NIM : 1915471052
Tingkat 1 Reguler 2
Askeb Hamil
A. Definisi
Pemeriksaan umum merupakan salah satu cara untuk mengetahui keadaan umum pada
ibu hamil dengan mengumpulkan data obyektif yang dilakukan pemeriksaan terhadap pasien.
B. Tujuan
Tujuan dalam pemeriksaan fisik secara umum adalah yaitu untuk menilai kondisi
kesehatan ibu secara umum berdasarkan pemeriksaan sepintas.
e. Selimut
f. Tensimeter
g. Stetoskop
i. Tissue
k. Senter
Persiapan Ibu
2. Prosedur Pemeriksaan
Langkah-langkah pemeriksaan fisik pada ibu bersalin Setelah alat dan bahan serta ibu sudah siap,
maka selanjutnya adalah praktik melakukan pemeriksaan fisik pada ibu bersalin.
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum Nilai keadaan umum ibu: apakah dalam kondisi baik atau lemah
2) Kesadaran Nilai kesadaran ibu: jika didapatkan kondisi ibu sadar sepenuhnya maka
digolongkan : compos mentis, bila ibu tidak sadar sepenuhnya namun bisa merespon bila ditanya
namanya maka digolongkan :somnolent, bila ibu merespon namun disentuh atau dicu-bit maka
digolongkan : sopor, jika ibu tidak dapat mere-spon sama sekali digolongkan: comma
3) Tanda-tanda Vital
Tekanan darah: level normal tekanan darah adalah kurang dari 120/80, sedangkan Anda
dikatakan menderita hipertensi bila tekanan darah lebih dari 130/80.
Detak jantung: level detak jantung yang normal adalah 60-100.
Rasio pernapasan: orang dewasa normal bernapas sekitar 12-16 kali per menit. Jika Anda
bernapas lebih dari 20 kali per menit, dokter dapat menduga ada masalah pada jantung atau paru-
paru Anda.
Suhu tubuh: Lakukan pemeriksaan suhu pada axilla menggu-nakan termometer axilla.
1. Inspeksi:
Inspeksi dilakukan dengan cara melihat permukaan, kontur, dan pergerakan dinding abdomen.
Inspeksi meliputi :
Kulit : Pada kulit, perhatikan apabila terdapat skar, striae, dilatasi vena, serta kemerahan
dan ekimosis (dapat terlihat pada perdarahan intraperitoneal atau retroperitoneal)
Peristaltik : Pada pasien yang sangat kurus, kemungkinan gerakan peristaltik usus dapat
terlihat, terutama apabila terdapat obstruksi
Pulsasi : Pulsasi aorta juga dapat terlihat pada pasien yang sangat kurus. Apabila terlihat
pada area epigastrium, maka dapat dikatakan normal.
2. Auskultasi:
Auskultasi pada pemeriksaan abdomen terutama memberikan informasi mengenai bising
usus. Berbeda dari pemeriksaan fisik lainnya, disarankan untuk melakukan pemeriksaan
auskultasi terlebih dahulu pada pemeriksaan fisik abdomen karena manuver perkusi dan palpasi
dapat menstimulasi ataupun mendepresi peristaltik usus. Bising usus normal berkisar antara 5-34
kali/menit. Auskultasi minimal dilakukan selama 2 menit pada tiap regio, dan minimal dilakukan
pada 1 regio untuk menentukan kesimpulan bunyi usus pasien
3. Perkusi:
Perkusi dilakukan untuk melihat distribusi gas intraabdomen, kemungkinan adanya massa,
serta ukuran hepar dan lien serta organ lainnya. Perkusi dilakukan pada keempat kuadran
abdomen dengan melihat area yang timpani maupun pekak. Bunyi timpani disebabkan karena
adanya gas pada traktus gastrointestinal, sedangkan bunyi pekak dapat disebabkan oleh adanya
cairan, massa atau pembesaran organ, maupun feses.
