Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga penyusunan makalah ini dapat
diselesaikan. Makalah ini kami susun sebagai tugas dari mata kuliah Hukum
Internasional dengan tema Hukum 2 Diplomatik dan Konsuler.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …………………………………………….
….... 3
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………….
…….... 4
BAB II KONSEP
2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Diplomatik
…………………………… 6
2.2 Pengertian Hukum Konsuler
………………………………………………… 7
2.3 Fungsi perwakilan diplomatik dan perwakilan konsuler
………………………. 7
2.4 Sumber Hukum Material dari Hukum Diplomatik dan Hukum Konsuler
…….. 9
2.5 Kekebalan dan Keistimewaan perwakilan diplomatic
………………………… 10
2.6 Kekebalan dan Keistimewaan Perwakilan Konsuler
………………………….. 12
2.7 Persona grata dan Persona non grata
………………………………………….. 14
2.8 Berakhirnya Tugas / fungsi Diplomatik dan Konsuler
…………………………. 15
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Kasus pembunuhan Kim Jong Nam ……………….............
……...................... 16
PENDAHULUAN
Dalam kasus pembunuhan Kim Jong Nam pada Februari lalu, hubungan
diplomatik antara Malaysia dengan Korea Utara pun menjadi tegang. Hal ini
disebabkan karena penolakan pihak Malaysia untuk dilakukannya penyelidikan
bersama dengan Korea Utara mengenai kasus pembunuhan ini. Ditambah lagi
dengan adanya Persona non grata yang dilakukan oleh pihak Malaysia terhadap
duta besar Korea Utara di Kuala Lumpur. Hal ini juga ditanggapi dengan sikap
Korea Utara yang melakukan ‘penyanderaan’ terhadap 11 warga negara Malaysia
termasuk didalamnya yaitu pejabat konsuler, staff diplomatik beserta keluarganya
yang ada di Korea Utara. Sikap yang dilakukan oleh pemerintah Korea Utara
termasuk sikap yang melanggar hukum diplomatic mengenai hak-hak kekebalan
dan keistimewaan yang diberikan kepada perwakilan diplomatic dan konsuler
beserta staffnya yang tercantum didalam konvensi Wina 1961 dan 1963. Maka
dari itu, dalam penulisan makalah ini penulis akan membahas dan memberikan
analisa terhadap sikap yang dilakukan dari kedua pihak yaitu Malaysia dan Korea
Utara terkait kasus pembunuhan Kim Jong Nam yang terjadi di Kuala Lumpur,
Malaysia.
5. Memberi bantuan dan pertolongan pada warga negara pengirim yang ada
di negara penerima baik pada individunya maupun pada badan usaha milik
mereka.
2.4 Sumber Hukum Material dari Hukum Diplomatik dan Hukum Konsuler
Konvensi wina tahun 1961 mengatur tentang pokok-pokok pikiran sebagai berikut
:
Bedasarkan konvensi Wina tahun 1961 menjelaskan baik duta besar maupun
anggota staff diplomat tidak dapat diganggu gugat dalam arti mereka tidak dapat
dikenakan penahanan dalam bentuk apapun. Negara penerima haruslah
memperlakukan mereka “dengan segala hormat” dan “mengambil langkah-
langkah seperlunya guna mencegah timbulnya serangan baik terhadap perorangan,
kemerdekaan maupun kehormatannya”. Para diplomat juga menikmati
sepenuhnya kekebalan terhadap yuridiksi pidana (criminal) dari negara penerima.
Dengan beberapa pengecualian, kekebalan terhadap yuridiksi perdata dan
administrasi juga diberikan oleh negara penerima, tetapi bukan kekebalan
yuridiksi dari negara pengirim. Kekebalan ini juga didapatkan oleh para keluarga
dan staff diplomatiknya.
b) Bebas dari alat-alat paksaan, baik soal perdata maupun soal pidana.
d) Bebas dari semua pajak langsung, kecuali pajak tanah, retribusi, dan
bea materai.
