I. Kompetensi Inti
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahu tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minat untuk memecahkan masalah.
II. Kompetensi Dasar
Setelah melakukan kegiatan belajar ini, Anda diharapkan memiliki kompetensi dasar
yaitu dapat menganalisis Q.S. Al-Anfal (8) : 72); Q.S. Al-Hujurat (49) : 12; dan QS Al-Hujurat
(49) : 10; serta hadits tentang kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzhan),
dan persaudaraan (ukhuwah).
Indikator
Setelah melakukan kegiatan belajar ini, Anda diharapkan dapat :
1. Menjelaskan kandungan Q.S. Al-Anfal ayat 72, Al-Hujurat ayat 12 dan Al-Hujurat ayat 10
dan hadits tentang kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnudzan), dan
persaudaraan (ukhuwah)
2. Menyebutkan pesan-pesan mulia dalam Q.S. Al-Anfal ayat 72, Al-Hujurat ayat 12 dan ayat
10
Materi Pokok
1. Q.S. Al-Anfal ayat 72, Al-Hujurat ayat 12 dan Al-Hujurat ayat 10
2. Pesan-pesan mulia dalam Q.S. Al-Anfal ayat 72, Al-Hujurat ayat 12 dan ayat 10
Uraian Materi
1. QS. Al-Anfal Ayat 72, QS Al-Hujurat Ayat 12 dan Ayat 10
Ayat-ayat berikut ini berisi pesan-pesan mulia tentang kontrol diri (mujahadah
annafs), prasangka baik (husnudzan), dan persaudaraan (ukhuwah). Bacalah dengan tartil
ayatayat dibawah ini !
a. Q.S. Al-Anfal (8) : 72
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad
dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat
kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain
lindung-melindungi[624]. dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum
berhijrah, Maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum
mereka berhijrah. (akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam
(urusan pembelaan) agama, Maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali
terhadap kaum yang telah ada Perjanjian antara kamu dengan mereka. dan Allah
Maha melihat apa yang kamu kerjakan.”
[624] Yang dimaksud lindung melindungi Ialah: di antara muhajirin dan anshar
terjalin persaudaraan yang Amat teguh, untuk membentuk masyarakat yang baik.
demikian keteguhan dan keakraban persaudaraan mereka itu, sehingga pada pemulaan
Islam mereka waris-mewarisi seakan-akan mereka bersaudara kandung.
b. Q.S. Al-Hujurat (49) : 12
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari
keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang
diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”
c. Q.S. Al-Hujurat (49) : 10
b) Kaum Anshar
Kaum Anshar adalah orang-orang Madinah yang beriman kepada Allah SWT,
berjanji kepada Nabi Muhammad SAW dan kaum Muhajirin untuk bersama-sama
berjuang di jalan Allah. Mereka bersedia menolong, dan berkorban dengan harta dan
jiwanya demi keberhasilan perjuangan Islam. Allah memberikan dua sebutan mulia
kepada mereka, pertama "pemberi tempat kediaman" dan kedua "penolong dan
pembantu".
c) Kaum Muslimin yang tidak berhijrah ke Madinah
Mereka tetap tinggal di Mekah yang dikuasai oleh kaum musyrikin. Mereka
tidak dapat disamakan dengan kaum Muhajirin dan Anshar karena mereka tidak
berada dalam lingkungan masyarakat Islam, tetapi hidup di lingkungan orang-orang
musyrik. Oleh karena itu hubungan antara mereka dengan kaum muslimin di Madinah
tidak dapat disamakan dengan hubungan antara Muhajirin dan Anshar dalam
masyarakat Islam. Hubungan antara sesama mukmin di Madinah sangat erat bahkan
seperti saudara satu keturunan yang tidak lagi membedakan hak dan kewajiban.
Hubungan antara mereka dengan mukmin di madinah hanya diikat atas dasar
keimanan saja.
2) Antara Muhajirin dan Anshor saling melindungi, hidup berdampingan dan saling
tolong menolong.
