KEWIRAUSAHAAN
KEWIRAUSAHAAN
BAB I
PENDAHULUAN
Islam
Wirausahawan Merencanakan
Islam Wirausaha Hasil yg diharapkan wirausaha
Proses Wirausaha Manfaat wirausaha
frekuensi penggunaannya
alokasi sumber dayasaling menolong
Ciri-ciri Watak
Percaya diri Kepercayaan (keteguhan)
Ketidaktergantungan, kepribadian yang
mantap
Optimisme
Berorientasi tugas Kebutuhan atau haus akan prestasi
dan hasil Berorientasi laba atau hasil
Tekun dan tabah
Tekad, kerja keras, motivasi
Energik dan Penuh inisiatif.
Pengambil resiko Mampu mengambil resiko
Suka pada tantangan
Kepemimpinan Mampu memimpin
Dapat bergaul dengan orang lain
Menanggapi saran dan kritik
Keorisinilan Inovatif (pembaharu)
Fleksibel
Banyak sumber
Serba bisa
Mengetahui banyak
Berorientasi ke Pandangan ke depan
masa depan Perseptif
Kreativitas Produk barang baru
Produk barang daur ulang
Produk barang modifikasi
Demikian banyak ciri khas wirausaha dan anda perlu memilikinya.
Akan tetapi, jika tidak semua bisa anda miliki, tak jadi masalah, dengan
memiliki sebagian pun cukup. Sebagaiman Firman Nya Q.S.Al-Anfal, 27-28-
29
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan
Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat
yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.
Dari surat tersebut dapat dikembangkan, bahwa sifat-sifat yang harus
dimiliki oleh seorang wirausaha, harus memiliki sifat-sifat yang terpuji, yaitu
jangan berhianat kepada sesama manusia terutama kepada relasi dan langganan,
harus bersifat jujur, tidak merugikan orang lain.
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai
cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. Dalam menjalankan
usaha, seorang muslim, selain mencari keuntungan atau laba, juga barang yang
diusahakannya harus barang yang baik, dan bermanfaat kepada kepentingan umat.
Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan
memberikan kepadamu Furqaan [petunjuk yang dapat membedakan antara yang
haq dan yang batil, dapat juga diartikan disini sebagai pertolongan]. dan Kami akan
jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. dan
Allah mempunyai karunia yang besar. Maka seorang wirausaha Islam, dituntut
untuk bersifat jujur, agar mendapat pertolongan dari Allah SWT.
1. Percaya Diri
Sifat-sifat utama di atas dimulai dari pribadi yang mantap, tidak
mudah terombang-ambing oleh pendapat dan saran orang lain. Akan tetapi,
saran-saran orang lain jangan ditolak mentah-mentah, itu dipakai sebagai
masukan untuk dipertimbangkan, kemudian anda harus memutuskan
berbagai masalah dengan segera. Anda harus bersifat optimis, orang
optimis asal tidak ngawur, Insya Allah bisnisnya akan berhasil.
Orang yang tinggi percaya dirinya adalah orang yang sudah matang
jasmani dan rohaninya. Pribadi semacam ini adalah pribadi yang
independen dan sudah mencapai tingkat maturity. Karakteristik
kematangan seseorang adalah ia tidak tergantung pada orang lain, dia
memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, obyektif, dan kritis.
Dia tidak begitu saja menyerap pendapat atau opini orang lain,
tetapi dia mempertimbangkan secara kritis. Emosionalnya boleh dikatakan
sudah stabil, tidak gampang tersinggung dan naik pitam. Juga tingkat
sosialnya tinggi, mau menolong orang lain, dan yang paling tinggi lagi
ialah kedekatannya dengan Khaliq sang pencipta, Allah Swt.
Diharapkan wirausahawan seperti ini betul-betul dapat menjalankan
usahanya secara mandiri, jujur, dan disenangi oleh semua relasi dan
langganannya.
2. Berorientasi pada Tugas dan Hasil
Orang ini tidak mengutamakan prestise dulu, prestasi kemudian.
Akan tetapi, ia gandrung pada prestasi baru kemudian setelah berhasil
prestisenya akan naik. Anak muda yang selalu memikirkan prestise lebih
dulu dan prestasi kemudian, tidak akan mengalami kemajuan.
Pernah ada seorang mahasiswa yang mengikuti praktik perniagaan
di suatu perguruan, ia malu menjinjing barang belanjaannya ke atas angkot
dia menjaga gengsinya dengan mencarter mobil taksi. Kebanyakan anak
remaja tidak mau berbelanja ke pasar menemani ibunya karena gengsi.
Padahal dengan ikut menemani ibu dan melihat suasana pasar, banyak
pengalaman bisa diperoleh.
Berbagai motivasi akan muncul dalam bisnis jika kita berusaha
menyingkirkan prestise. Kita akan mampu bekerja keras, enerjik, tanpa
malu dilihat teman, asal yang Kita kerjakan itu pekerjaan halal.
3. Pengambilan Resiko
Anak muda sering dikatakan selalu menyenangi tantangan. Mereka
tidak takut mati. Inilah salah satu faktor pendorong anak muda menyenangi
olah raga yang penuh dengan risiko dan tantangan, seperti balap motor di
jalan raya, kebut-kebutan, balap mobil milik orang tuanya, tetapi contoh-
contoh tersebut dalam arti negatif.
Olah raga beresiko yang positif ialah panjat tebing, mendaki
gunung, arung jeram, motor cross, karate atau olah raga bela diri dan
sebagainya.Ciri-ciri dan watak seperti ini dibawa didalam wirausaha yang
juga penuh resiko dan tantangan seperti, persaingan, harga naik turun,
barang tidak laku dan sebagainya. Namun semua tantangan ini harus
dihadapi dengan penuh perhitungan. Jika perhitungan sudah matang,
membuat pertimbangan dari segala macam segi, maka berjalanlah terus
dengan tidak lupa berlindung kepada-Nya.
4. Kepemimpinan
Sifat kepemimpinan memang ada dalam diri masing-masing individu.
Namun sekarang ini, sifat kepemimpinan sudah banyak dipelajari dan dilatih.
Ini tergantung kepada masing-masing individu dalam menyesuaikan diri
dengan organisasi atau orang yang dipimpin.
Ada pemimpin yang disenangi oleh bawahan., mudah memimpin
sekelompok orang, ia diikuti, dipercayai oleh bawahannya. Namun ada pula
pimpinan yang tidak disenangi oleh bawahan, atau dia tidak senang pada
bawahannya, ia banyak curiga pada bawahannya. Ia mau mengawasi
bawahannya tetapi tidak ada waktu untuk itu. Menanam kecurigaan pada orang
lain, pada suatu ketika kelak akan berakibat tidak baik pada usaha yang sedang
dijalankan. Pemimpin yang baik harus mau menerima kritik dari bawahan, ia
harus bersifat responsif.
5.Keorisinilan
Sifat orisinil ini tentu tidak selalu ada pada diri seseorang. Yang
dimaksud orisinil disini ialah ia tidak hanya mengekor pada orang lain,
tetapi memiliki pendapat sendiri, ada ide yang orisinil ada kemampuan
untuk melaksanakan sesuatu.
Orisinil tidak berarti baru sama sekali, tetap produk tersebut
mencerminkan hasil kombinasi baru atau reintegrasi dari komponen-
komponen yang sudah ada, sehingga melahirkan sesuatu yang baru. Bobot
kreativitas orisinil suatu produk akan tampak sejauh manakah ia berbeda
dari apa yang sudah ada sebelumnya.
6. Berorientasi ke Masa Depan
Seorang wirausahawan haruslah prespektif, mempunyai visi masa
depan, apa yang hendak dilakukan, apa yang ingin ia capai? Sebab sebuah
usaha bukan didirikan untuk sementara, tetapi untuk selamanya. Oleh
karena itu, faktor kontinuitasnya harus dijaga dan pandangan harus
ditujukan jauh ke depan, seorang wirausahawan harus menyusun
perencanaan dan strategi yang matang, agar jelas langkah-langkah yang
akan dilaksanakan.
Fadel Muhammad menyatakan ada tujuh ciri yang merupakan
identitas melekat pada diri seorang wirausaha.
a. Kepemimpinan
Ini adalah faktor kunci bagi seseorang wirausaha. Dengan
keunggulan bidang kepemimpinan, maka seseorang wirausaha akan
sangat memperhatikan orientasi pada sasaran, hubungan kerja/personal
dan efektifitas.
Pemimpin yang berorientasi pada ketiga faktor diatas, senantiasa
tampil hangat, mendorong pengembangan karir stafnya, disenangi
bawahan dan selalu ingat pada sasaran yang hendak dicapai.
b. Inovasi
Inovasi selalu membawa perkembangan dan perubahan
ekonomi, demikian dikatakan oleh Joseph Schumpeter. Teori
Schumpeter merangsang seseorang untuk berinovasi. Inovasi yang
dimaksud bukanlah suatu temuan yang luar biasa, tetapi suatu temuan
yang menyebabkan berdaya gunanya sumber ekonomi kearah yang
lebih produktif. Seorang wirausahawan, sebagai innovator harus
merasakan gerakan ekonomi di masyarakat.
Persoalan-persoalan yang muncul dari gerakan ekonomi tersebut
selalu diantisipasinya dengan penggunaan inovasi.
c. Cara Pengambilan Keputusan
Menurut ahli kedokteran mutakhir terdapat perbedaan signifikan
antara fungsi otak kiri atau fungsi otak kanan. Otak kiri berfungsi
menganalisa atau menjawab pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa, dan
bagaimana. Otak kanan berfungsi melakukan pemikiran kreatif tanpa
didahului suatu argumentasi.
Otak kiri dan otak kanan senantiasa dilakukan secara bersama-
sama. Setiap orang akan berbeda tekanan pemakaian kedua otak itu.
Ada yang cenderung didominasi oleh otak kanan. Pandangan ini
diungkapkan oleh Roger Sperry pada tahun 1981, ia mendapat hadiah
Nobel atas pembuktiannya tentang teori otak terpisah ini. Secara umum
dari 95 % orang yang menggunakan tangan kanan (tidak kidal), bagian
kiri otak tidak hanya mengendalikan bagian kanan tubuhnya tetapi juga
melakukan pemikiran yang analitis, linier, verbal, dan rasional.
Fungsi otak kiri lah yang bekerja apabila anda membuat neraca
pembukuan, mengingat nama dan tanggal, atau penyusunan tujuan dan
sasaran. Bagian otak kanan mengendalikan bagian kiri tubuh manusia
dan bersifat holistik, imajinatif, non-verbal, dan artistik.
Apabila anda mengingat kembali wajah orang, perasaan indahnya
musik, atau membayangkan sesuatu, berarti anda memfungsikan otak
sebelah kanan. Seorang wirausahawan adalah mereka yang cenderung
didominasi oleh otak kanan. Itulah yang mendorong bekerjanya intuisi dan
inisiatif seorang wirausaha yang seakan-akan memiliki indera ke enam.
d. Sikap Tanggap Terhadap Perubahan
Sikap tanggap wirausahawan terhadap peruba han relatif lebih
tinggi dibanding dengan orang lain. Setiap perubahan oleh seorang
wirausahawan dianggap mengandung peluang yang merupakan
masukan dan rujukan terhadap pengambilan keputusan.
e. Bekerja Ekonomis dan Efisien
Seorang wirausahawan melakukan kegiatannya dengan gaya
yang smart (cerdas, pintar, bijak) bukan bergaya seorang mandor. Ia
bekerja keras, ekonomis dan efisien, guna mencapai hasil maksimal.
f. Visi Masa Depan
Visi ibarat benang merah yang tidak terlihat yang ditarik sejak
awal hingga keadaan yang terakhir. Visi pada hakekatnya merupakan
pencerminan komitmen-kompetensi-konsistensi.
g. Sikap Terhadap Resiko
Seorang wirausahawan adalah penentu resiko dan bukan sebagai
penanggung resiko. Sebagaimana dinyatakan Drucker, mereka yang
ketika menetapkan sebuah keputusan telah memahami secara sadar
resiko yang bakal dihadapi, dalam arti resiko itu sudah dibatasi dan
terukur. Kemudian kemungkinan munculnya resiko itu diperkecil.
Dalam hal ini penera pan inovasi merupakan usaha yang kreatif untuk
mem perkecil kemungkinan terjadinya resiko.
7. Kreativitas
Sifat Keorisinilan seorang wirausaha menuntut adanya
kreativitas dalam pelaksanaan tugasnya. Apa yang dikatakan kreatif ?
Carol Kinsey Goman menulis: Beberapa tahun silam, dalam kolom
percaya atau tidak dari koran Ripley, muncul pertanyaan; “Selembar
lempengan baja harganya 5 dolar. Jika baja ini dibuat sepatu kuda,
harganya meningkat menjadi 10 dolar. Jika baja ini dibuat jarum jahit
harganya akan menjadi 3.285 dolar dan jika dibuat arloji nilainya akan
meningkat menjadi 250.000 dolar. Perbedaan harga 5 dolar dan 250.000
dolar terletak pada kreatifitas. Jadi kreatifitas ialah menghadirkan suatu
gagasan baru dari anda”. Inovasi adalah penerapan secara praktis
gagasan yang kreatif. Contoh kegiatan kreatifitas:
a.Pencipta sepatu roda, gabungan antara sepatu dengan roda
b.Anak-anak menyusun permainan balok-balok, ia bisa berkreasi
membuat berbagai bentuk susunan balok, yang tadinya belum ia kenal.
c.Seorang ibu membuat kejutan, masakan atau kue dengan resep baru
sebagai hasil eksperimennya.
d.Di laboratorium seorang siswa mencoba berbagai eksperimen
e.Seorang murid membuat karangan dalam Bahasa Indonesia.
f.Seorang wirausaha membuat berbagai kreasi dalam kegiatan usahanya,
seperti susunan barang, pengaturan rak pajangan, menyebarkan brosur
promosi, dan sebagainya.
Jadi kreatifitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-
kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antara unsur data
variabel yang sudah ada sebelumnya. Sedangkan Hubungan Kreatifitas
dengan Intelegensi. Kreatifitas dan intelegensi mempunyai perbedaan.
Orang yang kreatif belum tentu intelegensinya tinggi dan sebaliknya.
Para peneliti membuat empat variasi hubungan kreatifitas dengan
intelegensi yaitu:
1) Kreatifitas rendah, intelegensi rendah
2) Kreatifitas tinggi, intelegensi tinggi
3) Kreatifitas rendah, intelegensi tinggi
4) Kreatifitas tinggi, intelegensi rendah
Bagi kalangan wirausaha, tingkat kreatifitas ini akan sangat
menunjang kemajuan bisnisnya. Fenomena ini dapat dilihat pada
masyarakat Jepang. Orang Jepang sangat terkenal dengan keuletan
mereka, sehingga mengalami kemajuan luar biasa setelah Perang Dunia
II. Apa sebenarnya rahasia orang Jepang tersebut ?
Bila kreatifitas diartikan sebagai kemampuan dalam menciptakan
kombinasi-kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada, sehingga
menghasilkan sesuatu yang baru, maka orang Jepang itu ahlinya. Juga
kemampuan memberi terhadap sesuatu yang kurang berarti sehingga
menjadi lebih berarti. Sukses Jepang yang luar biasa sehingga
mendominasi dunia perdagangan Amerika Serikat banyak mengundang
pertanyaan. Apakah rahasianya ? Apa yang membuat mereka begitu
kreatif, inovatif dan produktif ?
Rahasianya ialah mereka adalah tipe orang pekerja keras, uang
dan keuntungan materi bagi mereka sangat penting, tetapi tidak lebih
penting dari usaha kerja keras. Orang Jepang dinilai gila kerja (work
alcoholic). Hal ini ditunjang oleh budaya mereka yang gandrung bekerja.
Perilaku positif orang Jepang sangat menunjang keberhasilan bisnis
mereka antara lain:
1. Orang Jepang selalu bertindak ekonomis, bahkan kadang-kadang
terkesan pelit.
2. Daya tahan dan kegigihan orang Jepang dalam bekerja sehingga
mereka mampu berprestasi maksimal.
3. Tidak cepat puas dengan hasil kerjanya.
4. Mereka sanggup bekerja lama dan keras, tidak ingin cepat-cepat
menduduki jabatan.
5. Orang Jepang memiliki orientasi futuristik yang kuat. Pandangan
mereka jauh ke depan, sehingga semua dapat direncanakan sejak
dini, tidak terburu-buru. Mereka bekerja terencana, gigih, tabah, dan
percaya diri.
Melalui kerja keras, mereka yakin dapat mencapai apa yang
dimaksud "Satori" yaitu tingkat berfikir tertinggi pada orang Jepang.
Satori adalah lintasan tilikan yang datang tiba-tiba, menemukan
pemecahan masalah tiba-tiba. Satori terjadi tatkala berfikir logis,
imajinatif, dan intuitif. Hal ini dapat dicapai dengan bekerja keras.
Ada satu konsep lagi yang populer di Jepang, yaitu konsep
KAIZEN yang berarti unending improvement. Mereka selalu bekerja
membuat perbai kan-perbaikan. Dari waktu ke waktu selalu ada perbai
kan.
Di dalam ajaran agama Islam dan ditengah masyarakat kita dikenal
"Bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan dari hari esok harus
lebih baik dari hari ini". Akan tetapi, ini hanya tinggal semboyan saja, tidak
aplikatif di masyarakat. Sementara orang Jepang dengan berbagai kegiatan
produksi dan distribusinya mengalami kemajuan pesat dari dulu sampai
sekarang dan untuk masa yang akan datang. Ini perlu kita tiru, dengan
berbagai bentuk usaha yang memacu kreatifitas.
C. Hakikat Kewirausahaan
Kewirausahaan merujuk pada sifat, watak dan ciri-ciri yang melekat
pada individu yang memiliki kemauan keras untuk mewujudkan dan
mengembangkan gagasan kreatif dan inovatif yang dimiliki ke dalam kegiatan
yang bernilai. Jiwa dan sikap kewirausahaan tidak hanya dimiliki oleh
usahawan, melainkan juga pada setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak
inovatif. Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan
dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari dan memanfaatkan peluang menuju
sukses. Inti kewirausahaan menurut Drucker (1959) yang dikutip oleh Alma
(2006) adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya peluang.
Jiwa, sikap dan perilaku kewirausahaan memiliki lima ciri yakni: 1)
penuh percaya diri, dengan indikator penuh keyakinan, optimis, disiplin,
berkomitmen dan bertanggung jawab; 2) memiliki inisiatif, dengan indikator
penuh energi, cekatan dalam bertindak dan aktif; 3) memiliki motif berprestasi
dengan indikator berorientasi pada hasil dan berwawasan ke depan; 4) memiliki
jiwa kepemimpinan dengan indikator berani tampil beda, dapat dipercaya dan
tangguh dalam bertindak; dan 5) berani mengambil risiko dengan penuh
perhitungan.
Aksioma yang mendasari proses kewirausahaan adalah adanya
tantangan dalam berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menghasilkan
nilai tambah dari apa yang diusahakan. Ide kreatif dan inovatif wirausaha tidak
sedikit yang diawali dengan proses imitasi dan duplikasi, kemudian
berkembang menjadi proses pengembangan dan berujung pada proses
penciptaan sesuatu yang baru, berbeda dan bermakna. Tahap penciptaan
sesuatu yang baru, berbeda dan bermakna inilah yang disebut tahap
kewirausahaan.
Wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membantu
terbentuknya sistem kegiatan suatu lembaga yang bebas dari keterikatan
lembaga lain. Sebagian besar pendorong perubahan, inovasi dan kemajuan
dinamika kegiatan di sekolah akan datang dari kepala sekolah yang memiliki
jiwa wirausaha. Kepala sekolah tersebut adalah orang yang memiliki
kemampuan untuk mengambil risiko dan mempercepat pertumbuhan dan
dinamika kegiatan di lembaganya. Sampai pada tataran tertentu keberhasilan
seorang wirausaha tergantung pada kesediaan untuk bertanggung jawab atas
pekerjaannya sendiri.