2. Kekebalan kantor perwakilan dan rumah kediaman
b) Gedung-gedung Konsuler
c) Pajak
Persona grata adalah suatu istilah yang jika suatu negara telah menyetujui
pembukaan hubungan diplomatik dengan negara lain melalui suatu instrument
atas dasar timbal balik dan asas saling menyetujui. Negara-negara tersebut sudah
harus memikirkan pembukaan suatu perwakilan diplomatic dan penyusunan
anggota perwakilan tersebut baik dalam tingkatannya maupun jumlah anggota
staff perwakilan yang telah disetujui bersama atas dasar asas yang wajar dan
pantas. Pengangkatan anggota staff diplomatic pada umumnya tidak memerlukan
persetujuan dari negara penerima, negara pengirim hanya perlu mengirimkan
nota-nota yang berisi tentang identitas staff diplomatic mengenai nama,
kedudukan, pangkat diplomatiknya, anggota keluarganya dan tanggal
kedatangannya. Kecuali pada pengangkatan duta besar dan atase pertahanan yang
memerlukan persetujuan setelah melewati beberapa prosedur yang telah
ditentukan untuk memangku jabatan-jabatan tersebut dari negara penerima yang
disebut Persona grata.
Persona non grata adalah suatu istilah yang jika suatu negara melakukan
penolakan terhadap calon perwakilan diplomatik dari negara pengirim. Karena
suatu negara berhak untuk melakukan suatu penolakan seperti itu dengan berbagai
alasan logis yang membuat wakil diplomatic itu tidak disetujui oleh negara
penerima. Pada dasarnya penolakan yang dilakukan oleh negara penerima tidak
perlu memberikan alasan apapun, begitu juga bagi negara pengirim yang tidak
perlu untuk menanyakan alasan penolakan yang dilakukan oleh negara penerima
sesuai tercantum dalam konvensi Wina pasal 4(1) mengenai hubungan diplomatik.
Dan juga pada pasal 9(1) hal ini dijelaskan lebih luas lagi yaitu mengenai
penolakan bukan hanya pada duta besar tapi juga kepada seorang anggota staff
diplomatik dan staff lainnya. Dalam hal ini, negara pengirim wajib untuk menarik
perwakilan diplomatiknya yang bersangkutan baik sebelum perwakilan tersebut
tiba di negara penerima maupun setelah tiba dinegara penerima. Setelah
perwakilan diplomatiknya dideklarasikan persona non grata.
2.8 Berakhirnya Tugas / fungsi Diplomatik dan Konsuler
PEMBAHASAN
3.1 Kasus pembunuhan Kim Jong Nam (Kakak tiri pemerintah Korea Utara) di
Kuala Lumpur, Malaysia bedasarkan tinjauan hukum diplomatik antara Malaysia-
korea utara
Penjelasan Kasus
Dalam kasus ini penulis melakukan peninjauan hukum internasional
bedasarkan sikap Korea Utara yang ‘menyandera’ warga negara Malaysia di
Korea Utara untuk pulang ke negara asalnya. Warga negara Malaysia ini termasuk
perwakilan Konsuler Malaysia, staff diplomatic beserta keluarganya. Hal ini
dikarenakan penolakan perdana mentri Malaysia Najib Razak atas permintaan
Korea Utara yang meminta penyelidikan kasus Kim Jong Nam dilakukan
bersama. Serta penolakan Malaysia untuk dipulangkannya jasad Kim Jong Nam
ke Korea Utara karena pihak Malaysia akan melakukan pemeriksaan dan otopsi
guna penyelidikan kasus pembunuhan ini.
