dikatakan
sebagai pandemi. Sehingga tidak semua penyakit disuatu wilayah dapat dikategorikan
sebagai pandemi.
Pandemi merupakan wabah penyakit yang terjadi pada geografis yang luas atau
menyebar secara global. Menurut WHO, pandemi tidak ada hubungannya dengan tingkat
keparahan penyakit, jumlah korban atau infeksi, namun pada penyebaran geografisnya.
Pandemi mengacu pada epidemi yang telah menyebar di beberapa negara atau benua,
biasanya mempengaruhi sejumlah besar orang. Sementara Center for Disease Control and
Prevention (CDC) menyebut pandemi mengacu pada epidemi yang telah menyebar di
beberapa negara atau benua, biasanya mempengaruhi sejumlah besar orang. Pandemi
dinyatakan saat penyakit baru yang orang-orang tidak memiliki kekebalan akan penyakit
itu, menyebar di seluruh dunia di luar dugaan.
Sepanjang perjalanan sejarah, manusia sudah mengalami beragam wabah atau
pandemi yang mematikan yang telah menghilangkan banyak nyawa tidak hanya pandemi
Covid-19 yang sedang kita alami saat ini. Melansir Aljazeera, berikut ini adalah pandemi
yang pernah terjadi sebelum pandemi Corona mulai dari abad ke-6 hingga sekarang :
Wabah Justinian (541-549), Wabah Maut Hitam/Black Death (1346-1353), Pandemi
Kolera Ketiga (1852-1860), Pandemi Flu Rusia (1889-1890), Pandemi Kolera Keenam
(1899-1923), Pandemi Flu Spanyol (1918-1919), Flu Asia (1956-1958), dan Pandemi Flu
Hong Kong (1968-1969).

2. Pandemi Covid 19
Pandemi COVID-19 adalah peristiwa menyebarnya Penyakit koronavirus 2019
(Bahasa Inggris: Coronavirus disease 2019, disingkat COVID-19) di seluruh dunia untuk
semua Negara. Penyakit ini disebabkan oleh koronavirus jenis baru yang diberi nama
SARS-CoV-2. Wabah COVID-19 pertama kali dideteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei,
Tiongkok pada tanggal 1 Desember 2019, dan ditetapkan sebagai pandemi oleh
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tanggal 11 Maret 2020. Hingga 14 November
2020, lebih dari 53.281.350 orang kasus telah dilaporkan lebih dari 219 negara dan
wilayah seluruh dunia, mengakibatkan lebih dari 1.301.021 orang meninggal dunia dan
lebih dari 34.394.214 orang sembuh.
Virus SARS-CoV-2 diduga menyebar di antara orang-orang terutama melalui
percikan pernapasan (droplet) yang dihasilkan selama batuk. Percikan ini juga dapat
dihasilkan dari bersin dan pernapasan normal. Selain itu, virus dapat menyebar akibat
menyentuh permukaan benda yang terkontaminasi dan kemudian menyentuh wajah
seseorang. Penyakit COVID-19 paling menular saat orang yang menderitanya memiliki
gejala, meskipun penyebaran mungkin saja terjadi sebelum gejala muncul. Periode waktu
antara paparan virus dan munculnya gejala biasanya sekitar lima hari, tetapi dapat
berkisar dari dua hingga empat belas hari. Gejala umum di antaranya demam, batuk, dan
sesak napas. Komplikasi dapat berupa pneumonia dan penyakit pernapasan akut berat.
Tidak ada vaksin atau pengobatan antivirus khusus untuk penyakit ini. Pengobatan primer
yang diberikan berupa terapi simtomatik dan suportif. Langkah-langkah pencegahan yang
direkomendasikan di antaranya mencuci tangan, menutup mulut saat batuk, menjaga
jarak dari orang lain, serta pemantauan dan isolasi diri untuk orang yang mencurigai
bahwa mereka terinfeksi.
Latar belakang pandemi Covid-19 ini berasal dari Wuhan yang merupakan kota
terbesar ketujuh di Tiongkok, dengan populasi lebih dari 11 juta orang. Kota ini
merupakan pusat transportasi utama di Tiongkok bagian tengah, yang terletak sekitar 700
mil (1100 km) di sebelah selatan Beijing, 500 mil (800 km) di sebelah barat Shanghai,
dan 600 mil (970 km) di sebelah utara Hong Kong. Bandar udara Wuhan memiliki
penerbangan langsung ke berbagai kota besar di Eropa: enam kali penerbangan mingguan
ke Paris, tiga kali ke London, dan lima kali ke Roma.
Pada bulan Desember 2019, terjadi sekelompok kasus "radang paru-paru
(pneumonia) yang tidak diketahui penyebabnya" yang dihubungkan dengan pasar grosir
makanan laut Huanan. Pasar ini memiliki ribuan kios yang menjual berbagai hewan,
seperti ikan, ayam, burung pegar, kelelawar, marmut, ular berbisa, rusa bintik, dan
binatang liar lainnya. Setelah virus korona diketahui sebagai penyebab penyakit ini,
kecurigaan pun muncul bahwa virus korona baru ini bersumber dari hewan.
Sebagian besar virus korona bersirkulasi di antara hewan, tetapi enam spesies di
antaranya berevolusi dan mampu menginfeksi manusia, seperti yang terlihat pada
sindrom pernapasan akut berat (SARS), sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS), dan
empat virus korona lain yang menyebabkan gejala pernapasan ringan seperti pilek.
Keenamnya dapat menular dari manusia ke manusia.
Pada tahun 2002, dengan musang sebagai sumber virus, wabah SARS dimulai di
daratan Tiongkok dan menjalar hingga ke Kanada dan Amerika Serikat dengan bantuan
beberapa penular super dan adanya penerbangan internasional. Akibatnya, lebih dari 700
orang meninggal di seluruh dunia. Kasus SARS terakhir dilaporkan pada tahun 2004.
Pada saat itu, pemerintah Tiongkok dikritik oleh WHO karena bersikap lamban dalam
menangani virus tersebut. Sepuluh tahun setelah SARS, penyakit virus korona terkait
unta arab, yaitu MERS, mengakibatkan lebih dari 850 orang meninggal di 27 negara.
Wabah virus korona dari Wuhan dikaitkan dengan pasar yang menjual hewan untuk
dikonsumsi, sehingga penyakit tersebut diduga berasal dari hewan. Hal ini menimbulkan
kekhawatiran bahwa wabah virus korona baru akan mirip dengan wabah SARS.
Kekhawatiran tersebut diperburuk oleh adanya perkiraan bahwa sejumlah besar
wisatawan akan berlibur pada Tahun Baru Imlek, yang dimulai pada 25 Januari 2020.
Seseorang berusia 55 tahun dari provinsi Hubei, China, diduga adalah orang
pertama yang tertular COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus Corona baru yang
telah menyebar di seluruh dunia. Penelusuran media South China Morning Post
menemukan kasus awal tersebut terdeteksi pada 17 November 2019.
Pada 27 Desember, Dr Zhang Jixian, kepala departemen pernapasan di Rumah
Sakit Provinsi Hubei, melaporkan kepada pejabat kesehatan di China bahwa virus corona
baru yang menyebabkan penyakit COVID-19; pada hari itu, telah menginfeksi lebih dari
180 orang. Meski dengan adanya kasus pasien 17 November yang teridentifikasi, dokter
belum bisa memastikan apakah ia adalah 'patient zero' atau manusia pertama yang
terinfeksi SARS-CoV-2 dan ada kemungkinan bahwa kasus lebih awal akan ditemukan.
Sebagian besar orang yang tertular COVID-19 akan mengalami gejala ringan
hingga sedang, dan akan pulih tanpa penanganan khusus. Masing-masing orang memiliki
respons yang berbeda terhadap COVID-19. Gejala yang paling umum dirasakan berupa
demam, batuk kering, dan kelelahan. Namun terdapat juga beberapa gejala yang sedikit
tidak umum berupa rasa tidak nyaman nyeri tenggorokan, diare, konjungtivitis (mata
merah), sakit kepala, hilangnya indera perasa atau penciuman, dan ruam pada kulit, atau
perubahan warna pada jari tangan atau jari kaki. Virus yang menyebabkan COVID-19
terutama ditransmisikan melalui droplet (percikan air liur) yang dihasilkan saat orang
yang terinfeksi batuk, bersin, atau mengembuskan nafas. Droplet ini terlalu berat dan
tidak bisa bertahan di udara, sehingga dengan cepat jatuh dan menempel pada lantai atau
permukaan lainnya. Anda dapat tertular saat menghirup udara yang mengandung virus
jika Anda berada terlalu dekat dengan orang yang sudah terinfeksi COVID-19. Anda juga
dapat tertular jika menyentuh permukaan benda yang terkontaminasi lalu menyentuh
mata, hidung, atau mulut Anda.