3) Muhajirin dan Anshor melakukan jihad dengan harta dan jiwanya atas dorongan
keimanan kepada Allah SWT.
4) Allah SWT Maha Melihat dan Mengetahui apa yang dilakukan oleh hamba-Nya.
QS. Al-Anfal ayat 72 menjelaskan bahwa Kaum Muhajirin dan Anshar telah
memberikan teladan dalam mujahadah an-nafs. Secara bahasa mujahadah artinya
bersungguh-sungguh, sedangkan an-nafs artinya jiwa, nafsu, diri. Jadi mujahadah
annafs artinya perjuangan sungguh-sungguh melawan hawa nafsu atau
bersungguhsungguh menghindari perbuatan yang melanggar hukum-hukum Allah
SWT. Dalam bahasa Indonesia mujahadah an-nafs disebut dengan kontrol diri. Kontrol
diri merupakan salah satu perilaku terpuji yang harus dimiliki setiap muslim.
Menurut Al-Qur‟an nafsu dibagi menjadi tiga, yaitu :
a) Nafsu Ammarah, yaitu nafsu yang mendorong manusia kepada keburukan (QS
Yusuf [12] ayat 53)
b) Nafsu Lawwamah, yaitu nafsu yang menyesali setiap perbuatan buruk (QS Al-
Qiyamah [75] ayat 2)
c) Nafsu Muthmainnah, yaitu nafsu yang tenang (QS Al-Fajr [89] ayat 27-30)
Dari ketiga nafsu yang disebutkan Al-Qur‟an diatas, kita tahu bahwa nafsu
Ammarah mendorong manusia untuk berbuat maksiat. Kemaksiatan akan menjauhkan
kita dari rahmat Allah SWT serta akan menimbulkan kegelisahan dalam hati. Oleh
karena itu Islam mengajarkan mujahadah an-nafs supaya hidup kita bahagia dunia dan
akhirat.
Hawa nafsu memiliki kecenderungan untuk mencari berbagai macam
kesenangan dengan tidak mempedulikan aturan agama. Jika kita menuruti hawa nafsu
maka sesungguhnya hati kita telah tertawan dan diperbudak oleh hawa nafsu itu. Nabi
Muhammad SAW menyebut jihad melawan hawa nafsu sebagai jihad besar (jihadul
akbar), sedangkan jihad memerangi orang kafir sebagai jihad kecil (jihadul asghar).
Mengapa demikian ?. hal ini dikarenakan jihad melawan nafsu berarti jihad melawan
hal – hal yang menyenangkan, digemari, dan disukai. Sedangkan jihad melawan orang
kafir berarti jihad melawan musuh yang kita benci. Bukankah menghindari sesuatu yang
kita senangi jauh lebih berat daripada menghindari sesuatu yang kita benci ?.
Perhatikan hadits berikut ini :
Artinya : ”Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: "Neraka
dikelilingi dengan syahwat (hal-hal yang menyenangkan nafsu), sedang surga
dikelilingi hal-hal yang tidak disenangi (nafsu)." (HR Bukhari).
2. QS. Al-Hujurat Ayat 12
QS. AL-Hujurat ayat 12 berisi larangan berprasangka buruk. Berprasangka
buruk (su‟udzan) merupakan perilaku tercela yang harus dihindari. Sebaliknya, orang
beriman diperintahkan untuk berprasangka baik (husnudzan), baik itu husnudzan
kepada Allah SWT, kepada sesama manusia, maupun kepada diri sendiri. Husnudzan
terbagi atas tiga, yaitu : Husnudzan kepada Allah SWT
Husnudzan kepada Allah SWT artinya berprasangka baik kepada Allah SWT.
Allah SWT memiliki sifat Maha Pengasih dan Penyayang, dan mencintai hambaNya
yang shaleh, serta tidak membebani seseorang diluar batas kemampuannya,
sebagaimana firman-Nya :
Artinya : “Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Seorang
muslim (yang sejati) adalah orang yang mana orang muslim lainnya selamat dari
(bahaya) lisan dan tangannya.” (HR Tirmidzi)
Hadits diatas menjelaskan hendaknya kita menjaga lisan yang baik. Ucapan
kita kepada orang lain terutama sesama muslim harus lemah lembut dan tidak
mengandung fitnah. Muslim sejati selalu menjaga lisannya sebagai bentuk
husnudzan kepada orang lain.
