Anda di halaman 1dari 214

KEWIRAUSAHAN

Oleh Dr. H. Maman Sutarman, M.M.Pd

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Perlunya Wirausaha


Agama samawat yang paling sempurna dimuka bumi ini adalah Agama
Islam (Dinul Islam), Islam senantiasa memberikan petunjuk kepada umat
manusia tentang bidang usaha yang halal dan baik (halalun toyibah), cara
berusaha, dan bagaimana manusia harus mengatur hubungan kerja dengan
sesama mereka supaya memberikan manfaat yang baik bagi kepentingan
bersama dan dapat menciptakan kesejahteraan serta kemakmuran hidup bagi
segenap manusia.
Islam tidak hanya menyuruh manusia bekerja bagi kepentingan dirinya
sendiri secara halalun toyibah, tetapi juga memerintahkan manusia menjalin
hubungan kerja dengan orang lain bagi kepentingan dan keuntungan kehidupan
manusia di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, dalam bidang usaha dan
wiraswasta Islam benar-benar memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas untuk
dapat dijadikan pedoman melakukan usaha dan wiraswasta yang baik.
Selain itu, Islam juga mengatur secara jelas hubungan kerja antara
pemberi kerja dan karyawan atau buruh atau pembantu yang melaksanakan
perintah dari pemberi kerja. Islam juga memberikan petunjuk dengan jelas
masalah utang-piutang antara seseorang dan yang lain dalam melakukan
transaksi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, karena masalah utang-piutang
merupakan hal yang tidak bisa diabaikan dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Oleh karena itu, secara jelas Islam memberikan ketentuannya agar tidak terjadi
perselisihan dan permusuhan akibat utang-piutang. Sesuai firman Allah SWT.
Q.S. Al-Bakarah, 280.
Yang artinya : “Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran,
Maka berilah tangguh sampai Dia berkelapangan dan menyedekahkan
(sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”
Ketentuan Islam yang jelas mengenai bidang jual beli, berbagai bentuk
usaha, utang-piutang, dan hubungan kerja dimaksudkan untuk memberikan
pedoman kepada manusia dalam melakukan aktivitas tersebut guna
menciptakan kehidupan pribadi dan masyarakat yang adil, bermartabat, dan
saling menolong sehingga tercipta kesejahteraan dan kemakmuran bersama.
Islam sebagai agama yang sempurna menjelaskan semua ini secara detail dan
lengkap sehingga manusia tidak memerlukan aturan lain untuk menjalani
bidang-bidang tersebut, kecuali aturan - aturan pelengkap sebagai bukti
autentik yang cara-cara mengurusnya diserahkan kepada manusia sebagai
khalifah dimuka bumi ini. Sesuai dengan firman Allah SWT, yang
berhubungan dengan jual beli Q.S. Al-An`am, 152
Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara
yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah
takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada
seseorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata,
Maka hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu)
[Maksudnya mengatakan yang sebenarnya meskipun merugikan Kerabat
sendiri], dan penuhilah janji Allah [Maksudnya penuhilah segala perintah-
perintah-Nya]. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu
ingat.
Seperti perencana atau plan adalah dokumen yang digunakan sebagai
skema untuk mencapai tujuan, yang harus dipersiapkan oleh umat manusia
sebagai pengusaha. Perencana biasanya mencakup alokasi sumber daya, jadwal,
dan tindakan-tindakan penting lainnya. Perencana dapat dibagi berdasarkan
cakupan, jangka waktu, kekhususan, dan frekuensi penggunaannya.
Berdasarkan cakupannya, rencana dapat dibagi menjadi rencana
strategis dan rencana operasional.
a. Rencana strategis adalah rencana umum yang berlaku di seluruh lapisan
organisasi, serta rencana-rencana untuk mengatur dan mensiasati strategi
organisasi untuk mencapai visi, misi, strategi dan tujuan.
b. Rencana operasional adalah rencana yang mengatur kegiatan sehari-hari
anggota organisasi. Bersipat kegiatan operasional.
Selain berdasarkan cakupannya, rencana itu bisa berdasarkan jangka
waktunya, yaitu rencana jangka panjang, jangka menengah dan rencana jangka
pendek.
a. Rencana jangka panjang umumnya didefinisikan sebagai rencana dengan
jangka waktu maksimal 25 tahun,
b. Rencana jangka menengah umumnya didefinisikan sebagai rencana dengan
jangka waktu maksimal 5 tahun, dan
c. Rencana jangka pendek adalah rencana yang memiliki jangka waktu satu
tahun.
Menurut kekhususannya, rencana dibagi menjadi rencana direksional
dan rencana spesifik.
a. Rencana direksional adalah rencana yang hanya memberikan guidelines
secara umum, tidak mendetail. Misalnya seorang manajer menyuruh
karyawannya untuk "meningkatkan profit 10%." Manajer tidak memberi
tahu apa yang harus dilakukan untuk mencapai 10% itu. Rencana seperti ini
sangat fleksibel, namun tingkat ambiguitasnya tinggi. Sedangkan
b. Rencana spesifik adalah rencana yang secara detail menentukan cara-cara
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Selain menyuruh karyawan
untuk "meningkatkan profit 10%," ia juga memberikan perintah mendetail,
misalnya dengan memperluas pasar, mengurangi biaya, dan lain-lain.
Selanjutnya rencana dibagi berdasarkan frekuensi penggunannya, yaitu
single use atau standing.
a. Single-use plans adalah rencana yang didesain untuk dilaksanakan satu kali
saja. Contohnya adalah "membangun 2 buah sekolah di Indonesia atau
"mencapai penjualan 10.000.000 unit pada tahun 2012." Sedangkan
b. Standing plans adalah rencana yang berjalan selama perusahaan tersebut
berdiri, yang termasuk di dalamnya adalah prosedur, peraturan, kebijakan,
dan lain-lain.
Secara Sekematik dapat penulis gambarkan dalam gambar sebagai
berikut :

Islam

Wirausahawan Merencanakan
Islam Wirausaha Hasil yg diharapkan wirausaha
Proses Wirausaha Manfaat wirausaha

jangka waktu masyarakat yang adil,


tercipta kesejahteraan
jadwal

kekhususan Tindakan lainnya bermartabat, kemakmuran bersama

frekuensi penggunaannya
alokasi sumber dayasaling menolong

berdasarkan cakupan Tercipta kehidupan pribadi

Gambar 1 : Model Perencanaan Bagi Wirausaha/entrepreneur


B. Pertimbangan Sebelum Memulai Usaha
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan sebelum memulai usaha, yaitu
Untuk mengetahui siapa sebetulnya customers produk/jasa yang akan dijual
sangat penting, karena justru inilah titik penting untuk menentukan anda mau
berbisnis di bidang apa? Siapakah pasarnya, seberapa lebar pasar tersebut, dan
bagaimana persaingannya. Bila persaingan ketat, apakah masih ada celah pasar
yang bisa dimasuki. Seperti apakah kemampuan atau daya beli konsumen anda,
apakah mereka menginginkan kualitas prima, atau barang yang fungsional, dan
berapa kira-kira harga yang biasa menembus pasar.
Mulai berusaha agar diawali dari yang kecil, awali dari yang sederhana,
dari sini anda belajar memahami bisnis anda, kendala produksi (dari sejak
pembelian bahan baku s/d barang siap dijual), kontinuitas kualitas hasil
produksi. Anda juga belajar memahami bagaimana mengelola karyawan, serta
kesulitan lainnya. Jika dimulai dari kecil, anda masih bisa memonitor
semuanya sendiri, sehingga tahu persis apa yang terjadi, dan bagaimana
mengatasi permasalahannya.
Anda harus memilih karyawan untuk mendukung aktifitas usaha anda.
Dalam bisnis apapun, faktor Sumber Daya Manusia sangat penting, dan
menentukan keberhasilan usaha. Kriteria pemilihan karyawan, pelatihan yang
terus menerus (bisa dilakukan sambil usaha berjalan), hubungan atasan
bawahan yang menyenangkan, akan membuat karyawan loyal pada anda.
Dari usaha skala kecil, anda bisa belajar bagaimana mengelola
karyawan untuk mendukung usaha yang anda jalankan. Dari awal buat
administrasi secara terpisah, sehingga anda bisa menilai apakah usaha anda
menguntungkan atau tidak ?. Pemisahan harta dan administrasi keuangan ini
juga berguna, jika suatu ketika usaha anda menurun, anda tak kehilangan rumah
tinggal anda. Buat evaluasi bulanan, untuk mengetahui perkembangan usaha
anda, bagaimana prospeknya ke depan. Beberapa kunci keberhasilan yaitu :
Usaha sesuai hobi, Jika bisnis anda sesuai hobi, anda akan menjalankan
nya dengan senang hati, seperti anda melakukan hobi anda. Dan harus diakui,
memulai usaha membutuhkan stamina yang kuat, dan semangat pantang
menyerah.
Sebaiknya tak menggunakan dana pihak ketiga di awal bisnis Jika pada
awal bisnis menggunakan dana pihak ketiga, maka anda akan dibebani bunga
dan kewajiban mengangsur pokok. Padahal anda masih belajar berbisnis dan
belum ada jaminan bahwa usaha anda menguntungkan. Pihak ketiga akan
memberi anda bunga tinggi, karena risiko bisnis yang masih awal memang
berisiko tinggi.
Jika modal awal kurang Anda bisa mengajak partner usaha, sehingga
tidak perlu membayar angsuran pokok dan bunga. Pilih partner usaha yang
anda kenal betul sifatnya. Pemilihan karakter ini harus dilakukan secara cermat,
karena bukan hal yang baru, jika pada awalnya anda dan partner adalah teman
akrab sesama mahasiswa, setelah berbisnis bias saja terjadi ketidak sesuaian
yang sering menimbulkan masalah hukum.
Oleh karena itu, jika anda berbisnis bersama orang lain, maka buat
aturan main yang jelas dan secara legal (buat akte pendirian notariil, serta
Anggaran Dasar usaha). Jangan karena teman baik, anda menjadi lupa membuat
rambu-rambu. Begitu mulai berbisnis, berarti anda sudah siap jika sewaktu
waktu terjadi perkara, yang dapat berakibat hukum.
Harus siap bekerja 24 jam non stop Punya bisnis sendiri, membuat anda
bebas untuk berkreasi, namun anda juga harus mempunyai stamina yang kuat,
dan selalu berpikir untuk melakukan inovasi-inovasi demi kemajuan usaha
anda. Jiwa wirausaha ini benar-benar harus ditanamkan sejak kecil, karena
kalau tidak, maka potensi apa pun tidak bisa dibuat jadi manfaat. Prinsipnya,
entrepreneur ship itu adalah kemampuan untuk meng-create, men-design
sebuah manfaat dari apa pun. Seorang wirausaha melihat batu bisa punya nilai
jual. Tapi, orang yang jail lihat batu, hanya akan dipakai untuk melempar
orang, ini bedanya. Sebuah kulit dengan ukuran sama akan beda nilainya
tergantung penilaian seseorang.
Kalau dia punya jiwa wirausaha, kulit itu bisa dibuat sedemikian rupa
menjadi sebuah hiasan yang harganya tinggi. Tapi, kalau sederhana cara
berpikirnya, kulit tersebut akan dijemur, dipotong-potong, digoreng menjadi
dorokdok atau kerupuk kulit. Paling tinggi harganya 200 rupiah, padahal
ukurannya sama. Enaknya kalau kita menjadi orang yang mandiri, seperti para
sahabat, kita sendiri yang mengatur jam kerja dan gaji karena perusahaan milik
sendiri, namun tetap harus dengan ketentuan yang profesional. Kita bisa
berkreasi lebih luas dan lebih banyak walaupun tentu ada syarat-syarat tertentu.

C. Keuntungan Bisnis Dalam Islam


Dalam Islam bisnis yang untung itu sebenarnya adalah yang membuat
orang lain merasa beruntung sebanyak mungkin. Kalau mereka beruntung dan
puas, mereka bilang pada siapa pun. Mending untung sedikit tapi laku banyak
dari pada untung banyak tapi laku sedikit. Belajarlah menahan diri untuk
menikmati kebahagiaan orang lain sebagai keberuntungan kita. Banyak untung
itu bagus tapi barokah, yaitu manfaat di dunia dan manfaat di akhirat.
Dalam Islam harus memiliki niat yang bagus dalam wirausaha. Jadi,
jual beli bukan masalah transaksi uang dan barang, tapi jual beli itu harus jadi
amal sholeh. Rahasia amal sholeh itu ada dua, Niatnya betul dan caranya benar.
Jadi, anda harus tanya dahulu niatnya apa nih?. Kalau hanya sekedar beli
barang, maka anda rugi, karena uang hanyalah titipan Tuhan. Jadi, setiap
transaksi harus menjadi pahala. Jual beli itu butuh waktu, waktu itu adalah
modal kita, maka harus jadi pahala. Bagi orang yang curang, Tuhan akan
mencabut barokahnya. Orang curang adalah orang yang apabila menerima
takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, sedangkan apabila mereka
menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka akan menguranginya.
Kalau uang itu tidak barokah, dia tidak akan pernah tenang. Kalau uang
itu tidak barokah, dia selalu dililit oleh kekurangan walaupun uangnya sudah
melimpah. Dan kalau uang itu tidak barokah, namanya jauh lebih hina dari
pada sebanyak apa pun harta yang dimiliki. Orang yang mengurangi
timbangan, maka akan hancur barokahnya. Sepertinya untung, padahal kalau
Tuhan mau membuat musibah, maka akan gampang. Contohnya, dengan
gampang Tuhan akan membuat penyakit, semua keuntungannya habis untuk
mengobati penyakitnya. Buat saja penyakit yang buat dia tidak pernah
menikmati apa yang dimilikinya.
Oleh karena itu, transaksi jual beli kita harus menjadi amal sholeh.
Pilihlah para pedagang yang diperkirakan berdagangnya itu menjadi kebaikan,
yang kalau dia punya untung, untungnya itu juga mashlahat. Jangan sampai kita
belanja kepada orang yang untungnya bisa menjadi fitnah bagi kita. Begitu pun
bagi yang menjual sesuatu, usahakan kepuasan kita bukan kita yang beruntung,
tapi untungkanlah sebanyak mungkin orang lain. Secara finansial untung, dan
buatlah akhlak kita sebaik-baiknya, sehingga orang yang bertransaksi barang
dengan kita tidak hanya mendapatkan fasilitas, tidak hanya mendapatkan
barang, tapi juga melihat kemuliaan seorang penjual.
Tidak ada gagal dalam bisnis, yang gagal itu yang tidak berani
mencoba. Gagal adalah sebuah ongkos sukses. Gagal itu sebuah informasi
menuju sukses, asal benar mengemasnya. Keuntungan kita itu adalah punya
nama baik. Jadi, nggak apa-apa untung kita paspasan, yang penting nama kita
jadi berharga. Nah biasanya, orang-orang pemula yang belum juga untung
sudah berantem sama temannya karena pembagian saham, padahal baru
rencana. Pernah ada orang punya satu telor, karena terlalu keras melamunnya
dalam merencanakan usaha dalam benaknya, akhirnya telor itu pecah.
Tidak sedikit orang ingin untung jangka pendek sampai membuat
namanya coreng. Maka, bagi orang yang akan terjun ke dunia
entrepreneurship, harus mulai kita lihat bahwa yang namanya untung itu bukan
kita merasa beruntung sendiri, tapi memberikan keuntungan pada banyak
orang, Jadi, uang bukanlah hal yang paling penting dalam berwirausaha. Kita
harus mulai merindukan anak-anak kita ini bukan sebagai pekerja, tapi menjadi
orang yang mampu menciptakan pekerjaan. Ini penting, karena begitu banyak
potensi yang ada di bangsa ini tidak tergali. Repotnya, kita tuh suka ingin
untung ladang enteng, kerja sedikit untung besar. Ini salah!, yang namanya
untung kalau jadi entrepreneur adalah punya ilmu saja sudah untung, walaupun
uang tidak untung, termasuk pengalaman bangkrut juga untung.
Oleh karena itu, coba kita didik anak-anak kita di rumah. Kalau perlu,
kita menggaji mereka untuk mengerjakan suatu pekerjaan dan terus
membangun kemampuan berhemat mereka, kemampuan untuk tidak
meremehkan jerih payah orang lain. Kalau anak-anak sudah tahu kepahitan cari
uang, maka mereka akan menjadi pejuang yang tangguh dalam hidup ini. Jadi,
mulailah kita biasakan mendidik anak-anak kita menjadi petarung dalam hidup
ini. Contoh Nabi Muhammad, beliau seorang anak yatim, bahkan jadi yatim
piatu, tapi tidak pernah beliau kalah di dalam berjuang, karena selalu
menumbuhkan jiwa wirausaha ini

D. Berbagai Penyebab Kegagalan


Beberapa penyebab, mengapa wirausaha gagal dalam menjalan kan
usahanya yaitu :Pertama kurangnya kehandalan SDM dan tidak kompeten
dalam manajerial serta kurangnya pengalaman ketika menjalankan strategi
perusa haan., kedua kurangnya pemahaman bidang usaha yang diambil karena
tidak dapat memvisualisasikan dengan jelas usaha yang akan digeluti., ketiga
kurangnya kehandalan pengelolaan administrasi dan keuangan (modal dan
kendali kredit), keempat gagal dalam perencanaan, disebabkan kerna, tempat
usaha dan lokasi yang kurang memadai, kurangnyam pemahaman dalam
pengadaan, pemeliharaan, dan pengawasan bahan baku dan sarana peralatan,
ketidak mampuan dalam melakukan peralihan /transisi perubahan teknologi.,
kelima hambatan birokrasi, disebab kan karena keuntungan yang tidak
mencukupi dan tidak adanya produk yang baru.
Selain beberapa penyebab kegagalan atau kerugian dalam wirausaha, ada
beberapa pemecahan masalah usha, agar usaha dapat berhasil atau beruntung
yaitu melalui Langkah Menuju Keberhasilan seperti : Memiliki ide atau visi
bisnis yang jelas, kemauan dan keberanian untuk menghadapi resiko baik
waktu maupun uang, membuat perencanaan usah, menorganisasikan, dan
menjalankannya, mengem bangkan hubungan,, baik dengan mitar usaha
maupun dengan semua pihak yang terkait dengan kepentingan perusahaan.
Ketertarikan untuk berwirausaha beberapa macam alasan, alasan yang
paling pokok, dikerenakan berbagai keuntungan, banyak sekali keuntungan
yang akan didapat jika seseorang berani untuk berwirausaha yang paling
terlihat keuntungannya dalam berwirausaha dapat dikelompokkan dalam tiga
kategori dasar, yaitu : Laba, Ke- bebasan, dan Kepuasan dalam menjalani
hidup.
Keuntungan Berupa Laba Wirausaha mengharapkan hasil yang tidak
hanya mengganti kerugian waktu dan uang yang diinves tasikan tetapi juga
memberikan keuntungan yang pantas bagi resiko dan inisiatif yang mereka
ambil dalam mengoperasikan bisnis mereka sendiri. Dengan demikian
keuntungan berupa laba merupakan motifasi yang kuat bagi wirausaha tertentu.
Laba adalah salah satu cara dalam mempertahankan nilai perusahaan. Beberapa
wirausaha mungkin mengambil laba bagi dirinya sendiri atau membagikan laba
tersebut, tetapi kebanyakan wirausaha puas dengan laba yang pantas.
Keuntungan Berupa Kebebasan. Kebebasan untuk menjalankan
perusahaannya merupakan keuntungan lain bagi seorang wirausaha. Hasil
survey dalam bisnis berskala kecil tahun 1991 menunjukkan bahwa 38% dari
orang-orang yang meninggalkan pekerjaan nya di perusahaan lain karena
mereka ingin menjadi bos atas perusahaan sendiri. Beberapa wirasuaha
menggunakan kebebasannya untuk menyusun kehidupan dan perilaku kerja
pribadnya secara fleksibel. Kenyataannya banyak wirausaha tidak
mengutamakan fleksibiltas disatu sisi saja. Akan tetapi wirausaha menghargai
kebebasan dalam karir kewirausahaan, seperti mengerjakan urusan mereka
dengan cara sendiri, memungut laba sendiri dan mengatur jadwal sendiri.
Keuntungan Berupa Kepuasan Dalam Menjalani Hidup. Wirausaha sering
menyatakan kepuasan yang mereka dapatkan dalam menjalankan bisnisnya
sendiri. Pekerjaan yang mereka lakukan memberikan kenikmatan yang berasal
dari kebebasan dan kenikmatan ini merefleksikan pemenuhan kerja pribadi
pemilik pada barang dan jasa perusahaan. Banyak perusahaan yang dikelolah
oleh wirausaha tumbuh menjadai besar akan tetapi ada juga yang relative tetap
berskala kecil.
Meskipun keuntungan dalam berwirasuaha menggiur kan, tapi ada juga
biaya yang berhubungan dengan kepemilikan bisnis tersebut. Memulai dan
mengoperasikan bisnis sendiri membutuhkan kerja keras, menyita banyak
waktu dan membutuhkan kekuatan emosi. Kemungkinan gagal dalam bisnis
adalah ancaman yang selalu ada bagi wirausaha, tidak ada jaminan kesuksesan.
Wirausaha harus menerima berbagai resiko berhubungan dengan kegagalan
bisnis. Tantangan berupa kerja keras, tekanan emosional, dan resiko meminta
tingkat komitmen dan pengorbanan jika kita mengharapkan mendapatkan
keuntungan. Beberapa factor yang mempengaruhi kewirausahaan, menurut
Suryana (2001) perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Factor internal dalam proses kewirausahaan dipengaruhi oleh factor-
faktor : Hak kepemilikan (property right), Kemampuan / kompetensi
(competency/ability) dan Insentif (incentive). Sedangkan faktor eksternal
dipengaruhi oleh : lingkungan (environment) dan Pesaing Menurut Carol Noore
yang dikutif oleh Suryana (2001) proses kewirausahaan diawali dengan adanya
inovasi. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa factor baik yang berasal
dari pribadi maupun dari luar pribadi. Secara Internal, keinovasian dipengaruhi
oleh faktor yang ber-asal dari individu seperti Locus of control, Toleransi,
nilai-nilai, Pendidikan, pengalaman Sedangkan secara Eksternal, keinovasian
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti Model peran, Aktivitas, dan
Peluang.
Oleh karena itu inovasi berkembang menjadi kewirausahaan melalui
proses yang dipengaruhi lingkungan, organisasi, dan keluarga. Menurut
Suryana (2001) pada dasarnya dalam berwirausaha terdapat tiga tahap, yaitu ;
Tahap Imitasi Dan Duplikasi, tahap ini para wirausaha mulai meniru ide-ide
orang lain. Tahap Duplikasi Dan Pengembangan,tahap ini para wirausaha mulai
mengembangkan ide-ide baru. Tahap Menciptakan Barang Dan Jasa Baru,
tahap ini para wirausaha mulai bosan dan ingin menciptakan sesuatu yang baru
melalui ide-ide sendiri sampai terus berkembang.

E. Kesuksesan dalam Usaha


Untuk menjadi wirausaha yang sukses ada 4 hal yang harus dimiliki oleh
setiap wirausaha, keempat hal dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Ide/visi bisnis yang jelas
b. Kemauan/kemampuan/keberanian terhadap resiko
c. Semangat dan kerja keras sesuai urgensinya
d. Loyalitas dan tanggung jawab
Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat tergantung pada
kemampuan pribadi wirausaha.
a. Keberhasilan Wirausaha tergantung kepada :
1). Kemampuan dan kemauan
2). Tekad yang keras dan kerja keras
3). Kesempatan dan peluang
4). Berencana dan terorganisir
5). Mengembangkan hubungan yang baik
b. Kegagalan Wirausaha disebabkan karena
1). Kurang kompeten dalam manajerial
2). Kurang berpengalaman dalam lapangan usaha
3). Kurang bisa dalam mengedalikan finansial
4). Gagal dalam perencanaan
5). Lokasi kurang memadai
6). Kurang pengawasan peralatan
7). Sikap yang setengah hati
8). Kurang siap mengalami perubahan/peralihan

F. Apa Pengertian Kewirausahaan ?


Istilah kewirausahaan kata dasarnya berasal dari terjemahan entrepreneur
yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan arti between taker atau go-between.
Pada pertengahan istilah entrepeneur digunakan untuk menggambarkan seorang
aktor sebagai orang yang memimpin proyek produksi.
Secara lengkap wirausaha dinyatakan oleh Joseph Schumpeter sebagai
orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan
barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau
mengolah bahan baku baru. Orang tersebut melakukan kegiatannya melalui
organisasi bisnis yang baru atau pun yang telah ada.
Dalam definisi tersebut ditekankan bahwa wirausaha adalah orang yang
melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk
memanfaatkan peluang tersebut. Sedangkan proses kewirausahaan adalah
meliputi semua kegiatan fungsi dan tindakan untuk mengejar dan memanfaatkan
peluang dengan menciptakan suatu organisasi. Istilah wirausaha dan wiraswasta
sering digunakan secara bersamaan, walaupun memiliki substansi yang agak
berbeda.
Seorang wirausahawan hendaknya seorang yang mampu menatap masa
dengan dengan lebih optimis. Melihat ke depan dengan berfikir dan berusaha.
Usaha memanfaatkan peluang dengan penuh perhitungan. Menurut penelitian,
ciri-ciri yang mesti dimiliki oleh seorang wirausaha adalah : Percaya diri,
berorientasi tugas dan hasil, pengambil resiko, kepemimpinan, keaslian,
berorientasi masa depan, kreatifitas.
Demikian banyak ciri-ciri yang mesti dimiliki, akan tetapi tidak semuanya
harus dimiliki. Menurut Fadel Muhammad, ada sekitar tujuh ciri yang merupakan
identitas seorang wirausaha, yaitu : Kepemimpinan, inovasi, cara pengambilan
keputusan, sikap tanggap terhadap perubahan, bekerja ekonomis dan efisien, visi
masa depan, sikap terhadap resiko. Bygrave menggambarkan wirausaha dengan
konsep 10 D, yaitu :
a.Dream ; mempunyai visi terhadap masa depan dan mampu mewu judkannya
b. Decisiveness ; tidak bekerja lambat, membuat keputusan berdasar perhitungan
yang tepat.
c.Doers ; membuat keputusan dan melaksanakannya
d. Determination ; melaksanakan kegiatan dengan penuh perhatian
e.Dedication ; mempunyai dedikasi tinggi dalam berusaha
f. Devotion ; mencintai pekerjaan yang dimiliki
g. Details ; memperhatiakn faktor-faktor kritis secara rinci
h. Destiny ; bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yang hendak dicapai
i. Dollars ; motivasi bukan hanya uang
j. Distribute ; mendistribusikan kepemilikannya terhadap orang yang dipercayai
Kelemahan wirausaha Indonesia menurut Heidjrachman Ranu Pandojo
yang perlu diperbaiki adalah : Sifat mentalitet yang meremehkan mutu Sifat
mentalitet yang suka menerabas, Sifat tidak percaya pada diri sendiri, Sifat tidak
berdisiplin murni, Sifat mentalitet yang suka mengabaikan tanggunjawab yang
kokoh.
Pada awal berdirinya usaha, diperlukan suatu acuan atau rencana agar
usaha tersebut dapat berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan. Perencanaan
usaha atau business plan adalah suatu dokumen yang menyatakan keyakinan akan
kemampuan sebuah bisnis untuk menjual barang atau jasa dengan menghasilkan
keuntungan yang memuaskan dan menarik bagi penyandang dana.
Jadi business plan adalah dokumen tertulis yang disiapkan oleh wirausaha
yang menggambarkan semua unsur yang relevan baik internal mapupun eksternal
mengenai suatu perusahaan untuk memulai usahanya. Business plan dibuat
untuk jangka panjang ataupun jangka pendek.
Perincian business plan tergantung pada perusahaan yang akan memulai
operasinya. Sehingga pihak penyedia dana akan tertarik untuk ikut serta dalam
usaha tersebut. Perencanaan usaha pada umumnya disusun dengan memuat
pokok-pokok perencanaan, yaitu :
1. Nama perusahaan
Nama Perusahaan ditulis dalam plang perusahaan didepan gedung Atau
kantor perusahaan. Nama perusahaan harus sesuai nama yang tertulis dalam
akta notaris, yang tercantum tanggal dan nomor akta notaris didalam plang bila
perlu.
2. Lokasi :
a. Lokasi perusahaan milik kita
b. Lokasi pertokoan milik kita
c. Lokasi perusahaan milik orang lain
d. Lokasi perkantoran milik orang lain
e. Lokasi pabrik milik kita
3. Partner yang akan diajak kerjasama
Menentukan fatner yang akan diajak kerjasama apakah orang yang
mempunyai banyak modal, orang asing misalnya, atau orang yang mempunyai
keahlian.
4. Komoditi yang diusahakan
Komoditi yang diusahakan harus jelas, apakah barang atau jasa, apakah
tahan lama atau tidak, dll.
5. Jumlah modal yang diharapkan dan yang tersedia.
Jumlah modal yang diharapkan, agar sesuai dengan volume usaha yang
akan dijalankan, terlalu banyak dan terlalu sedikit modal tidak baik untuk
perusahaan.
6. Peralatan perusahaan yang perlu disediakan.
Sebelum perusahaan dijalankan atau berproduksi, pengusaha terlebih
dahulu harus mengecek keberadaan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
memproduksi apakah sudah siap atau belum.
7. Personal yang dipercaya untuk menjalankan perusahaan
Personal yang akan dipercaya untuk menjalankan perusahaan, agar
ditentukan sebelumnya apakah akan digaji atau bagi hasil.
8. Penyebaran informasi/promosi.
Penyebaran ninformasi tentang perusahaanpun tidak bisa diremehkan.
Menentukan informasi apakah melalui Radio, Tele Visi, Koran, Majalah,
Brosur, Spanduk dll.
9. Pasar yang akan dimasuki
Menentukan pasar yang akan dimasuki, apakah pasar tradisional atau
pasar bersekala nasional atau pasar bersekala internasional
10. Konsumen yang dituju
Begitu juga konsumen yang akan dituju apakah konsumen yang
berpenghasilan tinggi atau diatas rata-rata, konsumen yang berpenghasilan rata-
rata atau konsumen yang berpenghasilan dibawah rata-rata.
Pokok-pokok perencanaan yang harus dikembangkan oleh wirausaha
secara sistematika dapat penulis gambarkan sebagai berikut :

Nama Perusahaan Jumlah Modal Personal yang dipercaya


Pasar yang akan dimasuki

Penentuan Lokasi Peralatan Perusahaan Promosi


Konsumen

Partner yang akan diajak kerjasama

Komoditi yang akan diusahakan

Gambar 2 : Pokok-pokok Perencanaan Perusahaan

Sedangkan Bentuk Formal Perencanaan Usaha (Business Plan Form)


yaitu :
1. Halaman depan
2. Daftar isi
3. Rangkuman eksekutif
4. Penjelasan tentang perusahaan
5. Pemasaran
6. Barang dan jasa yang dihasilkan
7. Usaha meningkatkan penjualan
8. Permodalan
9. Reklame
Menurut para pakar ekonomi ada sembilan aspek penting untuk dilakukan
sebelum memulai bisnis, karena memulai bisnis bagi kebanyakan orang
bukanlah hal yang mudah. Hal yang klasik, banyak pertimbangan di sana sini
sehingga tak jarang membuat orang urung memulai bisnis. Semestinya
memulai bisnis tidak menjadi salah satu sumber ketakutan bagi setiap orang.
Untuk menghilangkan ketakutan dalam memulai bisnis, seseorang bisa
membuat persiapan bisnis yang matang sehingga dapat menjalaninya dengan
optimistis.
Salah satu seminar Gerald Abraham salah seorang penasehat bisnis pada
sebuah firma hukum, juga pemilik dan direktur sebuah konsultan keuangan di
tahun 2006, berisi tentang menjadi sukses dengan memahami 9 aspek penting
sebelum memulai usaha.
Sebelum memulai suatu usaha maka hal yang terpenting adalah pemahaman
kita akan konsep produk atau jasa yang akan menjadi bisnis inti. Kita perlu
memahami bukan hanya secara teknis produksi tetapi juga pasar dan prospek mulai
daripada lingkungan yang terkecil kepada lingkungan yang terbesar.
Dalam topik ini dibahas secara menyeluruh aspek-aspek yang penting dalam
melakukan analisa atas kelayakan dan prospek produk termasuk produk-produk
yang sama sekali baru dengan melihat sisi human behavior, kebutuhan pasar dan
lainnya.
Setiap orang yang mau memulai bisnis harus mengetahui visi dan misi yang
akan menjadi panduan seseorang untuk tetap fokus kepada tujuan bisnis dan
organisasi yang awal. Seringkali suatu usaha pada saat mulai berkembang pada
tahap berikutnya mengalami kegagalan karena organisasi tersebut tidak
memfokuskan diri kepada peningkatan kemajuan bisnis awal tetapi terlalu banyak
mencoba mengembangkan bidang usaha lain yang baru.
Dalam topik ini setiap orang akan belajar bagaimana membuat visi dan misi
dalam kaitannya dengan latar belakang pribadi dan pengetahuan usaha yang akan
anda rintis.
Sikap mental merupakan kunci keberhasilan atas usaha anda selain daripada
pemahaman usaha anda. there is no over night success sesuatu yang harus
dicamkan daripada setiap calon “entrepreneur” karena dibutuhkan waktu, sikap
tidak menyerah, proses belajar secara kesinambungan, dan melihat permasalahan
secara positif yang tidak membuat anda menjadi patah semangat namun melihat
setiap peluang dan belajar atas setiap kegagalan. Anda akan belajar untuk
mengembangkan sikap-sikap diatas untuk menjadi “bisnis entrepreneur” yang
sukses.
Secara statistik hampir seluruh kegagalan bisnis kecil dan menengah
disebabkan karena tidak adanya atau kurang efektifnya perencanaan bisnis yang
anda buat. Asumsi-asumsi seperti kapasitas produksi, tingkat utilisasi produksi,
proyeksi kenaikan harga dan biaya dan aspek lainnya dalam perencanaan bisnis
haruslah menggambarkan secara akurat realitas pasar atau praktek yang ada dalam
suatu industri.
Sistematika perhitungan dan proyeksi pendapatan dan biaya harus dibuat
secara tepat sehingga membantu setiap calon pengusaha untuk menghitung secara
akurat kebutuhan modal investasi dan modal kerja termasuk struktur biaya untuk
persiapan awal, tahap percobaan, produksi secara komersial, inventori, distribusi,
pemasaran, administrasi, sumber daya manusia dan juga komponen pendapatan
usaha yang terdiri dari pendapatan inti dan tambahan.
Pemahaman yang baik atas hal ini juga akan membantu calon entrepreneur
untuk dapat mengindentifikasi potensi resiko bisnis, manajemen dan keuangan dan
membuat langkah-langkah pengendalian untuk dapat menghindari setiap resiko
tersebut.
Setiap usaha dari yang paling kecil sekalipun membutuhkan manajemen yang
baik untuk memastikan proses pemasaran, produksi, distribusi dan penjualan
berlangsung dengan baik. Sistem manajemen yang buruk akan mengakibatkan
adanya biaya yang tidak perlu seperti bahan baku yang terbuang, pekerja yang
tidak produktif karena pengawasan yang tidak efektif dan deskripsi pekerjaan yang
tidak jelas, koordinasi dan komunikasi antar pegawai yang tidak efektif sehingga
banyak keputusan yang terlambat, perekrutan pegawai yang tidak efektif sehingga
banyak pegawai yang keluar masuk dan membuang banyak waktu dan biaya,
pelatihan yang tidak baik sehingga produktivitas pegawai yang rendah dan masih
banyak lagi permasalahan organisasi.
Dalam topik ini kami akan memberikan pengetahuan dasar dan aspek-aspek
yang sangat penting yang harus dipelajari oleh calon bisnis entrepreneur untuk
menghindari resiko manajemen yang dapat menyebabkan kegagalan usaha.
Sumber Daya Manusia atau SDM merupakan salah satu kunci keberhasilan
usaha yang sangat penting. Banyak pakar yang menyadari bahwasanya untuk
memulai usaha seringkali apabila kita merekrut pegawai yang tepat dan berpotensi
sangat baik dapat menutup kelemahan manajemen, organisasi dan sistem dalam
jangka pendek.
Dengan SDM yang tepat maka kita sudah setengah jalan untuk menjadi
sukses. Topik ini akan membantu kita untuk memahami kriteria pegawai yang baik
dan sesuai dengan kebutuhan usaha, manajemen SDM secara umum termasuk
sistim penilaian kinerja pegawai sehingga setiap pegawai akan merasa puas dan
juga bagaimana memotivasi pegawai baik secara psikologi umum maupun dengan
sistem insentif untuk mengoptimalkan kinerja pegawai.
Dalam memulai usaha umumnya setiap calon entrepreneur akan mengalami
banyak permasalahan dan krisis. Banyak kegagalan terjadi karena kurangnya
kreativitas, kepemimpinan dan pembuatan keputusan yang tepat untuk mencari
solusi yang baik. Kreativitas seperti “thinking outbox” atau kemampuan melakukan
analisa permasalahan di luar pemahaman yang sudah ada dan mencari alternatif
solusi yang kreatif akan sangat membantu usaha anda untuk berhasil.
Kreativitas juga akan sangat membantu anda untuk menyesuaikan produk-
produk anda agar dapat diterima oleh pasar dan juga melihat berbagai peluang
dalam membangun usaha anda. Kepemimpinan sangat penting dalamkrisis untuk
membuat setiap pegawai dan semua orang yang terlibat dalam usaha anda percaya
bahwasanya anda tidak panik, menjadi tempat last resort solusi atas semua
permasalahan dan menjadi panutan.
Proses Pembuatan Keputusan akan membantu anda dalam mencari alternatif
solusi dan memilih yang terbaik untuk usaha dan organisasi anda. Dalam topik ini
anda akan mendapatkan cara-cara mengembangkan kreativitas usaha anda, ciri-ciri
kepemimpinan yang cocok dengan latar belakang pribadi anda dan bagaimana
proses yang benar dalam membuat keputusan dalam setiap permasalahan.
Pemahaman atas aspek ini adalah sangat penting dalam perkembangan usaha
anda. Seringkali produksi terganggu karena pengelolaan keuangan yang tidak baik
seperti kekurangan dana untuk pembelian bahan baku, alat-alat produksi dan
lainnya.
Dalam topik ini akan dibahas pengetahuan dasar atas cash flow atau arus kas
yang seperti darah dalam tubuh manusia, biaya pendanaan, pembiayaan modal
kerja dan investasi, struktur modal, aset perusahaan, penyertaan modal dan lainnya.
Pemasaran merupakan ujung tombak keberhasilan penjualan produk atau
jasa. Sebaik apapun produk atau jasa tanpa pemasaran yang baik maka akan sangat
sukar untuk meningkat penjualan dan keuntungan usaha. Di lain pihak tanpa
pelayanan yang baik kepada pelanggan maka akan sangat sukar suatu usaha untuk
memperoleh pelanggan yang loyal yang merupakan kunci perkembangan usaha.
Dengan pelanggan yang loyal maka pekerjaan pemasaran akan lebih mudah karena
pelayanan yang baik akan menciptakan product brand yang baik kepada calon
pelanggan baru.
Dalam topik ini akan dibahas secera menyeluruh semua aspek penting dalam
membuat strategi pemasaran, identifikasi pelayanan yang dibutuhkan pelanggan
dan bagaimana menciptakan product brand dan efeknya kepada keberhasilan usaha.
Menurut para pakar, berikut ini penulis sampaikaqn 10 langkah yang bisa
memandu pebisnis menyusun bisnis dan membuatnya sukses.
1. Kerjakan apa yang Anda sukai. Anda akan mencurahkan banyak waktu dan
energi untuk memulai sebuah bisnis dan membangunnya menjadi usaha yang
berhasil, jadi sangat penting bahwa Anda sangat menikmati secara mendalam apa
yang Anda kerjakan, apakah menjalankan sewa pemancingan, mengkreasikan
tembikar atau memberikan nasehat keuangan.
2. Mulai bisnis Anda ketika Anda masih bekerja. Berapa lama paling banyak
orang bisa tanpa uang? Tidak lama. Dan ini akan menjadi waktu yang lama
sebelum bisnis baru Anda benar-benar membukukan keuntungan. Menjadi
karyawan ketika memulai bisnis berarti ada uang di saku ketika Anda memasuki
proses memulai bisnis.
3. Jangan kerjakan hal tersebut sendirian. Anda membutuhkan dukungan ketika
memulai bisnis (dan setelahnya). Seorang anggota keluarga atau teman yang
dapat memberikan ide dan akan mendengar secara simpatik hingga hal penting
tarakhir memulai bisnis tidak ternilai harganya.
4. Pertama dapatkan klien atau pelanggan. Jangan menanti sampai Anda telah
secara resmi memulai bisnis hingga garis ini, karena bisnis Anda tidak dapat
bertahan tanpa mereka. Kembangkan jaringan atau network, buat kontak. Jual
atau berikan produk atau jasa Anda. Anda tidak dapat memulai pemasaran terlalu
cepat.
5. Tulis perencanaan bisnis. Alasan penting membuat rencana bisnis adalah
langkah ini dapat membantu Anda menghindari habisnya waktu dan uang
mwmulai bisnis yang tidak akan sukses.
6. Lakukan riset. Anda akan mengerjakan banyak penelitian sepanjang rencana
bisnis, tetapi itu barulah awalnya. Anda untuk menjadi ahli dalam industri Anda,
produk dan jasa. Jika Anda telah selesai. Bergabung pada asosiasi industri atau
profesional yang berhubungan dengan bisnis Anda sebelum memulai bisnis
merupakan ide yang bagus.
7. Dapatkan bantuan profesional. Di satu sisi, hanya karena Anda menjalankan
bisnis kecil, bukan berarti Anda harus menjadi ahli di bidang apa pun. Jika Anda
bukan seorang akuntan, hire lah satu atau dua orang misalnya. Jika Anda ingin
menulis kontrak, dan Anda bukanlah seorang lawyer, hire lah 1 orang. Anda akan
membuang lebih waktu dan munkin juga uang untuk mencoba melakukannya
sendiri pekerjaan dimana Anda tidak memiliki kualifikasi untuk mengerjakannya.
8. Dapatkan uang. Simpan jika harus, mendekati investor potensial dan pemberi
pinjaman. Gambarkan perencanaan keuangan jatuh ke belakang. Jangan
mengharapkan memulai bisnis dan kemudian berjalan ke dalam bank dan
mendapatkan uang. Pemberi pinjaman tradisional tidak seperti ide baru dan tidak
seperti bisnis tanpa pembuktian track records.
9. Jadi lah profesional semenjak memulai. Segala sesuatu tentang Anda dan cara
Anda menjalankan bisnis membuat orang-orang tahu bahwa Anda seorang
profesional yang menjalankan sebuah bisnis yang serius. Ini berarti mendapatkan
semua pelrengkapan seperti kartu bisnis profesional, telepon bisnis, dan alamat
email bisnis, dan memperlakukan orang secara profesional, cara yang sopan.
10. Jalankan hukum dan keluarkan pajak dengan benar pada kali pertama. Hal
tersebut lebih sulit dan lebih mahal dibandingkan mengerjakannya setelah itu.
Apakah bisnis anda butuh teregistrasi? Akankah Anda harus memiliki asuransi
untuk karyawan atau deal dengan pajak gaji? Akan bagaimana bentuk bisnis yang
Anda pilih mempengaruhi situasi pajak pendapatan Anda? Pelajari kewajiban
pajak dan hukum sebelum Anda memulai bisnis dan mengoperasikannya.
Marketing plan merupakan bagian dari business plan. Menurut Bygrave,
perencanaan pemasaran ini harus melakukan penganalisaan terhadap situasi
perusahaan dan lingkungannya, analisa dan penilaian peluang, kekuatan,
kelemahan, kendala yang dihadapi juga gambaran sasaran konsumen dan strategi
pemasaran yang digunakan.
Menurut para pakar ekonomi, bahwa inti utama dari pelaksanaan
marketing plan ini adalah :
1. Analisa siatuasi lingkungan dan peluang pasa Sedangkan yang
termasuk kriteria marketing plan yang baik adalah :
a. Berdasarkan fakta dan asumsi yang benar
b. Teknik promosi yang efektif
c. Respon perubahan harga di pasar
d. Jaringan saluran distribusi
e. Keadaan persaingan yang sehat
f. S W O T perusahaan yang baik
g. Sumberdaya yang memadai
2. Menurut para pakar ekonomi bahwa konsep AIDA+S ini dapat
diartikan sebagai berikut :
    A = attention (perhatian)
    I = Interest (tertarik)
    D = Desire (keinginan)
    A = Action (tindakan)
    S = Satisfaction (kepuasan)
Konsep ini berlaku bagi usaha yang kegiatannya menarik konsumen.
 
G. Beberapa Konsep Pemasaran
1. Konsep produk (Product Concept)
a. Orientasi pada produk (Product Orientations)
b. Orientasi penjualan (Selling Orientations)
c. Orientasi pasar (Market Orientations)
d. Orientasi tanggungjawab (Responsibilities Orientations)
2. Pendekatan Pemasaran
1. Commodity Approach (Pendekatan Komoditas)
2. Institutional Approach (Pendekatan Institusional)
3. Functional Approach (Pendekatan Fungsional)
3. Komoditi Yang Akan Dipasarkan
a. Barang konsumsi :
    1). Barang konvinien
    2). Barang Shopping
    3). Barang spesial
    4). Barang instan
b. Barang hasil bumi
c. Barang industri
d. Jasa
4. Strategi Pemasaran
Merupakan pola keputusan dalam perusahaan yang menentukan
sasaran, maksud atau tujuan yang menghasilkan kebijaksanaan utama dan
merencanakan untuk pencapaian tujuan serta merinci jangkauan bisnis yang akan
dicapai.
Strategi pemasaran adalah memilih dan menganalisa pasar sasaran yang
merupakan suatu kelompok orang yang ingin dicapai oleh perusahaan dan
menciptakan suatu bauran pemasaran yang cocok dan yang dapat memuaskan
pasar sasaran tersebut.
Menurut para pakar ada dua variabel yang harus diperhatikan dalam
menyusun strategi pemasaran, yaitu :
1. Variabel yang dapat dikontrol :
    a. Segmentasi pasar
    b. Anggaran pasar
    c. Waktu
    d. Bauran pemasaran
2. Variabel yang tidak dapat dikontrol :
    a. Keadaan persaingan
    b. Perkembangan teknologi
    c. Perubahan demografi
    d. Kebijakan politik dan ekonomi oleh pemerintah
    e. Sumberdaya alam
5. Pengembangan Produk
Tujuan utama dari pengembangan produk adalah :
1. Memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen
2. Memenangkan persaingan
3. Meningkatkan volume penjualan
4. Memberdayakan sumber-sumber produksi
5. Mencegah kebosanan konsumen
6. Menyusun Marketing Plan
Format perencaan pemasaran pada setiap perusahaan tidak mesti sama,
akan tetapi tergantung dari bentuk perusahaan yang akan melakukan pemasaran.
Sebagai acuan, berikut contoh format marketing plan yang biasa digunakan :
a. Analisa situasi (SWOT) perusahaan
b. Tujuan pemasaran
c. Strategi inti/utama
d. Jadwal pelaksanaan
e. Anggaran pemasaran
f. Pengawasan/kontrol

H. Peluang yang dapat dikembangkan


Peluang yang dapat dikembangkan oleh para wirausaha sangat banyak
yang dapat dilakukan untuk dapat dikembangkan hal mana tergantung pada
beberapa hal, seperti berikut ini :
1. Minat dan keinginan
2. Modal
3. Relasi atau hubungan
4. Peluang dan kesempatan
Beberapa Jenis Bidang Usaha yang perlu diketahui dalam pembelajaran
kewirausahaan agar dapat berkembang dikemudian hari adalah :
1. Pedagang Export-Import, adalah segala aktifitas pemasaran yang
menggerakkan barang dari dalam negeri ke luar negeri atau sebaliknya.
2. Perdagangan besar, adalah segala aktifitas pemasaran yang
menggerakkan barang dari produsen ke pedagang eceran atau ke lembaga
pemasaran lain.
3. Perdagangan eceran, yaitu suatu kegiatan menjual barang dan jasa
kepada konsumen akhir.
4. Pedagang kaki lima, merupakan kegiatan perdagangan yang
dilakukan oleh golongan kecil, yang berjualan barang kebutuhan sehari-hari,
dengan modal yang relatif kecil, sedangkan ciri-ciri pedagang kaki lima yaitu :
a. Kegiatan usaha tidak terorganisir dengan baik
b. Tidak memiliki izin tempat usaha
c. Kegiatan usaha tidak teratur
d. Bergerombol disuatu tempat
e. Menjajakan dagangan dengan gerakan fisik
5. Waralaba adalah sebagai pelimpahan dari pabrikan atau distributor
suatu produk atau jasa yang diberikan kepada agen-agen lokal atau pengecer
dengan membayar sejumlah royalti.
Menurut Murphy and Peek, ada sekitar delapan hal yang menjadi suatu
anak tangga agar seorang wirausaha dapat mengembangkan profesinya. Hal
tersebut adalah :
1. Mau bekerja keras (capacity for hard work)
2. Bekerja sama dengan orang lain (getting things done with and through people)
3. Penampilan yang baik (good appearance)
4. Yakin (self confident)
5. Pandai membuat keputusan (making sound decision)
6. Mau menambah ilmu pengetahuan (college education)
7. Ambisi untuk maju (ambition drive)
8. Pandai berkomunikasi (ability to communicate)
Menurut Zimmerer, karakteristik wirausaha yang sukses adalah :
1. Komitmen tinggi terhadap tugas
2. Mau bertanggungjawab
3. Mempertahankan minat kewirausahaan dalam diri
4. Peluang untuk mencapai obsesi
5. Toleransi terhadap resiko dan ketidakpastian
6. Yakin pada diri sendiri
7. Kreatif dan fleksibel
8. Ingin memperoleh balikan segera
9. Enerjik tinggi
10. Motivasi untuk lebih unggul
11. Berorientasi masa depan
12. Mau belajar dari kegagalan
13. Kemampuan memimpin
Menurut para pakar Ada tiga Tipe Wirausaha
1. Craftman (Wirausaha Ahli) adalah seorang penemu memiliki suatu ide yang
ingin mengembangkan proses & sistem produksi. Dengan ciri-ciri : seorang
peneliti; seorang konsultan; memiliki pengetahuan yang luas terutama
dibidang teknis bukan dibidang pengawasan / financing. Misalnya : supir truk
membuka usaha angkutan; dosen membuka usaha konsultan, seorang dokter
mendirikan klinik kesehatan
2. The Promoter adalah seorang individu yang semula bekerja sebagai sales /
bidang marketing yang kemudian mengembangkan usahanya sendiri.
3. Manager adalah seorang individu yang ideal yang secara sukses bekerja pada
sebuah perusahaan dia banyak menguasai keahlian bidang produksi,
pemasaran, keuangan & pengawasan.
Menurut para pakar ekonomi ada beberapa profil wirausaha yang perlu
diketahui oleh mahasiswa yang mempelajari mata kuliah kewirausahaan adalah :
1. Women Entrepreneur adalah seorang wanita yang didorong oleh alasan :
ingin berprestasi, terkekang atau rasa kecewa terhadap pekerjaannya.
2. Minority Entrepreneur adalah kaum minoritas yang kurang memiliki
kesempatan kerja di pemerintahan.
3. Immigrant Entrepreneur adalah kaum pendatang yang memasuki suatu
daerah, biasanya mengalami kesulitan memperoleh pekerjaan.
4. Part Time Entrepreneur adalah seorang yang melakukan bisnisnya diwaktu
luang / lowong.
5. Home-Based Entrepreneur adalah bisnis yang dimulai dari kegiatan rumah
tangga.
6. Family-Owned Business adalah suatu bisnis yang sifatnya turunan dari orang
tua / saudara pendahulunya yang mengalami kesuksesan.
7. Copreneurs adalah suatu wirausaha yang diciptakan oleh beberapa orang
yang mempunyai keahlian khusus dibidangnya.
BAB. II
SIFAT-SIFAT WIRAUSAHA

A. Sifat-Sifat Yang Perlu Dimiliki Wirausaha


Seorang wirausahawan haruslah seorang yang mampu melihat ke
depan (Visioner),apa yang akan terjadi dimasa mendatang dan bagaimana
cara pemeca han maslaah hal tersebut berfikir dengan penuh perhitungan,
dari berbagai aspek baik kekuatan dan kelemahan yang dimiliki secara
internal, peluang dan ancaman secara ekternal, mencari pilihan dari
berbagai alternatif masalah dan pemecahannya (Problem Solping). Matrik
berikut ini akan menggambarkan Seseorang yang memiliki ciri-ciri
kewirausahaan sebagai berikut: (BN. Marbun).

Ciri-ciri Watak
Percaya diri  Kepercayaan (keteguhan)
 Ketidaktergantungan, kepribadian yang
mantap
 Optimisme
Berorientasi tugas  Kebutuhan atau haus akan prestasi
dan hasil  Berorientasi laba atau hasil
 Tekun dan tabah
 Tekad, kerja keras, motivasi
 Energik dan Penuh inisiatif.
Pengambil resiko  Mampu mengambil resiko
 Suka pada tantangan
Kepemimpinan  Mampu memimpin
 Dapat bergaul dengan orang lain
 Menanggapi saran dan kritik
Keorisinilan  Inovatif (pembaharu)
 Fleksibel
 Banyak sumber
 Serba bisa
 Mengetahui banyak
Berorientasi ke  Pandangan ke depan
masa depan  Perseptif
Kreativitas  Produk barang baru
 Produk barang daur ulang
 Produk barang modifikasi
Demikian banyak ciri khas wirausaha dan anda perlu memilikinya.
Akan tetapi, jika tidak semua bisa anda miliki, tak jadi masalah, dengan
memiliki sebagian pun cukup. Sebagaiman Firman Nya Q.S.Al-Anfal, 27-28-
29
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan
Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat
yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.
Dari surat tersebut dapat dikembangkan, bahwa sifat-sifat yang harus
dimiliki oleh seorang wirausaha, harus memiliki sifat-sifat yang terpuji, yaitu
jangan berhianat kepada sesama manusia terutama kepada relasi dan langganan,
harus bersifat jujur, tidak merugikan orang lain.
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai
cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. Dalam menjalankan
usaha, seorang muslim, selain mencari keuntungan atau laba, juga barang yang
diusahakannya harus barang yang baik, dan bermanfaat kepada kepentingan umat.
Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan
memberikan kepadamu Furqaan [petunjuk yang dapat membedakan antara yang
haq dan yang batil, dapat juga diartikan disini sebagai pertolongan]. dan Kami akan
jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. dan
Allah mempunyai karunia yang besar. Maka seorang wirausaha Islam, dituntut
untuk bersifat jujur, agar mendapat pertolongan dari Allah SWT.
1. Percaya Diri
Sifat-sifat utama di atas dimulai dari pribadi yang mantap, tidak
mudah terombang-ambing oleh pendapat dan saran orang lain. Akan tetapi,
saran-saran orang lain jangan ditolak mentah-mentah, itu dipakai sebagai
masukan untuk dipertimbangkan, kemudian anda harus memutuskan
berbagai masalah dengan segera. Anda harus bersifat optimis, orang
optimis asal tidak ngawur, Insya Allah bisnisnya akan berhasil.
Orang yang tinggi percaya dirinya adalah orang yang sudah matang
jasmani dan rohaninya. Pribadi semacam ini adalah pribadi yang
independen dan sudah mencapai tingkat maturity. Karakteristik
kematangan seseorang adalah ia tidak tergantung pada orang lain, dia
memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, obyektif, dan kritis.
Dia tidak begitu saja menyerap pendapat atau opini orang lain,
tetapi dia mempertimbangkan secara kritis. Emosionalnya boleh dikatakan
sudah stabil, tidak gampang tersinggung dan naik pitam. Juga tingkat
sosialnya tinggi, mau menolong orang lain, dan yang paling tinggi lagi
ialah kedekatannya dengan Khaliq sang pencipta, Allah Swt.
Diharapkan wirausahawan seperti ini betul-betul dapat menjalankan
usahanya secara mandiri, jujur, dan disenangi oleh semua relasi dan
langganannya.
2. Berorientasi pada Tugas dan Hasil
Orang ini tidak mengutamakan prestise dulu, prestasi kemudian.
Akan tetapi, ia gandrung pada prestasi baru kemudian setelah berhasil
prestisenya akan naik. Anak muda yang selalu memikirkan prestise lebih
dulu dan prestasi kemudian, tidak akan mengalami kemajuan.
Pernah ada seorang mahasiswa yang mengikuti praktik perniagaan
di suatu perguruan, ia malu menjinjing barang belanjaannya ke atas angkot
dia menjaga gengsinya dengan mencarter mobil taksi. Kebanyakan anak
remaja tidak mau berbelanja ke pasar menemani ibunya karena gengsi.
Padahal dengan ikut menemani ibu dan melihat suasana pasar, banyak
pengalaman bisa diperoleh.
Berbagai motivasi akan muncul dalam bisnis jika kita berusaha
menyingkirkan prestise. Kita akan mampu bekerja keras, enerjik, tanpa
malu dilihat teman, asal yang Kita kerjakan itu pekerjaan halal.
3. Pengambilan Resiko
Anak muda sering dikatakan selalu menyenangi tantangan. Mereka
tidak takut mati. Inilah salah satu faktor pendorong anak muda menyenangi
olah raga yang penuh dengan risiko dan tantangan, seperti balap motor di
jalan raya, kebut-kebutan, balap mobil milik orang tuanya, tetapi contoh-
contoh tersebut dalam arti negatif.
Olah raga beresiko yang positif ialah panjat tebing, mendaki
gunung, arung jeram, motor cross, karate atau olah raga bela diri dan
sebagainya.Ciri-ciri dan watak seperti ini dibawa didalam wirausaha yang
juga penuh resiko dan tantangan seperti, persaingan, harga naik turun,
barang tidak laku dan sebagainya. Namun semua tantangan ini harus
dihadapi dengan penuh perhitungan. Jika perhitungan sudah matang,
membuat pertimbangan dari segala macam segi, maka berjalanlah terus
dengan tidak lupa berlindung kepada-Nya.

4. Kepemimpinan
Sifat kepemimpinan memang ada dalam diri masing-masing individu.
Namun sekarang ini, sifat kepemimpinan sudah banyak dipelajari dan dilatih.
Ini tergantung kepada masing-masing individu dalam menyesuaikan diri
dengan organisasi atau orang yang dipimpin.
Ada pemimpin yang disenangi oleh bawahan., mudah memimpin
sekelompok orang, ia diikuti, dipercayai oleh bawahannya. Namun ada pula
pimpinan yang tidak disenangi oleh bawahan, atau dia tidak senang pada
bawahannya, ia banyak curiga pada bawahannya. Ia mau mengawasi
bawahannya tetapi tidak ada waktu untuk itu. Menanam kecurigaan pada orang
lain, pada suatu ketika kelak akan berakibat tidak baik pada usaha yang sedang
dijalankan. Pemimpin yang baik harus mau menerima kritik dari bawahan, ia
harus bersifat responsif.
5.Keorisinilan
Sifat orisinil ini tentu tidak selalu ada pada diri seseorang. Yang
dimaksud orisinil disini ialah ia tidak hanya mengekor pada orang lain,
tetapi memiliki pendapat sendiri, ada ide yang orisinil ada kemampuan
untuk melaksanakan sesuatu.
Orisinil tidak berarti baru sama sekali, tetap produk tersebut
mencerminkan hasil kombinasi baru atau reintegrasi dari komponen-
komponen yang sudah ada, sehingga melahirkan sesuatu yang baru. Bobot
kreativitas orisinil suatu produk akan tampak sejauh manakah ia berbeda
dari apa yang sudah ada sebelumnya.
6. Berorientasi ke Masa Depan
Seorang wirausahawan haruslah prespektif, mempunyai visi masa
depan, apa yang hendak dilakukan, apa yang ingin ia capai? Sebab sebuah
usaha bukan didirikan untuk sementara, tetapi untuk selamanya. Oleh
karena itu, faktor kontinuitasnya harus dijaga dan pandangan harus
ditujukan jauh ke depan, seorang wirausahawan harus menyusun
perencanaan dan strategi yang matang, agar jelas langkah-langkah yang
akan dilaksanakan.
Fadel Muhammad menyatakan ada tujuh ciri yang merupakan
identitas melekat pada diri seorang wirausaha.
a. Kepemimpinan
Ini adalah faktor kunci bagi seseorang wirausaha. Dengan
keunggulan bidang kepemimpinan, maka seseorang wirausaha akan
sangat memperhatikan orientasi pada sasaran, hubungan kerja/personal
dan efektifitas.
Pemimpin yang berorientasi pada ketiga faktor diatas, senantiasa
tampil hangat, mendorong pengembangan karir stafnya, disenangi
bawahan dan selalu ingat pada sasaran yang hendak dicapai.
b. Inovasi
Inovasi selalu membawa perkembangan dan perubahan
ekonomi, demikian dikatakan oleh Joseph Schumpeter. Teori
Schumpeter merangsang seseorang untuk berinovasi. Inovasi yang
dimaksud bukanlah suatu temuan yang luar biasa, tetapi suatu temuan
yang menyebabkan berdaya gunanya sumber ekonomi kearah yang
lebih produktif. Seorang wirausahawan, sebagai innovator harus
merasakan gerakan ekonomi di masyarakat.
Persoalan-persoalan yang muncul dari gerakan ekonomi tersebut
selalu diantisipasinya dengan penggunaan inovasi.
c. Cara Pengambilan Keputusan
Menurut ahli kedokteran mutakhir terdapat perbedaan signifikan
antara fungsi otak kiri atau fungsi otak kanan. Otak kiri berfungsi
menganalisa atau menjawab pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa, dan
bagaimana. Otak kanan berfungsi melakukan pemikiran kreatif tanpa
didahului suatu argumentasi.
Otak kiri dan otak kanan senantiasa dilakukan secara bersama-
sama. Setiap orang akan berbeda tekanan pemakaian kedua otak itu.
Ada yang cenderung didominasi oleh otak kanan. Pandangan ini
diungkapkan oleh Roger Sperry pada tahun 1981, ia mendapat hadiah
Nobel atas pembuktiannya tentang teori otak terpisah ini. Secara umum
dari 95 % orang yang menggunakan tangan kanan (tidak kidal), bagian
kiri otak tidak hanya mengendalikan bagian kanan tubuhnya tetapi juga
melakukan pemikiran yang analitis, linier, verbal, dan rasional.
Fungsi otak kiri lah yang bekerja apabila anda membuat neraca
pembukuan, mengingat nama dan tanggal, atau penyusunan tujuan dan
sasaran. Bagian otak kanan mengendalikan bagian kiri tubuh manusia
dan bersifat holistik, imajinatif, non-verbal, dan artistik.
Apabila anda mengingat kembali wajah orang, perasaan indahnya
musik, atau membayangkan sesuatu, berarti anda memfungsikan otak
sebelah kanan. Seorang wirausahawan adalah mereka yang cenderung
didominasi oleh otak kanan. Itulah yang mendorong bekerjanya intuisi dan
inisiatif seorang wirausaha yang seakan-akan memiliki indera ke enam.
d. Sikap Tanggap Terhadap Perubahan
Sikap tanggap wirausahawan terhadap peruba han relatif lebih
tinggi dibanding dengan orang lain. Setiap perubahan oleh seorang
wirausahawan dianggap mengandung peluang yang merupakan
masukan dan rujukan terhadap pengambilan keputusan.
e. Bekerja Ekonomis dan Efisien
Seorang wirausahawan melakukan kegiatannya dengan gaya
yang smart (cerdas, pintar, bijak) bukan bergaya seorang mandor. Ia
bekerja keras, ekonomis dan efisien, guna mencapai hasil maksimal.
f. Visi Masa Depan
Visi ibarat benang merah yang tidak terlihat yang ditarik sejak
awal hingga keadaan yang terakhir. Visi pada hakekatnya merupakan
pencerminan komitmen-kompetensi-konsistensi.
g. Sikap Terhadap Resiko
Seorang wirausahawan adalah penentu resiko dan bukan sebagai
penanggung resiko. Sebagaimana dinyatakan Drucker, mereka yang
ketika menetapkan sebuah keputusan telah memahami secara sadar
resiko yang bakal dihadapi, dalam arti resiko itu sudah dibatasi dan
terukur. Kemudian kemungkinan munculnya resiko itu diperkecil.
Dalam hal ini penera pan inovasi merupakan usaha yang kreatif untuk
mem perkecil kemungkinan terjadinya resiko.
7. Kreativitas
Sifat Keorisinilan seorang wirausaha menuntut adanya
kreativitas dalam pelaksanaan tugasnya. Apa yang dikatakan kreatif ?
Carol Kinsey Goman menulis: Beberapa tahun silam, dalam kolom
percaya atau tidak dari koran Ripley, muncul pertanyaan; “Selembar
lempengan baja harganya 5 dolar. Jika baja ini dibuat sepatu kuda,
harganya meningkat menjadi 10 dolar. Jika baja ini dibuat jarum jahit
harganya akan menjadi 3.285 dolar dan jika dibuat arloji nilainya akan
meningkat menjadi 250.000 dolar. Perbedaan harga 5 dolar dan 250.000
dolar terletak pada kreatifitas. Jadi kreatifitas ialah menghadirkan suatu
gagasan baru dari anda”. Inovasi adalah penerapan secara praktis
gagasan yang kreatif. Contoh kegiatan kreatifitas:
a.Pencipta sepatu roda, gabungan antara sepatu dengan roda
b.Anak-anak menyusun permainan balok-balok, ia bisa berkreasi
membuat berbagai bentuk susunan balok, yang tadinya belum ia kenal.
c.Seorang ibu membuat kejutan, masakan atau kue dengan resep baru
sebagai hasil eksperimennya.
d.Di laboratorium seorang siswa mencoba berbagai eksperimen
e.Seorang murid membuat karangan dalam Bahasa Indonesia.
f.Seorang wirausaha membuat berbagai kreasi dalam kegiatan usahanya,
seperti susunan barang, pengaturan rak pajangan, menyebarkan brosur
promosi, dan sebagainya.
Jadi kreatifitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-
kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antara unsur data
variabel yang sudah ada sebelumnya. Sedangkan Hubungan Kreatifitas
dengan Intelegensi. Kreatifitas dan intelegensi mempunyai perbedaan.
Orang yang kreatif belum tentu intelegensinya tinggi dan sebaliknya.
Para peneliti membuat empat variasi hubungan kreatifitas dengan
intelegensi yaitu:
1) Kreatifitas rendah, intelegensi rendah
2) Kreatifitas tinggi, intelegensi tinggi
3) Kreatifitas rendah, intelegensi tinggi
4) Kreatifitas tinggi, intelegensi rendah
Bagi kalangan wirausaha, tingkat kreatifitas ini akan sangat
menunjang kemajuan bisnisnya. Fenomena ini dapat dilihat pada
masyarakat Jepang. Orang Jepang sangat terkenal dengan keuletan
mereka, sehingga mengalami kemajuan luar biasa setelah Perang Dunia
II. Apa sebenarnya rahasia orang Jepang tersebut ?
Bila kreatifitas diartikan sebagai kemampuan dalam menciptakan
kombinasi-kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada, sehingga
menghasilkan sesuatu yang baru, maka orang Jepang itu ahlinya. Juga
kemampuan memberi terhadap sesuatu yang kurang berarti sehingga
menjadi lebih berarti. Sukses Jepang yang luar biasa sehingga
mendominasi dunia perdagangan Amerika Serikat banyak mengundang
pertanyaan. Apakah rahasianya ? Apa yang membuat mereka begitu
kreatif, inovatif dan produktif ?
Rahasianya ialah mereka adalah tipe orang pekerja keras, uang
dan keuntungan materi bagi mereka sangat penting, tetapi tidak lebih
penting dari usaha kerja keras. Orang Jepang dinilai gila kerja (work
alcoholic). Hal ini ditunjang oleh budaya mereka yang gandrung bekerja.
Perilaku positif orang Jepang sangat menunjang keberhasilan bisnis
mereka antara lain:
1. Orang Jepang selalu bertindak ekonomis, bahkan kadang-kadang
terkesan pelit.
2. Daya tahan dan kegigihan orang Jepang dalam bekerja sehingga
mereka mampu berprestasi maksimal.
3. Tidak cepat puas dengan hasil kerjanya.
4. Mereka sanggup bekerja lama dan keras, tidak ingin cepat-cepat
menduduki jabatan.
5. Orang Jepang memiliki orientasi futuristik yang kuat. Pandangan
mereka jauh ke depan, sehingga semua dapat direncanakan sejak
dini, tidak terburu-buru. Mereka bekerja terencana, gigih, tabah, dan
percaya diri.
Melalui kerja keras, mereka yakin dapat mencapai apa yang
dimaksud "Satori" yaitu tingkat berfikir tertinggi pada orang Jepang.
Satori adalah lintasan tilikan yang datang tiba-tiba, menemukan
pemecahan masalah tiba-tiba. Satori terjadi tatkala berfikir logis,
imajinatif, dan intuitif. Hal ini dapat dicapai dengan bekerja keras.
Ada satu konsep lagi yang populer di Jepang, yaitu konsep
KAIZEN yang berarti unending improvement. Mereka selalu bekerja
membuat perbai kan-perbaikan. Dari waktu ke waktu selalu ada perbai
kan.
Di dalam ajaran agama Islam dan ditengah masyarakat kita dikenal
"Bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan dari hari esok harus
lebih baik dari hari ini". Akan tetapi, ini hanya tinggal semboyan saja, tidak
aplikatif di masyarakat. Sementara orang Jepang dengan berbagai kegiatan
produksi dan distribusinya mengalami kemajuan pesat dari dulu sampai
sekarang dan untuk masa yang akan datang. Ini perlu kita tiru, dengan
berbagai bentuk usaha yang memacu kreatifitas.

B. Hakikat Kreativitas dan Inovasi


Kreativitas merupakan salah satu aset organisasi yang terbesar di
tempat kerja, misi setiap kegiatan dan pusat keberhasilan organisasi (Kilby,
2001). Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa kreativitas merupakan esensi
dan orientasi pengembangan sumber daya manusia (Dharma dan Akib, 2004b).
Kreativitas dapat mencirikan perkembangan dan keunggulan daya saing
organisasi (Ford dan Gioia, 2000).
Kreativitas merupakan ramuan dalam pelayanan publik,
pengembangan produk dan strategi serta berbagai proses dan perilaku yang
lebih baik, unik, baru, asli, berbeda atau bermanfaat. Kreativitas mendasari
semua praktik organisasi tanpa memandang rutinitasnya (DeGraff, 2003).
Kreativitas terlihat melalui gagasan, produk, pelayanan, usaha, mode atau
model baru yang dihasilkan dan perilaku yang diperankan oleh individu,
kelompok dan organisasi.
Tujuan akhir pengembangan kreativitas dalam organisasi ialah
menciptakan berbagai bentuk nilai (manfaat), termasuk pertumbuhan,
produktivitas, efektivitas, efisiensi dan inovasi. Sejumlah pakar sepakat bahwa
kreativitas merupakan salah satu dimensi pengukuran kinerja organisasi selain
efisiensi, efektivitas dan kepuasan kerja (Kasim, 1998; Scott dalam Eoh, 2001;
French et al, 2000). Kreativitas bersifat alamiah, dapat dikembangkan dan
berlangsung seumur hidup (Kilby, 2001; Akib, 2005).
Pada mulanya, kreativitas hanya dipahami sebagai proses berpikir
dengan menggunakan teknik berpikir kreatif (Ivanyi dan Hoffer, 1999).
Kreativitas diartikan sebagai proses menggunakan imajinasi dan keahlian untuk
melahirkan gagasan baru, asli, unik, berbeda atau bermanfaat (Couger, 1996;
Linberg, 1998; Oldham dan Cummings, 1996). Saat ini, kreativitas juga
dipahami sebagai kemampuan melahirkan, mengubah dan mengembangkan
gagasan, proses, produk, mode, model dan pelayanan serta perilaku tertentu.
Dalam definisi kreativitas terkandung ciri keaslian (baru, tidak lazim, tidak
terduga) dan potensi utilitas (berguna, baik, adaptif, sesuai) gagasan, produk,
mode atau model dan proses yang dihasilkan serta perilaku yang diperankan
oleh aktornya. Ciri kreativitas dideskripsikan dalam pendekatan atau model 4-P
Kreativitas, yakni Produk, Proses, Person (perilaku individu dan kelompok) dan
Pers (lingkungan) kreatif (Bostrom dan Nagasundaram, 1998; Barlow, 2000;
Henry, 1991).
Fokus tulisan ini diarahkan pada person atau perilaku individu dan
kelompok kreatif dalam menciptakan produk, proses dan pers atau lingkungan
kreatif. State of the science kreativitas (Anderson et al, 2003) termasuk ke
dalam bidang studi manajemen sumber daya manusia (Dharma dan Akib,
2004b; Timpe, 2000) dan perilaku organisasi (Szilagyi Jr dan Wallace Jr, 1990;
Robbins, et.al. 1994) yang dikaji pada tingkat individu, kelompok dan
organisasi. Perspektif tersebut diakui oleh Boon (1997) bahwa fenomena
kreativitas dan proses kreatif merupakan objek kajian yang sangat luas, namun
sedikit sekali hasil penelitian ilmiah dalam areal transfer konsep kreativitas ke
dalam perilaku organisasi, sementara kreativitas dan proses kreatif sangat
krusial bagi pengembangan individu, tim, organisasi dan masyarakat.
Dalam konteks persekolahan, seorang (calon) kepala sekolah tidak
cukup hanya memiliki kreativitas yang tinggi, melainkan juga harus memiliki
kemampuan dan kemauan untuk melaksanakannya. Untuk melaksanakan ide-
ide baru tersebut diperlukan kemampuan inovatif yang merupakan konsep
pembaharuan baik sistem, prosedur dan cara maupun aturan untuk
menghasilkan produk, proses, perilaku dan lingkungan kreatif yang optimal.
Seorang kepala sekolah yang inovatif harus mampu melahirkan cara baru untuk
“menerapkan” ide kreatifnya sehingga berdaya guna dan berhasil guna bagi
lembaganya. Dalam implementasi praktis kreativitas dapat dilakukan mulai dari
lingkungan (kecil) di dalam kelas sampai pada manajemen sekolah yang lebih
kompleks.
Berdasarkan pemahaman konsep kreativitas tersebut inovasi dipahami
sebagai proses penerapan kreativitas secara faktual ke dalam kehidupan sehari-
hari. Inovasi merupakan proses pengenalan cara baru dan lebih baik dalam
mengerjakan berbagai hal dalam lembaga pendidikan (sekolah). Dengan
definisi yang lebih kompleks, inovasi merupakan pengenalan dan penerapan
ide, proses, produk atau prosedur baru secara sengaja dalam suatu pekerjaan,
tim kerja atau organisasi pendidikan dengan tujuan mendapatkan hasil yang
lebih baik dan menguntungkan bagi tim kerja atau lembaga tersebut.
Ada hubungan erat antara konsep kreativitas dan inovasi yang
keduanya sangat diperlukan dalam mengembangkan sekolah. Kreativitas tanpa
inovasi bagaikan pisau tajam yang tidak pernah dipakai, sedangkan inovasi
tanpa dilandasi kreativitasi tidak menghasilkan sesuatu yang baru bagi
organisasi sekolah. Kreativitas umumnya akan terlihat pada proses kognitif
seseorang, di mana pikiran dan ide-ide kreatifnya terlihat dalam proses,
perilaku, produk dan lingkungan pembelajaran. Misalnya, strategi pembelajaran
kreatif dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada di lingkungannya
(contextual learning) atau penataan ruangan kelas yang memungkinkan peserta
didik mendapatkan akses yang sama dengan guru atau sumber belajar lainnya
atau pola administrasi kelas dengan pola komputerisasi.
Pada tataran implementasi, inovasi terbatas pada usaha sengaja (sadar)
untuk memperoleh keuntungan atau hasil yang lebih baik dengan melakukan
perubahan, di mana perubahan tersebut meliputi aspek ekonomis,
pengembangan pribadi, kepuasan kerja, kohesi kelompok dan komunikasi
organisasional (lembaga sekolah) yang lebih baik, maupun produktivitas,
efisiensi, efektivitas dan profitabilitas kelembagaan. Inovasi tidak selalu
berwujud perubahan radikal lembaga pendidikan namun dapat berupa
perubahan kecil dan sederhana yang melibatkan berbagai komponen sekolah.
Inovasi tidak harus didominasi perubahan dengan teknologi tinggi, namun
sentuhan teknologi hanyalah merupakan salah satu faktor inovasi dalam
mengelola sekolah. Contoh, dikenalkannya layanan pendidikan yang lebih
menekankan pada faktor potensi/kemampuan anak dengan melakukan
pembelajaran semi-individual (tidak selalu klasikal). Ilustrasi lain yang lebih
canggih dapat dilakukan melalui pengenalan layanan pendukung komputer baru
di sekolah. Inovasi bisa juga ditemukan dalam perubahan administratif sekolah
dengan menerapkan model database baik untuk guru dan siswa maupun tenaga
pendukung sekolah lainnya (tenaga administrasi). Inovasi dapat dikembangkan
dalam upaya menerapkan strategi baru peningkatan sumber daya manusia,
kebijakan sekolah atau pengenalan kerja tim guru pada bidang-bidang yang
spesifik.
Dalam bahasa yang lebih eksplisit inovasi tidak selalu mengisyaratkan
atau mengharuskan pembaharuan absolut. Perubahan dapat dipandang sebagai
suatu inovasi apabila perubahan tersebut baru bagi seseorang, kelompok atau
organisasi kelembagaan yang memperke nalkannya. Kerja tim atau manajemen
partisipatif yang diperkenalkan dalam suatu lembaga pendidikan juga dianggap
sebagai suatu inovasi jika baru dalam lembaga tersebut, terlepas dari apakah
model kerja tim tersebut pernah disosialisasikan pada lembaga lain. Dengan
demikian, proses inovasi tidak selalu menuntut hal-hal yang canggih. Persepsi
demikian kadang-kadang justru menghambat proses inovasi, karena selalu takut
melangkah untuk berinovasi.
Dalam proses implementasi kreativitas di sekolah, inovasi bisa
bervariasi dari inovasi yang relatif ‘ringan’ hingga inovasi yang dapat
merombak sistem kelembagaan sekolah yang dianggap sangat penting. Inovasi
tidak harus setara dengan proses penemuan modul pembelajaran Quantum
Learning misalnya. Inovasi adalah segala usaha yang menghasilkan produk,
proses, prosedur yang lebih baik, atau cara baru dan lebih baik dalam
mengerjakan berbagai hal, yang diperkenalkan oleh individu, kelompok atau
institusi sekolah. Beberapa inovasi bisa diperkenalkan dalam waktu yang
singkat (misalnya, memutuskan untuk menerapkan model Classroom
Management yang baru dengan mengubah posisi duduk siswa dan guru),
sementara bentuk inovasi lainnya mungkin memerlukan waktu yang cukup
lama, sebagaimana diterapkan dalam pendidikan dewasa ini dengan istilah
Community Based Education (Depdiknas, 2002).

C. Hakikat Kewirausahaan
Kewirausahaan merujuk pada sifat, watak dan ciri-ciri yang melekat
pada individu yang memiliki kemauan keras untuk mewujudkan dan
mengembangkan gagasan kreatif dan inovatif yang dimiliki ke dalam kegiatan
yang bernilai. Jiwa dan sikap kewirausahaan tidak hanya dimiliki oleh
usahawan, melainkan juga pada setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak
inovatif. Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan
dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari dan memanfaatkan peluang menuju
sukses. Inti kewirausahaan menurut Drucker (1959) yang dikutip oleh Alma
(2006) adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya peluang.
Jiwa, sikap dan perilaku kewirausahaan memiliki lima ciri yakni: 1)
penuh percaya diri, dengan indikator penuh keyakinan, optimis, disiplin,
berkomitmen dan bertanggung jawab; 2) memiliki inisiatif, dengan indikator
penuh energi, cekatan dalam bertindak dan aktif; 3) memiliki motif berprestasi
dengan indikator berorientasi pada hasil dan berwawasan ke depan; 4) memiliki
jiwa kepemimpinan dengan indikator berani tampil beda, dapat dipercaya dan
tangguh dalam bertindak; dan 5) berani mengambil risiko dengan penuh
perhitungan.
Aksioma yang mendasari proses kewirausahaan adalah adanya
tantangan dalam berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menghasilkan
nilai tambah dari apa yang diusahakan. Ide kreatif dan inovatif wirausaha tidak
sedikit yang diawali dengan proses imitasi dan duplikasi, kemudian
berkembang menjadi proses pengembangan dan berujung pada proses
penciptaan sesuatu yang baru, berbeda dan bermakna. Tahap penciptaan
sesuatu yang baru, berbeda dan bermakna inilah yang disebut tahap
kewirausahaan.
Wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membantu
terbentuknya sistem kegiatan suatu lembaga yang bebas dari keterikatan
lembaga lain. Sebagian besar pendorong perubahan, inovasi dan kemajuan
dinamika kegiatan di sekolah akan datang dari kepala sekolah yang memiliki
jiwa wirausaha. Kepala sekolah tersebut adalah orang yang memiliki
kemampuan untuk mengambil risiko dan mempercepat pertumbuhan dan
dinamika kegiatan di lembaganya. Sampai pada tataran tertentu keberhasilan
seorang wirausaha tergantung pada kesediaan untuk bertanggung jawab atas
pekerjaannya sendiri.
Seorang wirausaha ikhlas belajar banyak tentang diri sendiri jika
bermaksud mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang diinginkan dalam
kehidupannya. Kekuatan seorang wirausaha datang dari dirinya sendiri dan
bukan dari tindakan orang lain. Meskipun risiko kegagalan selalu mengintip,
wirausaha mengambil risiko dengan jalan menerima tanggung jawab atas
tindakannya. Kegagalan diterima sebagai pengalaman yang terbaik dalam
belajar. Beberapa wirausaha dapat mencapai tujuan yang diinginkan setelah
mengalami rintangan dan kegagalan. Belajar dari pengalaman akan membantu
wirausaha menyalurkan kegiatan untuk mencapai hasil yang lebih produktif dan
positif, sehingga keberhasilan merupakan buah dari usaha yang tidak mengenal
lelah.
Wirausaha adalah orang yang mempunyai tenaga dan keinginan untuk
terlibat dalam petualangan inovatif. Wirausaha juga memiliki kemauan
menerima tanggung jawab pribadi dalam mewujudkan keinginan yang dipilih.
Menurut McClelland, terdapat sembilan ciri wirausahawan, yaitu: 1) keinginan
untuk berprestasi, 2) bertanggung jawab, 3) preferensi kepada risiko menengah,
4) persepsi pada kemungkinan berhasil, 5) rangsangan oleh umpan balik, 6)
enerjik dalam beraktivitas, 7) berorientasi ke masa depan, 8) terampil dalam
pengorganisasian, dan 9) sikap positif terha- dap uang (dalam Depdiknas,
2002).
Seorang wirausaha memiliki daya inovasi yang tinggi, di mana dalam
proses inovasinya menunjukkan cara-cara baru yang berbeda, lebih baik dan
bermanfaat dalam mengerjakan pekerjaan. Dalam kaitannya dengan tugas
kepala sekolah, kebanyakan di antaranya tidak menyadari keragaman dan
keluasan bidang yang menentukan tindakan nya untuk memajukan sekolah.
Mencapai kesempurnaan dalam melakukan rencana merupakan sesuatu yang
ideal dalam mengejar tujuan, tetapi bukan merupakan sasaran yang realistik
bagi kebanyakan kepala sekolah yang berjiwa wirausaha. Bagi kepala sekolah
yang realistik, hasil yang dapat diterima lebih penting daripada hasil yang
sempurna. Setiap orang termasuk kepala sekolah yang kreatif dan inovatif
adalah individu yang unik dan spesifik.
Pada umumnya, setiap orang termasuk kepala sekolah memiliki
pengalaman masa lampau yang bervariasi. Pengalaman dan pengetahuan masa
lampau kepala sekolah yang memiliki jiwa wirausaha biasanya unik dan
kadang-kadang tidak dimiliki orang lain. Namun, kebanyakan kepala sekolah
yang berjiwa wirausaha juga memiliki kemauan untuk meniru dan mengkiblat
pada keberhasilan kepala sekolah lain yang lebih berhasil mengelola sekolah.
Model meniru dan mengikuti peran kepala sekolah lain yang berhasil
mengembangkan sekolah dengan prinsip kewirausahaan menghasilkan sosok
wirausaha yang memiliki keterampilan mengelola sekolah.
Kepala sekolah yang memiliki jiwa wirausaha pada umumnya
mempunyai tujuan dan pengharapan tertentu yang dijabarkan ke dalam visi,
misi, tujuan dan rencana strategis yang realistik. Realistik berarti tujuannya
disesuaikan dengan sumber daya pendukung yang dimiliki. Semakin jelas
tujuan yang ditetapkan semakin besar peluang untuk dapat meraihnya. Dengan
demikian, kepala sekolah yang berjiwa wirausaha harus memiliki tujuan yang
jelas dan terukur dalam mengembangkan sekolah. Untuk mengetahui apakah
tujuan tersebut dapat dicapai maka visi, misi, tujuan dan sasarannya
dikembangkan ke dalam indikator yang lebih terinci dan terukur untuk masing-
masing aspek atau dimensi. Dari indikator tersebut juga dapat dikembangkan
menjadi program dan subprogram yang lebih memudahkan implementasinya
dalam pengembangan sekolah.

D. Fungsi Kreativitas, Inovatif & Jiwa Kewirausahaan.


Kreativitas, inovasi dan jiwa kewirausahaan sangat penting dimiliki
karena merupakan kemampuan yang sangat berguna dalam proses kehidupan
manusia. Makna dan posisi kreativitas dan inovasi dinyatakan oleh Treffinger
(1986) bahwa tidak ada seorang pun yang tidak memiliki kreativitas. Sementara
itu, Timpe (2000: 59) menjelaskan bahwa setiap individu kreatif dengan cara-
cara dan derajat yang berbeda. Dengan demikian, setiap orang memiliki dasar
kreativitas dan inovasi pada dirinya. Masalahnya adalah bagaimana cara potensi
kreativitas dan inovasi tersebut dikembangkan dan diimplementasikan dalam
kegiatan riil sesuai dengan wawasan kewirausahaan dalam organisasi,
khususnya di sekolah.
Suatu karya kreatif dan inovatif sebagai hasil kreasi kepala sekolah
dapat mendorong potensi kerja dan kepuasan pribadi yang tak terhingga
besarnya. Dengan terobosan kreatif kepala sekolah dapat mengoptimalkan
kemampuan yang dimiliki untuk mengubah tantangan menjadi peluang dan
untuk memajukan sekolah. Hal ini menunjukkan terjadinya perwujudan diri
sepenuhnya yang merupakan salah satu esensi dalam kehidupan manusia
(Munandar, 1992). Menurut Maslow (1968) yang dikutip Depdiknas (2002),
dalam perwujudan diri manusia kreativitas dan inovasi merupakan manifestasi
dari individu yang memiliki fungsi penuh. Di sini terlihat bahwa potensi
kreativitas dan inovasi penting untuk mengembangkan prestasi kerja, termasuk
prestasi kerja kepala sekolah bersama warga sekolah.
Pada masa sekarang di mana otonomi daerah tengah digalakkan,
konsekuensi logis pergeseran kebijakan tersebut adalah perlunya dipersiapkan
tenaga handal dalam mengelola sistem pemerintahan, termasuk sistem
ketenagaan di sektor pendidikan. Disadari bahwa pola rekruitmen tenaga
kependidikan di daerah masih sangat lemah dan satu di antaranya adalah
kompetensi kepala sekolah. Dengan demikian, apabila dikaitkan dengan fungsi
kreativitas, inovasi dan kewirausahaan dalam organisasi pendidikan (calon)
kepala sekolah menjadi salah satu kajian pokok dalam peningkatan aspek
tersebut. Kewirausahaan berbasis kreativitas dan inovasi juga penting dipahami
oleh para guru dalam tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik dan
pengajar yang membimbing dan mengantar anak didik ke arah pertumbuhan
dan perkembangan prestasinya secara optimal. Di sisi lain, kepala sekolah
karena kelemahan rekuritmen kadang-kadang tidak memiliki kemampuan
tersebut. Padahal, kedudukan kepala sekolah menjadi sangat sentral dan penting
dalam mengoptimalkan fungsi kreativitas, inovasi dan wawasan kewirausahaan
di lembaga pendidikan yang dipimpinnya.
Selain makna kreativitas, inovatif dan wawasan kewirausahaan perlu
pula dipelajari kepentingannya dalam kehidupan di masyarakat dan di tempat
kerja. Kreativitas yang merupakan pangkal dari langkah inovatif mempunyai
nilai penting dalam kehidupan individu dan organisasi. Semiawan (1997)
menguraikan konsep Treffinger (1986) bahwa ada empat alasan penting
mengapa seseorang (termasuk kepala sekolah) perlu belajar menjadi lebih
kreatif, yaitu: 1) belajar kreatif membantu seseorang (kepala sekolah) menjadi
lebih berhasil guna dalam melakukan pekerjaan; 2) belajar kreatif menciptakan
kemungkinan untuk memecahkan masalah yang tidak mampu diramalkan yang
timbul di masa kini dan di masa depan; 3) belajar kreatif menimbulkan akibat
yang besar dalam kehidupan seseorang, dapat mempengaruhi, bahkan dapat
mengubah karir pribadi serta menunjang kesehatan jiwa dan badan seseorang;
4) belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar.
Secara lebih luas, belajar kreatif dapat menimbulkan ide, cara dan hasil yang
baru, unik dan bermanfaat.
Dalam kaitannya dengan perwujudan fungsi kreativitas, inovasi dan
wawasan kewirausahaan perlu ada komitmen yang tinggi dari para kepala
sekolah dan guru dalam mengembangkan proses pembelajaran di sekolah. Bagi
guru sebagai salah satu pilar pelaksanaan manajemen peningkatan mutu
berbasis sekolah (MPMBS), perlu memiliki kemampuan dan kesanggupan
menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif agar siswa terangsang untuk
lebih ingin mengetahui materi pelajaran, senang bertanya dan berani
mengajukan pendapat serta melakukan percobaan yang menuntut pengalaman
baru. Hal ini penting dipahami dan dipraktekkan oleh guru dalam kegiatan
belajar mengajar dengan harapan agar siswa mendapat kesempatan mengukir
prestasi. Selanjutnya, yang lebih penting adalah peran kepala sekolah, yang
juga merupakan salah satu pilar dari tiga pilar pelaksanaan MPMBS agar
memiliki kepedulian yang lebih tinggi dari sisi manajemen sekolah.

E. Strategi Memperkenalkan Inovasi


Banyak cara yang dapat dipilih dalam mensosialisasikan konsep
kreativitas dan inovasi, dari cara yang radikal sampai pada cara halus dan
tersamar. Pada prinsipnya, apapun strategi yang diterapkan memiliki tujuan
yang sama agar perubahan dan pembaruan terjadi dalam organisasi. West
(2000) mengemukakan empat strategi memperkenalkan inovasi, yakni strategi
pengaruh minoritas, strategi partisapatif, strategi eklektik dan strategi
pemaksaan kekuasaan (Depdiknas, 2002). Tiga strategi yang erat kaitannya
dengan pengembangan kreativitas dan inovasi dalam konteks pendidikan
diuraikan berikut ini.
Strategi Partisipatif, ini cocok dikembangkan apabila kebutuhan akan
inovasi dirasakan oleh personil kelembagaan dan tersedia cukup waktu dan
sumber daya untuk menggalakkan partisipasi khususnya bagi kelompok yang
dianggap tidak terlibat langsung dalam proses inovasi. Sebagai ilustrasi pada
konteks persekolahan, strategi partisipasi melibatkan tiga unsur, yakni 1) kepala
sekolah, guru dan warga sekolah, 2) mensosialisasikan informasi kepada
mereka, dan 3) melibatkan kepala sekolah, guru dan warga sekolah termasuk
komite sekolah, orang tua siswa, pengusaha, penguasa dan masyarakat selaku
pemangku kepentingan dalam pembuatan keputusan. Strategi partisipasi dapat
diterapkan apabila basis untuk tim sudah ada di sekolah tersebut.
Strategi Ekletik, menurut Daft (1992) merupakan gabungan dari
beberapa metode dalam mengimplementasikan inovasi. Pendekatan ini
melibatkan tujuh teknik mengubah implementasi, yakni 1) diagnosis kebutuhan
akan perubahan; 2) memenuhi ide-ide yang sesuai kebutuhan; 3) mendapatkan
dukungan manajemen puncak; 4) merancang perubahan untuk implementasi
bertahap; 5) mengembangkan rencana untuk mengatasi resistansi terhadap
perubahan; 6) membentuk tim perubahan; dan 7) merangkul dan membina
personil yang kaya ide.
Strategi Pemaksaan Kekuasaan, ini lazim digunakan untuk perubahan
paradigma yang radikal dan tidak mungkin dilakukan dengan cara lain.
Pemaksaan kekuasaan dilakukan jika kelompok organisasi memiliki
kemampuan berpikir yang timpang antara kelompok pimpinan dengan
kelompok yang dikenai inovasi.
Di samping itu, pemaksaan kekuasaan diterapkan apabila tidak ada
waktu yang cukup untuk menjalankan konsultasi, komunikasi atau partisipasi
dalam menerapkan inovasi. Perlu diingat bahwa strategi pemaksaan hanya
efektif digunakan oleh aktor yang memiliki kekuasaan dan pengaruh cukup
besar dalam organisasi untuk mendesak implementasi inovasi. Konsekuensi
penggunaan strategi pemaksaan kekuasaan adalah adanya kecenderungan
memunculkan sikap permusuhan yang cukup besar di antara anggota
organisasi. Pemaksaan kekuasaan merupakan satu-satunya cara untuk
mewujudkan perubahan yang tidak popular.
Contoh, perampingan kelembagaan akan sangat mungkin menimbulkan
resistansi besar-besaran, bahkan proses konsultasi, komunikasi dan partisipasi
tidak akan efektif. Program perubahan kultur juga seringkali menuntut
pemaksaan kekuasaan untuk mengatasi resistansi terhadap perubahan dalam
diri orang yang sudah begitu lama menggeluti “kultur lama.” Misalnya, kepala
sekolah sering menentang pengenalan participative management atau
participative leadership karena melihat bahwa kewenangan, kekuasaan dan
kontrol manajemennya akan dipangkas.

F. Beberapa Kelemahan Wirausaha Indonesia


Perubahan yang terjadi secara multidimensional dalam dunia
pendidikan mensyaratkan kemampuan kepala sekolah yang handal untuk
menjalankan tugas dan fungsinya secara optimal. Pengetahuan dan
keterampilan yang pernah diserap kepala sekolah ketika mengikuti pendidikan
dan latihan seringkali dianggap terbatas dan kurang sesuai dengan tuntutan
persyaratan pekerjaannya saat ini.
Oleh karena itu, calon/kepala sekolah perlu selalu melakukan
pembelajaran agar dapat mengikuti dinamika perkembangan IPTEKS dan dunia
pendidikan, serta peraturan yang dibuat oleh pemerintah.
Beberapa peraturan seperti PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Kepmen Nomor 162 tentang Pedoman Penugasan Guru
sebagai Kepala Sekolah, dan PP Nomor 38 Tahun 1992 tentang Tenaga
Kependidikan pasal 20 ayat (4) pada intinya menyebutkan bahwa tenaga
kependidikan yang akan ditugaskan untuk bekerja mengelola satuan pendidikan
dipersiapkan melalui pendidikan khusus. Meskipun di dalam PP tersebut tidak
disebutkan tentang pendidikan khusus kewirausahaan bagi calon/kepala
sekolah, namun di sini ada komitmen kuat dari pemerintah untuk
mempersiapkan, secara khusus, pendidikan dan latihan bagi pengelola satuan
pendidikan.
Pendidikan khusus yang bermuatan kewirausahaan bagi para
calon/kepala sekolah diperlukan agar nantinya mereka dapat lebih kreatif dan
inovatif memanfaatkan sumber daya dan aset yang dimiliki dalam
mengembangkan jiwa kewirausahaan warga sekolah yang dipimpinnya.
Kelemahan manajemen kewirausahaan lembaga pendidikan kita saat
ini sebagian besar disebabkan oleh ketidakmampuan pengelola menjalankan
fungsinya secara profesional. Efek lanjutan dari kelemahan sistem manajemen
kewirausahaan yang berkepanjangan adalah semakin tertinggalnya kemajuan
pendidikan kewirausahaan dilihat dari sudut kemajuan di sektor ekonomi,
industri dan perdagangan. Sentuhan kreativitas dan inovasi dalam berbagai
bidang pendidikan kewirausahaan seperti kurikulum, sarana dan prasarana, pola
pendidikan kepada anak didik, dan sebagainya tidak akan banyak manfaatnya
tanpa kemampuan wirausaha yang memadai dari para pengelolanya.

G. Pemanfaatan Waktu
Pemanfaatan waktu bagi wirausaha yang dilakukan oleh kepala satuan
pendidikan adalah hal-hal yang amat penting. Karena apabila waktu tidak
dimanfaatkan dengan seefektif dan seefisien mungkin, maka program usaha
akan mendapat hambatan.
Beberapa waktu yang penting untuk dimanfaatkan oleh
kewirausahaan kepala sekolah dalam satuan pendidikan masing- masing
adalah :
1. Tujuan Kepala satuan pendidikan
Kepala satuan pendidikan harus memiliki waktu untuk mengembangkan
kreativitas agar apa yang dilakukan membawa perubahan-perubahan baru
kearah yang lebih bagi sekolahnya/madrasahnya dan memiliki alternatif solusi
terbaik untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi.
2. Cara Berkreativitas
Berikut disampaikan beberapa cara untuk memanfaatkan waktu dalam
mengembangkan/meningkatkan kreativitas seseorang:
a. Waktu untuk meningkatkan kesadaran berarti belajar untuk memperhatikan
hal-hal yang biasanya tidak kita hiraukan sehingga dapat membuka pikiran
kita;
b. Waktu untuk curah pendapat (brain storming) adalah sebuah teknik untuk
menghasilkan ide-ide baru;
c. Waktu untuk mengubah ide-ide yang sudah ada;
d. Waktu untuk mempelajari teknik berpikir kreatif dari buku-buku;
e. Waktu untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan kreativitas dan
mempraktikkannya;
f. Waktu untuk mencatat ide-ide baru kemudian mengembangkannya;
g. Waktu untuk bergaul dengan orang-orang yang kreatif;
h. Waktu untuk mengubah sudut pandang;
i. Waktu untuk mempelajari proses perubahan ide;
j. Waktu untuk menciptakan keteraturan berolah raga untuk menjaga
kesehatan;
k. Waktu untuk apresiasi terhadap seni; dan
l. Waktu untuk mencari pembimbing yang dapat membantu menemukan ide
baru.
Maka Sifat-sifat yang hrus dimiliki oleh seorang wirausaha antara lain
adalah sifat yang mampu melihat ke depan ( Visioner ),Kreativitas, Inovasi,
Jiwa Kewirausahaan, Strategi dan Pemanfaatan Waktu. Hal dimaksud secara
skematik dapat penulis gambarkan sebagai berikut :

Visioner Strategi Jiwa Kewirausahaana

WIRAUSAHAWAN

Pemanfaatan Waktu Inovasi Kreativitas

Gambar 3 : Sifat-Sifat yang Harus Dimiliki Wirausahawan


BAB. III
KEPRIBADIAN, TEMPRAMEN DAN WATAK WIRAUSAHA

A. Pengertian Kepribadian Wirausaha


Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan
berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan
dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.
Kepribadian seseorang tidak sama dengan kepribadian orang lain.
Kepribadian ini adalah sangat unik, demikian dinyatakan oleh para ahli.
Dengan kepribadian yang dimiliki oleh seseorang dia dapat memikat orang
lain, orang menjadi simpati padanya, orang tertarik dengan
pembicaraannya, oleh karena terkesima olehnya. Wirausahawan yang
memiliki kepribadian seperti ini sering sekali berhasil dalam menjalankan
usahanya.
Adapun wirausahawan yang secara fisik tidak meyakinkan, tidak
menarik, tetapi setelah mengobrol (lobby) rasanya tersimpan suatu daya
tarik, sehingga calon relasi tadi makin tertarik, akhirnya menjurus kearah
hubungan lebih dekat dan saling memberi harapan.
Kepribadian semacam inilah yang perlu dikembangkan oleh
wirausaha. Sekarang timbul pertanyaan, apakah kepribadian itu? Dapatkah
kepribadian itu diperbaiki? Bagian-bagian manakah dari unsur kepribadian
yang dapat diperbaiki dan manakah yang sudah pembawaan sejak lahir.
Uraian ini kami kemukakan dengan menampilkan sebuah definisi
kepribadian dalam bahasa Inggris disebut personality dikemukakan oleh
Erich Fromm (1975): By personality i understand the totality of inherited
acquired psychic qualities which are characteristic of one individual and
which make the individual unique.
Bila diartikan secara bebas rumusan di atas berbunyi: kepribadian
adalah merupakan keseluruhan kualitas psikis yang di warisi atau diperoleh
yang khas pada seseorang yang membuatnya unik. Mengenai bagian mana
dari kepribadian yang di warisi dan bagian mana yang diperoleh akan
dibahas di bagian selanjutnya. Sultan Takdir Alisyahbana mencoba
membedakan pengertian personality dengan pengertian individu dan
person.
Perkataan individu berasal dari individu (Latin) Atomon yang
diartikan sebagai indivisible entity, the living organism neutrally as a unit.
Jadi individu ini merupakan hal yang hidup suatu organisme yang bulat
dan utuh sebagai suatu kesatuan. Person berasal dari kata persona yaitu a
theatrical mask, atau merupakan topeng seperti orang main di panggung.
Jadi person ialah person behind the mask = orang yang di belakang topeng.
Sebagai kesimpulan tentang rumusan personality ini: personality is the
total of human mind. Mind disini diartikan sebagai keseluruhan karakteristik
dari diri seseorang, bisa berbentuk pikiran, perasaan, kata hati, berupa
temperamen, watak (karakter).
Disamping itu kepribadian sering diartikan dengan ciri-ciri yang
menonjol pada diri individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan
atribut “berkepribadian pemalu”. Kepada orang supel diberi kan atribut
“berkepribadian supel” dan kepada orang yang plin-plan, pengecut, dan
semacamnya diberikan atribut “tidak punya kepribadian”.
Berdasarkan psikologi, Gordon Allport menyatakan bahwa
kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang
merupakan suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan
sesuatu yang dapat berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian
secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.

1. Ciri-ciri kepribadian
Para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam memberikan
rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang
dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005)
menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda.
Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu
rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap.
Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis
dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang
unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari
pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider (1964) mengartikan
penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat
behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari
dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara
keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma)
lingkungan.
Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu
khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya.
Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya
konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya
yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas
tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa
teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya : teori Psikoanalisa
dari Sigmund Freud, teori Analitik dari Carl Gustav Jung, teori Sosial
Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari
Murray, teori Medan dari Kurt Lewin, teori Psikologi Individual dari Allport,
teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, teori The Self dari Carl
Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003)
mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang di dalamnya
mencakup :
 Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku,
konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
 Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya
mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
 Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau
ambivalen.
 Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap
rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah,
sedih, atau putus asa
 Responsibilitas (tanggung jawab) adalah kesiapan untuk menerima
risiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima
risiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari risiko yang
dihadapi.
 Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan
interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang


menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat. Dalam hal ini,
Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat
dan tidak sehat, sebagai berikut :

2. Kepribadian yang sehat


Ciri-ciri daripada kepribadian yang sehat adalah sebagai berikut :
 Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri
apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan,
keterampilan dan sebagainya.
 Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi
atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima
secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang
sempurna.
 Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat
menilai keberhasilan yang diperolehnya dan mereaksinya secara rasional,
tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila
memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami
kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap
optimistik.
 Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap
kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang
dihadapinya.
 Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan
bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan
diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
 Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya,
dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau
konstruktif , tidak destruktif (merusak)
 Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam
setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang
(rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan
dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan
keterampilan.
 Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap
orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah
lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai
orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain,
tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan
mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
 Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial
dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
 Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan
filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
 Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang
didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan),
dan affection (kasih sayang).
3. Kepribadian yang tidak sehat
a. Mudah marah (tersinggung)
b. Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
c. Sering merasa tertekan (stress atau depresi) bersikap kejam atau senang
mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang

 Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun


sudah diperingati atau dihukum
 Kebiasaan berbohong
 Hiperaktif
 Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
 Senang mengkritik/mencemooh orang lain
 Sulit tidur
 Kurang memiliki rasa tanggung jawab
 Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor
yang bersifat organis)
 Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
 Pesimis dalam menghadapi kehidupan
 Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan

4. Faktor-faktor penentu kepribadian

a. Faktor keturunan
Keturunan merujuk pada faktor genetika seorang individu. Tinggi fisik,
bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi
dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap, entah
sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh siapa orang tua dari
individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan
dari individu.
Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah
kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran penting
dalam menentukan kepribadian seseorang. Dasar pertama berfokus pada
penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-anak. Dasar kedua
berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga
meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam berbagai
situasi.
b. Faktor lingkungan
Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan
karakter adalah lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma
dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang
seorang manusia dapat alami.
Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian
seseorang. Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan
konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens
berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur
yang lain.
Misalnya, orang-orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan,
keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus
tertanam dalam diri mereka melalui buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman,
sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius dan agresif bila
dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang
menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan
keluarga daripada pekerjaan dan karier.

5. Kepribadian yang Produktif


Seorang wirausaha adalah seseorang yang memiliki kepribadian
yang produktif. Apakah yang dikatakan produktif? Produktif ialah kegiatan
yang menimbulkan atau meningkatkan kegunaan (utility). Kita mengenal
beberapa macam utility, yaitu:
1. Utility of Place (kegunaan tempat)
2. Utility of Time (kegunaan waktu)
3. Utility of Form (kegunaan bentuk)
4. Utility of Ownership/ possession (kegunaan kepemili kan), dan
sebagainya.
Jadi segala bentuk kegiatan yang meningkatkan kegunaan suatu
barang disebut produktif. Misalkan beras diangkut dari desa ke kota
(nilainya bertambah), kursi di ruang kuliah berserakan, lalu disusun rapi
(nilai gunanya bertambah), ini disebut place utility. Bahan makanan
disimpan untuk menghadapi musim paceklik (time utility). Karet mentah
diubah bentuk menjadi ban mobil (form utility). Kepemilikan barang
berpindah dari penjual ke pembeli (ownership utility).
Gilmore menyatakan bahwa pribadi yang produktif (productive person)
ialah individu yang menghasilkan kontribusi bermanfaat bagi lingkungannya.
Seorang wirausaha jelas selalu memberi kontribusi positif bagi
lingkungannya, antara lain menampung tenaga kerja, memberi sumbangan
sosial, menjaga kebersihan, bergaul dengan sesama, dan sebagainya. Seorang
wirausaha memiliki perasaan tanggung jawab sosial yang tinggi terhadap
lingkungannya.
Seorang wirausaha memiliki tanggung jawab sosial, untuk itu ia harus
senang berinteraksi, bergaul, toleransi, terbuka sesama teman. Dia harus
memiliki rasa menolong orang lain yang membutuhkan pertolongannya.
Sebagai kesimpulan, pribadi yang produktif ialah seseorang yang
memberikan kontribusi kepada lingkungan nya, dia imajinatif, dan inovatif,
bertanggung jawab dan responsif dalam berhubungan dengan orang lain.
Seorang yang produktif ini adalah individu yang matang (maturity). Matang
disini bukan berarti dewasa secara fisik, tetapi lebih banyak mengandung
aspek psikologisnya.

6. Ciri-ciri pribadi yang matang ialah :


a. Tidak banyak tergantung pada orang lain
b. Memiliki rasa tanggung jawab
c. Obyektif dan kritis (tidak asal terima issu)
d. Emosinya stabil
e. Sociability, artinya dalam lingkungan yang cocok ia akan tampil ke
depan. Dalam lingkungan yang tidak cocok, ia akan menjaga jarak.
f. Keyakinan agamaYang terakhir ini adalah aspek paling tinggi dalam
jenjang kematangan yang dicapai seseorang, yaitu pengakuan akan
pertolongan dan kekuasaan Allah Swt.
Selanjutnya jika ada pribadi yang produktif, tentu ada pula pribadi yang
non-produktif. Ciri pribadi yang non produktif ialah :
1. Pribadi yang hanya senang mendengar saja, dia pendengar yang baik, tidak
pernah mengemukakan ide. Dia tidak bisa mengatakan “Tidak”, dia lebih
senang mengatakan “Ya”.
2. Dia lebih senang mengeksploitasi orang lain untuk keuntungan pribadinya.
3. Dia lebih senang menyimpan segala macam informasi, tidak pernah ia
keluarkan kembali informasi yang pernah ia terima.
4. Sifatnya sentimentil, suka merenung masa lalu.
5. Dia banyak mengetahui segala sesuatu, tetapi tidak bisa mengungkapkan
buah pikirannya.
6. Dia suka memasarkan pribadinya dengan memperoleh imbalan/balas
jasa/honor.
7. Dia lebih senang mengikuti anggapan orang lain terhadapnya.
Tipe pribadi non-produktif ini adalah pribadi yang immaturity (belum
matang). Pribadi immaturity mempunyai ciri-ciri:
1. Lebih bersikap pasif
2. Ketergantungan kepada orang lain
3. Tidak punya pandangan ke depan
4. posisinya selalu di bawah
5. Kurang menghargai dirinya, kurang mencintai dirinya
Seseorang tidak akan bisa mencintai orang lain apabila ia tidak respek dan
tidak mencintai dirinya sendiri.
Jelas tipe pribadi yang non-produktif ini bukan tipe seorang wirausaha.
Pribadi wirausaha adalah mutlak tipe pribadi produktif, sebagaimana yang
telah diuraikan di atas.

B. Temperamen Wirausaha
Temperamen adalah gejala karakteristik daripada sifat emosi individu
wirausaha, termasuk juga mudah tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan
serta kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya, segala cara dari
pada fluktuasi (gelombang) dan identitas suasana hati.
1. Jenis Temperamen
Secara umum jenis temperamen dapat dibedakan menjadi 4 bagian,
dimana masing-masing bagian memiliki kelebihan dan kekurangan. Kita bisa
memiliki secara dominan dari salah satu temperamen yang ada atau bahkan
perpaduan dari beberapa temperamen.
Untuk dapat menentukan seseorang wirausaha itu memiliki temperamen
yang mana, maka personal tersebut dapat mengikuti tes kepribadian (psikotes),
tes ini harus diisi dengan sejujurnya, agar hasil yang didapatkan sesuai atau
hampir sama dengan  kepribadian kita yang sesungguhnya.
Dengan demikian kita akan dapat mengetahui, kita itu sebenarnya
cenderung memiliki kepribadian atau sifat yang bagaimana? Maka kita akan tahu
kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri kita.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, temperamen didefinisikan sebagai
sifat batin yang tetap memengaruhi perbuatan, perasaan, dan pikiran (misalnya
periang, penyedih, dsb). Nah, secara naluriah, setiap manusia memiliki
kecenderungan temperamen ini sebagai ciri khas dari dirinya. Itu sebabnya,
perangai setiap orang berbeda-beda sehingga untuk menyikapinya diperlukan
cara yang berbeda pula.
Mungkin di antara kalian ada yang memiliki teman yang suka mengatur
dan keras kepala, atau suka menyendiri, easy going, bawaannya nyantai terus,
atau malah pribadi yang bermuka dua. Pribadi-pribadi seperti itu tidak bisa
langsung diduga buruk. Lagi-lagi, sebenarnya itu semua karena mereka memiliki
sifat batin yang kita kenal dengan temperamen. Nah, dalam ilmu psikologi,
temperamen yang dimiliki manusia ada empat macam. Setiap manusia biasanya
memiliki salah satu kecenderungan dari empat jenis tersebut.
a. Sanguine
Seseorang yang memiliki tipe sanguine adalah orang yang ramah dan
hangat, berusaha menyenangkan hati orang lain, supel dalam bergaul,
kehadirannya meramaikan suasana, mudah tertawa tapi mudah pula terharu.
Tetapi orang jenis ini punya kekurangan, seperti sembrono, sering
berbohong/membual, kurang bisa diandalkan dalam melaksanakan tanggung
jawabnya, kurang berpikir panjang, kurang tekun, jika dimarahi dia akan
menangis tersedu-sedu tetapi ia akan langsung melupakannya.
b. Melankolis
Seseorang yang memiliki tipe melankolis ini adalah orang yang tekun
dalam melakukan sesuatu, berbakat, pefeksionis, suka yang indah-indah, setia,
biasanya tanpa disuruh dia akan langsung mengerjakan tugasnya, sangat
menjaga barang pribadi, hanya dengan disindir saja dia sudah langsung tahu
letak kesalahannya dan berusaha untuk memperbaikinya.
Tapi orang jenis ini sangat perasa dan cenderung pemurung, sangat
sensitif dan mudah tersinggung, kata-kata kasar yang dituju padanya akan
sangat melukai hatinya dan sulit untuk dia lupakan, cenderung pendendam dan
jelas menarik diri dari lingkungan luar, mengasihani diri sendiri
c. Kolerik
Seseorang yang mempunyai temperamen jenis ini merupakan orang yang
berkemauan keras, berjuang untuk mendapatkan apa yang diinginkannya
(ambisius), mandiri, punya rasa percaya diri yang kuat, suka menjadi
pemimpin, aktif dan produktif.
Tapi orang jenis ini cenderung keras kepala, cenderung ingin menjadi
dominan di antara teman-temannya, cenderung bertindak agresif, dan
cenderung menentang otoritas pemimpin secara terang-terangan.
d. Flegmatik
Berasal dari kata flegma yang artinya ketidakacuhan atau sikap dingin
yang apatis dan menjemukan. Keseluruhan sifat ini tampaknya kebalikan dari
kolerik. Orang dengan tipe ini adalah orang yang cinta ketenangan dan
kedamaian, pendiam, tidak rewel, penurut, easy going, dan tidak banyak
menuntut.
Tapi orang jenis ini terkesan lamban, pasif, kurang motivasi, egois, pelit,
tidak menyerang otoritas pemimpin secara terang-terangan, tapi sebenarnya dia
keras kepala juga dan cenderung sembunyi-sembunyi untuk tidak mematuhi
peraturan. Banyak orang yang menganggapnya sebagai pemalas karena sifat
dasarnya yang sangat santai dan kurang berambisi
2. Kelebihan dan Kekurangan Temperamen
a. Sanguinis
 Kelebihan: Kepribadian yang menarik, suka berbicara, suka bercerita,
mudah berteman, orangnya bersifat suppel, mau bergaul sama siapa saja yang
penting nyambung atau asyik diajak bicara, memukau pendengar, baik di
panggung, lugu dan polos, orangnya tidak banyak neko-neko atau tampil
dengan apa adanya, tidak terlalu banyak penambahan gaya yang bukan menjadi
karakteristiknya, antusias dan eksresif, penuh rasa ingin tahu, kekanak-
kanakan, suka relawan untuk tugas, kreatif dan inovatif
 Kelemahan : Tidak disiplin, emosi tidak stabil, tidak produktif, Eksentris,
Membesar-besarkan masalah,
b. Koleris
 Kelebihan: Dilahirkan sebagai pemimpin, sangat memerlukan
perubahan, berkemauan kuat dan tegas, bisa menjalankan apa saja, berorientasi
tujuan, mengorganisir degan baik, mendelegasikan pekerjaan, berkembang
karena  tantangan, tidak terlalu perlu teman, biasanya selalu benar, unggul
dalam keadaan darurat
 Kelemahan: Dominan, ceroboh, merasa puas diri, pekerja keras
(terlalu), pemarah, sarkastis (kasar).
c.Melankolis
 Kelebihan : Serius dan tekun, berbakat dan kreatif, sadar  perincian,
tertib dan terorganisasi, teratur dan rapi, perfeksionis dan standar tinggi,
ekonomis, perhatian dan belas kasihan yang mendalam, mencari teman hidup
yang ideal.
 Kelemahan : Pemurung, berpusat pada diri, pembalas (pendendam),
perasa, sangat teoritis, kurang bermasyarakat, berfikiran negatif terhadap diri
sendiri
d. Flegmatis (stabil)
 Kelebihan : Rendah hati, selalu santai, diam, tenang dan terkendali, sabar,
berbahagia menerima kehidupan, punya kemampuan administrasi, menengahi
masalah, mudah diajak bergaul, punya banyak teman, menjadi pendengar yang
baik
 Kelemahan : Tidak punya motivasi, tampaknya malas, tidak tegas, penakut
suka khawatir

3. Hubungan antara Kepribadian, Watak dan Temperamen


Kepribadian adalah organisasi dinamis di dalam individu yang terdiri dari
system psikolgis yang menentukan tingkah laku dan pikiran secara karakteristik
dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau bisa juga dikatakan sebagai
sifat, pembawaan yang khas.
Watak adalah sifat yang lebih mendasar berasal dari turunan atau totalitas
dari keadaan dan cara bereaksi jiwa terhadap perangsang. Watak biasanya berasal
dari bawaan sejak lahir, dimana  ketika personal itu dilahirkan maka dia telah
memiliki satu watak atau suatu sikap yang mendasar yang ada pada dirinya.
Watak ada juga yang berasal dari pengaruh lingkungan, maksudnya disini watak
ini diperoleh berdasarkan pengaruh dari lingkungan yang telah memberikan
perubahan terhadap kehidupannya ataupun gaya hidup yang dia jalankan.
Jadi dapat kita katakan di sini bahwa watak merupakan bagian dari pada
kepribadian atau watak itu terdapat di dalam kepribadian, watak juga bisa
membentuk suatu kepribadian sedangkan tempramen merupakan suatu
karakteristik daripada sifat emosi yang juga terdapat didalam kepribadian dan
watak.
Maka hubungan kepribadian watak dan tempramen dalam jiwa manusia
dapat digambarkan dalam gambar sebagai berikut :

KEPRIBADIAN

WATAK

TEMPRAMEN

Gambar 4 : Hubungan Kepribadian Watak dan Tempramen

Tujuan kita untuk mempelajari Kepribadian, Sikap dan Watak adalah :


Supaya kita dapat mengenali watak kita tergolong kedalam jenis tempramen yang
mana sehingga kita akan lebih mengetahui akan kelebihan dan kekurangan yang
kita miliki, dan dapat melakukan usaha untuk menutupi kekurangan itu, sehingga
kekurangan bukan lagi menjadi suatu hambatan dalam mengembangkan diri.
Manfaat yang didapatkan dalam mempelajari  Kepribadian, Watak dan
Temperamen Kita akan lebih memahami watak masing-masing personal (orang
lain), bisa bersikap lebih dewasa karena kita sudah mengetahui karakteristik yang
mereka miliki, mengurangi rasa buruk sangka dan lebih sabar dalam menghadapi
sikap orang lain yang bertentangan  dengan diri kita, karena kita

C. Watak Wirausaha
Menurut ahli psikologi behavioristik, sifat-sifat watak dapat disamakan
dengan sifat tingkah laku (behavior). Sedangkan menurut sosiopsikologis
manusia selalu berhubungan dengan sesamanya, berhubungan dengan alam, dan
berhubungan dengan dirinya sendiri. Cara manusia berhubungan itu bermacam-
macam, senang, marah, kasihan, benci, sayang, cinta, bekerja sama, bersaing, dan
sebagainya.
Dengan segala cara berhubungan itu, manusia berusaha menyesuaikan diri,
mencoba berorientasi dengan sesama, dengan alam, bahkan dengan diri sendiri.
Oleh sebab itu, dikatakan bahwa inti dari watak ialah orientasi.
Seorang wirausahawan yang sukses, sebagai salah satu kuncinya ia harus
mempunyai kepribadian yang menarik. Dengan melihat adanya kekurangan yang
terdapat pada dirinya, ia harus berusaha belajar dari sesama manusia atau
lingkungannya. Bakat seorang wirausaha akan bertambah dan berkembang berkat
pengetahuan, pengalaman yang diperoleh dari hasil interaksi dengan lingkungan.
Faktor-faktor yang dapat dipelajari untuk mengembangkan bakat yang kita
miliki diantaranya:
1. Pikiran
Dengan cara mengasah pikiran, diharapkan daya ingat menjadi tajam dan
kreatif, berwujud menjadi cepat berpikir, sistematis, dan terarah pada tujuan di
samping terbukanya kemungkinan bertambahnya pengetahuan.
2. Perasaan
Perasaan akan berkembang menjadi lapang dan leluasa, memiliki jiwa
besar, sehingga tumbuh daya energi yang agresif, berani, sabar, dan penuh
perhitungan dalam menguji perasaan orang lain.
3. Pertimbangan
Setiap wirausaha harus dapat memberikan keterangan-keterangan kepada
relasi dengan jelas dan menarik. Setiap kata dan kalimatnya harus meyakinkan
dan setiap keberatan orang lain harus dapat dijawab dengan tepat dan
memuaskan.
Memang seorang wirausaha itu perlu mempunyai kecakapan untuk
memberikan pertimbangan-pertimbangan ke arah proses lancarnya
pembicaraan.
4. Sikap
Sikap yang serius dibubuhi dengan humor pada tempatnya, maka seorang
wirausaha sudah menempatkan dirinya untuk mendapatkan perhatian. Pada
saat-saat menentukan ia harus dapat mengambil keputusan yang matang.
Sehingga, setiap keputusan yang diambil dapat memuaskan kedua belah pihak
dan hubungan dengan relasi akan semakin harmonis.
Dengan demikian, wirausaha dapat membuka hati dan pikirannya lebar-
lebar dalam menerima tambahan pengetahuan, kecakapan dan keterampilan
sehingga membentuk pribadi yang betul-betul teruji dan menyenangkan.
BAB. IV
MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS USAHA MELALUI MOTIVASI

A. Pengertian Produktivitas.
1. Produktivitas biasanya selalu dikaitkan dengan kualitas dan profitabilitas.
Walaupun demikian juga konsep ini memi liki penekanan yang berbeda,
sebagaimana dikemukakan Edvarson dalam Fandy T. Ciptono (2000:53)
yaitu:
a. Sumber daya yang sering kali diikuti dengan pengurangan biaya
dan rasionalisasi modal. Fokus utamanya adalah pada produksi;
b. Kualitas lebih menekankan aspek kepuasan pelanggan dan
pendapatan. Fokus utamanya adalah customer unility; dan
c. Profitabilitas merupakan hasil dari hubungan antara penghasilan (income),
biaya dan modal yang menekankan pada pemanfaatan (utilisasi).
Secara formal, produktivitas adalah suatu ukuran ringkas atas
kuantitas dan kualitas kinerja dengan penggunaan sumber daya yang
ditetapkan. Produktivitas dapat diukur pada tingkat individual, sekelompok atau
organisasi. Dari perspektifnya, produktivitas dalam semua masalah
mengungkapkan kesuksesan atau kegagalan menghasilkan barang atau jasa
dalam kuantitas atau kualitas, dan dengan penggunaan sumber daya dengan
baik (John R. Schermerhorn, 1993:8).
Secara umum produktivitas dirumuskan sebagai perbandingan antara
keluaran (output) dengan masukan (input). A Blunchor dan E Kapustin
sebagaimana dikemukakan oleh Muchdarsyah Sinungan dalam Malayu SP
Hasibuan (2003:126) menyatakan bahwa produktivitas adalah sumber konversi
seperti tenaga kerja dan mesin yang diukur secara tepat dan benar-benar
menunjukkan suatu penampilan yang efisien.

B. Komponen Produktivitas
Menurut R Eko Indrajit (2004:2) mengemukakan bahwa para ekonom
mendefinisikan “produktivitas” dengan cukup mudah, yaitu jumlah keluaran
(output) dibagi dengan jumlah masukan (input). Besaran output dihitung
dengan cara mengalikan jumlah produk yang dihasilkan dengan nilai (value)
rata-rata dari produk tersebut. Sementara besaran input didapatkan dari jumlah
jam kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan seluruh output tersebut.
Angka rasio yang didapatkan dari hasil pembagian output dengan input
di atas dikenal sebagai labor productivity. Jika sumber daya lain seperti
misalnya besaran investasi dan kebutuhan material dimasukkan sebagai bagian
dari input, maka angka rasio yang didapat dikenal sebagai multifactor
productivity.
Rumusan sederhana tersebut telah memberikan pemahaman bahwa
komponen utama produktivitas meliputi: (1) input dan (2) output. Namun
dalam dunia pendidikan rumusan sederhana tersebut belum tentu secara konkrit
merepresentasikan terjadinya kenaikan lain seperti manufactur atau produksi.
Hal ini diakibatkan adanya perbedaan asumsi tentang variabel input
maupun output yang digunakan. Dengan kata lain, masing-masing orang akan
mendefinisikan sesuai dengan kepentingan dan relevansinya. Sehingga
pengukuran produktivitas pun menjadi sangat relatif. Dalam ilmu ekonomi,
konsep-konsep produktivitas selalu dikaitkan dengan konsep-konsep efektivitas
dan efisiensi, dengan berkaitan konsep-konsep tersebut, maka suatu proses
produksi dapat disimpulkan sebagai perputaran perubahan input menjadi ouput.
Menurut Jaap Scheerens (2003:9) menjelaskan bahwa efektivitas dapat
digambarkan dengan sejauh mana tingkat ouput yang diinginkan tercapai.
Sedangkan sefisiensi didefinisikan sebagai tingkat output yang diinginkan
dengan kemungkinan biaya yang paling rendah. Dengan kata lain, efisiensi
adalah efektivitas dengan keperluan tambahan yang ingin dicapai dengan
menempuh kemungkinan cara yang termurah. Hal senada dikemukakan
Engkoswara dalam Buchori Alma (2003:64) bahwa produktivitas pendidikan
dapat dilihat pada: (1) efektivitas berupa masukan yang merata, keluaran yang
bermutu, ilmu dan keluaran yang berkaitan dengan kebutuhan, pendapatan
tamatan yang memadai; dan (2) efisiensi berupa: kegairahan motivasi belajar
yang tinggi, semangat kerja besar, kepercayaan berbagai pihak, pembiayaan
sekecil mungkin tapi hasil yang besar.

C. Pengukuran Productivitas Sekolah


Productivitas sekolah merupakan kegiatan yang berkaitan dengan
keseluruan proses perencanaan, penataan dan pendayagunaan sumber daya
untuk merealisasikan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien yang ditinjau
dari tiga sudut pandang yaitu, administrasi, psikologis, dan ekonomis.
Dimensi Produktivitas sekolah yang dikembangkan oleh Thomas, J.
Alan (1971:12-13) sebagai berikut:
(1) The Administrator Production Function (APF); yaitu fungsi
menajerial (administrasi).
(2) The Psychologist’s Production Function (PPF); yaitu fungsi
behavioral (psikologis)
(3) The Economic Production Function (EPF); yaitu fungsi ekonomi
(ekonomis)
Berdasarkan uraian tersebut, produktivitas sekolah adalah suatu ukuran
keberhasilan yang menyatakan besarnya rasio hasil (target) baik kuantitas
maupun kualitas dalam kurun waktu tertentu yang dihasilkan oleh satuan
pendidikan yang bersangkutan.
Semakin besar rasio yang dicapai oleh satuan pendidikan, semakin
tinggi tingkat produktivitasnya. Secara teoritik, penilaian produktivitas sekolah
perlu dilakukan dengan cara mengkaji seluruh komponen sekolah itu
berinteraksi satu sama lain secara terpadu dalam mendukung ketiga kompetensi
yang harus dikuasai oleh siswa. Yaitu kompetensi kognitif, apektif dan
psikimotorik. Namun pada praktiknya, pandangan yang holistic ini sulit
diimplementasikan secara sempurna karena keterbatasan pendekatan penilaian
yang dapat digunakan.
Peter Cuttance (2001) mengemukakan tiga model pengukuran
efektivitas sekolah, yaitu: The Standars Model. The School Level Intake
adjusted Model dan The Pupil Level Intake adjusted Model.
(1) The Standars Model, model ini mengukur sejauh mana sekolah
mencapai norma atau standar. Biasanya menggunakan rata-rata kinerja siswa
sekolah yang mencapai rata-rata kinerja siswa lebih tinggi dibandingkan
dengan rata-rata kinerja siswa dari sejumlah sekolah yang lain pada kurun
waktu yang sama, berarti mencapai tingkat produktivitas yang tinggi. Makin
tinggi rata-rata kinerja siswa dicapai sekolah yang bersangkutan, semakin
produktif. Model ini mengandung kelemahan, yaitu tidak melihat karakteristik
latar belakang siswa pada saat ia masuk (point of intry).
(2) The School Level Intake adjusted Model,model ini selain
membandingkan rata-rata kinerja sekolah juga melihat komposisi rata-rata
karakteristik latar belakang siswa pada saat masuk sekolah (point of entry).
Hubungan antara rata-rata karakteristik latar belakang siswa dengan rata-rata
kinerja menunjukkan posisi produktif tidaknya sekolah tersebut. Garis regresi
antara variabel latar belakang siswa pada saat masuk terhadap kinerjanya di
sekolah pada kurun waktu tertentu menjadi ukuran atau patokan komposisi
produktivitas sekolah. Sekolah-sekolah yang posisinya terletak di atas, garis
regresi menunjukkan lebih produktif dibandingkan dengan sekolah-sekolah
yang pisisinya berada di bawah garis regresi.
(3) The Pupil Llevel Intake sdjusted Model,cara kerja model ke tiga ini sama
dengan model ke dua, yaitu dengan membandingkan hubungan antara
karakteristik latar belakang dengan kinerja siswa. Tingkat efektivitas sekolah
diperoleh dari posisi hubungan tersebut dibandingkan dengan posisi sekolah
yang lain. Model School Level Intake adjusted yang dibandingkan adalah
individu sekolah dengan individu sekolah yang lain dalam sejumlah sekolah,
sedangkan model Pupil Level Intake adjusted membandingkan individu siswa.
Data yang digunakan adalah data siswa pada saat meninggalkan sekolah
(lulusan).
Berdasarkan kepada komponen-komponen sekolah yang produktif,
pengukuran sekolah produktif dengan model-model pengukuran tersebut,
mengandung kelemahan yang mendasar yaitu hanya membandingkan kinerja
siswa. Dalam studi ini model pengukuran sekolah produktif menggunakan
model Balanced Scorecard. Langlah-langkah pengukuran terdiri atas: (1)
menentukan komponen aspek dan indikator-indikator kinerja sekolah, (2)
menentukan alat ukur dan standar-standar yang digunakan, (3) menguji alat
ukur, (4) mengadakan pengukuran, (5) membandingkan dengan standar
indikator kinerja, dan (6) menentukan ketercapaian target kinerja.

D. Motivasi
Motivasi adalah proses psikologis yang mendasar dan merupakan salah
satu unsur yang dapat menjelaskan perilaku seseorang. Motivasi berasal dari
kata “movere” dalam bahasa latin yang berarti “bergerak” atau
“menggerakkan”. Menurut beberapa ahli, motivasi didefinisi kan sebagai
berikut :
Hamzah B. Uno (2007) mengatakan bahwa motivasi adalah dorongan
dasar yang menggerakkan tingkah laku seseorang. Dorongan ini berada pada
diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai
dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang
didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi
yang mendasarinya.
Christine Harvey (1996) mengatakan bahwa motivasi adalah komoditi
yang sangat dibutuhkan oleh semua orang.Thomas L. Good dan Jere E. Brophy
(1990) mengatakan bahwa motivasi sebagai konstruk hipotesis yang digunakan
untuk menjelaskan keinginan, arah, intensitas, dan keajegan perilaku yang
diarahkan oleh tujuan.
Don Hellriegel dan Jhon W. Slocum (1979) mengatakan bahwa
motivasi adalah proses psikologis yang dapat menjelaskan perilaku seseorang.
Perilaku hakikatnya merupakan orientasi pada satu tujuan. Dengan kata lain,
perilaku seseorang dirancang untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan
tersebut diperlukan proses interaksi dari beberapa unsur. Dengan demikian,
motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu
untuk mencapai tujuan.
Menurut Hasibuan (2007:219) motivasi adalah pemberian daya
penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau
bekerjasama, bekerja efektif dan terintegasi dengan segala daya upayanya untuk
mencapai kepuasan. Dari berbagai pendapat diatas, maka motivasi dapat
didefinisikan sebagai masalah yang sangat penting dalam setiap usaha
kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditentukan sebelumnya, masalah motivasi dapat dianggap simpel karena
pada dasarnya manusia mudah untuk dimotivasi, dengan alasan karena mereka
mengharapkan apa yang diinginkannya dapat diraih dengan maksimal. Masalah
motivasi, dianggap kompleks, karena sesuatu dianggap penting bagi orang
tertentu.
Menurut Lau dan Shani (1992) dalam Zuhdi (2006), terdapat dua
pendekatan umum dalam mempelajari motivasi, yaitu teori isi dan teori proses.
Teori isi adalah teori yang menjelaskan mengenai profil kebutuhan yang
dimiliki seseorang. Teori ini berusaha mengidentifikasikan faktor-faktor yang
dapat meningkatkan motivasi kerja. Teori isi antara lain adalah Teori Hirarki
Kebutuhan Maslow, Teori E-R-G, Teori Dua Faktor, dan Teori Tiga Motif
Sosial.
Teori proses menjelaskan proses melalui dimana munculnya hasrat
seseorang untuk menampilkan tingkah laku tertentu. Teori ini berkaitan dengan
identifikasi variabel dalam motivasi dan bagaimana variabel-variabel tersebut
saling berkaitan. Beberapa teori proses antara lain Teori Keadilan dan Teori
Ekspektansi.

E. Teori Motivasi
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk
melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai
rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan
hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu
tujuan. Seseorang yang mempunyai motiva si berarti ia telah mempunyai
kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan.
Motivasi dapat berupa motivasi intrinsic dan ekstrinsic. Motivasi yang
bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat
seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan
pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang
atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobbynya. Sedangkan motivasi
ekstrinsik adalah manakala elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan
tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status
ataupun kompensasi.
Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang
dimaksudkan untuk memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya
manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa. Landy dan Becker
membuat pengelompokan pendekatan teori motivasi ini menjadi 5 kategori
yaitu teori kebutuhan, teori penguatan, teori keadilan, teori harapan, dan teori
penetapan sasaran.
1. Teori motivasi abraham maslow (1943-1970)
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya
semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5
tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan
terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki
Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif
psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah
kebutuhan dasar terpenuhi.
Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian
sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan
yang penting. Maha Hal tersebut diatas secara skematik dapat digambarkan
dalam gambar sebagai berikut :

Aktualisasi diri

Penghargaan

Sosial

Keamanan

Biologis

Gambar 5 : Teori Maslow

Maka kebutuhan manusia menurut Maslow terdiri dari lima tingkatan


kebutuhan, yaitu Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya),
Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya), Kebutuhan
akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima,
memiliki), Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan
mendapatkan dukungan serta pengakuan), Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan
kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian,
keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri
dan menyadari potensinya).
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut
akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan
menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk
menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat
dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur
dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan,
perlindungan, dan rasa aman.
2. Teori motivasi herzberg (1966)
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong
seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari
ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan
faktor motivator (faktor intrinsik).
Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan,
termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi
lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik).
Sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha
mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement,
pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).
Teori ini menjelaskan bahwa motivasi datangnya dari dua arah yaitu
dari dirinya sendiri, dalam arti bahwa yang menjadi motivator itu adalah
dirinya senidi, maka ini dapat dinamakan faktor intrinsik, ini melalui
pendekatan dari nilai manusia yang bersangkutan. Selanjutnya motovasi yang
diakibatkan melalui motivator pihak lain. ini melalui pendekatan dari nilai
manusia yang lain.
3. Teori Motivasi Douglas Mcgregor
Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negative) dan
teori y (positif), Menurut teori x empat pengandaian yang dipegang manajer
a. karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja
b. karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam dengan
hukuman untuk mencapai tujuan.
c. Karyawan akan menghindari tanggung jawab.
d. Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua factor yang
dikaitkan dengan kerja.
Teori x diatas mempunyi mkonotasi negatif. Artinya bahwa seorang
manajer menganggap kepada karyawannya kurang jujur dalam berbagai bidang.
Maka solusinya adalah harus diawasi.
Sedangkan teori Y, manager memnpunyai anggapan, bahwa karyawan
akan selalu jujur dan bertanggung jawab atas segala beban kerja yang telah
ditugaskan kepada mereka ialah :
a. karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajar nya seperti istirahat
dan bermain.
b. Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka
komit pada sasaran.
c. Rata rata orang akan menerima tanggung jawab.
d. Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.

4. Teori Motivasi Vroom (1964)


Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation
menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia
tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia
inginkan.
Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga
komponen, yaitu: Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas,
Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam
melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu)
dan Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau
negatif.
Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapan
mereka, sedangkan akan terjadi motivasi yang rendah jikalau usahanya
menghasilkan kurang dari yang diharapkan oleh dirinya.
5. Motivasi menurut Al-Qur`an
a. Al-Qur`an, Surat Al-Anfal, 8:53
(siksaan) yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah sekali-kali
tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada
suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka
sendiri [Allah tidak mencabut nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada
sesuatu kaum, selama kaum itu tetap taat dan bersyukur kepada Allah.], dan
Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
b. Q.S. Ar-Ra`d, 13 : 11
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah [Bagi tiap-
tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran
dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang
dikehendaki dalam ayat ini ialah Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu,
disebut Malaikat Hafazhah]. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan [Tuhan tidak akan merobah
Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran
mereka.] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan
sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
6. Achievement theoryteori achievement mc clelland (1961),
Yang dikemukakan oleh Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada
tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu: Need for achievement
(kebutuhan akan prestasi), Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan
sosial/hampir sama dengan soscialneed-nya Maslow) dan Need for Power
(dorongan untuk mengatur).
Dalam teori ini, menjelaskan bahwa kebutuhan manusia itu terdiri dari
tiga tingkatan kebutuhan yaitu, kebutuhan akan prestasi, bahwa mereka akan
merasa puas apabila selalu rangking atau juara satu, kebutuhan kedua manusia
akan selalu bangga apabila dalam lingkungannya banyak relasi majupun
langganannya, dikenal oleh pihak lain, dibutuhkan dan lain sebagainya. Dan yang
terakhir adalah dorongan untuk mengatur, dalam kata lain manusia itu berhasrat
untuk memimpin.
7. Clayton alderfer erg
Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan
pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness),
dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow.
Disini Alfeder mengemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi
tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerak yang
fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke
situasi.
Secara keseluruhan, bahwa produktivitas amat dipengaruhi oleh motivasi,
das bergerak untuk membandingan antar rata-rata produksi atau otput dengan
rata-rata infut. Dengan kata lain produktivitas suatu perusahaan amat ditentukan
antara rasio output berbanding infut. Dalam perusahaan infut itu, antara lain
terdiri dari bahan baku atau bahan setengah jadi, alat produksi, bahan bakar,
tenaga kerja melalu motivasi, alat tulis kantor. Sedangkan satuan output antara
lain terdiri dari hasil produksi yang dapat dijadikan uang, limbah yang dapat
dijadikan uang dan manfaat bagi lingkungan. Hal tersebut dapat digambarkan
dalam gambar sebagai berikut:
Alat Produksi di Pabrik
Bahan Bakar di Pabrih

BAHAN BAKU DI PABRIK Harga Pokok di pasar Harga Jual di Pasar


PABRIK

Tenaga Kerja ATK/Dll. Produktivitas

Gambar 6 : Produktivitas
BAB. V
IMAJINASI, INTUISI DAN EKPLOITASI

A. Imajinasi
Imajinasi adalah gambar angan, daya membayangkan atau khayalan.
Imajinasi secara umum adalah kekuatan atau proses menghasilkan citra mental
dan ide. Para ahli ilmu jiwa mengemukakan banyak macam imajinasi.
Lamunan dan impian adalah salah satu bentuk imajinasi yang pasif. Imajinasi
reproduksi ialah berupa kemampuan membentuk kembali pengalaman masa
lalu. Bentuk imajinasi dalam bidang sains dikatakan sebagai produktif atau
imajinasi yang kreatif. Hasil dari imajinasi kreatif adalah penemuan baru.
Penemuan baru ini bisa berbentuk benda, konsep, idea atau model.
Imajinasi seseorang adalah batasan dunia nyata orang tersebut.
Imajinasi tidak mengenal batas, dan apapun yang ditangkap oleh pikiran dan
diyakini, akan dapat terwujud menjadi realitas. Imajinasi kreatif membantu
seseorang untuk mengeksplorasi pilihan-pilihan atau opsi yang berbeda dan
melihat banyak sekali scenario dan peluang hasilnya. Imajinasi yang kita
kembangkan merupakan pemicu yang mendorong untuk bergerak melakukan
sesuatu. Kita akan punya kekuatan untuk mencapai imajinasi. Walau tidak
langsung dapat meraihnya, tetapi melalui usaha yang bertahap suatu saat
imajinasi, mimpi, dan fantasi akan menjadi kenyataan.
Imajinasi itu adalah pikiran yang melahirkan energi yang menggerakkan
tangan, jari, kaki, mata, dan anggota tubuh lainnya. Tandanya energi itu mulai
bekerja ialah ketika kita akan menyusun langkah dan rencana untuk mencapai
fantasi. Kemudian bergeraklah seluruh tubuh ini mengerjakan rencana-rencana
itu. Jika kita bisa menggabungkan imajinasi, harapan, rencana, peluang, dan
kerja keras, imajinasi akan berubah menjadi sukses yang paling indah dalam
hidup. Dalam literature manajemen imajinasi disebut sebagai visi. Dalam ajaran
Islam, dijelaskan bahwa Allah mengikuti persangkaan hamba-Nya.
Hal ini menunjukkan bahwa Allah mengikuti apa yang seseorang
pikirkan. Ketika seseorang berimajinasi atau berpikir positif maka itu yang
akan ia dapat. ada satu ayat dalam Al Qur’an yang sering menggugah fikiran
saya berkaitan dengan mimpi ini, yakni surat Ar Rahman ayat 33. Yang artinya
“Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi)
penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu
menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah)”
Dengan ayat ini Allah menyuruh kita berfikir tentang hal-hal yang
(kelihatannya) mustahil dicapai, pada saat diturunkannya ayat itu. Dan sekarang
terbukti, manusia mampu menembus batas-batas langit yang sebelumnya tak
mampu ditembus. Mampu mencapai bulan, Mars, mengorbitkan satelit, dll.
Intuisi adalah bentuk perkiraan yang samar-samar, sering setengah disadari,
tanpa diiringi proses berpikir yang cermat sebelumnya, namun kemudian dapat
menuntun pada satu keyakinan, yaitu secara tiba-tiba dan pasti memunculkan
satu keyakinan yang tepat.
Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan
di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang Ayahnya
adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka
sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai
rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut
kemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu
tidak dapat sabar terhadapnya".Q.S. Al-Khafi, 18:82
Maka Strategi Mengejar Imajinasi, semua orang menerima anugerah
yang namanya imajinasi itu pada tingkatan yang berbeda-beda. Memang, tidak
semua orang mampu menggunakan imajinasi mereka untuk membuat karya
seni yang luar biasa atau menciptakan penemuan ilmiah.
Akan tetapi, kita semua jelas sekali mampu meningkatkan imajinasi
yang kita miliki hingga pada tingkatan yang memungkinkan kita meraih
sebentuk kesuksesan bagi diri kita masing-masing. Strategi untuk mengejar
konsep Hammel dan Prahalad yaitu strategi mengejar imajinasi (visi)
disebutnya sebagai Strategic Intent. Penyusunan strategi ini dikembangkan
secara bertahap serta konsisten.
Dalam strategi mengejar imajinasi ini, masa depan bukan hanya
dibayangkan, tetapi harus dibangun. Maka dibutuhkan arsitek yang
menciptakan hal-hal yang belum tercipta.
Gabungan antara pemimpin dan pelaksana. Dalam pelaksanaan strategi
berdasarkan imajinasi ini membutuhkan Strategic Architecture yang merupakan
gabungan antara pengetahuan masa depan (informa tion architecture), perilaku,
nilai, struktur (social architecture), dan financial architecture. Strategic
Architecture sebagai cetak biru tingkat tinggi untuk penyebaran dari
fungsionalitas baru, akuisisi dari kompetensi baru, atau migrasi dari kompetensi
yang ada dan menyusun kembali perantara dengan pelanggan.

B. Intuisi Untuk Kemajuan Usaha


Dalam istilah filosofi, intuisi didefinisikan sebagai pengetahuan
mendadak tanpa sadar. Seseorang tidak sadar memikirkan suatu objek, tiba-tiba
datang suatu ide. Ini adalah contoh intuisi, tetapi yang datang tiba-tiba bila
masalahnya telah disadari, itu juga merupakan intuisi. Intuisi adalah
pengetahuan yang bergerak antara rasional dan literal. Untuk memahaminya,
tidak cukup hanya menggunakan kategori akal logika saja.
Dalam kehidupan sehari-hari, istilah batin, firasat atau intuisi, tentu
sudah tidak asing lagi bagi kita. Istilah tersebut diterjemahkan dalam berbagai
makna. Tapi yang pasti, intuisi adalah keadaan dimana seseorang merasakan
akan terjadinya suatu peristiwa sebelum peristiwa itu benar-benar terjadi, entah
itu peristiwa baik ataupun buruk.
Dalam perspektif Islam, intuisi dapat dinilai sebagai bagian lanjut dari
pemikiran dan sikap mental maju yang telah dimiliki seorang muslim. Seorang
muslim memang dituntut untuk mengaplikasikan pemahaman Islam dalam
menjalankan kegiatan hidupnya atau usaha hidupnya.
Proses aplikasi ini dapat dilakukan diantaranya dengan cara
menumbuhkan kesadaran dan melatih kepekaan perasaan. Albert Einstein
berkata bahwa: “Intelektual mempunyai peranan yang kecil dalam sebuah
penemuan.
Bila datang sebuah lompatan dalam kesadaran, sebut itu sebagai intuisi
atau apa saja sesuai dengan keinginanmu, solusi akan datang kepadamu dan
kamu tidak  tahu bagaimana atau mengapa.” Ungkapan Einstein yang
mengatakan bahwa intusi adalah solusi dari sebuah penemuan adalah sangat
tepat. Karena ia adalah sumber visi dan gagasan yang mempunyai kuasa untuk
mencerahkan kesadaran dan menaikkan getaran atas segala sesuatu yang berada
di sekitar kita. Ia sanggup memberikan jawaban atas apapun pertanyaan yang
ada pada diri kita.
Maka Intuisi adalah jelas, bersinar, langsung mengetahui. Rasa ini
adalah independen dari mental kesadaran akan sumber pengetahuan. Kita
mungkin merasa tiba-tiba ada yang mendorong untuk melakukan atau
memperlambat perjalanan, tanpa sadar alasan tertentu untuk mencapai
keputusan.
Pengetahuan yang tiba-tiba dan hanya hadir dalam pikiran kita. Ketika
seseorang ingin mengasah ketajaman intuisi, ia seharusnya telah menyimak
semua pengetahuan tentang cara menjadi sukses. Wirausaha yang sibuk dengan
rutinitas yang sama setiap hari sulit menemukan intuisi dalam dirinya, sebab
dia tidak mengenal intuisi selain bekerja mengikuti prosedur. Wirausaha cerdas
akan melatih intuisinya untuk memahami kehidupan hari ini buat hari esok,
bukan sekedar sibuk dalam rutinitas yang hanya mengikuti jalan yang sudah
sering dilalui orang lain.
Intuisi wirausaha yang terlatih dengan sempurna akan menghasilkan
gagasan-gagasan berkualitas tinggi, untuk menciptakan karya masa depan yang
luar biasa. Setiap orang memiliki pengalaman intuisi yang unik. Hal ini sangat
menyentuh semua lapisan yang menjadi: rohani, emosi, mental dan fisik.
Sebagian besar anak-anak dan remaja memiliki alam yang sangat tinggi dari
intuisi. Setelah mereka dewasa, pikiran mereka menjadi lebih analitis. Sesuai
dengan Sabda Rasulullah SAW.
Nu’man bin Basyir bercerita bahwa dia pernah mendengar Rasulullah SAW
bersabda, “Perkara yang halal telah jelas dan yang haram telah jelas pula.
Antara keduanya ada beberapa perkara yang diragukan yang tidak diketahui
hukumnya oleh kebanyakan orang. Barangsiapa yang menjauhi perkara-perkara
yang diragukan itu berarti dia memelihara agama dan ajarannya. Barangsiapa
mengerjakan perkara yang diragukan, sama saja dengan penggembala yang
menggembalakan ternaknya di pinggir jurang, dikhawatirkan dia terjatuh
kedalamnya. Ketahuilah, semua agama mempunyai larangan dan ketahuilah
jika larangan Allah adalah segala yang diharamkanNya. Ketahuilah dalam
tubuh ada segumpal daging. Apabila daging itu baik, maka baik pula tubuh itu
semuanya. Apabila daging itu rusak, maka binasalah tubuh itu seluruhnya.
Ketahuilah, daging tersebut ialah hati
Meskipun perkembangannya berbeda satu sama lain. Setiap individu
dalam seni kreatif, memilki imajinasi yang sangat mengekang, dan operasi dari
intuisi sangat kuat. Intuisi dapat ditingkatkan setelah kita mengenali diri kita
sendiri dan berusaha untuk memperbaiki apabila ada yang salah yang bisa
menjadi penghalang dalam mencapai suatu mimpi atau tujuan wirausaha.

C. Ekploitasi
Sifat wirausahawan adalah selalu mencari dan melihat peluang yang
tersembunyi dengan gagasan baru dan bekerja keras untuk merubah peluang
menjadi kenyataan. Kreativitas dalam memunculkan ide memiliki peranan
penting dalam inovasi produk sebuah usaha. Sutomo (2007) menjelaskan bahwa
kreativitas menjadikan peluang sebagai ide praktis yang dapat diterapkan ke
pekerjaan sehari-hari memerlukan kemampuan pengembangan ide (divergen) dan
kemampuan mengerucutkan ide (konvergen). Contohnya Seorang wirausaha yang
melihat limbah perca di sekitar rumah, terlebih dahulu akan mengembangkan ide,
bisa dijadikan apa ya? Aksesoris? Boneka? Hiasan dinding ? tudung saji? Dan
lain sebagainya. Setelah itu seorang wirausaha perlu mengerucutkan ide itu tadi
sehingga lebih fokus dan realistis untuk dijalankan.
Prof. George W. Ladd (dalam Alma, 2005) dalam karyanya yang berjudul
Atistic Researh Tool for Scientific Minds mengemukakan bahwa kemajuan usaha
dipengaruhi oleh mental bawah sadar berupa imajinasi dan intuisi. Ekploitasi
tidak selalu berkaitan pada Sumbar Daya Alam (SDA), tapi pada tingkatan
pemiki ran kita pun bisa dieksploitasi. Imajinasi seseorang sangat tidak terbatas
bahkan melampaui batas. Berpikir cepat secara keras dan mendalam pada
wilayah imajinasi sangat mungkin kita rasakan.
Akan selalu ada hal baru yang kita bayangkan dalam imajiner kita.
Seandainya kita bisa memanfaatkan dimensi imajiner kita kemudian di
aplikasikan, sudah pasti kita akan menjadi orang yang kreatif dan inovatif. Dalam
talk show di salah satu televisi swasta Jusuf kala pernah mengatakan: saya akan
mengambil semua kesempatan peluang usaha yang ada didepan mata. Hal itu
yang menjadi semangat dalam memperjuangkan bisnisnya, dan kita patut
mengacungi jempol kepada beliau.
Tidak mudah untuk berpikir cepat dalam menentukan tindakan, begitulah
yang dimaksudkan mengekploitasi intuisi. Persoalan selanjutnya biarlah imajinasi
kita yang bermain dengan liarnya berimajinasi tentang bisnis yang sudah kita
tentukan. Seorang ahli ekonomi di Lowa State University yakni Prof. W. Ladd
mengemukakan bahwa suatu uraian dan pemikiran menarik melalui proses
mental bawah sadar berupa imajinasi dan intuisi yang membantu kemajuan
usaha.
Berangkat dari imajinasi dan intusi seseorang akan bergerak menentukan
langkah dalam bisnisnya. Tetapi terkadang dalam benak kita selalu muncul
pertanyaan yang bersifat destruktif dan akan menghancurkan kembali daya
imajiner yang sudah kita bangun. Selalu ada solusi dibalik sebuah masalah.
Asalkan kita niat dan berusaha.“ Orang yang pintar dan terampil selalu bisa
mengubah kekalahan menjadi kemenangan”.
Maka imajinasi angan atau hayalan dan intisi berupa pengetahuan yang
tiba-tiba, serta ide-ide yang spontan pun dapat di ekplotiotasi. Maka hubungan
antar ekploitasi, imajinasi dan intuisi dapat digambarkan sebagai berikut :

Imajinasi :
Angan-angan
Khayalan

KEPUTUSAN YANG DIAMBIL WIRAUSAHA


EKPLOITASI

Intuisi
Pengetahuan
Mendadak,
ide - obyek
tiba-tiba.

Gambar 7 : Hubungan Ekploitasi, Imajinasi dan Intuisi dalam berbisnis

Ekploitasi merupakan pengambilan sumberdaya alam untuk dipakai /


dipergunakan atau dimanfaatkan dalam berbagai keperluan manusia dalam
memenuhi kebutuhannya. Dalam gambar tersebut diatas, ekploitasi terhadap
imajinasi, angan-angan dan khayalan, pengusaha yang disadari itu mengekploitasi
intuisi, pengetahuan mendadak yang disadari serta ide-ide serta obyek tiba-tiba
yang disadari.
Hal tersebut diperuntukan untuk pengambilan keputusan usaha bagi
wirausaha, sehingga pengusaha akan mengambil keputusan yang baik, benar dan
optimal akhirnya akan perusahaan akan berjalan dengan baik, artinya mendapat
keuntungan bagi dirinya, karyawan dan masyarakat.

D. Menilai Peluang Usaha Baru


Peluang usaha bisa muncul dari manapun. Baik muncul dari diri sendiri 
melalui intuisi maupun melalui hasi pencarian ide yang dilakukan secara sengaja,
maupun muncul sebagai respon terhadap faktor di luar diri (tawaran, lokasi
straegis, permintaan pasar, bahan baku melimpah, dsb). Beberapa hal yang perlu
diingat oleh seorang wirausaha dalam melihat peluang adalah (Supriyadi &
Widodo, 2002):
1. Pengalaman dan objektifitas
            Terutama dari sudut pandang pemasaran dan sudut pandang bisnis.
Pengalaman akan membantu seorang wirausaha dalam menilai sebuah peluang
usaha. Misalnya pengalaman seseorang berdagang pakaian batik akan
membantunya menilai peluang membuka konfeksi pakaian batik.
Pengalaman bisa berasal dari apa yang pernah dilakukannya, bisa juga
melalui konsultasi dengan orang yang lebih berpengalaman. Selain itu
objektivitas dalam menilai sebuah peluang juga diperlukan sehingga usaha yang
dijalani sudah diawali dengan perhitungan yang matang.
2. Kedekatan pasar
            Salah satu kesalahan dalam wirausaha yaitu ada kecenderungan hanya
faktor kemampuan berproduksi saja yang diutamakan, sedangkan kemampuan
untuk memenuhi keinginan konsumen kurang diperhatikan. Mestinya
memproduksi untuk bisa dijual, bukan sekedar memproduksi apa yang dapat
dibuat.
3.  Pemahaman teknis
            Kurangnya pemahaman teknis terutama bagi produk baru akan
menghambat atau mengakibatkan tertundanya pendirian usaha baru.
Sebaiknya saat melihat peluang usaha, seorang wirausaha segera mencari
tahu sedetail mungkin persiapan teknis yang dibutuhkan menjalankan usaha
tersebut, sehingga saat usaha dimulai tidak banyak waktu dan biaya terbuang
karena faktor teknis.
4. Kebutuhan finansial
            Perlu dihitung biaya yang dibutuhkan untuk produk baru, termasuk biaya
coba-coba. Pengadaan alat, pelatihan SDM, dan lain-lain. Besarnya kebutuhan ini
akan membantu menentukan harga serta kapan dan bagaimana Break Event Point
(BEP) dapat dicapai.
5. Diferensiasi produk
            Terutama untuk membedakan produk maupun jasa yang akan ditawarkan,
dengan produk pesaing. Peluang akan semakin besar jika seorang wirausaha
mampu menawarkan produk yang memiliki nilai lebih atau berbeda dari yang
sudah ada.
6.Pemahaman aspek hukum
            Terutama berkaitan dengan masalah hak cipta, merk dagang, hak paten, dll
(SIUT, SIUP, SIUJK,TDP, NPWP, PKP). Pemahaman terhadap aspek hukum
membantu mengurangi faktor resiko.  Ada peluang usaha yang tampaknya
memberikan keuntungan yang menggiurkan, ternyata memiliki resiko berhadapan
dengan masalah hukum. Dalam hal ini seorang wirausaha wajib berhati-hati
mensikapi peluang tersebut.
Hal-hal yang disebutkan di atas, bukanlah untuk menakut-nakuti seorang
calon wirausaha untuk memulai usahanya, tapi agar seorang wirausaha bisa
mensikapi peluang dengan cerdas sehingga lebih dekat dengan keberhasilan.
Menilai peluang sebaiknya tidak dilakukan terlalu lamban, karena peluang yang
ada bisa hilang atau diambil orang. Seorang wirausaha harus bisa bergerak dan
berpikir dengan cepat. Suharno (2008)  memberikan fakta dan tips untuk
membantu seorang wirausaha menilai peluang usaha maupun usaha yang sedang
dijalani, sebagai berikut:
1. Fakta
a. Pada umumnya semua jenis produk memiliki peluang mencetak keuntungan
dan kerugian. Permasalahannya bukan pada produk tapi pada pasarnya. Bisa
saja seorang wirausaha menjalankan bisnis yang tampak nya bergengsi ataupun
eksklusif, tapi kalau produk itu tidak laku, apa artinya?
b.Sebagian besar usaha mengalami kebangkrutan bukan disebabkan oleh
persaingan, melainkan oleh kekurang mampuan mengelola SDM. Banyak
perusahaan bisa tumbuh dengan cepat kemudian bangkrut
c.Banyak yang mengira bisnis yang dimulai dengan hobi akan maju pesat.
Faktanya, bisnis memang membantu wirausaha mengetahui seluk beluk
kegiatan yang terkait dengan hobi tersebut. Ketika hobi menjadi bisnis,
wirausaha perlu mencermati pola jual beli yang layak agar bisa menguntungkan
usahanya. 
d.Menjual produk yang murah belum tentu laku. Banyak produk yang harganya
sangat mahal justru lebih laku dari pesaingnya yang menawarkan harga murah.
Permasalahannya adalah pada nilai yang akan diterima pembeli. Bisa jadi
karena dengan harga semahal itu konsumen merasa memperoleh sesuatu,
mungkin kualitas produk, kualitas pelayanan, atau soal gengsi. Wirausaha yang
cermat memprediksi selera pasar, akan punya peluang keberhasilan lebih besar.
e.Banyak orang mengira membuka usaha yang belum dilakukan orang lain punya
peluang maju lebih besar. Faktanya, dengan membuka usaha baru yang belum
dilakukan orang lain seorang wirausaha harus melakukan investasi uang dan
waktu yang lebih besar untuk meyakinkan konsumen bahwa produk yang
ditawarkan bermanfaat bagi konsumen.
2. Tips
a. Wirausaha perlu mencari sesuatu yang membuatnya senang, misalnya:
makanan, pendidikan, interior, fashion, perbankan, dll. Tidak usah dipikirkan
kegiatan itu menguntungkan atau tidak, yang penting ia dapat memilih dan
melakukan kegiatan yang menyenangkan.
b. Setelah mengumpulkan kegiatan yang menyenangkan, seorang wirausaha bisa
mulai memilih salah satu dari kegiatan tersebut yang pasarnya benar-benar
bagus. Misalnya seorang wirausaha menyenangi kegiatan yang berkaitan
dengan makanan, maka ia bisa memilih mana yang pasarnya lebih bagus: usaha
catering, membuka warung makan, membuat kue kering, minuman ringan,
bisnis hantaran makanan/parcel, atau menjadi penulis resep inovatif di majalah-
majalah?
c.Setelah memilih dengan mantap, wirausaha perlu mencari tentang pesaing
dalam bidang usaha tersebut. Dengan mengetahui kualitas dan kuantitas
pesaing wirausaha dapat mengukur kemampuannya dalam membangun usaha.
BAB. VI
MENUJU WIRAUSAHA SUKSES

A. Kerja Keras Wirausaha


Jika orang berfikir kritis, maka dapat melihat dan merasakan dengan
sesungguhnya, orang semakin banyak bertemu dengan orang sukses, semakin
mantap keyakinan akan kesuksesannya. Dan sesungguhnya, bahwa tidak ada
kesuksesan tanpa kerja keras. Ada peribahasa mengatakan “hemat pangkal
kaya”, dan rajin pangkal pandai, maka hal tersebut dapat dikatakan pula “kerja
kersa pangkal Sukses”. Dibidang apapun kesuksesan butuh kerja keras, pernah
membaca biografinya orang-orang soleh yang sukses, merekapun juga bekerja
keras bahkan Nabi Muhammad SAW. sendiripun juga pekerja keras
Mungkin ada orang sukses yang menyangkal terhadap kebenaran
pepatah “ kerja keras pangkal kesuksesan”, seperti yang sering dilakukan oleh
praktisi ekonomi, namun setelah diselidiki ternyata mereka itu, juga bekerja
keras. Mereka hanya ingin menghibur anda. Mereka juga bekerja keras. Namun
karena mereka menikmati kerja kerasnya, pengorbanan waktu, tenagan dan
pikirannya tidak dirasakan sebagai kerja keras. “Siapa bilang saya kerja keras,
saya hanya main-mian saja” begitulah kira-kira kata pakar ekonomi. Maka
kesuksesan itu dapat dirumuskan sebagai berikut :
Have = Be x Do
Rumus yang sangat sederhana namun cukup mewakili untuk
mengantarkan anda menjadi sukses. Rumus tersebut diawalai dengan Have,
yang menggambarkan kesuksesan apa yang ingin anda raih, baik itu kekayaan,
karier maupun jabatan.
Jika anda ingin sukses maka tentukan, Have yang anda inginkan.
Setelah anda menentukan have, barulah anda menyiapkan Be dan melakukan
Do.
Be meliputi keterampilan dan pengetahuan yang anda miliki. Sedangkan
Do berhubungan kerja keras anda. Jadi umpamnya anda menginginkan Have
anda bernilai 4, maka anda bisa melakukan dengan 3 cara.
Have = Be x Do
4=1x4
4=2x2
4=4x1
Cara pertama agar anda memiliki kesuksesan dengan grade 4, anda
mempunyai be 1, artinya pendidikan, pengetahuan dan keterampilan atau skill
anda rendah. Kemudian anda melakukan kerja keras 4 x lipat dari biasanya,
maka anda bisa mendapatkan kesuksesan dengan grade 4. Cara lain
mendapatkan kesuksesan grade 4, anda bisa melakukan cara kedua dan ketika,
yaitu dengan menambah pendidikan, pengetahuan, wawasan dan keterampilan
(skill) anda, meskipun hanya bekerja biasa-biasa saja, anda dengan mudah
dapat meraih kesusesan dengan grade 4.
Apa jadinya jika anda terus menambah pendidikan, pengetahuan,
wawasan, perbaikan sikap, keterampilan dan melakukan kerja 3 atau 4 x lebih
keras dari orang lain, tentu anda akan mendapatkan kesuksesan yang luar biasa.
Jika Be anda 30 dan melakukan kerja keras 3, anda akan mempunyai Have, 90.
Sungguh sederhana bukan, untuk menjadi sukses itu.
Dari rumus diatas cara terbaik untuk menjadi sukses adalah dengan
meningkatkan nilai Be anda. Kabar baiknya anda dapat meningkatkan nilai Be
anda setinggi apapun. Sebaliknya anda tidak bisa meningkatkan Do anda terlalu
banyak. Do anda sangat terbatas. Waktu anda tenaga anda sangat terbatas.
Karena itu jika anda ingin sukses dengan mudah lakukan dengan cara yang
cerdas, dengan meningkatkan nilai Be anda.
Bergaullah dengan orang sukses, dengarkan mereka meskipun mereka
mungkin sedikit membual atau berbohong. Karena yang penting bukan siapa
yang berkata, tetapi apa yang dikatakan. Jika itu suatu kebenaran, walaupun itu
datangnya dari anak kecil atau penjahat sekalipun, ambillah. Kebenaran kata-
kata akan sama manfaatnya, baik itu dikatakan oleh orang baik atau jahat, tua
atau muda. Ikuti seminar dan pelatihan. Baca buku-buku yang berkaitan dengan
bidang yang anda geluti. Terus kembangkan sikap positip dan besarkan mimpi
anda. Dan jangan lupa kerja keras, agar hasilnya berlipat.
Semoga kita selalu diberkati dan dijaga Allah, kita tetap diberi semangat
untuk mengisi kehdupan ini dengan berkerja yang lebih produktip, sehingga
kita dimasukkan kedalam golongan orang-orang yang banyak manfaat bagi
orang lain. Sesuai dengan Firman Allah SWT. Sesungguhnya mereka yang
beriman dan beramnal shaleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala
orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan baik. (Q.S Al-Kahfi (18):
30)
Maka apabila telah dilaksanakan shalat, bertebaranlah kamu di muka
bum; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung. (Q.S. Al-Jumu’ah (62): 10)
Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu
menjalani jalan-jalan yang luas di bumi ini”. (Q.S Nuh: (71):19-20)
Menyimak beberapa ayat di atas, maka kini menjadi jelas, bahwa setiap
Muslim sesungguhnya dituntut untuk bekerja keras, dalam berusaha untuk
mendatangkan hasil yang baik dan halal dan disarankan untuk menjelajahi
bumi Allah yang maha luas ini, dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya,
mencari rejeki, menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan agar dapat
mencapai kemuliaan hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Adapun mengenai keutamaan bekerja dan keutamaan orang yang giat
bekerja keras dijelaskan juga dalam beberapa hadits, yakni sebagai berikut:
”Siapa saja pada malam hari bersusah payah dalam mencari rejeki yang halal,
malam itu ia diampuni”. (HR. Ibnu Asakir dari Anas) ”Siapa saja pada sore hari
bersusah payah dalam bekerja, maka sore itu ia diampuni”. (HR. Thabrani dan
lbnu Abbas) ”Tidak ada yang lebih baik bagi seseorang yang makan sesuatu
makanan, selain makanan dari hasil usahanya. Dan sesungguhnya Nabiyullah
Daud as, selalu makan dan hasil usahanya”. (HR. Bukhari) ”Sesungguhnya di
antara dosa-dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat”.
Maka para sahabat pun bertanya: “Apakah yang dapat menghapusnya, wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab: ”Bersusah payah dalam mencari nafkah.” (HR.
Bukhari) ”Apabila kamu selesai shalat fajar (shubuh), maka janganlah kamu
tidur meninggalkan rejekimu”. (HR. Thabrani)

B. Bekerja Sama
Dalam mewujudkan tercapainya tujuan perusahaan perlu didukung oleh
semua pihak dalam organisasi, pihak-pihak yang dimaksud adalah para
manager atau pimpinan organisasi dan para bawahan atau karyawan. Dengan
demikian perusahaan harus mampu menciptakan suasana sinkron dan kondusif,
dimana pimpinan organisasi mampu bekerjasama dengan karyawan serta
mengarahkan tujuan organisasi secara efektif dan efisien, sehingga para
karyawan merasakan bahwa tujuan tersebut merupakan tujuan mereka atau
tujuan bersama.
Ketika perusahaan didirikan, harapan yang ingin dicapai adalah
mendapatkan kesuksesan dalam setiap langkah dan tindakan yang dilakukan
sehingga pada akhirnya akan tetap bertahan (survive) dalam jangka waktu lama.
Akan tetapi saat ini perubahan lingkungan bisnis yang dihadapi oleh
perusahaan cepat berubah dan tidak dapat diprediksi.
Persaingan dan perubahan yang begitu cepat terjadi menuntut upaya-
upaya terobosan perusahaan secara proaktif mengkonsolidasikan diri dalam
rangka penguatan keunggulan bersaing. Untuk dapat unggul dalam bersaing
dan tetap bertahan, maka perusahaan harus adaptif dan lebih fleksibel. Hal ini
seringkali menuntut perusahaan untuk melakukan perubahan dalam perusahaan
itu sendiri. Perubahan tidak akan berjalan lancar apabila tidak adanya niat baik,
hubungan antar manusia ( human relation ) dari orang-orang yang ada didalam
perusahaan, baik itu pada tingkat manajer maupun para karyawan.
Hubungan antar manusia ( human relation ) adalah komunikasi antar
pribadi yang manusiawi, berarti komunikasi yang telah memasuki tahap
psikologis yang komunikator dan komunikan saling memahami pikiran,
perasaan dan melakukan tindakan bersama. Ini juga berarti bahwa apabila kita
hendak menciptakan suatu komunikasi yang penuh dengan keakraban yang
didahului oleh pertukaran informasi tentang identitas dan masalah pribadi yang
bersifat sosial.
Interaksi karyawan dalam lingkungan perusahaan/organisasi/ instansi
merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan yang mana akan menimbulkan
tingkat kepuasan kerja karyawan, situasi lingkungan perusahaan dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya antara karyawan yang satu dengan yang lain
tidak terlepas dari interaksi satu sama lainnya demi kelancaran dan
keharmonisan kerja. Dengan sarana hubungan yang nyaman akan lebih betah
dan senang dalam menyelesaikan tugas.
Hubungan antar manusia ( human relation ) dalam perusahaan
merupakan hal yang penting karena merupakan jembatan antara karyawan
dengan sesama karyawan maupun karyawan dengan pimpinan. Dengan
demikian yang terpenting dalam mewujudkan human relation adalah
bagaimana kita memahami hakekat manusia dan kemanusiaan serta bagaimana
kita mampu menerima orang lain di luar diri kita dengan apa adanya agar
tercipta suasana kerja yang harmonis dan baik yang dapat meningkatkan
semangat kerja yang akan mempengaruhi juga hasil pekerjaannya.
Maka dari itu, disinilah fungsi dan peranan seorang pimpinan dalam
membangun hubungan yang baik antar karyawan dengan pemimpin maupun
karyawan dengan karyawan dan agar tercipta sebuah tim. Membangun
hubungan yang baik atau menciptakan human Relation antara atasan dan
bawahan perlu diciptakan dan dibina dalam suatu organisasi sedemikian rupa
sehingga tercipta suatu team work yang telah ditentukan untuk menggugah
gairah kerja dengan semangat kerjasama yang produktif serta berbahagia hati.
Dimana kita ketahui bersama bahwa Human Relation adalah
komunikasi persuasif seseorang dengan orang lain dalam segala situasi dan
dalam semua bidang kehidupan sehingga menimbulkan kepuasan hati di kedua
belah pihak yang dapak menimbulkan kinerja yang baik. Prinsip-prinsip dalam
Human Relation adalah Adanya loyalitas. Adanya loyalitas yang dimaksud
disini adalah kesetiaan antara atasan dan bawahan. Misalnya:
 Seorang atasan tidak menganggap remeh bawahan.
 Seorang karyawan tidak menjelek-jelekan atasannya kepada orang
lain.
 Tidak menceritakan rahasia organisasi atau perusahaan terhadap orang
lain.
 Memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap organisasi
 Tidak menganggap bawahan sebagai mesin karena bawahan juga
ingin dihargai, diakui kemampuan dan kemauannya dapat dikembangkan
secara teratur sampai tingkat yang maksimal.
 Pimpinan mengakui dan menghargai pelaksanaan tugas dengan baik
oleh bawahan. Bentuk pengharga annya dapat berupa: kenaikan pangkat,
kenaikan gaji, hadiah, surat penghargaan atau kombinasi dari beberapa hal
tersebut.
Sebagai contoh bila pegawai hotel terjalin dalam suatu team work yang
kompak, dengan melaksanakan pekerjaan dengan penuh gairah, memiliki sikap
inovatif yang tinggi dan memiliki kinerja yang baik juga hal ini tentu akan
menimbulkan kepuasan bagi para tamu hotel. Kepuasan para tamu sebagian
besar ditentukan oleh seluruh karyawan hotel dari pucuk pimpinan sampai
dengan para petugas di lapangan. Kepuasan yang dirasakan oleh tamu tentu
juga akan dirasakan oleh seluruh pegawai
Sebagaimana diketahui bersama bahwa kunci keberhasilan industri
hotel ditentukan oleh kepuasan para tamu. Hotel sebagai industri jasa pelayanan
sangat mengharapkan tamu-tamunya akan kembali lagi setelah menginap.
Kesan yang diciptakan oleh karyawan hotel pada dasarnya dapat memberikan
kepuasan kepada tamu tersebut. Tidak saja para karyawan yang langsung
berhubungan dengan tamu yang harus memberikan pelayanan yang terbaik
melainkan juga karyawan yang secara tidak langsung berhubungan dengan
tamu juga harus memberikan pelayanan yang sama
Apabila tamu merasa puas dan nyaman secara tidak langsung ini dapat
membangun citra yang baik terhadap perusahaan yang dapat berdampak
terhadap minat masyarakat untuk tetap berkunjung dan memberikan
kepercayaan kepada perusahaan yang dimana dapat memberikan keuntungan
dan kemajuan terhadap perusahaan.
Pada Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi
dalam Cangara (2010 :19) yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi
antar manusia ( human communication) bahwa: “komunikasi adalah suatu
transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur
lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama manusia, (2)
melalui pertukaran informasi; (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku
orng lain; serta (4) berusaha mengubah sikap dan tingkah laku orang itu.
Di negara-negara yang sudah maju human communication semakin
mendapat perhatian para manager dalam organisasi apapun, karena semakin
dirasakan pentingnya dalam rangka memecahkan berbagai masalah yang
menyangkut faktor manusia dalam managemen. Benturan–benturan psikologi
dan konflik-konflik antara kepentingan pribadi dengan kepentingan organisasi
sering terjadi, bukan saja antara manajer dengan karyawan, tetapi juga antara
karyawan dengan karyawan, yang benar-benar mengganggu jalannya roda
organisasi dalam mencapai tujuannya. human communication juga dirasakan
pentingnya oleh para manajer untuk menghilangkan “luka-luka” akibat salah
komunikasi (miss-communication) dan salah interpretasi (miss-interpretation)
yang terjadi antara manajer beserta karyawannnya dengan publik di luar
organisasi.
Hubungan manusiawi adalah terjemahan dari human relation. Ada juga
orang-orang menterjemahkannya menjadi “ hubungan manusia” dan “hubungan
antar manusia”, yang sebenarnya tidak terlalu salah karena, yang berhubungan
satu sama lain adalah manusia, hanya merupakan penyampaian suatu pesan
oleh seseorang kepada orang lain, tetapi hubungan antara orang – orang yang
berkomunikasi itu mengandung unsur-unsur kejiwaan yang amat mendalam.
Ciri hakiki human relations bukan “ human dalam pengertian wujud
manusia (human being), melainkan dalam makna proses rokhaniah yang tertuju
kepada kebahagiaan berdasarkan watak, sifat, perangai, kepribadian, sikap,
tingkah laku dan lain-lain aspek kejiwaan yang terdapat pada diri manusia.
Karena itu, terjemahan yang paling mendekati makna dan maksud relations
adalah hubungan manusiawi atau hubungan insani.
Hubungan human relation antar manusia merupakan hal yang penting
dalam kelancaran suatu kegiatan apapun, terutama dalam suatu organisasi
ataupun pekerjaan. Karena suatu hubungan antara manusia yang baik akan
menciptakan suatu keharmonisan untuk menyelesaikan suatu permasala han.
Manusia merupakan individu yang berbeda-beda, maka secara langsung atau
tidak langsung akan menciptakan permasalahan besar maupun kecil.
Maka diperlukan penguasaan Human Relations yang baik untuk
memecahkan masalah yang ada. Seiring berjalannya waktu, Human Relations
sangat penting fungsinya dalam kehidupan masa kini terutama untuk seorang
pimpinan di hotel yang tugasnya mengawasi para bawahannya sehingga bisa
menciptakan hubungan yang harmonis dengan para karyawan maupun dengan
para tamu hotel. Terutama sebagai pimpinan menguasai ilmu hubungan antar
manusia khususnya dalam industri perhotelan, akan dapat memotivasi dan
mempermudah kinerjanya untuk berinteraksi dengan tamu-tamu hotel, kolega,
pimpinan maupun bawahannya sehingga standar operational procedur bisa
berjalan dengan baik.
Kunci aktivitas Human Relation adalah motivasi. Memotivasikan
karyawan untuk bekerja giat berdasarkan kebutuhan mereka secara
memuaskan, yakni kebutuhan akan upah yang cukup bagi keperluan hidup
keluarganya, kemajuan dirinya sendiri dan lain sebaginya.
Untuk memuaskan hati seluruh karyawan seorang demi seorang tidak
mudah, ini memang tidak dapat disangkal. Kebahagiaan seorang karyawan
yang mendapat kenaikan gaji mungkin menyebabkan beberapa teman
sejawatnya tidak merasa senang. Akan tetapi lingkungan dan suasana yang bisa
membantu seluruh karyawan memperoleh kabahagiaan akan dapat diciptakan
dan diadakan. Dalam hal ini seorang pemimpin kelompok harus berfikir secara
situasional dalam rangka mencapai tujuannya.
Seseorang memasuki suatu organisasi, karena ia berpikir organisasi
akan dapat membantu dia mencapai tujuannnya. Demikian pula para karyawan,
mereka mempunyai organisasi, mereka anggota organisasi kekaryaaan dimana
bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pemimpin organisasi tersebut dapat mengkoordinasikan aktifitas -
aktifitas para karyawan dan mengoperasikan hasrat - hasrat mereka untuk
bekerja bersama-sama. Pimpinan memegang peranan penting dalam
memberikan motivasi kepada karyawannya dengan harapan agar operational
dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan adanya penerapan human
relation. Keith Davids dalam bukunya yang berjudul Human Bahavior at Work;
Human Relation and Organization Behaviour, mengemukakan empat macam
kelebihan sifar-sifat yang perlu dimiliki oleh pemimpin: (a). Inteligensia
(intelligence) Dimana pemimpin harus memiliki kecerdasan yang lebih tinggi
daripada bawahannnya. (b). Kematangan dan keluasan pandangan social
(social matury and Breadth) Pemimpin harus lebih matang dan lebih luas
dalam hal-hal yang bertalian dengan kemasyarakatan. (c). Mempunyai Motivasi
dan keinginan berprestasi yang diharapkan selalu mempunyai dorongan yang
besar untuk dapat menyelesaikan sesuatu. (d). Mempunyai kemampuan
mengadakan hubungan antarmanusia (human Relation). Seorang pemimpin
harus selalu lebih mengetahui terhadap bawahannya sebab dalam kehidupan
organisasi diperlukan adanya kerjasama atau saling ketergantungan antara
anggota-anggota kelompok pemimpin perlu berorientasi kepada bawahan.
(Wahjosumidjo; 1994: 46)
Fungsi Human Relation dalam management ialah memotivasi
karyawan, membangkitkan motif mereka. Menggugah daya gerak mereka
untuk bekerja lebih giat. Jadi jika dalam memotivasi para karyawan akan
menggunakan kata-kata, maka kata kata itu harus positif, mengandung
kebijaksanaan, menimbulkan sikap optimis; bukan kata-kata negative yang
menjatuhkan mental. Davids dalam Effendy (2005: 140) mengemukakan bahwa
dipandang dari sudut pimpinan yang bertanggung jawab untuk memimpin suatu
kelompok, hubungan manusiawi adalah interaksi orang–orang yang menuju
suatu situasi kerja yang memotivasikan mereka untuk bekerjasama secara
produktif dengan perasaan puas, baik ekonomi, psikologi, maupun social.
Dengan cara demikian diharapkan dapat memberikan pengertian dan kesadaran
kepada para bawahan sehingga mereka mau dan suka mengikuti apa yang
menjadi kehendak pemimpin.
Tugas memberi motivasi memang tidak mudah. Pada umumnya pegawai-
pegawai mempunyai latar belakang, pengalaman, harapan, keinginan, ambisi,
dan lain-lain yang berbeda. Mereka melihat peristiwa-peristiwa atau kejadian-
kejadian dari berbagai sudut pandang yang berlainan, dan reaksi-reaksi mereka
terhadap pekerjaan, terhadap pegawai satu sama lain, dan terhadap pekerjaan,
terhadap pegawai satu sama lain, dan terhadap lingkungan mereka.
Seorang pegawai yang termotivasi baik, akan memberikan kontribusi
yang lebih besar terhadap keefektifan organisasinya. Jika seorang pegawai
termotivasi dengan baik, maka akan menunjukkan suatu perusahann yang
berjalan efektif dan hal ini merupakan kunci sukses bagi seorang atasan dalam
membina perusahaan yang dipimpinnya.
Pendekatan Human Relation yang baik dan efektif dapat memberi
pengaruh positif terhadap motivasi kerja karyawan. Teknik pendekatan human
relation yang kurang tepat yang digunakan seseorang dalam berkomunikasi
dengan orang lain dapat mengakibatkan menurunnya kinerja seseorang. Hal ini
dapat terjadi karena kegairahan kerja berhubungan erat dengan implikasi yang
diterima sebagai hasil dari suatu komunikasi.
Terlepas dari hal yang tidak dapat diabaikan ialah hubungan antara atasan
dan bawahan dan karyawan dan karyawan dalam meningkatkan motivasi kerja.
Dengan komunikasi maka human relation yang berlangsung efektif sehingga
hubungan diantara mereka dapat terbentuk. Dengan terciptanya human relation
yang baik dan harmonis antara atasan dan bawahan maka suasana kerja akan
lebih berwarna, lebih mudah menjalin keakraban, dan adanya perasaan senang
untuk menjalankan tugas serta yang lebih penting bagi timbulnya rasa memiliki
atas perusahaan yang tinggi.

C. Karakteristik Kewirausahaan
Kewirausahaan meliputi kemampuan merumus kan tujuan dan
memotivasi diri, berinisiatif, kemampu an membentuk modal dan mengatur
waktu, mental yang kuat, dan kemampuan untuk mengambil hikmah dari
pengalaman.
Jiwa kewirausahaan tidak hanya dimiliki oleh pengusaha dan berlaku
dalam bidang bisnis semata, tetapi juga dimiliki setiap orang untuk memiliki
jiwa kreatif dan inovatif, seperti pemerintah, perguruan tinggi dan lembaga
swadaya masyarakat lainnya baik secara individual maupun kelompok. Banyak
ahli yang mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan konsep yang
berbeda-beda, misalnya pendapat Thomas W Zimmerer dan Norman M.
Scarborough (2004, p4) mengemukakan ciri-ciri dan watak kewirausahaan
seperti berikut ini : (1). Menyukai tanggung jawab, wirausaha merasa
bertanggung jawab secara pribadi atas hasil perusahaan tempat mereka terlibat.
(2). Lebih menyukai resiko menengah, yaitu wirausaha bukanlah seorang
pengambil resiko liar, melainkan seorang yang mengambil resiko dengan penuh
perhitungan. (3). Keyakinan atas kemampuan mereka untuk berhasil, yaitu
wirausaha umumnya memiliki banyak keyakinan atas kemampuan untuk
berhasil. (4). Hasrat untuk mendapatkan umpan balik langsung, wirausahawan
ingin mengetahui sebaik apa mereka bekerja dan terus menerus mencari
pengukuhan. (5). Memiliki tingkat energi yang tinggi, wirausahawan lebih
energitik dibandingkan dengan kebanyakan orang. (6). Orientasi ke depan,
wirausahawan memiliki indra yang kuat dalam mencari peluang. (7).
Keterampilan mengorganisasi, membangun sebuah perusahaan dari nol dapat
dibayangkan seperti menghubungkan potongan-potongan sebuah gambar besar.
(8). Memiliki prestasi lebih tinggi daripada uang, salah satu kesalahan
pengertian yang paling umum mengenai wirausaha adalah anggapan bahwa
mereka sepenuhnya terdorong oleh keinginan menghasilkan uang.
1. Faktor Pemicu Kewirausahaan
Dalam ”Entrepreneur’s Handbook”, yang dikutip oleh Yuyun
Wirasasmita dalam buku Suryana (2003, p35) terdapat beberapa alasan yang
memicu seseorang untuk berwirausaha, yakni : (a). Alasan keuangan, un tuk
mencari nafkah, menjadi kaya, mencari pendapa -tan tambahan. (b). Alasan
sosial, yaitu untuk memper oleh gengsi atau status, untuk dapat dikenal dan
dihormati. (c). Alasan pelayanan, yaitu untuk memberi pekerjaan kepada
masyarakat, untuk membantu ekonomi masyarakat, demi masa depan anak-
anak dan keluarga. (d). Alasan pemenuhan diri, yaitu untuk menjadi alasan atau
mandiri, untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, untuk menghindari
ketergantungan pada orang lain.
2. Faktor Keberhasilan dan Kegagalan Wirausaha
Keberhasilan dan kegagalan wirausaha sangat tergantung pada
kemampuan pribadi wirausaha. Berdasarkan pendapat Thomas W Zimmerer
yang dikutip oleh Suryana (2003, p44) : (a). Mempunyai ide atau visi bisnis
yang jelas.(b).Mempunyai kemauan dan keberanian untuk menghadapi resiko
baik waktu maupun uang.(c). Mempunyai semangat dan kerja keras dalam
membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan dan menjalankannya.(d).
Mempunyai loyalitas dan tanggung jawab terhadap pihak-pihak terkait.
Sedangkan Faktor-faktor penyebab kegagalan ialah kegagalannya adalah (a).
Tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha.(b). Kurang
berpengalaman dalam mengelola sumber daya manusia, mengoperasikan
perusahaan, kemampuan mengkoordinasikan, dan lain-lain. (c). Kurang dapat
mengendalikan keuangan yakni tidak dapat mengatur pengeluaran dan
penerimaan secara cermat. (d). Perencanaan merupakan titik awal dari suatu
kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan
dalam pelaksanaan.(e). Lokasi yang kurang memadai atau kurang strategis
menyebabkan perusahaan sukar untuk beroperasi.(f). Kurangnya pengawasan
peralatan yang dapat mengakibatkan alat tidak efisien dan efektif. (g). Sikap
yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha mengakibatkan usaha yang
dilakukan menjadi gagal.(h). Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan
atau transisi kewirausahaan yang disebabkan oleh ketidak beranian untuk
mengadakan perubahan dan tidak mampu membuat peralihan setiap waktu.
3. Keuntungan dan Kerugian Kewirausahaan
Berdasarkan pendapat Peggy Lambing dan Charles L.Kuehi yang dikutip
oleh Suryana (2003, p46) terdapat beberapa keuntungan dan kerugian
berwirausaha, yakni keuntungan terdiri dari : (a). Otonomi Pengelolaan yang
bebas dan tidak terikat membuat wirausaha menjadi seorang ”bos” yang penuh
kepuasan. (b). Tantangan awal dan perasaan motif berprestasi Peluang untuk
mengembangkan konsep usaha yang dapat menghasilkan keuntungan sangat
memotivasi wirausaha. (c). Kontrol finansial Bebas dalam mengelola keuangan,
dan merasa kekayaan sebagai milik sendiri.
Sedangkan kerugianannya adalah : (a). Pengorbanan personal Pada
awalnya wirausaha harus bekerja dengan waktu yang lama dan sibuk. (b). Beban
tanggung jawab Wirausaha harus mengelola semua fungsi bisnis, baik
pemasaran, keuangan, personil maupun pengadaan dan pelatihan. (c). Kecilnya
margin keuntungan dan kemungkinan gagal Karena wirausaha menggunakan
keuangan yang kecil dan keuangan milik sendiri, maka margin laba atau
keuntungan yang diperoleh akan relatif kecil dan kemungkinan gagal juga ada.

D. Investasi
Investasi adalah upaya menanamkan faktor produksi langka, yakni dana,
kekayaan alam, tenaga ahli dan terampil, teknologi pada proyek tertentu baik
proyek tersebut baru atau perluasan proyek, dalam jangka panjang Husein
Umar (2003, p1). Menurut Downes dan Goudman dalam buku studi kelayakan
proyek karangan Suratman (2001, p6) memberikan pengertian investasi sebagai
berikut: .. Investment can refer to financial investment (where an investor puts
money into a ehicle) or to an investment of effort and time on the part of
individual who wants to reap profits rom the success of his labor ..”
Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia investasi adalah penanaman
modal atau uang di suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh
keuntungan. Sehingga dapat disimpulkan investasi adalah pengeluaran yang
ditujukan untuk mempertahankan atau meningkatkan persediaan kapital
(capital stock) yang diharapkan dapat memberikan pengembalian yang
menguntungkan dimasa yang akan datang.
1. Ciri-ciri Investasi
Ciri-ciri investasi berdasarkan pendapat Siswanto Sutojo (2000, p2)
adalah: (a). investasi tersebut menyerap dan mengikat dana dalam jumlah
besar. (b). Manfaat yang akan diperoleh perusahaan (misalnya keuntungan),
baru dapat dinikmati sepenuhnya beberapa masa setelah investasi dilakukan.
(c). Tingkat resiko yang ditanggung perusahaan lebih tinggi. (d). Keputusan
investasi proyek yang keliru, tidak dapat direvisi begitu saja, seperti halnya
keputusan memberikan kredit penjualan kepada pelanggan baru secara tidak
tepat, tanpa harus menderita kerugian yang cukup besar.
2. Manfaat Investasi
Manfaat investasi adalah untuk meningkatkan jumlah perdagangan
ekspor, menciptakan lapangan kerja baru, dan penghematan pengeluaran
devisa (Siswanto Sutojo 2000, p3).

E. Ekspansi
Berdasarkan pendapat Keown, Scott, Martin, dan Petty (2001, p231)
ekspansi dimaksudkan sebagai perluasan modal, baik perluasan modal kerja saja,
atau modal kerja dan modal tetap, yang digunakan secara tetap dan terus–
menerus didalam perusahaan.
1. Bentuk-bentuk Dari Ekspansi
Business expansion atau ekspansi bisnis adalah Ekspansi yang
dijalankan tanpa mengakibatkan perubahan stuktur modal. Dalam bentuk
ekspansi ini perusahaan tidak menambah modal kerja saja dengan
menggunakan kapasitas produksi yang tersedia didalam perusahaan.
Oleh karenanya perusahaan tidak menambah aktiva tetap, maka tidaklah
dibutuhkan tambahan modal jangka panjang sehingga tidak mengakibatkan
perubahan struktur modalnya. Sering disebut juga ekspansi yang berangsur–
angsur.
2. Financial expansion atau ekspansi keuangan
Ekspansi yang dijalankan dengan membeli alat produksi tahan lama,
memodernisir alat–alat produksi yang lama, mendirikan pabrik baru,
mengambil alih perusahaan lain, penggabungan dengan perusahaan lain dan
lain–lain. Bentuk ekspansi yang membutuhkan tambahan modal jangka
panjang, sehingga bentuk ekspansi ini mengakibatkan perubahan struktur
modalnya. Sering disebut ekspansi yang melonjak. Beberapa keuntungan bagi
perusahaan yang melaku kan ekpansi adalah :
a. Adanya produksi yang ekonomis: (1). Makin besar perusahaan mempunyai
kemungkinan yang lebih besar untuk dapat bekerja dengan biaya produksi
rata–rata atau harga pokok yang lebih rendah. (2). Penggunaan yang lebih
efisien. (3). Adanya stabilitasi dalam produksi dan makin berkurangnya
kerugian–kerugian karena menganggurnya aktiva–aktiva tetap.
b.Pembelian dan penjualan yang ekonomis: (1). Kedudukan terhadap penjual
lebih kuat, sehingga dapat mengadakan pembelian dengan syarat–syarat yang
menguntungkan. (2). Pembelian dalam jumlah besar, memungkinkan
pembelian dapat dilakukan langsung dari sumbernya.
c. Manajemen ekonomis
Manajemen merupakan faktor yang konstan, sedangkan bagian–bagian,
pabrik, perusahaan ang ditambahkan adalah meruapakan faktor–faktor
variabel. Ekspansi disini dimaksudkan ntuk mencapai titik efisiensi
manajemen yang optimal atau untuk mendapatkan imbangan ang sebaik–
baiknya antara menajemen dengan faktor–faktor variabel tersebut.
d. Pembelanjaan yang ekonomis
Makin besarnya perusahaan memberikan kemungkinan untuk dapat
menggunakan modalnya enggan lebih efisien. Apabila perusahaan menuju
kepada laba yang maksimal, maka, perusahaan akan menambah modalnya
sampai laba yang diperoleh dari modal yang diinvestasikan terakhir adalah
sama dengan tingkat bunga yang berlaku.

F. Studi Kelayakan Proyek


Sehubungan dengan pengertian Studi Kelayakan Proyek Suratman (2001,
p5) berpendapat, bahwa studi kelayakan proyek adalah studi atau penelitian
dalam rangka untuk menilai layak tidaknya proyek investasi yang bersangkutan
dilakukan dengan berhasil dan menguntungkan secara ekonomis. Pengertian
berhasil ini mungkin berbeda-beda, ada yang menafsirkan dalam artian yang
lebih terbatas, ada juga yang menafsirkan dalam artian yang luas.
Berdasarkan pendapat Suryana (2003, p141), Studi Kelayakan Proyek
adalah suatu penelitian tentang layak tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan
menguntungkan secara terus menerus.
1. Tujuan Studi Kelayakan Proyek
Proyek investasi pada umumnya memerlukan dana yang cukup besar
dan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang. Karenanya, perlu
dilakukan studi yang berhati-hati agar jangan sampai proyek tersebut, setelah
terlanjur menginvestasikan dana yang sangat besar ternyata proyek tersebut
tidak menguntungkan. Maka tujuan dilakukannya studi kelayakan adalah untuk
menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan
yang ternyata tidak menguntungkan (Suad Husnan dan Suwarsono Muhammad
2000, p6).
2. Manfaat Studi Kelayakan Bisnis
Berdasarkan pendapat Kamaluddin (2004, p2). Ada tiga manfaat yang
ditimbulkan dari adanya studi kelayakan bisnis, yaitu :
a. Manfaat finansial
Artinya, bisnis tersebut dirasa sangat mengutung kan bagi pelaku bisnis
sendiri apabila bisnis tersebut dibandingkan dengan resiko yang
ditanggung.
b. Manfaat ekonomi nasional
Artinya, bisnis tersebut jika dijalankan mampu menunjukkan manfaat makro
bagi negara, hal ini bisa ditunjukkan dengan semakin banyak tenaga kerja
yang terserap, GNP meningkat dan lain-lain.
c. Manfaat sosial
Artinya, masyarakat sekitar lokasi bisnis tersebut merasa memperoleh
manfaat atas bisnis yang dilakukan.
3. Pihak Yang Membutuhkan Studi Kelayakan
Pihak-pihak yang membutuhkan studi kelayakan menurut Husein Umar
(2003, p19-20) antara lain :
a. Pihak investor
Jika hasil studi kelayakan yang telah dibuat ternyata layak
direalisasikan, pemenuhan kebutuhan akan pendanaan dapat mulai dicari.
Misalnya dengan mencari investor atau pemilik modal yang mau turut serta
menanamkan modalnya pada proyek yang akan dikerjakannya itu. Sudah tentu
calon investor ini akan mempelajari laporan studi kelayakan yang telah dibuat
karena calon investor mempunyai kepentingan langsung tentang keuntungan
yang akan diperoleh serta jaminan keselamatan atas modal yang akan
ditanamkan.
b. Pihak kreditor
Pendanaan proyek dapat juga dipinjamkan dari bank, sebelum
memutuskan untuk memberikan kredit atau tidak, perlu mengkaji ulang tentang
studi kelayakan yang telah dibuat, termasuk mempertimbangkan sisi-sisi lain,
misalnya bonafiditas dan tersedianya anggunan yang dimiliki perusahaan.
c. Pihak manajemen perusahaan
Studi kelayakan dapat dibuat oleh pihak eksternal perusahaan maupun
pihak internal perusahaan (sendiri). Terlepas dari siapa yang membuat proposal
ini merupakan upaya dalam rangka merealisasikan ide proyek yang ujung-
ujungnya bermuara pada peningkatan usaha untuk meningkatkan laba
perusahaan. Sebagai pihak yang menjadi project leader, sudah tentu pihak
manajemen perlu mempelajari studi kelayakan itu, misalnya dalam hal
pendanaan, rencana pendanaan dari investor dan dari kreditor.
d. Pihak pemerintah
Penyusunan studi kelayakan perlu memperhatikan kebijakan-kebijakan
yang telah ditetapkan pemerintah karena bagaimanapun pemerintah dapat
secara langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi kebijakan perusahaan.
Penghematan devisa negara, penggalakan ekspor nonmigas dan pemakaian
tenaga kerja massal merupakan contoh-contoh kebijakan pemerintah disektor
ekonomi. Proyek-proyek bisnis yang membantu kebijakan pemerintah inilah
yang diprioritaskan untuk dibantu misalnya dengan subsidi dan keringanan lain.
4. Tahapan Studi Kelayakan Bisnis
Berdasarkan pendapat Suryana (2003, p142) format studi kelayakan
bisnis adalah : (a). Tahap penemuan ide atau perumusan gagasan Tahap dimana
wirausaha memiliki ide untuk merintis usaha barunya, ide tersebut kemudian
dirumuskan dan diidentifikasi. (b). Tahap memformulasikan tujuan Tahap
perumusan visi dan misi, misalnya apa visi dan misi bisnis yang hendak diemban
setelah jenis bisnis tersebut diidentifikasi. (c). Tahap analisis Proses sistematis
yang dilakukan untuk membuat suatu keputusan apakah bisnis tersebut layak
dilaksanakan atau tidak. (d). Tahap keputusan Setelah dievaluasi, dipelajari,
dianalisis dan hasilnya meyakinkan, maka langkah berikutnya adalah tahapan
mengambil keputusan apakah bisnis layak dilaksanakan atau tidak.
5. Aspek Penilaian Studi Kelayakan Proyek
a Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek pasar dan pemasaran merupakan aspek yang paling utama dan
pertama dilakukan pengkajian dalam usulan proyek investasi, alasannya adalah
tidak akan mungkin suatu proyek didirikan dan dioperasikan jika tidak ada
pasar yang siap menerima produk perusahaan. Menurut Husein Umar (2003,
p35), pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau
saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk
membentuk suatu harga.
Menurut Stanton dalam buku studi kelayakan bisnis karangan Husein
Umar (2003, p35), pasar adalah kumpulan orang-orang yang mempunyai
keinginan untuk puas, uang untuk belanja dan kemauan untuk
membelanjakannya. Jadi ada tiga faktor utama yang menunjang terjadinya
pasar yaitu : orang dengan segala keinginannya, daya belinya, serta tingkah
lakunya dalam pembelian. Bentuk pasar dapat dilihat dari sisi produsen dan sisi
konsumen.
Dari sisi produsen/penjual, pasar dapat dibedakan atas pasar persaingan
sempurna, persaingan mono polistik, persaingan oligopoli dan persaingan
monopoli. Berikut ini dijelaskan secara singkat bentuk-bentuk pasar produsen
tersebut :
a. Pasar persaingan sempurna, pada pasar ini aktivitas persaingan tidaklah
nampak karena tidak terbatas nya jumlah produsen (sehingga pangsa pasar
mereka menjadi terkotak-kotak atau kecil-kecil) dan konsumen dapat
menjual/membeli apa saja tanpa ada batas asal bersedia membeli atau
menjual pada harga pasar.
b. Pasar monopoli adalah sebuah bentuk pasar yang dikuasai oleh seorang atau
satu penjual saja. Jadi dalam hal ini tidak ada barang subtitusi terhadap
barang yang dijual oleh penjual tunggal tersebut, serta terdapat hambatan
untuk masuknya pesaing dari luar.
c. Pasar oligopoli merupakan perluasan dari pasar monopoli. Dalam menetukan
tingkat harga dan kuantitas produksi, karena pengaruh dari pesaing sangat
terasa, tindakan atau aktivitas pesaing perlu dimasukkan dalam perhitungan.
d. Pasar persaingan monopolistik merupakan bentuk campuran antara
persaingan sempurna dengan monopoli. Dikatakan mirip persaingan
sempurna karena ada kebebasan bagi perusahaan untuk masuk keluar pasar.
Selain itu barang yang dijual pun tidak homogen. Oleh karena barang-
barang yang heterogen itu dimiliki oleh beberapa perusahaan besar saja,
pasar ini mirip dengan pasar monopoli.
Dari sisi konsumen, pasar dapat dibedakan atas empat bentuk, yaitu: (1).
Pasar konsumen, pasar ini merupakan pasar untuk barang atau jasa yang mana
si pembeli merupakan konsumen akhir (pribadi). (2). Pasar industri, pasar ini
adalah pasar untuk barang atau jasa yang mana si pembeli adalah perorangan
atau badan dan produk digunakan untuk proses lebih lanjut. Atau dibeli atau
disewa oleh perorangan atau organisasi untuk digunakan pada produksi barang
atau jasa lain, baik untuk dijual atau untuk disewakan (dipakai untuk proses
lebih lanjut. (3). Pasar penjual kembali (reseller), adalah suatu pasar dimana si
pembeli disebut parapedagang yang akan menjual kembali barang yang dibeli,
pasar ini terdiri dari distributor,agen, dealer, dan retailer. Kesemua reseller ini
melakukan penjualan kembali dalam rangka mendapat keuntungan. (4). Pasar
pemerintah, merupakan pasar yang terdiri dari unit-unit pemerintah yang
membeli atau menyewa barang atau jasa untuk menjalankan tugas-tugas
pemerintah, misalnya di sektor pendidikan, perhubungan, kesehatan, dan lain-
lain. Bagi pemasaran produk barang, manajemen pemasaran akan dipecah atas
empat kebijakan pemasaran yang lazim disebut sebagai bauran pemasaran
(marketing mix) atau 4P dalam pemasaran yang terdiri dari empat komponen,
yaitu produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi
(promotion). Masing-masing dijelaskan sebagai berikut:
1). Kebijakan Produk
Produk berupa barang dapat dibeda-bedakan atau diklasifikasikan menurut
macamnya. Produk barang tidak hanya memperhatikan penampilan, tetapi
juga hendaknya berupa produk yang praktis, aman, tidak mahal,
sederhana, dan ekonomis dalam proses produksi dan distribusinya.
2). Kebijakan Harga
Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat
memiliki atau menggunakan produk yang nilainya ditetapkan oleh pembeli
dan penjual melalui tawar menawar, atau ditetapkan oleh penjual untuk
satu harga yang sama terhadap semua pembeli.
3). Kebijakan Distribusi
Sebagian produsen menggunakan perantara pemasaran untuk memasarkan
produk, khususnya barang dengan cara membangun suatu saluran
distribusi, yaitu sekelompok organisasi yang saling tergantung dalam
keterlibatan mereka pada proses yang memungkinkan suatu produk
tersedia bagi pengguna atau konsumsi oleh konsumen.
4). Kebijakan Promosi
Pemasaran tidak hanya membicarakan produk, harga produk, dan
mendistribusikan produk, tetapi juga mengkomunikasikan produk ini
kepada masyarakat agar produk itu dikenal dan ujung-ujungnya dibeli.
Untuk mengkomunikasikan produk perlu disusun suatu strategi yang
sering disebut bauran promosi, yang terdiri atas empat komponen utama
yaitu periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, dan penjualan
perorangan.
6. Aspek Teknis
Langkah selanjutnya setelah menganalisis aspek pasar dan pemasaran
dalam penentuan kelayakan suatu rencana bisnis adalah menganalisis aspek
teknis. Evaluasi aspek teknis ini mempelajari kebutuhan-kebutuhan teknis
proyek, seperti penentuan kapasitas produksi, jenis teknologi yang dipakai,
pemakaian peralatan dan mesin, lokasi proyek dan letak pabrik yang
menguntungkan. Lalu dari kesimpulannya dapat dibuat rencana jumlah biaya
pengadaan harta tetapnya.
Aspek ini merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses
pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut
selesai dibangun (Suad Husnan dan Suwarsono Muhammad 2000, p110).
Menurut Barry Render dan Jay Heizer (2001, p272), tata letak (layout)
merupakan salah satu keputusan yang menentukan efisiensi operasi perusahaan
dalam jangka waktu panjang. Tata letak memiliki implikasi strategis karena
menentukan daya saing perusahaan dalam hal kapasitas, proses, fleksibilitas, dan
biaya serta mutu kehidupan kerja. Beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam
pembuatan keputusan mengenai tata letak perusahaan yang meliputi: a.
Pertimbangan spasial, seperti simetri, proporsi, tekstur, warna, dan lain-lain. b.
Perencanaan ruangan, mencakup perancangan interior dan arsitektur perusahaan.
c. Perlengkapan yang menunjukkan status pemilik atau penggunanya. d. Tata
cahaya yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan dan perusahaan. e. Warna,
bertujuan untuk menggerakkan perasaan dan emosi para pelanggan. f. Pesan-
pesan grafis, mencakup penampilan visual, pemilihan lambang perusahaan,
pemilihan warna, dan lain-lain. Tata letak yang efektif akan membantu
perusahaan untuk mencapai beberapa hal seperti efisiensi penggunaan ruangan,
peralatan dan manusia, kemudahan bagi konsumen, peningkatan moral karyawan
dan kondisi kerja yang aman.
7. Aspek Manajemen
Manajemen dalam pembangunan proyek bisnis maupun manajemen
dalam implementasi rutin bisnis adalah sama saja dengan manajemen lainnya.
Manajemen dalam penyusunan perencanaan, hendaknya padat dikaji dari
beberapa sisi, seperti sisi pendekatan pembuatan perencanaan, sisi fungsi
perencanaan itu sendiri, jangka waktu pelaksanaan yang akan didukung oleh
perencanaan, dan sisi tingkatan perencanaan, Husein Umar (2003, p115).
Proses perencanaan untuk menghasilkan suatu rencana atau rencana-
rencana dapat dilihat dari berbagai sisi penting, antara lain yaitu dari sisi jangka
waktu manfaat rencana serta dari beberapa sisi tingkat manajemen, yaitu dari sisi
strategis dan operasional sebagai berikut:
a. Sisi jangka waktu
Jika dilihat dari waktu yang digunakan untuk pengaplikasian suatu rencana,
dikenal tiga bentuk perencanaan, yaitu:
1). Perencanaan jangka panjang, perencanaan semacam ini menjangkau waktu
sekitar 20 sampai 30 tahun kedepan. Rencana-rencananya masih berbentuk
garis besar yang bersifat strategis dan umum.
2). Perencanaan jangka panjang, menjangkau sekitar 3 sampai 5 tahun kedepan.
Perencanaan jangka panjang dipecah-pecah menjadi beberapa kali
pelaksanaan jangka menengah sehingga setiap tahap hendaknya disesuaikan
dengan prioritas.
3). Perencanaan jangka pendek, perencanaan ini menjangkau waktu paling lama
1 (satu) tahun. Perencanaan ini lebih konkret dan lebih terperinci, karena
lebih jelas sasaran yang harus dicapai termasuk dalam hal penggunaan
sumber daya.
b. Sisi tingkatan manajemen
Pada umumnya perencanaan bila digolongkan ke dalam tingkatan
manajemen akan terbagi dua, yaitu:
1). Perencanaan strategis, perencanaan ini merupakan bagian dari manajemen
strategis. Perencanaan strategis lebih fokus pada bagaimana manajemen
puncak menentukan visi, misi, falsafah, dan strategi perusahaan untuk
mencapai tujuan perusahaan dalam jangka waktu panjang.
2). Perencanaan operasional, merupakan bagian dari strategi operasional yang
lebih mengarah pada bidang fungsional perusahaan.
c. Struktur organisasi
Struktur organisasi dapat diartikan sebagai susunan dan hubungan antara
bagian dan produksi dalam perusahaan. Struktur organisasi menjelaskan
pembagian aktifitas kerja, serta mempertahankan hubungan fungsi dan aktifitas
tersebut sampai batas-batas tertentu. Ada empat elemen dalam struktur, yaitu:
1). Spesialisasi aktifitas, mengacu pada spesifikasi tugas -tugas perorangan dan
kelompok kerja di seluruh organisasi.
2). Standarisasi aktifitas, merupakan prosedur yang digunakan organisasi untuk
menuju kelayak dugaan aktifitas.
3). Koordinasi aktifitas, adalah prosedur yang digunakan dalam memadukan
fungsi-fungsi sub unit dalam organisasi.
4). Besar unit kerja, berhubungan dengan jumlah pegawai yang berada dalam
suatu kelompok kerja.
d. Aspek Sumber Daya Manusia
Menurut Dessler (2004, p2), manajemen sumber daya manusia adalah
kebijakan dan praktek menentukan aspek manusia atau sumber daya manusia
dalam posisi manajemen, termasuk merekrut, menyaring, memberikan
penghargaan dan penilaian.
Dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu proyek bisnis keberadaan
sumber daya manusia yang kompeten adalah penting, baik secara individual
maupun dalam sebuah tim atau kelompok kerja. Untuk merencanakan dan
mengembangkan sebuah tim sumber daya manusia yang efektif dibutuhkan suatu
usaha yang gigih yang merupakan perpaduan antara seni dan pengetahuan. Hal
ini diperlukan karena untuk sebuah tim yang efektif bukan hanya keahlian teknis
saja yang menjadi pertimbangan utama melainkan juga peranan dan keselarasan
masing-masing individu dalam melaksanakan tugasnya.
Menurut Gery Dessler (2004, p101), hal-hal yang dituntut dalam proses
perekrutan dan penyeleksian karyawan adalah sebagai berikut:
1). Tentukan posisi yang harus Anda isi, dengan merencanakan dan memprediksi
personil.
2). Panggilah calon karyawan untuk pekerjaan ini dengan merekrut calon internal
atau eksternal.
3). Mintalah para pelamar untuk mengisi formulir aplikasi dan mengikuti
wawancara penyaringan awal.
4). Gunakan teknik seleksi seperti ujian, pemeriksaan latar belakang dan ujian
fisik untuk mendapatkan calon yang bisa bertahan.
5). Akhirnya, tentukan kepada siapa tawaran itu diberikan, dengan
memerintahkan penyelia dan (barang kali yang lainnya dalam tim untuk
mewawancarai calon yang bertahan).
Setelah proses perekrutan dan seleksi dijalankan maka para karyawan
akan melalui proses orientasi. Menurut Dessler (2004, p101), orientasi karyawan
adalah sebuah prosedur untuk memberikan latar belakang dasar kepada karyawan
baru tentang perusahaan itu.
Proses ini sangat membantu karyawan baru dalam beradaptasi dengan
lingkungan perusahaan baik terhadap aturan-aturan yang berlaku maupun dengan
mitra kerja mereka yang lainnya. Manfaat lain dari proses orientasi yaitu
mengurangi rasa gugup karyawan di hari pertamanya dan juga menghindari
kejutan Kenyataan.
Yang dimaksud dengan kejutan kenyataan adalah suatu keadaan yang
terjadi karena adanya kesenjangan antara apa yang diharapkan oleh karyawan
baru dari jabatan barunya dengan kenyataan yang ada. Hasil penilaian kinerja
pada karyawan diperlukan guna memperbaiki keputusan-keputusan personalia
dan memberikan feed back kepada karyawan tentang pelaksanaan pekerjaan.
Hal ini dilakukan untuk memotivasi para karyawan agar menjadi lebih
baik lagi dimasa depan. Sistem penilaian kinerja karyawan ini haruslah
berkorelasi dengan deskripsi pekerjaan baik secara tertulis maupun dalam
prakteknya. Penilaian kinerja juga harus memiliki standar-standar pengukuran
yang dapat diandalkan.
Terdapat berbagai cara yang dilakukan oleh manajemen untuk
meningkatkan prestasi kerja pada karyawannya, diantaranya adalah dengan
memberikan kompensasi. Menurut Husein Umar (2003, p166), kompensasi dapat
didefinisikan sebagai sesuatu yang diterima karyawan sebagai balas jasa untuk
kerja mereka. Kompensasi diberikan kepada para karyawan disesuaikan dengan
lingkup kerja mereka dan terkadang juga mempertimbangkan prestasi kerja yang
telah mereka capai.
Hal lainnya yang juga harus diperhatikan oleh perusahaan berkenaan
dengan sumber daya manusia adalah proses pemberhentian karyawan.
Memberhentikan karyawan dari pekerjaan menimbulkan kerugian bagi
perusahaan maupun untuk karyawan itu sendiri.
Bagi perusahaan kerugian yang diderita adalah dari sisi biaya, dimana
perusahaan menanggung biaya-biaya penarikan, seleksi, dan pengembangan.
Sementara itu di pihak karyawan kerugian yang ditimbulkan mungkin berupa
dampak psikologis karena hilangnya pekerjaan. Untuk menghindari kerugian-
kerugian tersebut maka hendaknya proses pemberhentian tersebut dilakukan
berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku.
f .Aspek Lingkungan
Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan berpengaruh terhadap
lingkungan sekitar apakah membawa dampak negatif atau positif terhadap
masyarakat sekitar atau sebaliknya pakah masyarakat sekitar membawa dampak
positif atau negatif terhadap perusahaan. Analisis yang dilakukan terhadap aspek
ini bermanfaat untuk mengidentifikasi kelayakan bisnis yang dijalankan sesuai
dengan standar lingkungan hidup yang ada. Salah satu media utama dari aspek ini
adalah AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) yang sedang dan telah
dikembangkan di beberapa negara maju dengan nama Environmental Impact
Analysis atau Environmental Impact Assessment (EIA).
Menurut Husein Umar (2003, p303), AMDAL diperlukan untuk
melakukan studi kelayakan dengan dua alasan pokok:
1). Karena undang-undang dan peraturan pemerintah menghendaki demikian. Hal
ini cukup efektif untuk memaksa para pelaksana proyek yang kurang
memperhatikan kualitas lingkungan dan hanya memikirkan keuntungan
proyeknya saja tanpa menghiraukan dampak samping yang timbul.
2). AMDAL harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak dengan
beroperasinya proyek-proyek industri. Adapun kegunaan daripada AMDAL
itu sendiri adalah:
a). Dalam pengelolaan lingkungan, AMDAL dijadi kan sebagai standar dalam
menyusun perkiraan dampak yang akan timbul dari proyek yang akan
dilaksanakan. Jika pada kenyataannya dampak lingkungan jauh berbeda
dengan standar yang ditetapkan dalam AMDAL, maka ini mungkin saja
disebabkan karena perusahaan melakukan kesalahan dalam dalam
penyusunan laporan mengenai AMDAL atau perusahaan tidak
mengindahkan laporan AMDAL itu sendiri.
b). Dalam pengelolaan proyek, AMDAL merupakan salah satu syarat yang
harus dipenuhi untuk mendapatkan perizinan selain aspek-aspek studi
kelayakan bisnis lainnya seperti aspek teknis dan ekonomis. Sebagai
dokumen penting, laporan AMDAL merupakan sumber informasi yang
detail dan penting mengenai keadaan lingkungan pada waktu penelitian
proyek dan gambaran mengenai lingkungan pada saat proyek rampung
dan dioperasionalkan.
g. Aspek Hukum
Aspek hukum menurut Suratman (2001, p29) adalah mengkaji tentang
legalitas usulan proyek yang akan dibangun dan dioperasikan. Ini berarti bahwa
setiap aspek yang akan didirikan dan dibangun di wilayah tertentu harus
memenuhi hukum dan tata pengaturan yang berlaku di wilayah tersebut.
h. Aspek Ekonomi, Sosial, dan Politik
Dalam menganalisa kelayakan suatu bisnis lingkungan eksternal
perusahaan juga harus dimasuk kan dalam perhitungan untuk mengetahui
seberapa jauh lingkungan eksternal tersebut menyediakan peluang sekaligus
ancaman bagi perusahaan. Selain itu manfaat lainnya adalah untuk mengetahui
sumbangsih seperti apa yang dapat diberikan oleh perusahaan pada lingkungan
eksternalnya jika usulan proyek perusahaan terealisasikan.
1). Dilihat dari sudut ekonomi
Begitu banyak informasi mengenai lingkungan ekonomi secara makro
yang terbesar di masyarakat baik melalui media maupun dilihat dari
masyarakat itu sendiri. Informasi tersebut dapat dikumpulkan oleh
perusahaan dan diolah menjadi informasi yang penting dalam rangka
menyusun suatu kelayakan bisnis.
Menurut Husein Umar (2003,p245), informasi tersebut dapat berupa
Produk Domestik Bruto, investasi, inflasi, nilai tukar mata uang, kredit,
perbankan, anggaran pemerintah, pengeluaran pembangunan, perdagangan
luar negeri, dan neraca pembayaran.
2). Dilihat dari sisi sosial
Harus diperhatikan dan diingat bahwa peru sahaan tidak akan hidup
sendiri tanpa dukungan masyarakat. Dapat dikatakan bahwa perusahaan
hidup bersama-sama dalam satu tatanan kehidupan yang beragam dan
semakin kompleks yang henda knya selalu berada dalam suatu titik
keseimbangan. Bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang sosial,
khususnya dalam bidang sosial, hendaknya fokus utamanya adalah untuk
meningkatkan kuali tas masyarakat (sumber daya manusia) bukan untuk
mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya.
Politik dapat mempengaruhi kegiatan perusahaan. Adanya gejolak
dalam politik dalam negeri dapat mempengaruhi permintaan maupun
penawaran di pasar terhadap barang dan jasa. Hendaknya perusahaan
memperhatikan aspek politik dalam menyusun studi kelayakan bisnis untuk
memperkirakan situasi politik yang terjadi saat proyek dibangun dan
kemudian diimplementasikan sehingga proyek dapat menjadi layak.
i. Aspek Keuangan
Tujuan dari analisa keuangan adalah untuk menentukan dan
mengembangkan rencana investasi perusahaan dengan melakukan perhitungan
biaya dan manfaat yang akan diterima perusahaan pada saat rencana investasi
tersebut dikembangkan. Perhitungan tersebut dilakukan dengan membandingkan
pengeluaran dan pendapatan dari perusahaan seperti ketersediaan dana, biaya
modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana investasi tersebut
dalam jangka waktu yang ditentukan dan juga penilaian pada kelayakan proyek
untuk terus berkembang.
1). Kebutuhan Dana dan Sumbernya
Dalam merealisasikan suatu proyek bisnis, perusahaan membutuhkan dana
untuk investasi. Menurut Husein Umar (2003, p178), dana tersebut dapat
diklasifikasikan atas dasar aktiva tetap berwujud seperti tanah, bangunan,
pabrik, dan mesin-mesin serta aktiva tetap tak berwujud seperti paten, lisensi,
biaya-biaya pendahuluan, biaya-biaya sebelum operasi.
Selain digunakan untuk pengadaan aktiva tetap, dana tersebut juga
digunakan untuk modal kerja yang merujuk pada semua investasi yang
diperlukan untuk kativa lancar. Untuk menghitung modal kerja yang
dibutuhkan dapat digunakan metode berdasarkan waktu yang diperlukan sejak
danatersebut keluar dari kas perusahaan sampai menjadi atau masuk ke dalam
kas perusahaan kembali.
Setelah menetapkan jumlah dana yang diperlukan untuk melaksanakan
rencana investasi tersebut maka langkah selanjutnya adalah menentukan
sumber dana. Menurut Husein Umar (2003, p178), beberapa sumber dana yang
penting antara lain:
a). Modal pemilik saham yang disetorkan.
b). Saham yang diperoleh dari penerbitan saham di pasar modal.
c). Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dan dijual di pasar modal.
d). Kredit yang diterima dari bank.
e). Sewa guna (leasing) dari lembaga non-bank.
2). Aliran Kas (Cash Flow)
Perusahaan perlu untuk menerapkan prinsip kehati-hatian dalam
menentukan tingkat likuiditas dari aliran kas (cash flow) perusahaan. Karena
jika tingkat likuiditasnya terlalu tinggi, yang mungkin disebabkan oleh tingkat
perputaran kas yang rendah, keuntungan yang diterima oleh perusahaan akan
menjadi rendah.
Demikian juga sebaliknya, jika tingkat likuiditas aliran kas tersebut
terlalu rendah, yang mungkin disebabkan oleh perputaran kas yang tinggi,
perusahaan, akan mendapat keuntungan yang tinggi namun aliran kas menjadi
tidak likuid jika terjadi kebutuhan dana yang mendadak.
Perhitungan terhadap aliran kas sangat penting untuk dilakukan karena
arti laba dalam akuntansi tidak sama dengan pengertian kas masuk bersih bagi
investor yang justru lebih penting untuk diketahui. Hal ini menjadi wajar
karena hanya dengan aliran kas bersih perusahaan dapat membiayai kewajiban
keuangannya. Menurut Husein Umar (2003, p180), kas mempunyai tiga
komponen utama yaitu Initial Cash Flow yang berhubungan dengan
pengeluaran untuk investasi, Operational Cash Flow yang biasanya mempunyai
selisih neto yang positif yang dapat dipakai untuk mencicil pengembalian
investasinya, dan Terminal Cash Flow yang merupakan aliran kasdari nilai sisa
aktiva tetap yang dianggap sudah tidak mempunyai nilai ekonomis lagi dan
pengembalian modal kerja awal.
3). Biaya Modal (Cost of Capital)
Yang dimaksudkan dengan biaya modal adalah penentuan berapa
besarnya biaya real dari masing-masing sumber pendanaan yang dilakukan
perusahaan dalam menjalankan proyek investasinya. Perusahaan dirasa perlu
melakukan perhitungan terhadap biaya penggunaan modal rata-rata keseluruhan
sehingga tingkat keuntungan yang layak (cut off rate) dari proyek tersebut
dapat di identifikasi. Menurut Husein Umar (2003, p181) untuk
menghitungnya, karena garis besar sumber-sumber pembelanjaan terbagi atas
utang dan modal sendiri, maka biaya modal dari masing-masing sumber
dihitung seperti penilaian investasi dari biaya utang, aliran kas yang dihitung
setelah pajak, demikian pula terhadap biaya modal sendiri.
a). Biaya utang. Biaya ini dapat dibagi menjadi dua jangka waktu yaitu biaya
utang dalam jangka panjang dan jangka pendek dimana kedua-duanya dapat
dihitung dengan menggunakan konsep present value.
b). Biaya modal sendiri. Biaya ini dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu biaya
saham preferen, biaya saham biasa, dan biaya laba ditahan. Untuk
menghitung biaya saham preferen dapat digunakan cara yang sama dengan
penghitungan biaya modal utang. Rumus yang digunakan:
Kp
PO = AxB
Dimana:
PO = harga jual saham saat ini
A = nilai dividen (dalam persen)
B = nilai nominal saham
Kp = biaya saham preferen
Menurut Husein Umar (2003, p184), biaya saham biasa adalah suatu tingkat
keuntungan minimal yang harus diperoleh suatu investasi yang dibelanjai oleh
saham biasa. Rumus yang digunakan adalah:
PO
Ke = D
Dimana:
Ke = biaya modal dari saham biasa
D = dividen per lembar saham yang konstan setiap kurun waktu tertentu
PO = harga saham saat ini
Sedangkan biaya laba yang ditahan memiliki prinsip yang sama dengan
biaya saham biasa namun perbedaannya adalah bahwa pada biaya ini tidak
dikeluarkan biaya untuk melaksanakan proses saham (floatation cost).
4). Initial dan Operational Cash Flow
Yang dimaksud dengan initial cash flow dana yang digunakan untuk
mendanai dalam pelaksanaan proyek investasi sedangkan yang dimaksud dengan
operational cash flow adalah rencana keluar-masuknya dana jika proyek tersebut
telah rampung dan dioperasionakan.
5). Analisis Kepekaan (Sensitivity Analysis)
Ketidakpastian adalah unsur yang perlu mendapat perhatian khusus dari
perusahaan karena dengan adanya unsur tersebut hasil perhitungan di atas kertas
dapat menyimpang jauh dari kenyataan yang terjadi. Ketidakpastian ini dapat
menyebabkan berkurangnya kapabilitas suatu proyek bisnis dalam beroperasi
untuk mencapai keuntungan maksimal bagi perusahaan.
Manfaat dari analisis kepekaan ini adalah untuk memaksa manajer
mengidentifikasi variabelvariabel yang belum diketahui dan mengungkapkan
taksiran-taksiran yang tidak tepat. Kekurangan dari analisis ini adalah bahwa
nilai-nilai dari optimistis dan pesimistis bersifat sangat relatif dan bahwa, bisa
jadi, variabel-variabel yang mendasarinya saling berhubungan.
6). Penilaian dan Pemilihan Investasi
Perusahaan yang memiliki beberapa usulan proyek investasi dengan dana
terbatas maka perlu menerapkan prioritas terhadap beberapa usulan tersebut.
Penilaian terhadap investasi dan melakukan analisis terhadap urutan prioritas
dapat dilakukan dengan beberapa cara:
Dalam aspek keuangan perlu dilakukan analisis terhadap aliran kas yang
akan terjadi. Terdapat empat metode yang dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan untuk dipakai dalam penilaian aliran kas dari investasi, yaitu
metode Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return, dan
Profitability Index serta Break Even Point. Menurut Keown, Scott, Martin, dan
Petty (2001, p308), Payback Period (PP) adalah jumlah tahun yang dibutuhkan
untuk menutupi pengeluaran awal. Dengan kata lain, metode ini merupakan rasio
antara initial cash investment dengan cash inflow-nya dan hasilnya ditetapkan
dalam satuan waktu.
Secara sistematika dalam bab ini yaitu menuju Wirausaha sukses, dapat
digambarkan dalam gambar sebagai berikut :

Kerja Keras Kekuatan Peluang

Karakter Wirausaha Studi Kelayakan Ekpansi Wirausaha Sukses

Kerjasama Kelemahan Ancaman

Gambar 8 :Menuju Wirausaha Sukses


BAB. VII
KEGIATAN DASAR WIRAUSAHA

A. Disiplin Ilmu Kewirausahaan


Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari
tentang nilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi
tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang
mungkin dihadapinya. Dalam konteks bisnis, menurut Thomas W. Zimmerer
(1996) “Entrepreneurship is the result of a disciplined, systematic process of
applying creativity and innovations to needs and opprtunities in the
marketplace”. Kewirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin, proses sistematis
penerapan kreativitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di
pasar.
Dahulu, kewirausahaan dianggap hanya dapat dilakukan melalui
pengalaman langsung di lapangan dan merupakan bakat yang dibawa sejak
lahir (entrepreneurship are born not made), sehingga kewirausahaan tidak
dapat dipelajari dan diajarkan. Sekarang, kewirausahaan bukan hanya urusan
lapangan, tetapi juga dapat dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang memiliki
bakat kewirausahaan dapat mengembangkan bakatnya melalui pendidikan.
Mereka yang menjadi entrepreneur adalah orang-orang yang mengenal potensi
(traits) dan belajar mengembangkan potensi untuk menangkap peluang serta
mengorganisir usaha dalam mewujudkan cita-citanya.
Oleh karena itu, untuk menjadi wirausaha yang sukses, memiliki bakat
saja tidak cukup, tetapi juga harus memiliki pengetahuan mengenai segala
aspek usaha yang akan ditekuninya. Dilihat dari perkembangannya, sejak awal
abad ke-20 kewirausahaan sudah diperkenalkan di beberapa negara. Misalnya
di Belanda dikenal dengan ‘ondernemer’, di Jerman dikenal dengan
“unternehmer”. Di beberapa negara, kewirausahaan memiliki banyak tanggung
jawab antara lain tanggung jawab dalam mengambil keputusan yang
menyangkut kepemimpinan teknis, kepemimpinan organisasi dan komersial,
menyediakan modal, penerimaan dan penanganan tenaga kerja, pembelian,
penjualan, pemasangan iklan, dan lain-lain. Kemudian, pada tahun 1950-an
pendidikan kewirausahaan mulai dirintis di beberapa negara seperti di Eropa,
Amerika, dan Canada. Bahkan sejak tahun 1970-an banyak universitas yang
mengajarkan “enter preneurship” atau “sma ll business manajement” atau “new
venture manajement”. Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di Amerika
Serikat memberikan pendidikan kewirausahaan. Di Indonesia, pendidikan
kewirausahaan masih terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi
tertentu saja.
Sejalan dengan tuntutan perubahan yang cepat pada paradigma
pertumbuhan yang wajar (growth-equity para digm shift) dan perubahan ke
arah globalisasi (global ization paradigm shift) yang menuntut adanya
keunggulan, pemerataan, dan persaingan, maka dewasa ini sedang terjadi
perubahan paradigma pendidikan (paradigm shift). Menurut Soeharto
Prawirokusumo (1997:4) pendidikan kewirausahaan telah diajarkan sebagai
suatu disiplin ilmu tersendiri yang independen (independent academic
disipline), karena:
1. Kewirausahaan berisi body of knowledge yang utuh dan nyata distinctive,
yaitu ada teori, konsep, dan metode ilmiah yang lengkap.
2. Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu posisi venture strat-up dan
venture-growth, ini jelas tidak masuk dalam kerangka pendidikan
manajemen dan kepemilikan usaha (business ownership).
3. Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek tersendiri,
yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
(ability to create new and different things).
4. Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan berusaha
dan pemerataan pendapatan (wealth creation prosess an entrepreneurial
endeavor by its own night, nation’s prosperity, individual self-re liance)
atau kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur.
Seperti halnya ilmu manajemen yang awalnya berkembang di bidang
industri, kemudian berkembang dan diterapkan di berbagai bidang lainnya,
maka disiplin ilmu kewirausahaan dalam perkembangannya mengalami evolusi
yang pesat. Pada mulanya kewirausahaan berkembang dalam bidang
perdagangan, namun kemudian diterapkan di berbagai bidang lain seperti
industri, perdagangan, pendidikan, kesehatan, dan institusi-institusi lain seperti
lembaga pemerintah, perguruan tinggi, dan lembaga swadaya lainnya. Dalam
bidang-bidang tertentu, kewirausahaan telah dijadikan kompetensi inti (core
competency) dalam menciptakan perubahan, pembaruan, dan kemajuan.
Kewirausahaan tidak hanya dapat digunakan sebagai kiat-kiat bisnis
jangka pendek tetapi juga sebagai kiat kehidupan secara umum dalam jangka
panjang untuk menciptakan peluang. Di bidang bisnis misalnya, perusahaan
sukses dan memperoleh peluang besar karena memiliki kreativitas dan inovasi.
Melalui proses kreatif dan inovatif, wirausaha menciptakan nilai tambah
atas barang dan jasa. Nilai tambah barang dan jasa yang diciptakan melalui
proses kreatif dan inovatif banyak menciptakan berbagai keunggulan termasuk
keunggulan bersaing.
Perusahaan seperti Microsoft, Sony, dan Toyota Motor, merupakan
contoh perusahaan yang sukses dalam produknya karena memiliki kreativitas
dan inovasi dibidang teknologi. Demikian juga dibidang pendidikan, kesehatan
dan pemerintahan, kemajuan-kemajuan tertentu dapat diciptakan oleh orang-
orang yang memiliki semangat, jiwa kreatif dan inovatif. David Osborne & Ted
Gaebler (1992) dalam bukunya “Reinvernting Government” mengemukakan
bahwa dalam perkembangan dunia dewasa ini dituntut pemerintah yang berjiwa
kewirausahaan (entrepreneurial government).
Dengan memiliki jiwa kewirausahaan, maka birokrasi dan institusi akan
memiliki motivasi, optimisme, dan berlomba untuk menciptakan cara-cara baru
yang lebih efisien, efektif, inovatif, fleksibel, dan adaptif.

B. Objek Studi Kewirausahaan


Seperti telah dikemukakan di atas, kewirausahaan mempelajari tentang
nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan berinovasi. Oleh
sebab itu, objek studi kewirausahaan adalah nilai-nilai dan kemampuan (ability)
seseorang yang diwujudkan dalam bentuk perilaku. Menurut Soeparman
Soemahamidjaja (1997:14-15), kemampuan seseorang yang menjadi objek
kewirausahaan meliputi:
1. Kemampuan merumuskan tujuan hidup/usaha. Dalam
merumuskan tujuan hidup/ usaha tersebut perlu perenungan, koreksi, yang
kemudian berulang-ulang dibaca dan diamati sampai memahami apa yang
menjadi kemauannya.
2. Kemampuan memotivasi diri untuk melahirkan suatu tekad
kemauan yang menyala-nyala.
3. Kemampuan untuk berinisiatif, yaitu mengerjakan sesuatu yang
baik tanpa menunggu perintah orang lain, yang dilakukan berulang-ulang
sehingga menjadi kebiasaan berinisiatif.
4. Kemampuan berinovasi, yang melahirkan kreativitas (daya cipta)
setelah dibiasakan berulang-ulang akan melahirkan motivasi. Kebiasaan
inovatif adalah desakan dalam diri untuk selalu mencari berbagai
kemungkinan baru atau kombinasi baru apa saja yang dapat dijadikan
peranti dalam menyajikan barang dan jasa bagi kemakmuran masyarakat.
5. Kemampuan untuk membentuk modal uang atau barang modal
(capital goods).
6. Kemampuan untuk mengatur waktu dan membiasakan diri
untuk selalu tepat waktu dalam segala tindakan melalui kebiasaan yang
selalu tidak menunda pekerjaan.
7. Kemampuan mental yang dilandasi dengan agama.
8. Kemampuan untuk membiasakan diri dalam mengambil hikmah
dari pengalaman yang baik maupun menyakitkan.

C. Hakikat Kewirausahaan
Meskipun sampai sekarang ini belum ada terminalogi yang persis sama
tentang kewirausahaan (entrepreneurship), akan tetapi pada umumnya
memiliki hakikat yang hampir sama, yaitu merujuk pada sifat, watak dan ciri-
ciri yang inovatif kedalam dunia usaha yang nyata dan dapat
mengembangkannya dengan tangguh (Peter F. Drucker, 1994).
Menurut Drucker, kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and
different thing). Bahkan, entrepreneurship secara sederhana sering juga
diartikan sebagai prinsip atau kemampuan wirausaha (Ibnu Soedjono, 1993;
meredith, 1996; Marzuki Usman, 1997).
Istilah kewirausahaan berasal dari terjemahan entrepreneurship, yang
dapat diartikan sebagai “the backbone of economy’, yaitu syaraf pusat
perekonomian atau sebagai “tailbone of economy”, yaitu pengendali
perekonomian suatu bangsa (Soeharto Wirakusumo, 1997:10).
Secara epistimologi, kewirausahaan merupakan nilai yang diperlukan
untuk memulai suatu usaha (star-up phase) atau suatu proses dalam
mengerjakan suatu yang baru (creative) dan sesuatu yang berbeda (innovative).
Menurut thomas w. Zimmerer (1996:51), kewirausahaan adalah “applying
creativity and innovation to solve the problems and to exploit opprtunities that
people face everyday”. Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan
inovasi untuk memecahkan masalah dan upaya untuk memanfaatkan peluang
yang dihadapi setiap hari.
Kewirausahaan merupakan gabungan dari kreativitas, inovasi, dan
keberanian menghadapi risiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk
membentuk dan memelihara usaha baru. Kreativitas, oleh Zimmerer (1996:51)
diartikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan untuk
menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan dan menghadapi
peluang (creativity is the ability to devolop new ideas and to discover new ways
of looking at problems and opportunities).
Sedangkan, inovasi diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan
kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan-persoalan dan peluang untuk
meningkatkan dan memperkaya kehidupan (innovation is the ability to apply
creative solutions to those problems and opportunities to enhance or enrich
people’s live). Menurut Harvard’s Theo ore Levitt yang dikutip Zimmerer
(1996:51), kreativitas adalah thinking new things (berpikir sesuatu yang baru),
sedangkan inovasi adalah doing new things (melakukan sesuatu yang baru).
Keberhasilan wirausaha akan tercapai apabila berpikir dan melakukan
sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama yang dilakukan dengan cara yang
baru (thinking and doing new ways). Menurut Zimmerer (1996:51), ide kreatif
akan muncul apabila wirausaha melihat sesuatu yang lama dan memikirkan
sesuatu yang baru atau berbeda (look at something old and think something new
or different).
Dari pandangan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
kewirausahaan (entrepreneurship) adalah suatu kemampuan (ability) dalam
berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya,
tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat, dan proses dalam menghadapi tantangan
hidup.
Istilah entrepreneurship, sebenarnya berasal dari kata entrepreneur.
Menurut Soeparman Soemahamidjaja (1977:2), istilah ini pertama kali
digunakan oleh Cantilon dalam Essaisurla nature du commerce (1755), yaitu
sebutan bagi para pedagang yang membeli barang di daerah-daerah dan
kemudian menjualnya dengan harga yang tidak pasti.
Dalam konteks manajemen, pengertian entrepreneur adalah seseorang
yang memiliki kemampuan dalam menggunakan sumber daya seperti finansial
(money), bahan mentah (materials), dan tenaga kerja (labor), untuk
menghasilkan suatu produk baru, bisnis baru, proses produksi, atau
pengembangan organisasi usaha (Marzuki Usman, 1997:3). Enternal yang
meliputi kombinasi motivasi, visi, komunikasi, optimisme, dorongan semangat,
dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang usaha. Menurut Sri Edi
Swasono (1978:38), dalam konteks bisnis, wirausaha adalah pengusaha, tetapi
tidak semua penggusaha adalah wirausaha. Wirausaha adalah pelopor dalam
bisnis, inovator, penanggung risiko, yang mempunyai visi ke depan, dan
memiliki keunggulan dalam berprestasi di bidang usaha.
Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:5)
mengemukakan definisi wirausaha sebagai berikut “An entrepreneur is one
who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the purpose
of achieving profit and growth by identifying opportunities and assemb ling the
necessary resources to capitalize on those oppor tunities”.
Menurut Dunsteinhoff dan John F. Burgess (1993 :35) wirausaha adalah
orang yang mengorganisir, mengelola, dan berani menanggung resiko untuk
menciptakan usaha baru dan peluang berusaha. “A person who organizes,
manages, and assumer the risk of a business or entreprise is an entrepreneur.
Entrepreneur is individual who risks finan cial, material, and human resources
a new way to create a new business concept or opportunities within an existing
form”.
Beberapa konsep “entrepreneur” di atas lebih menekankan pada
kemampuan dan perilaku seseorang sebagai pengusaha. Bahkan Dunsteinhoff
dan John F. Burgess (1993:4), memandang kewirausahaan sebagai pengelola
perusahaan kecil atau pelaksana perusahaan kecil. Menurutnya,
“entrepreneur” is considered to have the same meaning as “small business
owner-manager”or“small busines opera tor”.
Beberapa konsep kewirausahaan seakan-akan identik dengan
kemampuan para pengusaha dalam dunia usaha (business). Padahal
kewirausahaan tidak selalu identik dengan watak atau ciri pengusaha semata,
karena sifat baik sebagai karyawan swasta maupun pemerintah (Soeparman
Soemahamidjaja, 1980). Wirausaha adalah mereka yang meakukan upaya-
upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu
sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan
(preparation) hidup (Prawirokusumo, 1997:5).
Rumusan entrepreneur yang berkembang sekarang ini sebenarnya
banyak berasal dari konsep Schumpeter (1934). Menurut Schumpeter,
entrepreneur merupakan pengusaha yang melaksanakan kombinasi-kombinasi
baru dalam bidang teknik dan komersial ke dalam bentuk praktik. Inti dari
fungsi pengusaha adalah pengenalan dan pelaksanaan kemungkinan-
kemungkinan baru dalam bidang perekonomian. Kemungkinan-kemungkinan
baru yang dimaksudkan oleh Schumper adalah (1) memperkenalkan produk
baru atau kualitas baru suatu barang yang belum dikenal oleh konsumen, (2)
melakukan suatu metode produksi baru, dari suatu penemuan ilmiah baru dan
cara-cara baru untuk menangani suatu produk agar menjadi lebih
mendatangkan keuntungan, (3) membuka suatu pemasar baru, yaitu pasar yang
belum pernah ada atau belum pernah dimasuki cabang industri yang
bersangkutan, (4) pembukaan suatu sumber dasar baru, atau setengah jadi atau
sumber-sumber yang harus dikembangkan, (5) pelaksanaan organisasi baru
Yuyun Wirasasmita, 1982; 33-34).
Menurut Schumpeter (1934), fungsi pengusaha bukan pencipta atau
penemu kombinasi-kombinasi baru (kecuali kalau kebetulan), tetapi lebih
merupakan pelaksana dari kombinasi-kombinasi yang kreatif. Pengusaha
tersebut biasanya memiliki sikap yang khusus seperti sikap pedagang, pemilik
industri, dan bentuk-bentuk usaha lainnya yang sejenis. Schumpeter
mengemukakan dua tipe sikap dari dua subjek ekonomi, yaitu sikap pengusaha
kecil biasa dan sikap pengusaha benar-benar. Sikap pengusaha yang benar-
benarlah yang kemudian berkembang lebih cepat.
Kewirausahaan (enterpreneurship) muncul apabila seseorang berani
mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan
meliputi semua fungsi, aktivitas, dan tindakan yang berhubungan dengan
perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha. Oleh sebab itu, wirausaha
adalah orang yang memperoleh peluang dan menciptakan suatu organisasi
untuk mengejar peluang itu (Bygrave, 1995).
Menurut Meredith (`1996:9), kewirausahaan berarti memadukan watak
pribadi, keuangan, dan sumber daya. Oleh karena itu, kewirausahaan
merupakan suatu pekerjaan atau karier yang harus bersifat fleksibel dan
imajinatif, mampu merencanakan, mengambil resiko, mengambil keputusan-
keputusan dan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan (Meredith, 1996:9).
Syarat berwirausaha harus memiliki kemampuan untuk menemukan dan
mengevaluasikan peluang, mengumpulkan sumber-sumber daya yang
diperlukan dan bertindak untuk memperoleh keuntungan dari peluang-peluang
itu. Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah dipasar melalui
proses kombinasi antara sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar
dapat bersaing.
Menurut Zimmerer (1996:51), nilai tambah tersebut diciptakan melalui
cara-cara sebagai berikut (1) pengembangan teknologi baru (developing new
technology), (2) penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge), (3)
perbaikan produk dan jasa yang sudah ada (improving existing products or
services), (4) penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang
dan jasa yang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit (finding
different ways of providing more goods and services with fewer resources).
Meskipun diantara para ahli ada yang lebih menekankan kewirausahaan
pada peran pengusaha kecil, akan tetapi sifat ini dimiliki juga oleh bukan
pengusaha. Jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang yang memiliki perilaku
inovatif dan kreatif dan pada setiap orang yang menyukai perubahan,
pembaharuan, kemajuan, dan tantangan. Misalnya birokrat, mahasiswa, dosen,
dan masyarakat lainnya.
Dari beberapa konsep yang dikemukakan di atas, ada enam hakikat
penting kewirausahaan, yaitu:
1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang
dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses,
dan hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994).
2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda (ability to create the new and diferent) (Druker, 1959).
3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan (usaha) (Zimmerer, 1996).
4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu
usaha (star-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth) (Soeharto
Prawiro, 1997).
5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru
(create), dan sesutau yang berbeda (innovative) yang bermanfaat
memberikan nilai lebih.
6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda
untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan
dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan
baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa baru yang
lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan
menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.
Berdasarkan keenam konsep di atas, secara ringkas kewirausahaan
dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan mengambil resiko, kreatif dan
inovatif (create new and different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya,
proses, dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang
dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi resiko. Hal tersebut dapat
digambarkan dalam gambar sebagai berikut :

Kreatif : kemampuan ber ide

Wirausaha/ Enterpreneurshif Menghadapi Resiko :Ancaman,


Proses : Jenis Usaha dll
Pertambahan Nilai : Harga-Bentuk

Inopatif
Kemempuan berimajinasi

Gambar : 9 : Konsep Kewirausahaan


D. Karakteristik dan Nilai Kewirausahaan
1. Karakteristik Kewirausahaan
Banyak ahli yang mengemukakan karakteristik kewirausahaan
dengan konsep yang berbeda-beda. M. Scarborough dan Thomas W.
Zimmerer (1993:6-7) mengemukakan delapan karakteristik yang meliputi:
a. Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung
jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki
rasa tanggung jawab akan selalu mawas diri.
b. Preference for moderate risk, yaitu lebih memilih resiko yang moderat,
artinya ia selalu menghindari resiko, baik yang terlalu rendah maupun
resiko yang terlalu tinggi.
c. Confidence in their ability to success, yaitu percaya akan
kemampuan dirinya untuk berhasil.
d. Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki
umpan balik yang segera.
e. High level of energy, yaitu memiliki semangat dan kerja
keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa yang lebih baik.
f. Future orientation, yaitu berorientasi ke masa depan,
perpektif, dan berwawasan jauh ke depan.
g. Skill at organizing, yaitu memiliki keterampilan dalam
mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.
h. Value of achievement over money, yaitu lebih menghargai
prestasi dari pada uang.
Wirausaha selalu berkomitmen dalam melakukan tugasnya sampai
berhasil. Ia tidak setengah-setengah dalam melakukan pekerjaannya.
Karena itu, ia selalu tekun, ulet, pantang menyerah sebelum pekerjaannya
berhasil. Tindakannya tidak didasari oleh spekulasi melainkan perhitungan
yang matang. Ia berani mengambil resiko terhadap pekerjaannya karena
sudah diperhitungkan.
Oleh sebab itu, wirausaha selalu berani mengambil resiko yang
moderat, artinya resiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu
rendah. Keberanian menghadapi resiko yang didukung poleh komitmen
yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang
sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata atau jelas dan objektif,
dan merupakan umpan balik (feedback) bagi kelancaran kegiatannya.
Dengan semangat optimisme yang tinggi karena ada hasil yang
diperoleh, maka uang selalu dikelola secara proaktif dan dipandang sebagai
sumber daya bukan tujuan akhir
Beberapa ciri kewirausahaan yang dikemukakan oleh para ahli
sperti di atas, secara ringkas dikemukakan oleh Vernon a Musselman
(1989:155), Wasty Sumanto (1989), dan Geoffey Meredith (1989:5) dalam
bentuk ciri-ciri berikut.
a. Keinginan yang kuat untuk berdiri sendiri.
b. Kemampuan untuk mengambil resiko.
c. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman.
d. Memotivasi diri sendiri.
e. Semangat untuk bersaing.
f. Orientasi pada kerja keras.
g. Percaya pada diri sendiri.
h. Dorongan untuk berprestasi.
i. Tingkat energi yang tinggi.
j. Tegas.
k. Yakin pada kemampuan sendiri. Wasty Sumanto (1989:5) menambah
ciri-ciri yang ke-12 dan ke-13 sebagai berikut.
l. Tidak suka uluran tangan dari pemerintah atau pihak lain di masyarakat.
m. Tidak bergantung pada alam dan berusaha untuk tidak menyerah pada
alam. Geoffrey Meredith (1989:5) menambah ciri yang ke-14 sampai
dengan ke-16, yaitu.
n. Kepemimpinan.
o. Keorisinilan.
p. Berorientasi ke masa depan dan penuh gagasan.
Dalam mencapai keberhasilannya, seorang wirausaha memiliki ciri-
ciri tertentu pula. Dalam “Entrepreneur ship and Small Enterprise
Development Repor” (1986) yang dikutip oleh M. Scarborough dan
Thomas W. Zimmerer (1993:5) dikemukakan beberapa karakteristik
kewirausahaan yang berhasil, di antaranya memiliki ciri-ciri:
1). Proaktif, yaitu berinisiatif dan tegas (assertive).
2). Berorientasi pada prestasi yang tercermin dalam pandangan dan
bertindak (sees and acts) terhadap peluang, orientasi efisiensi,
mengutamakan kualitas pekerjaan, berencana, dan mengutamakan
monitoring.
3). Komitmen kepada orang lain, misalnya dalam mengadakan kontrak dan
hubungan bisnis. Secara eksplisit, Dan Steinhoff dan John F Burgess
(1993: 38) mengemukakan beberapa karakteristik yang diperlukan
untuk menjadi wirausaha yang berhasil, meliputi:
a). Memiliki visi dan tujuan usaha yang jelas.
b). Bersedia menanggung risiko waktu dan uang.
c). Berencana, mengorganisir.
d). Kerja keras sesuai dengan tingkat kepentingannya.
f). Mengembangkan hubungan dengan pelanggan, pemasok, pekerja,
dan yang lainnya.
g). Bertanggung jawab terhadap keberhasilan dan kegagalan.
Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi juga
oleh sifat dan kepribadian seseorang. The officer of Advocacy of Small
Business Administration (1989) yang dikutip oleh Dan Stein hoff dan
John F Burgess (1993:37) mengemukakan bahwa kewirausahaan yang
berhasil pada umumnya memiliki sifat-sifat kepribadian
(entrepreneurial per sonality) sebagai berikut:
a. They have the self-confidence to work hard indepen denttly and
understand that the risk taking is part of the equation for success.
b. They have organization ability, can set goals, are re sults-oriented, and
take responsibility for the results of their endeavors-good or bad.
c. They are creative and seek an outlet for their creativi ty in an
entrepreneurship.
d. They enjoy chllenges and find personal fulfilment in seeing their ideas
through to completion.
Dengan menggabungkan pandangan Timmons dan Mc Clelland
(1961), Thomas F. Zimmerer (1996:6-8) memperluas karakteristik sikap
dan kewirausahaan yang berhasil sebagai berikut:
a. Commitment and determination, yaitu memiliki komitmen dan tekad
yang bulat untuk mencurahkan semua perhatiannya pada usaha. Sikap
yang setengah hati mengakibatkan besarnya kemungkinan untuk gagal
dalam berwirausaha.
b. Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab baik
dalam mengendalikan sumber daya yang digunakan maupun tanggung
jawab terhadap keberhasilan berwirausaha. Oleh karena itu, akan mawas
diri secara internal.
c. Opportunity obsession, yaitu selalu berambisi untuk selalu mencari
peluang. Keberhasilan wirausaha selalu diukur dengan keberhasilan
untuk mencapai tujuan pencapaian tujuan terjadi apabila ada peluang.
d. Tolerance for risk, ambiguity, and uncertainty, yaitu tahan terhadap
resiko dan ketidakpastian. Wirausaha harus belajar untuk mengelola
resiko dengan cara mentrasfer resiko ke pihak lain seperti bank,
investor, konsumen, pemasok, dan lain-lain. Wirausaha yang berhasil
biasanya memiliki toleransi terhadap pandangan yang berbeda dan
ketidakpastian
e. Self confidence, yaitu percaya diri. Ia cenderung optimis dan memiliki
keyakinan yang kuat terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk
berhasil.
f. Creativity and flexibility, yaitu berdaya cipta dan luwes. Salah satu
kunci penting adalah kemampuan untuk menghadapi perubahan
permintaan. Kekakuan dalam menghadapi perubahan ekonomi dunia
yang serba cepat sering kali membawa kegagalan. Kemampuan untuk
menanggapi perubahan yang cepat dan fleksibel tentu saja memerlukan
kreativitas yang tinggi.
g. Desire for immediate feedback, yaitu selalu memerlukan umpan balik
yang segera. Ia selalu ingin mengetahui hasil dari apa yang
dikerjakannya. Oleh karena itu, dalam memperbaiki kinerjanya, ia
selalu memiliki kemauan untuk menggunakan ilmu pengetahuan yang
telah dimilikinya dan selalu belajar dari kegagalan.
h. High level of energy, yaitu memiliki tingkat energi yang tinggi.
Wirausaha yang berhasil biasanya memiliki daya juang yang lebih
tinggi dibanding rata-rata orang lainnya, sehingga ia lebih suka kerja
keras walaupun dalam waktu yang relatif lama.
i. Motivation to excel, yaitu memiliki dorongan untuk selalu unggul. Ia
selalu ingin lebih unggul, lebih ber hasil dalam mengerjakan apa yang
dilakukannya dengan melebihi standar yang ada. Motivasi ini muncul
dari dalam diri (internal) dan jarang dari eksternal.
j. Orientation to the future, yaitu berorientasi pada masa yang akan
datang. Untuk tumbuh dan berkembang, ia selalu berpandangan jauh ke
masa depan yang lebih baik.
k. Willingness to learn from failure, yaitu selalu belajar dari kegagalan.
Wirausaha yang berhasil tidak pernah takut gagal. Ia selalu
memfokuskan kemampuannya pada keberhasilan.
l. Leadership ability, yaitu kemampuan dalam kepemimpinan. Wirausaha
yang berhasil memiliki kemampuan untuk menggunakan pengaruh
tanpa kekuatan (power), ia harus lebih memiliki taktik mediator dan
negotiator daripada diktator.
Menurut Ahmad sanusi (1994) ada beberapa kecenderungan profil
pribadi wirausaha yang dapat diangkat dari kegiatan sehari-hari, di
antaranya:
a. Tidak menyenangi lagi hal-hal yang sudah terbiasa/
tetap/ sudah teratur/ diatur dan jelas. Ia selalu bosan dengan kegiatan
rutin sehingga timbul harapan-harapan dan keinginan untuk selalu
berubah, ada tambahan, pengayaan, atau perbaikan mutu (nilai tambah
yang berbeda).
b. Suka memandang keluar, beorientasi pada aspek-aspek yang luas dari
soal yang dihadapi untuk memperoleh peluang baru.
c. Makin berani, karena merasa perlu untuk menunjukkan sikap
kemandirian atau prakarsa atas nama sendiri.
d. Suka berimajinasi dan mencoba menyatakan daya kreativitas serta
memperkenalkan hasil-hasilnya kepada pihak lain.
e. Karena sendiri, maka ada keinginan berbeda atau maju, dan toleransi
terhadap perbedaan pihak lain.
f. Menyatakan suatu prakarsa setelah gagasan awalnya diterima dan
dikembangkan, serta dapat dipertanggungjawabkan dari beberapa sudut.
Prakarsa dianggap tidak final, bahkan terbuka untuk modifikasi dan
perubahan.
g. Dengan kerja keras dan kemajuan tahap demi tahap yang tercapai
timbul rasa percaya diri dan sikap optimisme yang lebih mendasar.
h. Sikap dan perilaku kewirausahaan di atas, dikombinasikan dengan
keterampilan manajemen usaha dalam bentuk perencanaan dan
pengembangan produk, penetrasi/ pengembangan pasar, organisasi dan
komunikasi perusahaan, keuangan, dan lain-lain.
i. Meskipun asasnya bekerja keras, cermat dan sungguh-sungguh namun
aspek risiko tidak bisa dilepaskan sampai batas yang dapat diterima.
j. Dengan risiko tersebut, dibulatkan tekad, komitmen, dan kekukuhan
hati terhadap alternatif yang dipilih.
k. Berhubung yang dituju ada kemajuan yang terus-menerus, maka ruang
lingkup memandang pun jauh dan berdaya juang tinggi, karena sukses
tidak datang tanpa dasar atau tiba-tiba.
l. Adanya perluasan pasar dan pihak lain yang bersaing mendorong
kemauan keras untuk membuat perencanaan lebih baik, bekerja lebih
baik, untuk mencapai hasil lebih baik bahkan yang terbaik dan berbeda.
m. Sikap hati-hati dan cermat mendorong kesiapan bekerja sama dengan
pihak lain yang sama-sama mencari kemajuan dan keuntungan. Akan
tetapi, jika perlu, ia harus ada kesiapan untuk bersaing.
n. Ujian, godaan, hambatan, dan hal-hal yang tidak terduga dianggap
tantangan untuk mencari berbagai ikhtiar.
o. Memiliki toleransi terhadap kesalahan operasional atau penilaian. Ada
introspeksi dan kesediaan, serta sikap responsif dan arif terhadap umpan
balik (feedback), kritik, dan saran.
p. Punya kemampuan intensif dan seimbang dalam memperhatikan dan
menyimak informasi dari pihak lain dengan meletakan posisi dan sikap
sendiri, dan mengendalikan diri sendiri terhadap sesuatu soal yang
dianggap belum jelas.
q. Menjaga dan memajukan nilai dan perilaku yang telah menjadi
keyakinan dirinya, integritas pribadi yang mengandung citra dan harga
diri, selalu bersikap adil, adil, dan sangat menjaga kepercayaan yang
diberikan oleh orang lain.
Menurut Ahmad Sanusi, dalam konteks tersebut para wirausaha tidak
memiliki profil yang sama, masing-masing orang memiliki profilnya
sendiri.
2. Nilai Hakiki Kewirausahaan
Terdapat beberapa nilai hakiki penting dari kewirausahaan, yaitu :
a. Percaya diri
Kepercayaan diri adalah sikap dan keyakinan seseorang dalam
melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugasnya. Kepercayaan diri
memiliki nilai keyakinan, optimisme individualitas dan ketidak
tergantungan. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung
memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan
(Zimmerer, 1996: 7).
Kepercayaan diri ini bersifat internal, dinamis dan banyak di tentukan
oleh kemampuan untuk memulai, melaksanakan dan menyelesaikan suatu
pekerjaan. Orang yang percaya diri memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan sistematis, berencana, efektif dan efisien.
Kepercayaan diri juga selalu ditunjukkan oleh ketenangan, ketekunan,
kegairahan dan kemantapan dalam melakukan setiap pekerjaan.
Kepercayaan diri juga berpengaruh pada gagasan, karsa, inisiatif,
kreatifitas, ketekunan, semangat kerja keras dan kegairahan berkarya.
b. Berorientasi pada tugas dan hasil.
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang
yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada
laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan
kuat, energik dan berinisiatif. Berinisiatif adalah keinginan untuk selalu
mencari dan memulai sesuatu dengan tekad yang kuat.
c. Keberanian mengambil resiko.
Kemauan dan kemampuan untuk mengambil resiko merupakan salah
satu utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil
resiko akan sukar memulai dalam memulai atau berinisiatif, menurut
Angelita S. Bajaro, seorang wirausaha yang berani menanggung resiko
adalah orang yang selalu ingin jadi pemenang dan memenangkan dengan
cara yang baik (Yuyun Wirasasmita, 1994: 2).
Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih
menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan dari pada usaha
yang kurang menantang. Oleh sebab itu, wirausaha kurang menyukai resiko
yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, resiko yang terlalu rendah akan
memperoleh sukses yang relatif rendah. Sebaliknya, resiko yang tinggi
kemungkinan memperoleh kesuksesan yang tinggi, tetapi dengan kegagalan
yang sangat tinggi. Oleh sebab itu, ia akan lebih menyukai resiko yang
seimbang (moderat). Wirausaha menghindari suatu resiko yang rendah
karena tidak ada tantangan dan menjauhi situasi resiko yang tinggi karena
ingin berhasil.
3. Berpikir Kreatif dalam Kewirausahaan
Cara Berpikir Kreatif Dalam Kewirausahaan sangat dibutuhkan oleh
mereka yang mengaku sebagai pengusaha atau bagi mereka yang memang
berniat jadi seorang pengusaha. Bagaimana tidak, segalanya membutuhkan
kreativitas. Bisnis tanpa kreativitas, bisa mati.
Mungkin kita sudah menyadari bahwa kreativitas diperlukan dalam
segala aspek bisnis. Mulai dari menciptakan produk dan jasa yang inovatif,
kemudian bagaimana cara memasarkan, kemudian bagaimana cara memotivasi
karyawan, termasuk saat masalah datang, kreativitas sangat diperlukan.
Banyak pengusaha yang mandeg bahkan bangkrut karena mereka tidak
kreatif. Sudah banyak contoh, pengusaha UKM yang mengeluh kurang
pemasaran (bahasa kasarnya tidak laku). Alasannya bisa jadi produk yang
kurang inovatif atau mereka kurang kreatif dalam memasarkan. Hanya
memasarkan dengan cara biasa saja.
Menurut Zimmerer (1996), untuk mengembangkan keterampilan
berpikir, seseorang menggunakan otak sebelah kiri, sedangkan untuk belajar
mengembangkan keterampilan kreatif, digunakan otak sebelah kanan, ciri-
cirinya : (a). Selalu bertanya, "Apa ada cara yang lebih baik?" (b). Selalu
menantang kebiasaan, tradisi dan rutinitas (c). Berefleksi merenungkan dan
berpikir dalam (d). Berani bermain mental, mencoba melihat masalah dari
perspektif yang berbeda (e). Menyadari kemungkinan banyak jawaban daripada
satu jawaban yang benar (f). Melihat kegagalan dan kesalahan hanya sebagai
jalan untuk mencapai kesuksesan (g). Mengorelasikan ide-ide yang masih
samar terhadap masalah untuk menghasilkan pemecahan inovatif (h). Memiliki
keterampilan "helikopter", yaitu kemampuan untuk bangkit di atas kebiasaan
rutin dan melihat permasalahan dari perspektif yang lebih luas kemudian
memfokuskannya pada kebutuhan untuk berubah.
Dengan menggunakan otak sebelah kiri, menurut Zimmerer (1996 : 76),
ada tujuh langkah proses kreatif : Tahap 1 : persiapan. Tahap 2 : penyelidikan.
Tahap 3 : transformasi. Tahap 4 : penetasan. Tahap 5 : penerangan. Tahap 6 ;
pengujian. Tahap 7 : implementasi

E. Sikap dan Kepribadian Wirausaha


Alex Inkeles dan david H. Smith (1974:19-24) adalah salah satu di
antara ahli yang mengemukakan tentang kualitas dan sikap orang modern.
Menurut Inkeles (1974:24) kualitas manusia modern tercermin pada orang yang
berpartisipasi dalam produksi modern yang dimanifestasikan dalam bentuk
sikap, nilai, dan tingkah laku dalam kehidupan sosial. Ciri-cirinya meliputi
keterbukaan terhadap pengalaman baru, selalu membaca perubahan sosial, lebih
realitas terhadap fakta dan pendapat, berorientasi pada masa kini dan masa yang
akan datang bukan pada masa lalu, berencana, percaya diri, memiliki aspirasi,
berpendidikan dan mempunyai keahlian, respek, hati-hati, dan memahami
produksi.
Ciri-ciri orang modern tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan
oleh gunar Myrdal, yaitu:
1. Kesiapan diri dan keterbukaan terhadap inovasi.
2. Kebebasan yang besar dari tokoh-tokoh tradisional.
3. Mempunyai jangkauan dan pandangan yang luas terhadap
berbagai masalah.
4. Berorientasi pada masa sekarang dan yang akan datang.
5. Selalu berencana dalam segala kegiatan.
6. Mempunyai keyakinan pada kegunaan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
7. Percaya bahwa kehidupan tidak dikuasai oleh nasib dan orang
tertentu.
8. Memiliki keyakinan dan menggunakan keadilan sesuai dengan
prinsip masing-masing.
9. Sadar dan menghormati orang lain (Siagian, 1972).
Menurut Harsojo (1978:5), modernisasi sebagai sikap yang
menggambarkan:
1. Sikap terbuka bagi pembaharuan dan perubahan.
2. Kesanggupan membentuk pendapat secara demokratis.
3. Berorientasi pada masa kini dan masa depan.
4. Meyakini kemampuan sendiri.
5. Menyakini kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
6. Menganggap bahwa ganjaran itu hasil dari prestasi.
Orang yang terbuka terhadap pengalaman - pengalaman baru akan lebih
siap untuk menanggapi segala peluang, tantangan dan perubahan sosial,
misalnya dalam mengubah standar hidupnya. Orang-orang yang terbuka
terhadap ide-ide baru ini merupakan wirausaha yang inovatif dan kreatif yang
ditemukan dalam jiwa kewirausahaan. Menurut Yurgen Kocka (1975),
“Pandangan yang luas dan dinamis serta kesediaan untuk pembaharuan, bisa
lebih cepat berkembang dalam lapangan industri, tidak lepas dari suatu latar
belakang pendidikan, pengalaman perjalanan yang banyak” (Yuyun
Wirasasmita, (1982:44).
Dalam konteks ini, juga dijumpai perpaduan yang nyata antara usaha
perdagangan yang sistematis dan rasional dengan kemampuan bereaksi
terhadap kesempatan-kesempatan yang didasari keberanian berusaha.
Wirausaha adalah kepribadian unggul yang mencerminkan budi yang luhur dan
suatu sifat yang pantas diteladani, karena atas dasar kemampuannya sendiri
dapat melahirkan suatu sumbangsih dan karya untuk kemajuan kemanusian
yang berlandaskan kebenaran dan kebaikan.
Seperti telah diungkapkan bahwa wirausaha sebenarnya adalah seorang
inovator atau individu yang mempunyai kemampuan naluriah untuk melihat
benda-benda materi sedemikian rupa yang kemudian terbukti benar,
mempunyai semangat dan kemampuan serta pikiran untuk menaklukkan cara
berpikir yang tidak berubah, dan mempunyai kemampuan untuk bertahan
terhadap oposisi sosial (Heijrachman Ranupandoyo, 1982;1).
Wirausaha berperan dalam mencari kombinasi-kombinasi baru yang
merupakan gabungan dari lima proses inovasi, yaitu menemukan pasar-pasar
baru, pengenalan barang-barang baru, metode produksi baru, sumber-sumber
penyediaan bahan-bahan mentah baru, serta organisasi industri baru. Wirausaha
merupakan inovator yang dapat menggunakan kemampuan untuk mencari
kreasi-kreasi baru.
Dalam perusahaan, wirausaha adalah seorang inisiator atau organisator
penting suatu perusahaan. Menurut Dusselman (1989:16), seseorang yang
memiliki jiwa kewirausahaan ditandai oleh pola-pola tingkah laku sebagai
berikut:
1. Inovasi, yaitu usaha untuk menciptakan, menemukan dan
menerima ide-ide baru.
2. Keberanian untuk menghadapi resikop, yaitu usaha untuk
menimbang dan menerima resiko dalam pengambi lan keputusan dan dalam
menghadapi ketidakpastian.
3. Kemampuan manajerial, yaitu usaha-usaha yang dilakukan
untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, meliputi (1) usaha
perencanaan, (2) usaha untuk mengkoordinir, (3) usaha untuk menjaga
kelancaran usaha, (4) usaha untuk mengawasi dan mengevaluasi usaha.
4. Kepemimpinan, yaitu usaha memotivasi, melaksanakan, dan
mengarahkan tujuan usaha.
Menurut Kathleen L. Hawkins & Peter A. Turla (1986) pola tingkah
laku kewirausahaan di atas tergambar pula dalam perilaku dan kemampuan
sebagai berikut.
1. Kepribadian, aspek ini bisa diamati dari segi kreativitas, disiplin diri,
kepercayaan diri, keberanian menghadapi risiko, memiliki dorongan, dan
kemauan kuat.
2. Hubungan, dapat dilihat dari indikator komunikasi dan hubungan antar
personal, kepemimpinan, dan manajemen.
3. Pemasaran, meliputi kemampuan dalam menentukan produk dan harga,
perilklanan dan promosi.
4. Keahlian dalam mengatur, diwujudkan dalam bentuk penentuan tujuan,
perencanaan, dan penjadwalan, serta pengaturan pribadi.
5. Keuangan, indikatornya adalah sikap terhadap uang dan cara mengatur
uang.
David Mc Clelland (1961:205) mengemukakan enam ciri perilaku
kewirausahaan, yaitu:
1. Keterampilan mengambilan keputusan dan mengambil risiko
yang moderat, dan bukan atas dasar kebetulan belaka.
2. Energik, khususnya dalam bentuk berbagai kegiatan inovatif.
3. Tanggung jawab individual.
4. Mengetahui hasil-hasil dari berbagai keputusan yang
diambilnya, dengan tolok ukur satuan uang sebagai indikator keberhasilan.
5. Mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan di masa datang.
6. Memiliki kemampuan berorganisasi, meliputi kemampuan,
kepemimpinan, dan manajerial.
Telah dikemukakan di atas bahwa wirausaha adalah inovator dalam
mengkombinasikan sumber-sumber bahan baru, teknologi baru, metode
produksi baru, akses pasar baru, dan pangsa pasar baru (Schumpeter, 1934).
Oleh Ibnu Soedjono (1993) perilaku kreatif dan inovatif tersebut dinamakan
“entrepreneurial action”, yang ciri-cirinya (1) selalu mengamankan investasi
terhadap risiko, (2) mandiri, (3) berkreasi menciptakan nilai tambah, (4) selalu
mencari peluang, (5) berorientasi ke masa depan.
Perilaku tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai kepribadian wirausaha,
yaitu nilai-nilai keberanian menghadapi risiko, sikap positip, dan optimis,
keberanian mandiri, dan memimpin, dan kemauan belajar dari pengalaman.
Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor baik eksternal maupun internal. Menurut Sujuti Jahja (1977),
faktor internal yang berpengaruh adalah kemauan, kemampuan, dan kelemahan.
Sedangkan faktor yang berasal dari eksternal diri perilaku adalah kesempatan
atau peluang.

F. Motif Berprestasi Kewirausahaan


Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat
berwirausaha karena adanya suatu motif tertentu, yaitu motif berprestasi
(achievement motive). Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang
menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan
secara pribadi (Gede Anggan Suhandana, 1980:55). Faktor dasar nya adalah
adanya kebutuhan yang harus dipenuhi.
Teori motivasi pertama kali dikemukakan oleh Maslow (1934). Ia
mengemukakan hierarki kebutuhan yang mendasari motivasi. Menurutnya,
kebutuhan itu bertingkat sesuai dengan tingkatan pemuasannya, yaitu
kebutuhan fisik (physiological needs), kebutuhan akan keamanan (security
needs), kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan harga diri (esteem needs),
dan kebutuhan akan aktualisasi diri (self-actualization needs).
David C. McClelland (1971) mengelompok kebutuhan (needs), menjadi
tiga, yakni:
1. Need for achievement (n’Ach): The drive to axcel, to achieve in relation to
a set of standard, to strive to succeed.
2. Need for power (n’Pow); The need to make other behave in a way that they
would not have behaved otherwise.
3. Need for affiliation (n’Aff): The desire for friendly and close interpersonal
relationships.
Kebutuhan berprestasi wirausaha (n’Ach) terlihat dalam bentuk tindakan
untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibanding
sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif berprestasi tinggi pada umumnya
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada
2. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan
dan kegagalan.
3. Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.
4. Berani menghadapi risiko dengan penuh perhitungan.
5. Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang (fifty-fifty).
Jika tugas yang diembannya sangat ringan, maka wirausaha merasa kurang
tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang sulit yang
memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat rendah.
Kebutuhan akan kekuasaan (n’Pow), yaitu hasrat untuk mempengaruhi,
mengendalikan, dan menguasai orang lain. Ciri umumnya adalah senang
bersaing, berorientasi pada status, dan cenderung lebih berorientasi pada status
dan ingin mempengaruhi orang lain.
Kebutuhan untuk berafiliasi (n’Aff), yaitu hasrat untuk diterima dan
disukai oleh orang lain. Wirausaha yang memiliki motivasi berafiliasi tinggi
lebih menyukai persahabatan, bekerja sama daripada persaingan, dan saling
pengertian. Menurut Stephen P. Robbins (1993:214), kebutuhan yang kedua
dan ketigalah yang erat kaitannya dengan keberhasilan manajer saat ini.
Ahli psikologi lain, Frederik Herzberg (1987) dalam teori motivation-
hygiene mengemukakan bahwa hubungan dan sikap individu terhadap
pekerjaannya merupakan dua faktor dasar motivasi yang menentukan
keberhasilan kerja, yaitu faktor yang membuat orang lain merasa puas
(satisfaction) dan faktor yang membuat orang tidak merasa puas
(dissatisfaction). Faktor internal yang membuat orang memperoleh kepuasan
kerja (job- satisfaction) meliputi prestasi (achievement), pengakuan
(recognition), pekerjaan (the work itself), tanggungjawab (responsibility),
kemajuan (advancement), dan kemungkinan berkembang (possibility of
growth). Sedangkan faktor yang menentukan ketidakpuasan (dissatisfaction)
adalah upah, keamanan kerja, kondisi kerja, status, prosedur perusahaan, mutu
pengendalian teknis, mutu hubungan interpersonal (Gibson, 1990:95).
Ahli lain yang membahas motivasi adalah Victor Vroom (1964) dalam
teorinya yang disebut teori harapan (expectancy theory). Ia mengemukakan
bahwa “The strength of a tendency to act in a certain way depend on the
strength of an expectation that an act will be followed by a given outcome and
actractiveness of that outcome to the individual”. Kecenderungan yang kuat
untuk bertindak dalam suatu arah tertentu tergantung pada kekuatan harapan
yang akan dihasilkan dari tindakannya dan ketertarikan lain yang dihasilkan
bagi seseorang. Menurut Victor Vroom, ada tiga variabel yang saling
berhubungan, yaitu (1) Attractiveness, merupakan imbalan yang diperoleh dari
pekerjaan, (2) Performance-reward linkage, yaitu hubungan antara imbalan
yang diperoleh dan kinerja, dan (3) Effort performance linkage, yaitu hubungan
antara usaha dan kinerja yang dihasilkan. Ada tiga prinsip dari teori harapan
(expectancy theory), yaitu:

1. Prestasi atau performance (P) adalah


P = f (M x A) fungsi perkalian antara motivasi (M)
dan ability (A)
2. M = f (V1 x E) Motivasi merupakan fungsi perkalian
dari valensi tingkat pertama (V1)
dengan expectancy (E).
3. Valensi tingkat pertama merupakan
V1 = f (V1 x 1)
fungsi perkalian antara jumlah valensi
yang melekat pada perolehan tingkat
kedua dengan instrumental (I).

Menurut Nasution (1982:26), Louis Allen (1986:70), ada tiga fungsi


motif, yaitu:
1. Mendorong manusia untuk menjadi penggerak atau sebagai motor yang
melepaskan energi.
2. Menentukan arah perbuatan ketujuan tertentu.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dijalankan untuk mencapai suatu tujuan dengan menghindari
perbuatan yang tidak bermanfaat bagi pencapaian tujuan itu.
Berdasarkan teori motivasi di atas, timbul pertanyaan, mengapa orang
berhasrat menjadi wirausaha? Menurut Dan steinhoff & John F. Burgess
(1993:6) ada tujuh motif: The desire for higher income.The desire for more
satisfying career. The desire to be self-directed. The desire for the prestige that
comes to being a business owner. The desire to run with a new idea or concept.
The desire to build long-term wealth. The desire to make a contribution to
humanity or to a specific cause.
Dalam “Entrepreneur’s Handbook”, yang dikutip oleh Yuyun
Wirasasmita (1994:8), dikemukakan beberapa alasan mengapa seseorang
berwirausaha, yakni: Alasan keuangan, yakni untuk mencari nafkah untuk
menjadi kaya, untuk mencari pendapatan tambahan, sebagai jaminan stabilitas
keuangan. Alasan sosial, yakni untuk memperoleh gengsi atau status, untuk
dapat dikenal dan dihormati, untuk menjadi contoh bagi orang tua di desa, agar
dapat bertemu dengan orang banyak. Alasan pelayanan, yaitu untuk memberi
pekerjaan pada masyarakat, untuk menatar masyarakat, untuk membantu
ekonomi masyarakat, demi masa depan anak-anak dan keluarga, untuk
mendapatkan kesetiaan suami atau istri, untuk membahagiakan ayah dan ibu.
Alasan pemenuhan diri, yaitu untuk menjadi alasan atau mandiri, untuk
mencapai sesuatu yang diinginkan, untuk menghindari ketergantungan pada
orang lain, untuk menjadi lebih produktif, dan untuk menggunakan kemampuan
pribadi.
Menurut Zimmerer (1996:3) ada beberapa peluang yang dapat diambil
dari kewirausahaan, yaitu: Peluang untuk memperoleh kontrol atas kemampuan
diri. Peluang untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki secara penuh. Peluang
untuk memperoleh manfaat secara finansial. Peluang untuk berkontribusi
kepada masyarakat dan menghargai usaha-usaha seseorang.
BAB. VIII
PROFIL WIRAUSAHA

A. Profil Kewirausahaan
Berbagai ahli mengemukakan profil wirausaha dengan pengelompokkan
yang berbeda-beda. Ada yang mengelompokkan berdasarkan pemilikannya,
pengelompokkan berdasarkan berkembangannya dan pengelompokkan
berdasarkan kegiatan usahanya. Roopke (1995:5), mengelompokkan
kewirausahaan berdasarkan perannya, sebagai berikut.
1. Kewirausahaan rutin (wirt), yaitu wirausaha yang dalam melakukan
kegiatan sehari-harinya cenderung menekankan pada pemecahan masalah dan
perbaikan standar prestasi tradisional. Fungsi wirausaha rutin adalah
mengadakan perbaikan-perbaikan terhadap standar tradisional, bukan
penyusunan dan pengalokasian sumber-sumber. Wirausaha ini berusaha
untuk menghasilkan barang, pasar, dan teknologi, misalnya seorang pegawai
atau manajer. Wirausaha rutin dibayar dalam bentuk gaji.
2. Kewirausahaan arbitrase, yaitu wirausaha yang selalu mencari
peluang melalui kegiatan penemuan (pengetahuan) dan pemanfaatan
(pembukaan). Misalnya, bila tidak terjadi ekuilibrium dalam penawaran dan
permintaan pasar, maka ia akan membeli dengan murah dan menjualnya
dengan mahal. Kegiatannya melibatkan spekulasi dalam memanfaatkan
perbedaan harga jual dan harga beli.
3. Wirausaha Inofatif, yaitu wirausaha dinamis yang menghasilkan
ide-ide dan kreasi-kreasi baru yang berbeda. Ia merupakan promotor, tidak
saja dalam memperkenalkan teknik dan produk baru, tetapi juga dalam pasar
dan sumber pengadaan, peningkatan teknik manajemen, dan metode distribusi
baru. Ia mengadakan proses dinamis pada produk, proses, hasil, sumber
pengadaan, dan organisasi yang baru.
Sedangkan Zimmerer (1996) mengelompokkan profil kewirausahaan
sebagai berikut:
1. Parttime Entrepreneur, yaitu wirausaha yang melakukan usahanya hanya
sebagian waktu saja sebagai hobi. Kegiatan bisnis bisanya hanya bersifat
sampingan.
2. HomeBased New Ventures, yaitu usaha yang dirintis dari rumah/ tempat
tinggalnya.
3. Family-Owner Business, yaitu usaha yang dilakukan/dimiliki oleh beberapa
anggota keluarga secara turun-temurun.
4. Copreneurs, yaitu usaha yang dilakukan oleh dua orang wirausaha yang
bekerja sama sebagai pemilik dan menjalankan usaha bersama-sama.

B. Fungsi Makro dan Mikro Wirausaha


Dilihat dari ruang lingkupnya wirausaha memiliki dua fungsi, yaitu
fungsi secara makro dan fungsi mikro. Secara makro, wirausaha berperan
sebagai penggerak, pengendali, dan pemacu perekonomian suatu bangsa.
Di Amerika Serikat, Eropa Barat, dan negara-negara di Asia,
kewirausahaan menjadi kekuatan ekonomi negara tertentu, sehingga negara-
negara tersebut menjadi kekuatan ekonomi dunia yang kaya dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi. Hasil-hasil dari
penemuan ilmiah, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi
rekayasa telah menghasilkan kreasi-kreasi baru dalam produk barang dan jasa-
jasa yang berskala global.
Semua itu merupakan hasil dari proses dinamis wirausaha yang kreatif.
Bahkan para wirausahalah yang berhasil menciptakan lapangan kerja dan
mendorong pertumbuhan ekonomi. Wirausahalah yang berani mengambil
risiko, memimpin, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Tanpa dorongan,
energi, dan dedikasi para wirausaha, pembentukan (formasi) investasi pada
perusahaan-perusahaan baru tidak pernah terjadi.
Menurut J. B. Say, wirausaha adalah orang yang menggeser sumber-
sumber ekonomi dari produktivitas terendah menjadi produktivitas tertinggi
dan berlimpah ruah. Menurutnya, wirausahalah yang menghasilkan perubahan.
Perubahan itu dilakukan tidak dengan mengerjakan sesuatu yang lebih baik
tetapi dengan melakukan sesuatu yang berbeda (“not by doing things better but
by doing something different”). Secara kualitatif, peranan wirausaha melalui
usaha kecilnya tidak diragukan lagi, yakni:
Pertama, usaha kecil dapat memperkokoh perekonomian nasional
melalui berbagai keterkaitan usaha, seperti fungsi pemasok, fungsi produksi,
fungsi penyalur, dan pemasaran bagi hasil produk-produk industri besar. Usaha
kecil berfungsi sebagai transformator antar sektor yang mempunyai kaitan ke
depan maupun ke belakang (forward and backward-lingkages) (Drucker, 1979-
54).
Kedua, usaha kecil dapat meningkatkan efediensi ekonomi khususnya
dalam menyerap sumber daya yang ada. Usaha kecil sangat fleksibel, karena
dapat menyerap tenaga kerja lokal, sumber daya lokal, dan meningkatkan
sumber daya manusia menjadi wirausaha-wirausaha yang tangguh.
Ketiga, usaha kecil dipandang sebagai sarana pendistribusian
pendapatan nasional, alat pemerataan berusaha dan pemerataan pendapatan
(wealth creation prosess), karena jumlahnya tersebar baik di perkotaan maupun
di pedesaan.
Secara mikro, peranan wirausaha adalah penanggung risiko dan
ketidakpastian, mengkombinasikan sumber-sumber ke dalam cara yang baru
dan berbeda untuk menciptakan nilai tambah dan usaha-usaha baru. Dalam
melakukan fungsi mikronya, menurut Marzuki Usman (1977), secara umum
wirausaha memiliki dua peran, yaitu (1) sebagai penemu (innovator), (2)
sebagai perencana (planner).
Sebagai inovator, wirausaha berperan dalam menemukan dan
menciptakan:
1. Produk baru (the new product)
2. Teknologi baru (the new tecnology)
3. Ide-ide baru (the new image)
4. Organisasi usaha baru (the new organization)
Sebagai planner, wirausaha berperan dalam menemukan dan
menciptakan:
1. Perencanaan perusahaan (corporate plan)
2. Strategi perusahaan (corporate strategy)
3. Ide-ide dalam perusahaan (corporate image)
4. Organisasi perusahaan (corporate organization)
Menurut Zimmerer (1996:51) fungsi wirausaha adalah menciptakan
nilai barang dan jasa di pasar melalui proses pengombinasian sumber daya
dengan cara-cara baru yang berbeda untuk dapat bersaing. Nilai tambah
tersebut di ciptakan melalui:
1. Pengembangan teknologi baru (devoloping new techno logy).
2. Penemuan pengetahuan baru (discovering new know ledge).
3. Perbaikan produk dan jasa yang ada (improving existing products or
services).
4. Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menyediakan barang dan jasa
dengan jumlah lebih banyak dengan menggunakan sumber daya lebih
sedikit (finding differrent ways of providing more goods and services with
fewer resources).
Lain halnya dengan Werner Shombart (1992), yang membagi fungsi
entrepreneur menjadi tiga, yaitu:
1. Captain of industry, yang mulai sebagai teknisi atau tukang dalam satu
bidang keahlian, kemudian berhasil menemukan sesuatu yang baru, bukan
dengan sengaja melainkan karena hasil temuan dan kehebatan daya cipta.
2. Usahawan (businessman), yaitu orang yang menganalisis berbagai
kebutuhan masyarakat, merangsang kebutuhan baru untuk mendapat
langganan baru. Perhatiannya yang paling utama adalah penjualan.
3. Pemimpin keuangan (financial leader), yaitu orang sejak muda menekuni
keuangan, mengumpulkan uang, dan menggabungkan sumber-sumber
keuangan.
Selain entrepreneur, istilah lain yang juga dikenal adalah konsep
“entrepreneur” yaitu orang yang tidak menemukakan sesuatu (produk) yang
baru, tetapi menggunakan temuan orang lain dan dipakai pada unit usaha yang
bersangkutan (Marzuki Usman, 1977:4), misalnya dalam membuat desain/
rancangan suatu produk yang sesuai dengan permintaan pasar. Fungsi
intrapreneu adalah duplicating new product, and imitating new technology.
Berbeda dengan benchmarking yang berkembang pada kalangan para manajer
dan wirausaha di Jepang dan Australia. Pada bench marking, selain meniru juga
mengembangkan produk melalui pengembangan teknologi baru (imitating and
dev elopping product) atau imitating with modification (winardi, 1998).
Beberapa definisi di atas secara umum dapat diartikan bahwa wirausaha
adalah perintis dan pengembang perusahaan yang berani mengambil risiko
dalam menghadapi ketidakpastian dengan cara mengelola sumber daya
manusia, material, dan keuangan untuk mencapai tingkat keberhasilan tertentu
yang diinginkan. Salah satu kunci keberhasilan adalah memiliki tujuan dan visi
untuk mencapai tujuan tersebut (Steinhoff dan Burgess, 1993:38).

C. Tantangan Kewirausahaan dalam Konteks Global


Dalam konteks persaingan global yang semakin terbuka seperti
sekarang ini, banyak tantangan yang harus dihadapi. Setiap negara harus
bersaing dengan menonjolkan keunggulan sumber daya masing-masing.
Negara-negara yang unggul dalam sumber dayanya akan memenangkan
persaingan. Sebaliknya negara-negara yang tidak memiliki keunggulan
bersaing dalam sumber daya akan kalah dalam persaingan dan tidak akan
mencapai banyak kemajuan.
Negara-negara yang memiliki keunggulan bersaing adalah negara-
negara yang dapat memberdayakan sumber daya ekonominya (conomic
empowering) dan member dayakan sumber daya manusianya (resourcess
empower) secara nyata. Sumber-sumber ekonomi dapat diberdayakan apabila
sumber daya manusia betul-betul menghadapi tantangan dan persaingan yang
kompleks. Tantangan persaingan global, tantangan pertumbuhan penduduk,
tantangan pengangguran, tantangan tanggung jawab sosial, keanekaragaman
ketenagakerjaan, dan tantangan etika, tantangan kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan, dan tantangan gaya hidup berserta kecenderungan-
kecenderungannya merupakan tantangan yang saling terkait satu sama lain.
Dalam persaingan global, semua sumber daya antar negara akan
bergerak bebas tanpa batas. Sumber daya alam, sumber daya manusia, ilmu
pengetahuan, teknologi, dan gaya hidup akan bergerak melewati batas-batas
negara. Hanya sumber daya yang memiliki keunggulanlah yang dapat bertahan
dalam persaingan. Demikian juga pertumbuhan penduduk dunia yang cepat
disertai persaingan yang tinggi akan menimbulkan berbagai angkatan kerja
yang kompetitif (competitive advantages), diantaranya melalui proses kreatif
dan inovatif wirausaha.
Untuk dapat bersaing di pasar global sangat diperlukan barang dan jasa
yang berdaya saing tinggi, yaitu barang dan jasa yang memiliki keunggulan-
keunggulan tertentu. Untuk menghasilkan barang dan jasa yang berdaya saing
tinggi diperlukan tingkat efisiensi yang tinggi. Tingkat efisiensi yang tinggi
ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang tinggi, yaitu sumber daya
manusia yang profesional dan terampil yang dapat menciptakan nilai tambah
baru dan mampu menjawab tantangan baru. Selanjutnya kualitas sumber daya
manusia yang tinggi tersebut hanya dapat ditentukan oleh sistem pendidikan
yang menghasilkan sumber daya yang kreatif dan inovatif. Sumber daya kreatif
dan inovatif hanya terdapat pada wirausaha. Oleh sebab itu, wirausaha yang
mampu menciptakan keunggulan bersaing melalui kemampuan menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda (create the new and different). Maka profil
Wirausaha tersebut diatas, atau pendapat para pakar diatas dapat digambarkan
dalam gambar sebagai berikut :
Profil Wirausaha

Kewirausahaan rutin Parttime Entrepreneur the new product corporate plan

Kewirausaaan arbitrase HomeBasNew Ventures the new tecnology corporate strategy

Wirausaha inovatif Family-Owner Business the new image corporate image

Copreneurs, the new organization corporate organization

Gambar 10 : Profil Wirausaha

Sedangkan Profil Wirausaha menurut Rasulullah SAW, adalah sebagai


berikut :
(1). Dari Al-Miqdam radhiyal lahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi
wasal lambersabda:
Tidaklah seseorang mengkonsumsi makanan yang lebih baik dari makanan yang
dihasilkan dari jerih payah tangannya sendiri. Dan sesungguhnya nabi Daud
‘alaihissalam dahulu senantiasa makan dari jerih payahnya sendiri.” (HR.
Bukhari)
(2). Dan di dalam riwayat lain, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Tidaklah seseorang memperoleh suatu penghasilan yang lebih baik dari jerih
payah tangannya sendiri. Dan tidaklah seseorang menafkahi dirinya, istrinya,
anaknya dan pembantunya melainkan ia dihitung sebagai shodaqoh.” (HR. Ibnu
Majah di dalam As-Sunan, Kitab At-Tijaroot Bab Al-Hatstsu ‘Ala Al-Makasibi,
no.2129. al-Kanani berkata, ‘Sanadnya Hasan’, Lihat Mishbah Az-Zujajah
III/5).
(3). Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu alaihi
wasallam bersabda:
“Pedagang yang senantiasa jujur lagi amanah akan bersama para nabi, orang-
orang yang selalu jujur dan orang-orang yang mati syahid.” (HR. Tirmidzi,
Kitab Al-Buyu’ Bab Ma Ja-a Fit Tijaroti no. 1130)
(4). Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya sebaik-baik penghasilan ialah penghasilan para pedagang yang
mana apabila berbicara tidak bohong, apabila diberi amanah tidak khianat,
apabila berjanji tidak mengingkarinya, apabila membeli tidak mencela, apabila
menjual tidak berlebihan (dalam menaikkan harga), apabila berhutang tidak
menunda-nunda pelunasan dan apabila menagih hutang tidak memperberat
orang yang sedang kesulitan.” (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi di dalam Syu’abul
Iman, Bab Hifzhu Al-Lisan IV/221).
(5). Dari Rafi’ bin Khadij radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Ada seseorang bertanya,
“Penghasilan apakah yang paling baik, Wahai Rasulullah?” Beliau jawab:
“Penghasilan seseorang dari jerih payah tangannya sendiri dan setiap jual beli
yang mabrur.” (HR. Ahmad di dalam Al-Musnad). Secara sistematik dapat
digambarkan dalam gambar sebagai berikut :

Wirausaha yang Jujur dan Amanah

Manusia tidak bohong, , tidak khianat, tidak mengingkari, tidak mencela, tidak berlebihan , tidak menanggu

Proses penghasilan :Penghasilan seseorang dari jerih payah tangannya send

Penghasilan yang baik untuk anak istri dan Keluarga

Pemenuhan Makanan, minuman, pakaian, perumahan dan kebutuhan lainnya se

Keluarga Sakinah, Mawadah, Warohmah dan anak soleh

Gambar 11 : Profil Wirausaha menurut Rasulullah SAW


BAB IX
KEPEMIMPINAN

A. Definisi Kepemimpinan
Banyak definisi yang diberikan tentang kepemimpinan, antara lain :
George R. Terry, Leadership the activity of influencingpeople to strive
willingly for group objectives. Harold Koontz and Cyril O’Donnell state that
leadership is influencing people to follow in the achievement of a common
goal.
Berdasarkan definisi dimaksud diatas maka ada 3 definisi utama yang
tercakup dalam kepemimpinan:
1. Kepemimpinan melibatkan orang lain seperti bawahan atau para pengikut.
Seorang wirausaha akan berhasil apabila dia berhasil memimpin
karyawannya yang mau bekerja sama dengan dia untuk memajukan
perusahaan.
2. Kepemimpinan menyangkut distribusi kekuasaan. Para wirausaha
mempunyai otoritas untuk memberikan sebagian kekuasaan kepada
karyawan atau seorang karyawan diangkat menjadi pemimpin pada bagian-
bagian tertentu. Dalam hal ini seorang wirausaha telah membagikan
kekuasaannya kepada karyawan lain untuk bertindak atas nama dia.
Selanjutnya segala macam informasi sebagai hasil dari pengawasan dan
pelaksanaan pekerjaan dapat dimonitor oleh pimpinan.
3. Kepemimpinan menyangkut penanaman pengaruh dalam rangka
mengarahkan para bawahan. Seorang wirausaha tidak hanya mengatakan
apa yang harus dikerjakan oleh karyawan tetapi juga harus mampu
karyawan untuk berperilaku dan bertindak untuk memajukan perusahaan.
Hal tersebut dapat digambarkan dalam gambar sebagai berikut :
.
Melibatkan orang lain

Kepemimpinan Wirausaha
Distribusi kekuasaan Tujuanfungsi
Strategi menjalankan Wirausaha dan Hasil yang diperoleh

Penanaman Pengaruh

Gambar 12 : Definisi Kepemimpinan

B. Sifat-Sifat Kepemimpinan
Ada sejumlah sifat-sifat kepribadian yang perlu dimiliki para pemimpin
(Andy Undap, 1983) yaitu: (a).Pendidikan umum yang luas, seseorang yang
berpendidikan akan mempunyai kemampuan untuk mengembangkan
keterampilan kepemimpinan. (b).Kematangan mental, seorang pemimpin harus
memiliki kematangan mental yang terlihat pada kestabilan emosional, tidak
mudah tersinggung, tidak gampang marah dan sebagainya. Sifat ingin tahu, sifat
ini mendorong seorang pemimpin untuk menyelidik, inovatif dan kreatif.
(c).Kemampuan analitis. Seorang pemimpin harus mampu menganalisa gejala-
gejala informasi yang ia terima, sehingga dapat mengambil keputusan yang
positif dan berguna untuk kemajuan bisnisnya. (d).Memiliki daya ingat yang
kuat. Seorang wirausaha akan berhadapan dengan banyak orang berbagai sifat
perilaku sehingga diperlukan kemampuannya untuk mengingat. Kemampuan
mengingat ini akan sangat membantu proses kepemimpinannya. (e).Integratif.
Seorang wirausaha harus mempunyai kepribadian terpadu tidak terpecah-pecah
yang membuat dia terombang-ambing. Juga harus memiliki sifat integratif dalam
rumah tangganya.(g). Keterampilan berkomunikasi. Hal ini sangat diperlukan
oleh seorang wirausaha untuk berkomunikasi dengan lingkungan bisnisnya
(h).Keterampilan mendidik. Seorang wirausaha harus mampu memberi petunjuk
dan mendidik karyawannya dalam beberapa hal baik yang berhubungan dengan
pekerjaan ataupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. (i).Rasional dan
objektif. Pemikiran dan keputusan yang diambil oleh wirausaha berlandaskan
pada pemikiran sehat dan tidak emosional. (j).Pragmatisme. Keputusan-
keputusan seorang wirausaha harus dibuat sesuai dengan kemampuan dan sumber
daya yang tersedia. (k).Ada naluri prioritas. (l). Pandai mengatur waktu. (m).
Kesederhanaan. (n). Sifat keberanian. (o). Mau mendengar.

C. Tipe-Tipe Kepemimpinan
Beberapa tipe kepemimpinan menurut Kartini Kartono (1983) adalah
sebagai berikut:
1. Tipe kharismatik
Pemimpin kharismatik merupakan kekuatan energy, daya tarik luar biasa
yang diikuti oleh para pengikutnya.
2. Tipe Paternalistis dan Maternalistis
Tipe paternalistis bersikap melindungi bawahan sebagai seorang bapak
atau sebagai ibu yang penuh kasih sayang. Pemimpin tipe ini kurang
memberikan pada karyawan untuk berinisiatif dan mengambil keputusan.
3. Tipe Militeristis
Tipe militeristis banyak menggunakan system pemerintah, system
komando dari atasan kebawahan sifatnya keras, sangat otoriter, menghendaki
bawahan agar selalu patuh, penuh acara formalitas.
4. Tipe Otokratis
Tipe otokratis berdasarkan kepada kekuasaan dan paksaan yang mutlak
harus dipatuhi. Pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal, dia
menjadi raja. Setiap perintah ditetapkan tanpa konsultasi, kekuasaan sangat
absolut
5. Tipe Laissez Faire
Tipe laissez faire ini membiarkan karyawan berbuat semaunya sendiri
semua pekerjaan dan tanggung jawab dilakukan oleh oleh bawahan. Pimpinan
hanya merupakan symbol yang tidak memiliki keterampilan.
6. Tipe Populistis
Tipe populistis ini mampu menjadi pemimpin rakyat. Dia berpegang
pada nilai-nilai masyarakat tradisional.
7. Tipe Administratif
Pemimpin tipe administratif ialah pemimpin yang mampu
menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif sehingga
diharapkan muncul perkembangan teknis, manajemen modern dan
perkembangan sosial.
8. Tipe Demokratis
Tipe kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan
memberikan bimbingan pada pengikutnya. Tipe ini menekankan pada rasa
tanggung jawab dan kerja sama yang baik antar karyawan
D. Kepemimpinan Dalam Wirausaha
Kepemimpinan adalah proses mengarahkan perilaku orang lain kearah
pencapaian suatu tujuan tertentu. Pengarahan dalam hal ini berarti
menyebabkan orang lain bertindak dengan cara tertentu atau mengikuti arah
tertentu. Wirausahawan yang berhasil merupakan pemimpin yang berhasil
memimpin para karyawannya dengan baik. Seorang pemimpin dikatakan
berhasil jika percaya pada pertumbuhan yang berkesinambungan, efisiensi yang
meningkat dan keberhasilan yang berkesinambungan dari perusahaan.
Para wirausahawan memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda, mereka
mengembangakan gaya kepemimpinan mereka sendiri sesuai dengan karakter
pribadi merka dalam memajukan perusahaannya.
1. Perilaku Kepemimpinan
Perilaku pemimpin menyangkut dua bidang utama :
a. Berorientasi pada tugas yang menetapkan sasaran. Merencanakan dan
mencapai sasaran.
b. Berorientasi pada orang yang memotivasi dan membina hubungan
manusiawi
2.Ada tiga variabel utama yang tercakup dalam kepemimpi nan
a.Kepemimpinan melibatkan orang lain seperti bawahan atau para pengikut
b.Kepemimpinan menyangkut distribusi kekuasaan
c.Kepemimpinan menyangkut penanaman pengaruh dalam rangka
mengarahkan para bawahan
3. Tiga pendekatan utama kepemimpinan
a. Pendekatan sifat-sifat (traits approach)
b. Pendekatan keperilakuan (behavioral approach)
c. Sebab-sebab munculnya pemimpin
4. Orientasi Tugas Pemimpin
Seorang pemimpin cenderung menunjukkan pola-pola perilaku berikut :
a. Merumuskan secara jelas peranan sendiri maupun stafnya
b. Menetapkan tujuan yang sukar tapi dapat dicapai, dan memberitahukan
orang-orang apa yang diharapkan dari mereka.
c. Menentukan prosedur-prosedur untuk mengukur kemajuan menuju tujuan
dan untuk mengukur pencapaian tujuan itu, yakin tujuan yang
dirumusakan secara jelas dan khas.
d. Melaksanakan peranan kepemimpinan secara aktif dalam merencanakan,
mengarahkan membimbing dan mengendalikan kegiatan-kegiatan yang
berorientasi pada tujuan.
e. Berminat mencapai peningkatan produktifitas.
5. Orientasi Orang-Orang
Orang-orang yang kuat dalam orientasi orang cenderung
menunjukkan pola sebagai berikut :
a. Menunjukkan perhatian atas terpeliharanya keharmonisan dalam organisasi
dan menghilangkan ketegangan jika timbul.
b. Menunjukkan perhatian kepada orang sebagai manusia dan bukan sebagai
alat produksi saja.
c. Menunjukkan perhatian dan rasa hormat pada kebutuhan-kebutuhan, tujuan
dan keinginan, perasaan dan ide karyawan.
d. Mendirikan komunikasi timbal balik dengan karyawan.
e. Mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawab, serta mendorong inisiatif.
f. Menciptakan suasana kerjasama dan gugus kerja dalam organisasi.
Pemimpin yang orientasi orangnya rendah cenderung bersikap dingin
dalam berhubungan dengan karyawan mereka, memusatkan perhatian pada
prestasi individu dan persaingan daripada kerjasama, serta tidak pernah
mendelegasikan tugas dan tanggung jawab
6. Pemimpin dan Manajer
Memimpin tidaklah sama dengan mengelola (manage). Walaupun
beberapa wiraswastawan adalah seorang pemimpin dan beberapa pemimpin
adalah wiraswas tawan, memimpin dan mengelola bukanlah merupakan
aktivitas yang identik. Kepemimpinan adalah bagian dari manajemen.
Pengelolaan (manage) adalah bidang yang lebih luas dibandingkan
memimpin dan dipusatkan pada masalah perilaku maupun non perilaku.
Kepemimpinan terutama ditekadkan pada isu perilaku.
7. Pendekatan-Pendekatan kepemimpinan
Pendekatan perilaku kepemimpinan menganggap bahwa pemimpin
yang baik adalah dilahirkan dan bukannya diciptakan. Pemimpin yang
berhasil cenderung memiliki karakteristik berikut :
a. Kecerdasan, termasuk kemampuan menilai dan verbal.
b. Prestasi dimasa lalu dalam bidang pendidikan dan olah raga.
c. Kematangan dan stabilitas emosional
d.Ketergantungan, ketekunan, dan dorongan untuk mencapai prestasi yang
berkesinambungan.
e.Keterampilan untuk berprestasi secara sosial dan beradaptasi dengan
berbagai kelompok
f. Keinginan untuk menggapai status posisi sosial ekonomi,
8. Penentuan Dalam Membuat Keputusan
Tiga faktor utama yang mempengaruhi penentuan wiraswastawan
tentang perilaku kepemimpinan mana yang akan digunakan untuk membuat
keputusan adalah :
a. Kekuatan dalam diri wirausahawan
b. Kekuatan pada bawahan.
c. Kekuatan dalam situasi kepemimpinan.
Menguasai sepenuhnya prinsip dan tindakan kepemimpinan wirausaha
adalah suatu proses yang menuntut pertumbuhan seiring dan tiga komponen,
yaitu pengembangan pribadi individu, efektivitas kerja sama tim dan
perubahan organisasi. Namun terlalu sering ketiga komponen ini tumbuh
tidak seiring. Sebagai contohnya, kita ambil mereka yang memilih untuk
melakukan pengembangan pribadi. Tidak terhindarkan lagi, cepat atau
lambat, akan dijumpai bahwa mereka melihat sesuatu dengan cara yang
berbeda dan tim tempat mereka bekerja dan organisasi yang mereka layani.
Apa yang terjadi?
Biasanya rekan sekerja sangat cepat untuk memadamkan pendekatan
antusias mula-mula yang dimiliki oleh seorang individu dengan komentar:
‘Jangan pedulikan, mereka sudah berada di jalur yang benar, tapi jangan
khawatir, mereka akan segera kembali normal’. Pendekatan individual yang
kedua yang lebih jujur adalah mencoba untuk mengawali perubahan di dalam
tim dan organisasi mereka. Sering kali setelah itu mereka merasa terisolasi.
Pendekatan ketiga yang lebih menentukan adalah memiliki pendirian. Ini
memberikan pembenaran bagi rekan-rekan yang lain untuk mengisolasi lebih
jauh. Bergantung pada daya tahan dan tingkatan status mereka, pendekatan
yang beragam dapat berjalan sampai dengan tingkatan tertentu, namun
biasanya hanya untuk jangka pendek.
Kemudian pendekatan reflektif yang keempat mengapa saya mem-
buang-buang waktu saya disini datang kepada mereka. Dan disini seseorang
akan jatuh kembali dalam rasa aman perilaku lama yang sudah dibuang atau
mengambil kesempatan untuk pergi. Langkah ini mungkin berharga bagi
orang tersebut, walaupun menyakitkan bagi organisasi. Mereka melakukan
hal itu bukan karena mereka benar-benar menginginkannya tapi karena
mereka telah mencapai tingkat ketidakpuasan tenrhadap apa yang mereka
lakukan.
Dengan bekerja keras untuk mengembangkan potensi mereka, mereka
ingin tetap melanjutkan bertumbuh, bukannya dihalangi oleh pemikiran
sempit dan kekhawatiran akan rasa aman. Mereka ingin memiliki kemampuan
untuk melayani dan dihargai, menjadi seperti kepada siapa mereka bekerja
sekarang. Untuk alasan yang sama banyak hubungan gagal ketika salah satu
berkembang dan yang lain ingin menjaga agar segala sesuatu tetap seperti apa
adanya. Dalam suatu hubungan, kecuali terdapat kesepakatan untuk
pertumbuhan dan penghargaan, mereka akan kandas gagal atau tersapu hanya
disebabkan oleh perilaku mereka.
Hal yang sama dan sudut pandang organisasi, setiap program perubah-
an yang tidak mengembangkan secara pribadi orang-orangnya dan terus
melakukannya dengan membangun pemikiran dan kepemilikan wirausaha,
tidak akan dapat menghindar dan ketidak langgengan dan akan terlihat hanya
sebagai suatu trend sesaat dengan pengulangan kata-kata yang umum: lagi-
lagi program perubahan yang lain yang disuarakan di sepanjang koridor dan
e-mail.
Suatu kejutankah bahwa organisasi tidak mempertahankan orang -
orang terbaiknya? Persentase orang yang meninggalkan organisasi cukup
tinggi. Berinvestasi jutaan dolar untuk pelatihan demi keuntungan kompetisi
merupakan kegiatan yang biasa dilakukan, namun mempertahankan orang-
orang unggul yang menjadi kunci pengembangan organisasi sebenarnya lebih
masuk akal. Dan sudut pandang tim, banyak pesaing yang sukses dan
organisasi mapan telah mempersiapkan diri karena keseluruhan tim yang
dikembangkan bersama, merasa tertahan baik oleh orang-orang dalam
organisasi maupun oleh struktur organisasi itu sendiri.
Keseluruhan butir kepemimpinan wirausaha adalah bahwa dia mem-
bangkitkan yang terbaik dari setiap individu, tim dan organisasi. Ingat bahwa
Kepemimpinan Wirausaha adalah: menanamkan keyakinan untuk berpikir,
berperilaku dan bertindak dengan cara wirausaha dengan pemikiran
menyadari sepenuhnya tujuan yang sesungguhnya dan organisasi demi
pertumbuhan yang menguntungkan bagi semua stakeholders yang terlibat,
tampak bahwa kewirausahaan melibatkan kemauan untuk bekerja bersama.

1. Memiliki Tujuan Yang Jelas Untuk Dicapai


Memiliki tujuan yang jelas berarti punya pendirian, memiliki fokus,
memiliki keyakinan akan keputusannya, memiliki kemampuan memutuskan, dan
berdaya tahan, sesungguhnya merupakan kualitas pencapaian yang sukses dan
tuntutan tujuan apa pun. Tak dapat dipungkiri, ini adalah salah satu kualitas
manusia yang paling dicari dalam kehidupan, namun banyak orang yang belum
memilikinya. Seseorang yang tidak memiliki tujuan dapat diibaratkan sebagai
sebuah kapal di tengah-tengah kabut di lautan yang telah kehilangan kemudi dan
layar sekaligus. Di saat semuanya berjalan mulus, sering kali dilema muncul
tanpa kita sadari, kecuali mungkin kurangnya pemahaman akan arah yang jelas
atau gerakan yang meyakinkan. Saat cuaca berubah ia akan bereaksi dengan
pengaruh dari luar. Namun kita tetap dapat kehilangan arah tujuan kita
seandainya pun layar dan kemudi tetap ada di tempatnya. Kecuali jika Anda
memiliki tujuan yang jelas dalam mengambil suatu tindakan, Anda akan menuju
arah yang salah.
Sebagaimana Ella Wheeler Wilcox dengan tepat menggambarkan hal ini
dalam puisinya ‘Nasib’ (Fate): Suatu perahu menuju ke timur dan yang lain
menuju ke barat, Dengan tiupan angin yang sama, cara memasang layarlah,
bukan tiupan kencang angin yang memberitahukan kita arah yang dituju.
Sebagaimana angin laut, demikianlah jalannya nasib sebagaimana kita
mengarungi hidup adalah jiwa kita yang menentukan tujuannya bukannya
kelembutan atau kecamuk konflik. Beberapa tahun yang lalu saya diundang ke
upacara minum teh tradisional di ruang pertemuan dewan PHP, suatu onganisasi
yang didirikan oleh Konosuke Matsushita dengan suatu misi untuk meningkatkan
kemakmunan individu dan organisasi melalui pengembangan yang berkelanjutan.
Cangkir teh yang diberikan kepada saya berasal dan awal jaman Edo (1650).
Sesudah upacara tersebut saya menerima sejumlah tulisan dan Matsushita
berjudul Velvet Glove, Iron Fist (Sarung Tangan Beludru, Kepalan Tangan Besi),
yang di dalamnya memuat cerita tentang Ikeda Mitsumasa, Pangenan Perang
yang terkenal dan jaman Edo.
Cerita tersebut berkaitan dengan untuk membangkitkan yang terbaik dan
diri kita, rekan kita, tim kita, dan organisasi kita, kita harus sepenuhnya memiliki
tujuan yang jelas. Untuk sepenuhnya memiliki tujuan yang jelas kita harus
menemukan keseimbangan antara kekerasan dan kelembutan. Bicara tentang
pengandaian, tangan Anda haruslah seperti kepalan besi (iron fist) dalam sarung
tangan beludru (velvet glove).
Jika Anda selalu memuji orang lain untuk memperoleh yang terbaik dan
mereka, meneka akan merasa puas diri dan tidak berkembang. Sebaliknya, jika
Anda selalu mengkritik mereka karena tidak mengerjakan pekerjaan seperti yang
seharusnya, mereka jadi enggan melakukan pendekatan dengan ide-ide baru.
Terdapat keseimbangan peran yang harus dilakukan. Para rekan Anda seharusnya
paham bahwa dukungan Anda akan membantu mereka menjadi yang terbaik
yang mereka mampu dan memberikan hasil yang baik pula. Namun mereka juga
harus waspada karena elemen kekerasan terletak di bawah permukaan. Tanpa
memiliki kekerasan ini tidak mungkin Anda memiliki tujuan yang jelas. Tanpa
dibungkus dengan kelembutan, kepemilikan Anda terhadap tujuan yang jelas itu
akan kehilangan kekuatannya.
Suatu gabungan yang luar biasa antara kekerasan dan kelembutan
membedakan pemimpin wirausaha yang terkenal seperti Jack Welch. Dalam
suatu pertemuan dengan Jeff Immelt, sebelum dia ditunjuk sebagai penerus
pimpinan GE, dia mengilustrasikan hal berikut. Setelah sekian lama tidak
berhasil memecahkan suatu permasalahan yang sulit, Jeff mengatakan bahwa dia
merasa letih dan ingin tidur. Welch membawanya ke sudut, melingkarkan
tangannya, dan berkata: ‘Jeff, saya penggemarmu yang terbesar, tapi kamu
sedang mengalami tahun terburuk diperusahaan ini. Saya menyayangi kamu, dan
saya tahu kamu dapat melakukannya dengan lebih baik. Tapi saya akan
mengeluarkan kamu jika kamu tidak bisa membereskannya. Sekitar empat tahun
kemudian ketika dia memberikan tahtanya kepada Jeff Immelt sebagai
penggantinya, Welch mengatakan: ‘Saya merasa senang sekali untuk pergi, dan
saya akan merasa sangat ngeri jika saya memiliki keraguan terhadap Jeff.’
Welch percaya bahwa Anda harus bersikap keras untuk menjadi lembut.
‘Hanya perusahaan yang sukses mampu bersikap baik pada orang-orangnya, dan
Anda tidak akan berhasil apabila Anda tidak keras,’ katanya. Welch menerapkan
filosofi nya di GE dengan cara yang didebat oleh beberapa orang dengan istilah
brutal, sebagai contohnya, semua manajer haruslah memecat paling tidak 10
persen dari staf mereka setiap tahun. Fakta yang menunjukkan bahwa GE telah
menjadi satu dari organisasi wirausaha yang paling berhasil dan konsisten,
dengan dasar yang diletakkan oleh Edison sampai dengan dua dekade terakhir
yang fenomenal di bawah kepemimpinan wirausaha Jack Welch. Jelasnya,
filosofi organisasi yang diasah oleh berbagai pimpinannya bersifat kondusif
untuk mengembangkan pemimpin wirausaha. Jeff Immelt terpilih dan antara
onganisasi karena seperti kata Welch, ‘dia adalah orang yang paling memiliki
tujuan jelas.’
Dua minggu setelah menerima tahta tersebut, Immelt mendapatkan ujian
penuh bagi kepemilikannya akan tujuan yang jelas. Setelah peristiwa serangan
teroris yang biadab terhadap World Trade Center pada tanggal 11 September
2001 yang mengagetkan seluruh dunia, harapan GE yang berkesinambungan
akan kemakmuran terlihat suram. Pengumuman yang dibuat Immelt dengan suatu
tujuan untuk mempertahankan pertumbuhan dua digit membangkitkan keyakinan
yang mengerahkan seluruh pasar saham untuk mengambil sikap mental yang
lebih positif.
2. Melesat ditengah Ketidakpastian
Memanfaatkan prinsip bertujuan jelas adalah dengan membentuk misi
pribadi, sejalan denganmu adalah misi organisasi dan menetapkan tujuan dalam
kerangka kerja misi-misi tersebut. Saya percaya lebih mudah untuk
melakukannya dari pada tidak melakukannya. Pendapat saya berakar dari
pertanyaan: ‘Mengapa kita bentoleransi terhadap pimpinan yang buruk? Mengapa
kita bertahan terhadap kecaman/kritik yang tidak adil, rekan yang menghalangi,
kurangnya dukungan, janji yang tidak ditepati dan ketidakbijaksanaan? Jika kita
lakukan, maka kita akan disalahkan atas pelanggaran ini pula. Jika seandainya
tidak demikian, kita tidak akan siap untuk mengakomodir mereka. Saya juga
percaya bahwa pada tingkatan mana kita mengakomodasi keburukan, sebanding
dengan kekurangan kita untuk memiliki tujuan yang jelas. Demikian pula pada
tingkatan mana kita meminta yang terbaik sebanding dengan seberapa kita
memiliki tujuan yang jelas. Menerima apapun yang kurang berarti tidak meng-
hargai baik apa yang kita lakukan maupun diri kita sendiri. Namun terlalu sering
kita menerima begitu saja keburukan karena kita merasa lebih pasti dengannya.
Kita hidup di jaman ketidakpastian, di mana kita terus berupaya mencari
rasa aman di tengah ketidakpastian. Kepemimpinan organisasi tradisional
membutuhkan iklim kepastian. Kepemimpinan wirausaha maju dengan pesat di
tengah ketidakpastian. Perbedaan utama adalah bahwa yang pertama akan
mencoba untuk menetapkan batasan, yang belakangan akan melihat jauh ke
depan.
Dalam menguji kepemilikan kita akan tujuan yang jelas, pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab adalah pertanyaan-pertanyaan ini efektif dalam
membawa kita untuk bercermin dan meninjau ulang, karena awalnya mereka
hanya membutuhkan jawaban sederhana ya atau tidak. Mampu menjawab ‘ya’
untuk setiap pentanyaan menunjukkan bahwa Anda memiliki tujuan yang jelas.
Memiliki keinginan untuk menjawab ya lebih daripada ‘tidak’ menunjukkan
bahwa dalam diri Anda terdapat aspirasi untuk memiliki tujuan yang jelas.
Mengakui bahwa Anda lebih banyak menjawab ‘tidak’ daripada ‘ya’ sayangnya
menunjukkan bahwa Anda tidak memiliki kejelasan dalam tujuan yang
sesungguhnya dalam hidup maupun bisnis Anda.
3. Memiliki Tujuan yang Jelas Dalam Tindakan
Hiroshi Okuda, pemimpin Toyota dan timnya merupakan contoh orga-
nisasi yang memperlihatkan prinsip memiliki tujuan yang jelas. Bagi mereka,
tujuan mereka yang jelas adalah melayani dunia dengan mobil yang berkualitas
tinggi dan nilai baik yang membutuhkan perawatan minimal. Penciptaan nilai
ekonomis Toyota tiada bandingnya dalam industri ini. Organisasi ini telah
mempertahankan pangsapasarnya selama dua puluh tahun, walaupun banyak
upaya pesaing untuk mengikisnya, karena kemampuannya untuk meningkatkan
produksi dan memenuhi kebutuhan konsumennya. Salah satu faktor penentu
keberhasilan mereka adalah kembali ke hal-hal mendasar. Toyota secara terus
menerus menyempurnakan sistem baru berjalan yang ditemukan pertama kali
oleh Henry Fond dengan maksud untuk menghilangkan pemborosan pada setiap
titik di jalur perakitan, mengembangkan rantai penyediaan tepat waktu (just-in-
time supply chains), dan menjaga biaya lebih rendah dan harga yang mau dibayar
oleh konsumen.
Untuk memperluas keberadaan mereka secara global dan memperta-
hankan riset dan pengembangan, membayar dividen dan pengeluaran tahunan,
mereka mempertahankan cadangan sebesar 20 miliar dolar. Analis berspekulasi
bahwa dengan perang seperti ini perusahaan chest semacam BMW dapat saja
menjadi sasaran. Namun Toyota tidak memiliki keinginan untuk meningkatkan
jangkauan global mereka melalui akuisisi seperti yang dilakukan oleh Ford
terhadap Volvo, Land Rover dan Mazda, dan seperti yang dilakukan GM
membeli Saab dan saham di Fiat Auto, Suzuki dan Isuzu. Transaksi tambahan
dan pengambil alihan besar-besaran tidak menjadi tujuan yang sesungguhnya.
Mereka lebih berkonsentrasi pada investasi di produksi dan desain lokal. Bahkan
lebih daripada pemikiran ini, sebagaimana dikatakan Mn. Okuda, ‘tujuan kami
memiliki makna untuk menghapuskan cacat/kerusakan dan memastikan setiap
Toyota dibuat dengan standar tinggi ini menyelesaikan semua permasalahan yang
lain.’
Pemimpin yang memiliki tujuan jelas memiliki kemampuan sama de-
ngan perusahaan yang melingkupinya. Welch memilih Immelt dan perusahaan
yang memiliki kualitas Welch dan Immelt secara berkelimpahan. Mr. Okuda
mengepalai perusahaan yang berbagi tujuan. Alexander Agung memimpin dan
depan, namun dia dikelilingi oleh tim pengawal elit yang telah dilatihnya. Dia
telah memilih yang terbaik dan mencoba membangkitkan yang terbaik dan
mereka. Ketika Alexander meninggal, tim yang telah berkembang bersamanya
mampu menjaga banyak kerajaan penerusnya berabad-abad lamanya. Ingatlah
bahwa untuk memiliki tujuan yang jelas berarti berpendirian, memiliki fokus,
memiliki keyakinan akan keputusannya, memiliki kemampuan memutuskan, dan
berdaya tahan serta bersikap keras. Pemimpin wirausaha harus cukup memiliki
kekerasan hati untuk membangkitkan yang terbaik dan orang-orangnya sekalipun
dia harus bersikap keras.
4. Tanggung jawab: kehandalan yang sejati.
Geral Ronson meninggalkan bangku sekolah pada usia 15 tahun. Ia ber-
kelimpahan satu kualifikasi yang sangat penting dalam membawa kesuksesan
dalam hidup; keinginan kuat untuk mengejar gairah. Kita semua memilikinya
namun kita tenggelam, bukan mengejarnya. Di tempatnya kita memperoleh
kualifikasi yang berbeda, yang semuanya lebih sering berubah menjadi
ketidakpuasan dalam kelimpahan; kebutuhan untuk mengejar pensiun.
Merupakan sesuatu yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan pensiun,
namun kita juga bertanggung jawab untuk mengejar gairah kita. Sesungguhnya,
itulah tanggung jawab terbesar kita; jika kita tidak bisa bertanggung jawab
terhadap din sendiri, bagaimana kita bisa bertanggung jawab terhadap orang lain?
Kita mungkin memang tidak selalu bertanggung jawab untuk tanggung jawab
yang dimiliki orang lain, namun kita selalu bertanggung jawab terhadap
keberhasilan atau kegagalan kita.
Dalam istilah bisnis mengejar gairah berarti memelihara keberhasilan
kita sementara mengamankan pensiun kita melalui tawar menawar. Ini hanya
dapat terjadi karena kondisi yang kami percayai bahwa mengejar gairah adalah
sesuatu tindakan yang tidak bertanggung jawab. Mengejar melibatkan
bertanggung jawab walaupun dengan suatu paradigma fokus pada solusi, dan
bukannya paradigma yang fokus pada menyalahkan orang lain. Terlalu sering
dunia bisnis berfokus pada menemukan siapa yang harus disalahkan untuk suatu
masalah. Inilah alasan mengapa terdapat keengganan untuk mengambil bagian
atau mengambil suatu tanggung jawab. Ini dapat membahayakan pensiun.
Dalam mengejar gairahnya Gerald Ronson telah membangun Heron,
perusahaan swasta yang terbesar dan paling menguntungkan di Inggris. Dengan
melakukan penjualan eceran bahan bakar minyak secara revolusioner pada tahun
1970-an, Ronson menjadi penggagas pertama konsep tempat pengisian bahan
bakar dan warung swalayan bertenda. Jika bukan karena dia, orang-orang tidak
akan dapat memperoleh makanan ringan di larut malam, atau mengisi bahan
bakar mobil jam dua pagi. Dia memiliki visi untuk menyadari bahwa orang-orang
menginginkan kenyamanan pada saat mereka berbelanja. Dengan Heron sebagai
pengecer (retailer) independen terbesar di Inggris dengan penghargaan terhadap
pelatihan manajemen dan tugas untuk memberikan saran untuk pemasaran
minyak bumi secara internasional, Ronson terus mengumpulkan keberuntungan
yang lebih jauh dengan grup wirausaha propertinya, Heron International,
perusahaan bangunan swasta yang ternama di Inggris. Pada tahun 1990 dia
masuk penjara.
Gerald Ronson adalah satu di antara empat, termasuk pemimpin
Guinness, Ernest Saunders, yang dipersalahkan berkolusi dalam operasi
dukungan saham melanggar dihukum, untuk menjamin keberhasilan
pengambilalihan Distillers oleh Guinness senilai 4 miliar dolar empat tahun
sebelumnya. Dengan mengabaikan beda pendapat bahwa ia telah mengalami
pemeriksaan pengadilan yang tidak adil, Ronson dipenjara dan didenda sebesar 7
juta dolar. DTI (Departemen Perdagangan dan Industri Inggris) telah menetapkan
untuk memberikan contoh mengenai apa yang mereka percayai sebagai
konspirasi. Permohonannya untuk naik banding ditolak. Sesungguhnya salah satu
dan pelaku konspirasi Jack Lyons telah dicopot kebangsawanannya, yang
sebelumnya dianugerahkan untuk kerja kerasnya di bidang kemanusiaan dan
bisnis. Tidak sampai sepuluh tahun kemudian Pengadilan Eropa untuk Hak Asasi
Manusia di Strasbourg memutuskan bahwa Ronson telah mengalami pengadilan
yang tidak adil.
Sebagai tahanan teladan dan bahkan dinamai ‘Sang Gubernur’ di antara
sesama narapidana, Ronson dibebaskan enam bulan kemudian. Pada saat yang
sama kemerosotan penuh pada awal tahun 1990-an telah menyebabkan Grup
Heron terhuyung-huyung dalam ketidakmampuan membayar hutang sebesar 2
miliar dolar. DTJ dan para veteran pers menunggu setiap hari demi berita dan
kantor pusat Heron di London. Tidak pernah muncul. Banker dan kreditur
sungguh-sungguh lebih memiliki keyakinan pada orang yang mengejar gairah
yang meninggalkan bangku sekolahnya pada usia 15 tahun daripada para praktisi
pengejar pensiun yang mengalami ancaman ketidakmampuan membayar hutang
dalam jumlah amat besar. Kepercayaan mereka telah didukung oleh keterbukaan
Ronson mengenai masalah yang dihadapi oleh grup dan penilaiannya yang
realistis tentang pembedahan yang diperlukan. Dia menyadari bahwa
tanggungjawab utamanya adalah pada organisasi Heron dan kepada orang-orang
yang telah membuat keberhasilan. Rencananya termasuk melepaskan hampir
seluruh saham keluarganya di grup itu, dan membuang hampir semua stasiun
swalayan yang dengan susah payah dikembangkannya.
Heron dapat bertahan hidup dan kemudian mengembangkan pemba-
ngunan tempat-tempat belanja dan rekreasi bernilai miliaran dolar di seluruh
Eropa. Dengan mengantisipasi permintaan baik stasiun pengisian bahan bakar
swalayan maupun toko tenda di bagian depan bangunan, Ronson bergerak
melawan trend belanja lewat Internet, dan percaya bahwa pusat belanja 24 jam
yang dimotori oleh dunia hiburan itulah yang diinginkan konsumen. Sekali lagi
dia terbukti benar. Predi- ksinya bahwa ketika tempat perbelanjaan standar yang
kurang memberikan nilai tambah bergeser kepada belanja melalui Internet dan
televisi, jaringan pengecer (retail) dipaksa untuk memberikan nilai tambah atau
malah akan mati jadi kenyataan. Telah terjadi pergeseran yang berlanjut di dunia
retail ke aktivitas yang lebih fokus, gaya hidup dan hiburan.
Baru-baru saja Gerald Ronson memenangkan penghargaan UK Pro-
perty Personality of the Year. Penghargaan ini ditentukan melalui voting yang
dilakukan melalui polling telepon di industri properti, dan orang yang
berpengaruh di dunia internasional yang kembali memimpin Grup Heron tampil
sebagai pemenang. Alasannya adalah karena orang-orang properti menghargai
seorang pejuang yang bertahan hidup, pengembang wirausaha, seseorang yang
mempertahankan loyalitas baik rekan sekerja maupun teman-teman dan tanggung
jawab untuk melakukan apa yang harus dilakukannya. Sekaang Heron merupakan
kekuatan utama properti internasional yang dikenal membangun suatu tim
berdedikasi yang terdiri dan orang-orang yang berpengalaman, penuh intuisi dan
keahlian dalam mengembangkan dan mengelola properti untuk memaksimalkan
nilainya.
Walaupun Heron telah memiliki sejumlah besar stasiun pengisian bahan
bakar swalayan, Ronson menyempatkan dirinya untuk mengunjungi satu per satu
dan mereka secara rutin. Pendekatan manajemen, motivasi dan layanan yang
diberikannya telah membuahkan Penghargaan Industry Training secara
kebetulan merupakan salah satu divisi dan DTI. Mempertahankan keyakinan dan
loyalitas dan orang-orang Anda, teman-teman, kreditur dan kelompok Anda
berapa pun dunia Anda telah berubah, merupakan suatu ukuran yang sebenarnya
dan keberhasilan. Untuk menciptakan budaya di sekeliling Anda di mana setiap
orang percaya ‘jika memang hanus demikian, itu terserah saya’ membutuhkan
gairah yang bahkan membuat keberuntungan datang menolong Anda. Sebaliknya
Pemimpin Guinness, Ernest Saunders, terperangkap dalam sisi ‘siapa yang patut
disalahkan’ dan pedang bermata dua dan akuntabilitas, ketika dewan direksi yang
penakut mengabaikannya saat situasi menjadi tidak menguntungkan. Organisasi
yang beroperasi di bawah kepemimpinan menunjuk ke siapa yang bisa disalahkan
tidak akan dapat membangun lingkungan wirausaha yang akan meningkatkan
akuntabilitas. Mengakui bahwa Anda salah membutuhkan keberanian,
menyelesaikan segala sesuatunya menjadi baik dengan bertanggung jawab
membutuhkan pengalaman. Pengalaman didapatkan dengan cara diizinkan untuk
berbuat salah dengan catatan bahwa ada dukungan loyal di belakang Anda.
Gairah dan tindakan yang bertanggung jawab dan Julius Caesar membangun
sebuah kekaisaran. Namun ketika waktu berganti seperti yang terjadi di dalam
setiap siklus kehidupan, dia menyerahkan hidupnya demi akuntabilitas.
Penyesalannya yang paling mendalam adalah ketidaksetiaan yang dirasakannya
dan tangan orang yang paling dekat dengannya. Perumpamaan membunuh rekan
dengan mempersalahkannya bukanlah jalan yang ditempuh dalam kepemirnpinan
wirausaha.
Pertanyaan-pertanyaan yang harus kita jawab sendiri mengenai ‘akan
menjadi seperti apa perusahaan saya, jika semua orang seperti saya’ adalah
sebagai berikut: Menanamkan akuntabilitas yang sebenarnya dalam diri kita
membutuhkan evaluasi yang teratur. Kebiasaan memahami berapa kita harus
bertanggung jawab terhadap apa yang kita pikirkan dan lakukan merupakan hal
bernilai untuk dibangun. Menanamkan akuntabilitas yang sebenarnya pada diri
orang lain membutuhkan pujian dan evaluasi kinerja yang teratur. Kebiasaan
semacam ini akan mengembangkan loyalitas yang lebih mendalam dan
pemahaman yang lebih besar sebagaimana tanggung jawab yang kita harapkan
dan orang lain. Sebagian besar evaluasi kinerja tradisional terlalu terpisah-pisah
dan lebih berlandaskan pada ‘bagaimana Anda dapat melakukan sesuatu dengan
lebih baik’ daripada ‘seberapa baik yang telah Anda lakukan.’ Evaluasi kinerja
seharusnya mengikutsertakan secara tepat apa yang ingin dicapai dan kata itu
baik mengevaluasi maupun juga memuji.
Evaluasi prestasi kinerja formal yang sesungguhnya seharusnya dilaku-
kan sekurang-kurangnya setiap tiga bulan, sementara pemberian pujian secara
informal dan membangun keyakinan dilakukan pada setiap kesempatan yang ada.
Menciptakan suatu nilai tambah dan peluang adalah hakikat kewirausahaan. Jika
kita tidak dapat mengambil kesempatan untuk mengembangkan orang lain, maka
mereka juga tidak akan memiliki loyalitas yang sama atau motivasi untuk
bertanggungjawab mengejar peluang bagi organisasi mereka.
5. Integritas: Nilai Yang Sejati
Tidak ada kualitas tunggal yang mendefinisikan para pemimpin, baik yang
berpemikiran wirausaha atau tidak. Namun kualitas yang tak dapat diabaikan
adalah melakukan sesuatu yang benar berdasarkan kesadaran akan kehormatan
dan penghargaan pada orang lain. Memahami apa yang benar untuk dilakukan
dan secara nyata mengerjakannya berarti memiliki integnitas. Filsuf Yunani
Socrates percaya bahwa untuk sungguh mengetahui apa yang benar tidak
mungkin tanpa bertindak selaras dengannya. Ketika dia telah dijatuhi hukuman
mati oleh pemenintah untuk apa yang dianggap sebagai pandangan yang sangat
kontroversial, teman-temannya me -maksanya untuk melarikan diri dengan
rencana yang telah mereka susun. Socrates dengan tegas menolak saran mereka,
dengan menjawab: ‘Sepanjang hidupku, aku telah mengajarkan bahwa orang
harus mematuhi hukum yang berlaku di suatu tempat. Jika hukum itu salah maka
kita harus memperbaikinya melalui diskusi, dan walaupun saya menjadi korban
ketidak adilan, saya tidak dapat dengan tiba-tiba melawan apa yang menjadi
kepercayaan saya hanya karena hidup saya terancam. Prioritas pertama manusia
bukan hanya untuk hidup, namun untuk memimpin suatu kebaikan dan menjalani
kehidupan. Dengan lebih memilih untuk memberikan hidupnya dibandingkan
hidup tanpa integnitas, dia membuat sebuah contoh sangat besar mengenai
melakukan apa yang Anda ajarkan.
Sebagai seorang pemimpin, jika Anda mengajarkan sesuatu dan melakukan
hal yang bertolak belakang untuk menyelamatkan diri Anda sendiri, Anda tidak
akan pernah berhasil meyakinkan orang. Nixon dipaksa keluar dari kantor
Kepresidenan karena dia dituduh sebagai orang yang tidak memiliki integritas.
Integritas adalah suatu kualitas yang membuat orang percaya pada Anda. Tanpa
adanya kepercayaan, tidak akan ada suatu hubungan, dan sudah pasti tidak akan
berjalan. Kemanusiaan yang asli adalah sebagaimana adanya, Anda mungkin
tidak akan dapat hidup dengan memegang 100% prinsip ini sepanjang waktu.
Namun demikian pemimpin wirausaha yang tidak cukup memilikinya tidak akan
mampu untuk membangun iklim loyalitas yang sangat penting berbagi
kesempatan ide inovatif. Sesungguhnya, saya percaya bahwa sekutu terbesar bagi
organisasi wirausaha adalah dukungan yang loyal secara moral maupun finansial
yang didapat dari reputasi integritas.
6. Menemukan Nilai yang Sejati
Ketika saya memfasilitasi pengembangan pernyataan misi dan visi inti
( core value ) untuk perusahaan satelit yang baru dibentuk dari suatu organisasi
telekomunikasi yang besar, proposal dari kelompok kerja saya tidak
mempedulikan nilai-nilai tradisional. “Ya, memang penting untuk mengenal
tujuan kita” para anggota kelompok berpendapat, namun untuk mendukung
pencapaian tujuan dengan kata-kata kosong tanpa arti, dibandingkan dengan apa
yang tampaknya dimiliki oleh setiap organisasi lain di industri ini, kita hanya
membuang –buang waktu jika harus mencoba melakukan sesuatu yang membuat
kita istimewa dari yang lain.
Bagian paling penting dari proses yang mereka jalani adalah mereka
mampu menemukan apa yang menjadi nilai mereka yang sejati dengan suatu cara
yang membuat mereka memiliki kemauan untuk menyampaikan baik kepada
orang-orangnya maupun kepada konsumennya. Pertanyaan-perta nyaan pada
berikut dibawah ini, dapat Anda jawab dengan jujur untuk menolong Anda
menemukan nilai sesungguhnya.
7. Ketidakcocokan: Kreativitas Yang Sesungguhnya
Pemimpin wirausaha bukanlah seorang yang mudah cocok, kecuali
dalam hal ketaatan mereka terhadap nilai inti. Tak seorang pun mencapai sukses
yang sesungguhnya untuk menjadi diri sendiri dengan menjadi seorang yang
mudah cocok (konformis). Namun dalam bisnis, banyak orang berpegang teguh
pada pola yang mereka percayai, yaitu selubung mayoritas merupakan suatu
prasyarat bagi persetujan dan keberhasilan.
Dengan cara ini bisnis menjadi mangsa mitos men dasar bahwa
mayoritas secara otomatis dan tanpa terkecuali selalu benar. Namun mayoritas
tidaklah maha tahu semata-mata karena dia adalah mayoritas dan sulit untuk
memastikan kebenaran pendapat tersebut. Orang yang mengabaikan pendapat
telah menghasilkan keberhasilan yang lebih kreatif seseorang seperti itu adalah
Jim Clark.
Walaupun sebagian besar dari kita memperoleh manfaat dari inovasi-
nya, hanya sedikit orang yang pernah mendengar pemimpin wirausaha yang telah
berperan penting dalam membangun tiga organisasi miliaran dolar yang terpisah
satu sama lain mulai dari awalnya. Efek spesial pada film yang kita nikmati
adalah hasil karyanya. Kita dapat secara universal mengakses internet karena dia.
Kita memperoleh bantuan medis secara on line karena dia.
Setelah dikeluarkan dari sekolah, ia mengambil PhD di bidang ilmu
komputer. Dipecat pada usia 38 tahun karena pembangkangan dari New York
Institute of Technology, Clark melanjutkan mendirikan Silicon Graphics. Dibantu
oleh lulusan Stanford yang tertarik pada teknologi kreatifnya, dan chip yang
didesain untuk memproses gambar tiga dimensi real time, Silicon Graphics
menjadi pemimpin tingkat dunia dalam hal teknologi komputer berkemampuan
tinggi. Solusi dan produk visualisasi kompleks mereka secara dramatis
mempengaruhi industri film, penerbangan, otomotif, ilmu pengetahuan,
pertahanan, media, dan industri manufaktur.
Diusir dari dewan direksi perusahaan yang didirikannya, Clark
kemudian memulai Netscape. Dia tidak menemukan Internet. Itu terjadi secara
tidak langsung seperti Pentagon mencari jalan untuk mengirimkan informasi
rahasia. Clark meyakini bahwa: Mereka bagaikan orang-orang dari satu suku
bangsa dengan sekumpulan tujuan umum dan dalam pengertian bahwa Anda
dapat memiliki kejujuran dari setiap orang yang berkontribusi, Anda membuat
mereka menjadi bagian dari proses. Anda menjadikan mereka sebagai pemegang
saham. Anda membuat mereka menang ketika perusahaan menang. Ini barangkali
melawan pendapat tradisional, namun ketidakcocokan (nonconformity) semacam
ini penting bagi semangat wirausaha.
Konformis tidak dilahirkan, mereka dibuat. Sesungguhnya tekanan
terus-menerus membombardir individu, dengan maksud bahwa mereka dapat
diizinkan untuk mendaki tangga penerimaan untuk sukses, datang dari semua sisi,
hanya berbeda sedikit dari generasi kegenerasi. Seringkali kita mematikan ide-ide
dan pemikiran brilian kita sendiri hanya karena mereka adalah milik kita. Mereka
dibimbing oleh apa yang benar bagi mereka dan bukan apa yang benar bagi
masyarakat. Nonkonformis yang sejati berpakaian dan berperilaku tidak peduli
apakah konvensional atau tidak konvesional karena dengan cara itulah mereka
merasa nyaman. Itu adalah cara mereka. Bukan untuk terkenal, berbeda atau
diberi label penentang.
Tingkatan yang mempengaruhi kita secara eksternal ada pada proporsi
langsung terhadap sikap konformis kita. Bersikap khawatir dan resah terhadap
sesuatu yang tidak sugguh-sungguh dan sepele, bahkan sampai dengan
mengenakan apa yang dipahami sebagai pakaian yang benar, mengemudikan
mobil yang benar dan tinggal di tempat berlindung yang pantas, merupakan
kepompong bagi kita dalam suatu budaya yang dipikirkan orang lain sebagai
yang terbaik bagi kita. Meniru tanpa banyak tanya mereka yang mengikuti jalur
yang membuat yakin merupakan satu-satunya jalan, telah mengabaikan
individualitas kita. Ketika melakukannya kita melepaskan kemampuan kita untuk
berinovasi dan kita sebaiknya menjadi peniru. Saya yakin bahwa non konformitas
atau konformitas diukur dari kreativitas atau kurangnya kreativitas kita. Makin
tidak masuk akal ide kita, makin nonkonformitis diri kita. Dalam istilah
nonkonformitis yang kreatif, Einstein; ‘Jika, pada awalnya, suatu ide tidaklah
mustahil, maka tidak ada harapan untuk itu.
8. Keberanian : Kekuatan Yang Sejati
Ketika Anda memiliki keberanian terhadap pendirian Anda dan kebe-
ranian untuk menjadi diri Anda sendiri dan mengikuti jalan yang Anda percayai
sebagai yang terbaik, kekuatan Anda yang sejati berkembang secara alami. Pada
pekerjaan sebelumnya, saya beradu pendapat melawan analisis SWOT yang
umum digunakan, sebagai gantinya saya memperkenalkan analisis SOM. Analiss
SWOT digunakan secara umum dalam organisasi umum dalam organisasi bisnis.
Di dalamnya, Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman ditinjau ulang dan
diperhatikan, sementara kategori Kelemahan lebih diutamakan daripada apa yang
dianggap sebagai kekuatan. Setiap laporan akan menekankan lebih pada yang
pertama daripada yang terakhir secara sungguh-sungguh, sekalipun salah
pedoman, kepercayaan bahwa sesuatu yang salah haruslah menjadi perhatian.
Karena adanya kecenderungan ini, analisis SWOT lebih tepat disebut
sebagai Tes yang hanya mencari kelemahan. Lebih banyak waktu dihabiskan
dengan pegawai sales mengenai target penjualan yang tidak dicapainya dibanding
dengan mereka yang berhasil memenuhinya dengan sukses. Cara paling efektif
untuk mengembangkan dan pelang adalah dengan mengabaikan hal-hal lainnya.
Dengan merapikan analisis Kekuatan, Peluang dan Manfaat, SOM akan
memfokuskan perhatian Anda hanya pada elemen yang penting. Ingatlah, para
atlit memastikan bahwa mereka berlatih hanya pada apa yang mereka dapat
lakukan dengan baik. Dalam melakukannya, mereka mengingat apa yang bisa
mereka lakukan, dan bukannya apa yang tidak bisa lakukan. Melakukan analisis
SOM untuk maju daripada analisis SWOT untuk mundur memungkinkan Anda
untuk menemukan di mana Anda memiliki kemampuan yang baik melakukan
lebih dari itu ; dan menemukan di bagian mana Anda tidak dapat melakukan
dengan baik sehingga Anda dapat berhenti melakukannya.
9. Intuitif : Keputusan Yang Sesungguhnya
Suatu keputusan yang nyata merupakan sesuatu yang sangat penting.
Bukan apa yang anda, Anda makan, ke mana Anda akan pergi atau bahkan, mobil
apa yang akan Anda beli. Keputusan yang sesungguhnya adalah sesuatu yang
mempengaruhi masa depan dan keberhasilan Anda dan juga orag lain. Sedikit
orang akan berpendapat bahwa salah satu kemampuan yang terpenting dalam
bisnis adalah untuk maju bersama dengan yang lain. Saya percaya bahwa itu
sama pentingnya dengan membuat keputusan yang benar ‘Tentu saja demikian!
dapat saya bayangkan Anda berkata kepada diri Anda sendiri. Hidup ini akan
menjadi sempurna yang kita harapkan jika ini yang terjadi. Namun membuat
keputusan yang sulit, apalagi selalu membuat keputusan yang benar. Saya
berpendapat, setiap dari kita dapat belajar bagaimana untuk menjadi intuitif
sampai pada titik saat kita harus membuat sesuatu keputusan yang sangat penting,
baik besar maupun kecil, dengan latihan bertahap untuk menjadi yang terbaik.
Intuisi adalah suatu keputusan yang kita semua miliki sejak lahir, seperti
kemampuan untuk bernafas dan makan. Ketika kita mengenali bimbingan intuitif
kita, keputusan kita selalu benar. Suatu hal yang mengejutkan bahwa banyak dari
kita tidak bernafas ataupun makan dengan tetap.
10. Efektif Secara Mengejutkan
Walaupun keputusan sesungguhnya yang mula-mula adalah untuk
mengambil sekolah hukum, karena dia percaya itulah yang diharapkannya dan
dengan gelar Stanford secara logis benar; Carly Florina keluar dari sekolah
hukum setelah beberapa bulan karena baginya itu tidak terasa benar dan tidak
sepenuhnya benar. Bahkann tanpa pernah membayangkan karier di bidang bisnis
karena besar di lingkungan akademik, Carly bergabung dengan perusahaan
broker investasi di bidang real-estate, Marcus & Milichap sebagai resepsionis.
Kantornya berseberangan dengan kantor pusat Hewlett Packard. Dia mempelajari
dasar-dasar perdagangan selama satu tahun dan kemudian pergi ke Italia untuk
mengajar bahasa Inggris. Dia kemudian memutuskan bahwa sekolah bisnis
adalah yang paling tepat untuknya.”Memilih sekolah bisnis merupakan hal
mengejutkan namun sepenuhnya tepat bagi saya, ’katanya.” jangan biarkan
pilihan-pilihan melumpuhkan Anda. Buatlah keputusan karena itu terdengar dan
terasa benar, dan pilihlah apa yang akan terjadi.
11. Kesabaran: Hubungan Yang Sesungguhnya
Manusia memiliki keunikan, dalam menempatkan batasan waktu bagi
suatu hasil yang diinginkannya dalam hidup, khususnya berkaitan dengan relasi.
Tentu saja, mudah bersikap sabar terhadap sesuatu yang ihasilnya sudah tentu,
karena dalam kepastian, hanya sedikit ruang untuk kecemasan. Terdapat
hubungan langsung yang berkaitan antara kesabaran dan kepastian, sebanyak
antara ketidaksabaran dan keraguan. Semakin Anda tidak sabar untuk sesuatu
berjalan sesuai kehendak Anda, semakin Anda bertanya-tanya apakah akan
terjadi demikian. Kapanpun Anda mempertanyakan suatu ide intuitif yang Anda
percayai benar, pertanyaan Anda menyebabkan meningkatnya keraguan sampai
Anda berpikir bahwa ide itu tidak tidak masuk akal dan kemudian mengabaikan
atau mengulurnya hingga sesuai dengan batasan rasional Anda. Sekalipun ide
tersebut benar dalam rasio Anda, terpengaruh oleh ketidaksabaran Anda untuk
mencapai apa yang Anda inginkan, akan tampak sebagai ide yang salah atau jalan
yang terlalu lambat untuk apa yang Anda inginkan. Bersikap sabar membutuhkan
keyakinan.
12. Satu Langkah Pada Setiap Waktu
Kesabaran merupakan kunci dasar, baik dalam membangun maupun
mempertahankan hubungan. Ketidaksabaran merupakan pembalasan keadilan
dari relasi dengan relasi konsumen.Kita membangun keyakinan yang lebih besar
ketika kita belajar untuk bekerja dengan sabar dalam proses apa yang kita
kerjakan daripada bersikap tidak sabar menunggu hasil dari usaha kita

13. Mendengarkan: Pasar Yang Sesungguhnya


Pemasaran adalah istilah yang pada mulanya dimaksudkan untuk
memberikan gambaran bagaimana keberhasilan suatu bisnis bergantung
sepenuhnya pada sesuatu di luar dirinya. Pemasaran mengajarkan, jika kita
mendengarkan perekonomian, masyarakat, dan konsumen, kita dapat
menggunakan informasi tersebut untuk menentukan strategi internal. Anehnya
pemasaran sangat jarang digunakan untuk hal ini. Bukan berarti ‘siapakah
konsumen kita, pemasaran telah menjadi sekadar alat pendukung penjualan
dengan bertanya bagaimana kita dapat menjual lebih banyak yang kita inginkan.
Dengan telah beralihnya kita dari budaya menjual produk menjadi melayani
konsumen, sekarang menjadi lebih penting untuk mendengarkan pasar kita dan
menentukan apa yang mereka inginkan dibanding masa-masa sebelumnya.
Mendengarkan merupakan suatu hal vital dalam bisnis, khususnya dalam
tiga area utama, namun jarang kita menyedia kan waktu untuk mereka satu
persatu. Area pertama berkaitan dengan siapa saja yang memiliki tanggung jawab
besar untuk mengerjakannya. Area kedua adalah siapa saja yang terlibat dalam
suatu posisi tanggung jawab seharusnya selalu memiliki kemauan untuk
mendengarkan ide dan pemikiran kolega-koleganya. Area ketiga berkaitan
dengan mendengarkan menggunakan suatu cara hingga Anda mampu menyadari
pada pasar riil semacam apa kita seharusnya lebih memfokuskan diri, bahkan bila
hal itu bertentangan dengan para analis. Memahami pasar Anda yang
sesungguhnya dalam mendengarkan apa yang diinginkan akan tampak seperti
sesuatu yang sudah sewajarnya, namun sudah pasti bukan kegiatan yang biasa
dilakukan
14. Antusiasme : Komunikasi Yang Sesungguhnya
Manusia dilahirkan dengan cara pandang yang optimis atau positif, na-
mun pesimisme atau pandangan-pandangan negatif sering kali memungkinkan
untuk dikedepankan. Pesimisme datang dan kekecewaan, dari suatu impresi
buruk yang terbentuk karena rintangan yang terjadi di masa lalu. Mungkin
pesimisme menunjukkan kehati-hatian dan pengalaman, namun yang baik adalah
untuk berpikir hanya pada kesulitan macam apa yang dapat terjadi di depan kita?
Efek psikologis dan optimisme adalah dia membantu pencapaian keberhasilan.
Bagi individu yang optimistik, tidak masalah bila sesuatu tidak berjalan
sebagaimana yang diharapkan, mereka akan tetap mengambil kesempatan itu.
Karena hidup adalah suatu kesempatan dan penawaran macam itu menjanjikan
penguasaan, bukan penarikan diri daripadanya. Banyak orang memperpanjang
situasi sulit dengan mengisinya dengan pemikiran-pemikiran pesimistik. Mereka
secara tidak sengaja melakukannya hingga kondisinya menjadi begitu nyata
sehingga ketiadaan hal itu menjadi tampak tidak alami/normal. Mereka percaya
keadaan yang mereka alami normal bagi mereka, bahwa penderitaan macam itu
adalah bagian dan hidup mereka. Seorang yang optimis akan secara alami
membantu mereka yang tenggelam dalam ketakutan atau kekecewaan. Seorang
pesimis, kebalikannya apabila menemui orang semacam ini akan semakin
menenggelamkan mereka lebih dalam lagi ke dalam keputusasaan mereka.
Seorang pesimis hanyalah seorang yang tidak kondusif dalam berko-
munikasi dengan orang lain. Namun demikian, banyak orang tampak lebih
memilih mereka daripada orang-orang yang terlalu antusias. Memiliki
kecenderungan untuk memecahkan gelembung harapan orang lain kanena sikap
terlalu antusias mereka, hampir merupakan bentuk perlakuan yang kejam.
Mengatakan sesuatu yang pernah suatu kali dikatakan kepada kita memiliki
pengaruh yang sama kepada orang lain, sama seperti yang pernah kita alami.
Antusiasme, sebagai contoh, yang dirasakan oleh karyawan baru ketika pertama
kali bekerja seharusnya tidak dipadamkan. Sekalipun begitu setiap hari dilakukan
di tak terhitung banyaknya kantor, dengan alasan mengajarkan realita.
Optimisme dan antusiasme berjalan seining. Keduanya saling membantu.
Tidak mungkin ada seorang yang pesimis sekaligus antusias. Antusiasme satu
orang akan berbeda dengan yang lain, namun kita akan mengenali ketika orang
lain memilikinya. Dia bergairah dalam apa yang mereka kerjakan, dan keyakinan
mereka menular kepada yang lain. Kita secara magis tertarik kepada orang yang
memunculkan antusiasme yang alami. Kita harus bertanya pada diri sendiri
secara teratur seberapa antusias kita berpikir tentang apa yang kita kerjakan,
karena itulah yang menjadi dasar kita untuk mengkomunikasikannya kepada
yang lain.
Dibandingkan dengan Billy Graham dengan kotbah sucinya, CEO dan
Cisco System, John Chambers, secara antusias mengkomunikasikan visi dan
strateginya dan orang-orang mengikutinya. Ketika saya pertama kali mendengar
ia menyampaikan, saya langsung tertarik. Begitu banyak penghargaan yang
menjelaskan keberhasilannya. Dalam hal kepemimpinan, Chambers telah
menerima julukan CEO of the year (Worth), Best Boss in America (20/20), Best
Industry Leader (US Internet Council) dan Mr. Internet (Business Week),
sebagian dan berbagai terbitan periodik yang terkenal. Lebih penting lagi, Cisco
telah disebut sebagai perusahaan yang paling dinamis di Amerika Serikat
(Forbes), ranking ke-3 tempat kerja terbaik, dan ranking ke-3 perusahaan yang
paling dipuja di Amerika Serikat (Fortune), perusahaan nomor 1 sebagai tempat
kerja di Inggris (The Sunday Times), adalah beberapa di antaranya. Dalam lima
tahun Chambers mengembangkan organisasinya dan keuntungan tahunan di
bawah $2 miliar menjadi $20 miliar dan memenangkan penghargaan tambahan
sebagai perusahaan di Amerika Serikat yang paling cepat meraih kapitalisasi
pasar sebesar $500 miliar.
Antusiasme orang-orang Cisco menempatkannya sebagai perusahaan
nomor satu di Inggris. Cisco menerapkan kepemimpinan wirausaha dengan
memberikan kepercayaan pada orang-orangnya dengan pola kerja yang sangat
fleksibel dan gaya manajemen hands-off Seratus persen para stafnya dilaporkan
selalu memiliki kesediaan untuk melakukan lebih banyak untuk memastikan
pekerjaannya selesai. Sesungguhnya, kebanyakan orang yang baru direkrut
datang dan referensi pegawai saat ini karena begitu antusiasnya mereka terhadap
perusahaan mereka. Baik visi maupun strategi telah dikomunikasikan dan
disebarluaskan kepada setiap tingkatan organisasi. Mengkomunikasikan pesan
yang sesungguhnya baik kepada orang-orang dalam organisasi maupun kepada
konsumen merupakan salah satu tantangan terbesar dan bisnis, namun sangat
penting bagi fokus bersama. Ambisi Chambers terhadap Cisco System adalah
untuk menumbuhkan Net pada tulang punggung semua komunikasi, mengubah
cara orang bekerja, bermain, hidup dan belajar. Budaya yang dihargainya di
Cisco menghadiahkan waktu bagi konsumen dan menyumbang sesuatu bagi
keberhasilan mereka. Dia telah membuktikan bahwa hadiah semacam itu dapat
dicapai dengan menambahkan gairah untuk melakukannya kepada semua orang
di dalam organisasi. Adalah hal yang kecil, bagi saya, yang mencerminkan
hakikat budaya. Secara khusus saya selalu sangat peka terhadap perlakuan yang
dibenikan oleh resepsionis terhadap konsumen sebagai cermin seperti apa budaya
perusahaan tersebut. Resepsionis di Cisco demikian antusias tenhadap pekerjaan
mereka sehingga mereka datang lebih pagi daripada yang diperlukan untuk
menyiapkan kopi menyambut tamu. Antusiasme, seperti juga pesimisme dalam
organisasi sangat menular, digandakan dan dikomunikasikan seperti kobaran api
liar. Sesungguhnya, berita buruk bahkan lebih cepat menyebar. Oleh karena itu
sangatlah penting bahwa orang-orang yang duduk di belakang meja diperlakukan
dengan cana yang sama dengan konsumen yang berdini di depan meja. Untuk
mewujudkan hal ini secara efektif, diperlukan tindakan untuk melayani orang-
orang Anda sebagaimana Anda melayani konsumen. Diperlukan juga kegiatan
merekrut dan memiliki orang-orang yang akan disukai oleh konsumen Anda.
Pada gilirannya, dibutuhkan juga bahwa baik orang-orang baru dan yang lama
harus mencintai pekerjaan mereka. Jika tidak demikian, mereka menghalangi
keberhasilan organisasi. Ketika orang-orang melakukan pekerjaan mereka hanya
demi mendapatkan ‘pensiun’, mereka akan kekurangan antusiasme untuk
menindaklanjuti visi dengan gairah.
Suatu hal mustahil bagi CEO Steve Ballmer dan Microsoft untuk
menyembunyikan keinginan mendalamnya ketika bicara dengan orangorangnya.
Dia dikenal sering mengawali presentasinya dengan pernyataan mendalam betapa
besar cintanya pada perusahaan. Banyak ketidakraguan yang di luar konteks yang
membuat antusiasmenya tampak membingungkan, namun faktanya adalah bahwa
loyalitasnya terhadap orangorangnya jelas terlihat.
Dengan meluangkan waktu bersama Managing Director Microsoft
Inggris, Neil Holloway, saya melihat jelas level antusiasmenya yang tinggi untuk
dicatat. Neil mencintai apa yang dia lakukan sekaligus mengenali tanggung
jawabnya yang besar terhadap peran dalam kariernya dalam melayani baik orang-
orangnya maupun konsumen. ‘Setiap peran yang menuntut tanggung jawab dapat
dilaksanakan secara lebih efektif dengan antusiasme dibandingkan jika tidak,’
katanya pada saya. ‘Pesan Anda mungkin tidak selalu dimengerti pada awalnya,
namun cara Anda mengatakannya, itu yang akan dimengerti.’ Orang-orang me-
ngenali ketidaktulusan. Ketika Anda benar-benar mempercayai apa yang Anda
lakukan, antusiasme Anda akan secara alamiah menandakannya.
Suatu hal mustahil untuk memaksa orang mengembangkan antusiasme
karena itu datang dan dalam diri sendiri. Namun ketika orang merasa menjadi
bagian dan sesuatu yang menggairahkan, secara ‘alamiah’ mereka menjadi
antusias. Penting untuk melakukan apa yang Anda cintai dan jika Anda merasa
tidak yakin akan hal itu, setidaknya belajarlah untuk mencintai apa yang Anda
kerjakan. Jika apa yang sekarang Anda kerjakan tidak menggairahkan bagi Anda,
maka buatlah keputusan untuk menemukan alasannya, dan jika perlu
menyesuaikan peran Anda, atau keluar dan lakukan sesuatu yang sungguh-
sungguh menimbulkan antusiasme Anda.
Dengan demikian, satu-satunya pertanyaan untuk diajukan adalah: apakah
Anda membiarkan diri Anda memberikan yang terbaik dan kemampuan Anda?
Ini sangat penting karena kita harus belajar untuk melayani diri kita terlebih
dahulu. Jika tidak, bagaimana kita dapat belajar untuk melayani orang lain secana
efektif? Ini bukan berarti mendahulukan kepentingan kita, melainkan
menempatkan din kita dalam urutan awal. Tidaklah pada tempatnya untuk
mengeluh tentang jalanan jika rumah Anda sendiri tidak pada tidak teratur.
16. Layanan: Tindakan Yang Sesungguhnya
Setiap orang mengetahui betapa pentingnya layanan pelanggan. Setiap
orang berpikir bahwa mreka mengetahui layanan sebaik apa yang dibutuhkan.
Walaupun begitu, persepsi konsumenlah yang benar-benar harus diperhitungkan.
Memahami persepsi konsumen terhadap Anda, produk Anda, layanan Anda, dan
bisnis Anda merupakan kunci untuk membangun hubungan jangka panjang dan
keberhasilan dalam menum -buhkan penjualan. Meskipun demikian, kecuali kita
mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan pelanggan, kita akan dapat
memaksimalkan nilai yang kita bentuk dari kesempatan memiliki konsumen.
Mendapatkan masukan dari konsumen sama pentingnya dengan menerima
masukan tentang diri kita. Itu membantu kita mengevaluasi tindakan nyata yang
diperlukan. Lebih spesifik lagi, ini berarti :
Melakukan apa yang Anda lakukan
Melakukan jika Anda mengatakan Anda akan melakukannya
Melakukan pada kesempatan pertama
Menyelesaikan dengan tepat waktu
Menempatkan diri Anda sesuai kebutuhan konsumen Anda
Memperhatikan secara sungguh-sungguh konsumen Anda
Cara terbaik untuk menguji suatu layanan tentu saja dengan langsung
menggunakannya. Saya mengunjungi banyak toko Carphone Warehouse dan
merasa terkejut bahwa mereka memenuhi apa yang dijanjikannya. Saya
katakan terkejut karena layanan di Inggris biasanya tidak pernah ada.
Sayangnya, terlalu banyak banyak bisnis gagal menyampaikan apa yang
mereka janjikan, di luar inisiatif yang murni untuk meningkatkan layanan
konsumen.
Dalam setiap bisnis wirausaha yang mengalami keberhasilan yang
pernah saya temukan atau bekerja sama dengan, kriteria yang mendasar tetap sama.
Pikirkan layanan, lakukan layanan dan tindaklanjuti layanan untuk menghasilkan
hadiah. Ya, produk atau ide haruslah menciptakan nilai tambah, namun juga
layanan supaya keberhasilan itu dapat bertahan. Kepemimpinan wirausaha
melibatkan penciptaan nilai melalui layanan sebanyak melalui kesempatan/peluang.
Ada 3 komponen utama yang tercakup dalam kepemim pinan:
1) Kepemimpinan melibatkan orang lain seperti bawahan atau para pengikut.
Seorang wirausaha akan berhasil apabila dia berhasil memimpin karyawannya
yang mau bekerjasama dengan dia untuk memajukan perusahaan.
2) Kepemimpinan menyangkut distribusi kekuasaan. Para wirausaha mempunyai
otoritas untuk memberikan sebagian kekuasaan kepada karyawan atau seorang
karyawan diangkat menjadi pemimpin pada bagian-bagian tertentu. Dalam hal
ini seorang wirausaha telah membagikan kekuasaannya kepada karyawan lain
untuk bertindak atas nama dia. Selanjutnya segala macam informasi sebagai
hasil dari pengawasan dan pelaksanaan pekerjaan dapat dimonitor oleh
pimpinan.
3) Kepemimpinan menyangkut penanaman pengaruh dalam rangka mengarahkan
para bawahan. Seorang wirausaha tidak hanya mengatakan apa yang harus
dikerjakan oleh karyawan tetapi juga harus mampu karyawan untuk berperilaku
dan bertindak untuk memajukan perusahaan.
Memimpin tidaklah sama dengan mengelola (manage). Walaupun
beberapa wiraswastawan adalah seorang pemimpin dan beberapa pemimpin adalah
wiraswastawan, memimpin dan mengelola bukanlah merupakan aktivitas yang
identik. Kepemimpinan adalah bagian dari manajemen. Pengelolaan (manage)
adalah bidang yang lebih luas dibandingkan memimpin dan dipusatkan pada
masalah perilaku maupun non perilaku. Kepemimpinan terutama ditekankan pada
isu perilaku.
Pendekatan perilaku kepemimpinan menganggap bahwa pemimpin
yang baik adalah dilahirkan dan buakannya diciptakan. Pemimpin yang berhasil
cenderung memiliki karakteristik berikut : (1).Kecerdasan, termasuk kemampuan
menilai dan verbal. (2).Prestasi dimasa lalu dalam bidang pendidikan dan olah
raga.(3).Kematangan dan stabilitas emosional (4).Ketergantungan, ketekunan, dan
dorongan untuk mencapai prestasi yang berkesinambungan. (5). Ketrampilan untuk
berprestasi secara sosial dan beradaptasi dengan berbagai kelompok (6). Keinginan
untuk menggapai status posisi sosial ekonomi. Selanjutnya kepemimpinan juga
mempunyai karakter masing-masing hal tersebut dapat penulis gambarkan sebagai
berikut :

Gaya kepempinan Kemampuan memimpin

Sifat kepempinan Lingkungan

Karakter Pepempinan Wirausaha

Kebiasaan Keluarga

Pendidikan Pengalaman

Gambar 13. : Karakter Kepemimpinan Wirausaha

E. CONTOH KASUS
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk mendiskreditkan siapapun yang
memainkan peran kekuasaan saat ini, melainkan sebagai sarana mawas diri guna
perbaikan perilaku kepemimpinan nasional agar mampu membawa bangsa
Indonesia kejaman baru yang penuh persaingan. Di bawah ini fenomena yang
dapat ditangkap, dirasakan, dilihat dan didengar
Terjadi degradasi perilaku kepemimpinan nasional, yang ditandai dengan
maraknya ; saling hujat, saling fitnah, provokasi, agitasi para pengikutnya,
pengingkaran kebenaran, saling jegal, menjadi pengadu domba, menjadikan
massa pengikutnya setia sampai mati tanpa peduli kebenaran, keadilan dan
budaya, pokoknya membalas lawan tanpa etika, menjadi pemimpin kharismatik
yang memiliki pengikut fanatik. Para pemimpin sebagian besar tidak mencegah
pengikut nya melakukan pelanggaran : konstitusi, norma agama, adat, sosial dan
etika profesi. Bahkan norma dan tata pergaulan dunia/keprotokolan diterjang
tanpa malu. Tidak peka (sensitive) terhadap aspirasi masyarakat, bahwa rakyat
memerlukan ketenteraman, kenyamanan dan keadilan bukan wacana politik yang
terus meruncing. Tidak melakukan pendidikan politik bagi para pengikutnya,
dibuktikan dengan pemahaman yang sempit terhadap keputusan politik seperti ;
memorandum, penyelesaian GAM, OPM dll.
Setelah duduk diberbagai jabatan negara ternyata masih memposisikan
diri sebagai utusan golongan, parpol dan kelompoknya, sehingga kepekaan rasa
nasionalismenya tipis. Bahkan cenderung primodial, etnosentris dan tidak
berusaha menjadi politikus maupun negarawan multicultural atau kosmopolitan.
Paradigma dan mind-set yang kolusif, nepotis dan koruptif semakin menjadi.
Konon melebihi tindak penyimpangan di jaman ORBA yang dikecam dan
dijadikan agenda reformasi untuk diberantas,
Keteladanan berperilaku ; ucapan, pernyataan, diplomasi dan
penyelesaian masalah mendasar yang dihadapi bangsa kurang. Sense-of crisis
hampir-hampir punah karena dominasi kepentingan (interest) pribadi, kelompok,
partai dan golongan, bisnis dan rasis. Tidak dapat membedakan tindakan tegas
terhadap pelanggaran kedaulatan negara dengan tindakan pelanggaran HAM,
adanya pro dan kontra penindakan terhadap pemberon tak dan kaum separatis.
Para pemimpin yang bertanggung jawab seolah tak perduli, tapi justru
mengomentari bidang tugas pemimpin lain yang tak ada sangkut paut dengan
kepemimpinannya.
Para pemimpin partai-partai, orsospol, LSM dan OKP, membungkus
aktifitas politik dengan nuansa keagamaan yang cenderung memicu pertikaian
antar etnik, antar sesama warga masyarakat, bahkan sesama penganut agama
namun berbeda aliran politik. Dengan demikian rakyat awam sulit membedakan
dengan akal rasionya mana kegiatan agama atau politik.
Keberagaman tingkat pendidikan formal, jurusan / profesionalisme dan
legalisasi kerancuan profesionalitas dalam kepemimpinan negara ditingkat atas /
Kabinet dengan mendudukkan menteri yang tak sesuai dengan bidang keahlian
dan keprofesionalan. Ingat konstitusi mengharuskan berdirinya Kabinet Ahli
bukan koalisi, aliansi ataupun pelangi, indikator kualitas perilaku kepemimpinan
diatas membawa bangsa dan negara dalam krisis kepercayaan dan perangkap
dunia (global trap) yang sangat parah, konon mendudukkan Indonesia diperingkat
130-an kualitas SDM di dunia.
F. Kepemimpinan Menurut Islam
Dalam Agama islam terdapat beberapa tugas seorang pemimpin, sesuai
dengan hadis Rasulullah SAW.
1. Tanggung Jawab
Ibn umar r.a berkata : saya telah mendengar rasulullah saw bersabda : setiap
orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas
kepemimpinannnya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban
perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga
yang dipimpinnya. Seorang isteri yang memelihara rumah tangga suaminya akan
ditanya perihal tanggungjawab dan tugasnya. Bahkan seorang pembantu/pekerja
rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya juga akan
ditanya dari hal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan
ditanya (diminta pertanggungan jawab) dari hal-hal yang dipimpinnya. (buchary,
muslim)
Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa : Pada dasarnya, hadits di atas
berbicara tentang etika kepemimpinan dalam islam. Dalam hadits ini dijelaskan
bahwa etika paling pokok dalam kepemimpinan adalah tanggung jawab. Semua
orang yang hidup di muka bumi ini disebut sebagai pemimpin. Karenanya,
sebagai pemimpin, mereka semua memikul tanggung jawab, sekurang-kurangnya
terhadap dirinya sendiri. Seorang suami bertanggung jawab atas istrinya, seorang
bapak bertangung jawab kepada anak-anaknya, seorang majikan betanggung
jawab kepada pekerjanya, seorang atasan bertanggung jawab kepada
bawahannya, dan seorang presiden, bupati, gubernur bertanggung jawab kepada
rakyat yang dipimpinnya, dst.
Akan tetapi, tanggung jawab di sini bukan semata-mata bermakna
melaksanakan tugas lalu setelah itu selesai dan tidak menyisakan dampak (atsar)
bagi yang dipimpin. Melainkan lebih dari itu, yang dimaksud tanggung jawab di
sini adalah lebih berarti upaya seorang pemimpin untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi pihak yang dipimpin. Karena kata ra ‘a sendiri secara bahasa
bermakna gembala dan kata ra-‘in berarti pengembala. Ibarat pengembala, ia
harus merawat, memberi makan dan mencarikan tempat berteduh binatang
gembalanya. Singkatnya, seorang penggembala bertanggung jawab untuk
mensejahterakan binatang gembalanya.
Tapi cerita gembala hanyalah sebuah tamsil, dan manusia tentu berbeda
dengan binatang, sehingga menggembala manusia tidak sama dengan
menggembala binatang. Anugerah akal budi yang diberikan allah kepada manusia
merupakan kelebihan tersendiri bagi manusia untuk mengembalakan dirinya
sendiri, tanpa harus mengantungkan hidupnya kepada penggembala lain.
Karenanya, pertama-tama yang disampaikan oleh hadits di atas adalah bahwa
setiap manusia adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas kesejahteraan
dirinya sendiri. Atau denga kata lain, seseorang mesti bertanggung jawab untuk
mencari makan atau menghidupi dirinya sendiri, tanpa mengantungkan hidupnya
kepada orang lain
Dengan demikian, karena hakekat kepemimpinan adalah tanggung
jawab dan wujud tanggung jawab adalah kesejahteraan, maka bila orang tua
hanya sekedar memberi makan anak-anaknya tetapi tidak memenuhi standar gizi
serta kebutuhan pendidikannya tidak dipenuhi, maka hal itu masih jauh dari
makna tanggung jawab yang sebenarnya. Demikian pula bila seorang majikan
memberikan gaji PRT (pekerja rumah tangga) di bawah standar ump (upah
minimum provinsi), maka majikan tersebut belum bisa dikatakan bertanggung
jawab. Begitu pula bila seorang pemimpin, katakanlah presiden, dalam
memimpin negerinya hanya sebatas menjadi “pemerintah” saja, namun tidak ada
upaya serius untuk mengangkat rakyatnya dari jurang kemiskinan menuju
kesejahteraan, maka presiden tersebut belum bisa dikatakan telah bertanggung
jawab. Karena tanggung jawab seorang presiden harus diwujudkan dalam bentuk
kebijakan yang berpihak pada rakyat kecil dan kaum miskin, bukannya berpihak
pada konglomerat dan teman-teman dekat. Oleh sebab itu, bila keadaan sebuah
bangsa masih jauh dari standar kesejahteraan, maka tanggung jawab
pemimpinnya masih perlu dipertanyakan.
2. Hukuman bagi pemimpin yang menipu rakyat
Abu ja’la (ma’qil) bin jasar r.a berkata: saya telah mendengar rasulullah saw
bersabda: tiada seorang yang diamanati oleh allah memimpin rakyat kemudian
ketika ia mati ia masih menipu rakyatnya, melainkan pasti allah mengharamkan
baginya surga. (buchary, muslim)
Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa : Kejujuran adalah modal yang
paling mendasar dalam sebuah kepemimpinan. Tanpa kejujuran, kepemimpinan
ibarat bangunan tanpa fondasi, dari luar nampak megah namun di dalamnya
rapuh dan tak bisa bertahan lama. Begitu pula dengan kepemimpinan, bila tidak
didasarkan atas kejujuran orang-orang yang terlibat di dalamnya, maka jangan
harap kepemimpinan itu akan berjalan dengan baik. Namun kejujuran di sini
tidak bisa hanya mengandalakan pada satu orang saja, kepada pemimpin saja
misalkan. Akan tetapi semua komponen yang terlibat di dalamnya, baik itu
pemimpinnya, pembantunya, staf-stafnya, hingga struktur yang paling bawah
dalam kepemimpnan ini, semisal tukang sapunya, harus menjunjung tinggi nilai-
nilai kejujuran. Hal itu karena tidak sedikit dalam sebuah kepemimpinan, atau
sebuah organisasi, terdapat pihak yang jujur namun juga terdapat pihak yang
tidak jujur. Bila pemimpinnya jujur namun staf-stafnya tidak jujur, maka
kepemimpinan itu juga akan rapuh. Begitu pula sebaliknya.
Namun secara garis besar, yang sangat ditekankan dalam hadis ini
adalah seorang pemimpin harus memberikan suri tauladan yang baik kepada
pihak-pihak yang dipimpinnya. Suri tauladan ini tentunya harus diwujudkan
dalam bentuk kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan pemimpin yang
tidak menipu dan melukai hati rakyatnya. Pemimpin yang menipu dan melukai
hati rakyat, dalam hadis ini disebutkan, diharamkan oleh allah untuk
mengninjakkan kaki si sorga. Meski hukuman ini nampak kurang kejam, karena
hanya hukuman di akhirat dan tidak menyertakan hukuman di dunia, namun
sebenarnya hukuman “haram masuk sorga” ini mencerminkan betapa murkanya
allah terhadap pemimpin yang tidak jujur dan suka menipu rakayat.
( http://pompysyaiful.com/tsaqofah/40-hadits-tentang-pemimpin-dan-
penjelasanya.html)
3. Pemimpin dilarang bersikap birokratis
‘Aisjah r.a berkata : saya telah mendengar rasulullah saw bersabda di rumahku
ini : ya allah siapa yang menguasai sesuatu dari urusan umatku, lalu
mempersukar pada mereka, maka persukarlah baginya. Dan siapa yang
mengurusi umatku lalu berlemah lembut pada mereka, maka permudahlah
baginya. (hr. Muslim)
Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa :Hadis ini menerangkan tentang
larangan seorang pemimpin untuk bersikap arogan, elitis, represif dan birokratis
atau mempersulit urusan-urusan rakyatnya. Karena sebagaimana kita ketahui,
tidak sedikit pemimpin yang bersikap arogan dan mempersulit urusan-urusan
rakyatnya. Untuk mengurusi dokumen-dokumen kewarganegaraan saja misalkan,
seperti ktp, akta kelahiran, perijinan usaha, dsb, seorang rakyat harus melalui
tahapan-tahapan yang cukup rumit dan memakan waktu dan biaya yang tidak
sedikit.
Padahal, seorang pemimpin, menurut hadis ini, harus memberikan
pelayanan yang maksimal serta tidak menyulitkan warga atau rakyat. Bila semua
urusan itu bisa dipermudah kenapa harus dipersulit. Akibatnya, birokrasi yang
sejatinya bertujuan untuk mempermudah, berbalik menjadi mempersulit segala
urusan rakyat. Oleh sebab itu, bila sorang pemimpin suka mempersulit urusan
rakyatnya, maka niscaya allah akan mempersulit segala urusan dia baik di dunia
lebih-lebih di akhirat nanti.
4. Kontrak politik sebagai mekanisme kontrol terhadap pemimpin
Abu hurairah r.a berkata : rasulullah saw bersabda : dahulu bani israil selalu
dipimpin oleh nabi, tiap mati seorang nabi seorang nabi digantikan oleh nabi
lainnya, dan sesudah aku ini tidak ada nabi, dan akan terangkat sepeninggalku
beberapa khalifah. Bahkan akan bertambah banyak. Sahabat bertanya: ya
rasulullah apakah pesanmu kepada kami? Jawab nabi: tepatilah baiatmu (kontrak
politik) pada yang pertama, dan berikan kepada mereka haknya, dan mohonlah
kepada allah bagimu, maka allah akan menanya mereka dari hal apa yang
diamanatkan dalam memelihara hambanya.
Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa :Pada umumnya, kata bai’at
diartikan sebagai janji. Namun sebenarnya, kata bai’at berasal dari suku kata
bahasa arab ba-ya-‘a yang bermakna transaksi. Bila transaksi ini konteksnya
adalah ekonomi maka ia berarti jual beli yang kemudian dikenal dengan kata
kerja bu yu’ yang berarti terjadinya transaksi antara penjual dan pembeli. Akan
tetapi bila konteks kata tersebut adalah politik, maka yang dimaksud transaksi di
sini adalah sebuah perjanjian antar rakyat dan pemimpin. Karena itu, tak heran
bila rasul s.a.w senantiasa menekankan pentingnya bai’at dalam sebuah
kepemimpinan, dengan bai’at seorang pemimpin telah melakukan transaksi
politik yang menuntut pemenuhan atas point-poin yang menjadi ksepakatan
dalam transaksi mereka (pemimpin dan rakyat).
Akan tetapi, dalam konteks belakangan ini, kata bai’at mengalami
reduksi makna hanya sekedar sumpah jabatan yang biasanya bersifat pasif dan
tidak memberikan ruang tawar menawar politik antara rakyat dan pemimpin. Bila
kita melihat praktik sumpah jabatan di indonesia misalkan, sumpah jabatan
presiden hanya dibacakan secara sepihak antara mpr dan presiden namun tidak
menyisakan ruang negoisasi antara rakyat dan prsiden. Padahal, rakyat sebagai
pihak yang dipimpin seharusnya berhak membuat kesepakatan-kesepakatan
politik tertentu dengan presiden yang bila kesepakatan itu dilanggar maka jabatan
presidien dengan sendirinya akan gugur. Oleh sebab itu, agar sumpah jabatan ini
tidak sekedar menjadi ritual dalam setiap pemilihan presiden atau pemimpin
namun tidak memiliki dampak yang berarti dalam proses kepemimpinannnya,
maka kemudian kita mengenal apa yang dalam istilah politik disebut sebagai
“kontrak politik”.
Kontrak politik di sini mengandung pengertian sebuah ruang dimana
antara pemimpin dan rakyat melakukan “transaksi” dan membuat kesepakatan-
kesepakatan tertentu yang memilki resiko-resiko bila kedua belah pihak
melanggarnya. Kontrak politik, dalam hal ini tidak berbeda dengan ba’at dalam
istilah islam. Hanya saja, kontrak politik terjadi antara rakyat dan pemimpin
secara setara dan diketahui secara publik, tetapi bai’at dilakukan oleh rakyat,
pemimpin dan di atas keduanya ada tuhan sebagai saksi. Oleh sebab itu, bila kita
memaknai hadis di atas secara dalam dan kontekstual, maka kita dapat
menangkap pesan bahwa rasul s.a.w menekankan betapa pentingnya sebuah
kontrak politik dalam sebuah sistem kepemimpinan yang islami.
(http://pompysyai ful.com/tsaqofah/40-hadits-tentang-pemimpin-dan-
penjelasanya.html)
5. Pemimpin dilarang bersikap otoriter
‘Aidz bin amru r.a, ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata: hai
anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda: sesungguhnya sejahat-
jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter), maka janganlah kau tergolong
daripada mereka. (HR. Buchary, Muslim)
6.Pemimpin sebagai pelayan rakyat
Abu maryam al’ azdy r.a berkata kepada muawiyah: saya telah mendengar
rasulullah saw bersabda: siapa yang diserahi oleh allah mengatur kepentingan
kaum muslimin, yang kemdian ia sembunyi dari hajat kepentingan mereka, maka
allah akan menolak hajat kepentingan dan kebutuhannya pada hari qiyamat.
Maka kemudian muawiyah mengangkat seorang untuk melayani segala hajat
kebutuhan orang-orang (rakyat). (abu dawud, attirmidzy)
Hal itu dapat diperjelas sebagai berikut : Pemimpin sebagai pelayan dan
rakyat sebagai tuan. Itulah kira-kira yang hendak disampaikan oleh hadis di atas.
Meski tidak secara terang-terangan hadis di atas menyebutkan rakyat sebagai
tuan dan pemimpin sebagai pelayan, namun setidaknya hadis ini hendak
menegaskan bahwa islam memandang seorang pemimpin tidak lebih tinggi
statusnya dari rakyat, karena hakekat pemimpin ialah melayani kepentingan
rakyat. Sebagai seorang pelayan, ia tentu tidak beda dengan pelayan-pelayan
lainnya yang bertugas melayani kebutuhan-kebutuhan majikannya. Seorang
pelayan rumah tangga, misalkan, harus bertanggung jawab untuk melayani
kebutuhan majikannya. Demikian juga seorang pelayan kepentingan rakyat harus
bertanggung jawab untuk melayani seluruh kepentingan rakyatnya.
Dalam konteks indoensia, sosok “pelayan” yang bertugas untuk
memenuhi kepentingan “tuan” rakyat ini adalah Presiden, Menteri, DPR, MPR,
MA, Bupati, Walikota, Gubernur, Kepala Desa, dan semua birokrasi yang
mendukungnya. Mereka ini adalah orang-orang yang kita beri kepercayaan
(tentunya melalui pemilu) untuk mengurus segala kepentingan dan kebutuhan
kita sebagai rakyat. Karena itu, bila mereka tidak melaksanakan tugasnya sebagai
pelayan rakyat, maka kita sebagai “tuan” berhak untuk “memecat” mereka dari
jabatannya.
7. Pemimpin harus bersikap adil
Abu hurairah r.a: berkata: bersabda nabi saw: ada tujuh macam orang yang bakal
bernaung di bawah naungan allah, pada hati tiada naungan kecuali naungan allah:
Imam(pemimpin) yang adil, dan pemuda yang rajin ibadah kepada allah. Dan
orang yang hatinya selalu gandrung kepada masjid. Dan dua orang yang saling
kasih sayang karena allah, baik waktu berkumpul atau berpisah. Dan orang laki
yang diajak berzina oleh wanita bangsawan nan cantik, maka menolak dengan
kata: saya takut kepada allah. Dan orang yang sedekah dengan sembunyi-
sembunyi hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh
tangan kanannya. Dan orang berdzikir ingat pada allah sendirian hingga
mencucurkan air matanya. (buchary, muslim)
Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa : Meski hadis ini menjelaskan
tentang tujuh macam karakter orang yang dijamin keselamatannya oleh allah
nanti pada hari kiamat, namun yang sangat ditekankan oleh hadis ini adalah
karakter orang yang pertama, yaitu pemimpin yang adil. Bukannya kita
menyepelekan enam karakter sesudahnya, akan tetapi karakter pemimpin yang
adil memang menjadi tonggak bagi kemaslahatan seluruh umat manusia. Tanpa
pemimpin yang adil maka kehidupan ini akan terjebak ke dalam jurang
penderitaan yang cukup dalam.
Untuk melihat sejauh mana seorang peimimpin itu telah berlaku adil
terhadap rakyatnya adalah melalui keputusan-keputuasan dan kebijakan yang
dikeluarkannya. Bila seorang pemimpin menerapkan hukum secara sama dan
setara kepada semua warganya yang berbuat salah atau melanggar hukum, tanpa
tebang pilih, maka pemimpin itu bisa dikatakan telah berbuat adil. Namun
sebaliknya, bila pemimpin itu hanya menghukum sebagian orang (rakyat kecil)
tapi melindungi sebagian yang lain (elit/konglomerat), padahal mereka sama-
sama melanggar hukum, maka pemimpin itu telah berbuat dzalim dan jauh dari
perilaku yang adil.
8. Jaminan bagi pemimpin yang adil
Abdullah bin ‘amru bin al ‘ash r.a berkata: rasulullah saw bersabda:
sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil, kelak disisi Allah ditempatkan
diatas mimbar dari cahaya, ialah mereka yang adil dalam hukum terhadap
keluarga dan apa saja yang diserahkan (dikuasakan) kepada mereka. (muslim)
Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa : Bila hadis sebelumnya berbicara tentang
“garansi” allah atas pemimpin yang berbuat adil, maka hadis ini lebih mengulas
tentang “imbalan” bagi seorang pemimpin yang adil. Dalam hadis ini disebutkan
bahwa imbalan bagi pemimpin yang adil adalah kelak di sisi allah akan
ditempatkan di atas mimbar dari cahaya. Secara harfiyah, mimbar berarti sebuah
tempat khusus untuk orang-orang yang hendak berdakwah atau berceramah di
hadapan umum. Karenanya, mimbar jum’at biasanya mengacu pada sebuah tempat
khusus yang disediakan masjid untuk kepentingan khotib. Sementara cahaya adalah
sebuah sinar yang menerangi sebuah kehidupan. Kata cahaya biasanya mengacu
pada matahari sebagai penerang bumi, lampu sebagai penerang dari kegelapan, dsb.
Oleh sebab itu, kata mimbar dari cahaya di dalam hadis di atas tentu tidak serta
merta dimaknai secara harfiyah seperti mimbar yang dipenuhi hiasan lampu-lampu
yang bersinar terang, melainkan mimbar cahaya adalah sebuah metafor yang
menggambarkan sebuah posisi yang sangat terhormat di mata allah. Posisi itu
mencrminkan sebuah ketinggian status setinggi cahaya matahari.
9. Surga bagi pemimpin yang adil
Ijadl bin himar r.a berkata: saya telah mendengar rasulullah saw bersabda: orang-
orang ahli surga ada tiga macam: raja yang adil, mendapat taufiq hidayat ( dari
allah). Dan orang belas kasih lunak hati pada sanak kerabat dan orang muslim.
Dan orang miskin berkeluarga yang tetap menjaga kesopanan dan kehormatan
diri. (muslim).
Hal ini dapat dijelaskan bahwa : Bila yang pertama tadi allah akan
menjamin pemimpin yang berbuat adil dengan jaminan naungan rahmat dari
allah, dan hadis selanjutnya menjamin dengan jaminan mimbar yang terbuat dari
cahaya, maka jaminan yang ke tiga ini adalah jaminan sorga. Ketiga jaminan di
atas tentunya bukan sekedar jaminan biasa, melainkan semua jaminan itu
menunjukkan betapa islam sangat menekankan pentingnya sikap keadilan bagi
seorang peimimpin. Rasul s.a.w tidak mungkin memberikan jaminan begitu
tinggi kepada seseorang kecuali seseorang itu benar-benar dituntut untuk
melakukan hal yang sangat ditekankan dalam islam. Dan keadilan adalah perkara
penting yang sangat ditekankan dalam islam. Oleh karena itu, siapa yang
menjunjung tinggi keadilan, niscaya orang tersebut akan mendapat jaminan yang
tinggi dari islam (allah), baik di dunia, maupun di akhirat.
10. Batas-batas kepatuhan rakyat terhadap pemimpin
Ibn umar r.a berkata : bersabda nabi saw : seorang muslim wajib mendengar
dan ta’at pada pemerintahannya, dalam apa yang disetujui atau tidak disetujui,
kecuali jika diperintah maksiyat. Maka apabila disuruh maksiyat, maka tidak
wajib mendengar dan tidak wajib ta’at.
Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa : Hadits di atas menunjukkan
kepada kita bahwa kepatuhan seorang rakyat terhadap pemimpin tidaklah
mutlak. Ada batasan-batasan tertentu dimana seorang rakyat wajib ta’at dan
patuh dan ada pula saat dimana rakyat tidak perlu patuh, bahkan boleh berontak
atau melawan. Dalam hadis di atas, batasan-batasan kepatuhan terhadap
pemimpin itu adalah selama pimimpin tidak memerintahkan rakyatnya untuk
berbuat maksiyat. Lantas pertanyaanya, apa yang dimaksud dengan maksiyat
itu?
Secara bahasa maksiyat adalah berarti durhaka atau tidak ta’at kepada
Allah. Namun secara istilah, makna maksiyat cukup beragam. Karenanya,
adalah salah kaprah bila kita membatasi makna maksiyat hanya pada perkara-
perkara semacam pornografi dan pornoaksi, seperti yang dilakukan oleh
sekelompok orang yang mengatasnamakan islam dalam melakukan
pengrusakan tempat hiburan dengan dalih menghapus kemaksiyatan.
Padahal kemaksiyatan bukan hanya berada di tempat hiburan malam,
akan tetapi di kantor-kantor pemerintah justru lebih banyak kemaksiyatan
dalam bentuknya yang samar namun cukup memprihatinkan. Lihatlah misalnya
di kantor-kantor departemen, di ruang-ruang sidang para wakil rakyat, bahkan
di mesjid sekalipun, kita bisa menjumpai kemaksiyatan. Namun yang dimaksud
kemaksiyatan di sini tentunya bukan penari telanjang atau orang yang sedang
mabuk-mabukan, melainkan tindakan-tindakan yang mendurhakai Allah yang
dipertontonkan oleh para pemimpin kita, wakil rakyat kita dan bahkan ulama-
ulama kita. Bukankah korupsi, kolusi dan semua hal yang mengarah pada
ketidak jujuran dalam memimpin negeri ini serta mengeluarkan kebijakan yang
tidak berpihak pada rakyat kecil juga termasuk maksiyat. Bukan hanya itu,
seorang ulama yang pandai berkhutbah namun dia menjadi jurkam dari
pemimpin yang korup juga telah masuk dalam kategori berbuat maksiyat.
Bahkan tindakan yang tidak melindungi anak-anak terlantar, janda-janda tua
dan kaum miskin papa juga termasuk maksiyat karena semua itu merupakan
perintah Allah, dan bagi siapa yang tidak melaksanakan perintah allah maka dia
telah mendurhakai Allah, dan orang yang durhaka berarti berbuat maksiyat
kepada Allah.
Dengan demikian, kemaksiyatan yang tidak perlu dipatuhi seorang
rakayat terhadap pemimpinnya adalah kemaksiyatan dengan pengertiannya
yang cukup luas (mendurhakai allah) bukan saja kemaksiyatan yang berarti
sempit (seperti pornoaksi dan pornografi). Oleh sebab itu, dari hadits di atas
bisa kita simpulkan bahwa apabila pemimpin kita sudah tidak lagi memegang
prinsip-prinsip kejujuran serta tidak lagi berpihak pada kepentingan rakyat
kecil, maka batasan kepatuhan terhadap pemimpin tersebut sudah gugur dengan
sendirinya, karena pemimpin itu sendiri sudah termasuk kemaksiyatan yang
perlu untuk di hapuskan di muka bumi ini.
(http://pompysyaiful.com/tsaqofah/40-hadits-tentang-pemimpin-dan-
penjelasanya.html)

BAB X
RENCANA PEMASARAN

A. Ide Kewirausahaan
Seperti telah dikemukakan bahwa wirausaha dapat menambah nilai
suatu barang dan jasa melalui inovasi. Keberhasilan wirausaha dicapai apabila
wirausaha menggunakan produk, proses, dan jasa-jasa inovasi sebagai alat
untuk menggali perubahan. Oleh sebab itu, inovasi merupakan instrumen
penting untuk memberdayakan sumber-sumber agar menghasilkan sesuatu yang
baru dan menciptakan nilai. Ketangguhan kewirausahan sebagai penggerak
perekonomian terletak pada kreasi baru untuk menciptakan nilai secara terus-
menerus. Wirausahaan dapat menciptakan nilai dengan cara mengubah semua
tantangan menjadi peluang melalui ide-idenya dan akhirnya ia menjadi
pengendali usaha (business driven). Semua tantangan bisa menjadi peluang
apabila ada inovasi., misalnya menciptakan permintaan melalui penemuan baru.
Dengan penemuan baru para pengusaha (business innovation) perusahaan
mengendalikan pasar (market-driven), dan akhirnya membuat ketergantungan
konsumen kepada produsen. Dengan demikian, produsen tidak lagi tergantung
pada konsumen (seller-market) seperti falsafah pemasaran yang konvensional.
Menurut Zimmerer, ide-ide yang berasal dari wirausaha dapat
menciptakan peluang untuk memenuhi kebutuhan riil di pasar. Ide-ide itu
menciptakan nilai potensial di pasar sekaligus menjadi peluang usaha. Dalam
mengevaluasi ide untuk menciptakan nilai-nilai potensial (peluang usaha),
wirausaha perlu mengidentifikasi dan mengevaluasi semua resiko yang terjadi
dengan cara:
1. Pengurangan kemungkinan resiko melalui strategi yang proaktif.
2. Penyebaran resiko pada aspek yang paling mungkin.
3. Pengelolaan resiko yang mendatangkan nilai atau manfaat.
Ada resiko yang dapat dievaluasi, yaitu (1) resiko pasar atau resiko
persaingan, (2) resiko finansial, dan (3) resikoteknik. Resiko pasar terjadi
akibat adanya ketidakpastian pasar. Resiko finansial terjadi akibat rendahnya
hasil penjualan dan tingginya biaya. Resiko teknik terjadi sebagai akibat adanya
kegagalan teknik. Pada hakikatnya, ketidakpastian pasar terjadi akibat dari
berbagai faktor seperti lingkungan ekonomi, teknologi, demografi, dan sosial
politik.
Menurut Zimmerer (1996:82) kreativitas sering kali muncul dalam
bentuk ide-ide untuk menghasilkan barang dan jasa-jasa baru. Ide itu sendiri
bukan peluang dan tidak akan muncul bila wirausaha tidak mengadakan
evaluasi dan pengamatan secara terus menerus. Banyak ide yang betul-betul
asli, akan tetapi sebagian besar peluang tercipta ketika wirausaha memiliki cara
pandang baru terhadap ide yang lama. Pertanyaannya, bagaimana ide bisa
menjadi peluang ? Ada beberapa cara, antara lain:
1. Ide dapat digerakkan secara internal melalui perubahan cara-cara/ metode
yang lebih baik untuk melayani dan memuaskan pelanggan dalam
memenuhi kebutuhan.
2. Ide dapat dihasilkan dalam bentuk produk dan jasa baru.
3. Ide dapat dihasilkan dalam bentuk modifikasi bagaimana pekerjaan
dilakukan atau modifikasi cara melakukan suatu pekerjaan.
Hasil dari ide-ide tersebut secara keseluruhan adalah perubahan dalam
bentuk arahan atau petunjuk bagi perusahaan atau kreasi baru tentang barang
yang dihasilkan perusahaan. Banyak wirausaha yang berhasil bukan atas ide
sendiri tetapi hasil pengamatan dan penerapan ide-ide orang lain yang bisa
dijadikan peluang.

B. Sumber-sumber Potensial Peluang


Agar ide-ide yang masih potensial menjadi peluang bisnis yang riil,
maka wirausaha harus bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang secara
terus-menerus. Proses penjaringan ide atau disebut proses screening merupakan
suatu cara terbaik untuk menuangkan ide potensial menjadi produk dan jasa riil.
Adapun langkah dalam penjaringan (screening) ide dapat dilakukan sebagai
berikut:
1. Menciptakan produk baru dan berbeda. Ketika ide dimunculkan secara riil
atau nyata, misalnya dalam bentuk barang dan jasa baru, maka produk dan
jasa tersebut harus berbeda dengan produk dan jasa yang ada di pasar.
Selain itu, produk dan jasa tersebut harus menciptakan nilai bagi pembeli
atau penggunanya. Agar berguna, barang dan jasa itu harus bernilai bagi
konsumen baik pelanggan maupun konsumen potensial lainnya. Oleh sebab
itu, wirausaha harus benar-benar mengetahui perilaku konsumen di pasar.
Dalam mengamati perilaku pasar, paling sedikit ada dua unsur pasar yang
perlu diperlukan (1) permintaan terhadap barang/ jasa yang dihasilkan, (2)
waktu penyerahan dan waktu permintaan barang/ jasa.
Dengan demikian, jelaslah bahwa wirausaha yang sukses perlu
menciptakan produk dan jasa unggul yang memberikan nilai kepada
konsumen. Misalnya, apakah produk-produk barang dan jasa tersebut dapat
meningkatkan efisiensi bagi pemakainya ? Apakah perbaikan dalam
efisiensi dapat diketahui juga oleh pembeli potensial ? Berapa persen target
yang ingin dicapai dari segmentasi pasar tersebut ? Pertanyaan-pertanyaan
di atas penting dalam menciptakan peluang.
Secara implisit, apabila wirausaha baru memfokuskan pada segmen
pasar, maka secara spesifik peluang itu akan sangat tergantung pada
perilaku segmen pasar. Kemampuan untuk memperoleh peluang itu akan
sangat tergantung pada kemampuan wirausaha untuk menganalisis pasar
yang meliputi aspek (1) kemampuan untuk menganalisis demografi pasar,
(2) kemampuan untuk menganalisis sifat serta tingkah laku pesaing, (3)
kemampuan untuk menganalisis keunggulan bersaing pesaing dan
ketafakuman pesaing yang dianggap dapat menciptakan peluang.
2. Mengamati pintu peluang, wirausaha harus mengamati potensi-potensi yang
dimiliki pesaing, misalnya kemungkinan pesaing mengembangkan produk
baru, pengalaman keberhasilan dalam mengembangkan produk baru,
dukungan keuangan, dan keunggulan-keunggulan yang dimiliki pesaing di
pasar. Kemampuan pesaing untuk mempertahankan posisi pasar dapat
dievaluasi dengan mengamati kelemahan-kelemahan dan risiko pesaing
dalam menanamkan modal barunya.
Untuk mengetahui kelemahan, kekuatan, dan peluang yang dimiliki
pesaing dan peluang yang dapat diperoleh, ada beberapa pertanyaan, yaitu
(1) pertanyaan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pesaing dalam
pengembangan produk, meliputi bagaimana kemampuan teknik yang
dimiliki pesaing dalam pengembangan produk jika dibandingkan
kemampuan teknik yang dimiliki? Dan bagaimana track-record pesaing
untuk mencapai sukses dalam pengembangan produk?, (2) pertanyaan
untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan pesaing tentang kapabilitas dan
sumber-sumber yang dimiliki, meliputi: sejauhmana kemampuan dan
kesediaan pesaing untuk melakukan investasi dalam pengembangan produk
baru dan produk awal? Dan keunggulan pasar apa yang dimiliki oleh
pesaing?, (3) pertanyaan untuk menentukan apakah pintu peluang ada atau
tidak, meliputi: sejauh mana kecepatan perusahaan membawa produk ke
pasar dapat mendahului pesaing?, apakah kapabilitas dan sumber-sumber
yang dimiliki perusahaan cukup untuk membawa produk ke pasar yang
sedang dikuasai pesaing?, apakah perusahaan memiliki kekuatan yang
cukup untuk menguasai serangan pesaing?.
Menurut Zimmerer (1996:87) ada beberapa keadaan yang dapat
menciptakan peluang, yaitu (1) produk baru harus segera dipasarkan dalam
jangka waktu yang relatif singkat, (2) kerugian teknik harus rendah. Oleh
karena itu, penggunaan teknik harus dipertimbangkan sebelumnya, (3) bila
pesaing tidak begitu agresif untuk mengembangkan strategi produknya, (4)
pesaing tidak memiliki teknologi canggih, (5) pesaing sejak awal tidak
memiliki strategi dalam mempertahankan posisi pasarnya, (6) perusahaan
baru memiliki kemampuan dan sumber-sumber untuk menghasilkan produk
barunya.
3. Analisis produk dan proses produksi secara mendalam. Analisis ini sangat
penting untuk menjamin apakah jumlah dan kualitas produk yang
dihasilkan memadai atau tidak. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk
membuat produk tersebut? Apakah biaya yang dikeluarkan lebih efisien
daripada biaya yang dikeluarkan oleh pesaing?.
4. Menaksir biaya awal, yaitu biaya awal yang diperlukan oleh usaha baru.
Dari mana sumbernya dan untuk apa digunakan? Berapa yang diperlukan
untuk operasi, untuk perluasan dan untuk biaya lainnya?.
5. Memperhitungkan resiko yang mungkin terjadi, misalnya resiko teknik,
resiko finansial, dan resiko pesaing. Resiko pesaing adalah kemampuan dan
kesediaan pesaing untuk mempertahankan posisinya di pasar. Resiko
pesaing meliputi pertanyaan (1) kemungkinan kesamaan dan keunggulan
produk apa yang dikembangkan pesaing?, (2) tingkat keberhasilan yang
telah dicapai oleh pesaing dalam pengembangan produknya?, (3) seberapa
jauh dukungan keuangan pesaing bagi pengembangan produk baru dan
produk yang diperkenalkannya?, (4) apakah perusahaan baru cukup kuat
untuk mengatasi serangan-serangan pesaing?.
Analisis kelemahan, kekuatan, peluang, dan ancaman atau analisis
strength, weaknss, oppurnity, and threat (SWOT) sangat penting dalam
menciptakan keberhasilan perusahaan baru.

C. Bekal Pengetahuan dan Kompetensi Kewirausahaan


Seperti dikemukakan dalam hasil survei yang dilakukan oleh Lambing
(2000) bahwa kebanyakan responden yang menjadi wirausaha berasal dari
pengalaman sehingga ia memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jadi, untuk
menjadi wirausaha yang berhasil, persyaratan utama yang harus dimiliki adalah
memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan
tersebut dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, atau kompetensi.
Kompetensi itu sendiri ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman usaha.
Seperti telah dikemukakan, bahwa seseorang wirausaha adalah
seseorang yang memiliki jiwa dan kemampuan tertentu dalam berkreasi dan
berinovasi. Ia adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) atau
kemampuan kreatif dan inovatif. Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut
secara riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk memulai usaha
(start-up), kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baru (creative),
kemauan dan kemampuan untuk mencari peluang (oppurnity), kemampuan dan
keberanian untuk menanggung risiko (risk bearing) dan kemampuan untuk
mengembangkan ide dan meramu sumber daya. Kemampuan dan kemampuan-
kemampuan tersebut diperlukan terutama untuk:
1. Menghasilkan produk atau jasa baru (the new product or new service).
2. Menghasilkan nilai tambah baru (the new value added).
3. Merintis usaha baru (new business).
4. Melakukan proses/ teknik baru (the new technic).
5. Mengembangkan organisasi baru (the new organization).
Wirausaha berfungsi sebagai perencana (plan ner) sekaligus sebagai
pelaksana usaha (businessman). Sebagai perencana (planner), wirausaha
berperan:
1. Merancang perusahaan (corporate plan).
2. Mengatur strategi perusahaan (corperate strategy).
3. Pemrakarsa ide-ide perusahaan (corperate image).
4. Pemegang visi untuk memimpin (visioner leader).
Sedangkan sebagai pelaksana usaha (business man), wirausaha
berperan:
1. Menentukan, menciptakan, dan menerapkan ide baru yang berbeda (create
the new and different).
2. Meniru dan menduplikasi (imitating and duplicating).
3. Meniru dan memodifikasi (imitating and modifica ting).
4. Mengembangkan (develop) produk baru, teknologi baru, citra baru, dan
organisasi baru.
Karena wirausaha identik dengan pengusaha kecil yang berperan
sebagai pemilik dan manajer, maka wirausahalah yang memodali, mengatur,
mengawasi, menikmati, dan menanggung resiko. Seperti telah dibahas pada bab
4 bahwa untuk menjadi wirausaha pertama-tama yang harus dimiliki adalah
modal dasar berupa ide atau visi yang jelas, kemampuan dan komitmen yang
kuat, kecukupan modal baik uang maupun waktu, kecukupan tenaga dan
pikiran. Modal-modal tersebut sebenarnya tidak cukup apabila tidak dilengkapi
dengan beberapa kemampuan (ability). Menurut Casson (1982), yang dikutip
Yuyun Wirasasmita (1993:3) ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki,
yaitu:
1. Self knowledge, yaitu memiliki pengetahuan tentang usaha yang akan
dilakukannya atau ditekuninya.
2. Imagination, yaitu memiliki imajinasi, ide dan perspektif serta tidak
mengandalkan pada sukses di masa lalu.
3. Practical knowledge, yaitu memiliki pengetahuan praktis misalnya
pengetahuan teknik, desain, pemrosesan, pembukuan, administrasi, dan
pemasaran.
4. Seach skill, yaitu kemampuan untuk menemukan, berkreasi, dan
berimajinasi.
5. Foresight, yaitu berpandangan jauh ke depan.
6. Computation skill, yaitu kemampuan berhitung dan kemampuan
memprediksi keadaan masa yang akan datang.
7. Communication skill, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi, bergaul, dan
berhubungan dengan orang lain.
Dengan beberapa keterampilan dasar di atas, maka seseorang akan
memiliki kemampuan (kompetensi) dalam kewirausahaan. Menurut Dan &
Bradstreet Business Credit Sarvice (1993:1), ada 10 kompetensi yang harus
dimiliki wirausaha, yaitu:
1. Knowing your business, yaitu harus mengetahui usaha apa yang akan
dilakukan. Dengan kata lain, seseorang wirausaha harus mengetahui segala
sesuatu yang ada hubungannya dengan usaha atau bisnis yang akan
dilakukan. Misalnya, seorang yang akan melakukan bisnis perhotelan maka
ia harus memiliki pengetahuan tentang perhotelan. Untuk bisnis
pemasaran komputer, ia harus memiliki pengetahuan tentang cara
memasarkan komputer.
2. Knowing the basic business management, yaitu mengetahui dasar-dasar
pengelolaan bisnis, misalnya cara merancang usaha, mengorganisasikan dan
mengendalikan perusahaan termasuk dapat memperhitungkan,
memprediksi, mengadministrasikan dan membukukan kegiatan-kegiatan
usaha. Mengetahui manajemen bisnis berarti memahami kiat, cara, proses,
dan pengelolaan semua sumber daya perusahaan secara efektif dan efisien.
3. Having the proper attitude, yaitu memiliki sikap yang benar terhadap usaha
yang dilakukannya. Ia harus bersikap sebagai pedagang, industriawan,
pengusaha, eksekutif yang sungguh-sungguh, dan tidak setengah hati.
4. Having adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup. Modal tidak
hanya berbentuk materi, tetapi juga moril. Kepercayaan dan keteguhan hati
merupakan modal utama dalam usaha. Oleh karena itu, harus cukup uang,
tenaga, tempat, dan mental.
5. Managing finances effectively, yaitu memiliki kemampuan mengatur/
mengelola keuangan secara efektif dan efisien, mencari sumber dana dan
menggunakannya secara tepat, serta mengendalikannya secara akurat.
6. Managing time efficiently, yaitu kemampuan mengatur waktu seefisien
mungkin. Mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai dengan
kebutuhannya.
7. Managing people, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur,
mengarahkan, menggerakan (memotivasi), dan mengendalikan orang-orang
dalam menjalankan perusahaan.
8. Satisfying customer by providing high quality product, yaitu memberi
kepuasan kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang
bermutu, bermanfaat, dan memuaskan.
9. Knowing how to compete, yaitu mengetahui strategi / cara bersaing.
Wirausaha, harus dapat mengungkap kekuatan (strength), kelemahan
(weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threat) dirinya dan
pesaing. Ia harus menggunakan analisis SWOT baik terhadap dirinya
maupun terhadap pesaing.
10. Copying with regulations and poperwork, yaitu membuat aturan/ pedoman
yang jelas (tersurat, tidak tersirat).
Di samping keterampilan dan kemampuan, wirausaha juga harus
memiliki pengalaman yang seimbang. Menurut A. Kuriloff, John M. Memphil,
Jr dan Douglas Cloud (1993:8) ada empat kemampuan utama yang diperlukan
untuk mencapai pengalaman yang seimbang agar kewirausahaan berhasil, di
antaranya:
1. Techinical competence, yaitu memiliki kompetensi dalam bidang rancang
bangun (know-how) sesuai dengan bentuk usaha yang akan dipilih
misalnya, kemampuan dalam bidang teknik produksi dan desain produksi.
Ia harus betul-betul mengetahui bagaimana barang dan jasa itu dihasilkan
dan disajikan.
2. Marketing competence, yaitu memiliki kompetensi dalam menemukan
pasar yang cocok, mengidentifikasi pelanggan dan menjaga kelangsungan
hidup perusahaan. Ia harus mengetahui bagaimana menemukakan peluang
pasar yang spesifik, misalnya pelanggan dan harga khusus yang belum
dikelola pesaing.
3. Financial competence, yaitu memiliki kompetensi dalam bidang keuangan,
mengatur pembelian, penjualan, pembukuan, dan perhitungan laba/ rugi. Ia
harus mengetahui bagaimana mendapatkan dana dan menggunakannya.
4. Human relation competence, yaitu kompetensi dalam mengembangkan
hubungan personal, seperti kemampuan berelasi dan menjalin kemitraan
antar perusahaan. Ia harus mengetahui hubungan interpersonal secara sehat.
Sedangkan menurut Norman M. Scarborough (1993), kompetensi
kewirausahaan yang diperlukan sebagai syarat-syarat bisnis tersebut, meliputi:
1. Proaktif, yaitu selalu ada inisiatif dan tegas dalam melaksanakan tugas.
2. Berorientasi pada prestasi/ kemajuan, cirinya:
a. Selalu mencari peluang.
b. Berorientasi pada efisiensi.
c. Konsentrasi untuk kerja keras.
d. Perencanaan yang sistematis.
e. Selalu memonitor (check and recheck).
3. Komitmen terhadap perusahaan atau orang lain, cirinya:
a. Selalu penuh komitmen dalam mengadakan kontrak kerja.
b. Mengenali pentingnya hubungan bisnis.
Umumnya, wirausaha yang memiliki kompetensi-kompetensi tersebut,
cenderung berhasil dalam berwirausaha. Oleh karena itu, bekal kewirausahaan
yang berupa pengetahuan dan bekal keterampilan kewirausahaan perlu dimiliki.
Beberapa bekal pengetahuan yang perlu dimiliki misalnya:
1. Bekal pengetahuan bidang usaha yang dimasuki dan lingkungan usaha yang
ada disekitarnya.
2. Bekal pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab.
3. Pengetahuan tentang kepribadian dan kemampuan diri.
4. Pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis.
Dalam lingkungan usaha yang semakin kompetitif, pengetahuan
keahlian dalam bidang perusahaan yang dilakukan mutlak diperlukan bagi
seorang wirausaha. Pengetahuan keahlian dalam bidang perusahaan itu di
antaranya pengetahuan tentang pasar dan strategi pemasarannya, pengetahuan
tentang konsumen (pelanggan), pengetahuan tentang pesaing, baik yang baru
masuk maupun yang sudah ada, pengetahuan tentang pemasok, pengetahuan
tentang cara mendistribusikan barang dan jasa yang dihasilkan, termasuk
kemampuan menganalisis dan mendiagnosis pelanggan, mengidentifikasi
segmentasi, dan motivasinya. Di samping itu, sangat penting pengetahuan
spesifik seperti pengetahuan tentang prinsip-prinsip akuntasi dan pembukuan,
jadwal produksi, manajemen personalia, manajemen keuangan, pemasaran, dan
perencanaan.
Bekal pengetahuan saja tidaklah cukup jika tidak dilengkapi dengan
bekal keterampilan. Beberapa hasil penelitian terhadap usaha kecil
menunjukkan bahwa sebagian besar wirausaha yang berhasil cenderung
memiliki tingkat keterampilan khusus yang cukup. Beberapa keterampilan yang
perlu dimiliki itu di antaranya:
1. Keterampilan konseptual dalam mengatur strategi dan mempertimbangkan
risiko.
2. Keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah.
3. Keterampilan dalam memimpin dan mengelola.
4. Keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi.
5. Keterampilan teknik dalam bidang usaha yang dilakukan.
Pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan kewirausahaan itulah yang
membentuk kepribadian wirausaha. Menurut Dan Bradsteet (1993), pengusaha
kecil harus memiliki kepribadian khusus yaitu penuh pendirian, realistis, penuh
harapan, dan penuh komitmen. Modal yang cukup, bisa diperoleh apabila
perusahaan mampu mengembangkan hubungan baik dengan lembaga-lembaga
keuangan, karena dengan hubungan baik itulah akan menambah kepercayaan
dari penyandang dana. Penggunaan dana tersebut harus efektif agar
memperoleh kepercayaan yang terus-menerus. Menurut Ronald J. Ebert
(2000:117) bahwa efektifitas manajer perusahaan tergantung pada keterampilan
dan kemampuan. Keterampilan dasar manajemen (Basic Manajemen Skill)
tersebut meliputi: (1).Technical skill. (2). Human relation skill. (3). Conceptual
skill. (4). Decision making skill. (5). Time manajemen skill
Kemampuan menguasai persaingan, merupa kan hal yang tidak kalah
pentingnya dalam bisnis. Wirausaha harus mengetahui kelemahan dan kekuatan
sendiri, dan kekuatan serta kelemahan yang dimiliki pesaing. Seperti
dikemukakan Dan & Bradstreet (1993) : “My best advice for competing
successfully is to find your own distinctive niche in the marketplace”. Seorang
wirausaha harus memiliki keunggulan yang merupakan kekuatan bagi dirinya
dan harus memperbaiki kelemahan agar menghasilkan keunggulan. Kelemahan
dan kekuatan yang kita miliki atau kekuatan dan kelamahan yang dimiliki
pesaing merupakan peluang yang harus digali. Kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahan tersebut biasanya tampak dalam berbagai hal, misalnya
dalam pelayanan, harga barang, kualitas barang, distribusi, promosi, dan lain-
lain. Variabel-variabel dalam bauran pemasaran (marketing mix) secara
strategis pada umumnya bisa dijadikan peluang. Semua informasi tentang
kekuatan dan kelemahan perusahaan dapat diperoleh dari berbagai sumber,
misalnya dari pelanggan, karyawan, lingkungan sekitas, distributor, laporan
rutin, perikla nan, dan pameran dagang.
Jelaslah bahwa kemampuan tertentu mutlak diperlukan bagi seorang
wirausaha. Seperti telah dike mukakan dalam Small Busines Development
Centre (5-6) bahwa wirausaha yang berhasil memiliki lima kompetensi yang
merupakan fungsi dari kapasitas yang diperlukan, yaitu technical, marketing,
financial, personnel, and management. Wirausaha sebagai mana -jer dan
sekaligus sebagai pemilik perusahaan dalam mencapai keberhasilan usahanya
harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap, tujuan, pandai mencari
peluang, dan adaptif dalam menghadapi perubahan. Menurut Small Busines
Development Centre, untuk mencapai keberhasilan usaha yang dimiliki sendiri,
sangatlah tergantung pada:
1. Individual skill and attitudes, yaitu keterampilan dan sikap individual.
2. Knowlegde of business, yaitu pengetahuan tentang usaha yang akan
dilakukan.
3. Establishment of goal, yaitu kemantapan dalam menentukan tujuan
perusahaan.
4. Take advantages of the apportunities, yaitu keung gulan dalam mencari
peluang-peluang.
5. Adapt to the changes, yaitu kemampuan untuk beradaptasi dengan
perubahan.
6. Minimize the threats to business, yaitu kemampuan untuk meminimalkan
ancaman terhadap perusahaan.
Di samping bekal pengetahuan dan keterampilan di atas, pada akhinya
seorang wiausaha harus memiliki perencanaan strategis, yaitu suatu proses
penentuan tujuan, menetapkan langkah-langkah yang harus diambil untuk
mengidentifikasi sumber-sumber daya perusahaan, misalnya fasilitas, pasar,
produk/ jasa, dana, dan karyawan. Strategi tersebut sangat penting agar para
wirausaha dapat menggunakan sumber daya seoptimal mungkin.
Dengan lebih proaktif dalam menghadapi perubahan, dan selalu
memotivasi karyawan maka peluang untuk mencapai keberhasilan lebih mudah
diwujudkan. Menurut Allan Filley dan Robert W. Price (1991:1-2) untuk
mencapai keberhasilan dalam wirausaha khususnya perusahaan kecil, ada
beberapa klasifikasi strategi yang harus dimiliki, meliputi:
1. Craft; firms are prepared by people who are technical specialist.
2. Promotion; promotion are typically dominated by their leader and are
designed to exploit some kind of innovative advantages.
3. Administrative; administrative firm have formal management and are built
around neccesary business function.
Menurut Alan C. Filley dan Robert W. Pricer (1991:1)”…karena perusahaan
kecil tergantung pada lingkungan setempat, maka perusahaan tersebut akan berhasil
bila lingkungan stabil. Jadi asumsinya lingkungan harus stabil. Oleh sebab itu, pada
umumnya perusahaan kecil menggunakan kecakapan khusus atau human skill. Human
skill adalah kemampuan untuk bekerja, memahami, dan kemampuan untuk memotivasi
orang-orang, baik sebagai individu maupun kelompok. Selanjutnya, conceptual skill
merupakan mental ability untuk menganalisis dan mendiagnosis situasi yang
kompleks. Jadi, ability diartikan sebagai kapasitas seseorang untuk melakukan
berbagai tugas dalam suatu perusahaan. Dalam rumusan yang lebih sederhana,
kemampuan berwirausaha bisa dilihat dari keterampilan menajerial. Robert Katz yang
dikutip oleh Stephen
P. Robbins (1993) mengemukakan tentang manage ment skill, yang meliputi
kemampuan technical, human, dan conceptual. Technical skill adalah kemampuan
untuk menerapkan pengetahuan dan “craft firm”. Human skill adalah kemampuan
bersosialisasi, bergaul dan berkomunikasi, dan conceptual skill adalah kemampuan
merencanakan, merumuskan, meramalkan, atau memprediksikan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi
wirausaha yang berhasil seseorang harus memiliki bekal pengetahuan kewirausahaan
dan bekal keterampilan kewirausahaan. Bekal pengetahuan yang terpenting adalah
bekal pengetahuan bidang usaha yang dimasuki dan lingkungan usaha, pengetahuan
tentang peran dan tanggung jawab, pengetahuan tentang kepribadian dan kemampuan
diri, pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis. Sedangkan bekal
keterampilan yang perlu dimiliki meliputi keterampilan konseptual dalam mengatur
strategi dan memperhitungkan resiko, keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai
tambah, keterampilan dalam memimpin dan mengelola, keterampilan berkomunikasi
dan berinteraksi, serta keterampilan teknis bidang usaha (Soesarsono Wijandi,
1988:29).
Menurut prinsip syariah, kegiatan pemasaran harus dilandasi semangat
beribadah kepada  Tuhan Sang Maha Pencipta, berusaha semaksimal mungkin
untuk kesejahteraan bersama, bukan untuk kepentingan golongan apalagi
kepentingan sendiri.
Islam agama yang sangat luar biasa. Islam agama yang lengkap, yang
berarti mengurusi semua hal dalam hidup manusia. Islam agama yang mampu
menyeimbangkan dunia dan akhirat;  antara hablum minallah (hubungan dengan
Allah) dan hablum minannas (hubungan sesama manusia). Ajaran Islam lengkap
karena Islam agama terakhir sehingga harus mampu memecahkan berbagai
masalah besar manusia.
Islam menghalalkan umatnya berniaga. Bahkan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam seorang saudagar sangat terpandang pada zamannya. Sejak muda
beliau dikenal sebagai pedagang jujur. “Sepanjang perjalanan sejarah, kaum
Muslimin merupakan simbol sebuah amanah dan di bidang perdagangan, mereka
berjalan di atas adab islamiah,” ungkap Syekh Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid
Nada dalam Ensiklopedi Adab Islam Menurut Alquran dan Assunnah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan pada umatnya
untuk berdagang dengan menjunjung tinggi etika keislaman. Dalam beraktivitas
ekonomi, umat Islam dilarang melakukan tindakan bathil. Namun harus melakukan
kegiatan ekonomi yang dilakukan saling ridho, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisaa:
29)
Berdagang penting dalam Islam. Begitu pentingnya, hingga Allah
Subhanahu wa ta’ala menunjuk Muhammad sebagai seorang pedagang sangat
sukses sebelum beliau diangkat menjadi nabi. Ini menunjukkan Allah Subhanahu
wa ta’ala mengajarkan dengan kejujuran yang dilakukan oleh Muhammad bin
Abdullah saat beliau menjadi pedagang bahwa dagangnya tidak merugi, namun
malah menjadikan beliau pengusaha sukses. Oleh karena itu, umat Islam
(khususnya pedagang) hendaknya mencontoh beliau saat beliau berdagang.
D. Pemasaran Menurut Al-Quran
Dalam berdagang, pemasaran adalah disipilin bisnis strategi yang
mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan perubahan values dari satu
inisiator kepada stakeholder-nya. Menurut prinsip syariah, kegiatan pemasaran
harus dilandasi semangat beribadah kepada  Tuhan Sang Maha Pencipta, berusaha
semaksimal mungkin untuk kesejahteraan bersama, bukan untuk kepentingan
golongan apalagi kepentingan sendiri.
Al-Quran juga mengatur kegiatan kehidupan atau muamalah. Juga etika
perdagangan, penjualan atau pemasaran. Salah satu ayat Al-Quran yang
dipedomani sebagai etika marketing adalah QS. Al-Baqarah. Surat kedua dalam Al-
Quran ini terdiri atas 286 ayat, 6.221 kata dan 25.500 huruf, dan tergolong
surat Madaniyah. Sebagian besar ayat dalam surat ini diturunkan pada
permulaan hijrah, kecuali ayat 281 yang diturunkan di Mina saat peristiwa Haji
Wada’. Surat ini yang terpanjang dalam Al-Quran. Dinamakan Al-Baqarah yang
artinya sapi betina karena di dalamnya terdapat kisah penyembelihan sapi betina
yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67-74). Surat ini juga dinamakan
Fustatul Qur’an (Puncak Al-Quran) karena memuat beberapa hukum yang tidak
disebutkan dalam surat yang lain. Dinamakan juga surat Alif Lam Mim karena
dimulai dengan huruf Arab Alif Lam dan Mim. Ayat 1-2 Al-Baqarah berarti:
“Kitab ini (Al-Quran) tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertakwa.”
Ayat tersebut sangat relevan untuk dipedomani dalam pelaksanaan tugas
marketing, sebab marketing merupakan bagian sangat penting dari mesin
perusahaan. Dari ayat tersebut dapat kita ketahui pula, pertama, perusahaan harus
dapat menjamin produknya. Jaminan yang dimaksud mencakup dua aspek material,
yaitu mutu bahan, mutu pengolahan, dan mutu penyajian; aspek non material
mencakup kehalalan dan keislaman dalam penyajian.
Kedua, yang dijelaskan Allah adalah manfaat produk. Produk bermanfaat
apabila proses produksinya benar dan baik. Ada pun metode yang dapat digunakan
agar proses produksi benar dan baik, menurut Al-Quran, sesuai petunjuk dalam QS.
Al-An’am: 143, yang artinya, “Beritahukanlah kepadaku (berdasarkan
pengetahuan) jika kamu memang orang-orang yang benar.” Ayat ini mengajarkan
kepada kita, untuk meyakinkan seseorang terhadap kebaikan haruslah berdasarkan
ilmu pengetahuan, data, dan fakta. Jadi, dalam menjelaskan manfaat produk,
nampaknya peranan data dan fakta sangat penting. Bahkan sering data dan fakta
jauh lebih berpengaruh dibanding penjelasan.
Ketiga, penjelasan mengenai sasaran atau customer dari produk yang
dimiliki oleh perusahaan. Makanan yang halal dan baik yang menjadi darah dan
daging manusia akan membuat kita menjadi taat kepada Allah. Sebab konsumsi
yang dapat menghantarkan manusia kepada ketakwaan harus memenuhi tiga syarat:
(1) Materi yang halal, (b) Proses pengolahan yang bersih (thaharah), dan (3)
Penyajian yang islami.
1. Etika Pemasaran dalam Islam
Dewasa ini sering kita jumpai cara pemasaran yang tidak etis, curang dan
tidak professional. Kiranya perlu dikaji bagaimana akhlak kita dalam kegiatan
ekonomi secara keseluruhan. Atau lebih khusus lagi akhlak dalam pemasaran
kepada masyarakat dari sudut pandangan Islam. Kegiatan pemasaran seharusnya
dikembalikan pada karakteristik yang sebenarnya. Yakni religius, beretika, realistis
dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Inilah yang dinamakan marketing
syariah, dan inilah konsep terbaik marketing untuk hari ini dan masa depan.
Prinsip marketing yang berakhlak seharusnya kita terapkan. Apalagi nilai-
nilai akhlak, moral dan etika sudah diabaikan. Sangat dikhawatirkan bila menjadi
kultur masyarakat. Perpektif pemasaran dalam Islam adalah ekonomi Rabbani
(divinity), realistis, humanis dan keseimbangan. Inilah yang membedakan sistem
ekonomi Islam dengan sistem ekonomi konvensional. Marketing menurut Islam
memiliki nilai dan karakteristik yang menarik. Pemasaran syariah meyakini,
perbuatan seseorang akan dimintai pertanggungjawabannya kelak. Selain itu,
marketing syariah mengutamakan nilai-nilai akhlak dan etika moral dalam
pelaksanaannya. Oleh karena itu, marketing syariah menjadi penting bagi para
tenaga pemasaran untuk melakukan penetrasi pasar.
Dalam Islam terdapat sembilan macam etika (akhlak) yang harus dimiliki
seorang tenaga pemasaran. Yaitu: (1) Memiliki kepribadian spiritual (taqwa); (2)
Berkepribadian baik dan simpatik (shiddiq); (3) Berlaku adil dalam berbisnis
(al-’adl); (4) Melayani nasabah dengan rendah hati (khitmah); (5) Selalu menepati
janji dan tidak curang (tahfif); (6) Jujur dan terpercaya (amanah); (7) Tidak suka
berburuk sangka; (8) Tidak suka menjelek-jelekkan; dan (9) Tidak melakukan suap
(risywah).
Selain sembilan etika tersebut, marketer syariah harus menghindari hal-
hal sebagai berikut: (1) Tidak adil dalam penentuan tarif dan uang pertanggungan;
(2) Melakukan transaksi terhadap produk yang mengandung unsur  maisar, gharar,
dan  riba maisar; transaksi tadlis; (3) Khianat atau tidak menepati janji; (4)
Menimbun barang untuk menaikkan harga; (5) Menjual barang hasil curian dan
korupsi; (6) Sering melakukan sumpah palsu atau sering berdusta; (7) Melakukan
penekanan dan pemaksaan terhadap pelanggan; (8) Mempermainkan harga; (9)
Mematikan pedagang kecil; (10) Melakukan monopoli’s rent seeking atau ikhtikar;
(11) Tallaqi rukban; (12) Melakukan suap atau sogok untuk melancarkan kegiatan
bisnis (riswah); dan (13) Melakukan tindakan korupsi ataupun money laundry.
Jika para pemasar menjalankan aktivitas pemasaran yang diperintahkan
dan meninggalkan larangan yang dilarang, pemasaran tersebut menjadi suatu
aktivitas diperbolehkan dalam Islam. Oleh karena itu, dalam perspektif syariah
pemasaran adalah segala aktivitas yang dijalankan dalam kegiatan bisnis berbentuk
kegiatan penciptaan nilai (value creating activities) yang memungkinkan siapa pun
yang melakukannya bertumbuh serta mendayagunakan kemanfaatannya yang
dilandasi atas kejujuran, keadilan, keterbukaan, dan keikhlasan sesuai dengan
proses yang berprinsip pada akad bermuamalah islami atau perjanjian transaksi
bisnis dalam Islam.
2. Strategi Pemasaran dalam Islam
Semua aktivitas kehidupan perlu dilakukan berdasarkan perencanaan
yang baik. Islam agama yang memberikan sintesis dan rencana yang dapat
direalisasikan melalui rangsangan dan bimbingan. Perencanaan tidak lain
memanfaatkan “karunia Allah” secara sistematik untuk mencapai tujuan tertentu,
dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat dan nilai kehidupan yang berubah-
ubah. Dalam arti lebih luas, perencanaan menyangkut persiapan menyusun
rancangan untuk setiap kegiatan ekonomi. Konsep modern tentang perencanaan,
yang harus dipahami dalam arti terbatas, diakui dalam Islam. Karena perencanaan
seperti itu mencakup pemanfaatan sumber yang disediakan oleh Allah Subhanahu
wa ta’ala dengan sebaik-baiknya untuk kehidupan dan kesenangan manusia.
Meski belum diperoleh bukti adanya sesuatu pembahasan sistematik
tentang masalah tersebut, namun berbagai perintah dalam Al-Quran dan Sunnah
menegaskannya. Dalam Al-Quran tercantum: QS. Al-Jumu‘ah: 10, yang artinya,
“Apabila telah ditunaikan sembahyang maka bertebaranlah kamu di muka bumi,
dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.” Berdasarkan ayat ini dapat dijelaskan makna dalam kata “carilah
karunia Allah” yang digunakan di dalamnya dimaksudkan untuk segala usaha halal
yang melibatkan orang untuk memenuhi kebutuhannya.
Di samping itu, pelaksanaan rencana pemasaran dalam Islam, kita
tergantung pada prinsip syarikat (kerjasama) yang telah diakui secara universal.
Hal ini berarti pelaksanaan perencanaan dilaksanakan melalui partisipasi sektor
pemerintah dan swasta atas dasar kemitraan. Yakni terlaksana melalui prinsip abadi
mudharabah, yakni tenaga kerja dan pemilik modal dapat disatukan sebagai mitra.
Dalam arti, dengan mempraktekkan prinsip mudharabah dan dengan
mengkombinasikan berbagai unit produksi, proyek industri, perdagangan dan
pertanian dalam kerangka perencanaan dapat diterapkan atas dasar prinsip tersebut.
Pendapatan yang dihasilkan oleh usaha seperti itu dapat dibagi secara sebanding
setelah dikurangi segala pengeluaran yang sah.
Dalam sistem perencanaan Islam, kemungkinan rugi sangat kecil karena
merupakan hasil kerjasama antara sektor pemerintahan dan swasta. Investasi yang
sehat akan mendorong kelancaran arus kemajuan ekonomi menjadi lebih banyak.
Dalam kegiatan pemasaran, tentu lebih dahulu menyusun perencanaan strategis
untuk memberi arah terhadap kegiatan perusahaan yang menyeluruh, yang harus
didukung rencana pelaksanaan lebih rinci di bidang-bidang kegiatan perusahaan.
Dalam Islam, bukanlah suatu larangan bila seorang hamba mempunyai rencana
atau keinginan untuk berhasil dalam usahanya. Namun dengan syarat, rencana itu
tidak bertentangan dengan ajaran (syariat) Islam. Ditandaskan dalam Al-Quran,
yang artinya, “Atau apakah manusia akan mendapat segala yang diciptakannya?
Tidak, maka hanya bagi Allah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia.” (QS. An-
Najm: 24-25)
Dari kedua ayat tersebut, bila dihubungkan dengan strategi pemasaran,
kegiatan strategi (rencana) pemasaran merupakan suatu interaksi yang berusaha
untuk menciptakan atau mencapai sasaran pemasaran seperti yang diharapkan
untuk mencapai keberhasilan. Dan sudah menjadi sunnatullah bahwa apa pun yang
sudah kita rencanakan, berhasil atau tidaknya, ada pada ketentuan Tuhan (Allah).
Dalam pelaksanaan suatu perencanaan dalam Islam haruslah bergerak ke arah suatu
sintesis yang wajar antara pertumbuhan ekonomi dan keadilan sosial melalui
penetapan kebijaksanaan yang pragmatik, namun konsisten dengan jiwa Islam yang
tidak terlepas dengan tuntunan Al-Quran dan Hadis, juga sesuai dengan kode etik
ekonomi Islam.
Selain itu, dalam kegiatan perdagangan (muamalah), Islam melarang
adanya unsur manipulasi (penipuan), sebagaimana hadis Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam: ”Jauhkanlah dirimu dari banyak bersumpah dalam
penjualan, karena sesungguhnya ía memanipulasi (iklan dagang) kemudian
menghilangkan keberkahan. ”(HR. Muslim, An-Nasa’i dan lbnu Majah). Islam
menganjurkan umatnya untuk memasarkan atau mempromosikan produk dan
menetapkan harga yang tidak berbohong, alias harus berkata jujur (benar). Oleh
sebab itu, salah satu karakter berdagang yang terpenting dan diridhoi oleh Allah
Subhanahu wa ta’ala adalah kebenaran. Sebagaimana dituangkan dalam hadis:
“Pedagang yang benar dan terpercaya bergabung dengan para nabi, orang-orang
benar (siddiqin), dan para syuhada di surga.” (HR. Turmudzi).
Pada dasarnya ada tiga unsur etika yang harus dilaksanakan oleh seorang
produsen Muslim. Yakni bersifat jujur, amanat dan nasihat. Jujur artinya tidak ada
unsur penipuan. Misal dalam promosi/harga. Amanat dan nasihat bahwa seorang
produsen dipercaya memberi yang terbaik dalam produksinya, sehingga membawa
kebaikan dalam penggunaannya.
Saat ini semakin banyak masyarakat dunia yang sadar tentang kegiatan
bermuamalah secara Islam. Salah satu buktinya adalah pesatnya perkembangan
minat masyarakat dunia terhadap ekonomi Islam dalam dua dekade terakhir,
Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia juga mengalami
hal yang sama. Hal ini dibuktikan dengan semakin bermunculan berbagai produk
syariah (Islam). Saat ini perkembangan yang menyolok adalah produk yang
bersentuhan dengan bidang lembaga keuangan. Namun pesatnya perkembangan
produk ekonomi Islam belum bisa diimbangi oleh pesatnya perkembangan dari sisi
keilmuan yang lebih luas. Jika hal ini terjadi secara terus-menerus, akan terjadi
ketimpangan perkembangan ekonomi Islam ke depan. Untuk itu pengembangan
ekonomi Islam dari sisi keilmuan menjadi hal mutlak, untuk menjadi penyeimbang
pesatnya perkembangan yang terjadi saat ini.
Pemasaran adalah suatu aktivitas yang selalu dikaitkan dengan
perdagangan. Jika meneladani Rasulullah saat melakukan perdagangan, maka
beliau sangat mengedepankan adab dan etika dagang yang luar biasa. Etika dan
adab perdagangan inilah yang dapat disebut sebagai strategi dalam berdagang. Oleh
karena itu, Seykh Sayyid Nada membeberkan sejumlah adab yang harus dijunjung
pedagang Muslim dalam menjalankan aktivitas jual-beli, berdasarkan hadits-hadits
Rasulullah, sebagai berikut:
Tidak menjual sesuatu yang haram. Umat Islam dilarang menjual sesuatu
yang haram seperti minuman keras dan memabukkan, narkotika dan barang-barang
yang diharamkan Allah Subhanahu wa ta’ala. “Hasil penjualan barang-barang itu
hukumnya haram dan kotor,”
Tidak melakukan sistem perdagangan terlarang. Contohnya menjual yang
tidak dimiliki. Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jangan kamu menjual
sesuatu yang tidak engkau miliki.” (HR Ahmad, Abu Daud, an-Nasa’i). Selain itu
Islam juga melarang umatnya menjual buah-buahan yang belum jelas hasilnya serta
sistem perdagangan terlarang lainnya.
3. Tidak terlalu banyak mengambil untung.
Tidak membiasakan bersumpah ketika berdagang. Hal ini sesuai dengan
hadist Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Janganlah kalian banyak
bersumpah ketika berdagang, sebab cara seperti itu melariskan dagangan lalu
menghilangkan keberkahannya.” (HR Muslim)
Tidak berbohong ketika berdagang. Salah satu perbuatan berbohong
adalah menjual barang yang cacat namun tidak diberitahukan kepada pembelinya.
Penjual harus melebihkan timbangan. Seorang pedagang sangat dilarang
mengurangi timbangan. Pemaaf, mempermudah dan lemah lembut dalam berjual
beli. Tidak boleh memakan dan memonopoli barang dagangan tertentu. Sabda Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Tidaklah seorang menimbun barang melainkan
pelaku maksiat.” (HR Muslim).
Lantas, bagaimana dengan sistem pemasaran? Tentu punya strategi.
Strategi pemasaran sebenarnya dapat dijelaskan sebagai cara melakukan
segmentasi pasar dan tempat pembidikan pasar, strategi produk, strategi harga,
tempat dan strategi promosi. Pasar yang menonjol pada masa Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah pasar konsumen. Berikut penjabarannya.
Segmentasi pasar dan pembidikan pasar. Terdiri atas segmentasi
geografis, demografis, psikografi; segmentasi perilaku dan segmentasi manfaat.
Segmentasi geografis membagi pasar menjadi unit-unit geografis berbeda. Misal
wilayah, negara, provinsi, kota, kepulauan dan berdasarkan musim. Allah
berfirman, yang artinya, “Karena kebiasaan orang-orang Quraisy (yaitu) kebiasaan
mereka bepergian (berdagang) pada musim dingin dan musim panas.” (QS. Al-
Quraisy: 1-2). Pada musim panas biasanya mereka berdagang sampai Busra
(Syria). Pada musim dingin mereka berdagang sampai Yaman. Demikian pula yang
dilakukan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, terutama sebelum pada
masa kenabian. Pasar yang terkenal pada masa jahiliyah yang terletak di utara kota
Mekkah meliputi Busra, Dumatul Jandal dan Nazat. Pasar yang terletak di Selatan
kota Mekkah mencakup Mina, Majinna, Ukaz, San’a, Aden, Shihr, Rabiyah, Sohar
dan Doba. Sedangkan pasar yang di Timur kota Mekkah terdiri dari Musyaqqar,
Sofa dan Hijar.
Segmentasi demografi yang dilakukan Muhammad adalah pasar yang
dikelompokkan berdasarkan keluarga, kewarganegaraan dan kelas sosial. Untuk
keluarga, Muhammad menyediakan produk peralatan rumah tangga. Sedangkan
produk yang dijual Nabi untuk warga negara asing di Busra terdiri dari kismis,
parfum, kurma kering, barang tenunan, batangan perak dan ramuan.
Segmentasi psikografi yang dilakukan Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah mengelompokkan pasar dalam gaya hidup, nilai dan
kepribadian. Gaya hidup ditunjukkan oleh orang yang menonjol daripada kelas
sosial. Minat terhadap suatu produk dipengaruhi oleh gaya hidup, maka barang
yang dibeli oleh orang-orang tersebut untuk menunjukkan gaya hidupnya. Nabi
mengetahui kebiasaan orang Bahrain, cara hidup penduduknya, mereka minum dan
cara mereka makan.
Segmentasi perilaku yang dilakukan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wa sallam adalah dengan membagi kelompok berdasarkan status pemakai,
kejadian, tingkat penggunaan, status kesetiaan, tahap kesiapan pembeli dan sikap.
Pasar dikelompokkan menjadi bukan pemakai, bekas pemakai, pemakai
potensial, pemakai pertama kali dan pemakai tetap dari suatu produk,atau manfaat
yang terkandung dalam suatu produk.
Berangkat dari kajian sebelumnya, kiranya perlu kajian mendalam terkait
dengan bagaimana seharusnya aktivitas pemasaran dapat dibenarkan oleh syariah
atau kita memformulasikan konsep pemasaran syariah secara benar. Kajian tentang
pemasaran syariah belum banyak dilakukan. Di sisi lain, lembaga berbasis syariah
dan produk sudah berkembang dan beredar di sekitar kita. Di sisi lain, kondisi
masyarakat dalam mensikapi lahirnya dan beroperasinya lembaga syariah dapat
dikelompokkan ke dalam masyarakat yang mengedepankan pada emosional
keagamaan dan masyarakat yang mengedepankan rasional ekonomi.
Oleh karena itu, dari titik tolak yang terjadi ini, perlu dilakukan kajian
tentang kalau meminjam istilah pemasaran konvensional konsep marketing mix
yang sesuai dengan tuntunan syariah. Dengan kata lain, konsep marketing mix ini
akan dianalisis dan dikaji secara mendetail dengan menggunakan rujukan dari Al-
Quran, Al-Hadis, ijma’ dan qiyas. Dengan harapan hasilnya dapat ditemukan
konsep marketing mix berdasarkan tuntunan ajaran Islam.
Pengertian marketing mix  is the set of marketing tools that the firm uses
to pursuit its marketing objectives in the target market”. Oleh karena dalam
menggagas bisnis islami haruslah memperhatikan implementasi syariat
pada marketing mix. Implementasi syariat dapat diterapkan dalam variabel-
variabel marketing mix yakni product, price, place, dan  promotion.
Berdasar pembahasan kajian di atas pemasaran dalam Islam, penulis
berkesimpulan, konsep pemasaran, yang dalam hal ini difokuskan pada
tinjauan marketing mix, sebenarnya telah ada sejak lebih dari 1.400 tahun lalu.
Penemuan-penemuan ahli pemasaran dunia tentang konsep marketing mix seperti
Neil Borden pada 1953, Rasmussen (1955), McCharthy (1960) dan Kotler (1967),
sebenarnya sudah dipraktekkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
beserta para sahabat dan tabi’in sejak ribuan tahun lalu. Namun memang jarang
bahkan mungkin belum ada yang mendefinisikan itu sebagai konsep marketing
mix. 
Di dalam konsep marketing mix islami ternyata didapat bahwasannya
dalam melakukan suatu pemasaran, baik barang maupun jasa, tidaklah bebas nilai.
Sebagai seorang khalifah di muka bumi, manusia juga dituntut untuk menjaga
kesejahteraan masyarakat secara umum, dengan berdagang menggunakan cara
yang halal dan diridhoi oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Kajian lanjutan dapat
dilakukan dengan mengkaji lebih dalam dan lebih luas lagi tentang manajemen
pemasaran dalam Islam. Sehingga nantinya akan didapat suatu konsep manajemen
pemasaran syariah yang kompleks dan komprehensif, yang nantinya dapat
digunakan untuk memperkaya khasanah manajemen pemasaran syariah.
Berkaitan dengan bauran pemasaran konvensional, maka penerapan
dalam syariah akan merujuk pada konsep dasar kaidah fikih. Yakni: Al-ashlu fil-
muamalah al-ibahah illa ayyadulla dalilun ’ala tahrimiha, yang artinya, “Pada
dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.”(http://majalah.pengusahamuslim.com/pemasaran-dalam-
perspektif-islam-2/ )

BAB. XI
STUDI KELAYAKAN DAN ANALISIS BISNIS

A.   Pengertian
Studi kelayakan atau studi kelayakan bisnis adalah penelitian yang
menyangkut berbagai aspek dalam kegiatan bisnis baik itu  aspek hukum, sosial
ekonomi dan budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi
sampai dengan aspek manajemen dan keuangan. Semua aspek di atas digunakan
untuk dasar perencanaan, pelaksanaan dan evalusi dalam penelitian studi
kelayakan bisnis dan hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah
suatu bisnis atau usaha dapat dikerjakan, ditunda bahkan tidak dijalankan sama
sekali.
Pengertian proyek adalah suatu Proyek dalam bisnis dan ilmu
pengetahuan biasanya didefinisikan sebagai sebuah usaha kolaboratif dan juga
seringkali melibatkan penelitian atau desain, yang direncanakan untuk mencapai
tujuan tertentu. Proyek dapat juga didefinisikan sebagai usaha sementara,
temporer, dan bukan permanen, yang memiliki sasaran khusus dengan waktu
pelaksanaan yang tegas. Contoh proyek yang terkenal antara lain adalah Proyek
Manhattan untuk pengembangan senjata nuklir pertama serta Program Apollo
untuk mendaratkan manusia di bulan.
Kata proyek berasal dari bahasa latin projectum dari kata kerja proicere
yang artinya "untuk membuang sesuatu ke depan" . Kata awalnya berasal dari
kata pro-, yang menunjukkan sesuatu yang mendahului tindakan dari bagian
berikutnya dari suatu kata dalam suatu waktu (paralel dengan bahasa Yunani )
dan kata iacere yang artinya "melemparkan". Sehingga kata "proyek" sebenarnya
berarti "sesuatu yang datang sebelum apa pun yang terjadi".
Pentingnya Studi Kelayakan Bisnis, Studi Kelayakan Usaha adalah suatu
penelitian tentang layak tidaknya suatu usaha dilakukan dengan menguntungkan
secara terus menerus.
1. Ada dua studi yang dapat digunakan, yaitu :
a. Studi Kelayakan Usaha (Feasibility Study of Business)
b.Analisis SWOT: Strenght (Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunity
(Peluang), Threat (Ancaman).
2. Hasil FS pada prinsipnya digunakan untuk antara lain ::
a. Merintis usaha baru;
b. Mengembangkan usaha yang sudah ada
c. Memilih jenis usaha atau investasi/proyek yang paling menguntungkan.
3. Adapun pihak yang memerlukan FS diantaranya:
a. Pihak wirausaha (pemilik perusahaan )
b. Pihak investor dan penyandang dana;
c. Pihak masyarakat dan pemerintah.

B. Berbagai Aspek - Aspek dalam Studi Kelayakan


Aspek-aspek dalam ruang lingkup yang terdapat pada proyek,
sebagaimana tersebut diatas adalah terdiri dari berbagai aspek antara lain sebagai
berikut:
1.  Aspek hukum itu Berkaitan dengan keberadaan secara legal dimana proyek
akan dibangun yang meliputi ketentuan hukum yang berlaku termasuk
diantaranya sebagai berikut :
a. Izin Lokasi :
1). Sertifikat (akte tanah),
2). Bukti pembayaran PBB yang terakhir,
3). Rekomendasi dari RT/RW/Kecamatan
b. Izin Usaha :
1). Akte pendirian perusahaan dari notaris setempat PT/CV atau berbentuk
badan hukum lainnya.
2). NPWP (nomor pokok wajib pajak)
3). Surat tanda daftar perusahaan
4). Surat izin tempat usaha dari pemda setempat
5). Surat tanda rekanan dari pemda setempat
6). SIUP setempat
7). Surat tanda terbit yang dikeluarkan oleh Kanwil Departemen
Penerangan
c. Aspek hukum mempelajari tentang:
1).  Bentuk badan hukum yang akan dipergunakan
2). Jaminan-jaminan yang bisa disediakan kalau akan menggunakan sumber
dana yang berupa pinjaman
3).  Berbagai akta, sertifikat, ijin yang diperlukan, dsb.
2. Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya, Berkaitan dengan akibat yang diberikan
kepada masyarakat karena adanya suatu proyek tersebut :
a.Dari sisi budaya, Mengkaji tentang dampak keberadaan peroyek terhadap
kehidupan masyarakat setempat, kebiasaan adat setempat.
b.Dari sudut ekonomi, Apakah proyek dapat merubah atau justru mengurangi
income per capita panduduk setempat. Seperti seberapa besar tingkat
pendapatan per kapita penduduk, pendapatan nasional atau upah rata-rata
tenaga kerja setempat atau UMR, dll.
c.Dan dari segi social, Apakah dengan keberadaan proyek wilayah menjadi
semakin ramai, lalulintas semakin lancar, adanya jalur komunikasi,
penerangan listrik dan lainnya, pendidikan masyarakat setempat.
Untuk mendapatkan informasi dalam membuat studi kelayakan untuk
suatu proyek, dapat dengan berbagai cara, antara lain melalui cara wawancara,
kuesioner, Observasi dan dokumen dokumentasi. Hal tersebut dapat digunakan
untuk melihat apakah suatu proyek layak atau tidak dilakukan dengan
membandingkan keinginan investor atau pihak yang terkait dengan sumber data
yang terkumpul.
3. Aspek ekonomi dan sosial, meliputi penelitian tentang:
a.   Pengaruh proyek tsb terhadap peningkatan penghasilan negara
b.   Pengaruh proyek tsb terhadap devisa yang bisa dihemat dan bisa diperoleh
c.   Penambahan kesempatan kerja
d.   Pemerataan kesempatan kerja
e    Bagaimana pengaruh proyek terhadap industri lain
f     Aspek yang bersifat sosial.
4. Aspek pasar dan pemasaran, berkaitan dengan adanya peluang pasar untuk
suatu produk yang akan di tawarkan oleh suatu proyek tersebut :
a.  Potensi pasar
b. Jumlah konsumen potensial, konsumen yang mempunyai keinginan atau
hasrat untuk membeli.
c. Tentang perkembangan/pertumbuhan penduduk :
d. Daya beli, kemampuan konsumen dalam rangka membeli barang mencakup
tentang perilaku, kebiasaan, preferensi konsumen, kecenderungan
permintaan masa lalu, dll.
e. Pemasaran, menyangkut tentang starategi yang digunakan untuk meraih
sebagian pasar potensial atau pelung pasar atau seberapa besar pengaruh
strategi tersebut dalam meraih besarnya market share.
5. Aspek pasar dan pemasaran mempelajari tentang:
a.   Permintaan, secara total atau terinci menurut daerah, jenis konsumen,
perusahaan besar pemakai, proyeksi permintaan
b.   Penawaran, dalam negeri dan impor, perkembangan di masa lalu dan
perkiraan di masa datang, faktor yang mempengaruhi penawaran
c.  Harga, perbandingan dengan barang impor, produksi dalam negeri lain,
kecenderungan perubahan harga dan polanya
d.   Program pemasaran, strategi pemasaran (marketing mix), siklus kehidupan
produk
e.   Perkiraan penjualan dan market share yang bisa dikuasai. Analisa pasar
penting untuk memperkirakan berapa penjualan yang bisa dicapai oleh
perusahaan. Analisis aspek pemasaran, dalam analisis pasar ada beberapa
komponen yang harus dianalisis dan dicermati, di antaranya :
1). Kebutuhan dan keinginan konsumen;
2). Target Segmentasi pasar;
3). Nilai tambah;
4). Masa hidup produk;
5). Struktur pasar
6). Persaingan dan strategi pesaing
Aspek teknis dan teknologi, berkaitan dengan pemilihan lokasi peroyek,
jenis mesin, atau peralatan lainnya yang sesuai dengan kapasitas produksi, lay
out, dan pemilihan teknologi yang sesuai.
6. Aspek teknis dan produksi, menyangkut pertanyaan tentang:
a.   Apakah studi dan pengujian pendahuluan pernah dilakukan?
b.   Apakah skala produksi yang dipilih sudah optimal? (meminimumkan biaya
produksi rata-rata atau memaksimumkan laba, fasilitas ekspansi, dsb)
c.   Apakah proses produksi yang dipilih sudah tepat?
d.   Apakah mesin-mesin dan perlengkapan yang dipilih sudah tepat? (umur
ekonomis dan fasilitas pelayanan jika terjadi kerusakan)
e.   Apakah perlengkapan tambahan dan pekerjaan teknis tambahan telah
dilakukan? (termasuk material handling, suplai bahan pembantu, kontrol
kualitas).
f.   Apakah telah disiapkan kemungkinan penanganan terhadap limbah
produksi?
g.   Apakah tata letak yang diusulkan dari fasilitas produksi cukup baik?
h.   Bagaimana dengan pemilihan lokasi dan site produksi?
i.    Apakah skedul kerja telah dibuat dengan cukup realistis?
j.    Apakah teknologi yang akan digunakan bisa diterima dari pandangan
sosial?
Analisis aspek produksi, beberapa unsur dari aspek produksi/operasi
yang harus dianalisis di antaranya :
a. Lokasi operasi
b. Volume operasi;
c. Mesin dan peralatan;
d. Bahan baku dan bahan penolong;
e. Tenaga kerja;
f. LAY-OUT
7.  Aspek manajemen, berkaitan dengan manajemen pembangunan proyek dan
operasionalnya. Aspek manajemen mempelajari tentang:
a.   Manajemen dalam masa pembangunan proyek. Siapa pelaksana proyek,
bagaimana jadwal penyelesaian proyek, siapa yang melakukan studi
masing-masing aspek: pemasaran, teknis, dan lain sebagainya
b.   Manajemen dalam operasi. Bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih.
Struktur organisasi, deskripsi jabatan, dan spesifikasi jabatan. Anggota
direksi dan tenaga-tenaga kunci. Jumlah tenaga kerja yang akan digunakan.
Analisis aspek manajemen dan beberapa unsur  yang harus dianalisis di
antaranya :
1). Kepemilikan
2). Organisasi
3). TIM Manajemen
4). Karyawan;
8. Aspek keuangan, berkaitan dengan sumber dana yang akan diperoleh dan
proyeksi pengembaliannya dengan tingkat biaya modal dan sumber dana yang
bersangkutan. Aspek keuangan mempelajari berbagai faktor penting:
a.    Dana yang diperlukan untuk investasi, untuk aktiva tetap maupun modal
kerja
b.    Sumber-sumber pembelanjaan yang akan dipergunakan
c.    Taksiran penghasilan, biaya, dan rugi/laba pada berbagai tingkat operasi,
serta estimasi tentang break event proyek
d.   Manfaat dan biaya dalam artian finansial, seperti rate of return on
investment, net present value, internal rate of return, profitability index, dan
payback period. Estimasi terhadap risiko proyek (total dan sistematis)
e.   Proyeksi keuangan. Pembuatan neraca yang diproyeksikan dan proyeksi
sumber dan penggunaan dana. 
9. Analisis aspek keuangan, meliputi komponen-komponen sebagai berikut :
a.    Kebutuhan dana;
b.    Sumber dana;
c.    Proyeksi neraca;
d.    Proyeksi laba rugi;
e.    Proyeksi aliran kas (cash flow)
Contoh pembangunan proyek seperti pembangunan kompleks perumahan,
pembangunan ruko-ruko, pembangunan sarana umum, perbaikan jalan dan lain-
lain.

C. Desain Studi Kelayakan


Tujuan wirausaha enterpretaneurship, membuat desain studi kelayakan adalah
untuk dapat mengidentifikasi, sekaligus dapat menjawab dari berbagai aspek-aspek
yang akan dilaksanakan dalam proyek dimaksud, baik aspek kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman, hal dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan
a. Aspek-aspek apa saja yang perlu diperhatikan dalam menyusun
laporan studi kelayakan
b. Bagaimana sejarah proyek
c. Siapa sponsor proyek
d. Studi kelayakan dilakukan oleh sponsor proyek sendiri atau
menggunakan jasa konsultan
e. Perlu jasa konsultan luar negeri
f. Bagaimana ide pertama muncul
g. Apa pendorongnya
h. Sponsor mempunyai pengetahuan tentang proyek
i. Sejauh mana aspek yang mempengaruhi proyek akan diteliti
j. Alat dan kerangka analisa apa yang diperlukan
k. Data apa dan siapa sumber data untuk keperluan analisa
l. Identifikasi Kesempatan Usaha
2. Tahap melakukan proyek investasi:
a. Identifikasi, sponsor proyek melihat adanya kesempatan investasi
yang menguntungkan. Pengamatan terhadap lingkungan untuk
memperkirakan kesempatan dan ancaman usaha
b. Perumusan, tahap menerjemahkan kesempatan investasi kedalam
suatu rencana proyek yang konkret, dengan faktor-faktor yang
penting dijelaskan secara garis besar
c. Penilaian, melakukan analisa dan menilai aspek pasar, teknik,
keuangan, dan perekonomian
d. Pemilihan, melakukan pemilihan dengan mengingat segala
keterbatasan dan tujuan yang akan dicapai
e. Implementasi, menyelesaikan proyek tersebut dengan tetap
berpegang pada anggaran.
3. Identifikasi kesempatan berusaha, bisa dilakukan dengan menggunakan
berbagai cara:
a. Mempelajari impor.
b. Menyelidiki material lokal untuk kemungkinan eksploitasi lebih
lanjut
c. Mempelajari keterampilan tenaga kerja, terutama untuk jenis
industri tertentu
d. Melakukan studi industri
e. Menerapkan kemajuan teknologi. Perubahan teknologi dari waktu
ke waktu memungkinkan investor memanfaatkan sebelum pihak
lain menggunakannya (competitive advantage).
f. Mempelajari hubungan antar-industri.
g. Menilai rencana pembangunan
h. Melakukan pengamatan di tempat lain.
4. Tujuan yang paling tepat dari pengambilan keputusan untuk melakukan
investasi adalah untuk memaksimumkan nilai pasar modal sendiri
(saham). Tujuan ini menghadapi masalah-masalah operasional
(terutama di negara-negara yang sedang berkembang):
a. Tidak bisa diterapkan pada sektor publik karena tidak ada
pemilikan lain selain negara
b. Sejumlah besar perusahaan pada sektor swasta tidak menjual
sahamnya ke pasar modal
c. Pengetahuan tentang bagaimana pengaruh keputusan investasi
terhadap nilai pasar modal sendiri masih kurang cukup.

D. Analisis Studi Kelayakan Alat Dan Kerangka Analisa


1. Analisa aspek pasar dan pemasaran:
a. Metode ekstrapolasi mekanis (noncausal method),
b. Metode ekonometri (tentang hubungan antar-variabel), dan
c. Metode-metode lain (metode judgement, metode koefisien teknis).
2. Survei khusus yang mungkin harus dilakukan tentang consumer behavior:
a. Perilaku konsumsi                                          
b. Kepuasaan terhadap produk saat ini
c. Pengetahuan produk                                    
d. Kebutuhan yg belum terpenuhi
e. Keinginan dan rencana pembelian
f.  Sikap terhadap produk
g  Motif pembelian
h. Karakteristik sosial ekonomi.
3. Analisa aspek teknik dan produksi, dilakukan oleh mereka yang menguasai
pengetahuan teknis dan manajemennya (resource persons), menyangkut:
a. Analisa perilaku biaya (identifikasi fungsi biaya)
b. Analisa perbandingan biaya (memilih alternatif produksi yang lebih baik)
c. Analisa penggantian aktiva dan penyediaan mesin
d. Metode transportasi (menentukan lokas gudang)
e. Pemilihan lokasi dengan metode scoring atau perbandingan biaya
f.  Analisa hubungan link analysis untuk mengatur tata letak fasilitas produksi
g. Time and motion study untuk pengaturan skedul kerja.
4.    Analisa aspek keuangan dengan menggunakan alat berikut:
a. Metode penilaian investasi
b. Metode penentuan kebutuhan dana, baik modal kerja maupun aktiva tetap
c. Metode pemilihan sumber dana (modal keseluruhan perusahaan. Analisis
rentabilitas ekonomi, rentabilitas modal sendiri, pertimbangan aspek
likuiditas)
d.Analisa break event, linear maupun nonlinear
e Proyek aliran kas (anggaran kas) untuk memperkirakan kemampuan
memenuhi kewajiban finansial
f. Analisa sumber dan penggunaan dana
g. Analisa risiko investasi (dihubungkan dengan penilaian profitabilitas
investasi).
5.    Analisa aspek manajemen:
a. Analisa jabatan: menentukan deskripsi dan spesifikasi jabatan
b. Analisa beban kerja dan angkatan kerja: menentukan kebutuhan akan jumlah
tenaga kerja
c.Analisa struktur organisasi: menentukan kedalaman, dasar pengelompokan
kegiatan dan hubungan antar departemen.
6.    Analisa manfaat ekonomi dan sosial:
a. Melakukan penyesuaian terhadap manfaat komersial (finansial)
b. Analisa manfaat dan pengorbanan sosial.

E. Analisis Kelayakan Bisnis


Analisis aspek pemasaran dalam analisis pasar ada beberapa komponen
yang harus dianalisis dan dicermati, di antaranya :
1. Kebutuhan dan keinginan konsumen;
a. Segmentasi pasar
1). Target;
2). Nilai tambah;
3). Masa hidup produk;
4). Struktur pasar
5). Persaingan dan strategi pesaing
2. Analisis aspek produksi
Beberapa unsur dari aspek produksi/operasi yang harus dianalisis di
antaranya :
a. Lokasi operasi
b. Volume operasi;
c. Mesin dan peralatan;
d. Bahan baku dan bahan penolong;
e. Tenaga kerja;
3. Analisis aspek manajemen
Beberapa unsure yang harus dianalisis di antaranya
a. Kepemilikan
b. Organisasi
c. TIM Manajemen
d. Karyawan;
4. Analisis aspek keuangan
Meliputi komponen-komponen sebagai berikut :
a. Kebutuhan dana;
b. Sumber dana;
c. Proyeksi neraca;
d. Proyeksi laba rugi;
e. Proyeksi aliran kas (cash flow)
5. Pentingnya Studi Kelayakan Bisnis
a. Merintis usaha baru;
b. Mengembangkan usaha yang sudah ada
c. Memilih jenis usaha atau investasi/proyek yang paling menguntungkan.
6. Adapun pihak yang memerlukan Studi kelayakan diantaranya:
a. Pihak wirausaha (pemilik perusahaan )
b. Pihak investor dan penyandang dana;
c. Pihak masyarakat dan pemerintah.

F. Pengertian Studi Kelayakan Proyek Menurut Islam


1. Pengertian Studi Kelayakan
Studi kelayakan proyek atau bisnis adalah : Penelitian yang menyangkut
berbagai aspek dimana itu semua digunakan untuk dasar penelitian studi
kelayakan dan hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu
proyek atau bisnis dapat dikerjakan atau ditunda dan bahkan dibatalkan.
2. Aspek-aspek dalam Studi Kelayakan Proyek
a. Aspek hukum berkaitan dengan keberadaan secara legal Aspek
sosial ekonomi dan budaya mencakup pengaruh proyek terhadap
pendapatan nasional, penambahan dan pemerataan kesempatan kerja,
dampak pergeseran hidup masyarakat setempat dan lain sebagainya.
b. Aspek pasar dan pemasaran berkaitan dengan adanya potensi pasar dari
produk yang akan dipasarkan, analisis kekuatan pesaing yang mencakup
program pemasaran yang akan dilakukan, estimasi penjualan yang
memungkinkan dapat diraih (market share). 10. Aspek teknis dan teknologi
berkaitan dengan pemilihan lokasi proyek, pemilihan jenis mesin atau
peralatan lain sesuai dengan kapasitas produksi yang akan digunakan
termasuk lay-outnya dan pemilihan teknologi yang sesuai.Aspek
manajemen berkaitan dengan manajemen dalam pembangunan proyek dan
manajemen dalam operasionalnya.
c. Aspek keuangan berkaitan dengan dari mana sumber dana yang
akan diperoleh dan proyeksi pengembaliannya dengan tingkat Maya modal
dari sumber dana yang bersangkutan.
3. Tujuan dan Manfaat Studi Kelayakan Proyek
a. Tujuan : Tujuan utama dilakukan studi kelayakan proyek adalah
untuk menghindarkan dari keterlanjuran investasi yang memakan
dana relatif besar yang ternyata justru tidak memberikan keuntungan
secara ekonomi.
b. Manfaat : Memberikan masukan informasi pada decision maker dalam
rangka untuk memutuskan dan menilai alternatif proyek investasi yang
akan. dilakukan.
c. Intensitas Studi Kelayakan : Faktor yang mempengaruhi intensitas
studi kelayakan adalah Besarnya dana yang ditanamkan umumnya
semakin besar dana yang ditanamkan, semakin mendalam studi yang
perludilakukan tingkat ketidak pastian proyek semakin sulit kita
memperkirakan penghasilan penjualan, biaya, aliran kas dan lain-lain,
semakin berhati-hati kita dalam melakukan studi kelayakan.
Kompleksitas elemen-elemen yang mempengaruhi proyek. Setiap
proyek dipengaruhi dan juga mempengaruhi Faktor-faktor yang
mempengaruhi suatu proyek mungkin menjadi sangat kompleks.

G. Lembaga-Lembaga Yang Memerlukan Studi Kelayakan


1.Investor : Pihak yang akan menanamkan dana mereka dalam suatu proyek
(sebagai pemilik perusahaan nantinya, atau pemegang saham) akan lebih
memperhatikan prospek usaha tersebut.
2.Kreditur/Bank : Para kreditur bank akan lebih memperhatikan segi keamanan
dana yang dipinjamkan mereka. Dengan demikian, mereka mengharapkan agar
bunga plus angsuran pokok pinjaman bisa dilakukan tepat pada waktunya.
3.Pihak Manajemen perusahaan: dalam upaya untuk peningkatan usaha untuk
meningkatkan laba perusahaan sebagai pihak yang menjadi project leader,
pihak manajemen harus mempelajari studi kelayakan itu, misalnya dalam hal
pendanaan, berapa yang dialokasikan dari modal sendiri, rencana pendanaan
dari investor dan dari kreditor.
4.Pihak pemerintah dan Masyarakat: Penyusunan studi kelayakan bisnis perlu
memperhatikan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
karena bagaimanapun pemerintah dapat secara langsung maupun tidaklangsung
mempengaruhi kebijakan perusahaan.
BAB. XII
BISNIS PLAN

A. Pengelolaan Usaha
1. Perencanaan Usaha
Setelah ide untuk memulai usaha muncul, maka langkah pertama yang
harus dilakukan adalah membuat perencanaan. Perencanaan usaha adalah
suatu cetak biru tertulis (blue-print) yang berisikan tentang misi usaha,
usulan usaha, operasional usaha, rincian finansial, strategi usaha, peluang
pasar yang mungkin diperoleh, dan kemampuan serta keterampilan
pengelolanya. Perencanaan usaha sebagai persiapan awal memiliki dua
fungsi penting, yaitu: (1) sebagai pedoman untuk mencapai keberhasilan
manajemen usaha, dan (2) sebagai alat untuk mengajukan kebutuhan
permodalan yang bersumber dari luar.
Menurut Zimmerer (1993:331) ada beberapa unsur yang harus ada
dalam perencanaan usaha, yaitu (1) ringkasan pelaksanaan, (2) profil usaha,
(3) strategi usaha, (4) produk dan jasa, (5) strategi pemasaran, (6) analisis
pesaing, (7) ringkasan karyawan dan pemilik, (8) rencana operasional, (9)
data finansial, (10) proposal/usulan pinjaman, (11) jadwal operasional.
Sedangkan menurut Peggy Lambing (2000:131), perencanaan bisnis
memuat sejumlah topik, yang meliputi:
a. Ringkasan eksekutif (executive summary).
b. Pernyataan misi (mission statement).
c. Lingkungan usaha (business environment)
d. Perencanaan pemasaran (marketing plan)
e. Tim manjemen (management team)
f. Data finasial (financial data)
g. Aspek-aspek legal (legal consideration)
h. Jaminan asuransi (insurance requirement)
i. Orang-orang penting (key person)
j. Resiko (risk)
Ringkasan eksekutif (executive summary), menjelaskan tentang (1)
maksud usaha, (2) usulan finansial, (3) permintaan dana, (4) cara
menggunakan dana dan cara pembayaran kembali pinjaman. Secara rinci,
komponen-komponen yang tercantum dalam format usaha tersebut
meliputi:
a. Ringkasan eksekutif (executive summary). Ini dibuat tidak lebih dari
dua halaman yang memuat tentang:
1) Nama, alamat, dan nomor telepon perusahaan.
2) Nama, alamat, dan nomor telepon key person.
3) Laporan singkat gambaran perusahaan.
4) Laporan singkat gambaran pasar untuk produk.
5) Laporan singkat gambaran aksi-aksi strategis untuk meraih
keberhasilan perusahaan.
6) Laporan singkat gambaran manajerial dan pengalaman teknik dari
key person.
7) Laporan keperluan dana dan cara menggunakannya.
8) Rekening penerimaan dan neraca saldo.
b. Perencanaan usaha secara detail (detailed business plans)
1) Latar belakang usaha
a) Laporan singkat sejarah perusahaan
b) Situasi yang ada saat ini
2) Gambaran usaha secara detail
a) Keunikan usaha yang dimiliki
b) Bagaimana keunikan itu menciptakan nilai.
c) Faktor-faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan (seperti
harga persaingan, kualitas, kehandalan, ketahanan, sifat-sifat
teknik dan sebagainya).
3) Analisis pasar
a) Potensi pembeli terhadap barang (dispensasikan)
b) Motivasi mereka membeli
c) Ukuran pasar (jumlah pelangan di pasar)
d) Pembelanjaan total tahunan
e) Sifat-sifat pembelian, apakah barang tahan lama? Apakah
produk hanya dibeli pada muslim tertentu?
f) Target pasar spesifik, apakah kita mengetahui konsumen
potensial yang akan kita tuju.
g) Pengaruh pasar eksternal, bagaimana masing-masing kekuatan
eksternal mempengaruhi penjualan, misalnya:
h) Faktor ekonomi, seperti inflansi, resesi, dan tinggi rendahnya
tingkat pengangguran.
i) Faktor sosial, seperti usia pelanggan, lokasi, tingkat pendapatan,
ukuran rumah tangga, dan sifat khusus masyarakat.
4) Analisis pesaing, memuat gambaran tentang:
a) Pesaing yang ada, jumlah pesaing yang kita kenal dan
kepercayaan pelanggan terhadap kita
b) Perusahaan yang mungkin masuk pasar, siapa, kapan,
dan mengapa masuk pasar? Apa dampak dari masuknya pesaing
baru terhadap target pasar kita.
c) Kekuatan dan kelemahan pesaing
5) Perencanaan strategi usaha
a) Rencana untuk memasarkan produk, khususnya yang
berkenaan dengan strategi pemasaran, seperti harga, promosi
dan periklanan, dan pelayanan pada pelanggan
b) Bandingkan produk kita dengan produk yang ada di
pasar
6) Spesifikasi organisasi dan manajemen
a) Bagaimana perusahaan diorganisisr baik secara legal
maupun secara fungsional
b) Orang-orang kunci dalam perusahaan, beserta latar
belakang, dan sifat-sifat spesifik lain yang mempengaruhi
keberhasilan usaha
7) Perencanaan keuangan (finansial)
a) Jumlah uang yang diperlukan untuk memproduksi
barang dan jasa serta untuk operasional usaha
b) Ciptakan pembelanjaan kas untuk ditunjukkan kepada
bank atau investror lain yang akan membantu pendanaan
perusahaan
c) Proyeksi biaya operasional secara realistis untuk
membiayai material, tenaga kerja, peralatan pemasaran, dan
biaya lainnya.
d) Proyeksi dan aktualisasi neraca dan laporan rugi laba
e) Analisis peluang pokok (BEP)
8) Perencanaan aksi strategis
a) Penjelasan misi kita dalam perusahaan
b) Penampilan tujuan dan sasaran yang spesifik
c) Pernyataan strategi produksi dan pemasaran
d) Bagaimana strategi akan dikonversikan ke dalam
perencanaan operasional
e) Prosedur pengawasan untuk menjaga perusa -haan dari
serangan.
2. Pengelolaan Keuangan
Ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam pengelolaan
keuangan, yaitu 1) Aspek sumber dana, 2) Aspek rencana dan penggunaan
dana, 3) Aspek Pengawasan atau pengendalian keuangan
Sumber – Sumber Keuangan Perusahaan
Ditinjau dari asalnya sumber dana perusahaan dapat dibagi menjadi
golongan:
a. Dana yang beraswal dari perusahaan disebut pembelanjaan intern
Ada tiga jenis sumber dana intern yang dapat dijadikan sumber
keuangan perusahaan, diantaranya:
1) Penggunaan dana perusahaan
2) Penggunaan Cadangan
3) Penggunaan laba yang tidak dibagi/ditahan
b. dana yang berasal dari luar perusahaan, yang disebut pembelanjaan
ekstern. Sumber dana ekste rnmencakup:
1) dana pemilik atau penyertaan
2) Dana yang berasal dari utang/pinjaman baik jangka pendek
maupun jangka panjang atau disebut pembelanjaan asing.
3) Dana bantuan program pemerintah pusat dan daerah Dana
dari teman atau keluarga yang ingin menanamkan modalnya
4). Dana ventura, yaitu dana dari perusahaan yang ingin
menginvestasikan dananya pada perusahaan kecil yang memiliki
potensi.

B. Perencanaan Keuangan Dan Penggunan Dana


1. Teknik dan strategi Pemasaran
a. Perencanaan Pemasaran
b. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
c. Kiat Pemasaran Usaha Baru
5. Teknik Pengembangan Usaha
a. Perluasan Skala Ekonomi (Economic of Scale)
b. Perluasan Cakupan Usaha (Economic of Scope)
6. Manajemen dan Strategi Kewirausahaan
1. Manajemen Kewirausahaan
2. Strategi Kewirausahaan
4.Memelihara semangat (Spirit) Wirausaha
Untuk mendorong perilaku kreatif agar wirausaha memperoleh
keuntungan di pasar dapat dilakukan dengan cara:
a. Mendidik wirausaha tentang pelayanan perusahaan khususnya tentang
alasan mereka membeli produk dan jasa, tentang masalah yang dihadapi
pelanggan, dan tentang apa kebutuhan serta keinginan yang spesifik dari
pelanggan.
b. Mendidik wirausaha tentang nilai-nilai perbaikan produk dan
pemasarannya, tentang proses distribusi dan perbaikan teknik produksinya
untuk dapat bersaing.
Menciptakan iklim kerja yang positif yang mendorong terciptanya ide-
ide baru. Dengan iklim yang kondusif, para entrepreneur akan lebih kreatif
dalam mentrasformasikan ide-idenya. Para entrepreneur secara ideal adalah
individu-individu yang bertanggung jawab dalam bidang pemasaran, teknologi,
dan keuangan. Mereka adalah para pencipta dan inovator pada perusahaan orang
lain.

C. Cara Memasuki Dunia Usaha


Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memulai suatu usaha atau
memasuki dunia usaha, yaitu:
1. Merintis usaha baru (starting), yaitu membentuk dan mendirikan usaha baru
dengan menggunakan modal, ide, organisasi, dan manajemen yang
dirancang sendiri. Ada tiga bentuk usaha baru yang dapat dirintis: (1)
Perusahaan milik sendiri (sole proprietorship), yaitu bentuk usaha yang
dimiliki dan dikelola sendiri oleh seseorang, (2) Persekutuan (partnership),
yaitu suatu kerja sama (asosiasi) dua orang atau lebih yang secara bersama-
sama menjalankan usaha bersama, dan (3) perusahaan berbadan hukum
(corporation), yaitu perusahaan yang didirikan atas dasar badan hukum
dengan modal saham-saham.
2. Membeli perusahaan orang lain (buying), yaitu dengan membeli perusahaan
yang telah didirikan atau dirintis dan diorganisir oleh orang lain dengan
nama (good will) dan organisasi usaha yang sudah ada.
3. Kerja sama manajemen (franchising), yaitu suatu kerja sama antara
entrepreneur (franchisee) dengan perusahaan besar (franchisor/ parent
company) dalam mengadakan persetujuan jual beli hak monopoli untuk
menyelenggarakan usaha (waralaba). Kerja sama ini biasanya dengan
dukungan awal seperti pemilihan tempat, rencana bangunan, pembelian
peralatan, pola arus kerja, pemilihan karyawan, pembukuan, pencatatan dan
akuntansi, konsultasi, penetapan standar, promosi, pengendalian kualitas,
riset, nasihat hukum, dan sumber-sumber permodalan.

D. Merintis Usaha Baru


Pada bagian sebelumnya telah dikemukakan bahwa untuk memasuki
dunia usaha (business) seseorang harus berjiwa wirausaha. Wirausaha adalah
seorang yang mengorganisir, mengelola, dan memiliki keberanian menghadapi
resiko. Sebagai pengelola dan pemilik usaha (business owner manager) atau
pelaksana usaha kecil (small business operator), ia harus memiliki kecakapan
untuk bekerja, kemampuan mengorganisir, kreatif, dan lebih menyukai tantangan.
Menurut hasil survey yang dilakukan oleh Peggy Lambing (2000:90),
sekitar 43% responden (wirausaha) mendapatkan ide bisnis dari pengalaman
yang diperoleh ketika bekerja di beberapa perusahaan atau tempat-tempat
professional lainnya. Mereka mengetahui cara-cara mengoperasikan perusahaan
dari pengalaman tersebut. Sebanyak 15% responden telah mencoba dan mereka
merasa mampu mengerjakannya dengan lebih baik. Sebanyak 1 dari 10
responden (11%) dari wirausaha yang disurvei memulai usaha untuk memenuhi
peluang pasar, sedangkan sebanyak 46% lagi karena hobi.
Menurut Lambing ada dua pendekatan utama yang digunakan
wirausaha untuk mencari peluang dengan mendirikan usaha baru: Pertama,
pendekatan ”inside-out” atau disebut dengan ”idea generation”, yaitu
pendekatan berdasarkan gagasan sebagai kunci yang menentukan keberhasilan
usaha. Mereka melihat keterampilan sendiri, kemampuan latar belakang, dan
sebagainya yang menentukan jenis usaha yang akan dirintis. Kedua, pendekatan
”the out-side in” yang juga disebut ”opportunity regognition”, yaitu pendekatan
yang menanggapi atau menciptakan suatu kebutuhan di pasar. Opportunity
recognition tidak lain adalah pengamatan lingkungan (environment scanning)
yaitu alat untuk pengembangan yang akan ditransfer menjadi peluang-peluang
ekonomi. Berita-berita peluang tersebut menurut Lambing (2000:92) bersumber
dari surat kabar, laporan periodik tentang perubahan ekonomi, jurnal
perdagangan dan pameran dagang, publikasi pemerintah, informasi lisensi
produk yang disediakan oleh broler, universitas, dan perusahaan lainnya.
Menurut Lambing, keunggulan dari pendatang baru di pasar adalah
dapat mengidentifikasi ”kebutuhan pelanggan” dan ”kemampuan pesaing”.
Berdasarkan pendekatan ”in-side out” di atas, bahwa untuk memulai usaha,
seorang calon wirausaha harus memiliki kompetensi usaha. Menurut Norman
Scarborough, kompetensi usaha yang diperlukan meliputi:
1. Kemampuan teknik, yaitu kemampuan tentang bagaimana
memproduksi barang dan jasa serta cara menyajikannya.
2. Kemampuan pemasaran, yaitu kemampuan tentang
bagaimana menemukan pasar dan pelanggan serta harga yang tepat.
3. Kemampuan finansial, yaitu kemampuan tentang bagaimana
memperoleh sumber-sumber dana dan cara menggunakannya.
4. Kemampuan hubungan, yaitu kemampuan tentang
bagaimana cara mencari, memelihara dan mengembangkan relasi, dan
kemampuan komunikasi serta negosiasi.
Dalam memasuki arena bisnis atau memulai usaha baru, seorang
dituntut tidak hanya memiliki kemampuan, tetapi juga harus memiliki ide dan
kemauan. Seperti telah disinggung, bahwa ide dan kemauan tersebut harus
diwujudkan dalam bentuk barang dan jasa yang laku di pasar. Tentu saja,
barang dan jasa yang akan dijadikan objek bisnis tersebut harus memiliki pasar.
Oleh karena itu, mengamati peluang pasar merupakan langkah yang harus
dilakukan sebelum produk barang dan jasa dicip takan. Apabila peluang pasar
untuk barang dan jasa sudah tersedia, maka barang dan jasa akan mudah laku
dan segera mendatangkan keuntungan.
Dalam merintis usaha baru, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
(1) bidang dan jenis usaha yang dimasuki, (2) bentuk usaha dan bentuk
kepemilikan yang akan dipilih, (3) tempat usaha yang akan dipilih, (4)
organisasi usaha yang akan digunakan, (5) jaminan usaha yang mungkin
diperoleh, (6) lingkungan usaha yang akan berpengaruh.
Bidang dan jenis usaha yang dimasuki beberapa bidang usaha yang bisa
dimasuki, diantaranya:
a. Bidang Usaha Pertanian (Agriculture), meliputi usaha pertanian, kehutanan,
perikanan, dan perkebunan.
b. Bidang Usaha Pertambangan (Mining), meliputi usaha galian pasir, galian
tanah, batu, dan bata.
c. Bidang Usaha Pabrikan (Manufacturing), meliputi usaha industri, perakitan,
dan sintesis.
d. Bidang Usaha Konstruksi (Contruction), meliputi usaha konstruksi
bangunan, jembatan, pengairan, dan jalan raya.
e. Bidang Usaha Perdagangan (Trade), meliputi usaha perdagangan
kecil (retailer), grosir, agen, dan ekspor-impor.
f. Bidang Usaha Jasa Keuangan (Financial Service), meliputi usaha
perbankkan, asuransi, dan koperasi.
g. Bidang Jasa Perorangan (Personal Service), meliputi usaha potong
rambut, salon, loundry, catering.
h. Bidang Jasa-jasa Umum (Public Service), meliputi usaha
pengangkutan, pergudangan, wartel, dan distri busi.
i. Bidang Jasa Wisata (Tourism), meliputi berbagai kelompok.
Berdasarkan UU No. 9/ 1990 tentang Kepariwisataan ada 86 jenis usaha
wisata, yaitu (1) Kelompok usaha jasa pariwisata, meliputi jasa biro
perjalanan wisata, jasa agen perjalanan wisata, jasa pramuwisata, jasa
konvensi perjalanan intensif dan pameran, jasa impresariat, jasa konsultan
pariwisata, jasa informasi pariwisata, (2) Pengusaha objek dan daya tarik
wisata, meliputi pengusaha objek dan daya tarik wisata alam, pengusaha
objek dan daya tarik wisata budaya, pengusaha objek dan daya tarik wisata
minat khusus, (3) Usaha sarana wisata, meliputi penyediaan akomodasi,
penyediaan makanan dan minuman, penyediaan angkutan wisata,
penyediaan sarana wisata dan sebagainya.

