Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FIQIH MURABAHAH

Dosen Pembimbing :Drs. H.Suyud Arif, M.Ag.

DI SUSUN OLEH : Maspiah Perdani Rizky Yanthi


KELAS :REGULER E
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS IBNU KHALDUN BOGOR
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul
“MURABAHAH”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas untuk menyelesaikan mata kuliah
Muamalah. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucaan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tulisan ini.
Penulis berharap semoga Allah swt memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang
telah memberikan bantuannya, dan dapat menjadikan semua ini sebagai ibadah, Ammin Yaa
Robbal ‘Alamin.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusun
maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................3
A. Latar Belakang..........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah....................................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan......................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................4
A. Pengertian Murobahah............................................................................................................4
B. Landasan Hukum.............................................................................................................5
C. Rukun Dan Syarat Murobahah.......................................................................................7
D. Jenis-Jenis Akad Murobahah.................................................................................................8
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................10
A. Kesimpulan...............................................................................................................................10
B. Saran..........................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................11

2
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Saat ini banyak lembaga keuangan syariah yang berkembang dengan pesat dan
menawarkan produk-produknya yang bermacam-macam pada masyarakat. Namun
kebanyakan masyarakat belum mengetahui produk-produk yang di tawarkan oleh bank yang
berbasis syariah ini. Untuk itu, dalam makalah ini penulis akan membahas salah satu produk
yang ada dalam lembaga keuangan syariah.  Produk yang akan diulas dalam makalah ini
adalah akad murabahah. Sebagai seorang muslim, kita harus mengetahui jual beli yang di
perbolehkan dalam syariah islam agar harta yang dimiliki halal dan baik. Seperti yang kita
ketahui, jual beli adalah salah satu aspek dalam muamalah, dengan kaidah dasar semua boleh
kecuali yang di larang. Apabila belum mengetahui apa saja yang di bolehkan dalam syariah,
atau belum mengetahui suatu ilmu  maka wajib untuk mencari tahu hal tersebut.
Dalam Al-bai’ ditinjau dari segi harga Al-bai’ dapat dikategorikan menjadi beberapa
jenis diantaranya adalah murabahah. Jual  beli  dalam  terminologi  fiqh disebut  dengan al-
bai' Yang secara etimologis dapat diartikan dengan (tukar menukar) atau
(menukar  sesuatu  dengan  sesuatu  yang  lain). Lafadz Al-ba’I
dalam  bahasa  Arab tekadang digunakan  untuk  pengertian  lawannya,  yaitu  kata asy-syira
(beli) Dengan demikian kata al-bai' berarti jual, tetapi sekaligus juga berarti beli.
Secara konseptual,  murabahah  sebagai  salah  satu  bentuk  jual beli, sangat banyak dibicara
kan  oleh  kalangan ulama fiqh
terkemuka dan  secara operasional  dia  merupakan  salah satu  produk  perbankan  Islam  dia
ntara produk - produk yang lain.
Murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli barang yang di kembangkan oleh
perbankan syariah. Dalam perbankan syariah, murabahah mendominasi pendapatan bank dari
produk-produk yang ada di semua bank Islam. Murabahah juga memberi banyak manfaat
kepada Bank islam/Bank syariah, salah satunya adalah  adanya keuntungan yang muncuk dari
selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari akad murabahah ?
2.      Apa landasan hukum akad murabahah ?
3.      Apa rukun dan syarat akad murabahah ?
4.      Apa jenis- jenis akad murabahah ?

C.    Tujuan Masalah
1.      Mahasiswa dapat mejelaskan pengertian dari akad murabahah

3
2.      Mahasiswa dapat mejelaskan landasan hukum akad murabahah
3.      Mahasiswa dapat mejelaskan rukun dan syarat akad murabahah
4.      Mahasiswa dapat mejelaskan jenis- jenis akad murabahah

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Murabahah
Kata al-Murabahah diambil dari bahasa Arab dari kata ar-ribhu (‫ر ْب ُح‬DDD‫)ال‬,
ِ masda
dari rabaha – yurabiha – murabahatan yang berarti kelebihan dan tambahan (keuntungan),
atau murabahah juga berarti Al-Irbaah karena salah satu dari dua orang yang bertransaksi
memberikan keuntungan kepada yang lainnya. . sedangkan secara istilah, Bai’ul murabahah
adalah:

‫ْح َمعلُوْ ٍم‬


ٍ ‫بَ ْي ٌع بِ ِمث ِل الث َم ِن األو َِّل َم َع ِزيَا َد ِة ِرب‬

Yaitu jual beli dengan harga awal disertai dengan tambahan keuntungan (Azzuhaili,
1997., hal. 3765). Definisi ini adalah definisi yang disepakati oleh para ahli fiqh, walaupun
ungkapan yang digunakan berbeda-beda.
Menurut Para ahli hukum Islam  mendefinisikan bai’ al-murabahah sebagai berikut :
1.      Ulama Hanafiyah  mendefinisikan, murabahah adalah memindahkannya hak milik
seseorang kepada orang lain sesuai dengan transaksi dan harga awal yang dilakukan pemilik
awal ditambah dengan keuntungan yang diinginkan.
2.      Ulama Syafi’iyah dan Hanabillah berpendapat, murabahah adalah jual beli yang
dilakukan seseorang dengan mendasarkan pada harga beli penjual ditambah keuntungan
dengan syarat harus sepengetahuan kedua belah pihak
3.      Menurut Wahbah az-Zuhaili adalah jual-beli dengan harga pertama (pokok) beserta
tambahan keuntungan.
4.      Ibn Rusyd --filosof dan ahli hukum Maliki-- mendefinisikannya sebagai jual-beli di
mana penjual menjelaskan kepada pembeli harga pokok barang yang dibelinya dan meminta
suatu margin keuntungan kepada pembeli.
Dengan kata lain, jual-beli murabahah adalah suatu bentuk jual-beli di mana penjual
memberi tahu kepada pembeli tentang harga pokok (modal) barang dan pembeli membelinya
berdasarkan harga pokok tersebut kemudian memberikan margin keuntungan kepada penjual
sesuai dengan kesepakatan. Tentang “keuntungan yang disepakati”, penjual harus memberi
tahu pembeli tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang
ditambahkan pada biaya tersebut.

4
B.     Landasan Hukum
Landasan hukum akad murabahah ini adalah:
1.      Al-Qur’an
Ayat-ayat Al-Quran yang secara umum membolehkan jual beli, diantaranya adalah firman
Allah:

‫َوأَ َح َّل هللاُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّ بَا‬

Artinya: "..dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba" (QS. Al-Baqarah:275).

Ayat ini menunjukkan bolehnya melakukan transaksi jual beli dan murabahahmerupakan


salah satu bentuk dari jual beli.

Dan firman Allah:

‫اض ِّمن ُك ْم‬


ٍ ‫ارةً عَن تَ َر‬ ِ َ‫يَاأَيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا الَتَأْ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُكم بَ ْينَ ُكم بِ ْالب‬.
َ ‫اط ِل إِالَّ أَ ْن تَ ُكونَ تِ َج‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama
suka diantara kamu” (QS. An-Nisaa:29).
Dan firman Allah:

‫ْس َعلَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح أَن تَ ْبتَ ُغوا فَضْ الً ِّمن َّربِّ ُك ْم‬
َ ‫لَي‬

Artinya: “Tidak ada dosa bagimu mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Rabbmu”
(QS. Al-Baqarah:198)
Berdasarkan ayat diatas, maka murabahah merupakan upaya mencari rezki melalui
jual beli. Murabahah menurut adalah jual beli berdasarkan suka sama suka antara kedua belah
pihak yang bertransaksi.

2.      Assunnah

5
1)      Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam: “Pendapatan yang
paling afdhal (utama) adalah hasil karya tangan seseorang dan jual beli yang mabrur”. (HR.
Ahmad Al Bazzar Ath Thabrani).
2)      Hadits dari riwayat Ibnu Majah, dari Syuaib:

ِ D‫ت الَ لِ ْلبَ ْي‬


.‫ع‬D ِ ‫ ِعي ِْر لِ ْلبَ ْي‬D‫الش‬
َّ ِ‫ َو خَ ْلطُ البُ ّر ب‬,‫ضة‬
َ ‫ َوال ُمقـَا َر‬,‫لى أَ َج ٍل‬ ٌ َ‫ ثَال‬:‫ى هللاُ َعلَ ْي ِه َوآلِ ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬
َ ِ‫ البَ ْي ُع إ‬:‫ث فِ ْي ِه َّن البَ َر َكة‬ َ ‫أَ َّن النَّبِي‬
َّ ‫صل‬
َ ‫(ر َواهُ ابْنُ َم‬
)‫اجه‬ َ