2) Husnudzan kepada diri sendiri
Seseorang yang berprasangka baik kepada diri sendiri akan memiliki sikap
percaya diri, optimis dan bekerja keras. Sebaliknya, jika seseorang berburuk sangka
kepada diri sendiri maka ia akan merasa pesimis, tidak percaya diri, dan malas
berusaha. Allah SWT melarang hamba-Nya berputus asa dari rahmat-Nya
sebagaimana QS Yusuf (12) ayat 87 berikut ini :
Artinya : “dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang
berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang yang kafir”. (QS Yusuf ayat
87).
3. QS. Al-Hujurat Ayat 10
Ayat ini menegaskan bahwa orang-orang mukmin itu bersaudara. Persaudaraan
(ukhuwah) diantara sesama mukmin adalah persaudaraan yang dilandasi oleh
persamaan aqidah dan keimanan kepada Allah SWT. Persaudaraan yang didasari oleh
nilai-nilai Islam dikenal dengan istilah ukhuwah Islamiyah. Ukhuwah Islamiyah
mencakup :
• Ukhuwah Diniyyah
Yaitu persaudaraan yang didasari oleh persamaan agama. Persaudaraan seagama
dan seiman inilah yang dimaksud oleh QS Al-Hujurat ayat 10.
• Ukhuwah Wathaniyah wa an-nasab
Yaitu persaudaraan karena satu bangsa dan keterikatan keturunan.
• Ukhuwah Insaniyyah atau basyariyyah
Yaitu persaudaraan karena sama-sama manusia.
Ukhuwah Diniyyah akan memperkokoh tegaknya kehidupan masyarakat yang
aman dan tenteram. Ukhuwah akan memunculkan solidaritas dan timbulnya kepedulian
sosial dimasyarakat. Sebagai sesama mukmin, kita harus mampu menjaga martabat dan
kehormatan sesama mukmin. QS Al-Hujurat ayat 10 menghendaki ukhuwah kaum
mukmin harus benar-benar kuat, lebih kuat dari persahabatan dan pertemanan biasa.
Kita laksanakan hak dan kewajiban dengan penuh tanggung jawab. Rasulullah SAW
bersabda :
Artinya : “Dari Abu Musa Al Asy'ari ia berkata; Rasulullah SAW bersabda: "Antara
seorang mukmin dengan mukmin yang lainnya adalah bagaikan satu bangunan, yang
saling menguatkan satu sama lainnya."(HR Tirmidzi).
Artinya : “Dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah SAW bersabda: "Kalian tidak
akan masuk surga hingga kalian beriman, dan tidaklah kalian beriman hingga kalian
saling menyayangi.” (HR Muslim).
Rangkuman
QS. Al-Anfal ayat 72 menjelaskan bahwa Kaum Muhajirin dan Anshar telah memberikan
teladan dalam mujahadah an-nafs. Secara bahasa mujahadah artinya bersungguh-sungguh,
sedangkan an-nafs artinya jiwa, nafsu, diri. Jadi mujahadah an-nafs artinya perjuangan
sungguhsungguh melawan hawa nafsu atau bersungguh-sungguh menghindari perbuatan yang
melanggar hukum-hukum Allah SWT. Dalam bahasa Indonesia mujahadah an-nafs disebut
dengan kontrol diri. Kontrol diri merupakan salah satu perilaku terpuji yang harus dimiliki setiap
muslim.
QS. AL-Hujurat ayat 12 berisi larangan berprasangka buruk. Berprasangka buruk
(su‟udzan) merupakan perilaku tercela yang harus dihindari. Sebaliknya, orang beriman
diperintahkan untuk berprasangka baik (husnudzan), baik itu husnudzan kepada Allah SWT,
kepada sesama manusia, maupun kepada diri sendiri.
