Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fisiologi merupakan ilmu yang mempelajari fungsi normal tubuh dengan beberapa gejala yang
ada pada sistem hidup, serta pengaturan atas segala fungsi dalam sistem tersebut,sehingga dalam
makalah ini kami dari kelompok IV membahas sistem endokrin.
Sistem endokrin dapat dijumpai pada semua golongan hewan, baik vertebrata maupun
invertebrata. Sistem endokrin (hormon) dari sistem saraf secara bersama lebih dikenal sebagai
super sistem neuroendokrin yang bekerja sama secara kooperatif untuk menyelenggarakan
fungsi kendali dan koordinasi pada tubuh hewan. Pada umumnya, sistem endokrin bekerja untuk
mengendalikan berbagai fungsi fisiologi tubuh, antara lain aktivitas metabolisme, pertumbuhan,
reproduksi, regulasi osmotik, dan regulasi ionik.
Kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu digolongkan bersama dibawah nama organ endokrin,
sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan kelenjar melalui satu saluran, tetapi langsung
masuk ke dalam darahyang beredar di dalam kelenjar. Kata “endokrin” berasal dari bahasa
Yunani yang berarti “sekresi ke dalam”; zat aktif utama dari sekresi internal ini disebut hormon,
dari kata Yunani yang berarti “merangsang”. Beberapa dari organ endokrin menghasilkan satu
hormon tunggal,sedangkan yang lain lagi dua atau beberapa jenis hormon: misalnya kelenjar
hipofisis menghasilkan beberapa jenis hormon yang mengendalikan kegiatan banyak organ lain,
karena itulah maka kelenjar hipofisis dilukiskan sebagai ”kelenjar pemimpin tubuh”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan sistem endokrin? ( Rabiatul Adawiyah dr rumusan 1 – 4 )
2. Apakah fungsi sistem endokrin secara umum? 
3. Bagaimana fisiologi sistem endokrin?
4. Bagaimana karakteristik dari sistem endokrin tersebut?
5. Apakah yang dimaksud dengan hormon? ( Sirri Hayati dr rumusan 5 – 8)
6. Bagaimana klasifikasi, fungsi, dan sipat hormon?
7. Bagaimana struktur dasar hormon secara kimiawi?
8. Bagaimanakah mekanisme aksi hormon berlangsung?
9. Bagaimanakah sistem endokrin pada Invertebrata? ( M. Fachmi )
10. Bagaimanakah sistem endokrin pada Vertebrata? ( Irma Prihartina )

1.3 Batasan Masalah


“ Makalah ini cukup dibatasi dengan rumusan masalah yang telah kami buat .”

1.4 Tujuan
“Dengan adanya makalah tentang sistem endokrin ini diharapkan kita lebih dapat memahami
tentang endokrin itu sendiri sekaligus untuk menambah wawasan yang akan menunjang
pengetahuan kita dalam mempelajari fisiologi hewan. ”

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Endokrin


Sistem endokrin adalah sistem yang berfungsi untuk memproduksi hormon yang mengatur
aktivitas tubuh. Terdiri atas kelenjar tiroid, kelenjar hipofisa/putuitari, kelenjar pankreas,
kelenjar kelamin, kelenjar suprarenal, kelenjar paratiroid dan kelenjar buntu.

2.2 Fungsi Sistem Endokrin secara Umum


Sistem endokrin disebut juga sistem kelenjer buntu,yaitu kelenjar yang tidak mempunyai saluran
khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret dari kelenjer endokrin dinamakan hormon.
Hormon berperan penting untuk mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh hewan, antara lain
aktivitas pertumbuhan,reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi, serta koordinasi
tubuh. 
Tabel aktivutas tubuh yang dikendalikan oleh hormon dan jenis hormon yang
mengendalikannya.

Pencernaan dan fungsi metabolik yang terkait.


• Sekretin, gasterin, insulin, glukagon, noradrenalin, tiroksin, dan hormon dari kortes adrenal.
Osmoregulasi, pengeluaran, dan metabolisme air serta garam.
• Prolaktin, vasopresin, aldosteron.
Metabolisme kalsium:
• Hormon pada teroid, kalsitonin.
Pertumbuhan dan perubahan morfologis;
• Hormon pertumbuhan, androgen dari korteks adrenal
• Tiroksin (untuk metamorfosis amfibi)
• MSH (perubahan warna amfibi)
Organ dan proses reproduksi
• FSH,LH, estrogen, progesteron, prolaktin, dan testosteron