3. Perkembangan Covid 19 di Berbagai Negara


Dilansir dari Kompas.com Rabu (4/3/2020) menunjukkan bahwa sudah ada lebih
dari 75 negara yang mengonfirmasi kasus virus corona Covid-19 di negaranya. Sebanyak
93.158 kasus telah dikonfirmasi, di mana ada 3.198 kasus kematian. Sementara, sebanyak
50.690 pasien telah dinyatakan sembuh. Mewabahnya virus Covid-19 menjadi perhatian
tersendiri bagi pemerintah di berbagai negara di dunia. Sejumlah upaya telah dilakukan
oleh setiap negara untuk menangani ataupun mencegah penyebaran Covid-19 semakin
meluas. Sejumlah negara seperti China, Korea Selatan, Singapura, dan Iran, tercatat
memiliki kasus corona lebih dulu dari Indonesia. Namun, sistem penanggulangan Covid-
19 di Korea Selatan dan Singapura dianggap mampu meredam penyebaran virus tersebut.
Korea Selatan bahkan menjadi negara pelopor yang menerapkan sistem pemeriksaan
corona via drive-through demi mempermudah masyarakat guna memeriksakan diri.
Penting bagi kita untuk mengetahui perkembangan-perkembangan pandemi corona ini di
berbagai negara-negara lain di lain benua beserta cara penanganannya sehingga kita
mengathui posisi atau keberadaan perkembangan dan penanganan yang dilakukan oleh
negara kita sudah efektif atau belum. Berikut adalah langkah beberapa negara dalam
menghadapi virus corona Covid-19 di negaranya: China; Virus corona Covid-19 pertama
kali ditemukan pada akhir 2019 di Wuhan, China. Setelah itu, penyakit pun semakin
menyebar. Setelah itu, pemerintah China melakukan isolasi di Kota Wuhan, yang
merupakan ibu kota Provinsi Hubei. Saat kasus terus bertambah dan semakin meluas,
pemerintah kemudian memutuskan untuk mengisolasi kota-kota lain di Provinsi Hubei.
China juga melakukan pembangunan dua rumah sakit khusus untuk menangani virus
corona, yaitu RS Huoshenshan dan RS Leishenshan. Pada 28 Februari, Wuhan juga
membangun 16 rumah sakit sementara untuk penanganan virus corona. Selain itu,
digunakan pula sejumlah teknologi untuk menghadapi dan menangani wabah virus yang
terjadi, di antaranya adalah kode, drone, perawatan e-medis, hingga perawat robot dan
diagnosis AI. Terbaru, ada lebih dari 50 persen pasien virus corona di China yang
dilaporkan sembuh dan telah diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Atas dasar itu,
Otoritas Kota Wuhan di China melaporkan penutupan salah satu dari 16 RS darurat yang
telah dibangun untuk menangani pasien Covid-19.
Korea Selatan Di luar China, jumlah kasus terbanyak Covid-19 yang dilaporkan
terjadi di Korea Selatan. Hingga Rabu (4/3/2020), total kasus yang telah dikonfirmasi
sebanyak 5.328 dengan jumlah kematian sebanyak 28. Sementara, untuk jumlah pasien
sembuh telah mencapai 41 orang. Pemerintah Korea Selatan juga telah melakukan
sejumlah upaya sejak virus corona Covid-19 dideteksi di negaranya. Salah satunya adalah
dengan menemukan cara inovatif untuk menguji virus corona baru pada pasien, yang
terinspirasi dari sistem drive-through. Baca juga: Perang Melawan Corona Di utara Kota
Goyang, para pengemudi berhenti di tempat parkit di mana mereka bertemu dengan
petugas kesehatan. Pengemudi kemudian pergi ke beberapa lokasi di mana perawat
dalam jas pelindung dari plastik, masker, hingga pelindung wajah, mendaftarkan
pengemudi, memeriksa suhu tubuh, dan mengambil sampel dari tenggorokan dan saluran
hidung. Korea Selatan memiliki lebih dari 500 titik pengetesan virus corona, yang telah
menguji lebih dari 100.000 orang. Sebelumnya, pemerintah Korea Selatan juga telah
menerapkan sejumlah kebijakan, seperti larangan masuk ke negaranya hingga
pembatasan ketat pada turis yang berangkat ke Korea Selatan.
Laporan situs independen, worldometer, tanggal 9 Januari 2021 menunjukkan
jumlah kasus positif virus corona di AS sebanyak 27.673.023 dengan 475.970 kematian.
Sedangkan di Eropa dilaporkan 31.422.636 dengan 740.235 kematian. Kematian
terbanyak di AS (peringkat ke-1 dunia). Di Eropa kematian terbanyak di Inggris 112.798,
disusul Italia 91.580, Prancis 79.423, Jerman 62.597 dan Spanyol 62.295. Uni Eropa
lebih lamban memulai program vaksinasinya. Sebagian warga mengkritik kebijakan Uni
Eropa dalam hal persetujuan dan pengadaan vaksin. Perancis dan negara-negara Uni
Eropa lain telah berargumen prosesnya tidak boleh terburu-buru. Perancis memiliki
tingkat "skeptisisme vaksin" tertinggi di dunia. Sejauh ini, 75% di Perancis tidak
menyukai gagasan yang mewajibkan vaksinasi. Inggris adalah satu negara yang lebih
menerima gagasan untuk mewajibkan vaksinasi -62% menganggapnya sebagai sesuatu
yang bisa diterima. Program vaksinasi itu semakin cepat di Inggris. Lebih dari 12 juta
warga telah menerima dosis pertama mereka. Inggris juga mengalami jumlah kematian
terbanyak akibat virus corona di Eropa.