Ayat ini menegaskan bahwa orang-orang mukmin itu bersaudara. Persaudaraan
(ukhuwah) diantara sesama mukmin adalah persaudaraan yang dilandasi oleh persamaan aqidah
dan keimanan kepada Allah SWT. Persaudaraan yang didasari oleh nilai-nilai Islam dikenal
dengan istilah ukhuwah Islamiyah. Ukhuwah Islamiyah mencakup :
• Ukhuwah Diniyyah
Yaitu persaudaraan yang didasari oleh persamaan agama. Persaudaraan seagama dan
seiman inilah yang dimaksud oleh QS Al-Hujurat ayat 10
• Ukhuwah Wathaniyah wa an-nasab
Yaitu persaudaraan karena satu bangsa dan keterikatan keturunan.
• Ukhuwah Insaniyyah atau basyariyyah
Yaitu persaudaraan karena sama-sama manusia.
Silahkan Contoh Tugas/ Latihan
Diskusikan dengan teman sekelompok Anda, kemudian Amatilah kutipan berita atau peristiwa
berikut, lalu tulislah pesan-pesan moral atau komentar kritis yang mengarah kepada “Menjaga
kedamaian dengan mawas diri, berprasangka baik, dan persaudaraan” !
_________________________________
Persaudaraan Hindu Muslim Bali (PHMB)
menggelar pelatihan kewirausahaan bagi _________________________________
pemuda-pemudi di Kota Denpasar sebagai _________________________________ upaya
ikut ambil bagian mengurangi pengangguran di daerah itu.
_________________________________
_________________________________
(Sumber : antaranews.com)
_________________________________
_________________________________
Tujuh orang ditetapkan menjadi tersangka
kericuhan supporter saat laga antara Persija _________________________________ dan
Persib di Gelora Bung Karno (GBK),
Ahad 27 Mei 2012. Akibat kejadian itu tiga _________________________________
orang tewas dan lima lainnya terluka. _________________________________
I. Tes Mandiri
A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d atau e pada jawaban yang paling tepat !
1. Manakah lafadz dibawah ini yang mempunyai arti “dan jiwa mereka” ....
a.
b.
c.
d.
e.
2. Setiap muslim diperintahkan untuk melakukan mujahadah an-nafs. Dibawah ini yang
merupakan pengertian mujahadah an-nafs adalah ....
a. perjuangan sungguh-sungguh melawan hawa nafsu
b. bersungguh-sungguh untuk berserah diri kepada Allah SWT
c. perjuangan sungguh-sungguh melawan orang kafir
d. bersungguh-sungguh bersabar menerima cobaan dari Allah SWT
e. perjuangan sungguh-sungguh menahan rasa takut
3. Mujahadah an-nafs memiliki banyak manfaat dan hikmah. Dibawah ini yang bukan
manfaat dan hikmah mujahadah an-nafs adalah .... a. Hati semakin bersih dan tenang
b. Memperoleh kebahagiaan lahir dan batin
c. Dicintai Allah SWT dan sesama manusia
d. Hidup menjadi terasa dikekang
e. Mendapatkan ridha dari Allah SWT
4. Perhatikan potongan QS Al-Hujurat ayat 12 berikut ini :
Hadits diatas menegaskan bahwa antara mukmin satu dengan lainnya bagaikan.... a.
Buih dilautan yang mudah terombang-ambing
b. Air mengalir disungai yang jernih dan bersih
c. Satu keranjang buah yang beraneka ragam
d. Bangunan kuno yang perlu dilestarikan
e. Satu bangunan yang saling menguatkan
ATERI II
M PERAWATAN
JENAZAH
Sebelum mayat itu dimandikan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan terhadap kondisi jenazah,
yaitu seperti berikut:
1) Pejamkanlah matanya dan mohonkanlah ampun kepada Allah Swt. atas segala dosanya.
2) Tutuplah seluruh badannya dengan kain sebagai penghormatan dan agar tidak kelihatan
auratnya.