4. Palpasi:
Palpasi pada pemeriksaan fisik abdomen terdiri dari palpasi ringan dan dalam. Palpasi
ringan dapat menilai adanya nyeri tekan, defans muskular, dan massa pada organ-organ
superfisial. Palpasi ringan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Meletakkan telapak tangan dengan jari-jari yang rapat dan rata pada dinding abdomen
3. Pada palpasi ringan ini, perlu dilakukan identifikasi organ-organ maupun massa yang
letaknya superfisial, serta area yang mengalami nyeri tekan.
4. Apabila terdapat defans, bedakan antara tahanan volunter dan spasme otot involunter,
karena adanya spasme yang involunter dapat mengarahkan diagnosis ke peritonitis.
Palpasi dalam dilakukan untuk menggambarkan massa intra-abdomen serta adanya
organomegali. Palpasi ini dilakukan dengan :
1. Gunakan permukaan telapak tangan, kemudian lakukan penekanan pada keempat kuadran
2. Apabila terdapat massa, lakukan identifikasi lokasi, ukuran, bentuk, konsistensi, nyeri
saat penekanan, pulsasi, dan mobilitas massa
Seperti namanya, pemeriksaan fisik head to toe akan mengecek kesehatan Anda secara detail
sebagai berikut:
1) Mencuci tangan
Gunakan Alat Pelindung Diri (APD), mencuci tangan dengan menggunakan 7 langkah di air
mengalir dan keringkan dengan handuk bersih.
Dalam melakukan pengukuran ting-gi badan, gunakan alat pengukur tinggi badan. Persilahkan
ibu untuk berdiri dengan tegak dan tumit menempel pada dinding. Baca tinggi badan ibu. Untuk
menentukan berat badan ibu, gunakan timbangan badan. Pastikan jarum penunjuk pada angka
nol. Persilahkan ibu untuk naik ke atas timbangan, dan baca jarum penunjuk.
Persilahkan ibu untuk berbaring di tempat pemeriksaan. Periksa adanya edema pada wajah atau
tidak.
4) Memeriksa mata
Gunakan ibu jari Anda untuk menarik kelopak mata ibu bagian bawah, dan mintalah kepada ibu
untuk melihat ke atas untuk mengetahui konjungtiva pucat atau tidak. Kemudian, gunakan ibu
jari Anda untuk menarik kelopak mata bagian atas dan mintalah ibu untuk melihat ke arah bawah
untuk melihat sklera kuning atau tidak.
5) Memeriksa hidung, mulut dan telinga
Lakukan pemeriksaan pada hidung dan lihatlah dengan menggunakan senter dan lihat adakah
sekret/ tidak, polip, massa ab-normal. Lalukan pemeriksaan pada mulut untuk menilai bibir
kering/tidak, pucat atau tidak, ada gigi berlubang/tidak, caries gigi/tidak. Pemeriksaan pada tel-
inga dilakukan untuk mengetahui kelainan dan fungsi telinga.
6) Memeriksa leher
Lakukan palpasi pada leher untuk mengeta-hui adanya pembesa-ran kelenjar limfe dan tiroid.
7) Memeriksa Payudara Untuk melakukan pemeriksaan pada payudara, mintalah salah satu
tangan ibu dikeataskan pada saat palpasi payudara satu tangan lurus, palpasi dilakukan secara
sirkuler pada kedua payudara sampai ketiak bergantian kanan dan kiri. Nilai adanya retraksi atau
dimpling dan nilai bentuk, ukuran, kesimetrisan, puting susu menonjol/ tidak, kolostrum atau
pengeluaran lain yang abnormal, serta mas-sa/ benjolan abnormal.
8) Pemeriksaan pada abdomen Lakukan inspeksi pada abdomen untuk melihat bentuk
(memanjang/ melintang), bekas luka operasi dan hiperpigmentasi linea nigra/alba.