4. Dampak Covid 19 dalam berbagai aspek di seluruh dunia


Pandemi Covid-19 telah memberi dampak negatif terhadap perekonomian global.
IMF mencatat perekonomian global telah jatuh ke dalam jurang krisis setelah sekitar 95
persen negara-negara di dunia diproyeksi mengalami kontraksi atau menderita
pertumbuhan ekonomi negatif. Selain itu, IMF mencatat pandemi virus corona juga telah
menyebabkan kerugian perekonomian global sebesar 12 triliun dolar AS atau sekitar
Rp168.000 triliun (kurs Rp14 ribu).
Pemberlakuan social distancing, dan physical distancing tentu membatasi ruang
gerak dan mobilitas masyarakat. Bahkan lockdown mengakibatkan masyarakat tidak
dapat beraktivitas di luar rumah bahkan untuk mereka yang berstatus sebagai pekerja
harian atau pedagang kaki lima. Diakui atau tidak banyak pihak yang merasakan dampak
negatif dari pandemi virus corona saat ini. Pendapatan masyarakat jelas berkurang,
terutama mereka yang berpenghasilan harian seperti buruh harian, pedagang kaki lima,
ojek online, tukang parkir, dan lainnya. Dampak negatif penyebaran virus corona tak
hanya dirasakan oleh masyarakat saja, tetapi juga dunia usaha baik skala kecil,
menengah, maupun besar. Sehingga terdapat beberapa industri bisnis terdampak pandemi
virus corona seperti Industri pariwisata dan perhotelan. Di saat musim liburan industri
pariwisata dan perhotelan pastilah mencapai kejayaannya. Tingkat kunjungan wisatawan
ke berbagai tempat wisata meningkat, di mana tempat-tempat wisata selalu ramai bahkan
penuh sesak dengan kerumunan massa wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Demikian pula dengan industri perhotelan, di mana tingkat hunian hotel mengalami
kenaikan. Hampir tak ada kamar hotel yang kosong, semua terisi dengan tamu. Namun
kondisi tersebut kini berubah drastis, di mana tempat-tempat wisata sepi bahkan pihak
pengelola harus menutup dan menghentikan operasional layanannya. Hal ini dilakukan
semata-mata untuk menghindari kerumunan. Pandemi virus corona mengakibatkan
masyarakat takut dan meningkatkan kewaspadaan sehingga mereka memilih untuk tetap
di rumah dan membatasi atau bahkan tidak melakukan aktivitas di luar rumah sama
sekali. Akibatnya, masyarakat membatalkan rencana travelling dan pesanan hotel yang
telah di-booking sebelumnya. Imbas dari semua itu tentu saja, tingkat pendapatan dari
sektor pariwisata dan perhotelan menurun drastis. Dalam sektor pariwisata termasuk pula
bisnis agen perjalanan wisata seperti travel, kereta api, dan maskapai penerbangan.
Mungkin mereka masih membuka layanan perjalanan dari dan ke berbagai kota tujuan.
Namun, jumlah dan kapasitas penumpang maksimal tentu dibatasi, tak sebanyak sebelum
pandemi virus corona muncul.
Selain itu, industri UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) juga sangat
berdampak oleh adanya pandemi corona ini. Karena tak semua masyarakat memiliki
status pekerjaan sebagai karyawan tetap. Sebagian bahkan kebanyakan dari mereka
adalah pelaku usaha mikro kecil dan menengah, yang masuk dalam golongan atau
kelompok masyarakat berpenghasilan tidak tetap dan harian. Penyebaran virus corona ini
memberi pukulan keras bagi kelompok masyarakat ini, karena mereka ‘terpaksa’ harus
menghentikan kegiatan usahanya. Artinya praktis pendapatan mereka berkurang bahkan
tidak memiliki penghasilan sama sekali. Guncangan ekonomi mulai dirasakan ketika
‘ketidakberdayaan’ sebagai akibat dari pandemi virus corona ini dihantam dengan
tekanan hidup. Di satu sisi mereka dituntut untuk bisa menghadapi situasi dan kondisi
agar tetap survive, namun di sisi lain mereka pun dihadapkan pada beban tanggungan
seperti biaya hidup sehari-hari, baik konsumsi maupun biaya-biaya lain termasuk cicilan
kredit. Di saat mereka dalam posisi jobless tanpa penghasilan, mereka pun harus
memenuhi kebutuhan untuk bisa melangsungkan kehidupannya. Jelas mereka tidak akan
bisa survive dalam kondisi yang demikian. Perlu adanya campur tangan pemerintah yang
memberikan subsidi yang setidaknya mampu menjamin kebutuhan dasar mereka. Dalam
hal ini, pemerintah perlu bekerjasama dengan pihak terkait untuk memberikan
kelonggaran segala macam pembayaran, seperti cicilan kredit, biaya listrik, dan lainnya.
Pandemi corona juga berdampak negatif lainnya seperti Tenaga medis mengalami
kelelahan fisik dan mental. Tenaga medis baik dokter maupun perawat merupakan garda
terdepan dalam ‘peperangan’ melawan virus corona. Mereka melakukan pekerjaan yang
tidak bisa dilakukan oleh jutaan orang awam. Mereka memiliki keahlian, pengetahuan,
dan keterampilan yang mumpuni untuk mengatasi pasien-pasien yang terinfeksi virus
corona. Jumlah pasien corona yang meningkat setiap harinya memaksa para tenaga medis
untuk bekerja ekstra keras. Hal ini jelas menimbulkan kelelahan baik secara fisik maupun
psikis. Mereka pun terancam mengalami stres, sakit hati, frustasi, bahkan depresi.
Kondisi tersebut diperparah dengan minimnya ketersediaan peralatan medis yang
dibutuhkan untuk melindungi diri seperti masker dan APD (Alat Pelindung Diri). Padahal
merekalah kelompok yang paling rentan tertular virus tersebut. Benar saja, tak sedikit
dokter dan perawat yang terinfeksi virus corona dan sebagian di antaranya gugur saat
bertugas. Duka yang dirasakan para tenaga medis tentu bukan hanya kehilangan teman
sejawat dan ketakutan terinfeksi, tetapi juga harus jauh dari keluarga. Kebanyakan
mereka tidak berani pulang dan lebih memilih untuk tetap tinggal di rumah sakit. Mereka
memposisikan diri sebagai carrier (pembawa virus) yang berisiko menularkan kepada
keluarganya.
Dampak lain yang dirasakan akibat korban virus corona dari hari ke hari semakin
meningkat berupa kepanikan belanja dan kelangkaan barang. Informasi mengenai
keganasan virus ini pun simpang siur, sehingga masyarakat kurang teredukasi dengan
baik. Alhasil, timbullah kepanikan yang luar biasa di kalangan masyarakat. Apalagi
pemerintah mengimbau untuk tetap berada di rumah, termasuk bagi mereka yang bekerja
pun harus dirumahkan dalam arti bekerja dari rumah (work from home) untuk memutus
rantai penyebaran virus. Kepanikan masyarakat yang ingin selamat dari pandemi corona
ini ditambah anjuran tetap di rumah mengakibatkan panic buying. Akibatnya, terjadi
kelangkaan beberapa barang sebagai alat pelindung diri dari virus seperti masker, hand
sanitizer, alkohol, dan lainnya. Kelangkaan ini menyebabkan harga barang-barang
tersebut melonjak di pasaran.
Akan tetapi dibalik ‘musibah’ tentulah ada hikmah yang bisa dipetik. Demikian
pula dengan pandemi virus corona ini. Tak semuanya menimbulkan dampak negatif,
tetapi ada pula dampak positifnya. Seperti kesadaran masyarakat akan pola hidup bersih
dan sehat meningkat, Mobilitas masyarakat yang tinggi terutama di kota-kota besar
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, yakni timbulnya polusi dari asap
kendaraan dan juga pabrik. Munculnya virus corona jenis covid-19 ini memaksa
dihentikannya aktivitas ekonomi, di mana pekerja bekerja dari rumah dan pabrik-pabrik
mengurangi atau bahkan menghentikan operasionalnya. Dampaknya udara menjadi lebih
bersih dan sehat untuk dihirup, karena polusi berkurang. Tak hanya itu langit pun tampak
biru kembali cerah. Sungai-sungai tampak lebih jernih. Diakui atau tidak, pandemi virus
corona ini seolah merupakan tombol reset alam untuk melakukan recovery.
B. Pandemi Covid 19 di Asia Tenggara
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pandemi virus Corona COVID-19
masih terus merebak. Namun, peningkatan kasus Corona dan kematian karena Corona
melambat secara global, tapi hal ini tidak berlaku untuk negara di Asia Tenggara dan
Mediterania timur. Asia Tenggara menjadi wilayah yang paling terdampak kedua, setelah
melaporkan lonjakan virus Corona yang menyebabkan 28 persen kasus baru dan 15 persen
kematian. Dikutip dari laman Worldmeter.info hingga kini Indonesia masih menempati posisi
sebagai negara dengan jumlah kasus tertinggi diantara kawasan negara-negara tetangga di
Asia Tenggara, tingginya kematian akibat COVID-19 di Indonesia juga tak terlepas dari
perilaku masyarakat yang masih kurang patuh menjalankan protokol kesehatan (memakai
masker, mencuci tangan dan menjaga jarak) yang apabila dibandingkan negara-negara di
sesama kawasan Asia Tenggara cenderung lebih memiliki tingkat kesadaran akan kesehatan
dengan mematuhi protocol kesehatan yang lebih tinggi.