E. Bentuk Usaha dan Kepemilikan Yang Akan Dipilih


Setelah menentukan bidang dan jenis usaha yang akan dipilih, langkah
selanjutnya adalah menentukan bentuk kepemilikan usaha. Ada beberapa bentuk
kepemilikan usaha, yang bisa dipilih, di antaranya:
a. Perusahaan Perorangan (soleproprietorship), yaitu suatu perusahaan
yang dimiliki dan diselenggarakan oleh satu orang. Kelebihan dari bentuk
perusahaan ini adalah mudah untuk didirikan, biaya operasi rendah, bebas
dalam pengelolaan, dan memiliki daya rangsang yang lebih tinggi.
b. Persekutuan (partnership), yaitu suatu asosiasi yang didirikan oleh
dua orang atau lebih yang menjadi pemilik bersama dari suatu perusahaan.
Dalam persekutuan ada dua macam anggota, yaitu suatu asosiasi yang
didirikan oleh dua orang atau lebih yang menjadi pemilik bersama dari suatu
perusahaan. Dalam persekutuan ada dua macam anggota, yaitu (1) sekutu
umum (general partner), yaitu anggota yang aktif dan duduk sebagai
pengurus persekutuan, (2) sekutu terbatas (limited partner), yaitu anggota
yang bertanggung jawab terbatas terhadap utang perusahaan sebesar modal
yang disetorkannya dan orang tersebut tidak aktif dalam perusahaan.
c. Perseroan (coraporation), yaitu suatu perusahaan yang anggotanya terdiri atas
para pemegang saham (persero/stocholder), yang mempunyai tanggung jawab
terbatas terhadap utang-utang perusahaan sebesar modal disetorkan.
d. Firma, yaitu suatu persekutuan yang menjalankan perusahaan di bawah nama
bersama. Bila untung, maka keuntungan dibagi bersama, sebaliknya bila rugi
ditanggung bersama. Dalam firma terdapat tanggung jawab renteng antara
anggota.

F. Tempat Usaha yang akan Dipilih


Dalam menentukan tempat usaha harus dipertimbangkan beberapa hal di
bawah ini:
1. Apakah tempat usaha tersebut mudah dijangkau oleh konsumen atau
pelanggan atau pasar? Bagaimana akses pasarnya?
2. Apakah tempat usaha dekat ke sumber tenaga kerja?
3. Apakah dekat ke akses bahan baku dan bahan penolong lainnya seperti alat
pengangkut dan jalan raya?
Dalam menentukan tempat usaha, perlu dipertimbangkan aspek efisiensi
dan afektivitasnya. Lokasi perusahaan harus mudah dijangkau dan efisien baik
bagi perusahaan maupun bagi konsumen. Untuk menentukan lokasi atau tempat
usaha ada beberapa alternatif yang kita bisa pilih, yaitu (1) membangun bila ada
tempat yang strategis, (2) membeli atau menyewa bila lebih strategis dan
menguntungkan, (3) kerja sama bagi hasil, bila memungkinkan.

G. Organisasi Usaha yang Akan Digunakan


Kompleksitas organisasi usaha tergantung pada lingkup atau cakupan usaha
yang akan dimasuki. Semakin besar lingkup usaha, semakin kompleks
organisasinya. Sebaliknya semakin kecil lingkup usaha, maka semakin sederhana
organisasinya. Pada lingkup atau skala usaha kecil, organisasi usaha pada
umumnya dikelola sendiri. Pengusaha kecil pada umumnya berperan sebagai
small business owner manager atau small business operator. Meskipun
pengusaha usaha kecil identik dengan owner business manager, jika skala dan
lingkup usahanya semakin besar, maka pengelolaannya tidak bisa dikerjakan
sendiri akan tetapi harus melibatkan orang lain. Bagian-bagian kegiatan bisnis
tertentu seperti bagian penjualan, bagian pembelian, bagian administrasi, dan
bagian keuangan masing-masing memerlukan tenaga tersendiri dan perlu bantuan
orang lain.
Dalam perusahaan yang lebih besar seperti Perseroaan Terbatas (PT) dan
CV, maka organisasi perusahaan lebih kompleks lagi. Secara hierarkis, organisasi
perusahaan terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu rapat umum pemegang saham,
dewan komisaris, dewan direktur dan tim manajer. Rapat pemegang saham dalam
perusahaan besar adalah pemegang kekuasaan tertinggi yang bertugas
mengangkat dewan komisaris dan dewan direksi. Tugas dewan komisaris adalah
mengawasi tindak tanduk direksi dalam menjalankan perusa haannya. Untuk
menjamin kelancaran perusahaan, dalam melaksanakan tugasnya direksi
mengangkat beberapa orang manager.
Dilihat dari fungsi kewirausahaan dan fungsi manajemen, dalam perusahaan
kecil fungsi manajemen relatif tidak begitu besar, sedangkan fungsi
kewirausahaan sangat besar perannya karena dasarnya adalah kreativitas dan
inovasi. Sebaliknya, dalam perusahaan besar fungsi kewirausahaan relatif tidak
begitu besar, sedangkan fungsi manajemen sangat besar, karena dasarnya adalah
fungsi-fungsi manajemen. Oleh sebab itu, semakin besar perusahaan, maka
semakin besar pula fungsi manajerial, karena dasarnya adalah fungsi-fungsi
kewirausahaan karena yang mendasarinya adalah motivasi dan kemauan.

H. Lingkungan Usaha
Lingkungan usaha tidak bisa diabaikan begitu saja. Lingkungan usaha
dapat menjadi pendorong maupun penghambat jalannya perusahaan. Lingkungan
yang dapat mempengaruhi jalannya usaha/perusahaan adalah lingkungan mikro
yang sangat berpengaruh terhadap jalannya perusahaan.
1. Lingkungan Mikro
Lingkungan mikro adalah lingkungan yang ada kaitan langsung dengan
operasional perusahaan, seperti pemasok, karyawan, pemegang saham,
majikan, manajer, direksi, distributor, pelanggan/konsumen, dan lainnya.
Sejalan dengan pergeseran strategi pemasaran , yaitu dari laba perusahaan
(shareholder) kemanfaat bagi shareholder, maka lingkungan internal baik
perorangan maupun kelompok yang mempunyai kepentingan pada perusahaan
akan sangat berpengaruh. Yang termasuk perorangan dan kelompok perorangan
dan kelompok yang bekepentingan terhadap perusahaan dan mengharapkan
kepuasan dari perusahaan (shareholder satisfaction), di antaranya:
a. Pemasok (supplier)
Pemasok berkepentingan dalam menyediakan bahan baku kepada
perusahaan. Agar perusahaan dapat memuaskan pembeli/pelanggan, maka
perusahaan tersebut harus memproduk barang dan jasa yang bermutu tinggi.
Hal ini bisa dicapai apabila bahan yang tidak memadai, akan cenderung
untuk pindah dan berlangganan kepada perusahaan lain.
b. Pembeli atau Pelanggan
Pembeli atau pelanggan merupakan lingkungan yang sangat
berpengaruh karena dapat memberi informasi bagi perusahaan. Konsumen
yang kecewa karena tidak memperoleh manfaat dari perusahaan, misalnya
akibat mutu, harga dan waktu yang tidak memadai, akan cenderung untuk
pindah dan berlangganan kepada perusahaan lain.
c. Karyawan
Karyawan adalah orang pertama yang terlibat dalam perusahaan.
Karyawan akan berusaha bekerja dengan baik bila memperoleh manfaat
dari perusahaan. Semangat kerja yang tinggi, pelayanan yang baik, dan
produktivitas yang tinggi akan terjadi apabila mereka mendapat gaji yang
cukup, masa depan yang terjamin, dan kenaikan jenjang kepangkatan yang
teratur. Jika tidak, maka karyawan akan bekerja kurang termotivasi, kurang
produktivasi, kurang produktif, kurang kreatif, dan akan merugikan
perusahaan.
d. Distributor
Distributor merupakan lingkungan yang sangat penting dalam
perusahaan, karena dapat memperlancar penjualan. Distributor yang kurang
mendapat manfaat dari perusahaan akan menghambat pengiriman barang
sehingga barang akan terlambat datang ke konsumen atau pasar.

2. Lingkungan Makro
Lingkungan makro adalah lingkungan di luar perusahaan yang dapat
mempengaruhi daya hidup perusahaan secara keseluruhan yang meliputi:
a. Lingkungan Ekonomi (economic environment)
Kekuatan ekonomi lokal, regional, rasional, dan global akan
berpengaruh terhadap peluang usaha. Hasil pen jualan dan biaya perusahaan
banyak dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi. Variabel–variabel ekonomi
seperti tingkat inflasi, tingkat bunga dan fluktuasi mata uang asing baik
langsung maupun tidak akan berpengaruh pada peru sahaan. Inflasi atau
kenaikan harga-harga akan mempersulit para pengusaha dalam
memproyeksikan usahanya. Demikian juga kenaikan suku bunga dan frekuensi
mata uang asing akan menyulitkan perusahaan dalam mengkalkulasi
keuangannya.
b. Lingkungan Teknologi (Technology environment)
Kekuatan teknologi dan kecenderungan perubahannya sangat
berpengaruh pada perusahaan. Perubahan teknologi yang secara drastis dalam
abad terakhir ini telah memperluas skala industri secara keseluruhan. Teknologi
baru telah menciptakan produk-produk baru dan modifikasi produk lainnya.
Demikian juga, bidang usaha jasa telah banyak dipengaruhi oleh kemajuan
teknologi. Kemajuan teknologi dalam menciptakan barang dan jasa telah
mampu memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar secara cepat. Oleh karena
itu, kemampuan pesaing untuk menciptakan nilai tambah secara cepat melalui
perubahan teknologi harus diperhatikan oleh perusahaan tersebut.
c. Lingkungan Sosiopolitik (socio environment)
Kekuatan sosial dan politik, kecenderungan dan konteksnya perlu
diperhatikan untuk menentukan seberapa jauh perubahan tersebut berpengaruh
pada tingkah laku masyarakat. Dalam beberapa hal, perubahan kekuatan politik
berpengaruh terhadap perubahan pemerintahan dan secara tidak langsung
berdampak pada perubahan ekonomi. Misalnya dengan adanya kekacauan
politik dan kerusuhan yang terjadi selalu membawa sentimen pasar. Perubahan
investasi pemerintah dalam bidang teknologi juga sangat berpengaruh pada
kondisi ekonomi. Namun demikian, lingkungan ini akan sangat bermanfaat
apabila wirausaha pandai memanfaatkan peluang dari lingkungan tersebut.
d.Lingkungan Demografi dan Gaya Hidup (Demography and life Style
environment)
Produk barang dan jasa yang dihasilkan seringkali dipengaruhi oleh
perubahan demografi dan gaya hidup. Kelompok-kelompok masyarakat, gaya
hidup, kebiasaan, pendapatan, dan struktur masyarakat bisa menjadi peluang.
Pada prinsipnya semua lingkungan di atas bisa menciptakan peluang bagi
wirausaha.
Dari berbagai lingkungan seperti di ataslah peluang baru dalam bisnis
diperoleh. Zimmerer (1996:98) menganalisis peluang baru dari lingkungan
tersebut dengan menyebutnya pengamatan lingkungan (environment scan
ning), yaitu suatu proses di mana semua sektor kritis lingkungan yang
mempengaruhi perusahaan baru diamati, dievaluasi, dan diuji untuk
menentukan pengaruh perubahaan yang terjadi dalam lingkungan tersebut
terhadap potensi perusahaan. Maksud dari proses pengamatan ini adalah untuk
mengidentifikasi peluang-peluang baru atau tantangan baru yang tercipta akhir
perubahan lingkungan. Zimmerer menganalisis peluang baru tersebut dalam
bentuk analisis dampak silang (cross impact analysis).
Hambatan-hambatan dalam Memasuki Industri. Menurut Peggy
Lambing (2000:95) ada beberapa hambatan untuk memasuki industri baru,
yaitu.
1) Sikap dari kebiasaan Pelanggan Loyalitas pelangan kepada
perusahaan baru masih kurang. Sebaliknya perusahaan yang sudah ada justru
lebih bertahan karena telah lama mengetahui sikap dan kebiasaan
pelangannya.
2) Biaya perubahan (switching cost), yaitu biaya-biaya yang
diperlukan untuk pelatihan kembali para karyawan, dan penggantian alat serta
sistem yang lama.
3) Respons dari pesaing yang ada secara agresif akan
mempertahankan pangsa pasar yang ada. Paten, Merek Dagang, dan Hak
Cipta
Paten, merek dagang, dan hak cipta sangat penting bagi perusahaan
terutama untuk melindungi penemuan-penemuan, identitas dan nama
perusahaan, serta keorisina lan produk-produk yang dihasilkan oleh
perusahaan. Banyak perusahaan yang tidak mengetahui pentingnya hak
perlindungan perusahaan. Perlindungan produk-produk perusahaan sangat oleh
pihak lain. Temuan yang tidak memiliki hak paten akan bebas ditiru dan
diduplikasi bahkan menjadi produk pesaing dan mematikan perusahaan
penemu.
Beberapa hak perlindungan perusahaan yang bisa diperoleh adalah
hak paten, hak cipta, merek dagang, dan identitas perusahaan lainnya.
a. Hak Paten
Paten adalah suatu pengakuan dari lembaga yang berwenang atas
penemuan produk yang diberi kewenangan untuk membuat, menggunakan
dan menjual penemuannya selama paten tersebut masih dalam jaminan.
Pemberian hak monopoli atas produk tersebut dimaksudkan untuk mendorong
kreativitas dan inovasi para penemu.
Untuk mendapatkan hak paten, alat yang diciptakan harus betul-betul
baru (bukan lebih baik). Suatu alat tidak dapat diberikan hak paten apabila
alat tersebut telah dipublikasikan sebelum mengajukan hak paten. Hak paten
hanya diberikan kepada penemu yang sebenarnya, bukan pada seseorang
yang menemukan penemuan orang lain. Penemuan yang telah diberikan hak
paten, tidak boleh diduplikasi dan dijual oleh siapapun tanpa izin (lisensi) dari
penemunya. Ada beberapa langkah untuk mendapatkan hak paten, yaitu:
Langkah 1: Tetapkan Bahwa yang Ditemukan Betul-betul Baru. Untuk
menetapkan bahwa sesuatu yang ditemukan betul-betul baru, penemu harus
menganalisis dan menguji alat baru dengan menggunakan kriteria sebagai
berikut:
a) Apakah alat ini telah digunakan oleh orang lain senbelum
penemuan ini diajukan untuk mendapat hak paten?
b) Apakah telah diberikan paten sebelum temuannya diajukan?
c) Apakah telah digunakan, dipublikasikan, dan dijual sebelum diberikan
tanggal hak paten?
Bila ketiga kriteria tersebut telah dilakukan sebelum diberikan hak
paten, maka penemuan itu akan kehilangan hak untuk memperoleh paten.
Langkah 2: Dokumentasikan alat yang ditemukan tersebut. Untuk
melindungi hak paten dari klaim seseorang, maka penemuan harus
memverifikasi ide-ide penemuan sebelum alat tersebut ditemukan, misalnya
tanggal ide itu tersirat, penjelasan alat yang digunakan, dan gambarnya.
Langkah 3: Telusuri Paten-paten yang telah ada hal ini dilakukan
untuk memverifikasi apakah sesuatu yang baru kita temukan itu telah ada
atau memiliki kesamaan. Perlu diperiksa apakah alat yang ditemukan itu
memiliki kesamaan dan telah memiliki hak paten.
Langkah 4: Pelajari hasil telusuran penemu harus mempelajari hasil
telusuran terlebih dahulu sebelum memutuskan mengajukan lamaran hak
paten. Jika yang telah ada betul-betul seperti paten yang akan diusulkan,
maka pihak yang berwenang tidak akan menjamin hak paten bagi penemuan
baru. Akan tetapi, meskipun alat yang kita temukan itu memiliki fungsi yang
sama dengan alat yang ada, namun memiliki perbedaan dalam cara-cara dan
macam-macamnya, maka paten dapat dijamin.
Langkah 5: Mengajukan lamaran paten yang berisi :
a) Pernyataan yang memuat penemuan itu betul-betul asli.
b) Deskripsi penemuan yang disebut spesifikasi dan batas penemuan
yang disebut klaim, yang mengidentifikasi sifat-sifat penemuan baru.
c) Gambar penemuan.
c.Merek Dagang
Merek dagang (brand name) merupakan istilah khusus dalam
perdagangan atau perusahaan. Merek dagang pada umumnya berbentuk
simbol, nama, logo, slogan, atau tempat dagang yang oleh perusahaan
digunakan untuk menunjukkan keorisinilan produk atau untuk
membedakannya dengan produk lain di pasar. Merek dagang (trade mark)
pada umumnya dijadikan simbol perusahaan di pasar. Untuk menetapkan
mereka harus dipilih kata yang khas, mudah dikenal, diingat dan unik bagi
pelanggan, sehingga menjadi merek terkenal.
c.Hak Cipta
Hak cipta (copyright) adalah suatu hak istimewa guna melindungi
pencipta dan keorisinilan ciptaannya. Misalnya, karangan, musik, lagu, hak
untuk memproduksi, memperbaiki, mendistribusikan atau menjual.

a. Membeli Perusahaan yang Sudah


Didirikan
Banyak alasan mengapa seseorang memilih membeli perusahaan yang
sudah ada daripada mendirikan atau merintis usaha baru, antara lain risiko lebih
rendah, lebih mudah, dan memiliki peluang untuk membeli dengan harga yang
bisa ditawar. Membeli perusahaan baru sedikit risikonya, karena kemungkinan
gagal lebih kecil, sedikit waktu, dan tenaga yang diperlukan. Di samping itu,
membeli perusahaan yang sudah adapun memiliki peluang harga yang relatif
lebih rendah dibanding dengan merintis usaha baru. Namun demikian bahwa
membeli perusahaan yang sudah ada juga mengandung kerugian dan
permasalahan baik eksternal dan internal:
1. Masalah eksternal, yaitu lingkungan misalnya banyaknya pesaing dan
ukuran peluang pasar. Beberapa pertanyaan mendasar dalam menghadapi
lingkungan eksternal ini, misalnya : apakah perusahaan yang dibeli
memiliki daya saing harga di pasar, khususnya dalam harga dan
kualitasnya? Bagaimana segmen pasarnya? Sejauh mana agresivitas
pesaingnya? Apakah ada industri yang dominan? Bagaimana ukuran dan
pertumbuhan pasarnya? Apakah ada perubahan teknologi yang dapat
mempengaruhi perusahaan yang dibeli? Setiap pembelian perusahaan harus
memperhatikan lingkungan yang mempengaruhinya.
2. Masalah-masalah internal, yaitu masalah-masalah yang ada dalam
perusahaan, misalnya masalah image atau reputasi perusahaan. Misalnya
masalah karyawan, masalah konflik antara manajemen dan karyawan yang
sukar diselesaikan oleh pemilik yang baru, masalah lokasi, dan masalah
masa depan perusahaan lainnya. Sebelum melakukan kontrak jual beli
perusahaan yang akan dibeli, ada beberapa aspek yang harus
dipertimbangkan dan dianalisis oleh pembeli. Menurut Zimerer (1996)
aspek-aspek itu meliputi:
a. Pengalaman apa yang dimiliki untuk mengoperasikan
perusahaan tersebut?
b. Mengapa perusahaan tersebut berhasil tetapi kritis?
c. Di mana lokasi perusahaan tersebut?
d. Berapa harga yang rasional untuk membeli perusahaan itu?
e. Apakah membeli perusahaan tersebut akan lebih menguntungkan
daripada merintis sendiri usaha baru?
Tidaklah mudah untuk membeli perusahaan-perusahaan yang sudah
ada. Seorang wirausaha yang akan membeli perusahaan selain harus
mempertimbangkan berbagai keterampilan, kemampuan, dan kepentingan
pembelian perusahaan tersebut, pembeli juga harus mem perhatikan
sumber-sumber potensial perusahaan yang akan dibeli, di antaranya:
a. Pedagang perantara penjual perusahaan yang akan dibeli.
b. Bank investor yang melayani perusahaan.
c. Kontak-kontak perusahaan seperti pemasok, distribu tor, pelanggan, dan
yang lainnya yang erat kaitannya dengan kepentingan perusahaan yang
akan dibeli.
d. Jaringan kerja sama bisnis dan sosial perusahaan yang akan dibeli.
e. Daftar majalah dan jurnal perdagangan yang diguna kan oleh
perusahaan yang akan dibeli.
Zimmerer tampak lebih eksplisit daripada Lambing tentang alasan
mengapa seseorang membeli perusahaan. Menurutnya, ada lima hal kritis
untuk menganalisis perusahaan yang akan dibeli, yaitu:
a. Alasan pemilik menjual perusahaan. Apakah keka yaannya berbentuk
nyata (tangible) atau tidak nyata (intangible)? Apakah masih prospektif
dan layak guna (up-to-date) serta efisien? Ada beberapa jenis keka yaan
yang harus diperhatikan, misalnya tangible asset (peralatan daftar
piutang, susunan leasing, business record), dan intangible asset (merek
dagang, paten, hak cipta, good-will), lokasi, dan penampilan.
c. Potensi produk dan jasa yang dihasilkan. Potensi pasar apa yang
dimiliki barang dan jasa yang dihasilkan? Ada dua aspek yang harus
dianalisis, yaitu komposisi dan karakteristik pelanggan dan komposisi
dan karak teristik pesaing yang ada.
d. Aspek legal yang dimiliki perusahaan. Aspek legal yang harus
dipertimbangkan, yaitu menyangkut prosedur pemindahan kekayaan
dan balik nama dari penjual ke pembeli.
e. Kondisi keuangan perusahaan yang akan dijual. Bagaimana kondisi
keuangan perusahaan yang akan dijual tersebut apakah sehat atau tidak?
Misalnya, bagaimana potensi keuntungan yang akan diperoleh?
Bagaimana laporan rugi labanya selama lima tahun terakhir ini?
Bagaimana pajak pendapatannya? Bagaimana kompensasi laba bagi
pemilik?
Setelah itu, langkah-langkah yang harus diambil dalam pembelian
suatu perusahaan adalah:
a. Yakinkan bahwa anda tidak akan merintis usaha baru. Pertimbangkan,
alasan membeli perusahaan daripada merintis usaha-usaha baru atau
franschising.
b. Tentukan jenis perusahaan yang diinginkan dan apakah anda mampu
mengelolanya? Teguhkan kekuatan, kelemahan, tujuan, dan kepribadian
anda?
c. Pertimbangan gaya hidup yang anda inginkan. Apa yang diharapkan
dari perusahaan tersebut? Uang, kebebasan, atau fleksibilitas?
d. Pertimbangan lokasi yang diinginkan. Tempat yang bagaimana yang
anda inginkan?
e. Pertimbangkan kembali gaya hidup. Apakah anda ingin memiliki
perusahaan ini selama-lamanya atau hanya untuk kesenangan?
f. Jajaki penyandang dana sebelumnya.
g. Persiapkan bahwa anda akan menjadi pedagang.
h. Tetapkan perusahaan yang ingin dibeli.
i. Pilihlah penjual terbaik. Apa alasan menjual perusahaan tersebut?
j. Adakah penelitian sebelum anda menyetujuinya.
k. Buatlah surat pernjanjian dalam bentuk yang spesifik, misalnya jangka
waktu pembayaran berakhir.
l. Jangan lupa untuk menilai karyawan.
m. Yakinkan bahwa harga yang ditawarkan itu mencerminkan nilai
perusahaan.

3.Franchising (Kerja Sama Manajemen/ Waralaba)


Franchising merupakan cara memasuki dunia usaha yang sangat
populer di seluruh dunia. Produk-produk franchising telah menjadi produk
global. Dealer-dealer mobil, motor, bahan bakar, dan alat rumah tangga
lainnya berkembang di seluruh dunia. Format bisnis franchising telah
memberikan fasilitas jasa yang luas bagi para dealer (franchising) seperti
pemasaran, periklanan, pelatihan, standar produksi, dan pengerjaan manual,
serta bimbingan pengawasan kualitas. Logo-logo dari usaha franchising
terlihat di pusat-pusat perdagangan seperti di Jakarta, Bandung, Surabaya,
bahkan sampai kota-kota kecil lainnya.
Franchising merupakan kerja sama manajemen yang biasanya
berkembang dalam perusahaan eceran. Seperti telah dikemukakan bahwa
franchise adalah suatu persetujuan lisensi menurut hukum antara suatu
perusahaan (pabrik) penyelenggara dengan penyalur atau perusahaan lain
untuk melaksanakan usaha. Perusahaan yang memberi lisensi disebut
franchising dan penyalur disebut franchise. Dalam franchising, perusahaan
yang diberi hak monopoli menyelenggarakan perusahaan seolah-olah
merupakan bagian dari perusahaan pemberi lisensi yang dilengkapi dengan
nama produk, merek dagang, dan prosedur penye lenggaranya secara standar.
Perusahaan induk (franchisor) mengizinkan franchisee untuk menggunakan
nama, tempat/ daerah, bimbingan, latihan karyawan, periklanan, dan
perbekalan material yang berlanjut. Dukungan awal meliputi salah satu atau
keseluruhan dari aspek-aspek berikut (1) pemilihan tempat, (2) rencana
bangunan, (3) pembelian peralatan, (4) pola arus kerja, (5) pemilihan
karyawan, (6) periklanan, (7) grafik, (8) bantuan pada acara pembukuan.
Selain dukungan awal, bantuan lain yang berlanjut dapat pula meliputi
faktor-faktor sebagai berikut (1) pencatatan dan akuntansi, (2) konsultasi, (3)
pemeriksaan dan standar, (4) promosi, (5) pengendalian kualitas, (6) nasihat
hukum, (7) riset, (8) material lainnya.
Dalam kerja sama franchising, perusahaan induk memberikan bantuan
manajemen secara berkesinambungan. Keseluruhan citra (goodwill),
pembuatan, dan teknik pemasaran diberikan kepada perusahaan franchise.
Tidak sedikit bentuk franchising yang dilakukan antar-negara, misalnya Mc
Donald’s, Kentucky Fried Chicken, Pizza Hut, Cola Cola, Pepsi Cola, Hoka-
hoka Bento, dan lain sebagainya. Bidang otomotif, misalnya dealer mobil dan
motor, rental mobil, suku cadang, dan pompa bensin. Di bidang lain, bentuk
kerja sama ini adalah di bidang elektronik, obat-obatan, dan hotel.
Di negara-negara yang sudah maju seperti Amerika Serikat dan
negara-negara di Eropa, franchising tumbuh cepat dan semakin meluas.
Bidang-bidang yang berkembangnya cukup menonjol seperti rekreasi,
hiburan, perjalanan, dan wisata dengan kenaikan 34,1%, jasa-jasa perusahaan
30,7%, akuntansi, kredit, agen pengumpul, dan jasa perusahaan umum
21,19%, percetakan dan foto copy 20,8%, dan jas-jasa lainnya.
Di Indonesia, bentuk kerja sama yang mirip dengan franchising
namun berbeda adalah ”bapak angkat” atau ”kemitraan”. Dalam kerja sama
sistem bapak angkat atau kemitraan kebanyakan hanya diberikan bantuan
permodalan, pemasaran, dan bimbingan usaha.
Dasar hukum dari penyelenggaraan franchising adalah kontrak antara
perusahaan franchisor dengan franchisee. Perusahaan induk dapat saja
membatalkan perjanjian tersebut apabila perusahaan yang diajak kerja sama
tersebut melanggar persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan dalam
persetujuan.
Menurut Zimmerer (1996) keuntungan dari kerja sama franchising
adalah:
1. Pelatihan, pengarahan, dan pengawasan yang
berlanjut dari franchisor.
2. Diberikannya bantuan finansial. Biasanya biaya awal
pembukaan sangat tinggi, sedangkan sumber modal dari perusahaan
franchisee sangat terbatas.
3. Keuntungan dari penggunaan nama, merek, produk
yang telah dikenal.
Sedangkan menurut Peggy Lambing (2000: 116-117), keuntungan
franchising meliputi:
a. Bantuan awal yang memberi kemudahan, yaitu berupa jasa nasehat
pemilihan lokasi, analisis fasilitas layout, bantuan keuangan, palatihan
manajemen, seleksi karyawan, dan bantuan pelatihan.
b. Basis untuk mempertimbangkan prospek keberhasilan, yaitu
menyajikan prediksi dan pengujian tentang kemungkinan untuk
menghasilkan keuntungan.
c. Mendapat pengakuan yang segera, yaitu cepat dikenal karena sudah
memiliki reputasi dan pengalaman, misalnya sebulan, seminggu, bahkan
beberapa hari saja sudah dikenal.
d. Daya beli. Karena merupakan bagian dari organisasi yang besar besar,
maka pembayaran untuk pembelian bahan baku, peralatan, jasa asuransi
akan relatif murah.
e. Cakupan periklanan dan pengalaman. Periklanan secara nasional dengan
pengalaman yang jauh lebih sehingga biaya periklanan menjadi sangat
murah.
f. Perbaikan operasional. Sebagai bagian dari organisasi yang besar, usaha
franchising memiliki metode yang lebih efisien dalam perbaikan proses
produksi.
Di samping beberapa keuntungan seperti di atas, kerja sama
franchising tidak selalu menjamin keberhasilan, karena sangat tergantung
pada jenis usaha dan kecakapan para wirausaha. Kerugian yang mungkin
terjadi menurut Zimmerer adalah (1) program latihan tidak sesuai dengan
yang diinginkan, (2) pembatasan kreativitas penyelenggaraan usaha
franchisee, (3) franchisee jarang memiliki hak untuk menjual
perusahaannya kepada pihak lain tanpa menawarkan terlebih dahulu kepada
pihak franchisor dengan harga yang sama.

4. Profil Usaha Kecil dan Model Pengembangannya


Sampai saat ini batasan usaha kecil berbeda-beda tergantung pada fokus
permasalahannya masing-masing. Seperti dikemukakan oleh Dan Steinhoff dan
John F. Burgess (1993:14) bahwa ”small business has been defined in different
ways by different organization and agencies”. Usaha kecil telah didefinisikan
dengan cara yang berbeda tergantung pada kepentingan organisasi. Dalam ”small
business act” yang dikutip oleh Dan Steinhoff dan John F. Burgess (1993:14)
bahwa “Small business has been defined in different ways by different organization
and agencies”. Usaha kecil telah didefinisikan dengan cara yang berbeda
tergantung pada kepentingan organisasi.
Dalam ”Small Business Act” (1934) yang dikutip oleh Dan Steinhoff dan
John F. Burgess (1993:14), misalnya dikemukakan “A small business is one which
independently owned and operated and is not dominant in its field”. Menurut
“Small Business Development Centre” University of Winconsin-Madison,
perusahaan kecil memiliki cirri-ciri sebagai berikut: “Greater potential, greater
risk, limited access to capital, one or few managers, and less able to survive major
mistakes”.
Dilihat dari perangkat manajemennya, Lambing (2000:43) mengemukakan
bahwa control atau pengawasan pada usaha kecil biasanya aturan secara tidak
tertulis sebab wirausaha mudah menguasai segala aspek usahanya. Banyak
wirausaha yang cenderung untuk menggunakan manajemen mikro (micromanage)
dalam usahanya. M .Kusman Sulaeman (1988-1989:43), mengemukakan beberapa
ciri pekerjaan manajerial dari usaha kecil dan menengah yang dikutip dari beberapa
hasil studi yang dilakukan.
Di Indonesia sendiri belum ada batasan dan kreteria yang baku mengenai
usaha kecil. Berbagai instansi menggunakan batasan dan kriteria menurut fokus
permasalahan yang dituju. Dalam Undang-undang No.9/ 1995 Pasal 5 tentang
usaha kecil disebabkan beberapa kriteria usaha kecil sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 (dua ratus
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000
(satu miliar rupiah).
Biro Pusat Statistik Indonesia (BPS) (1988) mendefinisikan usaha kecil
dengan ukuran tenaga kerja, yaitu 5 sampai dengan 19 orang yang terdiri
(termasuk) pekerja kasar yang dibayar, pekerja pemilik, dan pekerja keluarga.
Perusahaan industri yang memiliki tenaga kerja kurang dari 5 orang
diklasifikasikan sebagai industri rumah tangga (home industry).
Berbeda dengan klasifikasi yang dikemukakan oleh Stanley dan Morse,
bahwa industri yang menyerap tenaga kerja 1-9 orang termasuk industri kerajinan
rumah tangga. Industri kecil menyerap 10-49 orang, industri sedang menyerap 50-
99 orang, dan industri besar menyerap tenaga kerja 100 orang lebih.
Berdasarkan terminologi di atas banyak kreteria yang digunakan. Terlepas
dari ukuran secara kuantitatif, pada umumnya perusahaan kecil memiliki ciri-ciri
khusus, yaitu manajemen, persyaratan modal dan pengoperasian yang bersifat
lokal. Pada usaha kecil, manajer yang mengoperasikan perusahaan adalah pemilik,
majikan, dan investor yang mengambil berbagai keputusannya secara mandiri.
Jumlah modal yang diperlukan juga biasanya relatif kecil dan hanya dari beberapa
sumber saja.
Karena permodalan relatif kecil dan dikelola secara mandiri, maka daerah
operasinya juga adalah lokal, majikan dan karyawan tinggal dalam suatu daerah
yang sama, bahan baku lokal dan pemasarannyapun hanya pada lokasi/ daerah
tertentu. Beberapa usaha kecil menghasilkan produk untuk keperluan ekspor
dengan skala yang relatif kecil, relatif spesifik atau kurang diversifikasi, misalnya
barang-barang untuk keperluan rumah tangga umumnya memiliki jumlah karyawan
yang sedikit, modal terbatas dan volume penjualan yang rendah. Akan tetapi,
secara keseluruhan merupakan sektor yang mampu menyerap tenaga kerja lokal
yang cukup besar dan tersebar.
Komisi untuk Perkembangan Ekonomi (Commity for Economic
Development- CED), mengemukakan kreteria usaha kecil sebagai berikut:
1. Manajemen berdiri sendiri, manajer adalah pemilik.
2. Modal disediakan oleh pemilik atau sekelompok kecil.
3. Daerah operasi bersifat lokal.
4. Ukuran dalam keseluruhan relatif kecil.
Di samping ciri-ciri di atas, usaha kecil memiliki kekuatan dan kelemahan
tersendiri. Beberapa kekuatan usaha kecil antara lain.
a. Memiliki kebebasan untuk bertindak. Bila ada perubahan,
misalnya perubahan produk baru, teknologi baru, dan perubahan mesin baru,
usaha kecil bisa bertindak dengan cepat untuk menyesuaikan dengan keadaan
yang berubah tersebut. Sedangkan, pada perusahaan besar, tindakan cepat
tersebut susah dilakukan.
b. Fleksibel. Perusahaan kecil sangat luwes, ia dapat menyesuaikan
dengan kebutuhan setempat. Bahan baku, tenaga kerja dan pemasaran produk
usaha kecil pada umumnya menggunakan sumber-sumber setempat yang
bersifat lokal. Beberapa perusahaan kecil di antaranya menggunakan bahan
baku dan tenaga kerja bukan lokal yaitu mendatangkan dari daerah lain atau
impor.
c. Tidak mudah goncang. Karena bahan baku dan sumber daya
lainnya kebanyakan lokal, maka perusahaan kecil tidak renta terhadap fluktuasi
bahan baku impor. Bahkan bila bahan baku impor sangat mahal sebagai akibat
tingginya nilai mata uang asing, maka kenaikan mata uang asing tersebut dapat
dijadikan peluang oleh perusahaan kecil yang menggunakan bahan baku lokal
dengan memproduksi barang-barang untuk keperluan ekspor.
Sebagai contoh perusahaan cinderamata dan mebel yang sudah diekspor
dan menggunakan bahan baku rotan, kayu, dan kulit dapat meraih keuntungan
akibat kenaikan nilai mata uang asing. Perusahaan kecil bisa menggunakan produk
barang dan jasa yang dihasilkannya untuk bersaing karena bahan baku dan sumber
lokal harganya relatif lebih rendah daripada bahan baku impor.
Sedangkan kelemahan perusahaan kecil dapat dikatagorikan ke dalam dua
aspek:
1. Aspek kelemahan struktural, yaitu kelemahan dalam struktur
perusahaan misalnya kelemahan dalam bidang manajemen dan organisasi,
kelemahan dalam pengendalian mutu, kelemahan dalam mengadopsi dan
penguasaan teknologi, kesulitan mencari permodalan, tenaga kerja masih lokal,
dan terbatasnya akses pasar. Kelemahan faktor struktural yang satu saling
terkait dengan faktor yang lain kemudian membentuk lingkaran ketergantungan
yang tidak berujung pangkal dan membuat usaha kecil terdominasi dan renta.
Secara struktural, salah satu kelemahan usaha kecil yang paling
menonjol adalah kurangnya permodalan. Akibatnya terjadi ketergantungan
pada kekuatan pemilik modal. Karena pemilik modal juga lebih menguasai
sumber-sumber bahan baku dan dapat mengusahakan bahan baku, maka
pengusaha kecil memiliki ketergantungan pada pemilik modal yang sekaligus
penguasa bahan baku. Selain menguasai sumber-sumber bahan baku, pemilik
modal juga menguasai akses dan informasi pasar, dan dengan demikian
ketergantungan usaha kecil terhadap bahan baku menjadi ketergantungan
terhadap pasar. Oleh karena yang menguasai pasar banyak mengetahui dan
langsung mengenal pasar baik standar kualitas, motif maupun jumlahnya, maka
standar produk, desain produk, teknik produk, dan jumlah produk ditentukan
oleh pemilik informasi pasar yang sekaligus penyandang dana.
Akibat dari ketergantungan tersebut, otomatis harga jual produk yang
dihasilkan usaha kecil secara tidak langsung ditentukan oleh penguasa pasar
dan pemilik modal, maka terjadilah pasar monopsoni. Demikian juga, harga
jual bahan baku dan bunga modal. Karena harga jual barang-barang yang
dihasilkan usaha kecil ditentukan oleh pemilik informasi pasar yang juga
sebagai pemilik informasi bahan baku, maka batas keuntungan penguasaha
kecil ditentukan oleh batas harga jual produk dan batas harga beli bahan baku.
Terjadilah repatriasi keuntungan yang mengakibatkan permodalan usaha kecil
jumlahnya tetap kecil.
Kondisi tersebut mengakibatkan ketergantungan pengusaha kecil yang
menjadi buruh pada perusahaan sendiri dengan upah yang ditentukan oleh batas
keuntungan dari pemilik modal sekaligus penguasa pasar dan penguasa sumber-
sumber bahan baku.
2. Kelemahan Kultural
Kelemahan kultural mengakibatkan kelemahan struktural. Kelemahan
kultural mengakibatkan kurangnya akses informasi dan lemahnya berbagai
persyaratan lain guna memperoleh akses permodalan, pemasaran, dan bahan
baku, seperti:
a. Informasi peluang dan cara memasarkan produk.
b. Informasi untuk mendapatkan bahan baku yang
baik, murah, dan mudah didapat.
c. Informasi untuk memperoleh fasilitas dan bantuan
penguasa besar dalam menjalin hubungan kemitraan untuk memperoleh
bantuan permodalan dan pemasaran.
d. Informasi tentang tata cara pengembangan produk,
baik desain, kualitas, maupun kemasannya.
e. Informasi untuk menambah sumber permodalan
dengan persyaratan yang terjangkau.

5. Kerangka Hipotesis Pengembangan Usaha Kecil


Hasil studi yang dilakukan oleh John Eggers dan Kim Leahy
mengidentifikasi enam tahap pengembangan bisnis yaitu tahap kosepsi
(conception), survival, stabilisasi, orientasi pertumbuhan, pertumbuhan yang
cepat, dan kematangan. Pada setiap tahap tersebut gaya kepemimpinan
wirausaha dan keterampilan yang diperlukan cenderung berubah. Menurut
Lambing (2000:23) ada dua keterampilan yang sangat diperlukan oleh pemilik
perusahaan dalam rangka pengembangan perusahaan, yaitu manajemen
personal dan manajemen keuangan.
Banyak konsep yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi dan
manajemen modern tentang cara meraih keberhasilan usaha kecil dalam
mempertahankan eksistensinya secara dinamis. Dalam berbagai konsep strategi
bersaing dikemukakan bahwa keberhasilan suatu perusahaan sangat tergantung
pada kemampuan internal. Secara internal, perusahaan perlu memiliki
kompetensi khusus (distinctive competency) yang dicari dari integrasi
fungsional (design school) (Mintzberg, 1990) atau dari kemampuan internal
(resource-based theory) (Pandian, 1992), atau dari care competency (D’Aveni,
1994) atau dari entrepreneur secret yaitu kreativitas dan inovasi (creativity and
innovation) dari tantangan eksternal dynamic theory (Porter, 1980) yang
dibahas lebih lanjut pada bab 7.
Pandangan Michael Porter (1980, 1999) tentang teori competitive
strategy sampai saat ini tampak masih relevan, walaupun dalam
perkembangannya tidak sedikit yang mengkritik. Teori Porter dirancang untuk
menghadapi tantangan eksternal khususnya persaingan. Dalam teori persaingan
Porter dikemukakan bahwa untuk menciptakan daya saing khusus, perusahaan
harus menciptakan keunggulan melalui strategi generik (generic strategic),
yaitu strategi yang menekankan pada keunggulan biaya rendah (low cost),
diferensasi (differentiation), dan fokus (focus). Dengan strategi ini, perusahaan
akan memiliki daya tahan (sistainability) hidup secara berkesinambungan.
Meskipun masih relevan, strategi Porter ini terus dikritik. Menurut Mahoney
dan Pandian (1992) dan D’ Aveni (1994), strategi Porter tersebut adalah
berjangka pendek (short-life) dan statis). Menurutnya sekarang ini keadaannya
sudah sangat cepat berubah, maka yang diperlukan adalah strategi jangka
panjang (long-life) dan dinamis. Untuk menghadapi kondisi jangka panjang dan
dinamis, perusahaan harus dikembangkan melalui strategi yang berbasis pada
pengembangan sumber daya internal secara superior (internal resource-based
strategy) untuk menciptakan kompetensi inti (core competency) seperti yang
disarankan oleh Mintzberg (1990). Menurut Richard D’Aveni (1994:253) dan
Gary Hamel (1994:232), perusahaan harus menekankan strategi yang berfokus
pada pengembangan kompetensi inti (building core competency), pengetahuan
dan keunikan intangible asset untuk meniciptakan keunggulan, dan hanya
wirausahalah yang mampu mencari peluang secara kreatif dalam menciptakan
keunggulan.
Dalam menghadapi krisis ekonomi nasional seperti sekarang ini, baik
teori dynamic strategy maupun teori resource-based strategy sangat relevan
bila khusus diterapkan dalam pemberdayaan usaha kecil nasional dewasa ini.
Perhatian utama harus ditekankan pada penciptaan nilai tambah untuk meraih
keunggulan daya saing (competitive advantages) melalui pengembangan
kapabilitas khusus (kewirausahaan), sehingga perusahaan kecil tidak lagi
mengandalkan strategi kekuatan pasar (market power) melalui monopoli dan
fasilitas pemerintah. Dalam strategi ini, perusahaan kecil harus mengarah pada
keterampilan khusus secara internal yang bisa menciptakan core product yang
unggul untuk memperbesar manufacturing share (muncul pada berbagai
produk yang memiliki komponen penting yang sama). Strategi tersebut lebih
murah dan ampuh dalam lokalnya (Albert Wijaya, 1993). Menurut teori
resourse-based strategy ini, agar perusahaan meraih keuntungan secara terus-
menerus, yaitu meraih semua pesaing di industri yang bersangkutan, maka
perusahaan harus mengutamakan kapabilitas internal yang superior, yang tidak
transparan, sukar ditiru atau dialihkan oleh pesaing dan memberi Pandian
(1992) adalah tanah, teknologi, tenaga kerja (kapabilitas dan pengetahuannya),
modal dan kebiasaan rutin.
Secara spesifik, ahli lain Burns (1990) menyarankan, bahwa agar
perusahaan kecil berhasil take-off, maka harus ada usaha-usaha khusus yang
diarahkan untuk survival, consolidation, control, planning, dan expectation.
Dalam tahapan ini diperlukan penguasaan manajemen, yaitu dengan mengubah
pemilik sebagai pengusaha (owners as businessman) yang merekrut tenaga
yang diberi wewenang secara jelas. Di bidang pemasaran, harus mengubah dari
getting custumer menjadi tahap tighten financial control, improve margin, and
control cost. Di bidang pendanaan, dalam tahap take-off, usaha kecil harus
sudah ventura capital (Yuyun Wirasasmita, 1993:2).
Menurut teori the design school, perusahaan harus mendesain strategi
perusahaan yang “fit” antara peluang dan ancaman eksternal dengan
kemampuan internal yang mema dai yang didukung dengan menumbuhkan
kapabilitas inti (core competency) yang merupakan kompetensi khusus
(distinctive competency) dari pengelolaan sumber daya perusahaan. Kompetensi
ini diciptakan melalui generic strategy-nya Porter (1980), dan didukung dengan
nilai dan budaya perusahaan yang relevan.
Dalam konteks persaingan bebas yang semakin dinamis sekarang ini,
menurut D’Aveni (1987), perusahaan harus menekankan pada strategi
pengembangan kompetensi inti (building core competency), yaitu pengetahuan
dan keunikan untuk menciptakan keunggulan seperti yang telah dikemukakan.
Keunggulan tersebut menurutnya diciptakan melalui ”The New 7-S’strategy
(The New 7-S’)”, yaitu:
1. Superior stakeholder satisfaction, yaitu mengutamakan kepuasan
stakeholder.
2. Startegic sooth saing, yaitu merancang strategi yang membuat kejutan atau
yang mencengangkan.
3. Position for speed, yaitu posisi untuk mengutakan kecepatan.
4. Position for surprise, yaitu posisi untuk membuat kejutan.
5. Shifting the role of the game, yaitu strategi untuk mengadakan
perubahan/pergeseran peran yang dimainkan.
6. Signaling strategic intent, yaitu mengidentifikasikan tujuan dari strategi.
7. Simultanous and sequential strategic thrusts, yaitu membuat rangkaian
penggerak/pendorong strategi secara simultan dan berurutan.
Berdasarkan pandangan para ahli di atas, jelaslah bahwa kelangsungan
hidup perusahaan baik kecil maupun besar pada umumnya sangat tergantung
pada strategi manajemen perusahaan dalam memperdayakan sumber daya
internalnya.

BAB. XIII
ETIKA WIRAUSAHA

B. Faktor-faktor Pemicu Kewirausahaan


David C. McClelland (1961:207), mengemukakan bahwa
kewirausahaan (entrepreneurship) ditentukan oleh motif berprestasi
(achievement), optimisme (optimism), sikap-sikap nilai (value attitudes) dan
status kewriusahaan (entrep reneurial status) atau keberhasilan. Sedangkan
menurut Ibnoe Soedjono dan Roopke, proses kewirausahaan atau tindakan
kewirausahaan (entrepreneurial action) merupakan fungsi dari property right
(PR), competency/ ability (C), incentive (I), dan external environment (E).
Perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor-faktor itu adalah hak kepemilikan (property right, PR),
kemampuan/kompetensi (competency /ability, C), dan insentif (incentive),
sedangkan faktor eksternalnya meliputi lingkungan (environment, E). Menurut
Ibnoe Soedjono, karena dalam kemampuan afektif (affective abilities)
mencakup sikap, nilai-nilai, aspirasi, perasaan, dan emosi yang kesemuanya
sangat tergantung pada kondisi lingkungan yang ada, maka dimensi
kemampuan afektif (affective abilities) dan kemampuan kognitif (cognitive
abilities) merupakan bagian dari pendekatan kemampuan kewirausahaan
(entrepreneurial). Jadi, kemampuan berwira usaha (entrepreneurial)
merupakan fungsi dari perilaku kewirausahaan dalam mengombinasikan
kreativitas, inovasi, kerja keras, dan keberanian menghadapi resiko untuk
memperoleh peluang.

C. Model Proses Kewirausahaan


Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave (1996:3), proses
kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengaruhi
oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal seperti pendidikan,
sosiologi, organisasi, kebudayaan, dan lingkungan (Bygrave, 1996:3). Faktor-
faktor tersebut membentuk locus of control, kreativitas, inovasi, implementasi,
dan pertumbuhan yang kemudian berkembang menjadi wirausaha yang besar
(Soeharto Prawirakusumo, 1977:5). Secara internal, inovasi dipengaruhi oleh
faktor yang berasal dari individu seperti locus of control, toleransi, nilai-nilai,
pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang
mempengaruhi diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena
itu, inovasi berkembang menjadi kewira usahaan melalui proses yang
dipengaruhi lingkungan, organisasi, dan keluarga.
Kewirausahaan berkembang dan diawali dengan adanya inovasi.
Inovasi ini dipicu oleh faktor pribadi, lingkungan, dan sosiologi. Faktor
individu yang memicu kewirausahaan adalah pencapaian locus of control,
toleransi, pengambilan risiko, nilai-nilai pribadi, pendidikan, pengala man, usia,
komitmen, dan ketidakpuasaan. Sedangkan faktor pemicu yang berasal dari
lingkungan ialah peluang, model peran, aktivitas, pesaing, inkubator, sumber
daya, dan kebija kan pemerintah. Sedangkan faktor pemicu yang berasal dari
lingkungan sosial meliputi keluarga, orang tua dan jaringan kelompok. Seperti
halnya pada tahap perintisan kewirausa haan, maka pertumbuhan
kewirausahaan sangat tergantung pada kemampuan pribadi, organisasi, dan
lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan
kewirausahaan adalah pesaing, pelanggan, pemasok, dan lembaga-lembaga
keuangan yang akan membantu pendanaan. Sedangkan faktor yang berasal dari
pribadi adalah komit men, visi, kepemim pinan, dan kemampuan manajerial.
Selanjutnya faktor yang berasal dari organisasi adalah kelompok, struktur,
budaya, dan strategi. Jadi kewirausahaan diawali dengan inovasi. Inovasi
tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai pribadi, sosiologi, organisasi, dan
lingkungan.
Seorang yang berhasil dalam berwirausaha adalah orang yang dapat
menggabungkan nilai-nilai, sifat-sifat utama (pola sikap) dan perilaku dengan
bekal pengetahuan, pengalaman dan keterampilan praktis (knowledge and
practice). Jadi, pedoman-pedoman, pengharapan-pengharapan dan nilai-nilai,
baik yang berasal dari pribadi maupun kelompok berpengaruh dalam
membentuk perilaku kewirausahaan.

D. Ciri-ciri Penting Tahap Permulaan dan Pertumbuhan Kewirausahaan


Berdasarkan hasil penelitian terhadap 115 usaha kecil unggulan di
Kabupaten Madiun yang dilakukan oleh penulis diperoleh kesimpulan bahwa
pada umumnya proses pertumbuhan kewirausahaan pada usaha kecil tersebut
memiliki tiga ciri penting, yaitu (1) tahap imitasi dan duplikasi (imitating and
duplicating), (2) tahap duplikasi dan pengembangan (duplicating and
devoloping), (3) tahap menciptakan sendiri barang dan jasa baru yang berbeda
(creating new and different).
Pada tahap pertama, yaitu proses imitasi dan duplikasi para wirausaha
mulai meniru ide-ide orang lain, misalnya untuk memulai atau merintis usaha
barunya diawali dengan meniru usaha orang lain, dalam menciptakan jenis
barang yang akan dihasilkan meniru yang sudah ada. Teknik produksi, desain,
pemprosesan, organisasi usaha, dan pola pemasarannya meniru yang sudah ada.
Beberapa keteram pilan tertentu diperoleh melalui magang atau pengalaman
baik dari lingkungan keluarga maupun orang lain. Akan tetapi tidak sedikit pula
wirausaha yang berhasil karena proses pengamatan.
Selanjutnya, pada tahap duplikasi dan pengembangan, para wirausaha
mulai mengembangkan ide-ide barunya. Dalam tahap duplikasi produk
misalnya, wirausaha mulai mengembangkan produknya melalui diversifikasi
dan diferensiasi dengan didesain sendiri. Demikian pula dalam organisasi usaha
dan pemasaran mulai dikembangkan model-model pemasaran sendiri.
Meskipun pada tahap ini menga lami perkembangan yang lambat dan
cenderung kurang dinamis, tetapi sudah ada sedikit perubahan. Misalnya desain
dan teknik yang cenderung monoton, mungkin berubah tiga sampai lima tahun
sekali, pemasaran cenderung dikuasai oleh bentuk-bentuk monopsoni oleh para
pengumpul seperti usaha kecil pada umumnya.
Beberapa wirausaha di antaranya ada juga yang mengikuti model
pemasaran dan cenderung berperan sebagai market follower dan beberapa
perusahaan lagi mengikuti kehendak pedagang pengumpul. Setelah tahap
duplikasi dan pengembangan, kemudian tahap menciptakan sendiri sesuatu
yang baru dan berbeda melalui ide-ide sendiri sampai terus berkembang. Tada
tahap ini wirausaha biasanya mulai bosan dengan proses produksi yang ada,
keingitahuan, ketidak puasan terhadap hasil yang sudah ada mulai timbul dan
adanya keinginan untuk mencapai hasil yang lebih unggul secara menggebu-
gebu. Pada tahap ini organisasi usaha mulai diperluas dengan skala yang luas
pula, produk mulai diciptakan sendiri berdasarkan pengamatan pasar dan
berdasarkan kebutuhan konsumen, ada keinginan untuk menjadi penantang
pasar (market challenger) bahkan pemimpin pasar (market leader). Produk-
produk unik yang digerakkan oleh pasar (market driven) mulai diciptakan dan
disesuaikan dengan perkembangan teknik yang ada. Beberapa industri kecil
tertentu, misalnya industri kecil sepatu dan industri konveksi mulai menantang
pasar (market challenger), sedangkan industri lainnya yang menggunakan
teknik produksi tradisional dan semi modern masih menjadi pengikut pasar
(market follower).

E. Langkah Menuju Keberhasilan Wirausaha


Untuk menjadi wirausaha sukses, pertama-tama harus memiliki ide atau
visi bisnis (business vision) yang jelas, kemudian ada kemauan dan keberanian
untuk menghadapi resiko baik waktu maupun uang.
Apabila ada kesiapan dalam menghadapi risiko, langkah berikutnya
adalah membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan dan menjalankannya.
Agar usahanya berhasil, selain harus kerja keras sesuai dengan urgensinya,
wirausaha harus mampu mengembangkan hubungan baik dengan
mitrausahanya maupun dengan semua pihak yang terkait dengan kepentingan
perusahaan.

F. Faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Wirausaha


Seperti telah dikemukakan sebelumnya, keberhasilan atau kegagalan
wirausaha sangat tergantung pada kemampuan pribadi wirausaha. Zimmerer
(1996:14-15) mengemukakan beberapa faktor-faktor yang menyebabkab
wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya.
1. Tidak kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak memiliki
kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab
utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.
2. Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan teknik, kemampuan
menvisualisasikan usaha, kemampuan mengkoordininasikan, keterampilan
mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan
operasi perusahaan.
3. Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil
dengan baik faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara
aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat.
Kekeliruan dalam memelihara aliran kas akan menghambat operasional
perusahaan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
4. Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu
kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan
dalam pelaksanaan.
5. Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan
faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis
merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak
strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang
efisien.
6. Kurangnya pengawasan peralatan. Pengawasan erat kaitannya dengan
efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan dapat mengakibatkan
penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.
7. Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang setengah-
setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan
menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal
menjadi besar.
8. Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan.
Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak
akan menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha
hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu
membuat peralihan setiap waktu.
Selain faktor-faktor yang membuat kegagalan kewira usahaan,
Zimmerer (1996:17) mengemukakan beberapa potensi yang membuat
seseorang mundur dari kewirausahaan, yaitu:
1. Pendapatan yang tidak menentu. Baik pada tahap awal maupun tahap
pertumbuhan, dalam bisnis ada jaminan untuk memperoleh pendapatan
yang berkesinambungan. Dalam kewirausahaan, sewaktu-waktu bisa rugi
dan sewaktu-waktu juga bisa untung. Kondisi yang tidak menentu dapat
membuat seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha.
2. Kerugian akibat hilangnya modal investasi. Tingkat kegagalan bagi usaha
baru sangatlah tinggi. Menurut Yuyun Wirasasmita (1998), tingkat
mortalitas/kegagalan usaha kecil di Indonesia mencapai 78 persen.
Kegagalan investasi mengakibatkan seseorang mundur dari kegiatan
berwirausaha. Bagi seorang wirausaha, kegagalan sebaiknya dipandang
sebagai pelajaran berharga.
3. Perlu kerja keras dan waktu yang lama. Wirausaha biasanya bekerja sendiri
mulai dari pembelian, pengolahan, penjualan, dan pembukuan. Waktu yang
lama dan keharusan bekerja keras dalam berwirausaha mengakibatkan
orang yang ingin menjadi wirausaha menjadi mundur. Ia kurang terbiasa
dalam menghadapi tantangan. Wirausaha yang berhasil pada umumnya
menjadikan tantangan sebagai peluang yang harus dihadapi dan ditekuni.
4. Kualitas kehidupan yang rendah meskipun usahanya mantap. Kualitas
kehidupan yang tidak segera meningkat dalam usaha, akan mengakibatkan
seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha. Misalnya, pedagang yang
kualitas kehidupannya tidak meningkat, maka akan mundur dari usaha
dagangnya dan masuk ke usaha lain.
G. Keuntungan dan Kerugian Berwirausaha
Keuntungan dan kerugian kewirausahaan identik dengan keuntungan
dan kerugian pada usaha kecil milik sendiri. Peggy Lambing dan Charles L.
Kuehl (2000:19-20) mengemukakan keuntungan dan kerugian kewirausahaan
sebagai berikut:
1. Keuntungan Kewirausahaan
a. Otonomi. Pengelolaan yang bebas dan tidak terikat
membuat wirausaha menjadi seorang “bos” yang penuh kepuasan.
b. Tantangan awal dan perasaan motif berprestasi.
Tantangan awal atau perasaan bermotivasi yang tinggi merupakan hal
menggembirakan. Peluang untuk mengembangkan konsep usaha yang
dapat menghasilkan keuntungan sangat memotivasi wirausaha.
c. Kontrol finansial. Bebas dalam mengelola keuangan, dan
merasa kekayaan sebagai milik sendiri.
2. Kerugian Kewirausahaan
Di samping beberapa keuntungan seperti di atas, dengan berwirausaha
juga memiliki beberapa kerugian, yaitu:
a. Pengorbanan personal. Pada awalnya wirausaha harus
bekerja dengan waktu yang lama dan sibuk. Sedikit waktu untuk
kepentingan keluarga, rekreasi. Hampir semua waktu dihabiskan untuk
kegiatan bisnis.
b. Beban tanggung jawab. Wirausaha harus mengelola
semua fungsi bisnis, baik pemasaran, keuangan, personil maupun
pengadaan dan pelatihan.
c. Kecilnya margin keuntungan dan kemungkinan gagal.
Karena wirausaha menggunakan keuangan yang kecil dan keuangan milik
sendiri, maka margin laba/ keuntungan yang diperoleh akan relatif kecil
dan kemungkinan gagal juga ada.
G. Islam Dan Kewirausahaan
Bahwa Islam tidak mendorong kewirausahaan sudah lama sekali diterima
dikalangan terpelajar. Ini tidak dapat dilepaskan oleh bias pemikiran para
cendekiawan barat yang dominant pada era abad XIX. Namun tesis itu mendapat
bantahan yang sangat cerdas dari cendekiawan muslim Jamal al-Din al Afghani
(1839-1897). Ia menjelaskan bahwa Islam menempatkan kewirausahaan pada
tempat yang mulia dan menganjurkan dan menghargai kerja keras, mengambil
risiko yang terukur, dan inovasi. Jamal al-Din al Afghani mengkritik negara-
negara Islam era tersebut terbelakang karena telah meninggalkan spirit Islam dan
mengabaikan pesan entrepreneurialnya. Tesis Jamal al-Din al Afghani  akhirnya
mendapat sambutan dari para cendekiawan muslim seangkatan atau yang
kemudian. Antara lain Sayyid Abul-Ala Mawdudi (1903 – 1979), Sayyid Qutb
(1906 – 1966), dan Muhammad Baqir Al-Sadr (1931 – 1980).
Bukti sejarah perdagangan saudagar-saudagar Arab yang merambah
Afrika, semenanjung Iberia, Tiongkok, India, dan Asia Tenggara adalah suatu
bukti bahwa Islam sangat mendukung entrepreneurship. Islam telah meletakkan
dasar-dasar etika dan perilaku terpuji dalam bisnis. Pada millennium ini kita
menyaksikan betapa Ekonomi Syariah telah mulai mengusik kapitalisme Barat
yang rakus dan kadang tidak manusiawi.
Pemikiran tentang entrepreneurship yang kita pelajari memang sebagian
besar berasal dari buku teks Barat. Sebenarnya sebelum sarjana Barat
membicarakan perihal kewirausahaan (Richard Cantillon – 1755) seorang
terpelajar muslim Ibnu Khaldun  (Abdul Rahman Mohamed Khaldun) yang lahir
27 Mei 1332 telah membuat risalah tentang kewirausahaan. Dia berpandangan
bahwa entrepreneur adalah orang yang menguasai pengetahuan dan menjadi 
motor penggerak pembangunan karena usaha/bisnis yang dilakukannya. Ibnu
Khaldun dapat dikatakan sebagai Bapak ilmu Ekonomi, karena banyak teori
ekonominya yang jauh mendahului Adam Smith dan Ricardo. Artinya, ia lebih
dari tiga abad mendahului para pemikir Barat modern tersebut.
Kewirausahaan sangat menentukan perkembangan kualitas hidup suatu
masyarakat. Entreprenuership adalah symbol dari  is the symbol of ketangguhan
dan pencapaian bisnis.  Revolusi kewirausahaan adalah sangat penting bagi
pertumbuhan ekonomi.
Kewirausahaan menentukan masa depan suatu bangsa/negara dengan
berbagai cara : memberikan peluang berusaha melalui kreasi inovatif. Contoh :
Penggunaan handphone yang dilengkapi dengan teknologi internet telah
meningkatkan kualitas akses dan kualitas kerja individual sehingga menjadikan
mereka lebih produktif, akibatnya banyak peluang usaha tercipta dengan alat
tersebut. Kewirausahaan mendorong penciptaan usaha baru (business venture)
yang pada gilirannya akan mendorong perkembangan ekonomi lokal. Contoh
bisnis kreatif di kota Bandung seperti Distro dan sejenisnya itu muncul karena
adanya semangat kewirausahaan dari masyarakat Bandung.
Kewirausahaan memberikan ruang usaha kepada usaha kecil dan
menengah atas kegiatan ekonomi yang tidak dirambah usaha besar karena faktor
economic of scale.
Di Indonesia umat Islam sudah mulai terlihat geliatnya dalam kegiatan
ekonomi. Agar mereka tidak terjebak ke dalam praktek-praktek bisnis yang tidak
terpuji mengikuti jejak rekan mereka di belahan dunia Barat, mengembangkan
kewirausahaan Islam adalah langkah yang terpuji. Kewirausahaan Islam ini
dilandasi oleh delapan pilar pemikiran
Kewirausahaan adalah bagian integral dari nilai-nilai Islam sesuai dengan
kodrat Illahi wirausahawan muslim adalah ”khalifah”  yang
bertanggungjawabmengembangkan kesejahteraan dan melihat bisnis sebagai
bagian dari ibadah.
Motivasi – Sukses atau Keberhasilan menurut Islam tidak hanya diukur
dari hasil akhir tetapi juga proses dan sarana yang digunakan untuk mencapai
keberhasilan. Ini menempatkan etika pada posisi yang tinggi dalam usaha. Ibadah
– bisnis atau usaha adalah bagian dari ibadah
Islam mendorong umatnya untuk melakukan kegiatan usaha. Seperti yang
diucapkan oleh Rasulullah Muhammad SAW bahwa 9 dari 10 rizki itu dapat
dicari dari usaha. Sistem ekonomi Islam – Kewirausahaan Islam harus mengikuti
kaidah-kaidah sistem ekonomi Islam. Kewirausahaan  Islam merupakan wahana
untuk menuju diterimanya ekonomi Islam  secara mendunia. Al Qur’an dan
Hadis adalah pedomannya.
Kewirausahaan Islam Etika Wirausahawan Muslim adalah bersumber dari
keteladanan perilaku bisnis Rasulullah Muhamad SAW. Dalam pandangan
Islam,  sekularisasi bisnis akan mendorong manusia menjadi serakah dan
menindas sesamanya oleh karenanya Al-Quran  dan Hadis harus selalu menjadi
panduan bagi kegiatan bisnis.
Untuk menjadi wirausahawan muslim seseorang harus menjadi Islam dulu
baru kemudian menjadi  wirausaha karena didalamnya melekat tanggung jawab
untuk melakukan ibadah dan peran kekhalifahan.  Wirausaha Muslim  dalam
menjalankan usahanya semata-mata didorong untuk mencari ridho Allah oleh
karenanya yang  dikejar bukan semata-mata keuntungan tapi juga harus
menjalankan ‘fardhu kifayah’.
Resep sukses menjadi entrepreneur muslim menurut Al Qurtubi Halal –
sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah dan sejalan dengan hukum Syariah. 
Qanaah mensyukuri hasil yang diperoleh Taufiq - memohon rahmat dari Allah 
dalam setiap berusaha  Sa’adah – apa yang dilakukan harus membawa
kebahagiaan spiritual Jannah –  sukses dunia hendaknya dijadikan jalan untuk
mencapai sukses akhirat.  (https://id-id.facebook.com/notes/fadel-
muhammad/islam-dan-kewirausahaan/10152215245343572)

Anda mungkin juga menyukai