Anda di halaman 1dari 17

Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Faktor Pemberat Hiipertensi Pada

Pasien Hipertensi Perokok


PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Riset Keperawatan

Dosen : Ero Haryanto S.Kep.,Ners

TRINANDA DRANA SISTHA

10518120

POLITEKNIK KESEHATAN TNI AU CIUMBULEUIT

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT, Shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para
sahabat beserta pengikutnya hingga akhir zaman. Atas kekuasaan dan izin Allah SWT Skripsi
dengan judul “Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Faktor Pemberat Hipertensi pada Pasien
Hipertensi telah selesai.

Dalam penulisan skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Namun, dengan bantuan
berbagai pihak tutas ini dapat terselesaikan. Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis
menyerahkan segalanya dengan harapan semoga amal baik yang telah dicurahkan guna
membantu penyusunan skripsi ini mendapat balasan. Amiin. Penulis menyadari bahwa penulisan
skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis menerima segala bentuk kritik,
saran, dan masukan yang membangun demi perbaikan di masa mendatang.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Bandung, September 2020

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sedang dihadapi saat ini dalam pembangunan
kesehatan di Indonesia adalah beban ganda penyakit, yaitu disatu pihak masih adanya
penyakit infeksi yang harus ditangani dan dilain pihak semakin meningkatnya penyakit tidak
menular. Proporsi angka kematian penyakit tidak menular meningkat dari 41,7% pada tahun
1995 menjadi 59,5% pada tahun 2007 (Depkes RI., 2010). Prevalensi Hipertensi atau tekanan
darah tinggi di Indonesia cukup tinggi. Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi
masalah kesehatan masyarakat.
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian
penyakit jantung dan pembuluh darah. Hipertensi sering tidak menunjukkan gejala, sehingga
baru disadari bila telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung atau
stroke. Tidak jarang hipertensi ditemukan secara tidak sengaja pada waktu pemeriksaan
kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain (Depkes RI, 2010). Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum
terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas
ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk
yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat
hipertensi. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan menggunakan
sphygmomanometer. Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120-140 mmHg
tekanan sistolik dan 80-90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap
hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg.
Sedangkan menurut JNC VII 2003 tekanan darah pada orang dewasa dengan usia diatas 18
tahun diklasifikasikan menderita hipertensi stadium I apabila tekanan sistoliknya 140-159
mmHg dan tekanan diastoliknya 90-99 mmHg. Diklasifikasikan menderita hipertensi stadium
II apabila tekanan sistoliknya lebih 160 mmHg dan diastoliknya lebih dari 100 mmHg
sedangkan hipertensi stadium. Hasil study pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti
ditemukan bahwa dari 10 pasien hipertensi, 7 diantaranya aktif merokok walaupun responden
juga mengetahui bahwa merokok dapat menganggu kesehatan dan meningkatkan tekanan
darah. Sedangkan 3 orang lainnya tidak merokok. Berdasarkan study pendahuluan tersebut
ditemukan fenomena bahwa walaupun responden telah mengehaui bahwa dirinya terkena
hipertensi namun responden tetap melakukan kebiasaan yang dapat memperberat hipertensi
responden, seperti merokok.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena yang ditemukan peneliti dalam study pendahuluan dan berdasarkan
uraian latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti gambaran tekanan darah
berdasarkan faktor-faktor yang memperberat hipertensi pada pasien hipertensi perokok
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran tekanan darah berdasarkan faktor-
faktor yang memperberat resiko hipertensi pada pasien hipertensi perokok

b. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui gambaran tekanan darah berdasarkan frekuensi merokok pada
pasien hipertensi perokok di wilayah kerja Puskesmas Ciputat.
b) Untuk mengetahui gambaran tekanan darah berdasarkan lama merokok pada pasien
hipertensi perokok di wilayah kerja Puskesmas Ciputat.
c) Untuk mengetahui gambaran tekanan darah berdasarkan kebiasaan konsumsi
makanan dengan kadar lemak tinggi pada pasien hipertensi perokok di wilayah
kerja Puskesmas Ciputat.
d) Untuk mengetahui gambaran tekanan darah berdasarkan kebiasaan konsumsi
makanan dengan kadar garam tinggi pada pasien hipertensi perokok di wilayah
kerja Puskesmas Ciputat.
e) Untuk mengetahui gambaran tekanan darah berdasarkan aktifitas olahraga pada
pasien hipertensi perokok di wilayah kerja Puskesmas Ciputat.
f) Untuk mengetahui gambaran tekanan darah berdasarkan kepatuhan pengobatan
pada pasien hipertensi perokok di wilayah kerja Puskesmas Ciputat.

