Anda di halaman 1dari 9

SIFAT FISIK BATUAN RESERVOIR.

a. Porositas
Porositas didefinisikan sebagai suatu ukuran yang menunjukkan besar
rongga dalam batuan atau perbandingan volume pori-pori batuan (pore volume)
terhadap volume batuan total (bulk volume), yang secara matematis dituliskan
dengan persamaan :
V p V b −V g
f= = ´ 100 %
Vb Vb
dimana :
 = porositas, persen
Vp = volume pori-pori batuan
Vb = volume batuan total
Vg = volume butiran.
Menurut proses terbentuknya, porositas dibedakan menjadi dua, yaitu :
 Porositas primer, adalah porositas yang terjadi bersamaan dengan proses
pengendapan batuan.
 Porositas sekunder, adalah porositas yang terjadi setelah proses
pengendapan batuan, seperti akibat proses pelarutan atau rekahan.
Sedangkan ditinjau dari sudut teknik reservoir, porositas dibedakan menjadi dua,
yaitu :
 Porositas absolut ( pori-pori yang tidak saling berhubungan, k = 0 )
adalah perbandingan volume seluruh pori-pori batuan terhadap volume
batuan total, yang dituliskan dengan persamaan :
Volume seluruh pori  pori
a   100%
Volume batuan total
 Porositas efektif, adalah perbandingan volume pori-pori batuan yang
berhubungan terhadap volume batuan total, yang dituliskan dengan
persamaan :
Volume pori yang berhubungan
 ef   100%
Volume batuan total

1
b. Saturasi Fluida
Saturasi fluida batuan didefinisikan sebagai perbandingan antara volume
pori-pori batuan yang ditempati oleh suatu fluida tertentu dengan volume pori-
pori total pada suatu batuan berpori.

2
Volumeporiyangdiisifluida,cc
Sf =
Volumeporitotal,cc
dimana :
Sf = saturasi fluida.
Sedangkan saturasi untuk masing-masing fluida adalah :
Volume pori yangdiisimin yak ,V o
S o=
Volume poritotal ,V p
Volume pori yang diisi gas, V g
Sg 
Volume pori total , V p

Volume pori yang diisi air , Vw


Sw 
Volume pori total , Vp

dimana :
So = saturasi minyak
Sg = saturasi gas
Sw = saturasi air.
Bila pori-pori batuan reservoir terisi oleh minyak, air dan gas, maka
berlaku hubungan :
So  S g  S w  1

c. Permeabilitas
Permeabilitas didefinisikan sebagai suatu besaran yang menunjukkan
kemampuan batuan berpori untuk meloloskan suatu fluida.
Q.μ. L
K=
A .( P1−P 2 ) ..................................................................................

3
Q (cm /sec ) . μ (centipoise ) .  L (cm)
k (darcy )=
A ( sq .cm) . ( P1 −P2 ) (atm )
Dimana :
Q = laju slir fluida, cc/det
k = permeabilitas, darcy
µ = viskositas, cp

3
dP/dL = gradient tekanan dalam arah aliran, atm/cm
A = luas penampang, cm2
L = panjang core, cm
Besaran permeabilitas satu darcy didefinisikan sebagai permeabilitas yang
melewatkan fluida dengan viskositas 1 centipoises dengan kecepatan alir 1 cc/det
melalui suatu penampang dengan luas 1 cm2 dengan penurunan tekanan 1
atm/cm.
Persamaan Darcy berlaku pada kondisi :
1. Alirannya mantap (steady state)
2. Fluida yang mengalir satu fasa
3. Viskositas fluida yang mengalir konstan
4. Kondisi aliran isothermal
5. Formasinya homogen dan arah alirannya horizontal
6. Fluidanya incompressible
Pori-pori batuan reservoir umumnya terisi oleh lebih dari satu macam fluida,
sehingga permeabilitas dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Permeabilitas absolut, kabs adalah permeabilitas dimana fluida yang mengalir
didalamnya adalah satu fasa dan harganya tidak tergantung dari macam fluida
yang mengalir.
2. Permeabilitas efektif, keff adalah permeabilitas dimana fluida yang mengalir
didalamnya lebih dari satu macam, misalnya minyak dan air, air dan gas, gas
dan minyak, atau ketiganya mengalir bersama-sama.
3. Permeabilitas relatif, krel adalah perbandingan permeabilitas efektif terhadap
permeabilitas absolut.
k eff
k rel =
k abs