Seorang wirausaha ikhlas belajar banyak tentang diri sendiri jika
bermaksud mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang diinginkan dalam
kehidupannya. Kekuatan seorang wirausaha datang dari dirinya sendiri dan
bukan dari tindakan orang lain. Meskipun risiko kegagalan selalu mengintip,
wirausaha mengambil risiko dengan jalan menerima tanggung jawab atas
tindakannya. Kegagalan diterima sebagai pengalaman yang terbaik dalam
belajar. Beberapa wirausaha dapat mencapai tujuan yang diinginkan setelah
mengalami rintangan dan kegagalan. Belajar dari pengalaman akan membantu
wirausaha menyalurkan kegiatan untuk mencapai hasil yang lebih produktif dan
positif, sehingga keberhasilan merupakan buah dari usaha yang tidak mengenal
lelah.
Wirausaha adalah orang yang mempunyai tenaga dan keinginan untuk
terlibat dalam petualangan inovatif. Wirausaha juga memiliki kemauan
menerima tanggung jawab pribadi dalam mewujudkan keinginan yang dipilih.
Menurut McClelland, terdapat sembilan ciri wirausahawan, yaitu: 1) keinginan
untuk berprestasi, 2) bertanggung jawab, 3) preferensi kepada risiko menengah,
4) persepsi pada kemungkinan berhasil, 5) rangsangan oleh umpan balik, 6)
enerjik dalam beraktivitas, 7) berorientasi ke masa depan, 8) terampil dalam
pengorganisasian, dan 9) sikap positif terha- dap uang (dalam Depdiknas,
2002).
Seorang wirausaha memiliki daya inovasi yang tinggi, di mana dalam
proses inovasinya menunjukkan cara-cara baru yang berbeda, lebih baik dan
bermanfaat dalam mengerjakan pekerjaan. Dalam kaitannya dengan tugas
kepala sekolah, kebanyakan di antaranya tidak menyadari keragaman dan
keluasan bidang yang menentukan tindakan nya untuk memajukan sekolah.
Mencapai kesempurnaan dalam melakukan rencana merupakan sesuatu yang
ideal dalam mengejar tujuan, tetapi bukan merupakan sasaran yang realistik
bagi kebanyakan kepala sekolah yang berjiwa wirausaha. Bagi kepala sekolah
yang realistik, hasil yang dapat diterima lebih penting daripada hasil yang
sempurna. Setiap orang termasuk kepala sekolah yang kreatif dan inovatif
adalah individu yang unik dan spesifik.
Pada umumnya, setiap orang termasuk kepala sekolah memiliki
pengalaman masa lampau yang bervariasi. Pengalaman dan pengetahuan masa
lampau kepala sekolah yang memiliki jiwa wirausaha biasanya unik dan
kadang-kadang tidak dimiliki orang lain. Namun, kebanyakan kepala sekolah
yang berjiwa wirausaha juga memiliki kemauan untuk meniru dan mengkiblat
pada keberhasilan kepala sekolah lain yang lebih berhasil mengelola sekolah.
Model meniru dan mengikuti peran kepala sekolah lain yang berhasil
mengembangkan sekolah dengan prinsip kewirausahaan menghasilkan sosok
wirausaha yang memiliki keterampilan mengelola sekolah.
Kepala sekolah yang memiliki jiwa wirausaha pada umumnya
mempunyai tujuan dan pengharapan tertentu yang dijabarkan ke dalam visi,
misi, tujuan dan rencana strategis yang realistik. Realistik berarti tujuannya
disesuaikan dengan sumber daya pendukung yang dimiliki. Semakin jelas
tujuan yang ditetapkan semakin besar peluang untuk dapat meraihnya. Dengan
demikian, kepala sekolah yang berjiwa wirausaha harus memiliki tujuan yang
jelas dan terukur dalam mengembangkan sekolah. Untuk mengetahui apakah
tujuan tersebut dapat dicapai maka visi, misi, tujuan dan sasarannya
dikembangkan ke dalam indikator yang lebih terinci dan terukur untuk masing-
masing aspek atau dimensi. Dari indikator tersebut juga dapat dikembangkan
menjadi program dan subprogram yang lebih memudahkan implementasinya
dalam pengembangan sekolah.
G. Pemanfaatan Waktu
Pemanfaatan waktu bagi wirausaha yang dilakukan oleh kepala satuan
pendidikan adalah hal-hal yang amat penting. Karena apabila waktu tidak
dimanfaatkan dengan seefektif dan seefisien mungkin, maka program usaha
akan mendapat hambatan.
Beberapa waktu yang penting untuk dimanfaatkan oleh
kewirausahaan kepala sekolah dalam satuan pendidikan masing- masing
adalah :
1. Tujuan Kepala satuan pendidikan
Kepala satuan pendidikan harus memiliki waktu untuk mengembangkan
kreativitas agar apa yang dilakukan membawa perubahan-perubahan baru
kearah yang lebih bagi sekolahnya/madrasahnya dan memiliki alternatif solusi
terbaik untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi.
2. Cara Berkreativitas
Berikut disampaikan beberapa cara untuk memanfaatkan waktu dalam
mengembangkan/meningkatkan kreativitas seseorang:
a. Waktu untuk meningkatkan kesadaran berarti belajar untuk memperhatikan
hal-hal yang biasanya tidak kita hiraukan sehingga dapat membuka pikiran
kita;
b. Waktu untuk curah pendapat (brain storming) adalah sebuah teknik untuk
menghasilkan ide-ide baru;
c. Waktu untuk mengubah ide-ide yang sudah ada;
d. Waktu untuk mempelajari teknik berpikir kreatif dari buku-buku;
e. Waktu untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan kreativitas dan
mempraktikkannya;
f. Waktu untuk mencatat ide-ide baru kemudian mengembangkannya;
g. Waktu untuk bergaul dengan orang-orang yang kreatif;
h. Waktu untuk mengubah sudut pandang;
i. Waktu untuk mempelajari proses perubahan ide;
j. Waktu untuk menciptakan keteraturan berolah raga untuk menjaga
kesehatan;
k. Waktu untuk apresiasi terhadap seni; dan
l. Waktu untuk mencari pembimbing yang dapat membantu menemukan ide
baru.
Maka Sifat-sifat yang hrus dimiliki oleh seorang wirausaha antara lain
adalah sifat yang mampu melihat ke depan ( Visioner ),Kreativitas, Inovasi,
Jiwa Kewirausahaan, Strategi dan Pemanfaatan Waktu. Hal dimaksud secara
skematik dapat penulis gambarkan sebagai berikut :
WIRAUSAHAWAN
1. Ciri-ciri kepribadian
Para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam memberikan
rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang
dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005)
menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda.
Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu
rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap.
Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis
dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang
unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari
pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider (1964) mengartikan
penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat
behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari
dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara
keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma)
lingkungan.
Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu
khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya.
Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya
konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya
yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas
tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa
teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya : teori Psikoanalisa
dari Sigmund Freud, teori Analitik dari Carl Gustav Jung, teori Sosial
Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari
Murray, teori Medan dari Kurt Lewin, teori Psikologi Individual dari Allport,
teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, teori The Self dari Carl
Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003)
mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang di dalamnya
mencakup :
Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku,
konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya
mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau
ambivalen.
Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap
rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah,
sedih, atau putus asa
Responsibilitas (tanggung jawab) adalah kesiapan untuk menerima
risiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima
risiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari risiko yang
dihadapi.
Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan
interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
a. Faktor keturunan
Keturunan merujuk pada faktor genetika seorang individu. Tinggi fisik,
bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi
dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap, entah
sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh siapa orang tua dari
individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan
dari individu.
Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah
kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran penting
dalam menentukan kepribadian seseorang. Dasar pertama berfokus pada
penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-anak. Dasar kedua
berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga
meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam berbagai
situasi.
b. Faktor lingkungan
Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan
karakter adalah lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma
dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang
seorang manusia dapat alami.
Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian
seseorang. Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan
konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens
berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur
yang lain.
Misalnya, orang-orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan,
keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus
tertanam dalam diri mereka melalui buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman,
sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius dan agresif bila
dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang
menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan
keluarga daripada pekerjaan dan karier.
B. Temperamen Wirausaha
Temperamen adalah gejala karakteristik daripada sifat emosi individu
wirausaha, termasuk juga mudah tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan
serta kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya, segala cara dari
pada fluktuasi (gelombang) dan identitas suasana hati.
1. Jenis Temperamen
Secara umum jenis temperamen dapat dibedakan menjadi 4 bagian,
dimana masing-masing bagian memiliki kelebihan dan kekurangan. Kita bisa
memiliki secara dominan dari salah satu temperamen yang ada atau bahkan
perpaduan dari beberapa temperamen.
Untuk dapat menentukan seseorang wirausaha itu memiliki temperamen
yang mana, maka personal tersebut dapat mengikuti tes kepribadian (psikotes),
tes ini harus diisi dengan sejujurnya, agar hasil yang didapatkan sesuai atau
hampir sama dengan kepribadian kita yang sesungguhnya.
Dengan demikian kita akan dapat mengetahui, kita itu sebenarnya
cenderung memiliki kepribadian atau sifat yang bagaimana? Maka kita akan tahu
kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri kita.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, temperamen didefinisikan sebagai
sifat batin yang tetap memengaruhi perbuatan, perasaan, dan pikiran (misalnya
periang, penyedih, dsb). Nah, secara naluriah, setiap manusia memiliki
kecenderungan temperamen ini sebagai ciri khas dari dirinya. Itu sebabnya,
perangai setiap orang berbeda-beda sehingga untuk menyikapinya diperlukan
cara yang berbeda pula.
Mungkin di antara kalian ada yang memiliki teman yang suka mengatur
dan keras kepala, atau suka menyendiri, easy going, bawaannya nyantai terus,
atau malah pribadi yang bermuka dua. Pribadi-pribadi seperti itu tidak bisa
langsung diduga buruk. Lagi-lagi, sebenarnya itu semua karena mereka memiliki
sifat batin yang kita kenal dengan temperamen. Nah, dalam ilmu psikologi,
temperamen yang dimiliki manusia ada empat macam. Setiap manusia biasanya
memiliki salah satu kecenderungan dari empat jenis tersebut.
a. Sanguine
Seseorang yang memiliki tipe sanguine adalah orang yang ramah dan
hangat, berusaha menyenangkan hati orang lain, supel dalam bergaul,
kehadirannya meramaikan suasana, mudah tertawa tapi mudah pula terharu.
Tetapi orang jenis ini punya kekurangan, seperti sembrono, sering
berbohong/membual, kurang bisa diandalkan dalam melaksanakan tanggung
jawabnya, kurang berpikir panjang, kurang tekun, jika dimarahi dia akan
menangis tersedu-sedu tetapi ia akan langsung melupakannya.
b. Melankolis
Seseorang yang memiliki tipe melankolis ini adalah orang yang tekun
dalam melakukan sesuatu, berbakat, pefeksionis, suka yang indah-indah, setia,
biasanya tanpa disuruh dia akan langsung mengerjakan tugasnya, sangat
menjaga barang pribadi, hanya dengan disindir saja dia sudah langsung tahu
letak kesalahannya dan berusaha untuk memperbaikinya.
Tapi orang jenis ini sangat perasa dan cenderung pemurung, sangat
sensitif dan mudah tersinggung, kata-kata kasar yang dituju padanya akan
sangat melukai hatinya dan sulit untuk dia lupakan, cenderung pendendam dan
jelas menarik diri dari lingkungan luar, mengasihani diri sendiri
c. Kolerik
Seseorang yang mempunyai temperamen jenis ini merupakan orang yang
berkemauan keras, berjuang untuk mendapatkan apa yang diinginkannya
(ambisius), mandiri, punya rasa percaya diri yang kuat, suka menjadi
pemimpin, aktif dan produktif.
Tapi orang jenis ini cenderung keras kepala, cenderung ingin menjadi
dominan di antara teman-temannya, cenderung bertindak agresif, dan
cenderung menentang otoritas pemimpin secara terang-terangan.
d. Flegmatik
Berasal dari kata flegma yang artinya ketidakacuhan atau sikap dingin
yang apatis dan menjemukan. Keseluruhan sifat ini tampaknya kebalikan dari
kolerik. Orang dengan tipe ini adalah orang yang cinta ketenangan dan
kedamaian, pendiam, tidak rewel, penurut, easy going, dan tidak banyak
menuntut.
Tapi orang jenis ini terkesan lamban, pasif, kurang motivasi, egois, pelit,
tidak menyerang otoritas pemimpin secara terang-terangan, tapi sebenarnya dia
keras kepala juga dan cenderung sembunyi-sembunyi untuk tidak mematuhi
peraturan. Banyak orang yang menganggapnya sebagai pemalas karena sifat
dasarnya yang sangat santai dan kurang berambisi
2. Kelebihan dan Kekurangan Temperamen
a. Sanguinis
Kelebihan: Kepribadian yang menarik, suka berbicara, suka bercerita,
mudah berteman, orangnya bersifat suppel, mau bergaul sama siapa saja yang
penting nyambung atau asyik diajak bicara, memukau pendengar, baik di
panggung, lugu dan polos, orangnya tidak banyak neko-neko atau tampil
dengan apa adanya, tidak terlalu banyak penambahan gaya yang bukan menjadi
karakteristiknya, antusias dan eksresif, penuh rasa ingin tahu, kekanak-
kanakan, suka relawan untuk tugas, kreatif dan inovatif
Kelemahan : Tidak disiplin, emosi tidak stabil, tidak produktif, Eksentris,
Membesar-besarkan masalah,
b. Koleris
Kelebihan: Dilahirkan sebagai pemimpin, sangat memerlukan
perubahan, berkemauan kuat dan tegas, bisa menjalankan apa saja, berorientasi
tujuan, mengorganisir degan baik, mendelegasikan pekerjaan, berkembang
karena tantangan, tidak terlalu perlu teman, biasanya selalu benar, unggul
dalam keadaan darurat
Kelemahan: Dominan, ceroboh, merasa puas diri, pekerja keras
(terlalu), pemarah, sarkastis (kasar).
c.Melankolis
Kelebihan : Serius dan tekun, berbakat dan kreatif, sadar perincian,
tertib dan terorganisasi, teratur dan rapi, perfeksionis dan standar tinggi,
ekonomis, perhatian dan belas kasihan yang mendalam, mencari teman hidup
yang ideal.
Kelemahan : Pemurung, berpusat pada diri, pembalas (pendendam),
perasa, sangat teoritis, kurang bermasyarakat, berfikiran negatif terhadap diri
sendiri
d. Flegmatis (stabil)
Kelebihan : Rendah hati, selalu santai, diam, tenang dan terkendali, sabar,
berbahagia menerima kehidupan, punya kemampuan administrasi, menengahi
masalah, mudah diajak bergaul, punya banyak teman, menjadi pendengar yang
baik
Kelemahan : Tidak punya motivasi, tampaknya malas, tidak tegas, penakut
suka khawatir
KEPRIBADIAN
WATAK
TEMPRAMEN
C. Watak Wirausaha
Menurut ahli psikologi behavioristik, sifat-sifat watak dapat disamakan
dengan sifat tingkah laku (behavior). Sedangkan menurut sosiopsikologis
manusia selalu berhubungan dengan sesamanya, berhubungan dengan alam, dan
berhubungan dengan dirinya sendiri. Cara manusia berhubungan itu bermacam-
macam, senang, marah, kasihan, benci, sayang, cinta, bekerja sama, bersaing, dan
sebagainya.
Dengan segala cara berhubungan itu, manusia berusaha menyesuaikan diri,
mencoba berorientasi dengan sesama, dengan alam, bahkan dengan diri sendiri.
Oleh sebab itu, dikatakan bahwa inti dari watak ialah orientasi.
Seorang wirausahawan yang sukses, sebagai salah satu kuncinya ia harus
mempunyai kepribadian yang menarik. Dengan melihat adanya kekurangan yang
terdapat pada dirinya, ia harus berusaha belajar dari sesama manusia atau
lingkungannya. Bakat seorang wirausaha akan bertambah dan berkembang berkat
pengetahuan, pengalaman yang diperoleh dari hasil interaksi dengan lingkungan.
Faktor-faktor yang dapat dipelajari untuk mengembangkan bakat yang kita
miliki diantaranya:
1. Pikiran
Dengan cara mengasah pikiran, diharapkan daya ingat menjadi tajam dan
kreatif, berwujud menjadi cepat berpikir, sistematis, dan terarah pada tujuan di
samping terbukanya kemungkinan bertambahnya pengetahuan.
2. Perasaan
Perasaan akan berkembang menjadi lapang dan leluasa, memiliki jiwa
besar, sehingga tumbuh daya energi yang agresif, berani, sabar, dan penuh
perhitungan dalam menguji perasaan orang lain.
3. Pertimbangan
Setiap wirausaha harus dapat memberikan keterangan-keterangan kepada
relasi dengan jelas dan menarik. Setiap kata dan kalimatnya harus meyakinkan
dan setiap keberatan orang lain harus dapat dijawab dengan tepat dan
memuaskan.
Memang seorang wirausaha itu perlu mempunyai kecakapan untuk
memberikan pertimbangan-pertimbangan ke arah proses lancarnya
pembicaraan.
4. Sikap
Sikap yang serius dibubuhi dengan humor pada tempatnya, maka seorang
wirausaha sudah menempatkan dirinya untuk mendapatkan perhatian. Pada
saat-saat menentukan ia harus dapat mengambil keputusan yang matang.
Sehingga, setiap keputusan yang diambil dapat memuaskan kedua belah pihak
dan hubungan dengan relasi akan semakin harmonis.
Dengan demikian, wirausaha dapat membuka hati dan pikirannya lebar-
lebar dalam menerima tambahan pengetahuan, kecakapan dan keterampilan
sehingga membentuk pribadi yang betul-betul teruji dan menyenangkan.
BAB. IV
MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS USAHA MELALUI MOTIVASI
A. Pengertian Produktivitas.
1. Produktivitas biasanya selalu dikaitkan dengan kualitas dan profitabilitas.
Walaupun demikian juga konsep ini memi liki penekanan yang berbeda,
sebagaimana dikemukakan Edvarson dalam Fandy T. Ciptono (2000:53)
yaitu:
a. Sumber daya yang sering kali diikuti dengan pengurangan biaya
dan rasionalisasi modal. Fokus utamanya adalah pada produksi;
b. Kualitas lebih menekankan aspek kepuasan pelanggan dan
pendapatan. Fokus utamanya adalah customer unility; dan
c. Profitabilitas merupakan hasil dari hubungan antara penghasilan (income),
biaya dan modal yang menekankan pada pemanfaatan (utilisasi).
Secara formal, produktivitas adalah suatu ukuran ringkas atas
kuantitas dan kualitas kinerja dengan penggunaan sumber daya yang
ditetapkan. Produktivitas dapat diukur pada tingkat individual, sekelompok atau
organisasi. Dari perspektifnya, produktivitas dalam semua masalah
mengungkapkan kesuksesan atau kegagalan menghasilkan barang atau jasa
dalam kuantitas atau kualitas, dan dengan penggunaan sumber daya dengan
baik (John R. Schermerhorn, 1993:8).
Secara umum produktivitas dirumuskan sebagai perbandingan antara
keluaran (output) dengan masukan (input). A Blunchor dan E Kapustin
sebagaimana dikemukakan oleh Muchdarsyah Sinungan dalam Malayu SP
Hasibuan (2003:126) menyatakan bahwa produktivitas adalah sumber konversi
seperti tenaga kerja dan mesin yang diukur secara tepat dan benar-benar
menunjukkan suatu penampilan yang efisien.
B. Komponen Produktivitas
Menurut R Eko Indrajit (2004:2) mengemukakan bahwa para ekonom
mendefinisikan “produktivitas” dengan cukup mudah, yaitu jumlah keluaran
(output) dibagi dengan jumlah masukan (input). Besaran output dihitung
dengan cara mengalikan jumlah produk yang dihasilkan dengan nilai (value)
rata-rata dari produk tersebut. Sementara besaran input didapatkan dari jumlah
jam kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan seluruh output tersebut.
Angka rasio yang didapatkan dari hasil pembagian output dengan input
di atas dikenal sebagai labor productivity. Jika sumber daya lain seperti
misalnya besaran investasi dan kebutuhan material dimasukkan sebagai bagian
dari input, maka angka rasio yang didapat dikenal sebagai multifactor
productivity.
Rumusan sederhana tersebut telah memberikan pemahaman bahwa
komponen utama produktivitas meliputi: (1) input dan (2) output. Namun
dalam dunia pendidikan rumusan sederhana tersebut belum tentu secara konkrit
merepresentasikan terjadinya kenaikan lain seperti manufactur atau produksi.