3) Ditempatkan di tempat yang aman dari jangkauan binatang.
4) Bagi keluarga dan sahabat-sahabat dekatnya tidak dilarang mencium terhadap mayat.
A. Memandikan Jenazah
1. Syarat-syarat wajib memandikan jenazah
a. Jenazah itu orang Islam. Apa pun aliran, mazhab, ras, suku, dan profesinya.
b. Didapati tubuhnya walaupun sedikit.
c. Bukan mati syahid (mati dalam peperangan untuk membela agama Islam seperti yang
terjadi pada masa Nabi Muhammad saw)
2. Yang berhak memandikan jenazah
a. Apabila jenazah itu laki-laki, yang memandikannya hendaklah laki-laki pula. Perempuan
tidak boleh memandikan jenazah laki-laki, kecuali istri dan mahram-nya.
b. Apabila jenazah itu perempuan, hendaklah dimandikan oleh perempuan pula, laki-laki
tidak boleh memandikan kecuali suami atau mahram-nya.
c. Apabila jenazah itu seorang istri, sementara suami dan mahram-nya ada semua, suami
lebih berhak untuk memandikan istrinya.
d. Apabila jenazah itu seorang suami, sementara istri dan mahram-nya ada semua, istri lebih
berhak untuk memandikan suaminya
Kalau mayat anak laki-laki masih kecil, perempuan boleh memandikannya. Begitu juga kalau
mayat anak perempuan masih kecil, laki-laki boleh memandikannya. Berikut ini tata cara
memandikan jenazah :
a) Di tempat tertutup agar yang melihat hanya orang-orang yang memandikan dan yang
mengurusnya saja.
C. Menyalati Jenazah
Orang yang meninggal dunia dalam keadaan Islam berhak untuk di-ṡalatkan. Adapun orang
yang telah murtad dilarang untuk diṡalati. Untuk bisa diṡalati, keadaan si mayat haruslah: a)
suci, baik suci badan, tempat, dan pakaian.
b) sudah dimandikan dan dikafani.
c) jenazah sudah berada di depan orang yang menyalatkan atau sebelah kiblat.
2. Letak imam paling muka diikuti oleh para makmum. Jika yang menyalati sedikit, usahakan
dibuat 3 baris/ṡaf.
3. Mula-mula semua jamaah berdiri dengan berniat melakuka ṡalat jenazah dengan empat takbir.
Niat tersebut jika dilafalkan sebagai berikut dalam terjemah kalimah bahasa indonesia:
“Aku berniat ṡalat atas jenazah ini empat takbir fardu kifayah sebagai makmum karena
Allah ta‟ala.”
4. Kemudian takbiratul ihram yang pertama, dan setelah takbir pertama itu selanjutnya
membaca surat al-Fātihah.
5. Takbir yang kedua, dan setelah itu, membaca salawat atas Nabi Muhammad saw.
6. Takbir yang ketiga, kemudian membaca doa untuk jenazah. Bacaan doa bagi jenazah adalah
sebagai berikut:
“Ya Allah, ampunilah ia, kasihanilah ia, sejahterakanlah ia, maafkanlah kesalahannya.”
7. Takbir yang keempat, dilanjutkan dengan membaca doa sebagai berikut:
“Ya Allah, janganlah Engkau menjadikan kami penghalang dari mendapatkan pahalanya
dan janganlah engkau beri kami fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia.” (HR
Hakim)
8. Membaca salam sambil menoleh ke kanan dan ke kiri
D. Mengubur Jenazah
1. Rasulullah saw. menganjurkan agar jenazah segera dikuburkan.
2. Sebaiknya menguburkan jenazah pada siang hari. Mengubur mayat pada malam hari
diperbolehkan apabila dalam keadaan terpaksa seperti karena bau yang sangat
menyengat meskipun sudah diberi wangi-wangian, atau karena sesuatu hal lain yang
harus disegerakan untuk dikubur.
3. Anjuran meluaskan lubang kubur. Rasulullah saw. pernah mengantar jenazah sampai di
kuburnya.
