Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Ulumul Hadist
Hadist Dhoif
DOSEN : Siti Rosidah M.Pd.

DISUSUN OLEH :
Muhammad Murtadho Ali Ridho 20862311015

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM - NASIONAL LAA ROIBA

BOGOR

2021
BAB I
PENDAHULUAN

 A.    Latar Belakang
Hadits mempunyai peranan yang sangat besar dalam pembinaan hukum Islam, sebab
disamping berfungsi sebagai penjelas terhadap ayat-ayat yang masih samar dan global dalam
al Qur’an Hadits berfungsi menetapkan hukum (Bayan Syar’i) terhadap suatu perkara yang
belum ada dalam al qur’an.
Besarnya peranan Hadits ini harus disertai dengan kecermatan dalam memilah dan
memilih Hadits yang benar-benar dari Rasulullah. Sebab suatu hadits yang diragukan berasal
dari Nabi maka akan sulit dipertanggung jawabkan untuk dijadikan sebagai sumber hukum
kedua setelah al qur’an. Maka jika tersebarnya hadits-hadits semacam itu dapat menimbulkan
dampak negatif yang luar biasa. Di makalah ini akan dibahas mangenai Hadits dhaif yang
tidak mempunyai legitimasi yang kuat dibanding Hadits shahih dan hasan. Bahkan sebagian
ulama ada yang melarang Hadits ini dijadikan sumber hukum. Untuk lebih jelasnya akan
dibahas dalam makalah ini.

B.     Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu :


1)      Apakah pengertian Hadits Dhaif dan bagaimana klasifikasi Hadits Dhaif?
2)   Apa saja macam-macam Hadits dhaif yang disebabkan gugurnya rawi dan cacat pada rawi
atau matan?
3)       Bagaimana silsilah Hadits Dhaif ?

C.    Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan dalam penulisan makalah ini yaitu untuk menjawab dari
pertanyaan:
1)      Pengertian Hadits Dhaif dan klasifikasi Hadits Dhaif !
2)      Macam-macam Hadits Dhaif yang disebabkan gugurnya rawi dan cacat pada rawi atau
matan !
3)      Silsilah dari Hadits Dhaif !
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Haditst Dhaif


Hadits Dhaif, menurut bahasa berarti hadits yang lemah artinya hadit yang tidak kuat.
Sedangkan secara istilah para ulama terdapat perbedaan rumusan dalam mendefinisikan
hadits dhaif ini akan tetapi pada dasarnya, isi, dan maksudnya tidak berbeda. Beberapa
definisi, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Hadits yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadits shahih dan syarat-syarat hadits
hasan.
2.      Hadits yang hilang salah satu syaratnya dari syarat-syarat hadits maqbul(hadits shahih atau
yang hasan)
3.      Pada definisi yang ketiga ini disebutkan secara tegas, bahwa Hadits dhaif adalah  hadits
yang salah satu syaratnya hilang.
Para ulama’ memberikan batasan bagi hadits dhaif yaitu :
‫الحديث الضعيف هو الحديث الذي لم يجمع صفات الحديث الصحيح و ال صفات الحديث‬
Hadits dhaif adalah hadits yang tidak menghimpun sifat-sifat hadits.
Adapun menurut Muhaditsin, mendefinisikan:
‫ يجمع صفتالصحيح و الحسن‬ ‫ وقال اكثر العلماء هو ما لم‬.‫هو كل حديث لم تجتمع فيه صفات القبول‬.
Hadis dhoif adalah semua hadis yang tidak terkumpul padanya sifat-sifat bagi hadis
yang diterima dan menurut pendapat kebanyakan ulama; hadis dhoif adalah yang tidak
terkumpul padanya sifat hadis shohih dan hasan.
Adapun pengertian lain yaitu:
‫ث ْال َم ْقبُوْ ِل‬
ِ ‫َمافَقِ َد شَرْ طا ً ِم ْن ُشرُوْ ِط ْال َح ِد ْي‬
Hadits yang kehilangan salah satu syaratnya sebagai hadits maqbul (yang dapat
diterima).
 Adapun syarat-syarat hadits maqbul ada enam, yaitu:
1.      Rawinya adil
2.      Rawinya dhabith, meskipun tidak sempurna.
3.      Sanadnya bersambung.
4.      Padanya tidak terdapat suatu kerancuan.
5.      Padanya tidak terdapat ‘illat yang merusak.
Pada saat dibutuhkan, hadits yang bersangkutan menguntungkan (tidak
mencelakakan). Demikian, al-Biqa’i dan al-Suyuthi serta yang lainnya menghitung syarat-
syarat diterimanya hadits tersebut. Akan tetapi sehubungan dengan kriteria yang kedua
mereka tidak menambahkan kata-kata “meskipun tidak sempurna”. Ini adalah suatu masalah,
sebab bila seorang rawi tidak sempurna ke-dhabith-annya, maka haditsnya adalah hadits
hasan, bukan dha’if. Oleh karena itu ungkapan untuk kriteria yang kedua ini adalah dengan
“menambahkan kata-kata “meskipun tidak sempurna”.
Alasan pemberian predikat dha’if kepada hadits yang tidak memenuhi salah satu
syarat diterimanya sebuah hadits adalah apabila pada suatu hadits telah terpenuhi syarat-
syarat di atas, maka hal itu menunjukan bahwa hadits tersebut telah diriwayatkan sesuai
dengan keadaan semula; dan sebaliknya bila salah satu syarat tersebut tidak terpenuhi, maka
tidak ada yang menunjukan demikian.