D. Manfaat Penelitian
1. Untuk klien dan masyarakat :
Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada klien dan masyarakat untuk merubah
gaya hidupnya ke arah yang lebih sehat.
2. Untuk institusi pendidikan :
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk menambah wawasan tentang gambaran
tekanan darah berdasarkan faktor-faktor yang memperberat hipertensi pada pasien
hipertensi perokok bagi semua mahasiswa keperawatan sebagai sumber ilmu dan
informasi.
3. Untuk peneliti :
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang berharga bagi peneliti untuk
melakukan penelitian.
4. Untuk penelitian yang akan datang :
Hasil penelitian dapat dijadikan data dasar dalam pengembangan penelitian lain dengan
ruang lingkup yang sama.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tekanan Darah
1. Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah daya yang di perlukan agar darah dapat mengalir di dalam
pembuluh darah dan beredar mencapai seluruh jaringan tubuh manusia. Darah dengan
lancar beredar ke seluruh bagian tubuh berfungsi sebagai media pengangkut oksigen serta
zat lain yang di perlukan untuk kehidupan sel-sel di dalam tubuh (Moniaga, 2012)
Tekanan darah tiap orang sangat bervariasi. Bayi dan anak-anak secara normal
memiliki tekanan darah lebih rendah dibandingkan usia dewasa. Tekanan darah juga
dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana tekanan darah akan lebih tinggi ketika seseorang
melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika sedang beristirahat (Sutanto, 2010).
Tekanan darah adalah kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang
didorong dengan tekanan dari jantung (Perry & Potter, 2010).
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan
puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik
adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya
digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai
dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal
biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2012)

2. Mekanisme Kerja Jantung


Jantung yang berfungsi sebagai pompa yang melakukan tekanan terhadap darah
agar timbul gradien dan darah dapat mengalir ke seluruh tubuh. Pembuluh darah
berfungsi sebagai saluran untuk mendistribusikan darah dari jantung ke semua bagian
tubuh dan mengembalikannya kembali ke jantung. Darah yang berfungsi sebagai medium
transportasi dimana darah akan membawa oksigen dan nutrisi. Darah berjalan melalui
sistim sirkulasi ke dan dari jantung melalui 2 lengkung vaskuler (pembuluh darah) yang
terpisah. Sirkulasi paru terdiri atas lengkung tertutup pembuluh darah yang mengangkut
darah antara jantung dan paru. Sirkulasi sistemik terdiri atas pembuluh darah yang
mengangkut darah antara jantung dan sistim organ (Taylor, 2010).

3. Pengaturan Tekanan Darah


Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara sebagai
berikut:
a. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
detiknya.
b. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak
dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena
itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit
daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia
lanjut, di mana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut
karena perangsangan saraf atau hormone di dalam darah.
c. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan
darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh.
Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran
dan banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun atau
menjadi lebih kecil. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh
perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari system saraf
yang mengatur berbagai fungsi secara otomatis).

4. Factor Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah


Suatu tekanan darah dipengaruhi oleh Cardiac Output (C.O) dan resistensi perifer (TPR).
Bila salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah mengalami kenaikan, maka
tekanan darah akan mengalami peningkatan. Bisa disebabakan oleh C.O yang meningkat
dan atau TPR yang meningkat.
a. Cardiac Output merupakan volume darah yang dipompakan oleh ventrikel dalam unit
waktu. C.O dapat dihitung melalui denyut jantung (Heart Rate) yang dikalikan
dengan stroke volume (SV). Stroke Volume merupakan jumlah darah yang
dipompakan dalam sekali denyut jantung, yaitu sekitar 70 mL (Majid, 2005).
b. Resistensi perifer total dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu, viskositas (kekentalan)
darah, panjang pembuluh, dan jari-jari pembuluh. Viskositas mengarah pada
pergeseran antara molekul suatu cairan yang timbul ketika molekul tersebut
bergesekan satu sama lain selama cairan mengalir. Semakin besar viskositas maka
semakin besar resistensi terhadap aliran. Jadi, semakin kental suatu cairan maka
semakin tinggi pula tingkat viskositasnya. Pergesekan darah yang terjadi pada lapisan
dalam pembuluh sewaktu mengalir, menyebabkan semakin besar luas permukaan
yang berkontak dengan darah, sehingga resistensi terhadap aliran pun meningkat.
Luas permukaan dipengaruhi oleh panjang (L) dan jari-jari (r) pembuluh. Pada
kenyataannya, jari-jari arteriol adalah pembuluh resistensi utama pada pohon
vaskuler. Berbeda dengan resistensi arteri yang rendah, resistensi arteriol yang tinggi
menyebabkan penurunan yang bermakna terhadap tekanan rata-rata ketika darah
mengalir melalui pembuluh- pembuluh

B. Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukura dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat
menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner)
dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan
yang memadai (Kemenkes, 2013).
Menurut World Health Organization (2013), hipertensi merupakan suatu kondisi
dimana pembuluh darah terus-menerus mengalami peningkatan tekanan. Adanya
peningkatan tekanan pada pembuluh darah mengakibatkan kerja jantung untuk memompa
darah semakin keras/cepat. Hipertensi juga dapat didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama
atau lebih besar 90 mmHg.

2. Kriteria Dan Klasifikasi Hipertensi


Adapun klasifikasi hipertensi terbagi menjadi; (Kemenkes RI, 2013)
a. Hipertensi Primer atau Hipertensi Esensial
Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan
dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak dan pola makan.
Hipertensi jenis ini terjadi pada sekitar 90% pada semua kasus hipertensi.
b. Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Non Esensial
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekiar 5-10% penderita hipertensi,
penyebabnya adalah penyakit ginjal, sekitar 1-2% penyebabnya adalah kelainan
hormonal atau pemakaian obat tertentu, misalnya pil KB. Adapun klasifikasi
hipertensi menurut WHO berdasarkan tekanan diastolik. Tekanan diastolik adalah
periode relaksasi dalam siklus jantung.

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal <120 <80
Pre Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi
Derajat 1 140-159 90-99
Derajat 2 >160 >100

Sumber : Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Orang Dewasa dengan Usia diatas
18 Tahun Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee
on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure (JNC 7)
Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO ≥
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Tingkat 1 (Hipertensi Ringan) 140-159 90-99
Sub Grup : Perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi Berat ≥180 ≥110
Hipertensi Sistolik terisolasi >140 <90
Sub Grup : Perbatasan 140-149 <90

3. Etiologi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Pada
kebanyakan pasien etiologi patofisiologinya tidak diketahui (essensial atau hipertensi
primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Kelompok
lain dari populasi dengan persentase rendah mempunyai penyebab yang khusus, dikenal
sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun
eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-
pasien ini dapat disembuhkan secara potensial (Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, 2006).
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang
dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatic normal, Hipertensi
ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup ± 90% dari kasus hipertensi. Pada
umumnya hipertensi esensial tidak disebabkan oleh faktor tunggal, melainkan karena
berbagai faktor yang saling berkaitan. Salah satu faktor yang paling mungkin
berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial adalah faktor genetik karena
hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga. (Ditjen Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan, 2006).
b. Hipertensi sekunder
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan penderita hipertensi sekunder
dari berbagai penyakit atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan
darah. Disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah
penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung
ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan
menaikkan tekanan darah. Apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi, dengan
menghentikan obat atau mengobati/mengoreksi penyakit yang menyertai merupakan
tahap awal penanganan hipertensi sekunder (Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, 2006).