4. Boleh menguburkan dua tiga jenazah dalam satu liang kubur.
5. Bacaan meletakkan mayat dalam kubur. Apabila meletakkan mayat dalam kubur,
Rasulullah saw. membaca:
“Dengan nama Allah dan nama agama Rasulullah”
6. Larangan memperindah kuburan. Jabir ra. menerangkan, “Rasulullah saw. melarang
mengecat kuburan, duduk, dan membuat bangunan di atasnya.” (HR. Muslim)
7. Sebelum dikubur, ahli waris atau keluarga hendaklah bersedia menjadi penjamin atau
menyelesaikan atas hutang-hutang mayat jika ada, baik dari harta yang ditinggalkannya
atau dari sumbangan keluarganya.
E. Tazia’h (Melayat)
Ta‟ziyyah atau melayat adalah mengunjungi orang yang sedang tertimpa musibah
kematian salah seorang keluarganya dalam rangka menghibur atau memberi semangat.
Para mu‟azziy³n (orang laki-laki yang ber-ta‟ziyyah) atau mu‟azziyāt (orang perempuan yang
ber-ta‟ziyyah) hendaknya memberikan dorongan kekuatan mental atau menasihati agar orang
yang tertimpa musibah tetap sabar dan tabah menghadapi musibah ini. Adab (etika) orang
berta‟ziyyah antara lain seperti berikut :
1. Menyampaikan doa untuk kebaikan dan ampunan terhadap orang yang meninggal
serta kesabaran bagi orang yang ditinggal.
2. Hindarilah pembicaraan yang menambah sedih keluarga yang ditimpa musibah. 3.
Hindarilah canda-tawa apalagi sampai terbahak-bahak.
3. Usahakan turut menyalati mayat dan turut mengantarkan ke pemakaman sampai
selesai penguburan.
4. Membuatkan makanan bagi keluarga yang ditimpa musibah.
F. Ziarah Kubur
Ziarah artinya berkunjung, kubur artinya kuburan. Ziarah kubur artinya berkunjung ke
kuburan. mengingat mati itu penting, dan di antara mengingat mati adalah ziarah kubur, Rasulullah
saw. menganjurkan berziarah dengan tujuan untuk mengingat mati. Di antara hikmah dari ziarah
kubur ini antara lain seperti berikut:
1. Mengingat kematian.
2. Dapat bersikap zuhud (menjauhkan diri dari sifat keduniawian).
3. Selalu ingin berbuat baik sebagai bekal kelak di alam kubur dan hari akhir.
4. Mendoakan si mayat yang muslim agar diampuni dosanya dan diberi kesejahteraan di
akhirat.
Apabila kita mau berziarah kubur, sebaiknya perhatikan adab atau etika berziarah kubur,
yaitu seperti berikut :
1. Ketika mau berziarah, niatkan dengan ikhlas karena Allah Swt., tunduk hati dan
merasa diawasi oleh Allah Swt.
2. Sesampai di pintu kuburan, ucapkan salam sebagaimana yang diajarkan oleh
3. Tidak banyak bicara mengenai urusan dunia di atas kuburan.
4. Berdoa untuk ampunan dan kesejahteraan si mayat di alam barzah dan akhirat kelak.
5. Diusahakan tidak berjalan melangkahi kuburan atau menduduki nisan (tanda
kuburan).
M
ATERI III
. SHALAT FARDHU
A.Pengertian Shalat
Secara bahasa, kata sholat berasal dari bahasa Arab yang berarti do‟a, sedangkan menurut
istilah, sholat didefinisikan sebagai suatu bentuk peribadatan dalam bentuk rangkaian kegiatan yang
dimulai dengan takbiratul ikram dan diakhiri dengan mengucapkan salam.
