2016 Buku Rekayasa Vegetatif Untuk Mengurangi Resiko Longsor
2016 Buku Rekayasa Vegetatif Untuk Mengurangi Resiko Longsor
Lingkungan Hidup
dan Kehutanan
REKAYASA VEGETATIF
UNTUK MENGURANGI
RISIKO LONGSOR
Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Jl. Jend. A. Yani – Pabelan, Kartasura PO BOX 295 Surakarta 57102
Telepon : (0271) 716709 dan Fax (0271) 716959
Email: bpt.kpdas@gmail.com0
Oleh :
Heru Dwi Riyanto
Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Jl. Jend. A. Yani Pabelan, Kartasura PO BOX 295 Surakarta 57102
Telephon : (0271) 716709 dan Fax (0271) 716969
Email : bpt.kpdas@gmail.com
Prinsip pencegahan longsor adalah mencegah air supaya tidak
terkonsentrasi di bidang luncur, mengikat massa tanah agar tidak
meluncur dengan cara merembeskan air ke lapisan tanah yang lebih
dalam dari lapisan kedap air (bidang luncur).
Rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor ini adalah salah
satu metoda dalam upaya mencegah terjadinya longsor dangkal
melalui upaya penanaman pepohonan yang didasarkan pada tiga
tipologi tanaman serta ketinggian dari muka laut sebagai tempat
tumbuh tanaman.
Buku ini berisi tentang jenis-jenis tanaman/pohon-pohonan yang
berhasil dihimpun dan dikaji dalam upaya rekayasa vegetative untuk
mengurangi risiko longsor. Tujuan penulisan buku ini adalah untuk
memberikan informasi mengenai jenis pepohonan yang dapat
dipergunakan dalam mencegah longsor dangkal melalui rekayasa
vegetatif.
Hasil yang disampaikan dalam buku ini akan terus dilakukan
penyempurnaannya. Baik penambahan jenis-jenisnya ataupun melalui
kajian/penelitian lapangan lebih lanjut. Kritik dan saran masukan guna
perbaikan dan updating status kajian/riset ini sangat diharapkan.
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................... ii
PENDAHULUAN .......................................................................... 1
ii
REKAYASA VEGETATIF UNTUK
MENGURANGI RISIKO LONGSOR
PENDAHULUAN
1
`
2
*Bersifat alami maupun aktivitas manusia sebagai faktor
pemicu
*kawasan dengan curah hujan rata-rata yang tinggi (di atas
2500 mm/tahun)
* kemiringan lereng yang curam (lebih dari 40%), dan/atau
kawasan rawan gempa
Zona Tipe A
Zona berpotensi longsor pada daerah lereng gunung,
lereng pegunungan, lereng bukit, lereng perbukitan, dan
tebing sungai dengan kemiringan lereng lebih dari 40%,
dengan ketinggian di atas 2000 meter di atas permukaan
laut.
Zona Tipe B
Zona berpotensi longsor pada daerah kaki gunung, kaki
pegunungan, kaki bukit, kaki perbukitan, dan tebing sungai
dengan kemiringan lereng berkisar antara 21% sampai
dengan 40%, dengan ketinggian 500 meter sampai dengan
2000 meter di atas permukaan laut.
3
`
Zona Tipe C
Zona berpotensi longsor pada daerah dataran rendah,
tebing sungai, atau lembah sungai dengan kemiringan
lereng berkisar antara 0% sampai dengan 20%, dengan
ketinggian 0 sampai dengan 500 meter di atas permukaan
laut.
4
Sumber: Greenway 87 dlm Hardiatmo 2012
5
`
6
Peran ketiga adalah evapotranspirasi. Pada kawasan yang
memiliki intensitas hujan yang tinggi, proses
evapotranspirasi berperan mengurangi kejenuhan tanah
agar tidak terjadi akumulasi air di lapisan impermeabel yang
justru akan menjadi bahan gelincir dalam kejadian longsor
dangkal.
PEMILIHAN JENIS
Pemilihan jenis tanaman merupakan kunci penting dalam
keberhasilan pengendalian longsor lahan secara rekayasa
vegetative. Selain didasarkan pada tiga Peran Vegetasi
Tanaman Keras (Pohon) dan Zona Potensi Longsor,
pemilihan jenis juga didasarkan pada ketinggian tempat
tumbuh tanaman dari muka laut (elevasi). Elevasi adalah
rentang ekologis untuk tumbuh tanaman di mana ada
tanaman yang memiliki rentang ekologis sempit dan lebar.
Jenis tanaman/pohon terpilih tersebut adalah sebagai
berikut:
7
`
8
9
`
Adapun gambar tanaman/pohon tersebut adalah :
Sukun Nangka
Mimba Tayuman
10
Kupu-kupu Kenanga
Trengguli Johar
11
`
Jati Cengkeh
12
Mahoni Bidara Laut
Kesambi Angsana
13
`
Jengkol Pinus
Sengon Alpukat
14
Petai Rambutan
Mindi Mangga
15
`
Bungur Dlingsem
16
Waru Laut Waru Gunung
Rengas Lengkeng
17
`
18
Pilang Sono brits
19
`
20
Agathis Bambu
Cempedak
21
`
Sumber Bacaan
Kementerian PU, 2007. Pedoman Penataan Ruang, Kawasan
Rawan Bencana Longsor, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No. 22/PRT/M/ 2007
Daniel T.W, J.A. Helms and F.S.Baker. 1987. Prinsip-Prinsip
Silvikultur. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Setyawati. T. 1998. Studi Fisiognomi Vegetasi Hutan di
Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Jawa
barat, Buletin Penelitian Hutan No. 612/1998 Bogor
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Yayasan Sarana
Wana Jaya. Jakarta.
Hardiatmo, H.C. 2012. Tanah Lingsor dan Erosi. Kejadian dan
Penanganan. Gadjah Mada University Press
Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, 2007.
Teknologi Pengendalian Lingsor. Balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian Dan
Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian
Suryatmojo, 2016. Strategi of Vegetatif Selection for Landslide
Hazard Reduction. http://mayong.staff.ugm.ac.id/site/wp-
content/uploads/2009/02/strategirehabilitasilahanrawan-
longsor.pdf.
22
Sumber Foto
23
`
24