Hal ini diakibatkan adanya perbedaan asumsi tentang variabel input
maupun output yang digunakan. Dengan kata lain, masing-masing orang akan
mendefinisikan sesuai dengan kepentingan dan relevansinya. Sehingga
pengukuran produktivitas pun menjadi sangat relatif. Dalam ilmu ekonomi,
konsep-konsep produktivitas selalu dikaitkan dengan konsep-konsep efektivitas
dan efisiensi, dengan berkaitan konsep-konsep tersebut, maka suatu proses
produksi dapat disimpulkan sebagai perputaran perubahan input menjadi ouput.
Menurut Jaap Scheerens (2003:9) menjelaskan bahwa efektivitas dapat
digambarkan dengan sejauh mana tingkat ouput yang diinginkan tercapai.
Sedangkan sefisiensi didefinisikan sebagai tingkat output yang diinginkan
dengan kemungkinan biaya yang paling rendah. Dengan kata lain, efisiensi
adalah efektivitas dengan keperluan tambahan yang ingin dicapai dengan
menempuh kemungkinan cara yang termurah. Hal senada dikemukakan
Engkoswara dalam Buchori Alma (2003:64) bahwa produktivitas pendidikan
dapat dilihat pada: (1) efektivitas berupa masukan yang merata, keluaran yang
bermutu, ilmu dan keluaran yang berkaitan dengan kebutuhan, pendapatan
tamatan yang memadai; dan (2) efisiensi berupa: kegairahan motivasi belajar
yang tinggi, semangat kerja besar, kepercayaan berbagai pihak, pembiayaan
sekecil mungkin tapi hasil yang besar.
D. Motivasi
Motivasi adalah proses psikologis yang mendasar dan merupakan salah
satu unsur yang dapat menjelaskan perilaku seseorang. Motivasi berasal dari
kata “movere” dalam bahasa latin yang berarti “bergerak” atau
“menggerakkan”. Menurut beberapa ahli, motivasi didefinisi kan sebagai
berikut :
Hamzah B. Uno (2007) mengatakan bahwa motivasi adalah dorongan
dasar yang menggerakkan tingkah laku seseorang. Dorongan ini berada pada
diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai
dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang
didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi
yang mendasarinya.
Christine Harvey (1996) mengatakan bahwa motivasi adalah komoditi
yang sangat dibutuhkan oleh semua orang.Thomas L. Good dan Jere E. Brophy
(1990) mengatakan bahwa motivasi sebagai konstruk hipotesis yang digunakan
untuk menjelaskan keinginan, arah, intensitas, dan keajegan perilaku yang
diarahkan oleh tujuan.
Don Hellriegel dan Jhon W. Slocum (1979) mengatakan bahwa
motivasi adalah proses psikologis yang dapat menjelaskan perilaku seseorang.
Perilaku hakikatnya merupakan orientasi pada satu tujuan. Dengan kata lain,
perilaku seseorang dirancang untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan
tersebut diperlukan proses interaksi dari beberapa unsur. Dengan demikian,
motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu
untuk mencapai tujuan.
Menurut Hasibuan (2007:219) motivasi adalah pemberian daya
penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau
bekerjasama, bekerja efektif dan terintegasi dengan segala daya upayanya untuk
mencapai kepuasan. Dari berbagai pendapat diatas, maka motivasi dapat
didefinisikan sebagai masalah yang sangat penting dalam setiap usaha
kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditentukan sebelumnya, masalah motivasi dapat dianggap simpel karena
pada dasarnya manusia mudah untuk dimotivasi, dengan alasan karena mereka
mengharapkan apa yang diinginkannya dapat diraih dengan maksimal. Masalah
motivasi, dianggap kompleks, karena sesuatu dianggap penting bagi orang
tertentu.
Menurut Lau dan Shani (1992) dalam Zuhdi (2006), terdapat dua
pendekatan umum dalam mempelajari motivasi, yaitu teori isi dan teori proses.
Teori isi adalah teori yang menjelaskan mengenai profil kebutuhan yang
dimiliki seseorang. Teori ini berusaha mengidentifikasikan faktor-faktor yang
dapat meningkatkan motivasi kerja. Teori isi antara lain adalah Teori Hirarki
Kebutuhan Maslow, Teori E-R-G, Teori Dua Faktor, dan Teori Tiga Motif
Sosial.
Teori proses menjelaskan proses melalui dimana munculnya hasrat
seseorang untuk menampilkan tingkah laku tertentu. Teori ini berkaitan dengan
identifikasi variabel dalam motivasi dan bagaimana variabel-variabel tersebut
saling berkaitan. Beberapa teori proses antara lain Teori Keadilan dan Teori
Ekspektansi.
E. Teori Motivasi
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk
melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai
rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan
hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu
tujuan. Seseorang yang mempunyai motiva si berarti ia telah mempunyai
kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan.
Motivasi dapat berupa motivasi intrinsic dan ekstrinsic. Motivasi yang
bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat
seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan
pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang
atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobbynya. Sedangkan motivasi
ekstrinsik adalah manakala elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan
tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status
ataupun kompensasi.
Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang
dimaksudkan untuk memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya
manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa. Landy dan Becker
membuat pengelompokan pendekatan teori motivasi ini menjadi 5 kategori
yaitu teori kebutuhan, teori penguatan, teori keadilan, teori harapan, dan teori
penetapan sasaran.
1. Teori motivasi abraham maslow (1943-1970)
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya
semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5
tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan
terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki
Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif
psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah
kebutuhan dasar terpenuhi.
Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian
sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan
yang penting. Maha Hal tersebut diatas secara skematik dapat digambarkan
dalam gambar sebagai berikut :
Aktualisasi diri
Penghargaan
Sosial
Keamanan
Biologis
Gambar 6 : Produktivitas
BAB. V
IMAJINASI, INTUISI DAN EKPLOITASI
A. Imajinasi
Imajinasi adalah gambar angan, daya membayangkan atau khayalan.
Imajinasi secara umum adalah kekuatan atau proses menghasilkan citra mental
dan ide. Para ahli ilmu jiwa mengemukakan banyak macam imajinasi.
Lamunan dan impian adalah salah satu bentuk imajinasi yang pasif. Imajinasi
reproduksi ialah berupa kemampuan membentuk kembali pengalaman masa
lalu. Bentuk imajinasi dalam bidang sains dikatakan sebagai produktif atau
imajinasi yang kreatif. Hasil dari imajinasi kreatif adalah penemuan baru.
Penemuan baru ini bisa berbentuk benda, konsep, idea atau model.
Imajinasi seseorang adalah batasan dunia nyata orang tersebut.
Imajinasi tidak mengenal batas, dan apapun yang ditangkap oleh pikiran dan
diyakini, akan dapat terwujud menjadi realitas. Imajinasi kreatif membantu
seseorang untuk mengeksplorasi pilihan-pilihan atau opsi yang berbeda dan
melihat banyak sekali scenario dan peluang hasilnya. Imajinasi yang kita
kembangkan merupakan pemicu yang mendorong untuk bergerak melakukan
sesuatu. Kita akan punya kekuatan untuk mencapai imajinasi. Walau tidak
langsung dapat meraihnya, tetapi melalui usaha yang bertahap suatu saat
imajinasi, mimpi, dan fantasi akan menjadi kenyataan.
Imajinasi itu adalah pikiran yang melahirkan energi yang menggerakkan
tangan, jari, kaki, mata, dan anggota tubuh lainnya. Tandanya energi itu mulai
bekerja ialah ketika kita akan menyusun langkah dan rencana untuk mencapai
fantasi. Kemudian bergeraklah seluruh tubuh ini mengerjakan rencana-rencana
itu. Jika kita bisa menggabungkan imajinasi, harapan, rencana, peluang, dan
kerja keras, imajinasi akan berubah menjadi sukses yang paling indah dalam
hidup. Dalam literature manajemen imajinasi disebut sebagai visi. Dalam ajaran
Islam, dijelaskan bahwa Allah mengikuti persangkaan hamba-Nya.
Hal ini menunjukkan bahwa Allah mengikuti apa yang seseorang
pikirkan. Ketika seseorang berimajinasi atau berpikir positif maka itu yang
akan ia dapat. ada satu ayat dalam Al Qur’an yang sering menggugah fikiran
saya berkaitan dengan mimpi ini, yakni surat Ar Rahman ayat 33. Yang artinya
“Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi)
penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu
menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah)”
Dengan ayat ini Allah menyuruh kita berfikir tentang hal-hal yang
(kelihatannya) mustahil dicapai, pada saat diturunkannya ayat itu. Dan sekarang
terbukti, manusia mampu menembus batas-batas langit yang sebelumnya tak
mampu ditembus. Mampu mencapai bulan, Mars, mengorbitkan satelit, dll.
Intuisi adalah bentuk perkiraan yang samar-samar, sering setengah disadari,
tanpa diiringi proses berpikir yang cermat sebelumnya, namun kemudian dapat
menuntun pada satu keyakinan, yaitu secara tiba-tiba dan pasti memunculkan
satu keyakinan yang tepat.
Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan
di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang Ayahnya
adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka
sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai
rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut
kemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu
tidak dapat sabar terhadapnya".Q.S. Al-Khafi, 18:82
Maka Strategi Mengejar Imajinasi, semua orang menerima anugerah
yang namanya imajinasi itu pada tingkatan yang berbeda-beda. Memang, tidak
semua orang mampu menggunakan imajinasi mereka untuk membuat karya
seni yang luar biasa atau menciptakan penemuan ilmiah.
Akan tetapi, kita semua jelas sekali mampu meningkatkan imajinasi
yang kita miliki hingga pada tingkatan yang memungkinkan kita meraih
sebentuk kesuksesan bagi diri kita masing-masing. Strategi untuk mengejar
konsep Hammel dan Prahalad yaitu strategi mengejar imajinasi (visi)
disebutnya sebagai Strategic Intent. Penyusunan strategi ini dikembangkan
secara bertahap serta konsisten.
Dalam strategi mengejar imajinasi ini, masa depan bukan hanya
dibayangkan, tetapi harus dibangun. Maka dibutuhkan arsitek yang
menciptakan hal-hal yang belum tercipta.
Gabungan antara pemimpin dan pelaksana. Dalam pelaksanaan strategi
berdasarkan imajinasi ini membutuhkan Strategic Architecture yang merupakan
gabungan antara pengetahuan masa depan (informa tion architecture), perilaku,
nilai, struktur (social architecture), dan financial architecture. Strategic
Architecture sebagai cetak biru tingkat tinggi untuk penyebaran dari
fungsionalitas baru, akuisisi dari kompetensi baru, atau migrasi dari kompetensi
yang ada dan menyusun kembali perantara dengan pelanggan.
C. Ekploitasi
Sifat wirausahawan adalah selalu mencari dan melihat peluang yang
tersembunyi dengan gagasan baru dan bekerja keras untuk merubah peluang
menjadi kenyataan. Kreativitas dalam memunculkan ide memiliki peranan
penting dalam inovasi produk sebuah usaha. Sutomo (2007) menjelaskan bahwa
kreativitas menjadikan peluang sebagai ide praktis yang dapat diterapkan ke
pekerjaan sehari-hari memerlukan kemampuan pengembangan ide (divergen) dan
kemampuan mengerucutkan ide (konvergen). Contohnya Seorang wirausaha yang
melihat limbah perca di sekitar rumah, terlebih dahulu akan mengembangkan ide,
bisa dijadikan apa ya? Aksesoris? Boneka? Hiasan dinding ? tudung saji? Dan
lain sebagainya. Setelah itu seorang wirausaha perlu mengerucutkan ide itu tadi
sehingga lebih fokus dan realistis untuk dijalankan.
Prof. George W. Ladd (dalam Alma, 2005) dalam karyanya yang berjudul
Atistic Researh Tool for Scientific Minds mengemukakan bahwa kemajuan usaha
dipengaruhi oleh mental bawah sadar berupa imajinasi dan intuisi. Ekploitasi
tidak selalu berkaitan pada Sumbar Daya Alam (SDA), tapi pada tingkatan
pemiki ran kita pun bisa dieksploitasi. Imajinasi seseorang sangat tidak terbatas
bahkan melampaui batas. Berpikir cepat secara keras dan mendalam pada
wilayah imajinasi sangat mungkin kita rasakan.
Akan selalu ada hal baru yang kita bayangkan dalam imajiner kita.
Seandainya kita bisa memanfaatkan dimensi imajiner kita kemudian di
aplikasikan, sudah pasti kita akan menjadi orang yang kreatif dan inovatif. Dalam
talk show di salah satu televisi swasta Jusuf kala pernah mengatakan: saya akan
mengambil semua kesempatan peluang usaha yang ada didepan mata. Hal itu
yang menjadi semangat dalam memperjuangkan bisnisnya, dan kita patut
mengacungi jempol kepada beliau.
Tidak mudah untuk berpikir cepat dalam menentukan tindakan, begitulah
yang dimaksudkan mengekploitasi intuisi. Persoalan selanjutnya biarlah imajinasi
kita yang bermain dengan liarnya berimajinasi tentang bisnis yang sudah kita
tentukan. Seorang ahli ekonomi di Lowa State University yakni Prof. W. Ladd
mengemukakan bahwa suatu uraian dan pemikiran menarik melalui proses
mental bawah sadar berupa imajinasi dan intuisi yang membantu kemajuan
usaha.
Berangkat dari imajinasi dan intusi seseorang akan bergerak menentukan
langkah dalam bisnisnya. Tetapi terkadang dalam benak kita selalu muncul
pertanyaan yang bersifat destruktif dan akan menghancurkan kembali daya
imajiner yang sudah kita bangun. Selalu ada solusi dibalik sebuah masalah.
Asalkan kita niat dan berusaha.“ Orang yang pintar dan terampil selalu bisa
mengubah kekalahan menjadi kemenangan”.
Maka imajinasi angan atau hayalan dan intisi berupa pengetahuan yang
tiba-tiba, serta ide-ide yang spontan pun dapat di ekplotiotasi. Maka hubungan
antar ekploitasi, imajinasi dan intuisi dapat digambarkan sebagai berikut :
Imajinasi :
Angan-angan
Khayalan
Intuisi
Pengetahuan
Mendadak,
ide - obyek
tiba-tiba.
B. Bekerja Sama
Dalam mewujudkan tercapainya tujuan perusahaan perlu didukung oleh
semua pihak dalam organisasi, pihak-pihak yang dimaksud adalah para
manager atau pimpinan organisasi dan para bawahan atau karyawan. Dengan
demikian perusahaan harus mampu menciptakan suasana sinkron dan kondusif,
dimana pimpinan organisasi mampu bekerjasama dengan karyawan serta
mengarahkan tujuan organisasi secara efektif dan efisien, sehingga para
karyawan merasakan bahwa tujuan tersebut merupakan tujuan mereka atau
tujuan bersama.
Ketika perusahaan didirikan, harapan yang ingin dicapai adalah
mendapatkan kesuksesan dalam setiap langkah dan tindakan yang dilakukan
sehingga pada akhirnya akan tetap bertahan (survive) dalam jangka waktu lama.
Akan tetapi saat ini perubahan lingkungan bisnis yang dihadapi oleh
perusahaan cepat berubah dan tidak dapat diprediksi.
Persaingan dan perubahan yang begitu cepat terjadi menuntut upaya-
upaya terobosan perusahaan secara proaktif mengkonsolidasikan diri dalam
rangka penguatan keunggulan bersaing. Untuk dapat unggul dalam bersaing
dan tetap bertahan, maka perusahaan harus adaptif dan lebih fleksibel. Hal ini
seringkali menuntut perusahaan untuk melakukan perubahan dalam perusahaan
itu sendiri. Perubahan tidak akan berjalan lancar apabila tidak adanya niat baik,
hubungan antar manusia ( human relation ) dari orang-orang yang ada didalam
perusahaan, baik itu pada tingkat manajer maupun para karyawan.
Hubungan antar manusia ( human relation ) adalah komunikasi antar
pribadi yang manusiawi, berarti komunikasi yang telah memasuki tahap
psikologis yang komunikator dan komunikan saling memahami pikiran,
perasaan dan melakukan tindakan bersama. Ini juga berarti bahwa apabila kita
hendak menciptakan suatu komunikasi yang penuh dengan keakraban yang
didahului oleh pertukaran informasi tentang identitas dan masalah pribadi yang
bersifat sosial.
Interaksi karyawan dalam lingkungan perusahaan/organisasi/ instansi
merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan yang mana akan menimbulkan
tingkat kepuasan kerja karyawan, situasi lingkungan perusahaan dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya antara karyawan yang satu dengan yang lain
tidak terlepas dari interaksi satu sama lainnya demi kelancaran dan
keharmonisan kerja. Dengan sarana hubungan yang nyaman akan lebih betah
dan senang dalam menyelesaikan tugas.
Hubungan antar manusia ( human relation ) dalam perusahaan
merupakan hal yang penting karena merupakan jembatan antara karyawan
dengan sesama karyawan maupun karyawan dengan pimpinan. Dengan
demikian yang terpenting dalam mewujudkan human relation adalah
bagaimana kita memahami hakekat manusia dan kemanusiaan serta bagaimana
kita mampu menerima orang lain di luar diri kita dengan apa adanya agar
tercipta suasana kerja yang harmonis dan baik yang dapat meningkatkan
semangat kerja yang akan mempengaruhi juga hasil pekerjaannya.
Maka dari itu, disinilah fungsi dan peranan seorang pimpinan dalam
membangun hubungan yang baik antar karyawan dengan pemimpin maupun
karyawan dengan karyawan dan agar tercipta sebuah tim. Membangun
hubungan yang baik atau menciptakan human Relation antara atasan dan
bawahan perlu diciptakan dan dibina dalam suatu organisasi sedemikian rupa
sehingga tercipta suatu team work yang telah ditentukan untuk menggugah
gairah kerja dengan semangat kerjasama yang produktif serta berbahagia hati.
Dimana kita ketahui bersama bahwa Human Relation adalah
komunikasi persuasif seseorang dengan orang lain dalam segala situasi dan
dalam semua bidang kehidupan sehingga menimbulkan kepuasan hati di kedua
belah pihak yang dapak menimbulkan kinerja yang baik. Prinsip-prinsip dalam
Human Relation adalah Adanya loyalitas. Adanya loyalitas yang dimaksud
disini adalah kesetiaan antara atasan dan bawahan. Misalnya:
Seorang atasan tidak menganggap remeh bawahan.
Seorang karyawan tidak menjelek-jelekan atasannya kepada orang
lain.
Tidak menceritakan rahasia organisasi atau perusahaan terhadap orang
lain.
Memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap organisasi
Tidak menganggap bawahan sebagai mesin karena bawahan juga
ingin dihargai, diakui kemampuan dan kemauannya dapat dikembangkan
secara teratur sampai tingkat yang maksimal.
Pimpinan mengakui dan menghargai pelaksanaan tugas dengan baik
oleh bawahan. Bentuk pengharga annya dapat berupa: kenaikan pangkat,
kenaikan gaji, hadiah, surat penghargaan atau kombinasi dari beberapa hal
tersebut.
Sebagai contoh bila pegawai hotel terjalin dalam suatu team work yang
kompak, dengan melaksanakan pekerjaan dengan penuh gairah, memiliki sikap
inovatif yang tinggi dan memiliki kinerja yang baik juga hal ini tentu akan
menimbulkan kepuasan bagi para tamu hotel. Kepuasan para tamu sebagian
besar ditentukan oleh seluruh karyawan hotel dari pucuk pimpinan sampai
dengan para petugas di lapangan. Kepuasan yang dirasakan oleh tamu tentu
juga akan dirasakan oleh seluruh pegawai
Sebagaimana diketahui bersama bahwa kunci keberhasilan industri
hotel ditentukan oleh kepuasan para tamu. Hotel sebagai industri jasa pelayanan
sangat mengharapkan tamu-tamunya akan kembali lagi setelah menginap.
Kesan yang diciptakan oleh karyawan hotel pada dasarnya dapat memberikan
kepuasan kepada tamu tersebut. Tidak saja para karyawan yang langsung
berhubungan dengan tamu yang harus memberikan pelayanan yang terbaik
melainkan juga karyawan yang secara tidak langsung berhubungan dengan
tamu juga harus memberikan pelayanan yang sama
Apabila tamu merasa puas dan nyaman secara tidak langsung ini dapat
membangun citra yang baik terhadap perusahaan yang dapat berdampak
terhadap minat masyarakat untuk tetap berkunjung dan memberikan
kepercayaan kepada perusahaan yang dimana dapat memberikan keuntungan
dan kemajuan terhadap perusahaan.