1. Pandemi Covid 19 di Malaysia


Dilansir dari laman JHUCSSE.Covid19 (03/03/2021) hingga kini Malaysia
memiliki total kasus sebanyak 304.000, sembuh sebanyak 278.000 dan meninggal dunia
1.141 jiwa. Jumlah ini merupakan jumlah yang masih terbilang sedikit apabila
dibandingkan dengan jumlah kasus di Indonesia yang hingga kini berjumlah 1.350.000
jiwa.
Hal ini tentu saja menjadi suatu hal yang tidak mengherankan karena penanganan
yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia dalam menangani Covid-19 ini sangat serius,
bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memuji penanganan Covid-19 yang
dilakukan pemerintah Malaysia dan menempatkan “Malaysia pada urutan ke 16 dalam
keberhasilan menangani COVID-19 dari 98 buah negara mengatasi beberapa negara
terkemuka di Asia antaranya Jepang, dan Korea Selatan dengan skor yang diberikan ialah
71%” Ujar Menteri Pertahanan Malaysia, Datuk Sri Ismail Sabri Yakoob di Putrajaya,
Kamis. Kapasitas yang kuat dalam persiapan menghadapi wabah dan respons pemerintah
membantu membangun fondasi yang stabil dalam penanganan pandemi Covid-19. Untuk
meminimalisir dampak ekonomi yang ditimbulkan dari wabah ini, pemerintah Malaysia
telah mengumumkan paket stimulus kedua sejumlah 58 miliar dollar AS.

2. Pandemi Covid 19 di Singapura


Dilansir dari laman JHUCSSE.Covid19 (03/03/2021) hingga kini Singapura
memiliki total kasus sebanyak 59.956, sembuh sebanyak 59.842 dan meninggal dunia 29
jiwa. Penanganan yang dilakukan oleh Perdana Menteri Singapura bahwa sebagian besar
tempat kerja akan ditutup mulai Selasa (7/4/2020) dan seluruh sekolah akan
mengaplikasikan pembelajaran di rumah. Sebelumnya, negara ini juga telah
memberlakukan denda sebanyak 10.000 dollar Singapura atau 7.000 dollar AS dan
hukuman penjara hingga 6 bulan bagi orang yang melanggar aturan social distancing.
Pemerintah juga mengeluarkan paket stimulus sebesar 48 miliar dollar Singapura untuk
mempertahankan kondisi ekonominya selama wabah. Selain itu, tenaga medis dan rumah
sakit di Singapura terlihat lebih siap. Sampai saat ini tercatat hanya ada 26 pasien virus
corona meninggal di Singapura. Hal itu diduga karena tenaga medis dan rumah sakit di
Singapura terbiasa dilatih secara rutin untuk menghadapi situasi darurat. Setiap latihan
dilakukan dengan skenario berbeda seperti kondisi perang, bencana alam dan lain-lain
serta dalam waktu yang acak.