Sholat merupakan cara menyembah Allah yang telah ada sejak sebelum diutusnya nabi
terakhir, Muhammad shallallahu „alayhi wa sallam. Hanya saja, berkat rahmat Allah ta‟ala
Rasulullah diberi wahyu untuk memperbaharui syariat sholat yang telah diturunkan pada rasul-rasul
sebelumnya. Sepertinya dalam Surah Maryam ayat 55 dalam terjemahnya :
Artinya: “Dan dia (Ismail) menyuruh keluarganya untuk melaksanakan sholat dan zakat, dan
ia adalah seorang yang diridloi disisi Tuhan-Nya”
Syariat sholat fardhu pun disempurnakan saat Allah turunkan wahyu kepada Nabi Muhammad dalam
peristiwa Isra dan Mi‟raj, yang terjadi sekitar 18 bulan sebelum peristiwa hijrah. Dalam peristiwa
tersebut Rasulullah shallallahu „alayhi wa sallam diperintahkan untuk menegakan sholat lima
waktu.
Bahwasanya Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda: “loteng rumahku terbuka
saat aku berada di Makkah, kemudian Jibril turun. Ia memegang tanganku dan mengangkatku ke
langit. Kemudian Allah memfardhukan sholat 50 waktu pada ummatku, maka aku kembali lagi, dan
Dia (Allah) berfirman: “sholat 5 waktu itulah (pahalanya sama dengan) sholat 50 waktu, tidak akan
tergantikan lagi pernyataanku””.
Sejak saat itulah sholat wajib atau fardhu yang lima waktu sehari semalam difardhukan bagi
umat Nabi Muhammad shallallahu „alaihi wasallam. Adapun waktunya ialah shubuh, dzuhur, ashar,
maghrib, dan isya. sholat lima waktu tersebut pahalanya sama seperti sholat 50 waktu, terlebih jika
dilakukan di masjid secara berjamaah bagi laki-laki dan di rumah bagi perempuan, akan dikalikan 27
kali lipat
B. Kedudukan sholat dalam Islam Sholat adalah kewajiban utama
Pengertian sholat fardhu adalah kewajiban paling utama setelah dua kalimat syahadat dan
merupakan salah satu rukun islam. Seperti yang sudah dituliskan sebelumnya, kedudukan sholat
masuk dalam rukun Islam (HR Muslim 106). Rukun berarti hal yang mutlak wajib dilakukan, dan
jika tidak dikerjakan maka tidak ada yang bisa membantu menggugurkan rukun tersebut. Pentingnya
ibadah ini, para ulama sejak dahulu banyak yang berselisih tentang keislaman orang yang
meninggalkan sholat dengan sengaja, padahal ia mampu melaksanakannya. Ada ulama terdahulu
yang mengkafirkan pelakunya, ada juga yang memasukannya kepada dosa besar yang amat besar.
Sholat merupakan pembeda antara muslim dan kafir
Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda :
“Sesungguhnya batasan antara seseorang dengan kekafiran dan kesyirikan adalah sholat.
Barangsiapa meninggalkan sholat, maka ia kafir” (HR Muslim no. 978.)
Salah seorang tabi‟in bernama Abdullah bin Syaqiq rahimahullah berkata, “Dulu para
shahabat Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam tidaklah pernah menganggap suatu amal
yang apabila ditinggalkan menyebabkan kafir kecuali sholat.” (HR Tirmidzi).
Sholat penyebab tegaknya agama seseorang
Sholat adalah tiang agama dan agama seseorang tidak tegak kecuali dengan menegakkan sholat.
Diriwayatkan dari Mu‟adz bin Jabal, Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
”Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah sholat.”(HR.
Tirmidzi no. 2825. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani).
Amalan yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat
Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali
akan dihisab pada hari kiamat adalah sholatnya. Apabila sholatnya baik, dia akan
mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila sholatnya rusak, dia akan menyesal
dan merugi. Jika ada yang kurang dari sholat wajibnya, Allah Tabaroka wa
Ta‟ala mengatakan,‟Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan sholat
sunnah?‟ Maka sholat sunnah tersebut akan menyempurnakan sholat wajibnya yang kurang.
Begitu juga amalan lainnya seperti itu.” (HR. Abu Daud. Hadits ini dikatakan shohih oleh
Syaikh Al Albani).