9) Memeriksa tangan dan kaki Inspeksi kuku jari un-tuk menilai pucat/tidak, ada ada warna
kebiruan / tidak, inspeksi tangan ada edema/ tidak. Meraba kaki untuk menilai adanya edema/
tidak, ada varises/ tidak. Lakukan pemeriksaan reflek patella dengan menggunakan hammer
patella nilai reflek gerakan (hypo/hiper)
Pemeriksaan Abdomen
1. Pengertian
Suatu tindakan yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yang dilakukan untuk
mengetahui bentuk dan fungsi serta kelainan organ yang ada di dalam rongga abdomen dan
sekitarnya.
1. Inspeksi
2. Auskultasi
3. Palpasi
4. Perkusi
2. Tujuan
Mengetahui kesimetrisan dinding perut saat respirasi, mengkaji tanda luka, umbilical,
kulit dinding perut, bentuk dan gerakan perut
Memperkirakan gerakan usus dan kemungkinan adanya gangguan vascular/
mendengarkan suara peristaltik usus
Memperkirakan ukuran hepar, adanya udara pada lambung dan usus (timpani atau redup)
Untuk mendengarkan atau mendeteksi adanya gas, cairan atau massa dalam perut
Untuk mengetahui bentuk, ukuran, dan konsistensi organ-organ dan struktur-struktur
dalam perut (intra abdominal)
Untuk mengetahui area-area nyeri tekan, nyeri superficial, dan adanya massa
Untuk mengetahui keadaan hepar, lien, ginjal, dan kandung kemih
3. Persiapan alat
Stetoskop
Penggaris kecil
Pencil gambar
Bantal kecil
Pita pengukur
Ruangan yang tenang dan terang
Kursi/ tempat tidur
4. Persiapan pasien
Pasien dan keluarga dijelaskan dan atur posisi pasien senyaman mungkin
Minta pasien untuk mengosongkan kandung kemih terlebih dahulu
Menyuruh penderita berbaring dan membuat penderita dalam keadaan rileks
Menyuruh penderita membuka pakaian bagian atas sehingga daerah dari px ke simpisis
pubis harus terbuka
Penderita telentang dengan bantal yang tipis di bawah kepala dan bantal yang tebal di
bawah lutut dan lutut menekuk
Kedua tangan diletakkan disamping badan atau menyilang di dada penderita
Gunakan tangan yang hangat dan diafragma stetoskop yang hangat dengan cara
menggosokkan kedua telapak tangan dan menggosokkan bagian diafragma stetoskop
5. Prosedur pelaksanaan
6. Inspeksi
1. Auskultasi
Perkusi dimulai dari kuadran kanan atas kemudian bergerak searah jarum jam
Perhatikan reaksi pasien dan catat bila pasien merasa nyeri atau nyeri tekan
Lakukan perkusi pada area timpani dan redup
Suara timpani memiliki ciri nada lebih tinggi dari pada resonan, yang mana suara ini
dapat didengarkan pada rongga atau organ yang berisi udara seperti lambung, usus,
kandung kemih
Suara redup mempunyai ciri nada lebih rendah atau lebih datar dari pada resonan. suara
ini dapat didengarkan pada masa padat misalnya keadaan acites, keadaan distensi
kandung kemih, serta pada pembesaran atau tumor hepar dan limfe
Perkusi Lambung
3. Palpasi
Palpasi ringan
Palpasi ringan abdomen di atas setiap kuadran. Hindari area yang sebelumnya sebagai
titik bermasalah
Perawat meletakkan tangan secara ringan di atas abdomen dengan jari-jari ekstensi dan
berhimpitan
Perawat meletakkan tangan pada abdomen pasien dengan jari-jari pararel terhadap
abdomen
Jari-jari telapak tangan sedikit menekan perut sedalam 1 cm
Palpasi untuk mendeteksi area nyeri, penegangan abnormal, atau adanya massa
Selama palpasi, observasi wajah pasien untuk mengetahui adanya ketidaknyamanan
Jika ditemukan rasa nyeri, uji adanya nyeri lepas. Nyeri lepas bisa diketahui dengan cara
