Anda di halaman 1dari 5

-r-

OSTEOPOROSIS PADA USIA LANJUT

Triwibowo
SMF Gerialri Bagian Penyakit Dalam FK UGM/RSUP Dr. Sardiito
Yogyakarta

Pendahuluan
Osteoporosis dapat didefinisikan sebagai sebuah kondisi dimana lragilitas
skeletal secara general bertambah sehingga mudah teriadi peristiwa patah tulang
akibat trauma yang kecil yang teriadi dalam kegiaten rutin sehari hari (Marcus,
19961. Riggs kemud;an rnengusulkan adanya 2 tipc yaitu tipe I yang ditandai
adarrya proses porosis trabekuler post menopausal pada wanita dan tipe ll yang
ditandai proses porosis kortikal dan trabekuler pada pria dan wanita yang
berhubungan dengan proses menua iRiggs. 1986). Disamping atu ada pula yang
membedakan osteoporosis atas latar belakang penyebabnya yaitu osteoporosis
primer lermasuk didalamnya osteoporosis post menopausal pada wanita dan
osteoporosis senilis pada pria dan wanita karena proses menua, Sedangkan
osteoporosis sekunder bila ada latar belakang penyebab spesilik seperti adanya
tirotoksikosis atau hiperadrenokortisisma atau yang Iain.
Apabila dilihat kembali fungsi tulang maka dapat di simpulkan bahwa tulang
sebagai bagian dari alat gerak, sebagai pelindung organ organ yang vital, bagian
dari proses homeostasis mineral, sebagai tempat hemopoesis dan juga bagian dari
sistem immune. Fungsi ini akan mengalam; perubahan oleh proses menua yang
berlangsung secara evolusioner lnormal agingl sejak awal usia dan pada usia ,anjut
proses lersebut akan mani{es secaras klinis, seperti misalnya pada osteoporosis di
atas, atherosclerosis, cancer, andropause, penyakit Alzheimer dan lain lain. Apabila
osleoporosis akibat proses menua memang tidak dapat dihindari maka masih
tersisa satu pertanyaan lagi, yairu mengapa ada vang klinis manifes, ada yang
tidak. Jawaban untuk ini dapat ditelusuri melalui kemampuan kemampuan genetis
seseorang, bahkan ada yang mengusulkan sampai kepada "use and disuse" dati
teori evolusi Darwin lDarwin, 1958).
Di bawah ini akan disinggung sekilas tentang manilestasi klinis yang sering
ditemukan di klinik geriat.i yang ada hubungannya dengan osteoporosis-

r83
Densitas Tulang
Kondisi rnenurLlnn\,'a densitas trrlang tidak menimbulkan geialil klinik khas
bahkan setelah ada fraktrrrpun dapat tanpa menuniukkan adanya !leiala seperti
misalnya traktur kornpresi vertehrra dimana penderita mLJngkin hanva mengeluh
perut semakin buncit. prlnggung makin menlbungkuk (kyphosis) alau tinggi badan
mengurang. Adanya sakil boyok clapat dirosakan pada iraktur yang akrlt tertrtama
seteLh roboh {lbl/s}. t,cnt'(tnan densitas lulang akan rrer'rLlrarici kclfu.tan tulang
dalam menghaclap' lfatlrlra baik trauma kecil lebih-lebrh ya q hesar' llntrrk ittr
pemeriksaan densilas i-ulanq dapat lnellgclahrri risiko Jraktur pada usil'''
Pemeriksaan radiologi!. serinlrkai! dailat memberi g.rrlbaran sepintas tentallg
pengarnbilan
kondisi mineralisasi tulanci, letapi hal ini sering lerganggll ol{rh tehnik
gambar yang overe\)ose alau selraiiknya sehingga kehilangan nlineral 307o daDat
Lmpak normat. Oleh k8t€rlra itu pcngukuran densitas t'Jlang 'nerupakan nrerode
lebilr leliti dan telinik yalrg sekaraog banyak dipilih adalalt dLtal energy x tay
absottiofiptti IDEXAl karerla lebih dapal memprediksi risiko fraktrlr' Kelrnlungan
pengukuran de sitrs tulang adalah sejauh mana risiko {aaktul di waktu yang akan
datang dapat mend{:1eksi apakah ada perubahan densitas ltJlan!t dan trntuk
konfirirasi hasil X foto lrilang apakah a<ta overexpose pada filtn- Di'lniurkan bagi
wanila post-menopausal untuk merneriksakan dcnsitas tulang kecuali bagi mereka
y.rng srrdalr Inl-rlqk{'rlrtlmsi eslroqen