3. Pandemi Covid 19 di Brunei Darussalam


Dilansir dari laman JHUCSSE.Covid19 (03/03/2021) hingga kini Singapura
memiliki total kasus sebanyak 187, sembuh sebanyak 181 dan meninggal dunia hanya
sebanyak 3 jiwa. Menurut laman Worldometer, yang mencatat data Covid-19 dari 218
negara, Brunei berada di peringkat 194 di antara negara-negara yang dilanda Covid-19.
Peringkat pertama masih ditempati Amerika Seringat dengan total kasus sebanyak
10.283.063 dan total kematian sebanyak 243.737 jiwa. Tingkat penyebaran Covid-19
yang terkendali ini tentunya tidak terlepas akibat tingkat kepatuhan warga yang sangat
berpengaruh terhadap hasil penanganan penyebaran virus corona. Sistem pemerintahan
yang berbeda dan jumlah penduduk yang tidak banyak, juga menjadi faktor yang
mempengaruhi kecepatan penanganan virus. Meski begitu, Brunei menjadi salah satu
negara pertama yang menerapkan larangan perjalanan ke China, terutama Provinsi Hubei,
tempat virus corona pertama kali terdeteksi. Larangan perjalanan itu diberlakukan pada
Januari lalu, sebulan setelah virus corona terdeteksi di Wuhan, Hubei. Dikutip The
Diplomat, Brunei juga langsung memeriksa seluruh pintu kedatangan demi
meminimalisir penularan virus corona dari luar negeri.

C. Rumusan Masalah
1. Mengapa Pandemi Dapat Terjadi di Indonesia?
2. Bagaimana Perkembangan Covid 19 di Indonesia?
3. Dampak Apa Yang Ditimbulkan Bagi Integrasi Bangsa?
4. Langkah Penanggulangan Yang Dilakukan Oleh Pemerintah?
BAB II
KAJIAN PANDEMIK COVID 19 DI INDONESIA BESERTA GRAFIKNYA

A. Pandemik Covid 19 di Indonesia


Pada 2 Maret 2020, untuk pertama kalinya pemerintah mengumumkan dua kasus pasien
positif Covid-19 di Indonesia. Namun, Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu
Riono menyebutkan virus corona jenis SARS-CoV-2 sebagai penyebab Covid-19 itu sudah
masuk ke Indonesia sejak awal Januari. "Sejak awal Januari kemungkinan besar virus
(SARS-CoV-2) itu sudah masuk ke Indonesia," kata Pandu dalam diskusi daring bertajuk
"Mobilitas Penduduk dan Covid-19: Implikasi Sosial, Ekonomi dan Politik. Sejak awal
Januari kemungkinan besar virus (SARS-CoV-2) itu sudah masuk ke Indonesia," kata Pandu
dalam diskusi daring. Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menjelaskan dari kedua
pasien, salah satunya merupakan guru dansa. Pasien berusia 31 tahun ini lantas melakukan
kontak fisik dengan WNA Jepang. Sebelum ke Indonesia, WNA Jepang ini bermukim di
Malaysia sejak 14 Februari 2020 lalu. Warga Jepang yang dites positif terinfeksi virus
SARS-CoV-2 setelah kembali dari perjalanan ke Indonesia bukanlah kasus COVID-19. Ia
bersikeras bahwa SARS-CoV-2 berbeda dari COVID-19, padahal COVID-19 adalah nama
penyakitnya, sementara virus yang menyebabkannya dinamai SARS-CoV-2 oleh Komite
Internasional Taksonomi Virus (ICTV). Hanya butuh waktu 38 hari untuk COVID-19
menginfeksi seluruh provinsi di Indonesia, yakni pada 9 April 2020. Provinsi terakhir yang
mengumumkan adanya kasus COVID-19 adalah Gorontalo. Gubernur Rusli Habibie
mengumumkan kasus positif COVID-19 pertama di wilayahnya.

B. Perkembangan Covid 19 di Indonesia


Hingga Februari 2020, pemerintah Indonesia tampak berupaya mendesekuritisasi isu
COVID-19, yang terlihat dari pernyataan-pernyataan pemerintah yang tidak membicarakan
penyakit ini sebagai ancaman sama sekali, walau para ahli telah memperingatkan bahwa
virus korona mungkin sudah ada di Indonesia. Pemerintah tampaknya tidak memiliki rasa
krisis maupun kapasitas untuk merespons krisis, sehingga cenderung meremehkan penyakit
ini. Dalam menghadapi ancaman kesehatan ini, pemerintah malah lebih mempertimbangkan
pendekatan ekonomi. Pemerintah tampaknya ingin menjaga citra Indonesia aman dan stabil
untuk meyakinkan investor. Hal ini tampak ketika akhir Januari hingga Februari 2020 lalu
tanggapan yang dilakukan oleh Menkes Terawan Agus Putranto menghimbau pencegahan
virus korona adalah dengan tidak panik dan resah, “enjoy” saja, dan makan secukupnya. Saat
itu Menko Polhukam Mahfud MD mengumumkan bahwa Indonesia adalah satu-satunya
negara besar di Asia yang belum memiliki kasus positif virus korona dan mendiskreditkan
penelitian Harvard T.H. Chan School of Public Health yang menyimpulkan bahwa virus
korona seharusnya sudah ada di Indonesia, tetapi tidak terdeteksi. Bahkan hingga virus
corona sempat dijadikan bahan candaan bahwa tidak ada virus korona di Indonesia karena
masyarakat kebal karena suka makan nasi kucing.
Sampai tanggal 3 Maret 2021, Indonesia telah melaporkan 1.353.834 kasus positif
menempati peringkat pertama terbanyak di Asia Tenggara. Dalam hal angka kematian,
Indonesia menempati peringkat ketiga terbanyak di Asia dengan 36.721 kematian. Namun,
angka kematian diperkirakan jauh lebih tinggi dari data yang dilaporkan lantaran tidak
dihitungnya kasus kematian dengan gejala COVID-19 akut yang belum dikonfirmasi atau
dites. Sementara itu, diumumkan 1.169.916 orang telah sembuh, menyisakan 147.197 kasus
yang sedang dirawat. Pemerintah Indonesia telah menguji 7.290.849 orang dari total 269 juta
penduduk, yang berarti hanya sekitar 27.043 orang per satu juta penduduk. Berikut penyajian

grafik data perkembangan pandemi Covid 19 di Indonesia setiap akhir bulannya, sejak awal
masuk 2 Maret hingga genap setahun pada 2 Maret 2021 lalu:

Jika ditinjau berdasarkan kasus berdasarkan provinsi Jakarta menjadi provinsi pertama
yang melaporkan kasus, sedangkan Gorontalo menjadi yang terakhir. Pada 6 Juli, Jambi
menjadi provinsi terakhir yang melaporkan kematian, 53 hari setelah Nusa Tenggara Timur.
Jakarta memecahkan rekor untuk kasus terbanyak dalam sehari dengan 2.096 kasus,
mengalahkan rekor sebelumnya yang dipegang Jawa Tengah dengan 2.036 kasus. Jawa saat
ini menjadi episenter karena memiliki lebih banyak kasus daripada pulau lainnya. Selain itu,
empat provinsi paling terdampak juga terletak di pulau ini.