menekan dalam kemudian lepas dengan cepat untuk mendeteksi apakah nyeri timbul
setelah tangan dilepaskan
Lakukan palpasi di sekitar umbilikus dan cincin umbilikal
Palpasi dalam
Palpasi limpa
Pemeriksa berdiri di sisi kanan pasien, pegang secara menyilang abdomen pasien dengan
tangan kiri pemeriksa serta letakkan tangan di bawah pasien dan di atas sudut
kontrovertebral. Tekan ke atas dengan tangan kiri diikuti dengan tangan kanan di bagian
secara bersamaan
Tempatkan telapak tangan kanan dengan jari-jari di atas abdomen, di bawah tepi kiri
kostal
Tekan ujung jari ke arah limpa kemudian minta klien menarik nafas dalam
Palpasi tepi limpa saat limpa bergerak ke bawah ke arah tangan pemeriksa
Palpasi pasien asites
Teknik ini dipakai bila cairan asites cukup banyak. Prinsipnya adalah ketukan pada satu sisi
dinding abdomen akan menimbulkan gelombang cairan yang akan diteruskan ke sisi yang lain.
Pasien tidur terlentang, pemeriksa meletakkan telapak tangan kiri pada satu sisi abdomen dan
tangan kanan melakukan ketukan berulang-ulang pada dinding abdomen sisi yang lain. Tangan
kiri kan merasakan adanya tekanan gelombang.
Prinsipnya cairan bebas akan berpindah ke bagian abdomen terendah. Pasien tidur terlentang,
lakukan perkusi dan tandai peralihan suara timpani ke redup pada kedua sisi. Lalu pasien diminta
tidur miring pada satu sisi, lakukan perkusi lagi, tandai tempat peralihan suara timpani ke redup
maka akan tampak adanya peralihan suara redup.
Palpasi ginjal
Ketika melakukan palpasi ginjal kanan, letakkan tangan kiri di bawah puggung, dan
elevasikan ginjal ke arah anterior
Letakkan tangan kanan pada dinding perut anterior tepat di garis midclavikula pada
tepi bawah kosta
Tekankan tangan kanan secara langsung ke atas sambil meminta pasien menarik nafas
panjang. Pada orang dewasa normal, ginjal tidak teraba, tetapi pada orang yang
sangat kurus, bagian bawah ginjal kanan dapat dirasakan
Jika ginjal teraba, rasakan kontur (bentuk), ukuran, dan adanya nyeri tekan
Lakukan palpasi ginjal kiri dengan posisi pemeriksa berada di sisi sebelah tubuh
pasien, dan letakkan tangan kiri di bawah panggul kemudian lakukan tindakan seperti
pada palpasi ginjal kanan
Pemeriksaan Penunjang
Ada sangat banyak jenis pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan. Namun, ada beberapa
jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan, antara lain:
1. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah adalah jenis pemeriksaan penunjang yang paling umum dilakukan.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengambil sampel darah pasien untuk kemudian
dianalisis di laboratorium.
Pemeriksaan darah biasanya dilakukan untuk mendeteksi penyakit atau kondisi medis
tertentu, seperti anemia dan infeksi. Melalui pemeriksaan penunjang ini, dokter dapat memantau
beberapa komponen darah dan fungsi organ, meliputi:
Sel darah, seperti sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit atau keping darah
Plasma darah
Zat kimia darah, seperti gula darah atau glukosa, kolesterol, asam urat, zat besi, dan
elektrolit
Analisis gas darah
Fungsi organ tertentu, seperti ginjal, hati, pankreas, empedu, dan kelenjar tiroid
Tumor marker
Sebelum melakukan pemeriksaan darah, tanyakan dulu kepada dokter mengenai persiapan apa
yang harus dilakukan, misalnya apakah perlu berpuasa atau menghentikan pengobatan tertentu
sebelum pengambilan sampel darah.
2. Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan urine adalah jenis pemeriksaan penunjang yang sering kali dilakukan untuk
mengetahui kondisi kesehatan, fungsi ginjal, serta apakah seseorang mengonsumsi obat-obatan
tertentu. Selain itu, pemeriksaan urine juga biasanya dilakukan pada ibu hamil untuk memastikan
kehamilan atau untuk mendeteksi preeklamsia.
Pemeriksaan urine dapat dilakukan sebagai bagian dari medical check-up rutin atau
ketika dokter mencurigai adanya penyakit tertentu, seperti penyakit ginjal, infeksi saluran kemih,
atau batu ginjal.
3. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan penunjang ini sering digunakan untuk memantau kerja jantung, khususnya
irama detak jantung dan aliran listrik jantung. EKG juga dapat dilakukan untuk mendeteksi
kelainan jantung, seperti aritmia, serangan jantung, pembengkakan jantung, kelainan pada katup
jantung, dan penyakit jantung koroner.
Pemeriksaan EKG bisa dilakukan di tempat praktik dokter, IGD rumah sakit, atau di
ruang perawatan pasien, seperti di ICU atau di bangsal rawat inap.
Saat menjalani pemeriksaan EKG, pasien akan diminta untuk berbaring dan melepaskan
baju serta perhiasan yang dikenakan, selanjutnya dokter akan memasang elektroda di bagian
dada, lengan, dan tungkai pasien.
Ketika pemeriksaan berlangsung, pasien disarankan untuk tidak banyak bergerak atau
berbicara karena dapat mengganggu hasil pemeriksaan.
4. Foto Rontgen
Foto Rontgen merupakan jenis pemeriksaan penunjang yang menggunakan radiasi sinar-X
atau sinar Rontgen untuk menggambarkan kondisi berbagai organ dan jaringan tubuh.
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi:
Kelainan tulang dan sendi, termasuk patah tulang, radang sendi, dan pergeseran sendi
(dislokasi)
Kelainan gigi
Sumbatan saluran napas atau saluran cerna
Batu saluran kemih
Infeksi, seperti pneumonia, tuberkulosis, dan usus buntu
Pada kasus tertentu, dokter mungkin akan memberikan zat kontras kepada pasien melalui
suntikan atau per oral (diminum), agar hasil foto Rontgen lebih jelas.
Meski demikian, zat kontras ini kadang bisa menimbulkan beberapa efek samping, seperti reaksi
alergi, pusing, mual, lidah terasa pahit, hingga gangguan ginjal.
5. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan penunjang ini sering dilakukan untuk mendeteksi kelainan di organ dalam
tubuh, seperti tumor, batu, atau infeksi pada ginjal, pankreas, hati, dan empedu.
Tak hanya itu, USG juga umum dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan kehamilan
untuk memantau kondisi janin serta untuk memandu dokter saat melakukan tindakan biopsi.
Sebelum pemeriksaan USG dilakukan, dokter mungkin akan meminta pasien untuk
berpuasa serta minum air putih dan menahan buang air kecil untuk sementara waktu. Pasien
kemudian akan diperbolehkan buang air kecil dan makan kembali setelah pemeriksaan USG
selesai dilakukan.
6. Computed tomography scan (CT Scan)
CT Scan adalah pemeriksaan penunjang yang memanfaatkan sinar Rontgen dengan mesin
khusus untuk menciptakan gambar jaringan dan organ di dalam tubuh.
Gambar yang dihasilkan oleh CT scan akan terlihat lebih jelas daripada foto Rontgen
biasa. Pemeriksaan CT scan biasanya berlangsung sekitar 20–60 menit.
Untuk menghasilkan kualitas gambar yang lebih baik atau lebih akurat dalam mendeteksi
kelainan tertentu, seperti tumor atau kanker, dokter dapat menggunakan zat kontras saat
melakukan pemeriksaan CT scan.
MRI sepintas mirip dengan CT scan, tetapi pemeriksaan penunjang ini tidak
memanfaatkan sinar Rontgen atau radiasi, melainkan gelombang magnet dan gelombang radio
berkekuatan tinggi untuk menggambarkan kondisi organ dan jaringan di dalam tubuh. Prosedur
MRI biasanya berlangsung selama 15–90 menit.
Pemeriksaan MRI dapat dilakukan untuk memeriksa hampir seluruh bagian tubuh,
termasuk otak dan sistem saraf, tulang dan sendi, payudara, jantung dan pembuluh darah, serta
organ dalam lainnya, seperti hati, rahim, dan kelenjar prostat.
Sama seperti CT scan dan foto Rontgen, dokter juga terkadang akan menggunakan zat
kontras untuk meningkatkan kualitas gambar yang dihasilkan pada pemeriksaan MRI.
8. Fluoroskopi
9. Endoskopi
Endoskopi bertujuan untuk memeriksa organ dalam tubuh dengan endoskop, yaitu alat
berbentuk selang kecil yang elastis dan dilengkapi kamera di ujungnya. Alat ini terhubung
dengan monitor atau layar TV, sehingga dokter dapat melihat kondisi organ dalam tubuh.
Pemeriksaan endoskopi biasanya dilakukan untuk memantau kondisi saluran cerna dan
mendiagnosis penyakit tertentu, seperti gastritis atau peradangan pada lambung, tukak lambung,
GERD, kesulitan menelan, perdarahan saluran pencernaan, serta kanker lambung.
Selain beberapa jenis pemeriksaan penunjang di atas, ada beberapa jenis pemeriksaan
penunjang lainnya yang juga sering dilakukan dokter, seperti:
Ekokardiografi
Biopsi
Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan cairan tubuh, seperti cairan otak, cairan sendi, dan cairan pleura
Pemeriksaan genetik
Ada banyak sekali jenis pemeriksaan penunjang dengan fungsi, kelebihan, dan
kekurangannya masing-masing. Suatu pemeriksaan penunjang mungkin cocok untuk mendeteksi
jenis penyakit tertentu, tapi tidak efektif untuk mendeteksi jenis penyakit lainnya. Bahkan,
kadang dibutuhkan beberapa jenis pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis suatu penyakit.
Perhitungan terhadap tafsiran berat janin bisa dilakukan dengan USG, HPHT (Hari
Pertama Haid Terakhir) hingga pengukuran TFU. Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) menjadi
salah satu yang membantu dalam memperkirakan taksiran berat janin (TBJ).
Fundus uteri merupakan nama latin dari puncak rahim. Pengukuran puncak tertinggi
rahim atau tinggi fundus uteri (TFU) perlu digunakan dalam menghitung berat janin.
Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) dengan rumus MC Donald perlu dilakukan untuk
memastikan perkiraan usia kehamilan yaitu TFU x 8/7
Hasil perhitungan dalam rumus MC Donald ini memang membantu untuk memastikan
perkiraan usia kehamilan. Namun, perhitungan ini belum selalu tepat sesuai dengan usia prediksi
kehamilan. Perlu disadari kalau USG harus tetap harus dilakukan.
Selain rumus dari MC Donald, memperkirakan taksiran berat janin juga bisa dilakukan melalui
rumus Johnson.
TBJ (taksiran berat janin dalam gram) = (TFU (dalam cm) - n) x 155
n = 11 jika kepala bayi belum masuk pintu atas panggul
n = 12 jika kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul
n diisi dengan angka-angka konstanta yang sudah ditentukan dalam pembuatan rumus Johnson.
Contoh:
= 2170gram
Jika dari hasil taksiran berat janin (TBJ) kurang, Mama harus waspada. Hal ini karena janin
bisa mempunyai berat badan yang lebih kecil untuk usia kehamilan (small for gestational age),
mengalami pertumbuhan yang terbatas dalam rahim (intrauterine growth retardation), atau
kelahiran prematur. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus Mampaps lakukan seperti:
Cara menambah berat janin bayi adalah dengan mengonsumsi sayur dan buah. Sayur dan
buah sangat penting untuk menaikkan berat badan janin hingga mencapai ideal. Sebab, sayur dan
buah mengandung berbagai nutrisi penting yang membantu pertumbuhan berbagai sel, jaringan,
hingga organ buah hati.Sebaiknya konsumsi buah dan sayur setelah makanan utama karena buah
dan sayur mengandung banyak serat dan air yang biasanya membuat perut cepat kenyang dan
bisa mengurangi porsi makanan utama.
2. Asupan Protein
Penuhi kebutuhan protein harian selama masa kehamilan. Mama bisa memperoleh protein
dengan mengkonsumsi daging ayam ataupun sapi secara kontinu demi meningkatkan berat janin.
Cara sehat menambah berat badan janin bayi adalah dengan memperbanyak makanan yang
padat akan energi dan karbohidrat. Mama bisa mengkonsumsi makanan mengandung karbohidrat
tinggi seperti kentang, jagung, gandum.Mama yang sedang hamil membutuhkan kalori tambahan
yang dapat diperoleh dari margarin, selai buah, keju, dan lainnya. Makanan sehat seperti inilah
yang mampu menambah berat badan si kecil ketika semasa kandungan
4. Sediakan Cemilan Sehat dan yang Manis-manis
Memilih cemilan sehat yang tidak mengandung kolesterol ataupun lemak yang berlebih.
Cemilan ini tentu akan membantu Mama dalam mendapatkan lebih banyak kalori, sehingga
nantinya janin mempunyai berat badan ideal dalam kandungan.Mengonsumsi makanan yang
manis-manis memang dianjurkan bagi janin yang dalam kondisi kurang berat badannya. Cemilan
sehat yang dapat dipilih seperti salad buah, kacang-kacangan, jus buah segar, atau coklat hitam.
Mama juga boleh mengkonsumsi makanan manis seperti brownis cokelat, kue, serta
makanan manis-manis lainnya namun batasi asupannya 100 kalori per hari. Apabila Mama
memiliki masalah kesehatan seperti diabetes, sebaiknya konsultasikan dengan dokter.
5. Istirahat Cukup
Selama masa kehamilan, usahakan agar tak terlalu capek, ya. Sebab, tubuh yang kelelahan
akan kekurangan energi sehingga membongkar berbagai pasokan kalori dalam tubuh.Alhasil,
kalori tersebut justru tidak bisa disalurkan dengan baik pada si kecil di dalam kandungan. Dalam
sehari, lakukan tidur siang paling tidak selama dua jam.
6. Mengkonsumsi Susu
Mengkonsumsi susu khusus ibu hamil juga termasuk cara nambah berat badan janin.
Disarankan untuk meminum susu bayi secara rutin 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan malam
ketika jelang tidur. Dengan mengkonsumsi susu khusus ibu hamil ini bisa menaikkan berat badan
si kecil dalam kandungan.
7. Mengkonsumsi Vitamin
Sebelum mengonsumi vitamin, pastikan Mama sudah berkonsultasi terlebih dahulu dengan
dokter agar mengetahui dosis yang tepat.Selain itu, imbangi konsumsi vitamin kehamilan dengan
menyantap aneka buah yang kaya nutrisi seperti jeruk, jambu, dan juga pisang.
Ketika si kecil lahir dengan berat badan kurang dalam dunia kesehatan disebut BBLR (Bayi
Berat Lahir Rendah) mungkin akan banyak masalah yang sering terjadi. Masalah yang sering
dijumpai pada BBLR antara lain:
Masih asing dengan rumus Naegele untuk menghitung usia kehamilan? Rumus ini
berfokus pada hari pertama haid terakhir (HPHT). Cara menghitung usia kehamilan dengan
rumus ini dianggap baik bagi wanita yang punya siklus menstruasi teratur 28 hari. Lalu,
bagaimana caranya?