4. Patogenesis
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan perifer. Berbagai
faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer akan mempengaruhi
tekanan darah seperti asupan garam yang tinggi, factor genetik, stres, obesitas, faktor
endotel. Selain curah jantung dan tahanan perifer sebenarnya tekanan darah dipengaruh
juga oleh tebalnya atrium kanan, tetapi tidak mempunyai banyak pengaruh. Dalam tubuh
terdapat sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang
disebabkan oleh gangguan sirkulasi yang berusaha untuk mempertahankan kestabilan
tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem pengendalian tekanan darah sangat
kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem yang bereaksi dengan cepat misalnya reflek
kardiovaskuler melalui sistem saraf, reflek kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf
pusat yang berasal dari atrium, arteri pulmonalis otot polos. Dari sistem pengendalian
yang bereaksi sangat cepat diikuti oleh system pengendalian yang bereaksi kurang cepat,
misalnya perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol
hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem yang poten dan
berlangsung dalam jangka panjang misalnya kestabilan tekanan darah dalam jangka
panjang dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan
berbagai organ. Peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer dipengaruhi oleh
beberapa faktor genetik yang menimbulkan perubahan pada ginjal dan membrane sel,
aktivitas saraf simpatis dan renin, angiotensin yang mempengaruhi keadaan
hemodinamik, asupan natrium dan metabolism natrium dalam ginjal serta obesitas dan
faktor endotel. (Beevers et al, 2002).
Akibat yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi antara lain penyempitan arteri
yang membawa darah dan oksigen ke otak, hal ini disebabkan karena jaringan otak
kekurangan oksigen akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak dan akan
mengakibatkan kematian pada bagian otak yang kemudian dapat menimbulkan stroke.
Komplikasi lain yaitu rasa sakit ketika berjalan kerusakan pada ginjal dan kerusakan pada
organ mata yang dapat mengakibatkan kebutaan (Beevers et al, 2002). Gejala– gejala
hipertensi antara lain sakit kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja
keras atau mengangkat beban kerja, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah,
hidung berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari telingga berdering
(tinnitus) dan dunia terasa berputar (Sustrani, 2006).

5. Faktor Resiko Hipertensi yang Tidak Dapat Dirubah


Berikut ini adalah beberapa faktor resiko hipertensi yang tidak dapat dirubah :
a. Faktor Keturunan atau Gen
Kasus hipertensi esensial 70%-80% diturunkan dari orang tuanya. Apabila riwayat
hipertensi di dapat pada kedua orang tua maka dugaan hipertensi esensial lebih besar
bagi seseorang yang kedua orang tuanya menderita hipertensi ataupun pada kembar
monozygot (sel telur) dan salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut
kemungkinan besar menderita hipertensi. Penelitian yang dilakukan pada orang
kembar yang dibesarkan secara terpisah atau bersama dan juga terdapat pada anak-
anak bukan adopsi telah dapat mengungkapkan seberapa besar tekanan darah dalam
keluarga yang merupakan akibat kesamaan dalam gaya hidup. Berdasarkan penelitian
tersebut secara kasar, sekitar separuh tekanan darah di antara orang-orang tersebut
merupakan akibat dari faktor genetika dan separuhnya lagi merupakan akibat dari
faktor pola makan sejak masa awal kanak-kanak.

b. Faktor Jenis Kelamin (Gender)


Wanita penderita hipertensi diakui lebih banyak dari pada laki-laki. Tetapi wanita
lebih tahan dari pada laki-laki tanpa kerusakan jantung dan pembuluh darah. Pria
lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada wanita. Pada
pria hipertensi lebih banyak disebabkan oleh pekerjaan, seperti perasaan kurang
nyaman terhadap pekerjaan. Sampai usia 55 tahun pria beresiko lebih tinggi terkena
hipertensi dibandingkan wanita. Menurut Edward D. Frohlich seorang pria dewasa
akan mempunyai peluang lebih besar yakni satu di antara 5 untuk mengidap
hipertensi (Sustrani, 2006).
c. Faktor Usia
Tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia, kemungkinan
seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Pada umumnya penderita
hipertensi adalah orang-orang yang berusia 40 tahun namun saat ini tidak menutup
kemungkinan diderita oleh orang berusia muda. Boedhi Darmoejo dalam tulisannya
yang dikumpulkan dari berbagai penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan
bahwa 1,8%-28,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita
hipertensi.

6. Faktor Resiko yang Dapat Dirubah


Faktor-faktor resiko hipertensi dibawah ini dapat menjadi faktor yang dapat
memperberat keadaan hipertensi seseorang apabila pasien hipertensi tidak dapat
mengendalikan gaya hidup sehat. Berikut adalah faktor resiko hipertensi yang dapat
dirubah atau juga bisa diesebut sebagai faktor yang dapat memperberat hipertensi :
a. Frekuensi Merokok
Jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang, bungkus, pak per hari. Jenis
rokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu :
1) Perokok Ringan disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10 batang
per hari.
2) Perokok Sedang disebut perokok sedang jika menghisap 10 – 20 batang per hari.
3) Perokok Berat disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang per hari
(Bustan, 2000).