C. Dampak Bagi Integrasi Bangsa


Tidak hanya mengancam nyawa manusia, dalam skala yang lebih besar COVID-19 juga
mengancam keutuhan suatu negara. Berbagai bidang mulai dari ekonomi, politik, sosial
budaya, hingga pertahanan dan keamanan mulai teraniaya oleh datangnya COVID-19 ini.
Dampak COVID-19 yang paling terasa bagi Indonesia adalah di bidang ekonomi. Indonesia
merupakan negara berkembang walaupun pernah dinyatakan jika negara Indonesia sudah
menjadi negara maju, tetapi masih banyak indikator yang belum terpenuhi untuk membuat
Indonesia disebut sebagai negara maju dan masih banyak tujuan yang harus diwujudkan
untuk menjadi negara yang sejahtera. Akibat mewabahnya virus corona, tujuan-tujuan
tersebut terpaksa harus ditunda sementara untuk mengatasi permasalahan yang ditimbulkan
oleh virus ini.
COVID-19 menyebabkan banyak bisnis terutama bisnis kecil mengalami penurunan
pendapatan dan bahkan merugi. Banyak perusahan yang terpaksa harus memberhentikan
banyak karyawannya supaya dapat bertahan di tengah pandemi corona ini. Ancaman
selanjutnya adalah anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan. Setiap harinya IHSG
menunjukkan warna merah darah. Hal ini disebabkan oleh ketakutan investor dalam
menginvestasikan dananya ke perusahaan karena situasi yang tidak stabil saat ini. Mereka
cenderung beralih ke aset yang cenderung aman seperti emas. Menyusul tren penurunan
harga saham di seluruh dunia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah bahkan
sebelum konfirmasi COVID-19 pertama di Indonesia. Menanggapi ekspektasi perlambatan
ekonomi di Indonesia akibat menurunnya kegiatan ekonomi Tiongkok, Bank Indonesia
memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin menjadi 4,75% pada 20 Februari. Pada 12
Maret, saat WHO mengumumkan pandemi, IHSG jatuh 4,2 persen menjadi 4.937 ketika sesi
Kamis dibuka, yang merupakan level yang tidak pernah terjadi selama hampir empat tahun
terakhir. Pada 13 Maret, perdagangan saham dihentikan untuk pertama kalinya sejak 2008
karena pandemi. Sementara itu, perdagangan Bursa Efek Indonesia telah mengalami
penghentian perdagangan (trading halt) sebanyak lima kali sejak diberlakukan terhitung 11
Maret 2020. Penghentian transaksi perdagangan terjadi masing-masing pada 12 Maret 2020
pada pukul 15:33 WIB, 13 Maret 2020 pukul 09:15:33 waktu JATS, kemudian 17 Maret
2020 pukul 15:02 waktu JATS, dan 19 Maret 2020 pukul 09:37 JATS. Transaksi
perdagangan kelima yang dihentikan terjadi pada 23 Maret 2020, pukul 14:52:09 waktu
JATS.
Selain itu terjadi anjloknya nilai tukar mata uang rupiah yang diakibatkan oleh kepanikan
pasar global, nilai rupiah turun hingga Rp 16.500,00 per dolar AS. Kabar baiknya dalam hal
ini pemerintah bisa segera menangani dan membuat nilai rupiah naik menyentuh angka Rp
15.800,00 per dolar AS. Pada 17 Maret, nilai tukar rupiah melemah ke kisaran Rp15.000-an,
sehingga mengulangi lagi pencapaian serupa pada Oktober 2018. Pada penutupan 23 Maret,
nilai tukar menyentuh angka Rp16.000-an. Pada penutupan 9 April, nilai tukar kembali ke
kisaran Rp15.000-an. Pada penutupan 30 April, nilai tukar kembali ke kisaran Rp14.000-an.
Untuk mencegah nilai tukar menyentuh kisaran Rp17.000-an, Bank Indonesia menggunakan
cadangan devisa sebesar $7 miliar (Rp105 triliun), sehingga cadangan devisi pada akhir
Maret 2020 sebesar $121 miliar, turun US$ 9,4 miliar dibandingkan bulan sebelumnya. Bank
Indonesia juga membeli surat utang negara yang dijual pihak asing hingga Rp 166,2 triliun.
Pada 5 Juni, rupiah menguat drastis hingga mencapai kisaran Rp13.000-an. Pada 12 Juni,
rupiah kembali melemah ke kisaran Rp14.000-an
Pandemi ini juga berdampak pada berbagai sector khususnya pariwisata, dan hiburan.
Seperti halnya dengan Bali mengalami penurunan kedatangan wisatawan sebesar 33% bila
dibandingkan dengan Januari, dan penurunan tajam 96% wisatawan Tiongkok. Hotel
mengalami tingkat hunian yang sangat rendah, dengan beberapa hotel mencatat tingkat
hunian 5% dan bahkan 0% karena terlalu mengkhususkan diri pada pengunjung Tiongkok,
adanya pembatasan perjalanan dari negara terinfeksi, dan ketakutan secara umum terhadap
virus. Namun, ada peningkatan minat wisatawan domestik, dan wisatawan Tiongkok yang
sudah berada di pulau itu umumnya memilih untuk memperpanjang masa tinggal mereka.
Terkait dengan COVID-19 yang beredar, masyarakat pun panik dan menghabiskan
berbagai barang kebutuhan yang ada di took sehingga terjadinya ketidak seimbangan antara
supply dan demand.
Dampak COVID-19 juga membawa berbagai isu-isu politik yang mengancam integrasi
bangsa. Dalam hal ini pemerintah memegang peranan penting dalam menanggulangi masalah
akibat COVID-19, namun dengan adanya pandemi ini rasa ketidakpercayaan Publik terhadap
Pemerintah. Hal ini disebabkan karena pemerintah menyembunyikan informasi terkait
dengan COVID-19. Informasi tentang virus corona seakan-akan menjadi eksklusif. Bisa
dibilang pemerintah pusat berupaya untuk memusatkan informasi penanganan COVID-19 di
Kemenkes. Hal ini membuat akses informasi semakin terbatas.
Ketidakmampuan pemerintah dalam menangani kasus COVID-19 seringkali dijadikan
alasan oleh banyak pihak untuk melawan pemerintah. Dalam kondisi saat ini, masyarakat
tentunya akan lebih mudah digiring oleh pihak-pihak tersebut. Bahkan beberapa saat yang
lalu kita sempat mendengar bahwa beberapa napi akan dibebaskan untuk meredam efek
COVID-19. Entah hal ini dapat digolongkan ke dalam bidang politik atau tidak akan tetapi
saya rasa hal ini juga dapat mengancam integrasi bangsa selama masa pandemi ini
berlangsung karena NAPI yang dibebaskan salah satunya adalah koruptor, yang merupakan
penjahat paling dibenci warga. Dalam situasi saat ini, ketika pemerintah fokus menghadapi
virus corona, beberapa pihak sengaja memanfaatkannya untuk memperoleh keuntungan.
Dalam kondisi saat ini, pemerintah sebisa mungkin membuka informasi terkait dengan
COVID-19. Jika memang ada informasi yang tidak dapat disaspaikan, sebaiknya pemerintah
menunjukkan performanya dalam menangani pandemi ini untuk mendapatkan kepercayaan
masyarakat. Selain itu, baik rakyat maupun para pemimpin tetap meningkatkan rasa
persatuan dan kesatuan, serta fokus kepada musuh utama saat ini, yaitu virus corona.
Bukannya saling menyalahkan satu sama lain.
Ancaman eksternal terhadap integrasi bangsa ditengah pandemi yang kini tengah rasakan
ialah militer terlalu fokus menangani virus COVID-19. Pemerintah mengerahkan TNI-Polri
guna mempertegas peraturan social distancing. Hingga saat ini masih banyak oknum yang
masa bodo dengan adanya aturan tersebut. Masih ditemukan banyak remaja yang nongkrong
di warung dan seringkali ditemui orang yang keluar rumah tanpa menggunakan pengaman
apapun. Oleh karena itu pentingnya pengerahan militer untuk mendisiplinkan prokes dalam
masyarakat, sehingga oknum-oknum tersebut dapat diminimalisir. Namun, dikarenakan saat
ini kekuatan militer Indonesia dikerahkan untuk mengatasi pandemi ini, bisa jadi terjadi
pelemahan militer. Beberapa saat yang lalu, Tiongkok dikabarkan aktif kembali di Laut
Natuna Utara. Dalam hal ini negara perlu bertindak tegas dan kembali memperkuat militer
Indonesia supaya dapat mengantisipasi ancaman dari luar negeri.

