Anda di halaman 1dari 20

Nama : Nandini Permata Sari

NIM : 1915471052

Tingkat 1 Reguler 2

Askeb Hamil

PEMERIKSAAN UMUM dan FISIK

A. Definisi

Pemeriksaan umum merupakan salah satu cara untuk mengetahui keadaan umum pada
ibu hamil dengan mengumpulkan data obyektif yang dilakukan pemeriksaan terhadap pasien.

Kehamilan merupakan suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan keturunan


yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh normal di dalam rahim ibu.
Pemeriksaan fisik tidak hanya bermanfaat bagi ibu hamil, termasuk janin yang dikandungnya.
Rangkaian pemeriksaan ini bisa mendeteksi secara dini bila ada kelainan kehamilan. Sehingga
bisa segera diterapkan tindakan penanganan yang tepat. Tumbuh kembang buah hati juga lebih
terpantau dengan baik, sehingga bisa mencegah bayi lahir mati, berat badan bayi rendah, lahir
prematur dan mencegah bayi mati saat baru lahir. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan sedikitnya
sekali saat trimester pertama dan sebulan sekali saat trimester kedua. Sedangkan kalau usia
kehamilan 28 minggu pemeriksaan diterapkan 3 minggu sekali, 32 minggu 2 minggu sekali dan
38 minggu seminggu sekali.

B. Tujuan

Tujuan dalam pemeriksaan fisik secara umum adalah yaitu untuk menilai kondisi
kesehatan ibu secara umum berdasarkan pemeriksaan sepintas.

C. Persiapan Alat dan Bahan serta Prosedur Pemeriksaan


1. Persiapan Alat dan Bahan

a. Tempat cuci tangan (air mengalir)

b. Sabun cuci tangan dan handuk

c. Timbangan berat badan

d. Pengukur tinggi badan

e. Selimut

f. Tensimeter

g. Stetoskop

h. Thermometer dan air DTT+air sabun+desin-fektan

i. Tissue

j. Arloji bukan digital

k. Senter

Persiapan Ibu

a. Menyambut ibu dengan ramah dan sopan

b. Memperkenalkan diri kepada ibu

c. Menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur pemeriksaan kepada ibu

d. Menjaga privasi ibu dengan menutup pintu atau sampiran

2. Prosedur Pemeriksaan

Langkah-langkah pemeriksaan fisik pada ibu bersalin Setelah alat dan bahan serta ibu sudah siap,
maka selanjutnya adalah praktik melakukan pemeriksaan fisik pada ibu bersalin.
a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan Umum Nilai keadaan umum ibu: apakah dalam kondisi baik atau lemah

2) Kesadaran Nilai kesadaran ibu: jika didapatkan kondisi ibu sadar sepenuhnya maka
digolongkan : compos mentis, bila ibu tidak sadar sepenuhnya namun bisa merespon bila ditanya
namanya maka digolongkan :somnolent, bila ibu merespon namun disentuh atau dicu-bit maka
digolongkan : sopor, jika ibu tidak dapat mere-spon sama sekali digolongkan: comma

3) Tanda-tanda Vital

 Tekanan darah: level normal tekanan darah adalah kurang dari 120/80, sedangkan Anda
dikatakan menderita hipertensi bila tekanan darah lebih dari 130/80.
 Detak jantung: level detak jantung yang normal adalah 60-100.
 Rasio pernapasan: orang dewasa normal bernapas sekitar 12-16 kali per menit. Jika Anda
bernapas lebih dari 20 kali per menit, dokter dapat menduga ada masalah pada jantung atau paru-
paru Anda.
 Suhu tubuh: Lakukan pemeriksaan suhu pada axilla menggu-nakan termometer axilla.

b. Pemeriksaan Fisik (inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi)

1. Inspeksi:

Inspeksi dilakukan dengan cara melihat permukaan, kontur, dan pergerakan dinding abdomen.
Inspeksi meliputi :

 Kulit : Pada kulit, perhatikan apabila terdapat skar, striae, dilatasi vena, serta kemerahan
dan ekimosis (dapat terlihat pada perdarahan intraperitoneal atau retroperitoneal)

 Ekimosis : Selain menunjukkan adanya perdarahan intraperitoneal atau retroperitoneal,


adanya ekimosis juga dapat mengarahkan diagnosis lainnya. Grey Turner sign merupakan
ekimosis yang dapat disertai warna kehijauan pada area flank pada pasien pankreatitis
akut dengan perdarahan ekstraperitoneal yang berdifusi sampai ke jaringan subkutan
area flank. Cullen’s sign merupakan ekimosis yang dapat disertai warna kebiruan pada kulit area
periumbilikal karena adanya perdarahan retroperitoneal atau intraabdominal, seperti kehamilan
ektopik terganggu 
 Umbilikus : Pada umbilikus, perlu diperhatikan kontur dan lokasinya, serta ada atau
tidaknya inflamasi ataupun benjolan, seperti pada hernia umbilikalis 
 Kontur abdomen : Kontur abdomen yang dimaksud adalah permukaan (datar, distensi,
menonjol, atau cekung), bagian samping abdomen (ada atau tidaknya benjolan atau massa),
kesimetrisan dinding abdomen, massa atau organomegali yang tampak menonjol (misalnya
hepatomegali atau splenomegali

 Peristaltik : Pada pasien yang sangat kurus, kemungkinan gerakan peristaltik usus dapat
terlihat, terutama apabila terdapat obstruksi

 Pulsasi : Pulsasi aorta juga dapat terlihat pada pasien yang sangat kurus. Apabila terlihat
pada area epigastrium, maka dapat dikatakan normal.

2. Auskultasi:
Auskultasi pada pemeriksaan abdomen terutama memberikan informasi mengenai bising
usus. Berbeda dari pemeriksaan fisik lainnya, disarankan untuk melakukan pemeriksaan
auskultasi terlebih dahulu pada pemeriksaan fisik abdomen karena manuver perkusi dan palpasi
dapat menstimulasi ataupun mendepresi peristaltik usus. Bising usus normal berkisar antara 5-34
kali/menit. Auskultasi minimal dilakukan selama 2 menit pada tiap regio, dan minimal dilakukan
pada 1 regio untuk menentukan kesimpulan bunyi usus pasien

Adanya inflamasi (misal peritonitis), infeksi, ileus paralitik, dan ileus obstruktif akan


mengubah karakteristik bising usus. Pada keadaan tertentu seperti infeksi, dapat terdengar bunyi
borborygmi dan hiperperistalsis. Pada auskultasi peristaltik usus, perlu diperhatikan frekuensi,
durasi, volume, dan kualitas bising usus.
Pada auskultasi abdomen, dapat ditemukan adanya bunyi seperti murmur di aorta, arteri
iliaca, dan arteri femoralis. Murmur dapat terdengar terutama pada pasien dengan hipertensi.
Murmur juga dapat terdengar pada pasien dengan stenosis arteri maupun dilatasi arteri yang
disebabkan oleh aneurisma. Murmur arteri renalis, sesuai dengan posisi anatomisnya akan lebih
terdengar dari punggung
Pada area hepar dan lien, perlu dilakukan auskultasi untuk melihat adanya friction rub. Hal
ini dapat terjadi pada pasien dengan hepatoma, infeksi gonococcus pada area hepar, dan infark
lien.

3. Perkusi:

Perkusi dilakukan untuk melihat distribusi gas intraabdomen, kemungkinan adanya massa,
serta ukuran hepar dan lien serta organ lainnya. Perkusi dilakukan pada keempat kuadran
abdomen dengan melihat area yang timpani maupun pekak. Bunyi timpani disebabkan karena
adanya gas pada traktus gastrointestinal, sedangkan bunyi pekak dapat disebabkan oleh adanya
cairan, massa atau pembesaran organ, maupun feses.

Perkusi pada bagian infero-anterior arcus costae sebelah kanan dapat ditemukan pekak


karena adanya hepar, sedangkan di sebelah kiri akan ditemukan timpani pada area gaster dan
fleksura lienalis.
Perkusi dilakukan dengan mengekstensikan jari tengah telapak tangan kiri (pleximeter) pada
permukaan bagian abdomen yang mau diperkusi, dengan jari tengah kanan difleksikan
(perkusor) sambil diketuk berulang di sendi interphalangeal distal pada pleximeter.

4. Palpasi:

Palpasi pada pemeriksaan fisik abdomen terdiri dari palpasi ringan dan dalam. Palpasi
ringan dapat menilai adanya nyeri tekan, defans muskular, dan massa pada organ-organ
superfisial. Palpasi ringan dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Meletakkan telapak tangan dengan jari-jari yang rapat dan rata pada dinding abdomen

2. Lakukan penekanan ringan pada keempat kuadran abdomen.

3. Pada palpasi ringan ini, perlu dilakukan identifikasi organ-organ maupun massa yang
letaknya superfisial, serta area yang mengalami nyeri tekan.

4. Apabila terdapat defans, bedakan antara tahanan volunter dan spasme otot involunter,
karena adanya spasme yang involunter dapat mengarahkan diagnosis ke peritonitis.
Palpasi dalam dilakukan untuk menggambarkan massa intra-abdomen serta adanya
organomegali. Palpasi ini dilakukan dengan :

1. Gunakan permukaan telapak tangan, kemudian lakukan penekanan pada keempat kuadran

2. Apabila terdapat massa, lakukan identifikasi lokasi, ukuran, bentuk, konsistensi, nyeri
saat penekanan, pulsasi, dan mobilitas massa

Seperti namanya, pemeriksaan fisik head to toe akan mengecek kesehatan Anda secara detail
sebagai berikut:

1) Mencuci tangan

Gunakan Alat Pelindung Diri (APD), mencuci tangan dengan menggunakan 7 langkah di air
mengalir dan keringkan dengan handuk bersih.

2) Mengukur tinggi dan berat badan ibu

Dalam melakukan pengukuran ting-gi badan, gunakan alat pengukur tinggi badan. Persilahkan
ibu untuk berdiri dengan tegak dan tumit menempel pada dinding. Baca tinggi badan ibu. Untuk
menentukan berat badan ibu, gunakan timbangan badan. Pastikan jarum penunjuk pada angka
nol. Persilahkan ibu untuk naik ke atas timbangan, dan baca jarum penunjuk.

3) Memeriksa edema pada wajah

Persilahkan ibu untuk berbaring di tempat pemeriksaan. Periksa adanya edema pada wajah atau
tidak.

4) Memeriksa mata

Gunakan ibu jari Anda untuk menarik kelopak mata ibu bagian bawah, dan mintalah kepada ibu
untuk melihat ke atas untuk mengetahui konjungtiva pucat atau tidak. Kemudian, gunakan ibu
jari Anda untuk menarik kelopak mata bagian atas dan mintalah ibu untuk melihat ke arah bawah
untuk melihat sklera kuning atau tidak.
5) Memeriksa hidung, mulut dan telinga

Lakukan pemeriksaan pada hidung dan lihatlah dengan menggunakan senter dan lihat adakah
sekret/ tidak, polip, massa ab-normal. Lalukan pemeriksaan pada mulut untuk menilai bibir
kering/tidak, pucat atau tidak, ada gigi berlubang/tidak, caries gigi/tidak. Pemeriksaan pada tel-
inga dilakukan untuk mengetahui kelainan dan fungsi telinga.

6) Memeriksa leher

Lakukan palpasi pada leher untuk mengeta-hui adanya pembesa-ran kelenjar limfe dan tiroid.

7) Memeriksa Payudara Untuk melakukan pemeriksaan pada payudara, mintalah salah satu
tangan ibu dikeataskan pada saat palpasi payudara satu tangan lurus, palpasi dilakukan secara
sirkuler pada kedua payudara sampai ketiak bergantian kanan dan kiri. Nilai adanya retraksi atau
dimpling dan nilai bentuk, ukuran, kesimetrisan, puting susu menonjol/ tidak, kolostrum atau
pengeluaran lain yang abnormal, serta mas-sa/ benjolan abnormal.

8) Pemeriksaan pada abdomen Lakukan inspeksi pada abdomen untuk melihat bentuk
(memanjang/ melintang), bekas luka operasi dan hiperpigmentasi linea nigra/alba.

9) Memeriksa tangan dan kaki Inspeksi kuku jari un-tuk menilai pucat/tidak, ada ada warna
kebiruan / tidak, inspeksi tangan ada edema/ tidak. Meraba kaki untuk menilai adanya edema/
tidak, ada varises/ tidak. Lakukan pemeriksaan reflek patella dengan menggunakan hammer
patella nilai reflek gerakan (hypo/hiper)

Pemeriksaan Abdomen

1. Pengertian

Suatu tindakan yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yang dilakukan untuk
mengetahui bentuk dan fungsi serta kelainan organ yang ada di dalam rongga abdomen dan
sekitarnya.

Pembagian daerah abdomen:

1. Pembagian berdasarkan 9 regio


 Epigastrik
 Umbilical
 Hipogastrik
 Hipokondrial kanan
 Hipokondrial kiri
 Lumbal kanan
 Lumbal kiri
 Inguinal kanan
 Inguinal kiri

2. Pembagian berdasarkan 4 kuadran

 kuadran I = kanan atas


 kuadran II = kiri atas
 kuadran III = kiri bawah
 kuadran IV = kanan bawah

Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan dengan 4 (empat) tehnik/cara yaitu

1. Inspeksi
2. Auskultasi
3. Palpasi
4. Perkusi

2. Tujuan
 Mengetahui kesimetrisan dinding perut saat respirasi, mengkaji tanda luka, umbilical,
kulit dinding perut, bentuk dan gerakan perut
 Memperkirakan gerakan usus dan kemungkinan adanya gangguan vascular/
mendengarkan suara peristaltik usus
 Memperkirakan ukuran hepar, adanya udara pada lambung dan usus (timpani atau redup)
 Untuk mendengarkan atau mendeteksi adanya gas, cairan atau massa dalam perut
 Untuk mengetahui bentuk, ukuran, dan konsistensi organ-organ dan struktur-struktur
dalam perut (intra abdominal)
 Untuk mengetahui area-area nyeri tekan, nyeri superficial, dan adanya massa
 Untuk mengetahui keadaan hepar, lien, ginjal, dan kandung kemih

3. Persiapan alat

 Stetoskop
 Penggaris kecil
 Pencil gambar
 Bantal kecil
 Pita pengukur
 Ruangan yang tenang dan terang
 Kursi/ tempat tidur
 

4. Persiapan pasien

 Pasien dan keluarga dijelaskan dan atur posisi pasien senyaman mungkin
 Minta pasien untuk mengosongkan kandung kemih terlebih dahulu
 Menyuruh penderita berbaring dan membuat penderita dalam keadaan rileks
 Menyuruh penderita membuka pakaian bagian atas sehingga daerah dari px ke simpisis
pubis harus terbuka
 Penderita telentang dengan bantal yang tipis di bawah kepala dan bantal yang tebal di
bawah lutut dan lutut menekuk
 Kedua tangan diletakkan disamping badan atau menyilang di dada penderita
 Gunakan tangan yang hangat dan diafragma stetoskop yang hangat dengan cara
menggosokkan kedua telapak tangan dan menggosokkan bagian diafragma stetoskop

5. Prosedur pelaksanaan
6. Inspeksi

 Atur pencahayaan yang baik


 Pemeriksa berada di sebelah kanan penderita
 Posisikan pasien dengan tepat, yaitu berbaring terlentang dengan tangan di kedua sisi dan
sedikit menekuk. Bantal kecil diletakkan di bawah lutut untuk menyokong dan
melemaskan otot-otot abdomen
 Buka abdomen mulai prosesus sifoideus sampai simpisis pubis
 Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, kontur permukaan perut, retraksi,
penonjolan, ketidak simetrisan, jaringan parut, striae, dll
 Perhatikan posisi, bentuk, warna, dan adanya inflamasi,/ pengeluaran umbilikus
 Observasi gerakan-gerakan kulit pada perut pada saat inspirasi dan ekspirasi

1. Auskultasi

 Hangatkan bagian diafragma dan bell stetoskop


 Letakkan sisi diafragma ststoskop tadi di atas kuadran kanan bawah pada area sekum.
Berikan tekanan yang sangat ringan, minta pasien agar tidak berbicara.
 Dengarkan bising usus dan perhatikan frekuensi serta karakternya
 Catat bising usus apakah terdengar normal, tidak ada, hiperaktif, atau hipoaktif
 Jika bising usus tidak terdengar, lanjutkan pemeriksaan sistematis, dengarkan setiap
kuadran abdomen
 Diperlukan 5 menit secara terus menerus untuk mendengar sebelum pemeriksa
menentukan tidak adanya bising usus
 Letakkan bagian bell/ sungkup stetoskop di atas aorta, arteri renalis, arteri iliaka dan
arteri femoralis
 Letakkan bagian bell stetoskop pada daerah preumbilikal/ sekeliling pusat untuk
mendengarkan bising vena
2. Perkusi

 Perkusi dimulai dari kuadran kanan atas kemudian bergerak searah jarum jam
 Perhatikan reaksi pasien dan catat bila pasien merasa nyeri atau nyeri tekan
 Lakukan perkusi pada area timpani dan redup
 Suara timpani memiliki ciri nada lebih tinggi dari pada resonan, yang mana suara ini
dapat didengarkan pada rongga atau organ yang berisi udara seperti lambung, usus,
kandung kemih
 Suara redup mempunyai ciri nada lebih rendah atau lebih datar dari pada resonan. suara
ini dapat didengarkan pada masa padat misalnya keadaan acites, keadaan distensi
kandung kemih, serta pada pembesaran atau tumor hepar dan limfe

Perkusi Untuk Menentukan Posisi Dan Ukuran Hati

 Berdiri di sisi kanan pasien


 Lakukan perkusi dari garis midklavikula kanan tepat di bawah umbilikus ke atas
melewati area timpani sampai terdengar suara redup, beri tanda dengan pensil pada
tempat mulai ditemukannya suara redup (merupakan batas bawah hepar)
 Lakukan perkusi pada garis midklavikula kanan yang dimulai dari area resonan paru-paru
ke bawah sampai ditemukan suara redup, beritanda pada tempat mulai ditemukan suara
redup (merupakan batas atas hepar)
 Ukur jarak antara 2 tanda tadi dalam satuan sentimeter. Normalnya panjang hepar pada
garis midclavikula adalah 6-12 cm dengan batas bawah terletak pada atau sedikit di
bawah tulang rusuk
 Jika diduga ada pembesaran ukur penurunan hati dengan meminta pasien menarik nafas
dalam dan menahan, lalu pemeriksa melanjutkan perkusi ke atas dari abdomen ke garis
midclavikula kanan

Perkusi Lambung

 Posisi pasien tidur terlentang


 Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien
 Lakukan perkusi pada tulang iga bagian bawah anterior dan bagian epigastrium kiri
 Gelembung udara lambung bila di perkusi akan berbunyi timpani

3. Palpasi
Palpasi ringan
 Palpasi ringan abdomen di atas setiap kuadran. Hindari area yang sebelumnya sebagai
titik bermasalah
 Perawat meletakkan tangan secara ringan di atas abdomen dengan jari-jari ekstensi dan
berhimpitan
 Perawat meletakkan tangan pada abdomen pasien dengan jari-jari pararel terhadap
abdomen
 Jari-jari telapak tangan sedikit menekan perut sedalam 1 cm
 Palpasi untuk mendeteksi area nyeri, penegangan abnormal, atau adanya massa
 Selama palpasi, observasi wajah pasien untuk mengetahui adanya ketidaknyamanan
 Jika ditemukan rasa nyeri, uji adanya nyeri lepas. Nyeri lepas bisa diketahui dengan cara
menekan dalam kemudian lepas dengan cepat untuk mendeteksi apakah nyeri timbul
setelah tangan dilepaskan
 Lakukan palpasi di sekitar umbilikus dan cincin umbilikal

Palpasi dalam

 Gunakan metode palpasi bimanual


 Tekanan dinding abdomen sedalam 4-5 cm
 Catat adanya massa dan struktur organ di bawahnya. Jika terdapat massa, maka catat
ukuran, lokasi, mobilitas, kontur dan kekuatannya

Palpasi hepar/ hati

 Berdirilah disamping kanan pasien


 Letakkan tangan kiri anda pada torak posterior kira-kira pada tulang rusuk ke 11 atau 12
 Tekankan tangan kiri tersebut keatas sehingga sedikit mengangkat dinding dada
 Letakkan tangan kanan pada atas bawah tulang rusuk sisi kanan dengan membentuk
sudut kira-kira 450 dengan otot rektus abdominal dengan jari-jari kearah tulang rusuk
 Sementara pasien ekhalasi, lakukan penekanan sedalam 4-5 kearah bawah pada batas
bawah tulang rusuk
 Jaga posisi tangan anda dan suruh pasien inhalasi / menarik nafas dalam
 Sementara pasien inhalasi, rasakan batas hepar bergerak menentang tangan anda yang
secara normal terasa dengan kontur regular. bila hepar tak terasa/teraba dengan jelas,
maka suruh pasien untuk menarik nafas dalam, sementara anda tetap mempertahankan
posisi tangan atau memberikan tekanan sedikit lebih dalam. kesulitan dalam merasakan
hepar ini sering dialami pada pasien obesitas
 Bila hepar membesar, maka lakukan palpasi di batas bawah tulang rusuk kanan. catat
pembesaran tersebut dan nyatakan dengan berapa cm pembesaran terjadi di bawah batas
tulang rusuk

Palpasi limpa

 Pemeriksa berdiri di sisi kanan pasien, pegang secara menyilang abdomen pasien dengan
tangan kiri pemeriksa serta letakkan tangan di bawah pasien dan di atas sudut
kontrovertebral. Tekan ke atas dengan tangan kiri diikuti dengan tangan kanan di bagian
secara bersamaan
 Tempatkan telapak tangan kanan dengan jari-jari di atas abdomen, di bawah tepi kiri
kostal
 Tekan ujung jari ke arah limpa kemudian minta klien menarik nafas dalam
 Palpasi tepi limpa saat limpa bergerak ke bawah ke arah tangan pemeriksa

 
Palpasi pasien asites

Cara pemeriksaan asites:

 Pemeriksaan gelombang cairan (undulating fluid wave).

Teknik ini dipakai bila cairan asites cukup banyak. Prinsipnya adalah ketukan pada satu sisi
dinding abdomen akan menimbulkan gelombang cairan yang akan diteruskan ke sisi yang lain.
Pasien tidur terlentang, pemeriksa meletakkan telapak tangan kiri pada satu sisi abdomen dan
tangan kanan melakukan ketukan berulang-ulang pada dinding abdomen sisi yang lain. Tangan
kiri kan merasakan adanya tekanan gelombang.

 Pemeriksaan pekak alih (shifting dullness).

Prinsipnya cairan bebas akan berpindah ke bagian abdomen terendah. Pasien tidur terlentang,
lakukan perkusi dan tandai peralihan suara timpani ke redup pada kedua sisi. Lalu pasien diminta
tidur miring pada satu sisi, lakukan perkusi lagi, tandai tempat peralihan suara timpani ke redup
maka akan tampak adanya peralihan suara redup.

Palpasi ginjal

 Ketika melakukan palpasi ginjal kanan, letakkan tangan kiri di bawah puggung, dan
elevasikan ginjal ke arah anterior
 Letakkan tangan kanan pada dinding perut anterior tepat di garis midclavikula pada
tepi bawah kosta
 Tekankan tangan kanan secara langsung ke atas sambil meminta pasien menarik nafas
panjang. Pada orang dewasa normal, ginjal tidak teraba, tetapi pada orang yang
sangat kurus, bagian bawah ginjal kanan dapat dirasakan
 Jika ginjal teraba, rasakan kontur (bentuk), ukuran, dan adanya nyeri tekan
 Lakukan palpasi ginjal kiri dengan posisi pemeriksa berada di sisi sebelah tubuh
pasien, dan letakkan tangan kiri di bawah panggul kemudian lakukan tindakan seperti
pada palpasi ginjal kanan

Pemeriksaan Penunjang

Berbagai Jenis Pemeriksaan Penunjang atau Diagnostik

Ada sangat banyak jenis pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan. Namun, ada beberapa
jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan, antara lain:
1. Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan darah adalah jenis pemeriksaan penunjang yang paling umum dilakukan.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengambil sampel darah pasien untuk kemudian
dianalisis di laboratorium.

Pemeriksaan darah biasanya dilakukan untuk mendeteksi penyakit atau kondisi medis
tertentu, seperti anemia dan infeksi. Melalui pemeriksaan penunjang ini, dokter dapat memantau
beberapa komponen darah dan fungsi organ, meliputi:

 Sel darah, seperti sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit atau keping darah
 Plasma darah
 Zat kimia darah, seperti gula darah atau glukosa, kolesterol, asam urat, zat besi, dan
elektrolit
 Analisis gas darah
 Fungsi organ tertentu, seperti ginjal, hati, pankreas, empedu, dan kelenjar tiroid
 Tumor marker

Sebelum melakukan pemeriksaan darah, tanyakan dulu kepada dokter mengenai persiapan apa
yang harus dilakukan, misalnya apakah perlu berpuasa atau menghentikan pengobatan tertentu
sebelum pengambilan sampel darah.

2. Pemeriksaan Urine

Pemeriksaan urine adalah jenis pemeriksaan penunjang yang sering kali dilakukan untuk
mengetahui kondisi kesehatan, fungsi ginjal, serta apakah seseorang mengonsumsi obat-obatan
tertentu. Selain itu, pemeriksaan urine juga biasanya dilakukan pada ibu hamil untuk memastikan
kehamilan atau untuk mendeteksi preeklamsia.

Pemeriksaan urine dapat dilakukan sebagai bagian dari medical check-up rutin atau
ketika dokter mencurigai adanya penyakit tertentu, seperti penyakit ginjal, infeksi saluran kemih,
atau batu ginjal.

3. Elektrokardiogram (EKG)

Pemeriksaan penunjang ini sering digunakan untuk memantau kerja jantung, khususnya
irama detak jantung dan aliran listrik jantung. EKG juga dapat dilakukan untuk mendeteksi
kelainan jantung, seperti aritmia, serangan jantung, pembengkakan jantung, kelainan pada katup
jantung, dan penyakit jantung koroner.

Pemeriksaan EKG bisa dilakukan di tempat praktik dokter, IGD rumah sakit, atau di
ruang perawatan pasien, seperti di ICU atau di bangsal rawat inap.
Saat menjalani pemeriksaan EKG, pasien akan diminta untuk berbaring dan melepaskan
baju serta perhiasan yang dikenakan, selanjutnya dokter akan memasang elektroda di bagian
dada, lengan, dan tungkai pasien.

Ketika pemeriksaan berlangsung, pasien disarankan untuk tidak banyak bergerak atau
berbicara karena dapat mengganggu hasil pemeriksaan.

4. Foto Rontgen

Foto Rontgen merupakan jenis pemeriksaan penunjang yang menggunakan radiasi sinar-X
atau sinar Rontgen untuk menggambarkan kondisi berbagai organ dan jaringan tubuh.
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi:

 Kelainan tulang dan sendi, termasuk patah tulang, radang sendi, dan pergeseran sendi
(dislokasi)
 Kelainan gigi
 Sumbatan saluran napas atau saluran cerna
 Batu saluran kemih
 Infeksi, seperti pneumonia, tuberkulosis, dan usus buntu

Pada kasus tertentu, dokter mungkin akan memberikan zat kontras kepada pasien melalui
suntikan atau per oral (diminum), agar hasil foto Rontgen lebih jelas.

Meski demikian, zat kontras ini kadang bisa menimbulkan beberapa efek samping, seperti reaksi
alergi, pusing, mual, lidah terasa pahit, hingga gangguan ginjal.

5. Ultrasonografi (USG)

USG adalah pemeriksaan penunjang yang menggunakan gelombang suara untuk


menghasilkan gambar organ dan jaringan di dalam tubuh.

Pemeriksaan penunjang ini sering dilakukan untuk mendeteksi kelainan di organ dalam
tubuh, seperti tumor, batu, atau infeksi pada ginjal, pankreas, hati, dan empedu.

Tak hanya itu, USG juga umum dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan kehamilan
untuk memantau kondisi janin serta untuk memandu dokter saat melakukan tindakan biopsi.

Sebelum pemeriksaan USG dilakukan, dokter mungkin akan meminta pasien untuk
berpuasa serta minum air putih dan menahan buang air kecil untuk sementara waktu. Pasien
kemudian akan diperbolehkan buang air kecil dan makan kembali setelah pemeriksaan USG
selesai dilakukan.
6. Computed tomography scan (CT Scan)

CT Scan adalah pemeriksaan penunjang yang memanfaatkan sinar Rontgen dengan mesin
khusus untuk menciptakan gambar jaringan dan organ di dalam tubuh.

Gambar yang dihasilkan oleh CT scan akan terlihat lebih jelas daripada foto Rontgen
biasa. Pemeriksaan CT scan biasanya berlangsung sekitar 20–60 menit.

Untuk menghasilkan kualitas gambar yang lebih baik atau lebih akurat dalam mendeteksi
kelainan tertentu, seperti tumor atau kanker, dokter dapat menggunakan zat kontras saat
melakukan pemeriksaan CT scan.

7. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI sepintas mirip dengan CT scan, tetapi pemeriksaan penunjang ini tidak
memanfaatkan sinar Rontgen atau radiasi, melainkan gelombang magnet dan gelombang radio
berkekuatan tinggi untuk menggambarkan kondisi organ dan jaringan di dalam tubuh. Prosedur
MRI biasanya berlangsung selama 15–90 menit.

Pemeriksaan MRI dapat dilakukan untuk memeriksa hampir seluruh bagian tubuh,
termasuk otak dan sistem saraf, tulang dan sendi, payudara, jantung dan pembuluh darah, serta
organ dalam lainnya, seperti hati, rahim, dan kelenjar prostat.

Sama seperti CT scan dan foto Rontgen, dokter juga terkadang akan menggunakan zat
kontras untuk meningkatkan kualitas gambar yang dihasilkan pada pemeriksaan MRI.

8. Fluoroskopi

Fluoroskopi adalah metode pemeriksaan radiologis yang memanfaatkan sinar Rontgen


untuk menghasilkan serangkaian gambar menyerupai video. Pemeriksaan penunjang ini
umumnya dikombinasikan dengan zat kontras, agar gambar yang dihasilkan lebih jelas.

Fluorokospi biasanya digunakan untuk mendeteksi kelainan tertentu di dalam tubuh,


seperti kerusakan atau gangguan pada tulang, jantung, pembuluh darah, dan sistem pencernaan.
Fluoroskopi juga bisa dilakukan untuk membantu dokter ketika melakukan kateterisasi jantung
atau pemasangan ring jantung.

9. Endoskopi

Endoskopi bertujuan untuk memeriksa organ dalam tubuh dengan endoskop, yaitu alat
berbentuk selang kecil yang elastis dan dilengkapi kamera di ujungnya. Alat ini terhubung
dengan monitor atau layar TV, sehingga dokter dapat melihat kondisi organ dalam tubuh.

Pemeriksaan endoskopi biasanya dilakukan untuk memantau kondisi saluran cerna dan
mendiagnosis penyakit tertentu, seperti gastritis atau peradangan pada lambung, tukak lambung,
GERD, kesulitan menelan, perdarahan saluran pencernaan, serta kanker lambung.
Selain beberapa jenis pemeriksaan penunjang di atas, ada beberapa jenis pemeriksaan
penunjang lainnya yang juga sering dilakukan dokter, seperti:

 Ekokardiografi
 Biopsi
 Elektroensefalografi (EEG)
 Pemeriksaan tinja
 Pemeriksaan cairan tubuh, seperti cairan otak, cairan sendi, dan cairan pleura
 Pemeriksaan genetik

Ada banyak sekali jenis pemeriksaan penunjang dengan fungsi, kelebihan, dan
kekurangannya masing-masing. Suatu pemeriksaan penunjang mungkin cocok untuk mendeteksi
jenis penyakit tertentu, tapi tidak efektif untuk mendeteksi jenis penyakit lainnya. Bahkan,
kadang dibutuhkan beberapa jenis pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis suatu penyakit.

Biasanya, dokter akan menyarankan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis


penyakit setelah melakukan anamnesa (tanya jawab) dan pemeriksaan fisik pada pasien. Jenis
pemeriksaan penunjang yang dilakukan akan disesuaikan dengan penyakit yang dicurigai oleh
dokter dan kondisi pasien secara umum.

Menghitung Taksiran Berat Janin

Perhitungan terhadap tafsiran berat janin bisa dilakukan dengan USG, HPHT (Hari
Pertama Haid Terakhir) hingga pengukuran TFU. Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) menjadi
salah satu yang membantu dalam memperkirakan taksiran berat janin (TBJ).  

Fundus uteri merupakan nama latin dari puncak rahim. Pengukuran puncak tertinggi
rahim atau tinggi fundus uteri (TFU) perlu digunakan dalam menghitung berat janin. 

Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) dengan rumus MC Donald perlu dilakukan untuk
memastikan perkiraan usia kehamilan yaitu TFU x 8/7 

Hasil perhitungan dalam rumus MC Donald ini memang membantu untuk memastikan
perkiraan usia kehamilan. Namun, perhitungan ini belum selalu tepat sesuai dengan usia prediksi
kehamilan. Perlu disadari kalau USG harus tetap harus dilakukan. 

TBJ (taksiran berat janin dalam gram) = (TFU-12) x 155 gram

Selain rumus dari MC Donald, memperkirakan taksiran berat janin juga bisa dilakukan melalui
rumus Johnson. 

TBJ (taksiran berat janin dalam gram) = (TFU (dalam cm) - n) x 155
n = 11 jika kepala bayi belum masuk pintu atas panggul 
n = 12 jika kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul

n diisi dengan angka-angka konstanta yang sudah ditentukan dalam pembuatan rumus Johnson.

Contoh:

TBJ = (TFU – 12) x 155 gram

= (26 – 12) x 155 gram

= 2170gram

Apa yang Harus dilakukan Jika Berat Badan Janin Kurang?

Jika dari hasil taksiran berat janin (TBJ) kurang, Mama harus waspada. Hal ini karena janin
bisa mempunyai berat badan yang lebih kecil untuk usia kehamilan (small for gestational age),
mengalami pertumbuhan yang terbatas dalam rahim (intrauterine growth retardation), atau
kelahiran prematur. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus Mampaps lakukan seperti:

1. Perbanyak Konsumsi Sayur dan Buah

Cara menambah berat janin bayi adalah dengan mengonsumsi sayur dan buah. Sayur dan
buah sangat penting untuk menaikkan berat badan janin hingga mencapai ideal. Sebab, sayur dan
buah mengandung berbagai nutrisi penting yang membantu pertumbuhan berbagai sel, jaringan,
hingga organ buah hati.Sebaiknya konsumsi buah dan sayur setelah makanan utama karena buah
dan sayur mengandung banyak serat dan air yang biasanya membuat perut cepat kenyang dan
bisa mengurangi porsi makanan utama.

2. Asupan Protein

Penuhi kebutuhan protein harian selama masa kehamilan. Mama bisa memperoleh protein
dengan mengkonsumsi daging ayam ataupun sapi secara kontinu demi meningkatkan berat janin.

3. Perbanyak Makanan Yang Padat Energi

Cara sehat menambah berat badan janin bayi adalah dengan memperbanyak makanan yang
padat akan energi dan karbohidrat. Mama bisa mengkonsumsi makanan mengandung karbohidrat
tinggi seperti kentang, jagung, gandum.Mama yang sedang hamil membutuhkan kalori tambahan
yang dapat diperoleh dari margarin, selai buah, keju, dan lainnya. Makanan sehat seperti inilah
yang mampu menambah berat badan si kecil ketika semasa kandungan
4. Sediakan Cemilan Sehat dan yang Manis-manis

Memilih cemilan sehat yang tidak mengandung kolesterol ataupun lemak yang berlebih.
Cemilan ini tentu akan membantu Mama dalam mendapatkan lebih banyak kalori, sehingga
nantinya janin mempunyai berat badan ideal dalam kandungan.Mengonsumsi makanan yang
manis-manis memang dianjurkan bagi janin yang dalam kondisi kurang berat badannya. Cemilan
sehat yang dapat dipilih seperti salad buah, kacang-kacangan, jus buah segar, atau coklat hitam.

Mama juga boleh mengkonsumsi makanan manis seperti brownis cokelat, kue, serta
makanan manis-manis lainnya namun batasi asupannya 100 kalori per hari. Apabila Mama
memiliki masalah kesehatan seperti diabetes, sebaiknya konsultasikan dengan dokter.

5. Istirahat Cukup

Selama masa kehamilan, usahakan agar tak terlalu capek, ya. Sebab, tubuh yang kelelahan
akan kekurangan energi sehingga membongkar berbagai pasokan kalori dalam tubuh.Alhasil,
kalori tersebut justru tidak bisa disalurkan dengan baik pada si kecil di dalam kandungan. Dalam
sehari, lakukan tidur siang paling tidak selama dua jam.

6. Mengkonsumsi Susu

Mengkonsumsi susu khusus ibu hamil juga termasuk cara nambah berat badan janin.
Disarankan untuk meminum susu bayi secara rutin 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan malam
ketika jelang tidur. Dengan mengkonsumsi susu khusus ibu hamil ini bisa menaikkan berat badan
si kecil dalam kandungan.

7. Mengkonsumsi Vitamin

Sebelum mengonsumi vitamin, pastikan Mama sudah berkonsultasi terlebih dahulu dengan
dokter agar mengetahui dosis yang tepat.Selain itu, imbangi konsumsi vitamin kehamilan dengan
menyantap aneka buah yang kaya nutrisi seperti jeruk, jambu, dan juga pisang.

Bahayakah Jika Bayi Lahir dengan Berat Kurang?

Ketika si kecil lahir dengan berat badan kurang dalam dunia kesehatan disebut BBLR (Bayi
Berat Lahir Rendah) mungkin akan banyak masalah yang sering terjadi. Masalah yang sering
dijumpai pada BBLR antara lain:

 Keadaan umum bayi yang tidak stabil


 Henti nafas
 Inkoordinasi reflek menghisap dan menelan
 Kurang baiknya kontrol fungsi motorik oral, sehingga beresiko mengalami kekurangan
gizi dan keterlambatan tumbuh kembang.
 Rentan terhadap infeksi, karena daya tahan tubuh BBLR yang masih rendah.
Cara Menghitung Usia Kehamilan

1. Gunakan Rumus Naegele

Masih asing dengan rumus Naegele untuk menghitung usia kehamilan? Rumus ini
berfokus pada hari pertama haid terakhir (HPHT). Cara menghitung usia kehamilan dengan
rumus ini dianggap baik bagi wanita yang punya siklus menstruasi teratur 28 hari. Lalu,
bagaimana caranya?

Pertama, tentukan tanggal HPHT dan tambahkan 40 minggu dari tanggal tersebut. Rumus
ini didasari dengan asumsi bahwa kehamilan dijalani selama 9 bulan (40 minggu) atau 280 hari.
Nah, dengan perkiraan angkat tersebut, maka usia kehamilan bisa diketahui nantinya.

Nah, berikut cara perhitungannya:

 Tentukan HPHT;
 Lalu tambahkan satu tahun;
 Kemudian, tambahkan tujuh hari;
 Terakhir, mundurkan tiga bulan.

Contohnya, bila HPHT tanggal 17 Desember 2019, maka perhitungannya:

 17 Desember 2019 + 1 tahun = 17 Desember 2020;


 17 Desember 2020 + 7 hari = 24 Desember 2020;
 24 Desember 2020 - 3 bulan = 24 September 2020.

Nah, berdasarkan cara menghitung usia kehamilan dengan rumus Naegele, maka hari
kelahiran bayi diperkirakan tanggal 24 September 2020. Meskipun rumus ini cukup akurat, tapi
rumus Naegele tidak bisa diterapkan oleh wanita yang siklus haidnya tidak teratur atau lupa
mengenai HPHT-nya.

2. Lewat Gerakan pada Janin

Cara menghitung usia kehamilan secara manual selanjutnya dengan mendeteksi gerakan
janin. Namun, hal yang perlu ditegaskan cara ini tidak 100 persen akurat. Lalu, bagaimana
caranya?

Ibu hanya perlu merasakan gerakan janin. Jika bumil merasa bahwa janin sudah mulai
bergerak, diperkirakan usia kehamilan adalah 18-20 minggu. Perlu diingat juga, hal ini hanya
berlaku bagi wanita yang baru pertama kali hamil. Bagi wanita yang sebelumnya sudah pernah
hamil, jika sudah bisa merasakan gerakan janin, usia kehamilan diperkirakan 16-18 minggu.

3. Sistem Fundus Uteri


Selain dua hal di atas, ada cara manual lainnya untuk menentukan usia kehamilan.
Namanya fundus uteri atau puncak rahim. Pada dasarnya, puncak rahim ini akan meninggi
seiring perkembangan janin. Lalu, bagaimana cara menghitungnya?

Caranya dengan meraba puncak rahim yang terasa menonjol pada bagian perut. Hitung
jaraknya dari tulang kemaluan hingga puncak rahim. Jika jaraknya adalah 17 sentimeter, berarti
usia kehamilan sudah menginjak 17 minggu. Sama seperti gerakan pada janin, menurut ahli di
American Pregnancy Association, cara menghitung usia kehamilan dengan sistem ini tidak
akurat 100 persen.

4. Manfaatkan Kalkulator Kehamilan Online

Cara menghitung usia kehamilan dengan kalkulator online boleh dibilang paling simpel.
Tidak ada salahnya mencoba kalkulator kehamilan untuk menentukan usia kehamilan.

Cara menghitung kehamilan secara online sangat mudah. Bumil hanya perlu memasukkan
tanggal, bulan, tahun hari pertama dan terakhir haid (HPHT), dan juga siklus haid. Kalkulator
kehamilan online tersebut kemudian menghitung dan memberitahukan usia kehamilan bumil.

5.USG Lebih Akurat

Andaikan siklus haid tidak teratur, atau lupa mengenai HPHT, bumil bisa langsung bertanya
pada dokter untuk menentukan usia kehamilan. Lewat teknologi USG dan pemeriksaan fisik,
dokter akan menentukan usia kehamilan dengan lebih akurat. Menurut American Pregnancy
Association, waktu terbaik memperkirakan usia kehamilan lewat USG adalah 8 sampai 18
minggu kehamilan.

USG ini lebih akurat bila dilakukan di masa-masa awal kehamilan. Sebab dalam beberapa
minggu pertama janin cenderung berkembang dengan kecepatan yang sama. Pemeriksaan USG
di trimester pertama bukan hanya menentukan usia kehamilan saja, tapi kesehatan ibu dan janin.
Misalnya, menilai kondisi kehamilan atau ada tidaknya komplikasi kehamilan.

Ingat, meski USG terbilang modern dan cukup akurat, namun bisa juga meleset. Dengan kata
lain, banyak faktor yang memicu kelahiran awal atau lebih lama. Semuanya bergantung pada
kondisi kesehatan ibu dan janin.

Anda mungkin juga menyukai