”Tiga perkara yang didalamnya terdapat keberkahan: menjual dengan pembayaran secara
tangguh, muqaradhah (nama lain dari mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung
untuk keperluan rumah dan tidak untuk dijual” (HR. Ibnu Majah).
3)      Ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam akan hijrah, Abu BakarRadhiyallahu
'Anhu, membeli dua ekor keledai, lalu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam berkata
kepadanya, "jual kepada saya salah satunya", Abu BakarRadhiyallahu 'Anhu menjawab,
"salah satunya jadi milik anda tanpa ada kompensasi apapun", Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wassallam bersabda, "kalau tanpa ada harga saya tidak mau".
4)      Sebuah riwayat dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'Anhu, menyebutkan bahwa boleh
melakukan jual beli dengan mengambil keuntungan satu dirham atau dua dirham untuk setiap
sepuluh dirham harga pokok (Azzuhaili, 1997, hal 3766).
5)      Selain itu, transaksi dengan menggunakan akad jual beli murabahah ini sudah menjadi
kebutuhan yang mendesak dalam kehidupan. Banyak manfaat yang dihasilkan, baik bagi
yang berprofesi sebagai pedagang maupun bukan.
Point Penting yang menghubungkan antara hadist ini dan akad murabahah adalah
bahwa hadits tersebut didapatkan informasi tersirat tentang keniscayaan jual beli yang
dilakukan dengan menyebut harga pokoknya.
3.      Al-Ijma
Transaksi ini sudah dipraktekkan di berbagai kurun dan tempat tanpa ada yang
mengingkarinya, ini berarti para ulama menyetujuinya (Ash-Shawy, 1990., hal. 200.).
4.      Kaidah Fiqh, yang menyatakan:

َ ‫ت ا ِإلبَا َحة ُ إِال َّ أَ ْن يَ ُد َّل َدلِ ْي ٌل ع‬


‫َلى تَحْ ِر ْي ِمهَا‬ ِ َ‫األَصْ ُل فِى ال ُم َعا َمال‬

“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.”
5.      Fatwa Dewan Syari’ah Nasional
1)      Nomor 4/ DSN-MUI IV/ 2000 tanggal 1 April 2000 tentang Murabahah,

6
2)      Nomor 13/ DSN-MUI IX/ 2000 tanggal 16 September 2000 tentang Uang Muka Dalam
Murabahah,
3)      Nomor 16/ DSN-MUI IX/ 2000 tanggal 16 September 2000 tentang Diskon Dalam
Murabahah.
4)      Nomor 17/ DSN-MUI IX/ 2000 tanggal 16 September 2000 tentang Sanksi Atas
Nasabah Mampu Yang Menunda-nunda Pembayaran, dan
5)      Nomor 23/ DSN-MUI/ III/ 2002 tanggal 28 Maret 2002 tentang Potongan Pelunasan
Dalam Murabahah.
Berdasarkan fatwa-fatwa tersebut, Bank Indonesia mengatur lebih lanjut dalam
bentuk Peraturan Bank Indonesia atau Surat Edaran Bank Indonesia, seperti tentang
kolektibilitas dan Pedoman Akuntansi Perbankan Syari’ah Indonesia (PAPSI). Sesuai UU
No.10/1998 tentang perubahan UU No.7 tentang Perbankan dalam penjelasan pasal 6 huruf m
dijelaskan bahwa yang mempunyai kewenangan untuk mengatur kegiatan usaha Bank
Syari’ah adalah Bank Indonesia.
C.    Rukun dan Syarat Jual Beli
Rukun murabahah adalah:
1.    Adanya pihak-pihak yang melakukan akad, yaitu:
a.  Penjual
b.  Pembeli
2.      Obyek yang diakadkan, yang mencakup:
a.  Barang yang diperjualbelikan
b.  Harga
3.      Akad/Sighat yang terdiri dari:
a.  Ijab (serah)
b.  Qabul (terima)
4.      Harga yang disepakati
Selanjutnya masing-masing rukun diatas harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1.      Pihak yang berakad, harus:
a.  Cakap hukum.
b.  Sukarela (ridha), tidak dalam keadaan terpaksa atau berada dibawah tekanan atau
ancaman.
2.      Obyek yang diperjualbelikan harus:
a.  Tidak termasuk yang diharamkan atau dilarang.
b.  Memberikan manfaat atau sesuatu yang bermanfaat.