Gambar 1. Fola penurunan densitas tulang dengan insidensi fraktur


dalam ",6 Per tahun
Sumber : ott s.tn. 1999

Osleopenia clisepakati 1 SD sampai -.2,5 SD dari mean, sedang osteoilolosis


mrrlai -2.5 SD ke bawah. Pada gambar 1 menuniukkan bahwa dengan beriainbah
patah
nva Lrmur maka proscs osleoporosis selalu mengikuti dan prosentase terjadi
tulang insidensinva makin tinggi. Perlu diingat bahwa penururlan donsitas tulang
ticlak hanya pada osteoporosis tetapi juga pada osteomalacia dan pada
kondisi-konclisi spesi{ik juga reriadi pada myeloma, osteogenesis imperfecla'
peflvakil Paget.
Upaya untuk nlengetahui berlangsungnya resorbsi tulang secara berlebihan
lelah di;oba rlengar) i;dentifikasi marker untLrk resorbsi tulang tatkala aktifitas

184
osteoclastic nreningkat yaitu dengan mengukur molekul'molekul collagen crcss
links yang diekskresi melalui urine seperti pyridinoline, N'teminal closs-link,
C tenninal c/oss /rr*. Meskipun korelasanya tak terlalu kuat akan tetapi sedikitnya
dapat clipakai sebagai ,ndkator adanya perbaikan pada prograt{l pengobatan yang
menggunakan preparat antiresorbtif. Oleh karena itu pemeriksdan untuk marker,
marker in; belum dianjurkan untuk pemeriksaan rltin osteoporosis.