B.     Klasifikasi Hadits Dhaif

Para ulama Muhaditsin mengemukakan sebab-sebab tertolaknya hadist dari dua


jurusan, yakni dari jurusan sanad dan dari jurusan matan.
Sebab-sebab tertolaknya hadits dari jurusan sanad adalah:
1.      Terwujudnya cacat-cacat pada rawinya, baik tentang keadilan maupun tentang
kedhabitannya.
2.      Ketidakbersambungannya sanad, dikarenakan adalah seseorang rawi atau lebih, yang
digugurkan atau saling tidak bertemu satu sama lain.
Adapun cacat pada keadilan dan kedhabitan rawi itu ada sepuluh macam, yaitu: Dusta,
Tertuduh dusta, Fasik, Banyak salah, Lengah dalam menghafal, Menyalahi riwayat orang
kepercayaan, Banyak waham, Tidak diketahui identitasnya, Penganud bid’ah, dan Tidak baik
hafalannya.

1.      Klasifikasi Hadits Dha’if Berdasarkan Cacat Pada Keadilannya dan Kedhabitan Rawi
a.       Hadits Maudhu’
‫هو المختلع المصنوع المنسوب الي رسول هللا ص م زورا وبهتان سواء كان ذالك عمدا امخطآ‬.
Hadis yang dicipta serta dibuat oleh seorang (pendusta), yang ciptaan itu dinisbatkan
kepada Rasulullah SAW secara palsu dan dusta, baik di sengaja maupun tidak. Ciri-ciri hadis
maudhu’ terdapat pada sanad dan matan hadis.
Ciri-ciri pada sanad hadis yaitu, adanya pengakuan dari si pembuat sendiri, qarinah
yang memperkuat adanya pengakuan dari si pembuat hadis maudhu’, qarinah yang berpautan
dengan tingkah laku.

Adapun ciri pada matan hadis ditinjau dari segi lafadz dan ma’na. Dari segi lafadz yaitu, bila
susunan kalimatnya tidak baik dan tidak fasih. Sedangkan dari segi ma’na yaitu, ketika hadis
bertentangan dengan Alquran, hadis mutawattir, ijma’, dan logika yang sehat.

Para Muhaddistin mengumpulkan hadis maudhu’ dalam sejumlah karya, di


antaranya :
·         Al-Maudhu’at, karya Ibn Al-Jauzi
·         Al-La’ali Al-Mashnu’ah Al-Marfu’ah ‘an Al-Hadist As-Syani’ah Al-Maudhu’ah, karya
Ibnu ‘iraq Al’Kittani
·         Silsilah Al-Hadist Adh-Dha’ifah, karya Al-Albani.

b.      Hadits Matruk
Hadis Matruk adalah;
.‫بالكذب‬ ‫متهم‬ ‫راو‬ ‫اسناده‬ ‫في‬ ‫الذي‬ ‫الحديث‬ ‫هو‬
Hadis yang pada sanadnya ada seorang rawi yang tertuduh dusta.
c.       Hadits Mungkar
Yaitu hadis yang sanadnya terdapat rawi yang jelek kesalahanya, banyak kelengahan
dan tampak kefasikanya. Lawanya dinamakan Ma’ruf.
d.      Hadits Syadzdz
Hadis yang diriwayatkan oleh seorang rawi yang maqbul (menyalahi riwayat yang
lebih utama darinya, baik karena jumlahnya yang lebih banyak atau daya hapalnya yang lebih
tinggi).