b. Lama Merokok
Adanya dampak lama merokok terhadap tekanan darah sangat beralasan, sebab
semakin awal seseorang merokok, makin sulit untuk berhenti merokok. Rokok juga
mempunyai dose-respone effect, dimana semakin muda usia merokok, akan semakin
besar pengaruhnya karena akan lebih banyak toksin yang menumpuk di dalam tubuh
sehingga pada kurun waktu yang lama dosis racun akan mencapai titik toksin
sehingga kelihatan gejala yang ditimbulkannya (Smet, 1994).
Walaupun peningkatan tekanan darah tidak begitu tampak namun dalam waktu yang
lama (10-20 tahun), dampak rokok akan terasa sehingga dapat mengakibatkan
beberapa penyakit yang berbahaya seperti stroke, infark miokardium, jantung,
impotensi, kanker dan lain-lain (Rustan, 2006)
c. Faktor Konsumsi Lemak
Konsumsi pangan tinggi lemak juga dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh
darah yang dikenal dengan aterosklerosis. Lemak yang berasal dari minyak goreng
tersusun dari asam lemak jenuh rantai panjang (long-saturated fatty acid).
Keberadaannya yang berlebih di dalam tubuh akan menyebabkan penumpukan dan
pembentukan plak di pembuluh darah. Pembuluh darah menjadi semakin sempit dan
elastisitasnya berkurang. Kandungan lemak atau minyak yang dapat mengganggu
kesehatan jika jumlahnya berlebih lainnya adalah : kolesterol, trigliserida, low density
lipoprotein (LDL) (Almatsier 2003).
d. Faktor Konsumsi Garam Natrium bersama klorida yang terdapat dalam garam dapur
dalam jumlah normal dapat membantu tubuh mempertahankan keseimbangan cairan
tubuh untuk mengatur tekanan darah. Namun natrium dalam jumlah yang berlebih
dapat menahan air (retensi), sehingga meningkatkan volume darah. Akibatnya
jantung harus bekerja lebih keras untuk memompanya dan tekanan darah menjadi
naik (Sustrani, 2006).
e. Aktivitas Fisik (Olahraga)
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olahraga
isotonik dan teratur dapat menurunkan tekanan darah. Kurangnya melakukan
olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam
juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi (Arjatmo & Hendra, 2001).
f. Stres Pekerjaan Beban kerja meliputi pembatasan jam kerja dan meminimalkan kerja
shift malam. Jam kerja yang diharuskan adalah 6-8 jam setiap harinya. Sisanya (16-18
jam setiap harinya) digunakan untuk keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur, dan
lain-lain. Dalam satu minggu seseorang bekerja dengan baik selama 40-50 jam, lebih
dari itu terlihat kecenderungan yang negatif seperti kelelahan kerja, penyakit dan
kecelakaan kerja (Suma’ mur dalam Rezky, 2011)

7. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi
dapat dilakukan dengan farmakologi dan non farmakologi.
a. Penatalaksanaan Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi adalah penatalaksanaan tekanan darah tinggi dengan
menggunakan obat-obatan kimiawi. Beberapa jenis obat antihipertensi yang beredar
saat ini, antara lain:
1) Diuretik
Diuretik adalah obat antihipertensi yang efeknya membantu ginjal meningkatkan
ekskresi natrium, klorida dan air (Setiawati dalam Rezky, 2011).
2) Penghambat Adrenergik
Menurut Sheps (2002), penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang
terdiri dari alfa-bloker, beta-bloker, dan alfa beta-bloker (abetol). Penghambat
adrenergik berguna untuk menghambat pelepasan rennin, angiotensin juga tidak
akan aktif.
Angiotensin I tidak akan dibentuk dan angiotensin II juga tidak akan berubah.
Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan TD
(Setiawati dalam Rezky, 2011).
3) Vasodilator
Vasodilator adalah obat-obat antihipertensi yang efeknya memperlebar pembuluh
darah dan dapat menurunkan tekanan darah secara langsung (Setiawati dalam
Rezky, 2011). Obat vasodilator mempengaruhi pembuluh darah untuk melebar
dengan merelaksasikan otot-otot polos arteriol (Setiawati dalam Rezky, 2011).
4) Penghambat Enzim Konversi Angiotensin
Penghambat enzim konversi angiotensin mengurangi pembentukan angiotensin II
sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron yang menyebabkan
terjadinya ekskresi natrium dan air, serta retensi kalsium. Akibatnya terjadi
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi (Setiawati dalam Rezky,
2011).
5) Antagonis Kalsium
Menurut Sheps (2002), cara kerja antagonis kalsium hampir sama dengan
vasodilator. Antagonis kalsium adalah obat antihipertensi yang memperlebar
pembuluh darah.