Pada Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi
dalam Cangara (2010 :19) yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi
antar manusia ( human communication) bahwa: “komunikasi adalah suatu
transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur
lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama manusia, (2)
melalui pertukaran informasi; (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku
orng lain; serta (4) berusaha mengubah sikap dan tingkah laku orang itu.
Di negara-negara yang sudah maju human communication semakin
mendapat perhatian para manager dalam organisasi apapun, karena semakin
dirasakan pentingnya dalam rangka memecahkan berbagai masalah yang
menyangkut faktor manusia dalam managemen. Benturan–benturan psikologi
dan konflik-konflik antara kepentingan pribadi dengan kepentingan organisasi
sering terjadi, bukan saja antara manajer dengan karyawan, tetapi juga antara
karyawan dengan karyawan, yang benar-benar mengganggu jalannya roda
organisasi dalam mencapai tujuannya. human communication juga dirasakan
pentingnya oleh para manajer untuk menghilangkan “luka-luka” akibat salah
komunikasi (miss-communication) dan salah interpretasi (miss-interpretation)
yang terjadi antara manajer beserta karyawannnya dengan publik di luar
organisasi.
Hubungan manusiawi adalah terjemahan dari human relation. Ada juga
orang-orang menterjemahkannya menjadi “ hubungan manusia” dan “hubungan
antar manusia”, yang sebenarnya tidak terlalu salah karena, yang berhubungan
satu sama lain adalah manusia, hanya merupakan penyampaian suatu pesan
oleh seseorang kepada orang lain, tetapi hubungan antara orang – orang yang
berkomunikasi itu mengandung unsur-unsur kejiwaan yang amat mendalam.
Ciri hakiki human relations bukan “ human dalam pengertian wujud
manusia (human being), melainkan dalam makna proses rokhaniah yang tertuju
kepada kebahagiaan berdasarkan watak, sifat, perangai, kepribadian, sikap,
tingkah laku dan lain-lain aspek kejiwaan yang terdapat pada diri manusia.
Karena itu, terjemahan yang paling mendekati makna dan maksud relations
adalah hubungan manusiawi atau hubungan insani.
Hubungan human relation antar manusia merupakan hal yang penting
dalam kelancaran suatu kegiatan apapun, terutama dalam suatu organisasi
ataupun pekerjaan. Karena suatu hubungan antara manusia yang baik akan
menciptakan suatu keharmonisan untuk menyelesaikan suatu permasala han.
Manusia merupakan individu yang berbeda-beda, maka secara langsung atau
tidak langsung akan menciptakan permasalahan besar maupun kecil.
Maka diperlukan penguasaan Human Relations yang baik untuk
memecahkan masalah yang ada. Seiring berjalannya waktu, Human Relations
sangat penting fungsinya dalam kehidupan masa kini terutama untuk seorang
pimpinan di hotel yang tugasnya mengawasi para bawahannya sehingga bisa
menciptakan hubungan yang harmonis dengan para karyawan maupun dengan
para tamu hotel. Terutama sebagai pimpinan menguasai ilmu hubungan antar
manusia khususnya dalam industri perhotelan, akan dapat memotivasi dan
mempermudah kinerjanya untuk berinteraksi dengan tamu-tamu hotel, kolega,
pimpinan maupun bawahannya sehingga standar operational procedur bisa
berjalan dengan baik.
Kunci aktivitas Human Relation adalah motivasi. Memotivasikan
karyawan untuk bekerja giat berdasarkan kebutuhan mereka secara
memuaskan, yakni kebutuhan akan upah yang cukup bagi keperluan hidup
keluarganya, kemajuan dirinya sendiri dan lain sebaginya.
Untuk memuaskan hati seluruh karyawan seorang demi seorang tidak
mudah, ini memang tidak dapat disangkal. Kebahagiaan seorang karyawan
yang mendapat kenaikan gaji mungkin menyebabkan beberapa teman
sejawatnya tidak merasa senang. Akan tetapi lingkungan dan suasana yang bisa
membantu seluruh karyawan memperoleh kabahagiaan akan dapat diciptakan
dan diadakan. Dalam hal ini seorang pemimpin kelompok harus berfikir secara
situasional dalam rangka mencapai tujuannya.
Seseorang memasuki suatu organisasi, karena ia berpikir organisasi
akan dapat membantu dia mencapai tujuannnya. Demikian pula para karyawan,
mereka mempunyai organisasi, mereka anggota organisasi kekaryaaan dimana
bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pemimpin organisasi tersebut dapat mengkoordinasikan aktifitas -
aktifitas para karyawan dan mengoperasikan hasrat - hasrat mereka untuk
bekerja bersama-sama. Pimpinan memegang peranan penting dalam
memberikan motivasi kepada karyawannya dengan harapan agar operational
dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan adanya penerapan human
relation. Keith Davids dalam bukunya yang berjudul Human Bahavior at Work;
Human Relation and Organization Behaviour, mengemukakan empat macam
kelebihan sifar-sifat yang perlu dimiliki oleh pemimpin: (a). Inteligensia
(intelligence) Dimana pemimpin harus memiliki kecerdasan yang lebih tinggi
daripada bawahannnya. (b). Kematangan dan keluasan pandangan social
(social matury and Breadth) Pemimpin harus lebih matang dan lebih luas
dalam hal-hal yang bertalian dengan kemasyarakatan. (c). Mempunyai Motivasi
dan keinginan berprestasi yang diharapkan selalu mempunyai dorongan yang
besar untuk dapat menyelesaikan sesuatu. (d). Mempunyai kemampuan
mengadakan hubungan antarmanusia (human Relation). Seorang pemimpin
harus selalu lebih mengetahui terhadap bawahannya sebab dalam kehidupan
organisasi diperlukan adanya kerjasama atau saling ketergantungan antara
anggota-anggota kelompok pemimpin perlu berorientasi kepada bawahan.
(Wahjosumidjo; 1994: 46)
Fungsi Human Relation dalam management ialah memotivasi
karyawan, membangkitkan motif mereka. Menggugah daya gerak mereka
untuk bekerja lebih giat. Jadi jika dalam memotivasi para karyawan akan
menggunakan kata-kata, maka kata kata itu harus positif, mengandung
kebijaksanaan, menimbulkan sikap optimis; bukan kata-kata negative yang
menjatuhkan mental. Davids dalam Effendy (2005: 140) mengemukakan bahwa
dipandang dari sudut pimpinan yang bertanggung jawab untuk memimpin suatu
kelompok, hubungan manusiawi adalah interaksi orang–orang yang menuju
suatu situasi kerja yang memotivasikan mereka untuk bekerjasama secara
produktif dengan perasaan puas, baik ekonomi, psikologi, maupun social.
Dengan cara demikian diharapkan dapat memberikan pengertian dan kesadaran
kepada para bawahan sehingga mereka mau dan suka mengikuti apa yang
menjadi kehendak pemimpin.
Tugas memberi motivasi memang tidak mudah. Pada umumnya pegawai-
pegawai mempunyai latar belakang, pengalaman, harapan, keinginan, ambisi,
dan lain-lain yang berbeda. Mereka melihat peristiwa-peristiwa atau kejadian-
kejadian dari berbagai sudut pandang yang berlainan, dan reaksi-reaksi mereka
terhadap pekerjaan, terhadap pegawai satu sama lain, dan terhadap pekerjaan,
terhadap pegawai satu sama lain, dan terhadap lingkungan mereka.
Seorang pegawai yang termotivasi baik, akan memberikan kontribusi
yang lebih besar terhadap keefektifan organisasinya. Jika seorang pegawai
termotivasi dengan baik, maka akan menunjukkan suatu perusahann yang
berjalan efektif dan hal ini merupakan kunci sukses bagi seorang atasan dalam
membina perusahaan yang dipimpinnya.
Pendekatan Human Relation yang baik dan efektif dapat memberi
pengaruh positif terhadap motivasi kerja karyawan. Teknik pendekatan human
relation yang kurang tepat yang digunakan seseorang dalam berkomunikasi
dengan orang lain dapat mengakibatkan menurunnya kinerja seseorang. Hal ini
dapat terjadi karena kegairahan kerja berhubungan erat dengan implikasi yang
diterima sebagai hasil dari suatu komunikasi.
Terlepas dari hal yang tidak dapat diabaikan ialah hubungan antara atasan
dan bawahan dan karyawan dan karyawan dalam meningkatkan motivasi kerja.
Dengan komunikasi maka human relation yang berlangsung efektif sehingga
hubungan diantara mereka dapat terbentuk. Dengan terciptanya human relation
yang baik dan harmonis antara atasan dan bawahan maka suasana kerja akan
lebih berwarna, lebih mudah menjalin keakraban, dan adanya perasaan senang
untuk menjalankan tugas serta yang lebih penting bagi timbulnya rasa memiliki
atas perusahaan yang tinggi.
C. Karakteristik Kewirausahaan
Kewirausahaan meliputi kemampuan merumus kan tujuan dan
memotivasi diri, berinisiatif, kemampu an membentuk modal dan mengatur
waktu, mental yang kuat, dan kemampuan untuk mengambil hikmah dari
pengalaman.
Jiwa kewirausahaan tidak hanya dimiliki oleh pengusaha dan berlaku
dalam bidang bisnis semata, tetapi juga dimiliki setiap orang untuk memiliki
jiwa kreatif dan inovatif, seperti pemerintah, perguruan tinggi dan lembaga
swadaya masyarakat lainnya baik secara individual maupun kelompok. Banyak
ahli yang mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan konsep yang
berbeda-beda, misalnya pendapat Thomas W Zimmerer dan Norman M.
Scarborough (2004, p4) mengemukakan ciri-ciri dan watak kewirausahaan
seperti berikut ini : (1). Menyukai tanggung jawab, wirausaha merasa
bertanggung jawab secara pribadi atas hasil perusahaan tempat mereka terlibat.
(2). Lebih menyukai resiko menengah, yaitu wirausaha bukanlah seorang
pengambil resiko liar, melainkan seorang yang mengambil resiko dengan penuh
perhitungan. (3). Keyakinan atas kemampuan mereka untuk berhasil, yaitu
wirausaha umumnya memiliki banyak keyakinan atas kemampuan untuk
berhasil. (4). Hasrat untuk mendapatkan umpan balik langsung, wirausahawan
ingin mengetahui sebaik apa mereka bekerja dan terus menerus mencari
pengukuhan. (5). Memiliki tingkat energi yang tinggi, wirausahawan lebih
energitik dibandingkan dengan kebanyakan orang. (6). Orientasi ke depan,
wirausahawan memiliki indra yang kuat dalam mencari peluang. (7).
Keterampilan mengorganisasi, membangun sebuah perusahaan dari nol dapat
dibayangkan seperti menghubungkan potongan-potongan sebuah gambar besar.
(8). Memiliki prestasi lebih tinggi daripada uang, salah satu kesalahan
pengertian yang paling umum mengenai wirausaha adalah anggapan bahwa
mereka sepenuhnya terdorong oleh keinginan menghasilkan uang.
1. Faktor Pemicu Kewirausahaan
Dalam ”Entrepreneur’s Handbook”, yang dikutip oleh Yuyun
Wirasasmita dalam buku Suryana (2003, p35) terdapat beberapa alasan yang
memicu seseorang untuk berwirausaha, yakni : (a). Alasan keuangan, un tuk
mencari nafkah, menjadi kaya, mencari pendapa -tan tambahan. (b). Alasan
sosial, yaitu untuk memper oleh gengsi atau status, untuk dapat dikenal dan
dihormati. (c). Alasan pelayanan, yaitu untuk memberi pekerjaan kepada
masyarakat, untuk membantu ekonomi masyarakat, demi masa depan anak-
anak dan keluarga. (d). Alasan pemenuhan diri, yaitu untuk menjadi alasan atau
mandiri, untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, untuk menghindari
ketergantungan pada orang lain.
2. Faktor Keberhasilan dan Kegagalan Wirausaha
Keberhasilan dan kegagalan wirausaha sangat tergantung pada
kemampuan pribadi wirausaha. Berdasarkan pendapat Thomas W Zimmerer
yang dikutip oleh Suryana (2003, p44) : (a). Mempunyai ide atau visi bisnis
yang jelas.(b).Mempunyai kemauan dan keberanian untuk menghadapi resiko
baik waktu maupun uang.(c). Mempunyai semangat dan kerja keras dalam
membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan dan menjalankannya.(d).
Mempunyai loyalitas dan tanggung jawab terhadap pihak-pihak terkait.
Sedangkan Faktor-faktor penyebab kegagalan ialah kegagalannya adalah (a).
Tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha.(b). Kurang
berpengalaman dalam mengelola sumber daya manusia, mengoperasikan
perusahaan, kemampuan mengkoordinasikan, dan lain-lain. (c). Kurang dapat
mengendalikan keuangan yakni tidak dapat mengatur pengeluaran dan
penerimaan secara cermat. (d). Perencanaan merupakan titik awal dari suatu
kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan
dalam pelaksanaan.(e). Lokasi yang kurang memadai atau kurang strategis
menyebabkan perusahaan sukar untuk beroperasi.(f). Kurangnya pengawasan
peralatan yang dapat mengakibatkan alat tidak efisien dan efektif. (g). Sikap
yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha mengakibatkan usaha yang
dilakukan menjadi gagal.(h). Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan
atau transisi kewirausahaan yang disebabkan oleh ketidak beranian untuk
mengadakan perubahan dan tidak mampu membuat peralihan setiap waktu.
3. Keuntungan dan Kerugian Kewirausahaan
Berdasarkan pendapat Peggy Lambing dan Charles L.Kuehi yang dikutip
oleh Suryana (2003, p46) terdapat beberapa keuntungan dan kerugian
berwirausaha, yakni keuntungan terdiri dari : (a). Otonomi Pengelolaan yang
bebas dan tidak terikat membuat wirausaha menjadi seorang ”bos” yang penuh
kepuasan. (b). Tantangan awal dan perasaan motif berprestasi Peluang untuk
mengembangkan konsep usaha yang dapat menghasilkan keuntungan sangat
memotivasi wirausaha. (c). Kontrol finansial Bebas dalam mengelola keuangan,
dan merasa kekayaan sebagai milik sendiri.
Sedangkan kerugianannya adalah : (a). Pengorbanan personal Pada
awalnya wirausaha harus bekerja dengan waktu yang lama dan sibuk. (b). Beban
tanggung jawab Wirausaha harus mengelola semua fungsi bisnis, baik
pemasaran, keuangan, personil maupun pengadaan dan pelatihan. (c). Kecilnya
margin keuntungan dan kemungkinan gagal Karena wirausaha menggunakan
keuangan yang kecil dan keuangan milik sendiri, maka margin laba atau
keuntungan yang diperoleh akan relatif kecil dan kemungkinan gagal juga ada.
D. Investasi
Investasi adalah upaya menanamkan faktor produksi langka, yakni dana,
kekayaan alam, tenaga ahli dan terampil, teknologi pada proyek tertentu baik
proyek tersebut baru atau perluasan proyek, dalam jangka panjang Husein
Umar (2003, p1). Menurut Downes dan Goudman dalam buku studi kelayakan
proyek karangan Suratman (2001, p6) memberikan pengertian investasi sebagai
berikut: .. Investment can refer to financial investment (where an investor puts
money into a ehicle) or to an investment of effort and time on the part of
individual who wants to reap profits rom the success of his labor ..”
Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia investasi adalah penanaman
modal atau uang di suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh
keuntungan. Sehingga dapat disimpulkan investasi adalah pengeluaran yang
ditujukan untuk mempertahankan atau meningkatkan persediaan kapital
(capital stock) yang diharapkan dapat memberikan pengembalian yang
menguntungkan dimasa yang akan datang.
1. Ciri-ciri Investasi
Ciri-ciri investasi berdasarkan pendapat Siswanto Sutojo (2000, p2)
adalah: (a). investasi tersebut menyerap dan mengikat dana dalam jumlah
besar. (b). Manfaat yang akan diperoleh perusahaan (misalnya keuntungan),
baru dapat dinikmati sepenuhnya beberapa masa setelah investasi dilakukan.
(c). Tingkat resiko yang ditanggung perusahaan lebih tinggi. (d). Keputusan
investasi proyek yang keliru, tidak dapat direvisi begitu saja, seperti halnya
keputusan memberikan kredit penjualan kepada pelanggan baru secara tidak
tepat, tanpa harus menderita kerugian yang cukup besar.
2. Manfaat Investasi
Manfaat investasi adalah untuk meningkatkan jumlah perdagangan
ekspor, menciptakan lapangan kerja baru, dan penghematan pengeluaran
devisa (Siswanto Sutojo 2000, p3).
E. Ekspansi
Berdasarkan pendapat Keown, Scott, Martin, dan Petty (2001, p231)
ekspansi dimaksudkan sebagai perluasan modal, baik perluasan modal kerja saja,
atau modal kerja dan modal tetap, yang digunakan secara tetap dan terus–
menerus didalam perusahaan.
1. Bentuk-bentuk Dari Ekspansi
Business expansion atau ekspansi bisnis adalah Ekspansi yang
dijalankan tanpa mengakibatkan perubahan stuktur modal. Dalam bentuk
ekspansi ini perusahaan tidak menambah modal kerja saja dengan
menggunakan kapasitas produksi yang tersedia didalam perusahaan.
Oleh karenanya perusahaan tidak menambah aktiva tetap, maka tidaklah
dibutuhkan tambahan modal jangka panjang sehingga tidak mengakibatkan
perubahan struktur modalnya. Sering disebut juga ekspansi yang berangsur–
angsur.
2. Financial expansion atau ekspansi keuangan
Ekspansi yang dijalankan dengan membeli alat produksi tahan lama,
memodernisir alat–alat produksi yang lama, mendirikan pabrik baru,
mengambil alih perusahaan lain, penggabungan dengan perusahaan lain dan
lain–lain. Bentuk ekspansi yang membutuhkan tambahan modal jangka
panjang, sehingga bentuk ekspansi ini mengakibatkan perubahan struktur
modalnya. Sering disebut ekspansi yang melonjak. Beberapa keuntungan bagi
perusahaan yang melaku kan ekpansi adalah :
a. Adanya produksi yang ekonomis: (1). Makin besar perusahaan mempunyai
kemungkinan yang lebih besar untuk dapat bekerja dengan biaya produksi
rata–rata atau harga pokok yang lebih rendah. (2). Penggunaan yang lebih
efisien. (3). Adanya stabilitasi dalam produksi dan makin berkurangnya
kerugian–kerugian karena menganggurnya aktiva–aktiva tetap.
b.Pembelian dan penjualan yang ekonomis: (1). Kedudukan terhadap penjual
lebih kuat, sehingga dapat mengadakan pembelian dengan syarat–syarat yang
menguntungkan. (2). Pembelian dalam jumlah besar, memungkinkan
pembelian dapat dilakukan langsung dari sumbernya.
c. Manajemen ekonomis
Manajemen merupakan faktor yang konstan, sedangkan bagian–bagian,
pabrik, perusahaan ang ditambahkan adalah meruapakan faktor–faktor
variabel. Ekspansi disini dimaksudkan ntuk mencapai titik efisiensi
manajemen yang optimal atau untuk mendapatkan imbangan ang sebaik–
baiknya antara menajemen dengan faktor–faktor variabel tersebut.
d. Pembelanjaan yang ekonomis
Makin besarnya perusahaan memberikan kemungkinan untuk dapat
menggunakan modalnya enggan lebih efisien. Apabila perusahaan menuju
kepada laba yang maksimal, maka, perusahaan akan menambah modalnya
sampai laba yang diperoleh dari modal yang diinvestasikan terakhir adalah
sama dengan tingkat bunga yang berlaku.
C. Hakikat Kewirausahaan
Meskipun sampai sekarang ini belum ada terminalogi yang persis sama
tentang kewirausahaan (entrepreneurship), akan tetapi pada umumnya
memiliki hakikat yang hampir sama, yaitu merujuk pada sifat, watak dan ciri-
ciri yang inovatif kedalam dunia usaha yang nyata dan dapat
mengembangkannya dengan tangguh (Peter F. Drucker, 1994).