Terdapat hal lain juga dalam kasus ini, yaitu diplomat senior Korea Utara
(Korut) yang tengah diburu otoritas Malaysia terkait kematian Kim Jong-Nam,
terekam CCTV Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) pada hari kejadian,
13 Februari. Diplomat ini mengantarkan 4 pria Korut lainnya yang juga buron
dalam kasus ini, kabur ke luar negeri. Diplomat senior Korut itu diidentifikasi
sebagai Hyon Kwang-Song (44) dan diketahui menjabat Sekretaris Kedua pada
Kedutaan Besar Korut di Kuala Lumpur. Selain Kwang-Song, satu lagi warga
Korut bernama Kim Uk-Il (37) yang berprofesi sebagai staf maskapai Korut, Air
Koryo, juga masuk daftar buronan otoritas Malaysia terkait kematian Jong-Nam.
Keduanya diyakini saat ini masih berada di wilayah Malaysia. Namun pihak
kepolisian Malaysia tidak dapat serta merta melakukan pemeriksaan terhadap
salah satu staff diplomatik Korea Utara itu, pihak kepolisian Malaysia akan
meminta izin terlebih dahulu lewat kedutaan besar Korea Utara untuk melakukan
pemeriksaan terhadap orang yang diduga tersangka dalam kasus pembunuhan ini
yang salah satunya adalah staff diplomatik Korea Utara.(CNN Indonesia,
http://www.cnnindonesia.com/internasional/20170221170826-106-195065/polisi-
bidik-diplomat-korut-dalam-kasus-kim-jong-nam, Akses 6 April 2017)
Dalam kasus ini, penulis akan menganalisa 2 hal. Yang pertama mengenai
sikap Korea Utara dalam memperlakukan perwakilan diplomatik Malaysia di
negaranya. Dalam konvensi wina 1961 pasal 29 sampai 32 tentang kekebalan dan
keistimmewaan perwakilan diplomatik dan staff diplomatik, dan pada konvensi
Wina 1963 pasal 28 sampai dengan 57 mengenai kekebalan dan keistimewaan
perwakilan konsuler dan anggota konsuler lainnya menjelaskan baik duta besar
maupun anggota staff diplomat tidak dapat diganggu gugat dalam arti mereka
tidak dapat dikenakan penahanan dalam bentuk apapun. Dalam hal ini, pihak
Korea Utara telah melanggar pasal dalam Konvensi Wina 1961 dan 1963 tentang
hak Kekebalan dan Keistimewaan seorang perwakilan diplomatik, perwakilan
konsuler beserta staff dan keluarganya dengan melakukan “penyanderaan” 11
warga negara Malaysia yang diantaranya terdapat pewakilan konsuler dan staff
diplomatik serta keluarganya.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Mauna, Boer. Hukum Internasional Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era
Dinamika Global. Bandung: PT. Alumni. 2005.
http://www.cnnindonesia.com/internasional/20170221103143-106-194923/pm-
malaysia-tolak-selidiki-kasus-kim-jong-nam-bersama-korut/ (Diakses pada
tanggal 6 April 2017 pukul 10.20)
http://www.cnnindonesia.com/internasional/20170221170826-106-195065/polisi-
bidik-diplomat-korut-dalam-kasus-kim-jong-nam/ (Diakses pada tanggal 6 April
2017 pukul 10.30)
http://www.cnnindonesia.com/internasional/20170221054049-106-
194871/malaysia-tak-terima-dituding-korut-ini-penghinaan/ (Diakses pada
tanggal 6 April 2017 pukul 10.40)
https://news.detik.com/internasional/d-3430098/kasus-kim-jong-nam-diplomat-
korut-antarkan-4-buron-yang-kabur (Diakses pada tanggal 6 April 2017 pukul
10.45)
http://m.metrotvnews.com/internasional/asia/Dkqjo9eK-sempat-ditahan-9-warga-
malaysia-diizinkan-pulang-oleh-korut (Diakses pada tanggal 6 April 2017 pukul
10.50)
https://news.detik.com/berita/d-3438430/malaysia-usir-duta-besar-korea-utara-
kang-chol (Diakses pada tanggal 6 April 2017 pukul 11.00).