Pencegahan Osteoporosis
Memperkuat tulang dan menghindari tlenturan tulang dengan benda-benda
keras atalr karena roboh merupakan pusat perhatian pencegahan fraktur pada usila
terutama Iraktur pada leher tulang paha {hip} karena yang bersangkutan riapat
tiba tiba hidupnya rrrenjadi tergantung kepada orang lain.
Estrogen merupakan preparat yang telah lama digunakan pada wanita post'
menopausal sejak beberapa dekade dan menunjukkan hasil yang memberi harapan
dalam upaya l)e'rceoahan osteoporosis baik dengan pemakaian jangka panJang
maupun dalarn waktu s;flgkat. Namun demikian para penelati masih rnenekuni
tentang keseimbangan aotara manfaat dan dsiko meskipun diakui bahwa estrogen
merupakan preparat yang paling efektil. Masih ada pertanyaan yang mengganggu
yaitu pada umur berapa sebaiknya estrogen mulai diberikan. Dosis yang dianjurkan
adalah 0,625 fi19 corrjugated esvogen per hari cukup meningkatkan densitas tulang
dibandingkarl dengan dosis yang Iebih rendah atau lebih tingsi (Ott, 19991.
Penggunaan estrogen jangka paniang mempunyai etek lain yang menguntung-
kan antara lain mengurangi perkembangan arteriosklerosis pada pembuluh koroner,
memperbaiki jarin!Jan kolagen kulit, dan menurunkan insidensi penyakit Alzheimer.
Risiko terhadap kanker payudara dikatakan meningkat pada pengguna estrogen
tetapi masih dianggap kenaikan tersebut adalah relatil, itupun setelah pemakaian
lebih dari 1O tahun. Bagi mereka yang mempunyai riwayat menderita kanker
payudara rnaka penggurraan estrogen merupakan kontraindikasi. Juga dapat
menaikkan risiko kanker endometrial meskipun penyelesaianya lebih praktis yailu
dengan histerektomi,
Seperti telah rliketahui bahwa di berbagai jaringan tubuh terdapat kompleks
reseptor eslrogen yang dapat dipengaruhi oleh suatu kompleks lain yang disebut
selective oestrogen rcceptot modulator (SERM) dan menyebabkan jaringan tersebut
bereaksi seperti terhadap estrogen. Salah gatu preparat SERM yang kita kenal
adalah Tamoxifen, suatu obat bantu pada penderita kanker payudara. Meskipun
mempunyai e{ek rrreningkatkan densitas tulang, tetapi tamoxilen juga merangsang
pertumbuhan kanker endometrial. Dalam hal ini pemberian preparat progesteronr
dapat menghanrbat e{ek tersebut, tetapi perlu diingat bahwa progesteron dapat
nremacu pertumbuhan ulang kanker payudara- Preparat SERM lain yang lebih aman
bagi wanita posl mcnopause dan sekarang dipakai untuk pencegahan osteoporosis
adalah Raloxifen dengan dos;s 60 mg/hari (Sanbrook, 2OOO), meskipun dapat pula
menurunkan LDL kolesterol tetapi efek tromboplebitis setara dengan pengguna
estrogen.
Peran kalsiunr pada osteoporosis adalah sangat kompleks, yang berhubungan
langsung dengan peran hormon parathvroid, absorbsi kalsium pada usus, faal ginial
yang menLrrun karena proses menua dan seberapa besar stress lisik sebagai
tantangan terhadap densitas tulang. Telah diketahui bahwa penyerapan kalsium
pada usus mulai rnenurun pada usia 60 tahun, baik laki maupun perempuan.
Dengan demikian makanan tambahan yang mengandung kalsium mulai diperlukan.

185
SUmber yang paling efisien dan ntunqkin juqa palinq nrUrah adalah kalsiurn
karbonat dan diserap dengan baik bersama dengan nrakanan. Dosis yang dianjurkan
bagi mereka yang merrpunyai r;siko osteoporosis adalalr 5OO IOOO nrg per hari
bahkan ada yang mengusulkan sanrpai 15OO mg.

Pengobatan
Pengobatan diluj kan pada osteoporosis yang sllclah nten!Jalami fraktLrr
leshblisl,ed) perlu mendapat pengobatan ontuk menghijangkan rasa sakat dan cva.
hrasi dari lokasi fraklrrr- Bila diperluka)t dapat dilakukan fiksasi tulang tuta,rg yanq
fraktur selarna satu blrlan alau dilanjutkan dengan program penqobalan fisik yang
lain misalnya tindak;rn operatif, pemeliharaan punggung, latihan jalan dan pro{lrarlr
prograrn lain pada rehabilitasi medik. disamping nrendapat tambirhan kalsir.rnr dan
vilamin D.
Estrogen dapal diberikan pada penderita wanita dengan dosis sama dengan
pengobatan preventif dan bagi wanila yang tak dapat diberi estroqen karena se
soatu hal dapat dibetiki\n Calcitonit, sekarang berupa /Vasa/ Sp/ay yang scmula
dalam bentLrk injeksi- Pen{ierita yang memprrnyai kontraindikasi pemakaian estro
gen harus tetap diperhatikan. Salian estrogen yang sekaranq telah diko,rlbinas'
dengan progestercn dimana sekaligus dapat mencegah timlltllnya kanker