7
c.  Penyerahan obyek murabahah dari penjual kepada pembeli dapat dilakukan.
d.  Merupakan hak milik penuh pihak yang berakad.
e.  Sesuai spesifikasinya antara yang diserahkan penjual dan yang diterima pembeli.
3.      Akad/Sighat
a.  Harus jelas dan disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad.
b.  Antara ijab dan qabul (serah terima) harus selaras baik dalam spesifikasi barang maupun
harga yang disepakati.
c.  Tidak mengandung klausul yang bersifat menggantungkan keabsahan transaksi pada
kejadian yang akan datang.

Selain itu ada beberapa syarat-syarat sahnya jual beli murabahah adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui Harga pokok
Harga beli awal (harga pokok) harus diketahui oleh pembeli kedua, karena
mengetahui harga merupakan salah satu syarat sahnya jual beli yang menggunakan
prinsip murabahah. Mengetahui harga merupakan syarat sahnya akad jual beli, dan mayoritas
ahli fiqh menekankan pentingnya syarat ini. Bila harga pokok tidak diketahui oleh pembeli
maka akad jual beli menjadi fasid (tidak sah) (Al-Kasany, hal.3193). Pada praktek perbankan
syariah, Bank dapat menunjukkan bukti pembelian obyek jual belimurabahah kepada
nasabah, sehingga dengan bukti pembelian tersebut nasabah mengetahui harga pokok Bank.
2.      Mengetahui Keuntungan
Keuntungan seharusnya juga diketahui karena ia merupakan bagian dari harga.
Keuntungan atau dalam praktek perbankan syariah sering disebut dengan
marginmurabahah dapat dimusyawarahkan antara bank sebagai penjual dan nasabah sebagai
pembeli, sehingga kedua belah pihak, terutama nasabah dapat mengetahui keuntungan bank.
3.      Harga pokok dapat dihitung dan diukur.
Harga pokok harus dapat diukur, baik menggunakan takaran, timbangan ataupun
hitungan. Ini merupakan syarat murabahah. Harga bisa menggunakan ukuran awal, ataupun
dengan ukuran yang berbeda, yang penting bisa diukur dan di ketahui.
4.      Jual beli murabahah tidak bercampur dengan transaksi yang mengandung riba.
5.      Akad jual beli pertama harus sah.
Bila akad pertama tidak sah maka jual beli murabahah tidak boleh dilaksanakan.
Karena murabahah adalah jual beli dengan harga pokok ditambah keuntungan, kalau jual beli
pertama tidak sah maka jual beli murabahah selanjutnya juga tidak sah (Azzuhaily, hal. 3767-
3770).
D.    Jenis – Jenis Akad Murabahah

8
Murabahah pada prinsipnya adalah jual beli dengan keuntungan, hal ini bersifat dan
berlaku umum pada jual beli barang-barang yang memenuhi syarat jual belimurabahah.
Dalam prakteknya pembiayaan murabahah yang diterapkan Bank Bukopin Syariah terbagi
kepada 3 jenis, sesuai dengan peruntukannya, yaitu:
a)     Murabahah Modal Kerja (MMK), yang diperuntukkan untuk pembelian barang-barang
yang akan digunakan sebagai modal kerja. Modal kerja adalah jenis pembiayaan yang
diperlukan oleh perusahaan untuk operasi sehari-hari. Penerapan murabahah untuk modal
kerja membutuhkan kehati-hatian, terutama bila obyek yang akan diperjualbelikan terdiri dari
banyak jenis, sehingga dikhawatirkan akan mengalami kesulitan terutama dalam menentukan
harga pokok masing-masing barang.
b)    Murabahah Investasi (MI), adalah pembiayaan jangka menengah atau panjang yang
tujuannya untuk pembelian barang modal yang diperlukan untuk rehabilitasi, perluasan, atau
pembuatan proyek baru.
c)     Murabahah Konsumsi (MK), adalah pembiayaan perorangan untuk tujuan nonbisnis,
termasuk pembiayaan pemilikan rumah, mobil. Pembiayaan konsumsi biasanya digunakan
untuk membiayai pembelian barang konsumsi dan barang tahan lama lainnya. Jaminan yang
digunakan biasanya berujud obyek yang dibiayai, tanah dan bangunan tempat tinggal.
Al-Bai’ Naqdan wal Murabahah Muajjal, bayar cicilan. Dalam praktek yang
dilakukan oleh bank syariah saat ini adalah murabahah berdasarkan pesanan, sifatnya
mengikat dengan pembayaran tangguh. Dalam perbankan, murabahah lazimnya dilakukan
dengan cara pembayaran cicilan (bitsaman ajil). Dalam transaksi ini barang diserahkan segera
setelah akad sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh.