D. Penanggulangan Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Agar Integrasi Tetap Terjaga


Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Ahmad Yurianto,
mengungkapkan strategi pertama sebagai penguatan strategi dasar itu adalah dengan gerakan
masker untuk semua yang mengampanyekan kewajiban memakai masker saat berada di
ruang publik atau di luar rumah. Strategi kedua, lanjut Yuri, adalah penelusuran kontak
(tracing) dari kasus positif yang dirawat dengan menggunakan rapid test atau tes cepat. Di
antaranya adalah pada orang terdekat, tenaga kesehatan yang merawat pasien COVID-19,
serta pada masyarakat di daerah yang ditemukan kasus banyak. Strategi ketiga adalah
edukasi dan penyiapan isolasi secara mandiri pada sebagian hasil tracing yang menunjukan
hasil tes positif dari rapid tes atau negatif dengan gejala untuk melakukan isolasi mandiri.
Dan strategi keempat adalah isolasi Rumah Sakit yang dilakukan kala isolasi mandiri tidak
mungkin dilakukan, seperti karena ada tanda klinis yang butuh layanan definitif di Rumah
Sakit.
Selain itu, untuk memperkecil dampak merebaknya koronavirus terhadap perekonomian
nasional, Pemerintah Indonesia pada 25 Februari 2020 mengeluarkan kebijakan stimulus
sebesar Rp10,3 triliun kepada sektor pariwisata, yang berupa diskon harga tiket dan
pengurangan pajak restoran. Dana sebesar itu diberikan untuk memberikan potongan harga
tiket untuk 10 tujuan wisata, yakni Batam, Denpasar, Yogyakarta, Labuan Bajo, Lombok,
Malang, Manado, Danau Toba (Bandara Silangit), Tanjung Pandan, dan Tanjungpinang,
yang berlaku mulai Maret hingga Mei 2020.
Pada 14 Maret 2020, pemerintah kembali menggelontorkan stimulus fiskal sebesar
Rp22,9 triliun. Dalam stimulus tahap II ini, pemerintah menanggung pajak penghasilan (PPh)
Pasal 21 sebesar 100% untuk pekerja sektor manufaktur dengan besaran gaji hingga Rp200
juta/tahun. Selain itu, pemerintah memberikan pembebasan PPh impor Pasal 22 kepada 19
sektor, wajib pajak KITE, dan wajib pajak KITE industri kecil menengah.
Pada 20 Maret 2020, pemerintah secara efektif telah bisa menggunakan dana realokasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 sebesar Rp118,3 triliun hingga
Rp121,3 triliun untuk mengatasi pandemi koronavirus. Dana tersebut merupakan hasil dari
realokasi belanja kementerian/lembaga dari pos perjalanan dinas, belanja nonoperasional,
dan honor, sebesar Rp62,3 triliun dan transfer daerah serta dana desa sebesar Rp56-59 triliun
dan diberlakukannya insentif fiskal bagi impor alat kesehatan berupa pembebasan bea masuk
dan cukai, tidak adanya pungutan pajak pertambahan nilai (PPN) maupun pajak penjualan
atas barang mewah (PPnBM), PPh impor pasal 21, dan pengecualian terhadap tata niaga
impor yang harus melalui Kementerian Perdagangan, BPOM, dan Kementerian Kesehatan.
Alat kesehatan yang dibebaskan dari pajak dan tata niaga ini mencakup obat-obatan, alat
pelindung diri, masker, dan alat uji cepat.
Guna memulihkan ekonomi yang anjlok sebab pandemi ini, pemerintah Indonesia
berencana menganggarkan 677 triliun Rupiah untuk memulihkan ekonomi. Lalu pada 21
Mei, pemerintah menyebutkan Indonesia sudah memasuki tahap kenormalan baru.
Pemerintah menegaskan kenormalan baru tidak berarti melonggarkan PSBB. Dan
penanggulangan yang terakhir dilakukan oleh pemerintah saat ini yaitu dengan diterapkannya
penggunaan vaksin untuk kalangan masyarakat. Saat ini perusahaan-perusahaan bioteknologi
dan farmasi sedang berlomba untuk memproduksi sebuah vaksin yang dibuat khusus untuk
COVID-19. Di Indonesia, vaksin dipasok oleh perusahaan multinasional yaitu Sinovac dan
Sinopharm (Tiongkok), Pfizer/BioNTech (kerja sama Amerika Serikat-Jerman), AstraZeneca
(Inggris), dan Moderna (Amerika Serikat). Vaksin yang telah menjalani uji klinis di
Indonesia adalah vaksin Sinovac, diperdagangkan dengan merek CoronaVac, dibuat dari
virus SARS-CoV-2 yang dilemahkan.
BAB III
KESIMPULAN