2.      Klasifikasi Hadits Berdasarkan Gugurnya Rawi


a.       Hadits Mu’allaq
Hadis yang kelihatanya tidak mengandung cacat, tapi setelah diteliti ternyata
mengandung cacat (sanad, matan, atau keduanya)

b.      Hadits Mu’dhal
Menurut bahasa mu’dhal berarti sesuatu yang di buat lemah atau lebih. Adapun
menurut istilah Muhadditsin, hadis mu’dhal adalah hadis yang putus sanadnya dua orang atau
lebih secara berurutan.

c.       Hadits Mursal
Menurut bahasa merupakan isim maf’ul yang mempunyai arti “yang dilepaskan”.
Sedangkan menurut istilahnya adalah hadis yang gugur rawi dari sanadnya setelah tabi’in.
Baik tabi’in besar maupun tabi’in kecil.
Ditinjau dari segi siapa yang menggugurkan, hadis mursal terbagi menjadi mursal jail,
mursalshahabi, dan mursal khafi.
1)   Mursal Khafi, pengguguran yang dilakukan oleh para tabi’in jelas sekali, bahwa orang yang
menggugurkan tidak hidup sezaman dengan orang yang digugurkan.
2)   Mursal Shahabi, pemberitaan sahabat yang disandarkan pada Nabi Muhammad SAW, tetapi
tidak mendengar atau menyaksikan sendiri. Karena ketika Rasulullah hidup, ia masih kecil
tau sebagai orang yang terakhir masuk islam.
3)   Mursal Khafi, diriwayatkan oleh tabi’in, di mana tabi’in tersebut hidup pada zaman sahabat,
tetapi tidak pernah mendengar satu hadis pun dari sahabat.
d.      Hadits Munqathi
Adalah hadis yang sanadnya terdapat salah seorang yang digugurkan, baik di ujung
maupun di pangkal.
Macam-macam munqothi’ sebagai berikut :
1)   Inqitho’ dilakukan dengan jelas. Bahwa si rawi meriwayatkan hadis dapat diketahui tidak
sezaman dengan guru yang memberikan hadis padanya tadi.
2)   Inqitha’ dilakukan dengan samar-samar. Hanya dapat diketahaui oleh orang-orang yang 
mempunyai keahlian saja.
3)   Diketahui dari pihak lain, dengan adanya kelebihan seorang rawi atau lebih dalam hadis
riwayat orang lain.
e.       Hadits Mudhallas
Hadis yang diriwayatkan menurut cara yang diperkirakan bahwa hadis tidak bernoda.
Rawi yang berbuat demikian disebut mudallis. Hadis yang diriwayatkanya disebut mudallas,
dan perbuatanya disebut tadlis.

 3.                   Klasifikasi Hadits Berdasarkan Kuantitas Rawi

a.            Hadits Marfu’
Hadits Marfu’ menurut istilah adalah “sabda, atau perbuatan, atau taqrir (penetapan),
atau sifat yang disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, baik yang bersifat
jelas ataupun secara hukum (disebut marfu’ = marfu’ hukman), baik yang menyandarkannya
itu shahabat atau bukan, baik sanadnya muttashil (bersambung) atau munqathi’ (terputus).
 Dari definisi di atas, jelaslah bahwa hadits marfu’ ada 8 macam, yaitu : berupa
perkataan, perbuatan, taqrir, dan sifat. Masing-masing dari yang empat macam ini
mempunyai bagian lagi, yaitu : marfu’ secara tashrih (tegas dan jelas), dan marfu’ secara
hukum.
b.            Hadits Mauquf
Mauquf menurut bahasa berasal dari kata waqf yang berarti berhenti. Seakan-akan
perawi menghentikan sebuah hadis pada sahabat. Mauquf menurut pengertian istilah ulama
hadis adalah:
ِ َّ‫ص َحابِ ْي ِم ْن قَوْ ٍل أَوْ فِ ْع ٍل أَوْ نَحْ ٍو ُمت‬
‫صاًل َكانَ ُم ْنقَ ِطعًا‬ ِ ُ‫َما ا‬
َ ‫ض ْيفَ إِلَي ال‬
“Sesuatu yang disandarkan kepada sahabat, baik dari perkataan, perbuatan, atau
taqrir, baik bersambung sanadnya maupun terputus.”
Dari berbagai definisi di atas dapat kita fahami bahwa segala sesuatu yang
disandarkan kepada seorang sahabat atau segolongan sahabat, baik perkataan, perbuatan, atau
persetujuannya, bersambung sanadnya maupun terputus disebut dengan hadis mauquf.
Sandaran hadis ini hanya sampai kepada sahabat, tidak sampai kepada Rasulullah saw.
c.       Hadits Maqthu’
ْ َ‫ ) ق‬yang berarti
Menurut bahasa kata maqthu’ berasal dari akar kata ( ‫ط ًع˜˜ا يُقَطِّ ُع قَطَّ َع‬
terpotong atau teputus, lawan dari maushul yang berarti bersambung. Kata terputus di sini
dimaksudkan tidak sampai kepada Rasulullah saw, hanya sampai kepada tabi’in saja.
Menurut istilah hadis maqthu‟ adalah
ِ ُ‫َما ا‬
‫ض ْيفَ إِلَيالتابعي أو من دونه من قول أو فعل‬
“Sesuatu yang disandarkan kepada seorang tabi‟in dan orang setelahnya daripada
Tabi’in kemudian orang-orang setelah mereka, baik berupa perkataan atau perbuatan dan
sesamanya.
Dari berbagai definisi di atas dapat kita fahami bahwa segala sesuatu yang
disandarkan kepada tabi‟in atau orang setelahnya, baik perkataan, perbuatan, atau
persetujuannya, bersambung sanadnya maupun terputus disebut dengan hadis maqthu’.

C.    Silsilah Haditst Dhaif


Hadits 1.
Yang artinya: “penduduk Syam adalah cambuk Allah di bumi-Nya. Allah akan
membalas kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya dengan mereka.
Haram bagi kaum munafik untuk menggungguli kaum mukmin dan mereka tidak akan mati
kecuali dengan kesedihan dan kesengsaraan”.
Hadits tersebut dha’if. Telah diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-
Kalir dari dua sanad, yaitu al-Mu’jam bin Muslim dari Muhammad lain Ayyub. Memang
sanadnya terlihat shahih. Barangkali karena itulah syekhul islam Ibnu Thamiyah dengan
berdasarkan riwayat tersebut menjadikan “keutamaan negeri Syam” sebagai bab tersendiri
dalam gurunnya, namun hakikatnya tidaklah demikian dikarenakan dua sebab:
1.      Riwayat ‘An ‘Anah (yakni menggunakan lafadz ‘An fullan ‘An fullan).
2.      Sanad terhenti, yaitu telah diriwayatkan dengan sanad yang mauquf oleh Haitsam bin
Khatijah, ia berkata “riwayat ini sanadnya terhenti sampai kepada Khatijah”
Hadits 2.
Yang artinya: “barang siapa yang melahap madu tiga hari setiap bulan pada pagi
hari, maka ia tidak akan tertimpa mushibah besar”
Hadits dha’if. Telah diriwayatkan oleh imam Bukhari dalam at-Tarikh (11/55), Ibnu
Majad (11/343), ad-Daulabbi (1/185), al-Aqaili dalam kitab adh-Dhuha (hlm.248) dan yang
lainnya, dengan sanad dari Said bin Zakaria, dari Zubair bin Said al-Hasyimi, dari Abd.
Hamid bin Salim, dari Abu Hurairah r.a.. kemudian al-Uqaili berkata, “imam Bukhari telah
menyatakan bahwa Abd. Hamid bin Salim tidak terbukti bertemu dan mendengar lansung
dari Abu Hurairah r.a.”
Dengan demikian, saya berpendapat bahwa ia majhul, begitu pula yang ditegaskan al-
Hafidz Ibnu Hajar dalam Tagrib, dengan menambahkan bahwa Zubair bin Said juga termasuk
deretan perawi sanad yang lunak (yakni tidak menatap) dalam meriwayatkan hadits-
haditsnya.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Hadis dhoif adalah semua hadis yang tidak terkumpul padanya sifat-sifat bagi hadis
yang diterima dan menurut pendapat kebanyakan ulama; hadis dhoif adalah yang tidak
terkumpul padanya sifat hadis shohih dan hasan.
Adapun cacat pada keadilan dan kedhabitan rawi itu ada sepuluh macam, yaitu: Dusta,
Tertuduh dusta, Fasik, Banyak salah, Lengah dalam menghafal, Menyalahi riwayat orang
kepercayaan, Banyak waham, Tidak diketahui identitasnya, Penganud bid’ah, dan Tidak baik
hafalannya.
Klasifikasi hadits dha’if berdasarkan cacat pada keadilannya dan kedhabitan rawi itu
dapat dibagikan atas hadits maudhu’, hadits matruk, hadits mungkar, dan hadits syadzdz.
Kemudian klasifikasi hadits berdasarkan gugurnya rawi dapat dibagikan atas hadits mu’allaq,
hadits mu’dhal, hadits mursal, hadits munqathi, dan hadits mudhallas. Selanjutnya klasifikasi
hadits berdasarkan kuantitas rawi terdiri atas hadits marfu’, hadits mauquf, dan hadits
maqthu’.

B.     Saran
Adapun makalah kami ini adalah makalah hasil pemikiran sendiri, yang didasari dari
refrensi-refrensi yang kami dapatkan baik dari buku diperpustakaan maupun pengetahuan
dari online. Jika terdapat kesalahan dan kekurangan dari makalah kami ini, kami berharap
kritik/saran dan masukan dari pembaca, guna untuk mewujudkan perubahan kelebih baik di
kemudian harinya. Terimakasih..

Anda mungkin juga menyukai