Anda di halaman 1dari 20

Unit 1

SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI


BAHASA INDONESIA
Munirah

Pendahuluan

Pendahuluan

S audara, sudahkah Anda mengetahui sejarah perkembangaan bahasa Indonesia?


Tentunya sudah bukan? Bukankah Anda sudah lama menjadi guru? Sebagai
Pendahuluan
guru SD, paling tidak, Anda harus mampu mengetahui tiga hal yang ada pada mata
pelajaran bahasa Indonesia, yaitu Pembelajaran Bahasa Indonesia, Materi Bahasa
Indonesia, dan Kajian Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, Anda dituntut untuk
menguasai kajian bahasa Indonesia, bukan sekedar mengenal.
Berkaitan dengan tuntutan di atas, pada unit 1 ini Anda akan diajak untuk
mencermati sejarah perkembangan bahasa Indonesia. Kajian materi unit ini sangat
bermanfaat bagi Anda dalam melaksanakan tugas sebagai guru yang profesional.
Kajian materi unit ini dikemas ke dalam tiga subunit, seperti berikut:
Subunit 1 Sumber Bahasa Indonesia
Subunit 2 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
Subunit 3 Ragam Bahasa Indonesia
Setelah Anda selesai mengkaji materi unit 1, kompetensi yang diharapkan
adalah Anda dapat menjelaskan (1) Sumber Bahasa Indonesia, (2) Kedudukan dan
Fungsi Bahasa Indonesia, dan (3) Ragam Bahasa Indonesia.

1
Sekali lagi, jika menemui kesulitan dalam memahami materi buku ajar ini,
silakan diskusikan dengan teman sekelas/kelompok, atau dengan tutor Anda. Silakan
cerna subunit demi subunit berikut ini!

Selamat belajar,
Semoga sukses!

2
Subunit 1
Sumber Bahasa Indonesia

S audara, tentunya Anda sudah mendengar bahkan mungkin tidak asing lagi
dengan perkembangan bahasa Indonesia. Apabila ingin membicarakan
perkembangan bahasa Indonesia, mau tidak mau kita harus membicarakan bahasa
Melayu sebagai sumber bahasa Indonesia yang dipergunakan sekarang. Bahasa
Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu, yang sejak dahulu sudah
dipakai sebagai bahasa perantara (lingua franca), bukan saja di kepulauan Nusantara,
melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara. Untuk itu cermatilah materi berikut
ini.

A. Dasar Pembentukan Bahasa Indonesia

Saudara, bahasa Indonesia dengan perlahan-lahan tetapi pasti, berkembang dan


tumbuh terus. Pada waktu akhir-akhir ini perkembangannya itu menjadi demikian
pesatnya sehingga bahasa ini telah menjelma menjadi bahasa modern, yang kaya
akan kosakata dan mantap dalam struktur. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang
dari bahasa Melayu, yang sejak dahulu sudah dipakai sebagai bahasa perantara
(lingua franca), bukan saja di kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di
seluruh Asia Tenggara. Bahasa Indonesia yang digunakan saat ini berasal dari bahasa
Melayu yang pada awalnya adalah salah satu bahasa daerah diantara berbagai bahasa
daerah di kepulauan Indonesia. Bahasa Melayu sebagai bahasa daerah dituturkan oleh
suku Melayu yang mendiami pesisir Timur pulau Sumatera, Semenanjung Malaka,
dan pesisir Barat Kalimantan. Oleh Steinhaver (1991; 195), dinyatakan bahwa bahasa
Melayu merupakan bahasa yang kurang berarti. Di Indonesia, bahasa itu diperkirakan

3
hanya dipahami oleh penduduk kepulauan Riau Lingga dan penduduk pantai di
seberang Sumatera.
Jika dibandingkan dengan bahasa lain di kepulauan nusantara ini, baik dari segi
penutur maupun penduduk budaya, bahasa Melayu jauh ketinggalan. Namun, bahasa
ini mengalami perkembangan yang cukup pesat, mampu mengguling bahasa-bahasa
daerah lain untuk mendapatkan predikat yang terhormat, yakni menjadi bahasa
nasional dan bahasa negara bagi negeri/bangsa yang serba keberagaman dan
kemajemukan.
Para ahli bahasa mengemukakan berbagai alasan-alasan tentang proses
perkembangan bahasa Melayu hingga menjadi bahasa Indonesia. Proses
perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia (nasional) didasari beberapa
faktor yakni :
a. Bahasa Melayu Mempunyai Sejarah Pandang sebagai Lingua franca

Husein (1983) menyebutkan bahwa jauh sebelum Negara Republik Indonesia


lahir, bahasa Melayu telah menjadi bahasa Melayu yang telah menjadi bahasa
pergaulan (Lingua franca) di kepulaun Nusantara, baik antarwarga suatu suku atau

4
etnik (norma intratnik). Maupun sebagai bahasa pergaulan antar suku bangsa (norma
supraetnik), bahkan bahasa Melayu telah menjadi bahasa perhubungan antar bangsa
terutama untuk kawasan Asia Tenggara (norma supranasional).
Berkaitan dengan hal tersebut, bahasa Melayu didukung oleh Medan tuturnya
yang berada di daerah geografis yang sangat strategis. Dalam hal ini, bahasa Melayu
terteletak dalam jalur perdagangan hingga penyebarannya lebih mudah dan cepat
untuk semua etnik atau suku. Para pedagang yang datang dari Arab, Eropa, Asia, dan
kepulauan nusantara bertemu bandar-bandar selat Malaka. Di tempat pertemuan
itulah terjadi transaksi jual beli dengan pedagang pribumi. Bahasa yang digunakan
adalah bahasa penduduk setempat yakni bahasa Melayu.
b. Bahasa Melayu sebagai Bahasa Resmi Kerajaan

Kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit adalah dua buah kerajaan yang
sangat terkenal di kawasan Nusantara pada abad yang lalu. Kedua kerajaan memiliki
sejarah kejayaan yang tersohor keberadaannya, bahasa resminya adalah salah satu
diantaranya bahasa Melayu. Demikian pula pada zaman penjajahan Belanda, bahasa
Melayu merupakan bahasa resmi kedua mendampingi bahasa Belanda, begitu pula
para misionaris, yang menyebarkan Injil dengan menggunakan bahasa melayu. Hal

5
yang sama dalam penyebaran agama Islam, pada abad ke 15 bahasa Melayu sebagai
bahasa agama atau bahasa dalam penyiaran Islam.
c. Bahasa Melayu sebagai Bahasa Perjuangan

Secara psikologis, seluruh suku bangsa yang ada di Indonesia menerima dengan
sukarela bahasa melayu menjadi bahasa Nasional pada waktu dicetuskannya
sumpah pemuda 1928, mereka menyadari bahwa dengan bahasa Melayu dapat
dipupuk rasa persatuan bangsa sebagai modal untuk merebut kemerdekaan
bangsa. Untuk kepentingan perjuangan bangsa perlu segera ditunjuk satu bahasa
yang paling memenuhi syarat, yaitu bahasa Melayu yang dapat diterima oleh
semua pihak. Penunjukan tersebut memang tepat karena bahasa Melayu yang
berkembang menjadi bahasa Indonesia memiliki kesanggupan untuk menjalankan
fungsinya sebagai bahasa perjuangan dan selanjutnya sebagai bahasa pendukung
pengembangan pengetahuan dan teknologi. Syarat ini mutlak harus dimiliki oleh
bahasa yang berpredikat bahasa Nasional dan bahasa Negara.
d. Bahasa Melayu Mudah dipelajari dan Dikembangkan
Bahasa Melayu yang menjadi asal bahasa Indonesia mempunyai sifat dan
susunan yang sederhana dan luwes. Hal ini dapat dilihat pada kaidah-kaidahnya
yang berlaku pada bidang tata bunyi (fonologis), bentuk kata (morfologis), dan
tata kalimat (sintaksis). Bahasa Melayu juga bersifat untuk menerima pengaruh

6
dari bahasa lain. Tanpa merusak kaidah-kaidah dasarnya. Dengan demikian,
bahasa Melayu sudah menyesuaikan diri dengan kebutuhan pemakainya dan
memperkaya perbendaharaannya dengan unsur-unsur baru bahasa lain. Itulah
sebabnya bahasa Melayu dalam waktu yang relatif singkat dapat digunakan oleh
berbagai lapisan masyarakat dalam aspek kehidupannya.

B. Lahirnya Bahasa Indonesia dan Perkembangannya


Saudara, sejarah perkembangan bahasa Indonesia dapat dirinci dari tahun
ketahun sebagai berikut:
1) Pada tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. Van
Ophuiysen dan dimuat dalam Kitab Logat Melayu.
2) Pada tahun 1908 pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku
bacaan yang diberi nama Commissie Voor De Volkslectur (Taman Bacaan
Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Balai
Pustaka menerbitkan buku-buku novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan
dan buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan,
yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan
masyarakat luas.
3) Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan saat-saat yang paling menentukan dalam
perkembangan bahasa Indonesia karena pada tanggal itulah para pemuda
pilihan memancangkan tonggak yang kokoh untuk perjalanan bahasa Indonesia.
4) Pada tahun 1933 resmi berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang
menamakan dirinya Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Ali
Syahbana dan kawan-kawan.
5) Pada tanggal 25 – 28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di
Solo. Dari hasil kongres di Solo ini dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan

7
dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh
cendekiawan dan budayawan kita saat itu.
6) Masa pendudukan Jepang (1942-1945) merupakan pula suatu masa penting.
Jepang memilih bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi resmi antara
pemerintah Jepang dengan rakyat Indonesia karena niat menggunakan bahasa
Jepang sebagai pengganti bahasa Belanda untuk alat komunikasi tidak
terlaksana. Bahasa Indonesia juga dipakai sebagai bahasa pengantar di
lembaga-lembaga pendidikan dan untuk keperluan ilmu pengetahuan.
7) Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945,
yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai
bahasa Negara.
8) Pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan
Soewandi) sebagai pengganti Ejaan Van Ophuysen yang berlaku sebelumnya.
9) Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28 Oktober – 2 November
1954 adalah juga salah satu perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-
menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa
nasional dan ditetapkan sebagai bahasa Negara.
10) Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan
penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan melalui pidato
kenegaraan di depan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan
Presiden No. 57 tahun 1972.
11) Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh Indonesia.
12) Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28
Oktober – 2 November 1978 merupakan peristiwa yang penting bagi kehidupan
bahasa Indonesia. Kongres yang diadakan dalam rangka peringatan hari

8
Sumpah Pemuda yang kelima puluh ini, selain memperlihatkan kemajuan,
pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga
berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
13) Kongres bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 21 – 26
November 1983. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka peringatan hari
Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan
dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat
yang tercantum dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan
kepada semua warga Negara Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai
semaksimal mungkin. Selain itu, kongres menugasi Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa untuk memantau hasil-hasil kongres sebelumnya
kepada kongres berikutnya.
14) Kongres bahasa Indonesia V juga diadakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober
– 3 November 1988. Kongres ini merupakan kongres yang terbesar dalam
sejarah perkembangan bahasa Indonesia karena selain dihadiri oleh kira-kira
tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara, juga kongres ini
diikuti oleh peserta tamu dari Negara sahabat, seperti Malaysia, Singapura,
Brunai Darussalam, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres ke-5 ini dibuka
oleh Presiden Soeharto di Istana Negara Jakarta. Kongres ini ditandai dengan
dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
kepada seluruh pencinta bahasa di Nusantara, yakni berupa (1) Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (2) Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, dan (3) buku-buku
bahan penyuluhan bahasa Indonesia.
15) Kongres Bahasa Indonesia VI diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28
Oktober – 2 November 1993. Dalam kongres ini diselenggarakan pula pameran
buku yang menyajikan 385 judul buku yang terdiri atas buku-buku yang
berkaitan dengan kongres bahasa Indonesia, Sumpah Pemuda, Bahasa dan

9
Sastra Indonesia, serta kamus berbagai bidang ilmu, antara lain Kimia,
Matematika, Fisika, Biologi, Kedokteran, dan Manajemen. Selain itu, disajikan
pula panel Sumpah Pemuda, foto kegiatan kebahasaan/kesastraan, dan peragaan
komputer sebagai pengolah data kebahasaan.
16) Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 26 – 30
Oktober 1998. Kongres ini melanjutkan program kegiatan dari kongres VI.
17) Kongres Bahasa Indonesia VIII diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 14 –
17 Oktober 2003. Kongres ini merupakan kongres yang terbesar dalam sejarah
perkembangan bahasa Indonesia karena selain dihadiri oleh kira-kira seribu
pakar bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara, juga kongres ini diikuti oleh
peserta tamu dari hampir seluruh negara. Di samping itu, dalam kongres ini
dianugerahkan penghargaan bagi pejabat yang selalu menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar.
18) Kongres Bahasa Indonesia IX diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28
Oktober – 1 November 2008. Kongres ini merupakan kongres yang terbesar
dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia karena selain dihadiri oleh kira-
kira 1.300 pakar bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara, kongres ini di ikuti
oleh peserta tamu dari hampir seluruh Negara. Di samping itu, dalam kongres
ini dianugerahkan penghargaan bagi pejabat yang selalu menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar.
Untuk membantu menjajaki pemahaman terhadap materi yang telah Anda
pelajari, cobalah Anda kerjakan latihan berikut ini secara individual. Diskusikanlah
hasilnya dalam kelompok Anda. Gunakan rambu-rambu yang tersedia agar diskusi
terarah ke jawaban yang tepat.

10
LATIHAN

Untuk mengetahui pemahaman Anda terhadap materi di atas, kerjakanlah


latihan berikut!
1. Jelaskanlah sejarah singkat perkembangan bahasa Indonesia!
2. Uraikanlah empat faktor yang mendasari bahwa bahasa Melayu dijadikan sebagai
bahasa Nasional!
3.Uraikan secara singkat bahwa bahasa Melayulah yang menjadi asal bahasa
Indonesia dan mempunyai sifat serta susunan yang sederhana dan luwes!

Pedoman Jawaban Latihan


1. Bahasa Indonesia pertama kali ditetapkan sebagai bahasa nasional sejak tanggal
28 oktober 1928 yang bertepatan dengan sumpah pemuda. Perkembangan bahasa
Melayu/ Indonesia dapat dilihat dari tahun ke tahun. Ini membuktikan sejak
diadakannya kongres bahasa Indonesia I yang diadakan di Solo. Kongres bahasa
Indonesia diadakan setiap lima tahun. Selain itu, hadirnya Balai Pustaka yang
menerbitkan buku-buku, novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, dan buku
penuntun memelihara kesehatan. Ini sangat membantu penyebaran bahasa Melayu
di kalangan masyarakat luas.
2. Ada empat faktor yang mendasari sehingga bahasa Melayu dijadikan sebagai
bahasa Nasional:
a. bahasa Melayu mempunyai sejarah yang panjang sebagai Lingua Franca
b. bahasa Melayu sebagai bahasa resmi kerajaan
c. bahasa Melayu sebagai bahasa perjuangan

11
d. bahasa Melayu mudah dipelajari dan dikembangkan
3. Bahasa Melayu yang menjadi asal bahasa Indonesia mempunyai sifat dan susunan
yang sederhana dan luwes. Hal ini dapat dilihat pada kaidah-kaidahnya yang
berlaku pada bidang tata bunyi (fonologis), bentuk kata (morfologis), dan tata
kalimat (sintaksis). Bahasa Melayu juga bersifat untuk menerima pengaruh dari
bahasa lain. Tanpa merusak kaidah-kaidah dasarnya. Dengan demikian, bahasa
Melayu sudah menyesuaikan diri dengan kebutuhan pemakainya dan
memperkaya perbendaharaannya dengan unsur-unsur baru bahasa lain. Itulah
sebabnya bahasa Melayu dalam waktu yang relatif singkat dapat digunakan oleh
berbagai lapisan masyarakat dalam aspek kehidupannya.

12
Subunit 2
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

S audara, dalam subunit 2, Anda dapat mempelajari kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, antara
lain, bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami putra dan
putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa
bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa Nasional; kedudukannya berada di atas
bahasa-bahasa daerah. Selain itu, di dalam Undang-Undang Dasar 1945 tercantum pasal
khusus (Bab XV, Pasal 36) mengenai kedudukan bahasa Indonesia, yang menyatakan
bahwa bahasa Negara ialah bahasa Indonesia. Dengan kata lain, ada dua macam
kedudukan bahasa Indonesia. Pertama, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa
Nasional, sesuai dengan Sumpah Pemuda 1928, dan kedua bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa Negara, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945, agar
kita dapat mengetahui kedudukan dan fungsi bahasa tersebut mari kita ikuti paparan
berikut.

A. Kedudukan Bahasa Indonesia


Istilah kedudukan dan fungsi tentunya sering didengar, bahkan pernah kita pakai.
Misalnya dalam kalimat “Bagaimana kedudukan dia sekarang?”, “Apa fungsi baut yang
Saudara pasang pada mesin ini?” Kalau kita sudah mengerti maknanya. Hal ini terbukti
bahwa kita tidak pernah salah pakai menggunakan kedua istilah itu. Kalau demikian
halnya, apa sebenarnya pengertian kedudukan dan fungsi bahasa?
Kedudukan dan fungsi bahasa yang dipakai oleh pemakainya perlu dirumuskan
secara eksplisit, sebab kejelasan ‘label’ yang diberikan akan mempengaruhi masa depan
bahasa yang bersangkutan. Pemakaianya akan menyikapinya secara jelas terhadapnya.
Pemakaiannya akan memperlakukan sesuai dengan ‘label’ yang dikenakan padanya.

13
Di pihak lain, bagi masyarakat yang dwibahasa (dwilingual), akan dapat ‘memilah-
milahkan’ sikap dan pemakaian kedua atau lebih bahasa yang digunakannya. Mereka
tidak akan memakai secara sembarangan. Mereka bisa mengetahui kapan dan dalam
situasi apa bahasa yang satu dipakai, dan kapan dan dalam situasi apa pula bahasa yang
lainnya dipakai. Dengan demikian, perkembangan bahasa itu akan menjadi terarah.
Pemakaiannya akan berusaha mempertahankan kedudukan dan fungsi bahasa yang telah
disepakatinya dengan antara lain menyeleksi unsur-unsur bahasa lain yang masuk ke
dalamnya. Unsur-unsur yang dianggap menguntungkannya akan diterima, sedangkan
unsur-unsur yang dianggap merugikannya akan ditolak.
Sehubungan dengan itulah maka perlu adanya aturan untuk menentukan kapan,
misalnya, suatu unsur lain yang mempengaruhinya layak diterima, dan kapan seharusnya
ditolak. Semuanya itu dituangkan dalam bentuk kebijaksanaan pemerintah yang
bersangkutan. Di Negara kita itu disebut Politik Bahasa Nasional, yaitu kebijaksanaan
Nasional yang berisi perencanaan, pengarahan, dan ketentuan-ketentuan yang dapat
dipakai sebagai dasar bagi pemecahan keseluruhan masalah bahasa.

Kedudukan bahasa Indonesia mengikuti perjalanan sejarah yang panjang.


Perjalanan itu dimulai sebelum Kolonial masuk ke bumi Nusantara, dengan bukti-bukti
prasasti yang ada, misalnya yang didapatkan di Bukit Talang Tulo dan Karang Brahi serta
Batu Nisan di Aceh. Tercetusnya sumpah pemuda, bahasa Melayu dipakai sebagai “lingua
franca” di seluruh kawasan tanah air kita. Dengan adanya kondisi yang semalam itu,
masyarakat sama sekali tidak merasa disaingi. Di balik itu, mereka telah menyadari bahwa
bahasa daerahnya tidak mungkin dapat dipakai sebagai alat perhubungan antarsuku, sebab

14
diajak komunikasi juga mempunyai bahasa daerah tersendiri. Adanya bahasa Melayu
tidak mempengaruhi fungsi bahasa daerah.

B. Fungsi Bahasa Indonesia

1. Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional

Perbedaan bahasa Melayu pada tanggal 27 Oktober 1928 dan bahasa Indonesia

Pada tanggal 28 Oktober 1928 adalah perbedaan wujud, baik struktur, sistem,
maupun kosakata. Sebelum Sumpah Pemuda, semangat dan jiwa bahasa Melayu bersifat
kedaerahan. Akan tetapi, setelah Sumpah Pemuda semangat dan jiwa bahasa Melayu
sudah bersifat Nasional atau jiwa Indonesia. Pada saat itu bahasa Melayu diganti dengan
nama bahasa Indonesia. Hasil perumusan seminar Politik Bahasa Nasional yang
diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25 – 28 Februari 1975 antara lain menegaskan
bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa Nasional.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa Nansional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai (1) lambang kebanggan Nasional, (2) lambang identitas Nasional, (3) alat
perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya, dan (4) alat yang memungkinkan
penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya
masing-masing ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia.

15
Sebagai lambang kebanggaan Nasional, bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai
sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita. Atas dasar kebanggaan itulah, bahasa
Indonesia dipelihara dan dikembangkan, dan rasa kebanggaan memakainya senangtiasa
dibina.
Sebagai lambang identitas Nasional, bahasa Indonesia dijunjung di samping
bendera dan lambang Negara kita. Dalam melaksanakan fungsi ini bahasa Indonesia
tentulah harus memiliki identitasnya sendiri pula sehingga dapat serasi dengan lambang
kebangsaan kita yang lain. Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya hanya apabila
masyarakat pemakainya bersih dari unsur-unsur bahasa lain, terutama bahasa asing seperti
bahasa Inggris, yang benar-benar tidak diperlukan.
Fungsi bahasa Indonesia yang ketiga sebagai bahasa Nasional adalah sebagai alat
perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarsuku bangsa. Berkat adanya bahasa
Nasional, kita dapat berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa sehingga
kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak
perlu dikhawatirkan. Kita dapat bepergian dari pelosok yang satu ke pelosok yang lain di
tanah air kita dengan hanya memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu-satunya alat
komunikasi.
Fungsi bahasa Indonesia yang keempat dalam kedudukannya sebagai bahasa
Nasional adalah sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai suku
bangsa yang memiliki latar belakang sosial budaya dan bahasa yang bebeda-beda ke
dalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat. Di dalam hubungan ini, bahasa Indonesia
memungkinkan berbagai suku bangsa ini mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang
bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-
nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Lebih dari itu,
dengan bahasa Nasional itu kita dapat meletakkan kepentingan Nasional jauh di atas
kepentingan daerah atau golongan.

16
2. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
Secara resmi adanya bahasa Indonesia dimulai sejak Sumpah Pemuda, 28 Oktober
1928. Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi kedua oleh pemerintah jajahan
Hindia Belanda, sedangkan bahasa Indonesia digunakan di luar situasi pemerintahan
tersebut. Demikianlah, pada saat itu terjadi dualisme pemakaian bahasa yang sama
tubuhnya, tetapi berbeda jiwanya yaitu jiwa kolonial dan jiwa Nasional.
Secara terperinci perbedaan bahasa Melayu dan bahasa Indonesia yang berlangsung
sampai tahun 1945 sebagai berikut:

Bahasa Melayu Bahasa Indonesia


a. Bahasa resmi kedua di samping bahasa a. Bahasa yang digunakan dalam
Belanda, terutama untuk tingkat yang gerakan kebangsaan untuk
dianggap rendah. mencapai kemerdekaan
b. Bahasa yang dianjarkan di sekolah- Indonesia.
sekolah yang didirikan atau menurut b. Bahasa yang digunakan dalam

17
sistem pemerintah Hindia Belanda. penerbitan yang bertujuan
c. Penerbitan yang dikelola oleh jawatan untuk mewujudkan cita-cita
pemerintah Hindia Belanda. perjuangan kemerdekaan
Indonesia, baik berupa bahasa
pers atau bahasa dalam hasil
sastra.

Bersamaan dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17


Agustus 1945, diangkat pulalah bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara. Hal itu
dinyatakan dalam UUD 1945, bab XV, pasal 36. Pemilihan bahasa sebagai bahasa Negara
bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan. Terlalu banyak hal yang harus
dipertimbangkan. Hal-hal yang merupakan penentu keberhasilan pemilihan suatu bahasa
negara apabila (1) bahasa tersebut dikenal dan dikuasai oleh sebagian besar penduduk
Negara itu, (2) secara geografis, bahasa tersebut lebih menyeluruh penyebarannya, dan (3)
bahasa tersebut diterima oleh seluruh penduduk negara itu. Ketiga faktor di atas sudah
dimiliki bahasa Indonesia sejak tahun 1928. Hasil perumusan seminar politik bahasa
nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25 – 28 Februari 1975
dikemukakan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia memiliki
fungsi. Fungsi pertama yaitu sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar di
dalam dunia pendidikan, (3) alat perhubungan pada tingkat Nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan (4) alat pengembangan kebudayaan,
ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Fungsi pertama Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai di
dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik dalam bentuk lisan
maupun dalam bentuk tulisan. Termasuk ke dalam kegiatan-kegiatan itu adalah dokumen-
dokumen dan keputusan-keputusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh pemerintah
dan badan-badan kenegaraan lainnya, serta pidato-pidato kenegaraan.

18
Fungsi yang kedua di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa
Indonesia merupakan bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai taman
kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi di seluruh Indonesia, kecuali di daerah-
daerah, seperti Aceh, Batak, Sunda, Jawa, Madura, Bali, dan Makassar yang
menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa pengantar sampai dengan tahun ketiga
pendidikan dasar.
Fungsi yang ketiga di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa
Indonesia adalah sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional dan untuk kepentingan pelaksanaan
pemerintahan. Di dalam hubungan dengan fungsi ini, bahasa Indonesia dipakai bukan saja
sebagai alat komunikasi timbal balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan
saja sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarsuku, melainkan juga sebagai alat
perhubungan di dalam masyarakat yang sama latar belakang sosial budaya dan bahasanya.
Akhirnya, di dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan, dan
teknologi. Di dalam hubungan ini, bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang
memungkinkan kita membina dan mengembangkan kebidayaan nasional sedemikian rupa
sehingga ia memiliki ciri-ciri dan identitasnya sendiri, yang membedakannya dari
kebudayaan daerah. Pada waktu yang sama, bahasa Indonesia kita pergunakan sebagai alat
untuk menyatukan nilai-nilai sosial budaya nasional kita (Halim, 1979; Moeliono, 1980;
Arifin, 1986).

LATIHAN
Setelah Anda mempelajari materi tadi, untuk mengecek pemahaman Anda tersebut,
kerjakanlah latihan berikut!
1. Uraikan konsep dasar kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia!
2. Tuliskan tiga fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional!

19
3. Uraikan perbedaan bahasa Melayu dan bahasa Indonesia yang berlangsung sampai
tahun 1945!

Pedoman Jawaban Latihan


1. Konsep dasar kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia adalah dalam hal pemakaiannya
dapat diketahui kapan dan dalam situasi apa bahasa yang satu dipakai, dan kapan dan
dalam situasi apa pula bahasa yang lainnya dipakai. Dengan demikian, perkembangan
bahasa Indonesia itu akan menjadi terarah. Pemakaiannya akan berusaha
mempertahankan kedudukan dan fungsi bahasa yang telah disepakatinya dengan
antara lain menyeleksi unsur-unsur bahasa yang masuk ke dalamnya.
2. Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa Indonesia
a. lambang kebanggaan Nasional
b. lambang identitas Nasional
c. alat penghubung antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya.
3. Bahasa Melayu merupakan bahasa resmi ke dua di samping bahasa Belanda yang
diajarkan di sekolah-sekolah juga merupakan penerbitan yang dikelolah oleh jawatan
Pemerintah Hindia Belanda, sedangkan bahasa Indonesia digunakan dalam gerakan
kebangsaan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia juga merupak penerbitan yang
bertujuan untuk mewujudkan cita-cita perjuangan kemerdekaan Indonesia, baik berupa
bahasa pers atau dalam hasil sastra.

20

Anda mungkin juga menyukai