Sistem endokrin hampir selalu bekerja sama dgn sistem saraf, namun cara kerjanya dalam
menganadlikan aktivitas tubuh berbeda dari sistem saraf. Ada dua perbedaan cara kerja antara
kedua sistem tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dibandingkan dengan sistem saraf, sistem endokrin lebih banyak bekerja melalaui teransmisi
kimia.
2. Sistem endokrin memperlihatkan waktu respon lebih lambat dari pada sisitem saraf. Pada
sistem saraf, potensial aksi akan bekerja sempurna hanya dalam waktu 1-5 mili detik, tetapi kerja
endokrin melalui hormon baru akan sempurna dalam wakru yang sangat bervariasi, berkisar
antara beberapa menit hingga beberapa jam. Hormon adrenalin bekerja hanya dalam waktu
singkat, namun hormon pertumbuhan dalam waktu yang sangat lama. Dibawah kenali hormon
endokrin ( menggunkan hormon pertumbuhan), proses pertumbuhan memerlukan waktu hingga
puluhan tahun untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang sempurna.
Agar dapat memeperlihatkan efek hayatinya. Hormon dari kelenjar endokrin harus dapat sampai
organ sasaran. Organ sasaran yaitu organ yang memiliki reseptor khusus untuk hormon yang
sesuai dan merupakan tempat yang tepat bagi suatu hormon untuk memperlihatkan efek
hayatinya. Organ sasarn hormon sering kali terletak dilokasi yang jauh dari hormon tersebut
dihasilkan. Gagasan yang merupakan konsep tentang mekanisme kerja hormon yang klasik ini
dilukiskan pada gambar 5.1

Gagasan klasik tentang organ dan fungsi endokrin kini telah berubah. Saat ini telah di ketahui
bahwa untuk memperlihatkan pengaruh hormon tidak harus melewati sistem sirkulasi. Contoh
yan baik untuk hormon ini adalah histamin yang bekerja untuk mengontrol sekresi asam pada
lambung verteberata misalny pada sapi.apabila ransangan mempengaruhi sel master (mast cells)
dan sel parietal pada lambung, sel-sel tersebut akan mengeluarkan histamin, yang selanjutnya
akan merangsang pengeluaran asam lambung. Dalam contoh tersebut tampak bahwa hormon
berpengaruh terhadap sel sasaran yang terletak disekitar sel penghasil histamin. Jadi, hormon
tersebut bekerja secara lokal. Aksi hormon lokal semacam ini disebut kontrol atau kendali
prakrin.gambar 5.2

Kadang-kadang, senyawa kimia yang dikeluarkan oleh suatu sel akan memengaruhi sel itu
sendiri. Peristiwa semacam ini dikenal denagn istilah kontrol/ kendali autokrin. Contoh senyawa
kimia semacam ini ialah prostaglandin dan faktor perrtumbuhan yang mirip insulin. Adanya
sistem kendali neuroendokrin, parakrin, dan autokrin sudah tentu akan mengaburkan definisi
dan konsep khas yang klasik mengenai cara kerja endokrin dan hormon. 
Sel-sel poenyusun endokrin dapat dibedakan menjadi dua yaitu sel neurosekretori dan sel
endokrin sejati.sel nuurosekretori adalah sel yang berbentuk seperti sel saraf, tetapi berfungsi
sebagai penghasil hormon. Contoh sel saraf pada hipotalamus. Sel tersebut memperlihatkan
fungsi edokrin sehingga dapat juga disebut sebagai sel neuroendokrin sesungguhnya, semua sel
yang dapat menghasilkan sekret disebut sebgai sel sekretori. Oleh karna itu, sel saraf yang
terdapat pada hipotalamus disebuut sel neurosekretori.
Sel endokrin sejati disebut juga sel endokrin klasik, yaitu sel endokrin yang benar-benar
berfungsi sebagai penghasil hormon, tidak memiliki bentuk seperti sel saraf. Kelenjar endokrin
sejati melepaskan hormon yang dihasilkan secara langsung kedalam darah ( cairan tubuh).
Kelenjar endokrin sejati dapat ditemukan pada hewan yang memepunyai sistem sirkulasi, baik
invertebrata maupun vertebrata. Hewan invertebrata yang sering menjadi objek studi sistem
endokrin yaitu insekta, krustasea, cephalopoda, dan moluska. Kelenjar endokrin dpat berupa sel
tunggal atau berupa organ multi sel. 
Neurosekresi tampaknya merupakan mekanisme pengaturan tubuh secara kimia yang paling
primitif, namun pada hewan tingkat tinggi pun mekanisme tersebut ternyata tetap fungsional.
Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya mekanisme neusekresi pada semua hewan, mulai
dari hewan tingkat rendah (ccontohnya hidra) hingga hewan tingkat tinggi, termasuk manusia.
Hormon neuroseketori seperti yang terdpat pada hipotalamus akan melepaskan hormon
(neurohormon) yang dihasilkannya ke sirkulasi darah, dan selanjutnya dibawa ke sel sasaran.
Kadang-kadang, hormon yang dihasilkan oleh selneurosekretori tidak langsung dilepaskan
kedalam darah, tetapi disimpan terlebih dahulu dalam sel atau organ neurohemal intuk
sementara waktu. Hormon tersebut akan dilepaskan kedalam darah pada saat tubuh
memerlukannya. Organ neurohemal ialah organ yan gberfunsi sebagai tempat penyimpanan
semnetara dan pelepasan hormon (neurohormon) yang di hasilkan oleh sel neurosekretori. 
2.3 Fisiologi Sistem Endokrin
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi
tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh.
Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik
tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari
saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini
sebagian diambil alih oleh sistem saraf.Bila sistem endokrin umumnya bekerja melalui hormon,
maka sistem saraf bekerja melalui neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.

2.4 Karakteristik Sistem Endokrin


Hormon bekerja dalam sistem umpan balik, yang memungkinkan tubuh untuk dipertahankan
dalam situasi lingkungan optimal. Hormon mengontrol laju aktivitas selular.Hormon tidak
mengawali perubahan biokimia, hormon hanya mempengaruhi sel-sel yang mengandung
reseptor yang sesuai, yang melakukan fungsi spesifik.
Hormon mempunyai fungsi dependen dan interdependen. Pelepasan hormon dari satu kelenjar
sering merangsang pelepasan hormon dari kelenjar lainnya. Hormon secara konstan di
reactivated oleh hepar atau mekanisme lain dan diekskresi oleh ginjal.
2.5 Pengertian Hormon
Hormon (dari bahasa Yunani, όρμή: horman - "yang menggerakkan") adalah pembawa pesan
kimiawi antarsel atau antarkelompok sel. Semua organisme multiselular, termasuk tumbuhan
(lihat artikel hormon tumbuhan), memproduksi hormon.
Pada hewan, hormon yang paling dikenal adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar endokrin
vertebrata. Walaupun demikian, hormon dihasilkan oleh hampir semua sistem organ dan jenis
jaringan pada tubuh hewan. Molekul hormon dilepaskan langsung ke aliran darah, walaupun ada
juga jenis hormon - yang disebut ektohormon (ectohormone) - yang tidak langsung dialirkan ke
aliran darah, melainkan melalui sirkulasi atau difusi ke sel target.
2.6 Klasifikasi, Fungsi dan Sipat Hormon
Berdasarkan hakikat kimianya hormon dapat di klasifikasikan menjadi tiga yaitu, hormon
peptida dan protein, steroid,dan turunan tirosin.
Tabel klasifikasi hormon pada vertebrata berdasarkan struktur dan hakikat kimianya
Steroid Peptida dan protein besar Tururnan tirosin
Peptida Protein besar 
Testosteron
Estrogen
Progesteron
Kortikosteroid
Vitamin D-3 Hormon hefotalamus
Angiotensi
Somatostatin
Gastrin
Sekretin
Glukagona
Kalsitonin
Insulin
paratohormon Hormon pertumbuhan
Prolaktin 
LH
FSH
TSH Katekolamin, meliputi: noradrenalin 
Adrenallin 
Hormon teroid, meliputi: tiroksin (T4)
Triiodotironin (T3)