9
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Murabahah adalah suatu jenis pembiayaan yang termasuk dalam kategori penjualan
dengan pembayaran tunda. Meskipun tidak didasarkan pada teks al-Quran dan Sunnah,
namun dalam kajian fiqh Islam jenis transaksi ini dapat dibenarkan. Bank-bank Islam telah
menggunakan kontrak murabahah dalam kativitas pembiayaan mereka dimana barang-barang
dilibatkan dan bank telah memperluas cakupan dan tingkat penggunaannya.
Pembiayaan murabahah dan harga kreditnya yang lebih tinggi jelas menunjukkan
bahwa ada nilai waktu dalam pembiayaan berbasis murabahah yang mendorong, meski secara
tidak langsung, kepada pengakuan nilai waktu pada uang. Gampang sekali dilupakan bahwa
mengakui nilai waktu pada uang secara logika menggiring kepada pengakuan terhadap
bunga. Dengan mengakui nilai waktu dalam transaksi-transaksi murabahah dan kemudian
penolakan hal yang sama dalam transaksi-transaksi finansial, tampak sebagai sikap yang
tidak konsisten dan tidak logis.
Bentuk khusus kontrak keuangan yang sedang dikembangkan untuk menggantikan
sistem bunga dan transaksi keuangan adalah mekanisme bagi hasil merupakan core product
bagi bisnis syariah sebab bisnis syariah secara eklisit melarang penerapan tingkat bunga pada
semua transaksi keuangannya bentuk bisnis yang berdasarkan syariah dapat dikembangkan
dengan mengacu pada konsep syariah yaitu murabahah.
Murabahah sebagai sebuah kegiatan kerjasama ekonomi antara dua pihak mempunyai
bebrapa ketentuan yang harus dipenuhi dalam rangka meningkat jalinan kerja sama dimana
bank membiayai pembelian yang diperlukan nasabah dengan sistem pembayaran
ditangguhkan. Pembiayaan murabahah ini mirif dengan kredit modal kerja pada bank
konvensional, karena itu jangka waktu pembiayaan tidak lebih dari satu tahun dan seringnya
untuk pembiayaan yang bersifat konsumtif seperti rumah, tanah, toko, mobil, motor dan
sebagainya
B.     Saran
Dengan adanya makalah ini kami mengharap kepada masyarakat khususnya kepada
pejabat pemerintahan yang mengatur perekonomian Indonesia untuk melakukan penerapan
teori ekonomi yang berbasis syariah agar keberkahan mudah diperoleh oleh Negara kita ini.
Para pelajar teruslah menggali pengetahuan dan bersikap empati terhadap Negara kita,
khususnya dibidang perekonomian.

10
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Yazid. 2009. Fiqh Muamalah dan Implementasi dalam Lembaga Keuangan Syari’ah.
Yoqyakarta. Logung Pustaka.
Hakim, Lukman. 2012. Dasar-dasar Ekonomi Islam. Pontianak. STAIN Pontianak Press.
Ayub, Muhammad. 2009. Understanding Islamic Finance A-Z Keuangan Syariah. Jakarta.
Gramedia Pustaka Utama.
Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2012. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta Salemba Empat.
http://muhammadsutrisna.blogspot.co.id/2014/01/makalah-murabahah-copyrightby-
vicka.html.
http://royanmakalah.blogspot.co.id/2014/04/murabahah.html

11
12

Anda mungkin juga menyukai