Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ILHAM RAMADHAN

KELAS : XI IPS

SOSIOLOGI

Dalam memecahkan konflik ada 4 cara yang dapat digunakan yaitu :

1. Mediasi

 Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan melalui proses perundingan


untuk memperoleh Kesepakatan Perdamaian dengan dibantu oleh Mediator. Mediasi
dipilih karena adanya keinginan para pihak untuk menyelesaikan sengketa tanpa saling
merugikan salah satu pihak (win-win solution) dan mempertahankan hubungan bisnis
jangka panjang (long-term relationship). Mediator adalah pihak netral yang membantu
Para Pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai solusi penyelesaian sengketa

 Beberapa pertimbangan mengapa memilih Mediasi LAPSPI untuk menyelesaikan sengketa

1. Mediator LAPSPI mampu membantu menyelesaikan permasalahan para pihak secara


adil, cepat, murah dan efisien.
2. Mediator LAPSPI adalah para profesional di bidang industri perbankan yang
memahami dengan baik dunia perbankan dan mempunyai keahlian mediasi serta
telah mempunyai sertifikat mediator nasional.

Mediasi melalui LAPSPI dilakukan secara tertutup untuk umum sehingga unsur
kerahasiaannya dapat terjaga.

 JENIS SENGKETA YANG DAPAT DIAJUKAN KE MEDIASI LAPSPI


Jenis sengketa yang dapat diselesaikan melalui Mediasi LAPSPI harus memenuhi semua
kriteria tersebut di bawah ini:
1. Merupakan sengketa perdata di bidang Perbankan atau berkaitan dengan bidang
Perbankan;
2. Sengketa mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-undangan
dikuasai sepenuhnya oleh Pihak yang bersengketa;
3. Sengketa yang menurut peraturan perundang-undangan dapat diadakan perdamaian;
4. Sengketa yang telah menempuh upaya musyawarah tetapi Para Pihak tidak berhasil
mencapai perdamaian; dan
5. Antara Pemohon dan Termohon telah terikat dengan Perjanjian Mediasi

 PENDAFTARAN MEDIASI

Mediasi diselenggarakan berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Para Pihak atau
salah satu Pihak kepada LAPSPI. Permohonan diajukan secara tertulis kepada Ketua
LAPSPI, dan dialamatkan ke Kantor LAPSPI.
Permohonan terdiri atas :
Surat permohonan Mediasi yang memuat (Formulir Aplikasi Mediasi-FAM 01….. )
- Nama lengkap dan tempat tinggal atau tempat kedudukan para pihak
- Uraian singkat tentang sengketa
- Isi tuntutan;
Lampiran-lampiran :
- Fotocopy bukti pembayaran atas Biaya Pendaftaran
- Fotocopy Perjanjian Mediasi
- Akta-akta bukti yang diajukan berikut keterangannya
- Fotocopy/salinan dokumen bukti-bukti pendukung

2. Konsiliasi

Konsiliasi adalah penyelesaian perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan


hubungan kerja atau perselisihan antar serikat pekerja hanya dalam satu perusahaan
melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih konsiliator yang netral.
Sesuai dengan Pasal 1 ayat 13 UU PPHI, konsiliasi hanya berwenang menangani
perselisihan kepentingan, perselisihan PHK dan perselisihan antar serikat pekerja.

 syarat menjadi konsiliator 

(-) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa


(-) Warga negara Indonesia
(-) Berumur sekurang-kurangnya 45 tahun
(-) Pendidikan minimal lulusan Strata Satu (S1)
(-) Berbadan sehat menurut surat keterangan dokter
(-) Berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela
(-) Memiliki pengalaman di bidang hubungan industrial sekurang-kurangnya 5 tahun
(-) Menguasai peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan; dan syarat lain
yang ditetapkan oleh Menteri.
 
 Jika mencapai suatu kesepakatan penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui
konsiliasi, maka dibuat perjanjian bersama yang ditandatangani para pihak disaksikan oleh
konsiliator dan didaftar di Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri
 
 Jika kesepakatan tidak tercapai, maka konsiliator mengeluarkan anjuran tertulis. Apabila
ada pihak yang menolak, maka salah satu atau para pihak dapat melanjutkan penyelesaian
perselisihan ke Pengadilan Hubungan Industrial pada pengadilan negeri setempat.