Diphosphonates nterupakan preparat yang lebih dari 20 tahun digunakan tetapi


malah memberikan e{ek samping Osteomalacia karena dosis yang diberikan lertak,
tinggi. Eti(lronate rnerupakan penggunaan sediaan yang lebih baro dan tidak
menyebabkan Osteonalacia {Ott, 1999). Aledrcnate adalah p.eparat generasi
kedua yang mempunyaj potensi 1O0O kali lebih kuat dari etidronal dalam meng-
hadapi proses resorpsi tulang. Pemakaian preparat ini pada usia lanjut adalah 1 5
mg/hari. Ekskresi melalui ginjal maka alendronat tidak diberikan pacla penderita
gagal girrjal atau pada usila dengan ginjal normalpun harus selatll dimonitor faal
qinidlnyd.
Kornbinasi obat obat antiresorbtif seperti estrogen; diphosphonates, calcitonan
Lrntrrk csteoporosis masih diteliti dan dipilih mana yang paling efekril. Obat obat
lain yang masih dalarn status eksperimental antara lain thiazide, fluoride, hormon
parathyroid, growlh l)ormon, bicarbonat. Calcitriol dianjurkan pada lansra yang
mengalami g,zi kurang atau mereka yang mender;ta malabsorbsi inlestinal.
PenggLrnaan preparat ini perlu dimonitor faal ginjal karerra ada kemungkinan
h;perkalsenria.
l-akj laki usia lanju{ n)empunyai nasib yang lebih baik dari pada wanita karena
tidak mengalami menoparrse sehingga osteoporosis pada laki laki akan terjadi pada
usia yang lebih tua. Pemakaian preparat testosteron bagi yang menqalami delisaensi
testosteron dapal .nenambah densitas tulang meskipun belum terbukti. dapat
menambah densitas pada tllP (Rapado, 1999). Oleh karena jtu pemeriksaan kadar
testosteron serunr perlu dilakukan pada laki,laki dengan osteoporosis. Dosis Vang
daanlrrkan diDulai 100 ntq setiap 2 mingqu dan dapat mencapai 2OO mg setiap 2
minoqLr-

Penutup
Telah dibicirakan sekilas tentang osleoporosis pada lansia baik pria maupun
wanita dengan latar belakang proses menua. Diagnosa klinik untuk osleoporosis
t<-

adalah tidak khas. Pemeriksaan radiologis rutin apakah ada osteop€nia atau
osteoporosis adalah sebatas memperoleh kesan karena sangat tetgantung dari
exposure lilnr. Pemeriksaan densitas tulang lebih t€pat. Pemberian HRf lhotmon
replacement lheapyl ditoslonal (alendronate), kalsitonin dipadu dengan program
terapi tisik serta terapi pendukung yang lain seperti kalsium, kalsitriol, perbaikan
nutrisi adalah dianjurkan.

Kepustakaan
Darwin C, 1958. The Otigin of Species. A Mentot 8ook. New American Library. New York
pp. 133
Loeser R.F, Delbono o.1999 Aging and Musculoskeletdl System dalam William R. Hazzard
ea a/ (eds) Princbles of Geriatric Me.Jicine and GenntologY Mc Graw-Hill. New
York. pp 1096 1 111
Marcus R. 1996. th€ Nature ol Osteoporosis dalam Robert Marcus et a/ (eds)
Osteoporosis. Academic Press. New York.
Ott SM.1999. O$leoporosis and Osteomalacia d6lam William R Hazzard cr a/ (eds)
Principles of Geiatric Medicine and Gercntologv. Mccraw-Hill. New York. pp
1057-1084
Rapado A da a/. 1999. Bone Mineral Density and Androgon Levels in Elderly Males. Calcif
nssue lnt. 65(61: 41 1"21.
Reid 1R.1999 Pharmacological Management of Osteoporosis in Post Milnopausal Women; a
Comparative Review. Drug Asing 15(5): 349-63
Riggs 8.L., Melton L.J. 1986- lnvolutional Osteoporosis. N Eng J Med 314 : 1676 1686.
Sambrook P.N., Eisman J.A. 2OOO. Osteoporosis Prevention and Treatment. Med J Aust-
17215) . 2.26 I

141

Anda mungkin juga menyukai