Menurut Drucker, kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and
different thing). Bahkan, entrepreneurship secara sederhana sering juga
diartikan sebagai prinsip atau kemampuan wirausaha (Ibnu Soedjono, 1993;
meredith, 1996; Marzuki Usman, 1997).
Istilah kewirausahaan berasal dari terjemahan entrepreneurship, yang
dapat diartikan sebagai “the backbone of economy’, yaitu syaraf pusat
perekonomian atau sebagai “tailbone of economy”, yaitu pengendali
perekonomian suatu bangsa (Soeharto Wirakusumo, 1997:10).
Secara epistimologi, kewirausahaan merupakan nilai yang diperlukan
untuk memulai suatu usaha (star-up phase) atau suatu proses dalam
mengerjakan suatu yang baru (creative) dan sesuatu yang berbeda (innovative).
Menurut thomas w. Zimmerer (1996:51), kewirausahaan adalah “applying
creativity and innovation to solve the problems and to exploit opprtunities that
people face everyday”. Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan
inovasi untuk memecahkan masalah dan upaya untuk memanfaatkan peluang
yang dihadapi setiap hari.
Kewirausahaan merupakan gabungan dari kreativitas, inovasi, dan
keberanian menghadapi risiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk
membentuk dan memelihara usaha baru. Kreativitas, oleh Zimmerer (1996:51)
diartikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan untuk
menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan dan menghadapi
peluang (creativity is the ability to devolop new ideas and to discover new ways
of looking at problems and opportunities).
Sedangkan, inovasi diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan
kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan-persoalan dan peluang untuk
meningkatkan dan memperkaya kehidupan (innovation is the ability to apply
creative solutions to those problems and opportunities to enhance or enrich
people’s live). Menurut Harvard’s Theo ore Levitt yang dikutip Zimmerer
(1996:51), kreativitas adalah thinking new things (berpikir sesuatu yang baru),
sedangkan inovasi adalah doing new things (melakukan sesuatu yang baru).
Keberhasilan wirausaha akan tercapai apabila berpikir dan melakukan
sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama yang dilakukan dengan cara yang
baru (thinking and doing new ways). Menurut Zimmerer (1996:51), ide kreatif
akan muncul apabila wirausaha melihat sesuatu yang lama dan memikirkan
sesuatu yang baru atau berbeda (look at something old and think something new
or different).
Dari pandangan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
kewirausahaan (entrepreneurship) adalah suatu kemampuan (ability) dalam
berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya,
tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat, dan proses dalam menghadapi tantangan
hidup.
Istilah entrepreneurship, sebenarnya berasal dari kata entrepreneur.
Menurut Soeparman Soemahamidjaja (1977:2), istilah ini pertama kali
digunakan oleh Cantilon dalam Essaisurla nature du commerce (1755), yaitu
sebutan bagi para pedagang yang membeli barang di daerah-daerah dan
kemudian menjualnya dengan harga yang tidak pasti.
Dalam konteks manajemen, pengertian entrepreneur adalah seseorang
yang memiliki kemampuan dalam menggunakan sumber daya seperti finansial
(money), bahan mentah (materials), dan tenaga kerja (labor), untuk
menghasilkan suatu produk baru, bisnis baru, proses produksi, atau
pengembangan organisasi usaha (Marzuki Usman, 1997:3). Enternal yang
meliputi kombinasi motivasi, visi, komunikasi, optimisme, dorongan semangat,
dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang usaha. Menurut Sri Edi
Swasono (1978:38), dalam konteks bisnis, wirausaha adalah pengusaha, tetapi
tidak semua penggusaha adalah wirausaha. Wirausaha adalah pelopor dalam
bisnis, inovator, penanggung risiko, yang mempunyai visi ke depan, dan
memiliki keunggulan dalam berprestasi di bidang usaha.
Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:5)
mengemukakan definisi wirausaha sebagai berikut “An entrepreneur is one
who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the purpose
of achieving profit and growth by identifying opportunities and assemb ling the
necessary resources to capitalize on those oppor tunities”.
Menurut Dunsteinhoff dan John F. Burgess (1993 :35) wirausaha adalah
orang yang mengorganisir, mengelola, dan berani menanggung resiko untuk
menciptakan usaha baru dan peluang berusaha. “A person who organizes,
manages, and assumer the risk of a business or entreprise is an entrepreneur.
Entrepreneur is individual who risks finan cial, material, and human resources
a new way to create a new business concept or opportunities within an existing
form”.
Beberapa konsep “entrepreneur” di atas lebih menekankan pada
kemampuan dan perilaku seseorang sebagai pengusaha. Bahkan Dunsteinhoff
dan John F. Burgess (1993:4), memandang kewirausahaan sebagai pengelola
perusahaan kecil atau pelaksana perusahaan kecil. Menurutnya,
“entrepreneur” is considered to have the same meaning as “small business
owner-manager”or“small busines opera tor”.
Beberapa konsep kewirausahaan seakan-akan identik dengan
kemampuan para pengusaha dalam dunia usaha (business). Padahal
kewirausahaan tidak selalu identik dengan watak atau ciri pengusaha semata,
karena sifat baik sebagai karyawan swasta maupun pemerintah (Soeparman
Soemahamidjaja, 1980). Wirausaha adalah mereka yang meakukan upaya-
upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu
sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan
(preparation) hidup (Prawirokusumo, 1997:5).
Rumusan entrepreneur yang berkembang sekarang ini sebenarnya
banyak berasal dari konsep Schumpeter (1934). Menurut Schumpeter,
entrepreneur merupakan pengusaha yang melaksanakan kombinasi-kombinasi
baru dalam bidang teknik dan komersial ke dalam bentuk praktik. Inti dari
fungsi pengusaha adalah pengenalan dan pelaksanaan kemungkinan-
kemungkinan baru dalam bidang perekonomian. Kemungkinan-kemungkinan
baru yang dimaksudkan oleh Schumper adalah (1) memperkenalkan produk
baru atau kualitas baru suatu barang yang belum dikenal oleh konsumen, (2)
melakukan suatu metode produksi baru, dari suatu penemuan ilmiah baru dan
cara-cara baru untuk menangani suatu produk agar menjadi lebih
mendatangkan keuntungan, (3) membuka suatu pemasar baru, yaitu pasar yang
belum pernah ada atau belum pernah dimasuki cabang industri yang
bersangkutan, (4) pembukaan suatu sumber dasar baru, atau setengah jadi atau
sumber-sumber yang harus dikembangkan, (5) pelaksanaan organisasi baru
Yuyun Wirasasmita, 1982; 33-34).
Menurut Schumpeter (1934), fungsi pengusaha bukan pencipta atau
penemu kombinasi-kombinasi baru (kecuali kalau kebetulan), tetapi lebih
merupakan pelaksana dari kombinasi-kombinasi yang kreatif. Pengusaha
tersebut biasanya memiliki sikap yang khusus seperti sikap pedagang, pemilik
industri, dan bentuk-bentuk usaha lainnya yang sejenis. Schumpeter
mengemukakan dua tipe sikap dari dua subjek ekonomi, yaitu sikap pengusaha
kecil biasa dan sikap pengusaha benar-benar. Sikap pengusaha yang benar-
benarlah yang kemudian berkembang lebih cepat.
Kewirausahaan (enterpreneurship) muncul apabila seseorang berani
mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan
meliputi semua fungsi, aktivitas, dan tindakan yang berhubungan dengan
perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha. Oleh sebab itu, wirausaha
adalah orang yang memperoleh peluang dan menciptakan suatu organisasi
untuk mengejar peluang itu (Bygrave, 1995).
Menurut Meredith (`1996:9), kewirausahaan berarti memadukan watak
pribadi, keuangan, dan sumber daya. Oleh karena itu, kewirausahaan
merupakan suatu pekerjaan atau karier yang harus bersifat fleksibel dan
imajinatif, mampu merencanakan, mengambil resiko, mengambil keputusan-
keputusan dan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan (Meredith, 1996:9).
Syarat berwirausaha harus memiliki kemampuan untuk menemukan dan
mengevaluasikan peluang, mengumpulkan sumber-sumber daya yang
diperlukan dan bertindak untuk memperoleh keuntungan dari peluang-peluang
itu. Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah dipasar melalui
proses kombinasi antara sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar
dapat bersaing.
Menurut Zimmerer (1996:51), nilai tambah tersebut diciptakan melalui
cara-cara sebagai berikut (1) pengembangan teknologi baru (developing new
technology), (2) penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge), (3)
perbaikan produk dan jasa yang sudah ada (improving existing products or
services), (4) penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang
dan jasa yang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit (finding
different ways of providing more goods and services with fewer resources).
Meskipun diantara para ahli ada yang lebih menekankan kewirausahaan
pada peran pengusaha kecil, akan tetapi sifat ini dimiliki juga oleh bukan
pengusaha. Jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang yang memiliki perilaku
inovatif dan kreatif dan pada setiap orang yang menyukai perubahan,
pembaharuan, kemajuan, dan tantangan. Misalnya birokrat, mahasiswa, dosen,
dan masyarakat lainnya.
Dari beberapa konsep yang dikemukakan di atas, ada enam hakikat
penting kewirausahaan, yaitu:
1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang
dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses,
dan hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994).
2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda (ability to create the new and diferent) (Druker, 1959).
3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan (usaha) (Zimmerer, 1996).
4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu
usaha (star-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth) (Soeharto
Prawiro, 1997).
5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru
(create), dan sesutau yang berbeda (innovative) yang bermanfaat
memberikan nilai lebih.
6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda
untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan
dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan
baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa baru yang
lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan
menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.
Berdasarkan keenam konsep di atas, secara ringkas kewirausahaan
dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan mengambil resiko, kreatif dan
inovatif (create new and different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya,
proses, dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang
dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi resiko. Hal tersebut dapat
digambarkan dalam gambar sebagai berikut :
Inopatif
Kemempuan berimajinasi
A. Profil Kewirausahaan
Berbagai ahli mengemukakan profil wirausaha dengan pengelompokkan
yang berbeda-beda. Ada yang mengelompokkan berdasarkan pemilikannya,
pengelompokkan berdasarkan berkembangannya dan pengelompokkan
berdasarkan kegiatan usahanya. Roopke (1995:5), mengelompokkan
kewirausahaan berdasarkan perannya, sebagai berikut.
1. Kewirausahaan rutin (wirt), yaitu wirausaha yang dalam melakukan
kegiatan sehari-harinya cenderung menekankan pada pemecahan masalah dan
perbaikan standar prestasi tradisional. Fungsi wirausaha rutin adalah
mengadakan perbaikan-perbaikan terhadap standar tradisional, bukan
penyusunan dan pengalokasian sumber-sumber. Wirausaha ini berusaha
untuk menghasilkan barang, pasar, dan teknologi, misalnya seorang pegawai
atau manajer. Wirausaha rutin dibayar dalam bentuk gaji.
2. Kewirausahaan arbitrase, yaitu wirausaha yang selalu mencari
peluang melalui kegiatan penemuan (pengetahuan) dan pemanfaatan
(pembukaan). Misalnya, bila tidak terjadi ekuilibrium dalam penawaran dan
permintaan pasar, maka ia akan membeli dengan murah dan menjualnya
dengan mahal. Kegiatannya melibatkan spekulasi dalam memanfaatkan
perbedaan harga jual dan harga beli.
3. Wirausaha Inofatif, yaitu wirausaha dinamis yang menghasilkan
ide-ide dan kreasi-kreasi baru yang berbeda. Ia merupakan promotor, tidak
saja dalam memperkenalkan teknik dan produk baru, tetapi juga dalam pasar
dan sumber pengadaan, peningkatan teknik manajemen, dan metode distribusi
baru. Ia mengadakan proses dinamis pada produk, proses, hasil, sumber
pengadaan, dan organisasi yang baru.
Sedangkan Zimmerer (1996) mengelompokkan profil kewirausahaan
sebagai berikut:
1. Parttime Entrepreneur, yaitu wirausaha yang melakukan usahanya hanya
sebagian waktu saja sebagai hobi. Kegiatan bisnis bisanya hanya bersifat
sampingan.
2. HomeBased New Ventures, yaitu usaha yang dirintis dari rumah/ tempat
tinggalnya.
3. Family-Owner Business, yaitu usaha yang dilakukan/dimiliki oleh beberapa
anggota keluarga secara turun-temurun.
4. Copreneurs, yaitu usaha yang dilakukan oleh dua orang wirausaha yang
bekerja sama sebagai pemilik dan menjalankan usaha bersama-sama.
Manusia tidak bohong, , tidak khianat, tidak mengingkari, tidak mencela, tidak berlebihan , tidak menanggu
A. Definisi Kepemimpinan
Banyak definisi yang diberikan tentang kepemimpinan, antara lain :
George R. Terry, Leadership the activity of influencingpeople to strive
willingly for group objectives. Harold Koontz and Cyril O’Donnell state that
leadership is influencing people to follow in the achievement of a common
goal.
Berdasarkan definisi dimaksud diatas maka ada 3 definisi utama yang
tercakup dalam kepemimpinan:
1. Kepemimpinan melibatkan orang lain seperti bawahan atau para pengikut.
Seorang wirausaha akan berhasil apabila dia berhasil memimpin
karyawannya yang mau bekerja sama dengan dia untuk memajukan
perusahaan.
2. Kepemimpinan menyangkut distribusi kekuasaan. Para wirausaha
mempunyai otoritas untuk memberikan sebagian kekuasaan kepada
karyawan atau seorang karyawan diangkat menjadi pemimpin pada bagian-
bagian tertentu. Dalam hal ini seorang wirausaha telah membagikan
kekuasaannya kepada karyawan lain untuk bertindak atas nama dia.
Selanjutnya segala macam informasi sebagai hasil dari pengawasan dan
pelaksanaan pekerjaan dapat dimonitor oleh pimpinan.
3. Kepemimpinan menyangkut penanaman pengaruh dalam rangka
mengarahkan para bawahan. Seorang wirausaha tidak hanya mengatakan
apa yang harus dikerjakan oleh karyawan tetapi juga harus mampu
karyawan untuk berperilaku dan bertindak untuk memajukan perusahaan.
Hal tersebut dapat digambarkan dalam gambar sebagai berikut :
.
Melibatkan orang lain
Kepemimpinan Wirausaha
Distribusi kekuasaan Tujuanfungsi
Strategi menjalankan Wirausaha dan Hasil yang diperoleh
Penanaman Pengaruh
B. Sifat-Sifat Kepemimpinan
Ada sejumlah sifat-sifat kepribadian yang perlu dimiliki para pemimpin
(Andy Undap, 1983) yaitu: (a).Pendidikan umum yang luas, seseorang yang
berpendidikan akan mempunyai kemampuan untuk mengembangkan
keterampilan kepemimpinan. (b).Kematangan mental, seorang pemimpin harus
memiliki kematangan mental yang terlihat pada kestabilan emosional, tidak
mudah tersinggung, tidak gampang marah dan sebagainya. Sifat ingin tahu, sifat
ini mendorong seorang pemimpin untuk menyelidik, inovatif dan kreatif.
(c).Kemampuan analitis. Seorang pemimpin harus mampu menganalisa gejala-
gejala informasi yang ia terima, sehingga dapat mengambil keputusan yang
positif dan berguna untuk kemajuan bisnisnya. (d).Memiliki daya ingat yang
kuat. Seorang wirausaha akan berhadapan dengan banyak orang berbagai sifat
perilaku sehingga diperlukan kemampuannya untuk mengingat. Kemampuan
mengingat ini akan sangat membantu proses kepemimpinannya. (e).Integratif.
Seorang wirausaha harus mempunyai kepribadian terpadu tidak terpecah-pecah
yang membuat dia terombang-ambing. Juga harus memiliki sifat integratif dalam
rumah tangganya.(g). Keterampilan berkomunikasi. Hal ini sangat diperlukan
oleh seorang wirausaha untuk berkomunikasi dengan lingkungan bisnisnya
(h).Keterampilan mendidik. Seorang wirausaha harus mampu memberi petunjuk
dan mendidik karyawannya dalam beberapa hal baik yang berhubungan dengan
pekerjaan ataupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. (i).Rasional dan
objektif. Pemikiran dan keputusan yang diambil oleh wirausaha berlandaskan
pada pemikiran sehat dan tidak emosional. (j).Pragmatisme. Keputusan-
keputusan seorang wirausaha harus dibuat sesuai dengan kemampuan dan sumber
daya yang tersedia. (k).Ada naluri prioritas. (l). Pandai mengatur waktu. (m).
Kesederhanaan. (n). Sifat keberanian. (o). Mau mendengar.
C. Tipe-Tipe Kepemimpinan
Beberapa tipe kepemimpinan menurut Kartini Kartono (1983) adalah
sebagai berikut:
1. Tipe kharismatik
Pemimpin kharismatik merupakan kekuatan energy, daya tarik luar biasa
yang diikuti oleh para pengikutnya.
2. Tipe Paternalistis dan Maternalistis
Tipe paternalistis bersikap melindungi bawahan sebagai seorang bapak
atau sebagai ibu yang penuh kasih sayang. Pemimpin tipe ini kurang
memberikan pada karyawan untuk berinisiatif dan mengambil keputusan.
3. Tipe Militeristis
Tipe militeristis banyak menggunakan system pemerintah, system
komando dari atasan kebawahan sifatnya keras, sangat otoriter, menghendaki
bawahan agar selalu patuh, penuh acara formalitas.
4. Tipe Otokratis
Tipe otokratis berdasarkan kepada kekuasaan dan paksaan yang mutlak
harus dipatuhi. Pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal, dia
menjadi raja. Setiap perintah ditetapkan tanpa konsultasi, kekuasaan sangat
absolut
5. Tipe Laissez Faire
Tipe laissez faire ini membiarkan karyawan berbuat semaunya sendiri
semua pekerjaan dan tanggung jawab dilakukan oleh oleh bawahan. Pimpinan
hanya merupakan symbol yang tidak memiliki keterampilan.
6. Tipe Populistis
Tipe populistis ini mampu menjadi pemimpin rakyat. Dia berpegang
pada nilai-nilai masyarakat tradisional.
7. Tipe Administratif
Pemimpin tipe administratif ialah pemimpin yang mampu
menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif sehingga
diharapkan muncul perkembangan teknis, manajemen modern dan
perkembangan sosial.
8. Tipe Demokratis
Tipe kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan
memberikan bimbingan pada pengikutnya. Tipe ini menekankan pada rasa
tanggung jawab dan kerja sama yang baik antar karyawan
D. Kepemimpinan Dalam Wirausaha
Kepemimpinan adalah proses mengarahkan perilaku orang lain kearah
pencapaian suatu tujuan tertentu. Pengarahan dalam hal ini berarti
menyebabkan orang lain bertindak dengan cara tertentu atau mengikuti arah
tertentu. Wirausahawan yang berhasil merupakan pemimpin yang berhasil
memimpin para karyawannya dengan baik. Seorang pemimpin dikatakan
berhasil jika percaya pada pertumbuhan yang berkesinambungan, efisiensi yang
meningkat dan keberhasilan yang berkesinambungan dari perusahaan.
Para wirausahawan memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda, mereka
mengembangakan gaya kepemimpinan mereka sendiri sesuai dengan karakter
pribadi merka dalam memajukan perusahaannya.
1. Perilaku Kepemimpinan
Perilaku pemimpin menyangkut dua bidang utama :
a. Berorientasi pada tugas yang menetapkan sasaran. Merencanakan dan
mencapai sasaran.
b. Berorientasi pada orang yang memotivasi dan membina hubungan
manusiawi
2.Ada tiga variabel utama yang tercakup dalam kepemimpi nan
a.Kepemimpinan melibatkan orang lain seperti bawahan atau para pengikut
b.Kepemimpinan menyangkut distribusi kekuasaan
c.Kepemimpinan menyangkut penanaman pengaruh dalam rangka
mengarahkan para bawahan
3. Tiga pendekatan utama kepemimpinan
a. Pendekatan sifat-sifat (traits approach)
b. Pendekatan keperilakuan (behavioral approach)
c. Sebab-sebab munculnya pemimpin
4. Orientasi Tugas Pemimpin
Seorang pemimpin cenderung menunjukkan pola-pola perilaku berikut :
a. Merumuskan secara jelas peranan sendiri maupun stafnya
b. Menetapkan tujuan yang sukar tapi dapat dicapai, dan memberitahukan
orang-orang apa yang diharapkan dari mereka.
c. Menentukan prosedur-prosedur untuk mengukur kemajuan menuju tujuan
dan untuk mengukur pencapaian tujuan itu, yakin tujuan yang
dirumusakan secara jelas dan khas.
d. Melaksanakan peranan kepemimpinan secara aktif dalam merencanakan,
mengarahkan membimbing dan mengendalikan kegiatan-kegiatan yang
berorientasi pada tujuan.
e. Berminat mencapai peningkatan produktifitas.