3. Arbitrase

Arbitrase adalah penyelesaian suatu perselisihan kepentingan, dan perselisihan antar


serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan, di luar Pengadilan
Hubungan Industrial melalui kesepakatan tertulis dari para pihak yang berselisih
untuk menyerahkan penyelesaian perselisihan kepada arbiter yang putusannya
mengikat para pihak dan bersifat final. Arbitrase hanya berwenang menangani
perkara perselisihan kepentingan dan perselisihan antar serikat pekerja dalam satu
perusahaan.

Sama seperti konsiliasi, arbitrase baru bisa ditempuh ketika pihak yang berselisih
sudah menuangkan kesepakatan tertulis. Kesepakatan itu tercantum dalam perjanjian
arbitrase yang berisikan nama lengkap dan alamat pihak yang berselisih, pokok-
pokok persoalan yang menjadi perselisihan, jumlah arbiter yang disepakati,
pernyataan tunduk dan menjalankan keputusan arbitrase serta tanggal, tempat dan
tanda tangan para pihak.

Setelah itu, para pihak masih harus membuat sebuah perjanjian tertulis lain, yaitu
perjanjian penunjukan arbiter. Di sini para pihak diberi pilihan antara menunjuk
arbiter tunggal atau beberapa arbiter. Dalam perjanjian penunjukan arbiter ini, salah
satu yang dibahas adalah biaya arbitrase dan honorarium arbiter.

Sebelum memulai persidangan arbitrase, biasanya arbiter berupaya mendamaikan


para pihak. Jika berhasil, maka akan dibuatkan perjanjian bersama yang didaftarkan
ke PHI. Jika gagal, persidangan arbitrase dilanjutkan dengan pemanggilan para saksi.
Produk dari persidangan arbitrase ini adalah putusan arbitrase yang sifatnya final dan
mengikat.

 Yang dapat diangkat sebagai arbiter harus memenuhi syarat sebagai berikut :


(-) Cakap melakukan tindakan hukum
(-) Berumur paling rendah 35 tahun
(-) Tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai dengan
Derajat kedua dengan salah satu pihak bersengketa
(-) Tidak mempunyai kepentingan finansial atau kepentingan lain atas putusan
arbitrase
(-) Memiliki pengalaman serta menguasai secara aktif di bidangnya paling sedikit
15 tahun.
 
 Selain itu, hakim, jaksa, panitera dan pejabat peradilan lainnya tidak dapat
ditunjuk atau diangkat sebagai arbiter dengan alasan agar terjamin adanya
obyektivitas dalam pemeriksaan serta pemberian putusan oleh arbiter atau majelis
arbitrase.

4. Ajudikasi

Ajudikasi adalah penyelesaian konflik melalui lembaga pengadilan, pihak ketiga yang netral
seperti yang disebutkan di atas adalah majelis hakim. Dalam prosesnya, konflik banyak
terselesaikan melalui lembaga pengadilan, baik konflik pidana (yang berhubungan dengan
kejahatan kriminal), konflik perdata (seperti pelanggaran perjanjian), konflik administrasi
negara, konflik internasional, dan sebagainya.

 JENIS SENGKETA YANG DAPAT DIAJUKAN KE ADJUDIKASI LAPSPI


Jenis sengketa yang dapat diselesaikan melalui Adjudikasi LAPSPI harus memenuhi semua kriteria
tersebut di bawah ini:
(-) Merupakan sengketa di bidang Perbankan dan/atau berkaitan dengan bidang Perbankan;
(-) Sengketa mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai
sepenuhnya oleh Pihak yang bersengketa;
(-) Sengketa yang menurut peraturan perundang-undangan dapat diadakan perdamaian;(-) Sengketa
yang telah menempuh upaya Mediasi pada layanan Probono, tetapi Para Pihak tidak berhasil mencapai
perdamaian
(-) Antara Pemohon dan Termohon terikat dengan Perjanjian Adjudikasi
PENDAFTARAN ADJUDIKASI
Adjudikasi diselenggarakan berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Para Pihak atau salah satu
Pihak kepada LAPSPI. Permohonan diajukan secara tertulis kepada Ketua LAPSPI, dan dialamatkan ke
Kantor LAPSPI.
Permohonan terdiri atas :
Surat permohonan Adjudikasi yang memuat : (Formulir Aplikasi Ajudikasi-FAJ.01….. )
- Nama lengkap dan tempat tinggal atau tempat kedudukan para pihak
- Uraian singkat tentang sengketa
- Isi tuntutan;
- Lampiran-lampiran :
- Fotocopy bukti pembayaran atas Biaya Pendaftaran
- Fotocopy Perjanjian Adjudikasi
- Akta-akta bukti yang diajukan berikut keterangannya
- Fotocopy/salinan dokumen bukti-bukti pendukung

Anda mungkin juga menyukai