Pertama, tentukan tanggal HPHT dan tambahkan 40 minggu dari tanggal tersebut. Rumus
ini didasari dengan asumsi bahwa kehamilan dijalani selama 9 bulan (40 minggu) atau 280 hari.
Nah, dengan perkiraan angkat tersebut, maka usia kehamilan bisa diketahui nantinya.
Tentukan HPHT;
Lalu tambahkan satu tahun;
Kemudian, tambahkan tujuh hari;
Terakhir, mundurkan tiga bulan.
Nah, berdasarkan cara menghitung usia kehamilan dengan rumus Naegele, maka hari
kelahiran bayi diperkirakan tanggal 24 September 2020. Meskipun rumus ini cukup akurat, tapi
rumus Naegele tidak bisa diterapkan oleh wanita yang siklus haidnya tidak teratur atau lupa
mengenai HPHT-nya.
Cara menghitung usia kehamilan secara manual selanjutnya dengan mendeteksi gerakan
janin. Namun, hal yang perlu ditegaskan cara ini tidak 100 persen akurat. Lalu, bagaimana
caranya?
Ibu hanya perlu merasakan gerakan janin. Jika bumil merasa bahwa janin sudah mulai
bergerak, diperkirakan usia kehamilan adalah 18-20 minggu. Perlu diingat juga, hal ini hanya
berlaku bagi wanita yang baru pertama kali hamil. Bagi wanita yang sebelumnya sudah pernah
hamil, jika sudah bisa merasakan gerakan janin, usia kehamilan diperkirakan 16-18 minggu.
Caranya dengan meraba puncak rahim yang terasa menonjol pada bagian perut. Hitung
jaraknya dari tulang kemaluan hingga puncak rahim. Jika jaraknya adalah 17 sentimeter, berarti
usia kehamilan sudah menginjak 17 minggu. Sama seperti gerakan pada janin, menurut ahli di
American Pregnancy Association, cara menghitung usia kehamilan dengan sistem ini tidak
akurat 100 persen.
Cara menghitung usia kehamilan dengan kalkulator online boleh dibilang paling simpel.
Tidak ada salahnya mencoba kalkulator kehamilan untuk menentukan usia kehamilan.
Cara menghitung kehamilan secara online sangat mudah. Bumil hanya perlu memasukkan
tanggal, bulan, tahun hari pertama dan terakhir haid (HPHT), dan juga siklus haid. Kalkulator
kehamilan online tersebut kemudian menghitung dan memberitahukan usia kehamilan bumil.
Andaikan siklus haid tidak teratur, atau lupa mengenai HPHT, bumil bisa langsung bertanya
pada dokter untuk menentukan usia kehamilan. Lewat teknologi USG dan pemeriksaan fisik,
dokter akan menentukan usia kehamilan dengan lebih akurat. Menurut American Pregnancy
Association, waktu terbaik memperkirakan usia kehamilan lewat USG adalah 8 sampai 18
minggu kehamilan.
USG ini lebih akurat bila dilakukan di masa-masa awal kehamilan. Sebab dalam beberapa
minggu pertama janin cenderung berkembang dengan kecepatan yang sama. Pemeriksaan USG
di trimester pertama bukan hanya menentukan usia kehamilan saja, tapi kesehatan ibu dan janin.
Misalnya, menilai kondisi kehamilan atau ada tidaknya komplikasi kehamilan.
Ingat, meski USG terbilang modern dan cukup akurat, namun bisa juga meleset. Dengan kata
lain, banyak faktor yang memicu kelahiran awal atau lebih lama. Semuanya bergantung pada
kondisi kesehatan ibu dan janin.