5. Orientasi Orang-Orang
Orang-orang yang kuat dalam orientasi orang cenderung
menunjukkan pola sebagai berikut :
a. Menunjukkan perhatian atas terpeliharanya keharmonisan dalam organisasi
dan menghilangkan ketegangan jika timbul.
b. Menunjukkan perhatian kepada orang sebagai manusia dan bukan sebagai
alat produksi saja.
c. Menunjukkan perhatian dan rasa hormat pada kebutuhan-kebutuhan, tujuan
dan keinginan, perasaan dan ide karyawan.
d. Mendirikan komunikasi timbal balik dengan karyawan.
e. Mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawab, serta mendorong inisiatif.
f. Menciptakan suasana kerjasama dan gugus kerja dalam organisasi.
Pemimpin yang orientasi orangnya rendah cenderung bersikap dingin
dalam berhubungan dengan karyawan mereka, memusatkan perhatian pada
prestasi individu dan persaingan daripada kerjasama, serta tidak pernah
mendelegasikan tugas dan tanggung jawab
6. Pemimpin dan Manajer
Memimpin tidaklah sama dengan mengelola (manage). Walaupun
beberapa wiraswastawan adalah seorang pemimpin dan beberapa pemimpin
adalah wiraswas tawan, memimpin dan mengelola bukanlah merupakan
aktivitas yang identik. Kepemimpinan adalah bagian dari manajemen.
Pengelolaan (manage) adalah bidang yang lebih luas dibandingkan
memimpin dan dipusatkan pada masalah perilaku maupun non perilaku.
Kepemimpinan terutama ditekadkan pada isu perilaku.
7. Pendekatan-Pendekatan kepemimpinan
Pendekatan perilaku kepemimpinan menganggap bahwa pemimpin
yang baik adalah dilahirkan dan bukannya diciptakan. Pemimpin yang
berhasil cenderung memiliki karakteristik berikut :
a. Kecerdasan, termasuk kemampuan menilai dan verbal.
b. Prestasi dimasa lalu dalam bidang pendidikan dan olah raga.
c. Kematangan dan stabilitas emosional
d.Ketergantungan, ketekunan, dan dorongan untuk mencapai prestasi yang
berkesinambungan.
e.Keterampilan untuk berprestasi secara sosial dan beradaptasi dengan
berbagai kelompok
f. Keinginan untuk menggapai status posisi sosial ekonomi,
8. Penentuan Dalam Membuat Keputusan
Tiga faktor utama yang mempengaruhi penentuan wiraswastawan
tentang perilaku kepemimpinan mana yang akan digunakan untuk membuat
keputusan adalah :
a. Kekuatan dalam diri wirausahawan
b. Kekuatan pada bawahan.
c. Kekuatan dalam situasi kepemimpinan.
Menguasai sepenuhnya prinsip dan tindakan kepemimpinan wirausaha
adalah suatu proses yang menuntut pertumbuhan seiring dan tiga komponen,
yaitu pengembangan pribadi individu, efektivitas kerja sama tim dan
perubahan organisasi. Namun terlalu sering ketiga komponen ini tumbuh
tidak seiring. Sebagai contohnya, kita ambil mereka yang memilih untuk
melakukan pengembangan pribadi. Tidak terhindarkan lagi, cepat atau
lambat, akan dijumpai bahwa mereka melihat sesuatu dengan cara yang
berbeda dan tim tempat mereka bekerja dan organisasi yang mereka layani.
Apa yang terjadi?
Biasanya rekan sekerja sangat cepat untuk memadamkan pendekatan
antusias mula-mula yang dimiliki oleh seorang individu dengan komentar:
‘Jangan pedulikan, mereka sudah berada di jalur yang benar, tapi jangan
khawatir, mereka akan segera kembali normal’. Pendekatan individual yang
kedua yang lebih jujur adalah mencoba untuk mengawali perubahan di dalam
tim dan organisasi mereka. Sering kali setelah itu mereka merasa terisolasi.
Pendekatan ketiga yang lebih menentukan adalah memiliki pendirian. Ini
memberikan pembenaran bagi rekan-rekan yang lain untuk mengisolasi lebih
jauh. Bergantung pada daya tahan dan tingkatan status mereka, pendekatan
yang beragam dapat berjalan sampai dengan tingkatan tertentu, namun
biasanya hanya untuk jangka pendek.
Kemudian pendekatan reflektif yang keempat mengapa saya mem-
buang-buang waktu saya disini datang kepada mereka. Dan disini seseorang
akan jatuh kembali dalam rasa aman perilaku lama yang sudah dibuang atau
mengambil kesempatan untuk pergi. Langkah ini mungkin berharga bagi
orang tersebut, walaupun menyakitkan bagi organisasi. Mereka melakukan
hal itu bukan karena mereka benar-benar menginginkannya tapi karena
mereka telah mencapai tingkat ketidakpuasan tenrhadap apa yang mereka
lakukan.
Dengan bekerja keras untuk mengembangkan potensi mereka, mereka
ingin tetap melanjutkan bertumbuh, bukannya dihalangi oleh pemikiran
sempit dan kekhawatiran akan rasa aman. Mereka ingin memiliki kemampuan
untuk melayani dan dihargai, menjadi seperti kepada siapa mereka bekerja
sekarang. Untuk alasan yang sama banyak hubungan gagal ketika salah satu
berkembang dan yang lain ingin menjaga agar segala sesuatu tetap seperti apa
adanya. Dalam suatu hubungan, kecuali terdapat kesepakatan untuk
pertumbuhan dan penghargaan, mereka akan kandas gagal atau tersapu hanya
disebabkan oleh perilaku mereka.
Hal yang sama dan sudut pandang organisasi, setiap program perubah-
an yang tidak mengembangkan secara pribadi orang-orangnya dan terus
melakukannya dengan membangun pemikiran dan kepemilikan wirausaha,
tidak akan dapat menghindar dan ketidak langgengan dan akan terlihat hanya
sebagai suatu trend sesaat dengan pengulangan kata-kata yang umum: lagi-
lagi program perubahan yang lain yang disuarakan di sepanjang koridor dan
e-mail.
Suatu kejutankah bahwa organisasi tidak mempertahankan orang -
orang terbaiknya? Persentase orang yang meninggalkan organisasi cukup
tinggi. Berinvestasi jutaan dolar untuk pelatihan demi keuntungan kompetisi
merupakan kegiatan yang biasa dilakukan, namun mempertahankan orang-
orang unggul yang menjadi kunci pengembangan organisasi sebenarnya lebih
masuk akal. Dan sudut pandang tim, banyak pesaing yang sukses dan
organisasi mapan telah mempersiapkan diri karena keseluruhan tim yang
dikembangkan bersama, merasa tertahan baik oleh orang-orang dalam
organisasi maupun oleh struktur organisasi itu sendiri.
Keseluruhan butir kepemimpinan wirausaha adalah bahwa dia mem-
bangkitkan yang terbaik dari setiap individu, tim dan organisasi. Ingat bahwa
Kepemimpinan Wirausaha adalah: menanamkan keyakinan untuk berpikir,
berperilaku dan bertindak dengan cara wirausaha dengan pemikiran
menyadari sepenuhnya tujuan yang sesungguhnya dan organisasi demi
pertumbuhan yang menguntungkan bagi semua stakeholders yang terlibat,
tampak bahwa kewirausahaan melibatkan kemauan untuk bekerja bersama.
Kebiasaan Keluarga
Pendidikan Pengalaman
E. CONTOH KASUS
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk mendiskreditkan siapapun yang
memainkan peran kekuasaan saat ini, melainkan sebagai sarana mawas diri guna
perbaikan perilaku kepemimpinan nasional agar mampu membawa bangsa
Indonesia kejaman baru yang penuh persaingan. Di bawah ini fenomena yang
dapat ditangkap, dirasakan, dilihat dan didengar
Terjadi degradasi perilaku kepemimpinan nasional, yang ditandai dengan
maraknya ; saling hujat, saling fitnah, provokasi, agitasi para pengikutnya,
pengingkaran kebenaran, saling jegal, menjadi pengadu domba, menjadikan
massa pengikutnya setia sampai mati tanpa peduli kebenaran, keadilan dan
budaya, pokoknya membalas lawan tanpa etika, menjadi pemimpin kharismatik
yang memiliki pengikut fanatik. Para pemimpin sebagian besar tidak mencegah
pengikut nya melakukan pelanggaran : konstitusi, norma agama, adat, sosial dan
etika profesi. Bahkan norma dan tata pergaulan dunia/keprotokolan diterjang
tanpa malu. Tidak peka (sensitive) terhadap aspirasi masyarakat, bahwa rakyat
memerlukan ketenteraman, kenyamanan dan keadilan bukan wacana politik yang
terus meruncing. Tidak melakukan pendidikan politik bagi para pengikutnya,
dibuktikan dengan pemahaman yang sempit terhadap keputusan politik seperti ;
memorandum, penyelesaian GAM, OPM dll.
Setelah duduk diberbagai jabatan negara ternyata masih memposisikan
diri sebagai utusan golongan, parpol dan kelompoknya, sehingga kepekaan rasa
nasionalismenya tipis. Bahkan cenderung primodial, etnosentris dan tidak
berusaha menjadi politikus maupun negarawan multicultural atau kosmopolitan.
Paradigma dan mind-set yang kolusif, nepotis dan koruptif semakin menjadi.
Konon melebihi tindak penyimpangan di jaman ORBA yang dikecam dan
dijadikan agenda reformasi untuk diberantas,
Keteladanan berperilaku ; ucapan, pernyataan, diplomasi dan
penyelesaian masalah mendasar yang dihadapi bangsa kurang. Sense-of crisis
hampir-hampir punah karena dominasi kepentingan (interest) pribadi, kelompok,
partai dan golongan, bisnis dan rasis. Tidak dapat membedakan tindakan tegas
terhadap pelanggaran kedaulatan negara dengan tindakan pelanggaran HAM,
adanya pro dan kontra penindakan terhadap pemberon tak dan kaum separatis.
Para pemimpin yang bertanggung jawab seolah tak perduli, tapi justru
mengomentari bidang tugas pemimpin lain yang tak ada sangkut paut dengan
kepemimpinannya.
Para pemimpin partai-partai, orsospol, LSM dan OKP, membungkus
aktifitas politik dengan nuansa keagamaan yang cenderung memicu pertikaian
antar etnik, antar sesama warga masyarakat, bahkan sesama penganut agama
namun berbeda aliran politik. Dengan demikian rakyat awam sulit membedakan
dengan akal rasionya mana kegiatan agama atau politik.
Keberagaman tingkat pendidikan formal, jurusan / profesionalisme dan
legalisasi kerancuan profesionalitas dalam kepemimpinan negara ditingkat atas /
Kabinet dengan mendudukkan menteri yang tak sesuai dengan bidang keahlian
dan keprofesionalan. Ingat konstitusi mengharuskan berdirinya Kabinet Ahli
bukan koalisi, aliansi ataupun pelangi, indikator kualitas perilaku kepemimpinan
diatas membawa bangsa dan negara dalam krisis kepercayaan dan perangkap
dunia (global trap) yang sangat parah, konon mendudukkan Indonesia diperingkat
130-an kualitas SDM di dunia.
F. Kepemimpinan Menurut Islam
Dalam Agama islam terdapat beberapa tugas seorang pemimpin, sesuai
dengan hadis Rasulullah SAW.
1. Tanggung Jawab
Ibn umar r.a berkata : saya telah mendengar rasulullah saw bersabda : setiap
orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas
kepemimpinannnya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban
perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga
yang dipimpinnya. Seorang isteri yang memelihara rumah tangga suaminya akan
ditanya perihal tanggungjawab dan tugasnya. Bahkan seorang pembantu/pekerja
rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya juga akan
ditanya dari hal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan
ditanya (diminta pertanggungan jawab) dari hal-hal yang dipimpinnya. (buchary,
muslim)
Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa : Pada dasarnya, hadits di atas
berbicara tentang etika kepemimpinan dalam islam. Dalam hadits ini dijelaskan
bahwa etika paling pokok dalam kepemimpinan adalah tanggung jawab. Semua
orang yang hidup di muka bumi ini disebut sebagai pemimpin. Karenanya,
sebagai pemimpin, mereka semua memikul tanggung jawab, sekurang-kurangnya
terhadap dirinya sendiri. Seorang suami bertanggung jawab atas istrinya, seorang
bapak bertangung jawab kepada anak-anaknya, seorang majikan betanggung
jawab kepada pekerjanya, seorang atasan bertanggung jawab kepada
bawahannya, dan seorang presiden, bupati, gubernur bertanggung jawab kepada
rakyat yang dipimpinnya, dst.
Akan tetapi, tanggung jawab di sini bukan semata-mata bermakna
melaksanakan tugas lalu setelah itu selesai dan tidak menyisakan dampak (atsar)
bagi yang dipimpin. Melainkan lebih dari itu, yang dimaksud tanggung jawab di
sini adalah lebih berarti upaya seorang pemimpin untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi pihak yang dipimpin. Karena kata ra ‘a sendiri secara bahasa
bermakna gembala dan kata ra-‘in berarti pengembala. Ibarat pengembala, ia
harus merawat, memberi makan dan mencarikan tempat berteduh binatang
gembalanya. Singkatnya, seorang penggembala bertanggung jawab untuk
mensejahterakan binatang gembalanya.
Tapi cerita gembala hanyalah sebuah tamsil, dan manusia tentu berbeda
dengan binatang, sehingga menggembala manusia tidak sama dengan
menggembala binatang. Anugerah akal budi yang diberikan allah kepada manusia
merupakan kelebihan tersendiri bagi manusia untuk mengembalakan dirinya
sendiri, tanpa harus mengantungkan hidupnya kepada penggembala lain.
Karenanya, pertama-tama yang disampaikan oleh hadits di atas adalah bahwa
setiap manusia adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas kesejahteraan
dirinya sendiri. Atau denga kata lain, seseorang mesti bertanggung jawab untuk
mencari makan atau menghidupi dirinya sendiri, tanpa mengantungkan hidupnya
kepada orang lain
Dengan demikian, karena hakekat kepemimpinan adalah tanggung
jawab dan wujud tanggung jawab adalah kesejahteraan, maka bila orang tua
hanya sekedar memberi makan anak-anaknya tetapi tidak memenuhi standar gizi
serta kebutuhan pendidikannya tidak dipenuhi, maka hal itu masih jauh dari
makna tanggung jawab yang sebenarnya. Demikian pula bila seorang majikan
memberikan gaji PRT (pekerja rumah tangga) di bawah standar ump (upah
minimum provinsi), maka majikan tersebut belum bisa dikatakan bertanggung
jawab. Begitu pula bila seorang pemimpin, katakanlah presiden, dalam
memimpin negerinya hanya sebatas menjadi “pemerintah” saja, namun tidak ada
upaya serius untuk mengangkat rakyatnya dari jurang kemiskinan menuju
kesejahteraan, maka presiden tersebut belum bisa dikatakan telah bertanggung
jawab. Karena tanggung jawab seorang presiden harus diwujudkan dalam bentuk
kebijakan yang berpihak pada rakyat kecil dan kaum miskin, bukannya berpihak
pada konglomerat dan teman-teman dekat. Oleh sebab itu, bila keadaan sebuah
bangsa masih jauh dari standar kesejahteraan, maka tanggung jawab
pemimpinnya masih perlu dipertanyakan.
2. Hukuman bagi pemimpin yang menipu rakyat
Abu ja’la (ma’qil) bin jasar r.a berkata: saya telah mendengar rasulullah saw
bersabda: tiada seorang yang diamanati oleh allah memimpin rakyat kemudian
ketika ia mati ia masih menipu rakyatnya, melainkan pasti allah mengharamkan
baginya surga. (buchary, muslim)
Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa : Kejujuran adalah modal yang
paling mendasar dalam sebuah kepemimpinan. Tanpa kejujuran, kepemimpinan
ibarat bangunan tanpa fondasi, dari luar nampak megah namun di dalamnya
rapuh dan tak bisa bertahan lama. Begitu pula dengan kepemimpinan, bila tidak
didasarkan atas kejujuran orang-orang yang terlibat di dalamnya, maka jangan
harap kepemimpinan itu akan berjalan dengan baik. Namun kejujuran di sini
tidak bisa hanya mengandalakan pada satu orang saja, kepada pemimpin saja
misalkan. Akan tetapi semua komponen yang terlibat di dalamnya, baik itu
pemimpinnya, pembantunya, staf-stafnya, hingga struktur yang paling bawah
dalam kepemimpnan ini, semisal tukang sapunya, harus menjunjung tinggi nilai-
nilai kejujuran. Hal itu karena tidak sedikit dalam sebuah kepemimpinan, atau
sebuah organisasi, terdapat pihak yang jujur namun juga terdapat pihak yang
tidak jujur. Bila pemimpinnya jujur namun staf-stafnya tidak jujur, maka
kepemimpinan itu juga akan rapuh. Begitu pula sebaliknya.
Namun secara garis besar, yang sangat ditekankan dalam hadis ini
adalah seorang pemimpin harus memberikan suri tauladan yang baik kepada
pihak-pihak yang dipimpinnya. Suri tauladan ini tentunya harus diwujudkan
dalam bentuk kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan pemimpin yang
tidak menipu dan melukai hati rakyatnya. Pemimpin yang menipu dan melukai
hati rakyat, dalam hadis ini disebutkan, diharamkan oleh allah untuk
mengninjakkan kaki si sorga. Meski hukuman ini nampak kurang kejam, karena
hanya hukuman di akhirat dan tidak menyertakan hukuman di dunia, namun
sebenarnya hukuman “haram masuk sorga” ini mencerminkan betapa murkanya
allah terhadap pemimpin yang tidak jujur dan suka menipu rakayat.
( http://pompysyaiful.com/tsaqofah/40-hadits-tentang-pemimpin-dan-
penjelasanya.html)
3. Pemimpin dilarang bersikap birokratis
‘Aisjah r.a berkata : saya telah mendengar rasulullah saw bersabda di rumahku
ini : ya allah siapa yang menguasai sesuatu dari urusan umatku, lalu
mempersukar pada mereka, maka persukarlah baginya. Dan siapa yang
mengurusi umatku lalu berlemah lembut pada mereka, maka permudahlah
baginya. (hr. Muslim)
Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa :Hadis ini menerangkan tentang
larangan seorang pemimpin untuk bersikap arogan, elitis, represif dan birokratis
atau mempersulit urusan-urusan rakyatnya. Karena sebagaimana kita ketahui,
tidak sedikit pemimpin yang bersikap arogan dan mempersulit urusan-urusan
rakyatnya. Untuk mengurusi dokumen-dokumen kewarganegaraan saja misalkan,
seperti ktp, akta kelahiran, perijinan usaha, dsb, seorang rakyat harus melalui
tahapan-tahapan yang cukup rumit dan memakan waktu dan biaya yang tidak
sedikit.
Padahal, seorang pemimpin, menurut hadis ini, harus memberikan
pelayanan yang maksimal serta tidak menyulitkan warga atau rakyat. Bila semua
urusan itu bisa dipermudah kenapa harus dipersulit. Akibatnya, birokrasi yang
sejatinya bertujuan untuk mempermudah, berbalik menjadi mempersulit segala
urusan rakyat. Oleh sebab itu, bila sorang pemimpin suka mempersulit urusan
rakyatnya, maka niscaya allah akan mempersulit segala urusan dia baik di dunia
lebih-lebih di akhirat nanti.
4. Kontrak politik sebagai mekanisme kontrol terhadap pemimpin
Abu hurairah r.a berkata : rasulullah saw bersabda : dahulu bani israil selalu
dipimpin oleh nabi, tiap mati seorang nabi seorang nabi digantikan oleh nabi
lainnya, dan sesudah aku ini tidak ada nabi, dan akan terangkat sepeninggalku
beberapa khalifah. Bahkan akan bertambah banyak. Sahabat bertanya: ya
rasulullah apakah pesanmu kepada kami? Jawab nabi: tepatilah baiatmu (kontrak
politik) pada yang pertama, dan berikan kepada mereka haknya, dan mohonlah
kepada allah bagimu, maka allah akan menanya mereka dari hal apa yang
diamanatkan dalam memelihara hambanya.
Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa :Pada umumnya, kata bai’at
diartikan sebagai janji. Namun sebenarnya, kata bai’at berasal dari suku kata
bahasa arab ba-ya-‘a yang bermakna transaksi. Bila transaksi ini konteksnya
adalah ekonomi maka ia berarti jual beli yang kemudian dikenal dengan kata
kerja bu yu’ yang berarti terjadinya transaksi antara penjual dan pembeli. Akan
tetapi bila konteks kata tersebut adalah politik, maka yang dimaksud transaksi di
sini adalah sebuah perjanjian antar rakyat dan pemimpin. Karena itu, tak heran
bila rasul s.a.w senantiasa menekankan pentingnya bai’at dalam sebuah
kepemimpinan, dengan bai’at seorang pemimpin telah melakukan transaksi
politik yang menuntut pemenuhan atas point-poin yang menjadi ksepakatan
dalam transaksi mereka (pemimpin dan rakyat).
Akan tetapi, dalam konteks belakangan ini, kata bai’at mengalami
reduksi makna hanya sekedar sumpah jabatan yang biasanya bersifat pasif dan
tidak memberikan ruang tawar menawar politik antara rakyat dan pemimpin. Bila
kita melihat praktik sumpah jabatan di indonesia misalkan, sumpah jabatan
presiden hanya dibacakan secara sepihak antara mpr dan presiden namun tidak
menyisakan ruang negoisasi antara rakyat dan prsiden. Padahal, rakyat sebagai
pihak yang dipimpin seharusnya berhak membuat kesepakatan-kesepakatan
politik tertentu dengan presiden yang bila kesepakatan itu dilanggar maka jabatan
presidien dengan sendirinya akan gugur. Oleh sebab itu, agar sumpah jabatan ini
tidak sekedar menjadi ritual dalam setiap pemilihan presiden atau pemimpin
namun tidak memiliki dampak yang berarti dalam proses kepemimpinannnya,
maka kemudian kita mengenal apa yang dalam istilah politik disebut sebagai
“kontrak politik”.
Kontrak politik di sini mengandung pengertian sebuah ruang dimana
antara pemimpin dan rakyat melakukan “transaksi” dan membuat kesepakatan-
kesepakatan tertentu yang memilki resiko-resiko bila kedua belah pihak
melanggarnya. Kontrak politik, dalam hal ini tidak berbeda dengan ba’at dalam
istilah islam. Hanya saja, kontrak politik terjadi antara rakyat dan pemimpin
secara setara dan diketahui secara publik, tetapi bai’at dilakukan oleh rakyat,
pemimpin dan di atas keduanya ada tuhan sebagai saksi. Oleh sebab itu, bila kita
memaknai hadis di atas secara dalam dan kontekstual, maka kita dapat
menangkap pesan bahwa rasul s.a.w menekankan betapa pentingnya sebuah
kontrak politik dalam sebuah sistem kepemimpinan yang islami.
(http://pompysyai ful.com/tsaqofah/40-hadits-tentang-pemimpin-dan-
penjelasanya.html)
5. Pemimpin dilarang bersikap otoriter
‘Aidz bin amru r.a, ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata: hai
anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda: sesungguhnya sejahat-
jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter), maka janganlah kau tergolong
daripada mereka. (HR. Buchary, Muslim)
6.Pemimpin sebagai pelayan rakyat
Abu maryam al’ azdy r.a berkata kepada muawiyah: saya telah mendengar
rasulullah saw bersabda: siapa yang diserahi oleh allah mengatur kepentingan
kaum muslimin, yang kemdian ia sembunyi dari hajat kepentingan mereka, maka
allah akan menolak hajat kepentingan dan kebutuhannya pada hari qiyamat.
Maka kemudian muawiyah mengangkat seorang untuk melayani segala hajat
kebutuhan orang-orang (rakyat). (abu dawud, attirmidzy)
Hal itu dapat diperjelas sebagai berikut : Pemimpin sebagai pelayan dan
rakyat sebagai tuan. Itulah kira-kira yang hendak disampaikan oleh hadis di atas.
Meski tidak secara terang-terangan hadis di atas menyebutkan rakyat sebagai
tuan dan pemimpin sebagai pelayan, namun setidaknya hadis ini hendak
menegaskan bahwa islam memandang seorang pemimpin tidak lebih tinggi
statusnya dari rakyat, karena hakekat pemimpin ialah melayani kepentingan
rakyat. Sebagai seorang pelayan, ia tentu tidak beda dengan pelayan-pelayan
lainnya yang bertugas melayani kebutuhan-kebutuhan majikannya. Seorang
pelayan rumah tangga, misalkan, harus bertanggung jawab untuk melayani
kebutuhan majikannya. Demikian juga seorang pelayan kepentingan rakyat harus
bertanggung jawab untuk melayani seluruh kepentingan rakyatnya.
Dalam konteks indoensia, sosok “pelayan” yang bertugas untuk
memenuhi kepentingan “tuan” rakyat ini adalah Presiden, Menteri, DPR, MPR,
MA, Bupati, Walikota, Gubernur, Kepala Desa, dan semua birokrasi yang
mendukungnya. Mereka ini adalah orang-orang yang kita beri kepercayaan
(tentunya melalui pemilu) untuk mengurus segala kepentingan dan kebutuhan
kita sebagai rakyat. Karena itu, bila mereka tidak melaksanakan tugasnya sebagai
pelayan rakyat, maka kita sebagai “tuan” berhak untuk “memecat” mereka dari
jabatannya.
7. Pemimpin harus bersikap adil
Abu hurairah r.a: berkata: bersabda nabi saw: ada tujuh macam orang yang bakal
bernaung di bawah naungan allah, pada hati tiada naungan kecuali naungan allah:
Imam(pemimpin) yang adil, dan pemuda yang rajin ibadah kepada allah. Dan
orang yang hatinya selalu gandrung kepada masjid. Dan dua orang yang saling
kasih sayang karena allah, baik waktu berkumpul atau berpisah. Dan orang laki
yang diajak berzina oleh wanita bangsawan nan cantik, maka menolak dengan
kata: saya takut kepada allah. Dan orang yang sedekah dengan sembunyi-
sembunyi hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh
tangan kanannya. Dan orang berdzikir ingat pada allah sendirian hingga
mencucurkan air matanya. (buchary, muslim)
Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa : Meski hadis ini menjelaskan
tentang tujuh macam karakter orang yang dijamin keselamatannya oleh allah
nanti pada hari kiamat, namun yang sangat ditekankan oleh hadis ini adalah
karakter orang yang pertama, yaitu pemimpin yang adil. Bukannya kita
menyepelekan enam karakter sesudahnya, akan tetapi karakter pemimpin yang
adil memang menjadi tonggak bagi kemaslahatan seluruh umat manusia. Tanpa
pemimpin yang adil maka kehidupan ini akan terjebak ke dalam jurang
penderitaan yang cukup dalam.
Untuk melihat sejauh mana seorang peimimpin itu telah berlaku adil
terhadap rakyatnya adalah melalui keputusan-keputuasan dan kebijakan yang
dikeluarkannya. Bila seorang pemimpin menerapkan hukum secara sama dan
setara kepada semua warganya yang berbuat salah atau melanggar hukum, tanpa
tebang pilih, maka pemimpin itu bisa dikatakan telah berbuat adil. Namun
sebaliknya, bila pemimpin itu hanya menghukum sebagian orang (rakyat kecil)
tapi melindungi sebagian yang lain (elit/konglomerat), padahal mereka sama-
sama melanggar hukum, maka pemimpin itu telah berbuat dzalim dan jauh dari
perilaku yang adil.
8. Jaminan bagi pemimpin yang adil
Abdullah bin ‘amru bin al ‘ash r.a berkata: rasulullah saw bersabda:
sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil, kelak disisi Allah ditempatkan
diatas mimbar dari cahaya, ialah mereka yang adil dalam hukum terhadap
keluarga dan apa saja yang diserahkan (dikuasakan) kepada mereka. (muslim)
Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa : Bila hadis sebelumnya berbicara tentang
“garansi” allah atas pemimpin yang berbuat adil, maka hadis ini lebih mengulas
tentang “imbalan” bagi seorang pemimpin yang adil. Dalam hadis ini disebutkan
bahwa imbalan bagi pemimpin yang adil adalah kelak di sisi allah akan
ditempatkan di atas mimbar dari cahaya. Secara harfiyah, mimbar berarti sebuah
tempat khusus untuk orang-orang yang hendak berdakwah atau berceramah di
hadapan umum. Karenanya, mimbar jum’at biasanya mengacu pada sebuah tempat
khusus yang disediakan masjid untuk kepentingan khotib. Sementara cahaya adalah
sebuah sinar yang menerangi sebuah kehidupan. Kata cahaya biasanya mengacu
pada matahari sebagai penerang bumi, lampu sebagai penerang dari kegelapan, dsb.
Oleh sebab itu, kata mimbar dari cahaya di dalam hadis di atas tentu tidak serta
merta dimaknai secara harfiyah seperti mimbar yang dipenuhi hiasan lampu-lampu
yang bersinar terang, melainkan mimbar cahaya adalah sebuah metafor yang
menggambarkan sebuah posisi yang sangat terhormat di mata allah. Posisi itu
mencrminkan sebuah ketinggian status setinggi cahaya matahari.
9. Surga bagi pemimpin yang adil
Ijadl bin himar r.a berkata: saya telah mendengar rasulullah saw bersabda: orang-
orang ahli surga ada tiga macam: raja yang adil, mendapat taufiq hidayat ( dari
allah). Dan orang belas kasih lunak hati pada sanak kerabat dan orang muslim.
Dan orang miskin berkeluarga yang tetap menjaga kesopanan dan kehormatan
diri. (muslim).
Hal ini dapat dijelaskan bahwa : Bila yang pertama tadi allah akan
menjamin pemimpin yang berbuat adil dengan jaminan naungan rahmat dari
allah, dan hadis selanjutnya menjamin dengan jaminan mimbar yang terbuat dari
cahaya, maka jaminan yang ke tiga ini adalah jaminan sorga. Ketiga jaminan di
atas tentunya bukan sekedar jaminan biasa, melainkan semua jaminan itu
menunjukkan betapa islam sangat menekankan pentingnya sikap keadilan bagi
seorang peimimpin. Rasul s.a.w tidak mungkin memberikan jaminan begitu
tinggi kepada seseorang kecuali seseorang itu benar-benar dituntut untuk
melakukan hal yang sangat ditekankan dalam islam. Dan keadilan adalah perkara
penting yang sangat ditekankan dalam islam. Oleh karena itu, siapa yang
menjunjung tinggi keadilan, niscaya orang tersebut akan mendapat jaminan yang
tinggi dari islam (allah), baik di dunia, maupun di akhirat.
10. Batas-batas kepatuhan rakyat terhadap pemimpin
Ibn umar r.a berkata : bersabda nabi saw : seorang muslim wajib mendengar
dan ta’at pada pemerintahannya, dalam apa yang disetujui atau tidak disetujui,
kecuali jika diperintah maksiyat. Maka apabila disuruh maksiyat, maka tidak
wajib mendengar dan tidak wajib ta’at.
Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa : Hadits di atas menunjukkan
kepada kita bahwa kepatuhan seorang rakyat terhadap pemimpin tidaklah
mutlak. Ada batasan-batasan tertentu dimana seorang rakyat wajib ta’at dan
patuh dan ada pula saat dimana rakyat tidak perlu patuh, bahkan boleh berontak
atau melawan. Dalam hadis di atas, batasan-batasan kepatuhan terhadap
pemimpin itu adalah selama pimimpin tidak memerintahkan rakyatnya untuk
berbuat maksiyat. Lantas pertanyaanya, apa yang dimaksud dengan maksiyat
itu?
Secara bahasa maksiyat adalah berarti durhaka atau tidak ta’at kepada
Allah. Namun secara istilah, makna maksiyat cukup beragam. Karenanya,
adalah salah kaprah bila kita membatasi makna maksiyat hanya pada perkara-
perkara semacam pornografi dan pornoaksi, seperti yang dilakukan oleh
sekelompok orang yang mengatasnamakan islam dalam melakukan
pengrusakan tempat hiburan dengan dalih menghapus kemaksiyatan.
Padahal kemaksiyatan bukan hanya berada di tempat hiburan malam,
akan tetapi di kantor-kantor pemerintah justru lebih banyak kemaksiyatan
dalam bentuknya yang samar namun cukup memprihatinkan. Lihatlah misalnya
di kantor-kantor departemen, di ruang-ruang sidang para wakil rakyat, bahkan
di mesjid sekalipun, kita bisa menjumpai kemaksiyatan. Namun yang dimaksud
kemaksiyatan di sini tentunya bukan penari telanjang atau orang yang sedang
mabuk-mabukan, melainkan tindakan-tindakan yang mendurhakai Allah yang
dipertontonkan oleh para pemimpin kita, wakil rakyat kita dan bahkan ulama-
ulama kita. Bukankah korupsi, kolusi dan semua hal yang mengarah pada
ketidak jujuran dalam memimpin negeri ini serta mengeluarkan kebijakan yang
tidak berpihak pada rakyat kecil juga termasuk maksiyat. Bukan hanya itu,
seorang ulama yang pandai berkhutbah namun dia menjadi jurkam dari
pemimpin yang korup juga telah masuk dalam kategori berbuat maksiyat.
Bahkan tindakan yang tidak melindungi anak-anak terlantar, janda-janda tua
dan kaum miskin papa juga termasuk maksiyat karena semua itu merupakan
perintah Allah, dan bagi siapa yang tidak melaksanakan perintah allah maka dia
telah mendurhakai Allah, dan orang yang durhaka berarti berbuat maksiyat
kepada Allah.
Dengan demikian, kemaksiyatan yang tidak perlu dipatuhi seorang
rakayat terhadap pemimpinnya adalah kemaksiyatan dengan pengertiannya
yang cukup luas (mendurhakai allah) bukan saja kemaksiyatan yang berarti
sempit (seperti pornoaksi dan pornografi). Oleh sebab itu, dari hadits di atas
bisa kita simpulkan bahwa apabila pemimpin kita sudah tidak lagi memegang
prinsip-prinsip kejujuran serta tidak lagi berpihak pada kepentingan rakyat
kecil, maka batasan kepatuhan terhadap pemimpin tersebut sudah gugur dengan
sendirinya, karena pemimpin itu sendiri sudah termasuk kemaksiyatan yang
perlu untuk di hapuskan di muka bumi ini.
(http://pompysyaiful.com/tsaqofah/40-hadits-tentang-pemimpin-dan-
penjelasanya.html)
BAB X
RENCANA PEMASARAN
A. Ide Kewirausahaan
Seperti telah dikemukakan bahwa wirausaha dapat menambah nilai
suatu barang dan jasa melalui inovasi. Keberhasilan wirausaha dicapai apabila
wirausaha menggunakan produk, proses, dan jasa-jasa inovasi sebagai alat
untuk menggali perubahan. Oleh sebab itu, inovasi merupakan instrumen
penting untuk memberdayakan sumber-sumber agar menghasilkan sesuatu yang
baru dan menciptakan nilai. Ketangguhan kewirausahan sebagai penggerak
perekonomian terletak pada kreasi baru untuk menciptakan nilai secara terus-
menerus. Wirausahaan dapat menciptakan nilai dengan cara mengubah semua
tantangan menjadi peluang melalui ide-idenya dan akhirnya ia menjadi
pengendali usaha (business driven). Semua tantangan bisa menjadi peluang
apabila ada inovasi., misalnya menciptakan permintaan melalui penemuan baru.
Dengan penemuan baru para pengusaha (business innovation) perusahaan
mengendalikan pasar (market-driven), dan akhirnya membuat ketergantungan
konsumen kepada produsen. Dengan demikian, produsen tidak lagi tergantung
pada konsumen (seller-market) seperti falsafah pemasaran yang konvensional.
Menurut Zimmerer, ide-ide yang berasal dari wirausaha dapat
menciptakan peluang untuk memenuhi kebutuhan riil di pasar. Ide-ide itu
menciptakan nilai potensial di pasar sekaligus menjadi peluang usaha. Dalam
mengevaluasi ide untuk menciptakan nilai-nilai potensial (peluang usaha),
wirausaha perlu mengidentifikasi dan mengevaluasi semua resiko yang terjadi
dengan cara:
1. Pengurangan kemungkinan resiko melalui strategi yang proaktif.
2. Penyebaran resiko pada aspek yang paling mungkin.
3. Pengelolaan resiko yang mendatangkan nilai atau manfaat.
Ada resiko yang dapat dievaluasi, yaitu (1) resiko pasar atau resiko
persaingan, (2) resiko finansial, dan (3) resikoteknik. Resiko pasar terjadi
akibat adanya ketidakpastian pasar. Resiko finansial terjadi akibat rendahnya
hasil penjualan dan tingginya biaya. Resiko teknik terjadi sebagai akibat adanya
kegagalan teknik. Pada hakikatnya, ketidakpastian pasar terjadi akibat dari
berbagai faktor seperti lingkungan ekonomi, teknologi, demografi, dan sosial
politik.
Menurut Zimmerer (1996:82) kreativitas sering kali muncul dalam
bentuk ide-ide untuk menghasilkan barang dan jasa-jasa baru. Ide itu sendiri
bukan peluang dan tidak akan muncul bila wirausaha tidak mengadakan
evaluasi dan pengamatan secara terus menerus. Banyak ide yang betul-betul
asli, akan tetapi sebagian besar peluang tercipta ketika wirausaha memiliki cara
pandang baru terhadap ide yang lama. Pertanyaannya, bagaimana ide bisa
menjadi peluang ? Ada beberapa cara, antara lain:
1. Ide dapat digerakkan secara internal melalui perubahan cara-cara/ metode
yang lebih baik untuk melayani dan memuaskan pelanggan dalam
memenuhi kebutuhan.
2. Ide dapat dihasilkan dalam bentuk produk dan jasa baru.
3. Ide dapat dihasilkan dalam bentuk modifikasi bagaimana pekerjaan
dilakukan atau modifikasi cara melakukan suatu pekerjaan.
Hasil dari ide-ide tersebut secara keseluruhan adalah perubahan dalam
bentuk arahan atau petunjuk bagi perusahaan atau kreasi baru tentang barang
yang dihasilkan perusahaan. Banyak wirausaha yang berhasil bukan atas ide
sendiri tetapi hasil pengamatan dan penerapan ide-ide orang lain yang bisa
dijadikan peluang.
BAB. XI
STUDI KELAYAKAN DAN ANALISIS BISNIS
A. Pengertian
Studi kelayakan atau studi kelayakan bisnis adalah penelitian yang
menyangkut berbagai aspek dalam kegiatan bisnis baik itu aspek hukum, sosial
ekonomi dan budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi
sampai dengan aspek manajemen dan keuangan. Semua aspek di atas digunakan
untuk dasar perencanaan, pelaksanaan dan evalusi dalam penelitian studi
kelayakan bisnis dan hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah
suatu bisnis atau usaha dapat dikerjakan, ditunda bahkan tidak dijalankan sama
sekali.
Pengertian proyek adalah suatu Proyek dalam bisnis dan ilmu
pengetahuan biasanya didefinisikan sebagai sebuah usaha kolaboratif dan juga
seringkali melibatkan penelitian atau desain, yang direncanakan untuk mencapai
tujuan tertentu. Proyek dapat juga didefinisikan sebagai usaha sementara,
temporer, dan bukan permanen, yang memiliki sasaran khusus dengan waktu
pelaksanaan yang tegas. Contoh proyek yang terkenal antara lain adalah Proyek
Manhattan untuk pengembangan senjata nuklir pertama serta Program Apollo
untuk mendaratkan manusia di bulan.
Kata proyek berasal dari bahasa latin projectum dari kata kerja proicere
yang artinya "untuk membuang sesuatu ke depan" . Kata awalnya berasal dari
kata pro-, yang menunjukkan sesuatu yang mendahului tindakan dari bagian
berikutnya dari suatu kata dalam suatu waktu (paralel dengan bahasa Yunani )
dan kata iacere yang artinya "melemparkan". Sehingga kata "proyek" sebenarnya
berarti "sesuatu yang datang sebelum apa pun yang terjadi".