Permeabilitas relatif reservoir terbagi berdasarkan jenis fasanya, sehingga


didalam reservoir akan terdapat Permeabilitas relatif air (Krw), Permeabilitas
relatif minyak (Kro), Permeabilitas relatif gas (Krg) dimana persamaannya adalah:

4
a. Permeabilitas relatif air
kw
k rw =
k abs
b. Permeabilitas relaitf minyak
ko
k ro =
k abs
c. Permeabilitas relatif gas
kg
k rg =
k abs
Dimana :
Krw = permeabilitas relatif air
Kro = permeabilitas relaitf minyak
Krg = permeabilitas relatif gas

Permeabilitas Relatif
Dalam penggunaan hukum Darcy dianggap bahwa permeabilitas adalah
sifat fisik batuan yang konstan, tidak terpengaruh oleh keadaan fluida yang sedang
mengalir melewati pori-pori. Hal ini benar jika batuan tersebut sedang dialiri oleh
satu fasa fluida. Dalam keadaan demikian, permeabilitas batuan yang ditunjukkan
oleh hukum Darcy tersebut disebut dengan permeabilitas absolut. Jika terdapat
dua fluida yang mengalir bersama-sama, misalnya minyak dan air, maka tiap
fluida yang sedang mengalir tersebut mempunyai permeabilitas sendiri-sendiri,
yang dalam hal ini disebut dengan permeabilitas efektif. Jumlah permeabilitas
efektif selalu lebih kecil dari permeabilitas absolute. Permeabilitas efektif
tergantung pada saturasi masing-masing fluida. Makin tinggi saturasi fluida
makin tinggi pula permeabilitas efektif batuan terhadap fluida tersebut. Hal ini
ditunjukkan oleh gambar berikut. Gambar tersebut menunjukkan permeabilitas
efektif minyak dan air sebagai fungsi saturasi air dengan catatan S = 1 – S .
o w

5
Gambar permeabilitas efektif minyak dan air sebagai fungsi saturasi air

Tinjau kurva permeabilitas efektif untuk air. Dua titik pada kurva tersebut segera
dikenali. Pada S =S , saturasi water connate atau saturasi air irreducible, air
w wc
tidak mengalir dan k = 0 dan pada S = 1 batuan tersaturasi seluruhnya oleh air
w w
sehingga k = k, yaitu permeabilitas absolute. Demikian pula untuk minyak. Pada
w
S = 0 (S = 1) maka k = k dan pada saat saturasi minyak menuruna ke S ,
w o o or
saturasi minyak residual, maka ada minyak yang dapat mengalir sehingga k = 0.
o
Di antara kedua titik batas ini, maka mengalir minyak dan air dengan masing-
masing k dan k tertentu. Bentuk kurva permeabilitas terhadap saturasi tersebut
o w
tergantung pada wettability yang akan menentukan fluida mana apakah minyak
atau air yang lebih tertarik oleh batuan.

d. Derajat Kebasahan (Wetabilitas)


Wetabilitas adalah kemampuan batuan untuk dibasahi oleh fasa fluida, jika
diberikan dua fluida yang tak saling campur (immisible).
Adapun keadaan yang terjadi pada wattability adalah:
 Wetting phase dan Non wetting phase

6
 Wetting phase fluida (yang membasahi permukaan)
adalah Fasa fluida pembasah biasanya akan dengan mudah
membasahi permukaan batuan, akan tetapi karena adanya gaya tarik
menarik antara batuan dan fluida, fasa pembasah akan mengisi ke
pori pori yang lebih kecil dahulu dari batuan berpori. Fasa fluida
pembasah umumnya sangat sukar bergerak dalam reservoir
hidrokarbon.
 NonWetting Phase Fluida (yang dibasahi oleh
Permukaan) : sukar membasahi permukaan batuan. Dengan adannya
gaya repulsive (tolak) antar batuan dan fluida menyebabkan Non –
Wetting Phase Fluid umumnya sangat mudah bergerak.

 Batuan reservoir water wet dan oil wet

Dari gambar di atas , bila θ < 90o batuan reservoir dikatakan sebagai
‘water wet’, sedangkan bila θ > 90o batuan disebut ‘oil wet’. Jadi
Wettability ditentukan oleh sudut kontak.

 Imbibisi, Drainage dan Histerisis

Drainage
Pc

Imbibisi

Swc 1-Sor 100 %


Sw ( % Volume Pori)

7
Hubungan antara proses imbibisi dan drainage terhadap tekanan kapiler batuan
 Imbibisi.
Imbibisi karena ada pendesakan HC oleh air / aquifer ketika proses
produksi, suatu fenomena dimana fasa pembasahnya semakin meningkat.
Imbibisi adalah proses aliran fluida dimana saturasi fasa pembasah (water)
meningkat sedangkan saturasi non - wetting phase (oil) menurun.
Mobilitas phase pembasah meningkat seiring dengan meningkatnya
saturasi fasa pembasah.
 Drainage
Drainage karena ada pendesakan air oleh HC pada awal akumulasi HC.
Drainage adalah proses kebalikan dari imbisisi, dimana saturasi fasa
pembasah menurun dan saturasi non wetting phase meningkat
 Histerisis
Histerisis adalah perbedaan sudut kontak antara kedua proses aliran
(imbibisi dan drainage) dimana sudut kontak pada proses imbibisi lebih
besar dibandingkan proses drainage.

e. Resistiviti
Resistiviti didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu material untuk
menghantarkan arus listrik, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
r×A
ρ=
L
Dimana :
ρ = resistiviti fluida didalam batuan, ohm-m
r = tahanan, ohm
A = luas area konduktor, m2
L = panjang konduktor, m

8
f. Tekanan Kapiler
Tekanan kapiler pada batuan berpori didefinisikan sebagai perbedaan tekanan
antara fluida yang membasahi batuan dengan fluida yang bersifat tidak
membasahi batuan jika didalam batuan tersebut terdapat dua atau lebih fasa fluida
yang tidak bercampur dalam kondisi statis. Secara matematis dapat dilihat bahwa :
Pc  Pnw  Pw
Dimana :
Pc = Tekanan kapiler, dyne/cm2
Pnw = Tekanan pada permukaan fluida non wetting phase, dyne/cm2
Pw = Tekanan pada permukaan fluida wetting phase, dyne/cm2

g. Kompresibilitas
Goertsma (1957) memberikan tiga macam konsep mengenai
kompresibilitas batuan, yaitu :
1. Kompresibilitas matrik batuan, adalah fraksi perubahan volume butiran
terhadap satuan perubahan tekanan.
2. Kompresibilitas bulk batuan, adalah fraksi perubahan volume bulk batuan
terhadap satuan perubahan tekanan.
3. Kompresibilitas pori-pori batuan, adalah fraksi perubahan volume pori-pori
batuan terhadap satuan perubahan tekanan.
Perubahan volume bulk batuan dinyatakan sebagai kompresibilitas (C r), yang
ditulis dengan persamaan berikut :
1 Vr
Cr 
Vr P
dimana :
Vr = volume bulk batuan
P = tekanan hidrostatik fluida dalam batuan.

Anda mungkin juga menyukai