Selain berbagai hormon yang telah disebutkan diatas, terdapat sejumlah zat kimia yang
menyerupai hormon. Zat kimia lain yang kerjanya menyerupai hormon antara lain bradikinin,
eritropuitin, histamin, kinin, rinin, postaglandin, dan hormon thymic. Hormon thymic adalah
hormon dari keleenjar timus (thymus) yang berperan memengaruhi perkembangan sel limposit B
menjadi sel plasma, yaitu sel penghasil anti bodi. Diduga, hormon thymic juga mempengaruhi
sekresi hormon reproduktif dari hepotisis.
Bradikinin merupakan suatu polipeptida yang dihasilkan olah kelanjar yang sedang aktif
contohnya kelenjar keringat dan kelenjar ludah pada saat aktif. Bradikinin bekerja sebagai
vasodilator kuat yangn dapat meningkatkan aliran darah lokal secara signifikan sehingga
merangsang pengeluaran keringat dan air ludah dalm jumlah lebih banyak. Vasodilator yaitu
senyawa yanng menyebabkan pembuluh darah membesar/melebar.
Eritropuitin merupakan glikoprotein yang proses sistesisnya melibatkan hati dan ginjal.
Pembentukan eritropuitin dirangasang oleh rendahnya kadar oksigen dalam darah atau jaringan,
conntohnya pada saat tubuh kita sedang giat beraktivitas (misalnya sedang berolahraga).
Selanjutnya, eritropuitin akan merangsang pusat pembentukan sel darah di sum-sum tulang
sehingga tubuh akan menghasilakan sel darah merah dalam jumlah yang lebih banyak. Hal ini
akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan jumlah oksigen yang diangkut oleh darah.
Berbagai senyawa kimia seperti prostaglandin, eritripuitin, histamin, kinin, dan renin dapat
disistesis secara luas oleh berbagai jaringan atau organ yang sebenernya tidak berfungsi sebagai
organ endokrin. Misalnya, ginjal mampu menyentesis renin dan eritropuitin. Senyawa kimia
yang mirip hormon semacam itu secara bersama-sama disebut sebagai hormon jaringan.
Selain hormon jaringan, terdapat juga feromon. Feromon adalah suatu senyawa kimia spesifik
yang dilepaskan olah hewan kelingkungannya dan dapat menimbulkan respons perkembangan,
atau respon reproduktif. Senyawa kimia tersebut sangat bermanfaat bagi hewan dalam berbagai
hal, antara lain untuk memberikan daya tarik seksual, menanadai daerah kekuasaan, mengenali
individu lain dalam spesies yang sama, dan berperan penting dalam sinkronisasi siklus seksual.
Semua hormon umumnya memperlihatkan adanya kesamaan sifat. Bebrapa sifat yang umum
diperhatikan oleh hormon ialah sebagai berikut.
1. Hormon polipeptida biasanya disintesis dalam bentuk prekursor yang belum aktif ( disebut
sebagai prohormon), contohnya proinsulin.prohormon memiliki rantai yang lebih panjang dari
pada aktifnya.
2. Sejumlah hormon dapat berfungsi dalam konsentrasi yang sangat rendah dan sebagai hormon
berumur pendek.
3. Beberapa jenis hormon ( misalnya adrenalin ) dapat segara bereaksi dangan sel sasaran,
sedangkan hormon yang lain ( contohnya estrogen dan tiroksin) bereaksi secara lambat.
Adrenalin bereaksi dengan sel sasaran hanya dalam waktu beberapa detik, sedangkan estrogen
dan tiroksin memerlukan waktu beberapa jam sampai beberapa hari.
4. Pada sel sasaran, hormon akan berikatan dengan resptornya.
5. Hormon kadang-kadang memerlukan pembawa pesan kedua. 
2.7 Struktur Dasar Hormon Secara Kimiawi
1. Derivat asam amino : dikeluarkan oleh sel kelenjar buntu yang berasal dari jaringan nervus
medulla suprarenal dan neurohipofise, contoh epinefrin dan norepinefrin. Amina: hormon
sederhana ini merupakan variasi susunan asam amino tirosin. Kelompok ini meliputi tiroksin
dari kelenjar tiroid, epinefrin dan norepinefrin dari medula adrenal
2. Petide /derivat peptide : dibuat oleh kelenjar buntuyang berasal dari jaringan alat pencernaan.
Protein: hormon ini merupakan rantai asam amino.Insulin dari pankreas, hormon pertumbuhan
dari kelenjar hipofisis anterior, kalsitonin dari kelenjar tiroid semuanya merupakan
protein.Rantai pendek asam amino disebut peptida. Hormon antidiuretik dan oksitosin yang
disintesis oleh hipotalamus, merupakan hormon peptida.
3. Steroid : dibuat oleh kelenjar buntu yang berasal darimesotelium, contoh hormon testes,
ovarium dan kortekssuprarenal. Steroid: kolesterol merupakan prekursor hormon steroid, yang
meliputi kortisol dan aldosteron dari korteks adrenal, estrogen dan progesteron dari ovarium,
dan testosteron dari testis.
2.8 Mekanisme Aksi Hormon
Pada bagian terdahulu telah di bicarakan bahwa untuk dapar memperlihatkan epek biologis,
suatu hormon harus berintraksi dengan sel sasaran melalui reseptor khusus bagi hormon
tersebut. Reseptor khusus ini di sebut reseptor hormon. Interaksi hormon dengan sel sasaran
biasanya terjadi melalaui pembentukkan kompleks hormon-reseptor. Reseptor hormon pada sel
sasaran umumnya beberapa molekul protein besar dengan bentuk tiga dimensi yang unik.
Reseptor tersebut hanya akan berkaitan dengan hormon tertentu atau analognya, yaitu senyawa
lain yang mempunyai gugus fungsional sangat mirip dengan gugus fungsional hormon yang di
maksud.
Khususan kerja hormon dapat diketahui dari kenyataan bahwa suatu jenis hormon hanya dapat
mempengaruhi sel tertentu. Kemampuan suatu hormon mempengaruhi sel sasaran ditentukan
oleh keberadaan reseptor khusus untuk hormon tersebut pada sel. Apabila tidak memiliki
reseptor khusus untuk suatu jenis hormone, suatu sel tidak akan tanggap terhadap hormon yang
dimaksud, sekalipun hormon tersebut ada di dekatnya. Pernyataan tersebut dapat digunakan
untuk memberikan penjelasan atas pernyataan “Mengapa hormon yang ada dalam sirkulasi
darah hanya mempengaruhi sel-sel tertentu saja walaupun hormon tersenbut beredar di seluruh
cairan tubuh”
Reseptor Hormon pada Membran
Reseptor untuk hormone pada suatu sel dapat terletak pada membran atau sitoplasma. Reseptor
hormon yang terdapat pada mambran biasanya merupakan reseptor untuk hormon protein atau
peptida. Contoh jenis hormon ini dapat dilihat pada tabel klsifikasi.
Apabila sudah sampai di dekat sel sasaran, hormon akan segera berikatan dengan reseptornya
dan membentuk kompleks hormon-reseptor. Pembentukan ikatan hormon-reseptor terjadi
melalui mekanisme yang serupa dengan penggabungan antara anak kunci dan gemboknya.
Kompleks hormon-reseptor selanjutnya akan memicu serangkain reaksi biokimia yang
menimbulkan tanggapan hayati (lihat gambar 5.3)
Pada gambar 5.3 diperlihatkan bahwa dalam rangkaian reaksi tersebut, mula-mula terjadi
aktivitas protein-G yang terdapat dalam mambran. Protein-G merupakan suatu senyawa trimer
yaitu molekul khusus yang terdiri atas tiga subunit. Salah satu dari tiga subunit protein tersebut
pada saat istirahat berikatan dengan guanosin difosfat (GDP) aktivitas protein-G oleh kompleks
hormon-reseptor menyebabkan fosforilasi GDP menjadi guanine trifosfat (GTP). Hal ini akan
mengubah konformasi protein-G dan menguraikan menjadi subunit penyusunnya. Subunit
protein yang mengikat GTP akan mengaktivitas enzim adenil siklase yang terdapat pada
mambran. Selanjutnya, GTP segera di ubah kembali menjadi GDP oleh pengaktifan GTP-ase
protein-G. akibatnya protein-G kembali ke bentuk semula. Hal ini akan mengaktifkan beberapa
molekul adenil siklase sehingga melepaskan gugus fosfat dari ATP dan terbentuklah AMP siklik
(c-AMP, lihat pada gambar 5.3) .Fungsi c-AMP dalam peristiwa yang di tunjukkan pada gambar
5.3 tersebut adalah menganktifkan protein kinase. Setelah melaksanakan fungsinya, c-AMP akan
diubah menjadi AMP oleh enzim fosfodiesterase, sedangkan protein kinase aktif akan
memfosforilasi protein pengatur inaktif sehingga berubah menjadi protein pengatur aktif. Proses
ini merupakan fosforilasi tahap paling akhir yang akan menimbulkan tanggapan sel terhadap
hormon. 
Tanggapan hayati seperti apa yang akan terjadi pada sel tersebut? Pada uraian diatas. Telah di
jelaskan bahwa fosforilasi akan dapat mengubah konformasi protein pengatur inaktif menjadi
aktif dan mengubah konpormasi protein. Seandainya protein yang berubah itu adalah pintu
untuk ion, keadaan akan berubah, misalnya dari keadaan tertutup menjadi terbuka. Seandainya
pintu ion yang yang terbuka itu adalah pintu ion Ca2+ sejumlah ion Ca2+ akan dapat melewati
mambran. Ion Ca2+ yang melewati mambran tersebut akan bergerak dari luar kedalam sel. Jadi,
tanggapan hayati yang timbul dalam contoh ini adalah peningkatan konsentrasi kalsium di
dalam sel. Apabila hal tersebut terjadi pada mambran presinaps maka peristiwa yang akan terjadi
selanjutnya ialah pengeluaran sejumlah neurotransmitter ke celah sinaps. 
Berikut adalah contoh beberapa peristiwa yang dapat diubah oleh hormon dengan cara kerja
seperti di atas. 
a. perubahan aktivitas enzim : perubahan aktivitas enzim memungkinkan proses metabolisme
tertentu dapat terselenggara atau terhenti.
b. Pengaktifan mekanisme transpor aktif : proses transpor aktif sangat penting bagi sel untuk
memasukkan atau mengeluarkan suatu zat.
c. Aktivitas pembentukan mikrotubulus : perubahan aktivitas pembentukan mikrotubulus dapat
memengaruhi berbagai peristiwa yang tergantung padanya antara lain penggerakan ameba dan
mitosis sel. 
d. Pengubahan aktivitas metabolisme DNA : pengubahan aktivitas metabolisme DNA dapat
memengaruhi proses pertumbuhan atau pembelahan sel. 
Reseptor Hormon pada Sitoplasma ( Reseptor Sitosolik )
Reseptor sitosolik merupakan reseptor hormon yang terdapat dalam sitoplasma sel sasaran.
Hormon yang menggunakan reseptor sitosolik ialah hormone steroid dan hormon turunan asam
amino. Hormon tersebut sangat mudah larut dalam lipid sahingga mudah melewati mambran sel
sasaran. Diperkirakan, hormon tersebut sampai pada sel sasaran dalam keadaan berikatan
dengan beberapa jenis molekul pengemban. 
Selama dalam peredaran darah ke seluruh tubuh, hormon selalu berikatan dengan
pengembannya. Pada suatu saat, hormon akan terlepas dari molekul pengemban dan masuk ke
sel sasaran. Dalam sitoplasma sel sasaran, hormon berkombinasi dengan reseptor yang aktif.
Kompleks tersebut mempunyai daya gabung (afinitas) yang sangat tinggi terhadap DNA sehingga
setelah masuk ke inti akan segera berkombinasi dengan DNA. Hal ini lah yang mengawali
transkripsi DNA. Tempat pembentukan ikatan kompleks hormon-reseptor pada DNA tidak
diketahui dengan pasti, tetapi diduga terjadi pada bagian DNA yang disebut daerah promoter
akan merangsang gen tertentu untuk aktif (on) atau pasif (off). 
2.9 Sistem Endokrin pada Invertebrata
Sejumlah invertebrate tidak mempunyai organ khhusus untuk sekresi hormon sehingga
sekresinya dilaksakan oleh sel neurosekretori. Jadi,sel neurosekretori tampaknya merupakan
sumber hormon utama pada invertebrata. Sel neurosekretori dapat ditemukan pada semua
Metazoa hewan bersel banyak antara lain Koelenterata, Platihelmintes, Annelida, Nematoda dan
Moluska.
1. Koelenterata
Contoh hewan dari golongan ini adalah hydra (hydra).hidra mempunyai sejumlah sel yang
mampu menghasilkan senyawa kimia yang berperan dalam proses reproduksi,pembuahan,dan
regenerasi.apabila kepala hydra di potong,sisa tubuhnya akan mengeluarkan molekul peptida
yang disebut activator kepala.zat tersebut menyebabkan sisa tubuh hydra dapat membentuk
mulut dan tentakel,dan selanjutnya membentuk daerah kepala.
2. Platihelmintes
Hewan ini dapat menghasilkan hormon yang berperan penting dalam proses
regenerasi.diduga,hormon yang di hasilkan tersebut juga terlibat dalam regulasi osmotik dan
ionik,serta dalam proses reproduksi.
3. Nematoda
Sejumlah nematoda dapat mengalami ganti kulit(molting)hingga empat empat kali dalam siklus
hidupnya.hewan ini mempunyai struktur khusus yang berfungsi untuk sekresi
neurohormon,yang berkaitan erat dengan sistem saraf. Struktur khusus tersebutterdapat pada
ganglion di daerah kepala dan beberapa di antaranya terdapat pada korda saraf.
4. Annelida
Sejumlah annelida seperti poliseta (misalnya neris),oligoseta(misalnya lumbricus),dan
hirudinae(misalnya lintah) sudah memperlihatkan adanya derajat sefalisasi yang memadai. Otak
hewan tersebut memiliki sejumlah besar sel saraf yang berfungsi sebagai sel sekretori.hewan ini
juga telah memiliki system sirkulasi yang berkembang sangat baik sehingga kebutuhan untuk
menyelenggarakan system kendali endokrin dapat terpenuhi.sistem endokrin annelida berkaitan
erat dengan aktivitas pertumbuhan, perkembangan,regenerasi,dan reproduksi.
Contoh yang baik untuk hal tersebut ialah perubahan bentuk cacing poliseta dewasa,yang dikenal
dengan istilah epitoki.epitoki ialah perubahan sejumlah ruas tubuh menjadi struktur
reproduktif.dalam proses tersebut ,beberapa ruas tubuh annelida yang mengalami perubahan
bentuk akan terlepas dari tubuh utamanya, dan berkembang menjadi organisme hidup
bebas.epitoki di kendalikan oleh system neuroendokrin.hormon yang dilepaskan bersifat
menghambat epitoki sehingga epitoki hanya akan berlansung pada saat kadar hormon tersebut
rendah.cara kerja hormone ini tidak di ketahui secara jelas, tetapi diduga sekresinya di atur oleh
factor lingkugan.
5. Moluska
Moluska (terutama siput)mempunyai sejumlah besar sel neuroendokrin yang terletak pada
ganglia penyusun system saraf pusat. Hewan ini juga memiliki organ endokrin klasik.senyawa
yang dilepaskan menyerupai protein dan berperan penting dalam mengendalikan
osmoregulasi,pertumbuhan,serta reproduksi.
Reproduksi pada muluska sangat rumit karena hewan ini bersipat hommoprodit (gamet jantan
dan betina terdapat dalam satu tubuh). Beberapa sepesies hewan dari kelompok ini bersipat
protandri. Pada hewan yang bersipat protandri, gamet jantan terbentuk labih dahulu dari pada
gamet betina. Pada hewan ini di temukan adanya hormone yang merangsang pelepasan telur dari
gonad dan pengeluaran telur dari tubuh. Pada Cephalopoda, hewan yang tidak bersipat
hermaprodit,proses preproduksi di kendalikan
Oleh endokrin.dalam hal ini,organ endokrin kalalsik(terutama kelenjar optik) diduga memilki
peran yang sangat penting. Kelenjar optik diduga menyekresi beberapa hormon yang diperlukan
untuk perkembangan sperma dan telur.
6. Krustasea
Seperti halnya invertebrate lain,sistim indoktrin pada krustasea umumnya berupa system
neuroendokrin,meskipun mempunyai organ endokrin klasik. Pungsi tubuh yang dikendalikan
oleh sistem endokrin antara lain osmoregulasi,laju denyut jantung,komposisi
darah,pertumbuhan,dan pergantian kulit . Sistem kendali endokrin yang berkembang paling baik
dapat ditemukan pada Malakostra (antara lain ketam,lobster/udang besar,dan udang)
Organ neuroendokrin krustasea (lihat gambar 5.4) ter dapat pada tiga daerah utama yaiu sebagi
berikut .
A. .Kompleks kelenjar sinus.organ ini kadang-kadang disebut kompleks golongan kepala dan
lobus optik ad tangkai mata .
B. Organ post- komisural.organ ini juga menerima akson dari otak dan berakhir pada awal
esofogus.
C. Organ perikardial : organ ini terletak sangat dekat dengan jantung danmenerima akson dari
ganglion toraks.
Krustasea memiliki jumlah kecil sel endokrin klasik,yaitu organ Y dan kelenjar mandibula. Organ
Y merupakan sepasang kelenjar yang terletak di daerah dada(toraks),tepat nya pada luas maksila
(rahang atas) atau ruas antena.Hormon dari kelenjar Y diduga memengaruhi
prosesmolting.kelanjar mandibula terletak di dekat organ Y dan di duga memeliki pungsi
endokrin juga.Krustasea juga mempunyai kelenjar androgenik yang diyakini berperan dalam
perkembangan testis dan produksi seperma.

Salah satu proses pada krustasea yang dikendalikan oleh system endokrin ialah pengubahan
warna kulit. Krutasea mampu menerima rangsang berupa warna latar belakang mereka, yang
mendorong meereka untuk menyesuaikan warna tubuh nya dengan warna itu.dengan cara
demikian,krustasea dapat terhindar dari perhatian musuh nya .
Kemampuan untuk mengubah warna yang di miliki suatu spesies dapat berbeda dari sepesies lain
nya.beberapa hewan hany adapat mengubah warna kulit dan terng ke gelap,sementara hewan
yang lain dapat menanggapi beraneka warna latar belakang. Perubahan warna kulit krustasea
dipengaruhi oleh penyebaran pigmen yang tedapat dalam kromatofor (sel pembawa pigmen).
Kromatopor pada umum nya terdapat pada sel kulit luar tubuh,tetepi dapat juga terletak pada
organ yang lebih dalam.fungsi kromatopor dapat diubah oleh sejumlah hormon,misalnya
hormon peptide yang di hasilkan oleh kompleks kelenjar sinus.hormon ini menyebabkan pigmen
menumpul atau menyebar. Hormon yang di lepaskan oleh prikardial juga di anggapdapat
memengaruhi fungsi kromatopor.
7. Insecta
Pada sistem saraf insekta terdapat tiga kelompok sel neuroendokrin yang utama : 
a. sel neurosekretori medialis. Kelompok sel ini memiliki akson yang membentang hingga ke
korpora kardiaka. Korpora kardiaka ialah sepansang organ yang berpungsi sebagai tempat
penyimpanan dan pelepasan neurohormon
b. sel neurosekretori lateralis. Kelompok sel ini juga memiliki akson yang membentang hingga ke
korpora kardiaka
c. sel neurosekretori subesofageal. Kelompok sel neurosekretori ini terdapat pada bagian di
bawah kerongkongan dan memiliki akson yang membentang ke korpora alata.

2.10 Sistem Endokrin pada Vertebrata

Berbeda dengan invertebrata, sistem endokrin pada vertebrata terutama sekali tersusun atas
berbagai organ endokrin klasik. Sistem endokrin vertebrata dapat dibedakan menjadi 3
kelompok kelenjar utama yaitu hipotalamus, hipofisis atau pituitari, dan kelenjar endokrin tepi.
Pada vertebrata , sistem syaraf memberikan pengaruh yang sangat jelas terhadap sistem
endokrin. Berbagai organ endokrin tepi pada vertebrata bekerja di bawah kendali kelenjar
pituitari bagian depan ( anterior ) yang merupakan salah satu organ endokrin pusat. Pituitari
anterior bekerja dibawah pengaruh hipotalamus, yang kerjanya dipengaruhi oleh syaraf.
Hifotalamus dan Pituitari
Hifotalamus dan pituitari merupakan organ endokrin pusat yang dimilki hewan vertebrata.
Hipotalamus merupakan bagian otak vertebrata yang terletak di bawah talamus dan berperan
dalam mempertemukan sistem saraf dan endokrin. Talamus adalah kumpulan sel syaraf yang
terletak di bagian tengah otak vertebrata. Hifotalamus berfungsi untuk mengendalikan kelenjar
pituitari, sementara pituitari juga berfungsi mengendalikan kelenjar endokrin lainnya. Oleh
karena itu hipotalamus disebut sebagai kelenjar induk.Hormon yang dikeluarkan oleh
hipotalamus akan dibawa ke pituitari ada dua jenis hormon dari hipotalamus yaitu hormon yang
dilepaskan ke pituitari depan dan hormon yang dilepas ke pituitari belakang. Hormon yang
dilepas ke pituitari belakang akan dilepas melalui akson plasma yang membentang dari
hipotalamus hingga ke bagian tersebut . Kelenjar pituitari belakang disebut daerah
neurondokrinal karena pada daerah ini banyak ditemukan juluran saraf dari sel neurosekretori,
yang badan selnya terletak di hipotalamus. Oleh karena itu pituitari belakang disebut juga
neurohipofisis. Dari neurohipofisis hormon dari hipotalamus akan langsung dilepas ke sirkulasi
melalui ujung akson. Hormon hipotalamus yang dilepas di pituitari belakang ialah hormon ADH
dan oksitosin. ADH sangat penting untuk mengendalikan penyerapan air di saluran ginjal
sedangkan oksitosin berperan merangsang kontraksi otot polos pada dinding rahim dan kelenjar
susu. ADH dan oksitosin merupakan hormon dari golongan peptida. Pada semua vertebrata dapat
ditemukan peptida yang memiliki efek hayati serupa dengan ADH dan oksitosin tetapi susunan
asam aminonya berbeda. Hormon penting lain yang dikeluarkan oleh hipotalamu yaitu hormon
pelepas ( releasing hormon, RH ) dan hormon penghambat (Release inhibiting hormon, RIH .
Kedua jenis hormon tersebut dilepas dari ujung akson sel neurosekretori di hipotalamus ke
kapiler darah di dekatnya. Dari hipotalamus, RH, RIH dibawa oleh darah ke pituitari depan yang
juga disebut adenohipofisis.
RH bekerja untuk mempengaruhi pelepasan hormon dari pituitari depan. Hormon dari pituitari
depan selanjutnya akan mempengaruhi pengeluaran hormon dari kelenjar lain yang merupakan
kelenjat tepi, sebaliknya RIH menghambat pelepasan hormon dari pituitari depan. Hormon –
hormon yang dihasilkan dari hipotalamus dan pituitari beserta fungsinya masing – masing dapat
dipelajari dari gambar 5.7
Hormon pertumbuahn merangsang pertumbuhan tub uh pada semua hewan dan berpengaruh
pada metabolisme karbohidrat, lipid dan protein. Hormon ini juga merangsang hati untuk
melepaskan somatomedin, yang dapat merangsang mitosis dalam jaringan tulang. TRH
merangsang kelenjar tiroid untuk menyekresikan hormon tiroksin dan tirodotiromin yang dapat
mengendalikan laju metabolisme pada mamalia dan metamorfosis pada amfibi.
Organ Endokrin Tepi
Organ endokrin tepi adalah semua organ endokrin diluar hipotalamus dan pituitari. Semakin
hari semakin banyak ditemukan organ endokrin baru pada vertebrata. Saat ini banyak diketahui
jantung juga mampu menghasilkan hormon yang disebut ANP. Hormon tersebut berkaitan erat
dengan pengaturan ion natrium diginjal.
Hampir semua aktivitas dalam tubuh hewan dipengaruhi oleh hormon. Aktivitas tersebut
meliputi proses pencernaan, peredaran darah, pengeluaran, osmoregulasi. Dalam mengatur
aktivitas tubuh sistem endokrin biasanya bekerjasama dengan sistem saraf
Contoh kerja hormon dalam mengatur kadar kalsium dan gula darah manusia. Keseimbangan
kalsium dalam darah manusia dapat dicapai melalui kerjasama antara hormon paratiroid dan
kalsitonin. Keseimbangan kadar kalsium yang normal sangat penting karena akan
mempengaruhi kemamapuan saraf dan otot untuk menerima rangsang, pembekuan darah,
permeabilitas membran sel, serta fungsi normal enzim tertentu. Sebagai contoh hipokalsemia
( keadaan yang ditandai dengan kadar kalsium dalam darah yang rendah )akan meningkatkan
kepekaan saraf beberapa kali lipat sehingga dapat menimbulkan kejang otot. 

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem endokrin dan sistem saraf bekerja sama secara kooperatif untuk mengatur aktivitas dalam
tubuh hewan, dengan cara menghasilkan hormon yang kan mempengaruhi sel sasaran. Hormon
dapat dihasilkan oleh organ endokrin sejati atapun oleh neurosekretori. Hormon dapat
diklasifikasi menjadi 3 yaitu steroid,peptida, dan turunan tirosin.
Timbulnya tanggapan hayati pada sel target akibat rangsang hormon relatif lebih lambat jika
dibandingkan dengan tanggapan yang timbul akibat rangsang saraf. Hormon mempengaruhi sel
target secara spesifik. Pengaruh tersebut berkaitan erat dengan adanya reseptor hormon pada sel
target yang sesuai dengan hormon tetentu. Reseptor hormon ada yang terdapat di membran sel.
Sistem endokrin pada invertebrata masih sederhana dan organ endokrin yang dimiliknya pada
umunya berupa organ neuroendokrin. Sedangkan sistem endokrin pada vertebrata sangat
kompleks. Organ endokrin yang dimiliki vertebrata pada umumnya berupa organ endokrin
klasik terdiri atas organ endokrin pusat dan tepi.

3.2 Saran
Tidak ada kata sempurna yang pantas untuk segala hal di dunia, begitu juga dengan makalah
yang telah kami susun, oleh karena itu bagi pihak terkait kami mengharapkan kritik dan saran
guna perbaikan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat. Amiin.

Anda mungkin juga menyukai