Pandemi ini tidak dapat diatasi hanya dengan satu pihak. Walaupun sudah mengeluarkan
banyak stimulus, pemerintah tidak mungkin berhasil melawan virus ini jika masyarakatnya
masih tidak mengikuti protokol yang ada. Masyarakat pun akan kesulitan jika tidak ada
perusahaan yang menyediakan akses internet maupun bahan kebutuhan utama seperti masker
dan hand sanitizer.
Jadi marilah kita saling membantu, memberikan dukungan psikologis bagi sesama,
menerapkan semangat gotong royong yang sudah menjadi warisan sejak dahulu. Jika semua
pihak terlibat, maka seharusnya pandemi ini dapat dilalui oleh bangsa kita tercinta,
Indonesia. Selain itu, nyawa dari masyarakat Indonesia itu sendiri merupakan bagian tervital
dari pandemi ini. Mengingat jumlah angka kematian lebih tinggi dibandingkan kasus
sembuh. Sehingga dari pihak pemerintahpun sebaiknya memperhatikan dengan lebih serius
terkait masalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Kompas.com.(2020). Bagaimana 5 Pandemi Terburuk Dunia Berakhir Sejarah Mencatat.
[Online]. Tersedia:
https://www.kompas.com/sains/read/2020/04/20/070200223/bagaimana-5-pandemi-terburuk-
dunia-berakhir-sejarah-mencatat?page=all [20 April 2020, 07:02 WIB]
Cnnindonesia.com.(2020). Beda Cara RI dan Negara Lain Tangani Virus Corona.
[Online]. Tersedia:
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20200303155023-106-480140/beda-cara-ri-dan-
negara-lain-tangani-virus-corona [Selasa, 03 Maret 2020 16:37 WIB]
Kompas.com.(2020). Berikut Cara Indonesia dan Negara Lain Tangani Virus Corona.
[Online]. Tersedia:
https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/04/152217865/berikut-cara-indonesia-dan-negara-
lain-tangani-virus-corona?page=all [04 Maret 2020, 15:22 WIB]

Blog.wecare.id.(2020). Sejarah Pandemi 11 Pandemi Paling Mematikan Sebelum Covid 19.

[Online]. Tersedia:

https://blog.wecare.id/2020/09/sejarah-pandemi-11-pandemi-paling-mematikan-sebelum-covid-
19/ [15 September 2020]

Ir.binus.ac.id.(2020). Respons Pemerintah Indonesia Terhadap Pandemi Covid 19


Desekuritisasi Di Awal Sekurisasi yang Terhambat.

[Online]. Tersedia:

https://ir.binus.ac.id/2020/03/23/respons-pemerintah-indonesia-terhadap-pandemi-covid-19-
desekuritisasi-di-awal-sekuritisasi-yang-terhambat/ [23 Maret 2020]

Kompas.com.(2020). Bagaimana 5 Pandemi Terburuk Dunia Berakhir Sejarah Mencatat.

[Online]. Tersedia:

https://www.kompas.com/sains/read/2020/04/20/070200223/bagaimana-5-pandemi-terburuk-
dunia-berakhir-sejarah-mencatat?page=all [20 April 2020, 07:02 WIB]
Kompas.com.(2021). 4 Skenario Asal Mula Virus Corona Di Wuhan Menurut WHO.

[Online]. Tersedia:

https://www.kompas.com/sains/read/2021/02/11/070300223/4-skenario-asal-mula-virus-corona-
di-wuhan-menurut-who?page=all [11 Februari, 07:03 WIB]

Health.detik.com.(2020). Dugaan Kasus Pertama Virus Corona Di China Terdeteksi Pada


November 2019.

[Online]. Tersedia:

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5004285/dugaan-kasus-pertama-virus-corona-di-
china-terdeteksi-pada-november-2019 [Rabu, 06 Mei 2020, 11:41 WIB]

Tagar.id.(2021). Opini Publik Di Amerika dan Eropa Terkait Penanganan Corona.

[Online]. Tersedia:

https://www.tagar.id/opini-publik-di-amerika-dan-eropa-terkait-penanganan-corona [9 Feberuari
2021, 08:00 WIB]

Wartaekonomi.co.id.(2020). Dampak Pandemi Covid 19 Terhadap Perekonomian Dunia


Infografis.

[Online]. Tersedia:

https://www.wartaekonomi.co.id/read309848/dampak-pandemi-covid-19-terhadap-
perekonomian-dunia-infografis [Senin, 19 Oktober 2020, 20:11 WIB]

News.google.com.(2021). Grafik Covid 19.

[Online]. Tersedia:

https://news.google.com/covid19/map?hl=id&mid=%2Fm%2F09pmkv&gl=ID&ceid=ID%3Aid

Antaranews.com.(2021). Malaysia Urutan Ke 16 Dalam Keberhasilan Menangani Covid 19.

[Online]. Tersedia:

https://www.antaranews.com/berita/1983063/malaysia-urutan-ke-16-dalam-keberhasilan-
menangani-covid-19

Cnnindonesia.com.(2020). Beda Cara Singapura dan Indonesia Tangani Wabah covid 19.

[Online]. Tersedia:
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20200618090244-106-514594/beda-cara-
singapura-dan-indonesia-tangani-wabah-covid-19

Cnnindonesia.com.(2020). Deretan Negara Yang Hampir Bebas Virus Corona.

[Online]. Tersedia:

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20201207122912-134-578885/deretan-negara-
yang-hampir-bebas-virus-corona [Kamis, 18 Juli 2020, 09:20 WIB]

Cnnindonesia.com.(2020). Kilas Balik Pandemi Covid 19 Di Indonesia.

[Online]. Tersedia:

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201110123516-25-568018/kilas-balik-pandemi-
covid-19-di-indonesia [Rabu, 11 November 2020, 14:01 WIB]

Ir.binus.ac.id.(2020). Respons Pemerintah Indonesia Terhadap Pandemi Covid 19


Desekruitisasi Di Awal Sekuritisasi Yang Terhambat.

[Online]. Tersedia:

https://ir.binus.ac.id/2020/03/23/respons-pemerintah-indonesia-terhadap-pandemi-covid-19-
desekuritisasi-di-awal-sekuritisasi-yang-terhambat/ [23 Maret 2020]

Wikipedia.org.(2021). Pandemi Covid 19 Di Indonesia.

[Online]. Tersedia:

https://id.wikipedia.org/wiki/Pandemi_COVID-19_di_Indonesia [19 Februari 2021, 09:57]

Kompas.com.(2021). TNI AL Tangkap Kapal Asing Berbendera Taiwan di Laut Natura Utara.

[Online]. Tersedia:

https://nasional.kompas.com/read/2021/01/23/14384531/tni-al-tangkap-kapal-asing-berbendera-
taiwan-di-laut-natura-utara [23 Januari 2021, 14:38 WIB]

Anda mungkin juga menyukai