b. Penatalaksanaan Non Farmakologi


Penatalksanaan non farmakologis merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dalam mengobati tekanan darah tinggi. Beberapa contoh penatalaksanaan non
farmakologis antara lain:
1. Berhenti Merokok
Rokok dapat mempengaruhi kerja beberapa obat antihipertensi. Obat bisa tidak
bekerja dengan optimal atau tidak memberi efek sama sekali. Dengan berhenti
merokok efektifitas obat akan meningkat (Sheps, 2002).
2. Tidak Mengkonsumsi Alkohol
Alkohol dalam darah merangsang pelepasan epineprin (adrenalin) dan hormon-
hormon lain yang membuat pembuluh darah menyempit dan penumpukan lebih
banyak natrium dan air. Minum minuma beralkohol yang berlebihan juga
menyebabkan kekurangan gizi yaitu penurunan kadar kalsium
3. Olahraga teratur
Olahraga teratur mampu menurunkan jumlah lemak serta meningkatkan kekuatan
otot terutama otot jantung. Berkurangnya lemak dan volume tubuh, berarti
mengurangi resiko tekanan darah tinggi juga (Shep, 2002).
4. Penanganan Faktor Psikologis dan Stress
Hormon epineprin dan kortisol yang dilepaskan saat stress menyebabkan
peningkatan tekanan darah dengan menyempitkan pembuluh darah dan
meningkatkan denyut jantung. Besarnya peningkatan tekanan darah tergantung
pada beratnya stress dan sejauh mana kita dapat mengatasinya. Penanganan stress
yang adekuat dapat berpengaruh baik terhadap penurunan tekanan darah (Sheps,
2002).

8. Pengukuran Tekanan Darah


Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat sphygmomanometer dan stetoskop. Ada
tiga tipe dari sphygmomanometer yaitu dengan menggunakan air raksa atau merkuri,
aneroid, dan elektronik. Tipe air raksa adalah jenis sphygmomanometer yang paling
akurat. Tingkat bacaan dimana detak tersebut terdengar pertama kali adalah tekanan
sistolik. Sedangkan tingkat dimana bunyi detak menghilang adalah tekanan diastolik.
Sphygmomanometer aneroid prinsip penggunaanya yaitu menyeimbangkan tekanan
darah dengan tekanan dalam kapsul metalis tipis yang menyimpan udara didalamnya.
Spygmomanometer elektronik merupakan pengukur tekanan darah terbaru dan lebih
mudah digunakan dibanding model standar yang menggunakan air raksa tetapi,
akurasinya juga relatif rendah (Sustrani, 2006). Sebelum mengukur tekanan darah yang
harus diperhatikan yaitu :
a. Jangan minum kopi atau merokok 30 menit sebelum pengukuran dilakukan.
b. Duduk bersandar selama 5 menit dengan kaki menyentuh lantai dan tangan sejajar
dengan jantung (istirahat).
c. Pakailah baju lengan pendek.
d. Buang air kecil dulu sebelum diukur , karena kandung kemih yang penuh dapat
mempengaruhi hasil pengukuran (Sustrani, 2006).

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan
penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun
peneliti pada seluruh proses penelitian (Setiadi, 2007). Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif, desain yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif
yaitu penelitian untuk menggambarkan tekanan darah berdasarkan frekuensi
merokok dan faktor-faktor resiko hipertensi.
B. Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti meliputi tekanan darah, dan faktor-faktor yang dapat
memperberat keadaan hipertensi responden seperti : frekuensi merokok dalam
sehari, lama merokok, kebiasaan konsumsi makanan dengan kadar lemak dan atau
garam tinggi, aktifitas olahraga dan kepatuhan pengobatan.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Majalaya. Pemilihan lokasi ini
berdasarkan atas pertimbangan bahwa belum pernah dilakukannya penelitian tentang
gambaran tekanan darah berdasarkan faktor yang dapat memperperat hipertensi pada
pasien hipertensi perokok di Wilayah Kerja Puskesmas Majalaya.
D. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Menurut Sugiyono (2008) dalam (Tyas, 2013), populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah karakteristik dari
seluruh unit yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, populasi dalam penelitian adalah
penderita hipertensi yang merokok.
2. Sampel
Menurut Arikunto (2010), sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang
diteliti. Arikunto memberikan anjuran bahwa dalam pengambilan sampel, apabila
jumlah subyek kurang dari 100 orang lebih baik jumlah tersebut diambil semua,
sehingga penelitiannya menjadi penelitian populasi, selanjutnya apabila jumlah
subyek besar atau lebih dari 100 orang maka dapat diambil antara 10% -15% atau
20% - 25% atau lebih. Adapun kriteria inklusi sebagai berikut:
a. Pasien hipertensi laki-laki yang ada di wilayah kerja Puskesmas Ciputat
b. Pasien hipertensi yang merokok, yaitu seseorang yang menyatakan dirinya adalah
perokok.
c. Usia pasien ≥ 30 tahun.
d. Bersedia menjadi responden penelitian.
3. Cara Pemilihan Sampel
Cara pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara accidental
sampling yaitu bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel dan sempel diambil
seadanya saja tanpa direncanakan terlebih dahulu (Notoadmodjo 2005). Pada cara ini
dihitung terlebih dahulu jumlah subyek dalam populasi yang akan dipilih sebagai
sampel, kemudian setiap pengunjung yang memenuhi syarat termasuk sampel.

E. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian
(Nursalam,2008). Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan kuisioner. Adapun tahapan pengumpulan data yang akan
dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Sebelum dilakukan wawancara, terlebih dahulu peneliti memberikan
penjelasan tentang tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan menjamin
kerahasiaan jawaban yang diberikan dalam kuisioner kepada calon responden
tersebut.
2. Kemudian responden mengisi formulir persetujuan wawancara.
3. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya tentang hal-hal
yang tidak dipahami dan tidak jelas di dalam kuisioner.
4. Data primer, berupa jumlah rokok yang dihisap dalam sehari, lama merokok,
riwayat keturunan hipertensi, kebiasaan konsumsi makanan dengan kadar
garam dan lemak tinggi, aktifitas olahraga, kepatuhan pengobatan dan
tekanan darah pasien, dikumpulkan dengan wawancara menggunakan
kuesioner dan pengukuran langsung menggunakan sphygmomanometer jenis
air raksa yang sebelumnya telah dikalibrasi terlebih dahulu. Untuk
pengukuran langsung, dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh beberapa
orang yang sebelumnya dilakukan pengujian dan penyamaan persepsi dengan
peneliti sehingga hasil pengukuran antara peneliti dengan yang membantu
menghasilkan data yang sama. Waktu pengukuran adalah saat pasien datang
ke Puskesmas dan dipersilakan untuk istirahat terlebih dahulu untuk
kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah sebanyak dua kali atau lebih.

F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
terdiri dari delapan pertanyaan yang akan ditanyakan langsung pada pasien dan
sphygmomamometer jenis air raksa yang telah dikalibrasi terlebih dahulu.

G. Teknik Analisa Data


Analisis univariat merupakan analisis tiap variabel yang dinyatakan
dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam
bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2007). Analisis ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran tekanan darah berdasarkan faktor pemberat hipertensi.
Dari data ini diperoleh faktor pemberat hipertensi, antara lain berupa lama
merokok, riwayat keturunan hipertensi, kebiasaan konsumsi makanan dengan
kadar garam dan lemak tinggi, aktifitas olahraga, kepatuhan pengobatan.

H. Pengolahan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengolahan data yang
terdiri dari:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan sendiri oleh peneliti di
tempat penelitian agar apabila jika ada kekurangan data dapat segera
dilengkapi.
2. Coding
Coding merupakan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang
terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila
pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.
3. Entri Data
Data entri adalah kegiatan memasukan data dari kuesioner kedalam paket
program komputer agar dapat dianalisis, kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontingensi.
4. Cleaning Data
Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang
sudah dimasukkan ke dalam komputer untuk memastikan data telah bersih dari
kesalahan sehingga data siap dianalisa (Hidayat, 2008).

I. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini menekankan masalah etika penelitian yang
meliputi:
1. Lembar Persetujuan (informed consent)
Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang
akan diteliti yang memenuhi kriteria sampel dan disertai judul penelitian serta
manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti maksud dan tujuan
penelitian. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya.
2. Tanpa nama (anonymity)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang diisi
responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.
3. Kerahasiaan (confidentially)
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Data yang telah
diolah dalam penelitian di wilayah kerja Puskesmas Ciputat ini ditampilkan
dalam bentuk narasi yang disertai teks, tabel, dan gambar distribusi frekuensi
sehingga memudahkan pembaca dalam memahami hasil penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai