Anda di halaman 1dari 8

ANUGRA INDAH/09220200031

Rangkuman Materi

DIKSI ATAU PILIHAN KATA


1. Pengertian
Kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin
disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai
rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Mencakup pengertian kata-kata mana yang
dipakai untuk menyampaikan sesuatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata
yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik
digunakan dalam suatu situasi. (Gorys Keraf. 2006. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta)
Pemilihan kata; pilihan kata; bagaimana kata dipilih untuk digunakan. (Dr. R Kunjana Rahardi,
M.Hum. PENERBIT ERLANGGA)
2. Syarat syarat ketepatan diksi
Beberapa persyaratan ketepatan diksi adalah :
a) Membedakan secara cermat denotasi dari konotasi
b) Membedakan dengan cermat kata kata yang hamper bersinonim
c) Membedakan kata kata yang mirip dalam ejaan nya kata kata yang mirip di dalam tulisan
misalnya:bahwa-bawah,interferensi-inferensi,karton-kartun,preposisi-proposisi,koperasi,dan
sebagai nya.
d) Hindari kata kata ciptaan sendiri
e) Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing,terutama kata kata asing yang mengandung
akhiran seperti:favorable-favorit,idiom-idiomatik,progress-progresif,kultur-kultural,dan sebagai
nya.Kata kerja yang menggunakan kata depan harus di gunakan secara idiomatic
f) Untuk menjamin ketepatan diksi,penulis harus membedakan kata umum dan kata khusus
g) Mempergunakan kata kata indra yang menunjukan persepsi yang khusus
h) Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata kata yang sudah di kenal
i) Memperhatikan kelangsungan pilihan kata
3. Kata konotatif dan denotative
Konotatif adalah makna kiasan atau makna yang timbul setelah disusun dalam kalimat
Denotative adalah makna kata yang sesuai dengan makna yang sebenarnya, objektif atau sesuai
dengan makna kamus.
4. Kata konkret dan kata abstrak
Kata-kaata konkret adalah kata kata yang menunjukan pada objek yang dapat di pilih,di
dengar,di rasakan ,di raba dan di cium.kata kata kongret lebih mudah di pahami dari pada kata kata
abstrak.
Kata abtrak menunjuk pada konsep atau gagasan dan sering di pakai untuk mengungkapkan
gagasan yang cenderung rumit.kata kata abstrak lazim di gunakan untuk membuat persuasi dan atau
argumentasi.
5. Kata umum dan kata khusus
Kata umum di pertentangkan dengan kata khusus harus di bedakan dari kata denotatif dan
konotatif.kata konotatif di bedakan berdasarkan makna nya,yaitu apakah ada makna tambahan atau
nilai rasa yang ada pada sebuah kata.kata umum dan kata khusus di bedakan berdasarkan luas tidak
cakupan makna yang di kandung.
Kata khusus di bagi menjadi dua yaitu :
a) Nama diri
Pada umum nya,semua nama diri adalah istilah yang paling khusus sehingga menggunakan kata
kata tersebut tidak kan menimbulkan salah paham.
b) Daya sugesti kata khusus
Kata kata khusus memberi sugesti yang jauh lebih mendalam.contoh nya:
Gelandangan itu tertatih-tatih sepanjang trotoar itu
Orang miskin itu berjalan-perlahan lahan spenjang trotoar itu.
Kata yang tepat akan jauh lebih efektif,bila di bandingkan dengan pilihan kata yang kurang tepat.
Kata umum di bagi menjadi dua yaitu:
a) Gradasi kata umum
Perbedaan antara kata yang khusus dan umum akan selalu bersifat relatif.sebuah istilah di
anggap khusus bila di pertentangkan dengan istilah yang lain,tetapi akan di anggap umum bila
harus di bandingkan dengan kata yang lain.
b) Kata-kata abstrak
Kata-kata seperti :kepahlawanan,kebajikan,keluhuran,kepercayaan,kebahagiaan,keadilan dan
sebagai nya,akan menimbulkan gagasan yang berlainan pada tiap orang sesuai dengan
pengalaman dan pengertian nya mengenai kata kata itu.
Penggunaan kata umum dan khusus
6. Pembentukan kata
Kata adalah bahasa Indonesia di bentuk melalui proses morfologis dan di luar proses
morfologis.proses morfologis adalah proses pembentukan kata kata dari unit lain yang merupakan
bentuk dasar. Ada 3 cara mebentuk kata melalui proses morfologis yaitu:
a) Afiksasi
Afiksasi adalah proses menambahkan afiks morfem ke bentuk dasar.afiks dapat berubah
awalan,infiks(insert),akhiran,konflik dan stimulfik.contoh nya :
awalan ber-,pe-,peN;berlari,pelari,pembunuh.
Infiks:er,el,em;gemuruh,gemeta,
akhiran: -kan, -i, -isasi, -wan, -man; membaca, melempar, menghutankan kembali, taipan,
gantelmen
konfiks: ke-an, per-an; kemanusiaan, pengobatan, perbuatan.
Simulfiks: lihat, tunjukkan; bertanggung jawab, diperlakuka.

Adapun cara pembentukkan kata diluar proses morfologis yaitu:

1) Akronim
Akronim adalah memendekkan dengan mengambil satu atau lebih kata asal.
Misalnya:
 Krismon ( krisis moneter)
 Sembako ( Sembilan bahan dasar)
 Kultum (kuliah tujuh menit)
 Sisdiknas ( sistem pendidikan nasional)
2) Abreviation
Abreviation adalah dipersingkat dengan mengambil huruf pertama dari setiap kata
awalnya.

Misalnya:

 ABG ( anak baru gede)


 PGSD ( pendidikan guru sekolah dasar)
b) Reduplikasi
Reduplikasi adalah pengulangan bentuk dasar yang dilakukan dengan pengulangan
keseluruhan, pengulangan parsial, pengulangan afiks dengan afiks, pengulangan suara perubahan.
Contoh: rumah, perumahan-perumahan, barat, kebarat-baratan, sayuran, lauk-pauk.
c) Komposisi
Komposisi adalah proses penggabungan dua atau lebih bentuk dasar yang menghasilkan
makna yang relatif baru.
Contoh: restoran, pisang goring, matahari, kumis kucing, lama disewa, pemuda-mudi.
7. Kesalahan pembentukan dan pemilihan kata
Pada bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan-kesalahan pembentukan kata, baik dalam
bahasa lisan maupun dalam bahasa tulis.
a) Penanggalan awalan Me-
Penanggalan pada judul cerita dalam surat kabar diperbolehkan. Namun dalam teks
beritanya awalan me- harus eksplisit. Dibawah ini diperlihatkan bentuk yang salah dan bentuk
yang benar.
Contoh:
1) Amerika serikat luncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (salah)
Amerika serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (benar)
2) Abreviakronim
Abreviakronim adalah kombinasi dari abbreviation dan akronim.
Misalnya:
AKABRI
ANAK- ANAK
3) Kontraksi
Kontraksi adalah memendekkan dengan bentuk penyusutan.
Misalnya: saya pergi – sapi ( dalam bahasa nusa tenggara)
4) Kliping
Kliping adalah memperpendek dengan ngambil bagian-bagian untuk keseluruhan representasi.
Misalnya:
Influenza (Flu )
Professor (prof)
b) Penggalan awalan Ber-
Kata-kata yang berawalan ber- sering mengandalkan awalan ber. Padahal awalan ber harus
dieksplisitkan secara jelas. Berikut ini contoh salah dan benar dalam pemakaian awalan ber.
Contoh:
Sampai jumpa lagi. (salah)
Sampai berjumpa lagi. (benar)
c) Peluluhan bunyi /c/
Kata dasar yang diawali bunyi c sering menjadi luluh apabila mendapat awalan me. Padahal
tidak seperti itu.
Contoh:
Ali sedang menyuci mobil. (slah)
Ali sedang mencuci mobil. (benar)
d) Penyengauan kata dasar
Ada gejala penyengauan bunyi awal kata dasar, penggunaan kata dasar ini sebenarnya
adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam tulis. Akhirnya percampuran antara ragam lisan dan
ragam tulis menimbulkan suatu bentuk kata yang salah dalam pemakaian.
Contoh:
Nyopet, mandang, nulis, dan nabrak. Dalam bahasa Indonesia kita harus menggunakan
kata-kata mencopet, memandang, menulis dan menabrak.
e) Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t// yang tidak luluh
Kata dasar yang awalnya s, k, p, atau t sering tidak luluh jika mendapat awalan me atau pe.
Padahal menurut kaidah buku bunyi-bunyi itu harus lebur menjadi bunyi sengau.
Contoh:
Semua warga negara harus mentaati peraturan yang berlaku. (salah)
Semua warga negara harus menaati peraturan yang berlaku. (benar)
f) Awalan Ke- yang Kelirugunaan
Pada kenyataan sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan ter sering diberi awalan
ke. Hal itu disebabkan oleh kekurang cermatan dalam memilih awalan yang tepat.
Contoh:
Pengendara motor itu meninggal karena ketabrak oleh kereta api (salah)
Pengendara motor itu meninggal karena tertabrak oleh kereta api (benar)

Perlu diketahui bahwa awalan ke hanya dapat menmpel pada kata bilangan. Selain didepan
kata bilangan, awalan ke tidak dapat dipakai kecuali pada kata kekasih, kehendak, dan ketua.

g) Pemakaian kata akhiran –ir


Pemakaian kata akhiran –ir sangat produktif dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-
hari. Padahal dalam bahasa Indonesia baku untuk akhiran –ir adalah asi atau isasi.
Contoh:
Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu (salah)
Saya sanggup mengkoordinasi kegiatan itu (benar)
h) Padanan yang tidak serasi
Terjadi ketika pemakaian bahasa yang kurang cermat memilih padanan yang kurang serasi,
yang muncul dalam kehidupan sehari-hari adalah padanan yang tidak sepadan atau yang tidak
serasi. Hal itu terjadi karena dua kaidah yang berselang, atau yang bergabung dalam sebuah
kalimat.
Contoh:
Karena modal dibank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.
(salah)
Modal dibank terbatas sehingga, tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.
(benar)

i) Pemakaian kata depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap
Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian kata di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan
terhadap sering dipertukarkan.
Contoh:
Putusan dari pada pemerintah itu melegakan hati rakyat. (salah)
Putusan pemerintah itu melegakan hati rakyat. (benar)
j) Pemakaian akronim (singkatan)
Yang dimaksud kata singkatan adalah PLO, UI, dan lain-lain. Sedangkan yang dimaksud
bentuk singkat ialah lab (laboratorium), memo (memorandum) dan lain-lain. Pemakaian akronim
dan singkatan dalam bahasa indonesiakadang-kadang tidak teratur.
k) Penggunaan kesimpulan, keputusan, penalaran, dan pemungkinan
Kata-kata kesimpulan bersaing pemakaiannya dengan kata simpulan; kata keputusan
bersaing pemakaiannya dengan kata putusan; kata pemukiman bersaing pemakaiannya dengan
kata permukiman; kata penalaran bersaing dengan pernalaran.
Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya mengikuti pola yang rapi dan
konsisten. Kalau kita perhatikan dengan seksama, bentukan kata itu memiliki hubungan antara
yang satu dengan yang lain.
Contoh:
Tani, bertani, pertanian
Mukim, bermukim, pemukim, permukiman
l) Penggunaan kata yang hemat
Salah satu pang tidak hemat C(C)emakaian bahasa yang efektif adalah pemakaian bahasa
yang hemat kata, tetapi padat isi. Namun dalam komunikasi sehari-hari sering kita jumpai
pemakaian kata yang tidak hemat (boros).
Contoh:
Boros hemat
Sejak dari sejak atau dari
Agar supaya agar atau supaya
Mempunyai pendirian berpendirian
Mari kita lihat perbandingan pemakaian kata yang hemat dan boros berikut.
1) Apabila suatu reservoir masih mempunyai cadangan minyak, maka diperlukan tenaga dorong
buatan untuk memproduksi minyak lebih besar. (boros, salah)
Apabila suatu reservoir masih mempunyai cadangan minyak, maka diperlukan tenaga dorong
buatan untuk memproduksi minyak lebih besar. (hemat, benar)
2) Untuk mengekplorasi dan mengeksploitasi minyak dan gas bumi dimana sebagai sumber
devisa negara diperlukan tenaga ahli yang terampil di bidang geologi dan perminyakan. (salah)
Untuk mengekplorasi dan mengeksploitasi minyak dan gas bumi yang merupakan sumber
devisa negara diperlukan tenaga ahli yang terampil di bidang geologi dan perminyakan. (benar)
m) Analogi
Didalam dunia olahraga terdapat istilah petinju. Kata petinju berkolerasi dengan kata
bertinju. Kata bertinju berarti orang yang (biasa) bertinju bukan orang yang (biasa) meninju.
Dewasa ini banyak dijumpai banyak kata yang sekelompok dengan petinju, seperti pesilat,
petenis, pesenam, dan lain-lain. Jika dilakukan demikian, akan tercipta bentukan seperti berikut
ini:

Petinju ‘orang yang bertinju’


Pesilat ‘orang yang bersilat’
Petenis ‘orang yang bertenis’
Pesenam ‘orang yang bersenam’
n) Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia
Dalam pemakaian sehari-hari kadang –kadang orang salah menggunakan bentuk jamak
bahasa Indonesiasehingga terjadi bentuk yang rancu atau kacau. Bentuk jamak dalam bahasa
indonesia dilakukan dengan cara sebagai berikut .
1) Bentuk jamak dengan melakukan pengulangan kata yang bersangkutan seperti:
Kuda-kuda
Meja-meja
Buku-buku
2) Bentuk jamak dengan menambah kata bilangan seperti:
Beberapa meja
Sekalian tamu
Semua buku
Dua tempat
Sepuluh computer
3) Bentuk jamak dengan menambahkan kata bantu jamak seperti:
Para tamu
4) Bentuk jamak dengan menggunakan kata ganti orang seperti:
Mereka, kita
Kami, kalian
5) Penggunaan dimana, yang mana, hal mana
Kata dimana tidak dapat dipakai dalam kalimat pernyataan. Kata dimana tersebut harus diganti
dengan yang, bahwa, tempat, dan sebagainya.
Contoh diksi yang salah dalam karya ilmiah (makalah)
 1. Kasus antara…dengan-antara…dan
2. Kasus antara…melawan-antara…dan
3. Kasus di laut maupun di darat-di laut dan di darat
4.Kasus tidak…melainkan-tidak…tetapi
5. Kasus bukan…tetatpi-bukan…melainkan
6. Kasus baik…ataupun-baik…maupun
8. Ungkapan
Ungkapan adalah gabungan dua kata atau lebih yang digunakan seseorang dalam situasi tertentu
untuk menghiasi suatu hal.

Contoh ungkapan:
Banting tulang : kerja keras
Gulung tikar : bangkrut
Angkat kaki : pergi
Naik pitam : marah
Buah bibir : topic pembicaran
Kepala dingin : tenang
Contoh dengan kalimat:
Mereka sudah banyak makan garam dalam hal itu. ( banyak pengalan
Karna ucapan orang itu waluyo naik darah (marah)
Maaf, aku tak sudi kau jadikan aku sebagai kuda tunggang mu. (kau suruh-suruh untuk
kepentingan mu).
9. Bahasa Indonesia yang baku
bahasa Indonesia yang baku adalah ragam bahasa yang mengikuti kaidah bahasa Indonesia,
baik yang menyangkut, menyangkut ejaan, lafal, bentuk kata, stuktur kalimat maupun penggunaan
bahasa.
Fungsi bahasa Indonesia baku
Sebagai pemersatu
Bahasa Indonesia baku mengikat ke bhinekaan rumpun dan bahasa yang ada di Indonesia
dengan mengatasi batas-batas kedaerah.
Fungsi pemersatu ini ditingkatkan melalui usaha memberlalukkan nya sebagai salah satu syarat
atau ciri manusia Indonesia modern.
Sebagai penanda kepribadian
Bahasa Indonesia baku merupakan cirikhas yang membedakan nya dengan bahasa-bahasa
lainnya. Dengan bahasa Indonesia baku kita menyatakan identitas kita.
Contoh penggunaan kata baku dan tidak baku:
BAKU – TIDAK BAKU
Memedulikan – memperdulikan
Memelihara – mempelihara
Memengaruhi – pempengaruhi
Mengreditkan – mengkreditan
Memerdalam – memperdalam
KESIMPULAN
Diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan
sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Diksi berhunbungan dengan hal tulis-menulis,
hal karang-mengarang, serta tutur kata.

Konotatif adalah makna kiasan atau makna yang timbul setelah disusun dalam kalimat denotatif adalah
makna kata yang sesuai dengan makna yang sebenarnya, objektif atau sesuai dengan makna kamus.

Kata-kata konkret adalah kata-kata yang menunjukan pada objek yang dapat dipilih,didengar, dirasakan,
diraba dan dicium. Kata-kata konkret lebih mudah dipahami dari pada kata-kata abstrak.

Kata adalah bahasa indonesia dibentuk memlalui proses morfologis dan diluar proses morfologis. Proses
morfologis adalah proses pembentukan kata-kata dari unit lain yang merupakan bentuk dasar.

Anda mungkin juga menyukai