Pentingnya Studi Kelayakan Bisnis, Studi Kelayakan Usaha adalah suatu
penelitian tentang layak tidaknya suatu usaha dilakukan dengan menguntungkan
secara terus menerus.
1. Ada dua studi yang dapat digunakan, yaitu :
a. Studi Kelayakan Usaha (Feasibility Study of Business)
b.Analisis SWOT: Strenght (Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunity
(Peluang), Threat (Ancaman).
2. Hasil FS pada prinsipnya digunakan untuk antara lain ::
a. Merintis usaha baru;
b. Mengembangkan usaha yang sudah ada
c. Memilih jenis usaha atau investasi/proyek yang paling menguntungkan.
3. Adapun pihak yang memerlukan FS diantaranya:
a. Pihak wirausaha (pemilik perusahaan )
b. Pihak investor dan penyandang dana;
c. Pihak masyarakat dan pemerintah.
1. Tahap Perencanaan
a. Aspek-aspek apa saja yang perlu diperhatikan dalam menyusun
laporan studi kelayakan
b. Bagaimana sejarah proyek
c. Siapa sponsor proyek
d. Studi kelayakan dilakukan oleh sponsor proyek sendiri atau
menggunakan jasa konsultan
e. Perlu jasa konsultan luar negeri
f. Bagaimana ide pertama muncul
g. Apa pendorongnya
h. Sponsor mempunyai pengetahuan tentang proyek
i. Sejauh mana aspek yang mempengaruhi proyek akan diteliti
j. Alat dan kerangka analisa apa yang diperlukan
k. Data apa dan siapa sumber data untuk keperluan analisa
l. Identifikasi Kesempatan Usaha
2. Tahap melakukan proyek investasi:
a. Identifikasi, sponsor proyek melihat adanya kesempatan investasi
yang menguntungkan. Pengamatan terhadap lingkungan untuk
memperkirakan kesempatan dan ancaman usaha
b. Perumusan, tahap menerjemahkan kesempatan investasi kedalam
suatu rencana proyek yang konkret, dengan faktor-faktor yang
penting dijelaskan secara garis besar
c. Penilaian, melakukan analisa dan menilai aspek pasar, teknik,
keuangan, dan perekonomian
d. Pemilihan, melakukan pemilihan dengan mengingat segala
keterbatasan dan tujuan yang akan dicapai
e. Implementasi, menyelesaikan proyek tersebut dengan tetap
berpegang pada anggaran.
3. Identifikasi kesempatan berusaha, bisa dilakukan dengan menggunakan
berbagai cara:
a. Mempelajari impor.
b. Menyelidiki material lokal untuk kemungkinan eksploitasi lebih
lanjut
c. Mempelajari keterampilan tenaga kerja, terutama untuk jenis
industri tertentu
d. Melakukan studi industri
e. Menerapkan kemajuan teknologi. Perubahan teknologi dari waktu
ke waktu memungkinkan investor memanfaatkan sebelum pihak
lain menggunakannya (competitive advantage).
f. Mempelajari hubungan antar-industri.
g. Menilai rencana pembangunan
h. Melakukan pengamatan di tempat lain.
4. Tujuan yang paling tepat dari pengambilan keputusan untuk melakukan
investasi adalah untuk memaksimumkan nilai pasar modal sendiri
(saham). Tujuan ini menghadapi masalah-masalah operasional
(terutama di negara-negara yang sedang berkembang):
a. Tidak bisa diterapkan pada sektor publik karena tidak ada
pemilikan lain selain negara
b. Sejumlah besar perusahaan pada sektor swasta tidak menjual
sahamnya ke pasar modal
c. Pengetahuan tentang bagaimana pengaruh keputusan investasi
terhadap nilai pasar modal sendiri masih kurang cukup.
A. Pengelolaan Usaha
1. Perencanaan Usaha
Setelah ide untuk memulai usaha muncul, maka langkah pertama yang
harus dilakukan adalah membuat perencanaan. Perencanaan usaha adalah
suatu cetak biru tertulis (blue-print) yang berisikan tentang misi usaha,
usulan usaha, operasional usaha, rincian finansial, strategi usaha, peluang
pasar yang mungkin diperoleh, dan kemampuan serta keterampilan
pengelolanya. Perencanaan usaha sebagai persiapan awal memiliki dua
fungsi penting, yaitu: (1) sebagai pedoman untuk mencapai keberhasilan
manajemen usaha, dan (2) sebagai alat untuk mengajukan kebutuhan
permodalan yang bersumber dari luar.
Menurut Zimmerer (1993:331) ada beberapa unsur yang harus ada
dalam perencanaan usaha, yaitu (1) ringkasan pelaksanaan, (2) profil usaha,
(3) strategi usaha, (4) produk dan jasa, (5) strategi pemasaran, (6) analisis
pesaing, (7) ringkasan karyawan dan pemilik, (8) rencana operasional, (9)
data finansial, (10) proposal/usulan pinjaman, (11) jadwal operasional.
Sedangkan menurut Peggy Lambing (2000:131), perencanaan bisnis
memuat sejumlah topik, yang meliputi:
a. Ringkasan eksekutif (executive summary).
b. Pernyataan misi (mission statement).
c. Lingkungan usaha (business environment)
d. Perencanaan pemasaran (marketing plan)
e. Tim manjemen (management team)
f. Data finasial (financial data)
g. Aspek-aspek legal (legal consideration)
h. Jaminan asuransi (insurance requirement)
i. Orang-orang penting (key person)
j. Resiko (risk)
Ringkasan eksekutif (executive summary), menjelaskan tentang (1)
maksud usaha, (2) usulan finansial, (3) permintaan dana, (4) cara
menggunakan dana dan cara pembayaran kembali pinjaman. Secara rinci,
komponen-komponen yang tercantum dalam format usaha tersebut
meliputi:
a. Ringkasan eksekutif (executive summary). Ini dibuat tidak lebih dari
dua halaman yang memuat tentang:
1) Nama, alamat, dan nomor telepon perusahaan.
2) Nama, alamat, dan nomor telepon key person.
3) Laporan singkat gambaran perusahaan.
4) Laporan singkat gambaran pasar untuk produk.
5) Laporan singkat gambaran aksi-aksi strategis untuk meraih
keberhasilan perusahaan.
6) Laporan singkat gambaran manajerial dan pengalaman teknik dari
key person.
7) Laporan keperluan dana dan cara menggunakannya.
8) Rekening penerimaan dan neraca saldo.
b. Perencanaan usaha secara detail (detailed business plans)
1) Latar belakang usaha
a) Laporan singkat sejarah perusahaan
b) Situasi yang ada saat ini
2) Gambaran usaha secara detail
a) Keunikan usaha yang dimiliki
b) Bagaimana keunikan itu menciptakan nilai.
c) Faktor-faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan (seperti
harga persaingan, kualitas, kehandalan, ketahanan, sifat-sifat
teknik dan sebagainya).
3) Analisis pasar
a) Potensi pembeli terhadap barang (dispensasikan)
b) Motivasi mereka membeli
c) Ukuran pasar (jumlah pelangan di pasar)
d) Pembelanjaan total tahunan
e) Sifat-sifat pembelian, apakah barang tahan lama? Apakah
produk hanya dibeli pada muslim tertentu?
f) Target pasar spesifik, apakah kita mengetahui konsumen
potensial yang akan kita tuju.
g) Pengaruh pasar eksternal, bagaimana masing-masing kekuatan
eksternal mempengaruhi penjualan, misalnya:
h) Faktor ekonomi, seperti inflansi, resesi, dan tinggi rendahnya
tingkat pengangguran.
i) Faktor sosial, seperti usia pelanggan, lokasi, tingkat pendapatan,
ukuran rumah tangga, dan sifat khusus masyarakat.
4) Analisis pesaing, memuat gambaran tentang:
a) Pesaing yang ada, jumlah pesaing yang kita kenal dan
kepercayaan pelanggan terhadap kita
b) Perusahaan yang mungkin masuk pasar, siapa, kapan,
dan mengapa masuk pasar? Apa dampak dari masuknya pesaing
baru terhadap target pasar kita.
c) Kekuatan dan kelemahan pesaing
5) Perencanaan strategi usaha
a) Rencana untuk memasarkan produk, khususnya yang
berkenaan dengan strategi pemasaran, seperti harga, promosi
dan periklanan, dan pelayanan pada pelanggan
b) Bandingkan produk kita dengan produk yang ada di
pasar
6) Spesifikasi organisasi dan manajemen
a) Bagaimana perusahaan diorganisisr baik secara legal
maupun secara fungsional
b) Orang-orang kunci dalam perusahaan, beserta latar
belakang, dan sifat-sifat spesifik lain yang mempengaruhi
keberhasilan usaha
7) Perencanaan keuangan (finansial)
a) Jumlah uang yang diperlukan untuk memproduksi
barang dan jasa serta untuk operasional usaha
b) Ciptakan pembelanjaan kas untuk ditunjukkan kepada
bank atau investror lain yang akan membantu pendanaan
perusahaan
c) Proyeksi biaya operasional secara realistis untuk
membiayai material, tenaga kerja, peralatan pemasaran, dan
biaya lainnya.
d) Proyeksi dan aktualisasi neraca dan laporan rugi laba
e) Analisis peluang pokok (BEP)
8) Perencanaan aksi strategis
a) Penjelasan misi kita dalam perusahaan
b) Penampilan tujuan dan sasaran yang spesifik
c) Pernyataan strategi produksi dan pemasaran
d) Bagaimana strategi akan dikonversikan ke dalam
perencanaan operasional
e) Prosedur pengawasan untuk menjaga perusa -haan dari
serangan.
2. Pengelolaan Keuangan
Ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam pengelolaan
keuangan, yaitu 1) Aspek sumber dana, 2) Aspek rencana dan penggunaan
dana, 3) Aspek Pengawasan atau pengendalian keuangan
Sumber – Sumber Keuangan Perusahaan
Ditinjau dari asalnya sumber dana perusahaan dapat dibagi menjadi
golongan:
a. Dana yang beraswal dari perusahaan disebut pembelanjaan intern
Ada tiga jenis sumber dana intern yang dapat dijadikan sumber
keuangan perusahaan, diantaranya:
1) Penggunaan dana perusahaan
2) Penggunaan Cadangan
3) Penggunaan laba yang tidak dibagi/ditahan
b. dana yang berasal dari luar perusahaan, yang disebut pembelanjaan
ekstern. Sumber dana ekste rnmencakup:
1) dana pemilik atau penyertaan
2) Dana yang berasal dari utang/pinjaman baik jangka pendek
maupun jangka panjang atau disebut pembelanjaan asing.
3) Dana bantuan program pemerintah pusat dan daerah Dana
dari teman atau keluarga yang ingin menanamkan modalnya
4). Dana ventura, yaitu dana dari perusahaan yang ingin
menginvestasikan dananya pada perusahaan kecil yang memiliki
potensi.
H. Lingkungan Usaha
Lingkungan usaha tidak bisa diabaikan begitu saja. Lingkungan usaha
dapat menjadi pendorong maupun penghambat jalannya perusahaan. Lingkungan
yang dapat mempengaruhi jalannya usaha/perusahaan adalah lingkungan mikro
yang sangat berpengaruh terhadap jalannya perusahaan.
1. Lingkungan Mikro
Lingkungan mikro adalah lingkungan yang ada kaitan langsung dengan
operasional perusahaan, seperti pemasok, karyawan, pemegang saham,
majikan, manajer, direksi, distributor, pelanggan/konsumen, dan lainnya.
Sejalan dengan pergeseran strategi pemasaran , yaitu dari laba perusahaan
(shareholder) kemanfaat bagi shareholder, maka lingkungan internal baik
perorangan maupun kelompok yang mempunyai kepentingan pada perusahaan
akan sangat berpengaruh. Yang termasuk perorangan dan kelompok perorangan
dan kelompok yang bekepentingan terhadap perusahaan dan mengharapkan
kepuasan dari perusahaan (shareholder satisfaction), di antaranya:
a. Pemasok (supplier)
Pemasok berkepentingan dalam menyediakan bahan baku kepada
perusahaan. Agar perusahaan dapat memuaskan pembeli/pelanggan, maka
perusahaan tersebut harus memproduk barang dan jasa yang bermutu tinggi.
Hal ini bisa dicapai apabila bahan yang tidak memadai, akan cenderung
untuk pindah dan berlangganan kepada perusahaan lain.
b. Pembeli atau Pelanggan
Pembeli atau pelanggan merupakan lingkungan yang sangat
berpengaruh karena dapat memberi informasi bagi perusahaan. Konsumen
yang kecewa karena tidak memperoleh manfaat dari perusahaan, misalnya
akibat mutu, harga dan waktu yang tidak memadai, akan cenderung untuk
pindah dan berlangganan kepada perusahaan lain.
c. Karyawan
Karyawan adalah orang pertama yang terlibat dalam perusahaan.
Karyawan akan berusaha bekerja dengan baik bila memperoleh manfaat
dari perusahaan. Semangat kerja yang tinggi, pelayanan yang baik, dan
produktivitas yang tinggi akan terjadi apabila mereka mendapat gaji yang
cukup, masa depan yang terjamin, dan kenaikan jenjang kepangkatan yang
teratur. Jika tidak, maka karyawan akan bekerja kurang termotivasi, kurang
produktivasi, kurang produktif, kurang kreatif, dan akan merugikan
perusahaan.
d. Distributor
Distributor merupakan lingkungan yang sangat penting dalam
perusahaan, karena dapat memperlancar penjualan. Distributor yang kurang
mendapat manfaat dari perusahaan akan menghambat pengiriman barang
sehingga barang akan terlambat datang ke konsumen atau pasar.
2. Lingkungan Makro
Lingkungan makro adalah lingkungan di luar perusahaan yang dapat
mempengaruhi daya hidup perusahaan secara keseluruhan yang meliputi:
a. Lingkungan Ekonomi (economic environment)
Kekuatan ekonomi lokal, regional, rasional, dan global akan
berpengaruh terhadap peluang usaha. Hasil pen jualan dan biaya perusahaan
banyak dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi. Variabel–variabel ekonomi
seperti tingkat inflasi, tingkat bunga dan fluktuasi mata uang asing baik
langsung maupun tidak akan berpengaruh pada peru sahaan. Inflasi atau
kenaikan harga-harga akan mempersulit para pengusaha dalam
memproyeksikan usahanya. Demikian juga kenaikan suku bunga dan frekuensi
mata uang asing akan menyulitkan perusahaan dalam mengkalkulasi
keuangannya.
b. Lingkungan Teknologi (Technology environment)
Kekuatan teknologi dan kecenderungan perubahannya sangat
berpengaruh pada perusahaan. Perubahan teknologi yang secara drastis dalam
abad terakhir ini telah memperluas skala industri secara keseluruhan. Teknologi
baru telah menciptakan produk-produk baru dan modifikasi produk lainnya.
Demikian juga, bidang usaha jasa telah banyak dipengaruhi oleh kemajuan
teknologi. Kemajuan teknologi dalam menciptakan barang dan jasa telah
mampu memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar secara cepat. Oleh karena
itu, kemampuan pesaing untuk menciptakan nilai tambah secara cepat melalui
perubahan teknologi harus diperhatikan oleh perusahaan tersebut.
c. Lingkungan Sosiopolitik (socio environment)
Kekuatan sosial dan politik, kecenderungan dan konteksnya perlu
diperhatikan untuk menentukan seberapa jauh perubahan tersebut berpengaruh
pada tingkah laku masyarakat. Dalam beberapa hal, perubahan kekuatan politik
berpengaruh terhadap perubahan pemerintahan dan secara tidak langsung
berdampak pada perubahan ekonomi. Misalnya dengan adanya kekacauan
politik dan kerusuhan yang terjadi selalu membawa sentimen pasar. Perubahan
investasi pemerintah dalam bidang teknologi juga sangat berpengaruh pada
kondisi ekonomi. Namun demikian, lingkungan ini akan sangat bermanfaat
apabila wirausaha pandai memanfaatkan peluang dari lingkungan tersebut.
d.Lingkungan Demografi dan Gaya Hidup (Demography and life Style
environment)
Produk barang dan jasa yang dihasilkan seringkali dipengaruhi oleh
perubahan demografi dan gaya hidup. Kelompok-kelompok masyarakat, gaya
hidup, kebiasaan, pendapatan, dan struktur masyarakat bisa menjadi peluang.
Pada prinsipnya semua lingkungan di atas bisa menciptakan peluang bagi
wirausaha.
Dari berbagai lingkungan seperti di ataslah peluang baru dalam bisnis
diperoleh. Zimmerer (1996:98) menganalisis peluang baru dari lingkungan
tersebut dengan menyebutnya pengamatan lingkungan (environment scan
ning), yaitu suatu proses di mana semua sektor kritis lingkungan yang
mempengaruhi perusahaan baru diamati, dievaluasi, dan diuji untuk
menentukan pengaruh perubahaan yang terjadi dalam lingkungan tersebut
terhadap potensi perusahaan. Maksud dari proses pengamatan ini adalah untuk
mengidentifikasi peluang-peluang baru atau tantangan baru yang tercipta akhir
perubahan lingkungan. Zimmerer menganalisis peluang baru tersebut dalam
bentuk analisis dampak silang (cross impact analysis).
Hambatan-hambatan dalam Memasuki Industri. Menurut Peggy
Lambing (2000:95) ada beberapa hambatan untuk memasuki industri baru,
yaitu.
1) Sikap dari kebiasaan Pelanggan Loyalitas pelangan kepada
perusahaan baru masih kurang. Sebaliknya perusahaan yang sudah ada justru
lebih bertahan karena telah lama mengetahui sikap dan kebiasaan
pelangannya.
2) Biaya perubahan (switching cost), yaitu biaya-biaya yang
diperlukan untuk pelatihan kembali para karyawan, dan penggantian alat serta
sistem yang lama.
3) Respons dari pesaing yang ada secara agresif akan
mempertahankan pangsa pasar yang ada. Paten, Merek Dagang, dan Hak
Cipta
Paten, merek dagang, dan hak cipta sangat penting bagi perusahaan
terutama untuk melindungi penemuan-penemuan, identitas dan nama
perusahaan, serta keorisina lan produk-produk yang dihasilkan oleh
perusahaan. Banyak perusahaan yang tidak mengetahui pentingnya hak
perlindungan perusahaan. Perlindungan produk-produk perusahaan sangat oleh
pihak lain. Temuan yang tidak memiliki hak paten akan bebas ditiru dan
diduplikasi bahkan menjadi produk pesaing dan mematikan perusahaan
penemu.
Beberapa hak perlindungan perusahaan yang bisa diperoleh adalah
hak paten, hak cipta, merek dagang, dan identitas perusahaan lainnya.
a. Hak Paten
Paten adalah suatu pengakuan dari lembaga yang berwenang atas
penemuan produk yang diberi kewenangan untuk membuat, menggunakan
dan menjual penemuannya selama paten tersebut masih dalam jaminan.
Pemberian hak monopoli atas produk tersebut dimaksudkan untuk mendorong
kreativitas dan inovasi para penemu.
Untuk mendapatkan hak paten, alat yang diciptakan harus betul-betul
baru (bukan lebih baik). Suatu alat tidak dapat diberikan hak paten apabila
alat tersebut telah dipublikasikan sebelum mengajukan hak paten. Hak paten
hanya diberikan kepada penemu yang sebenarnya, bukan pada seseorang
yang menemukan penemuan orang lain. Penemuan yang telah diberikan hak
paten, tidak boleh diduplikasi dan dijual oleh siapapun tanpa izin (lisensi) dari
penemunya. Ada beberapa langkah untuk mendapatkan hak paten, yaitu:
Langkah 1: Tetapkan Bahwa yang Ditemukan Betul-betul Baru. Untuk
menetapkan bahwa sesuatu yang ditemukan betul-betul baru, penemu harus
menganalisis dan menguji alat baru dengan menggunakan kriteria sebagai
berikut:
a) Apakah alat ini telah digunakan oleh orang lain senbelum
penemuan ini diajukan untuk mendapat hak paten?
b) Apakah telah diberikan paten sebelum temuannya diajukan?
c) Apakah telah digunakan, dipublikasikan, dan dijual sebelum diberikan
tanggal hak paten?
Bila ketiga kriteria tersebut telah dilakukan sebelum diberikan hak
paten, maka penemuan itu akan kehilangan hak untuk memperoleh paten.
Langkah 2: Dokumentasikan alat yang ditemukan tersebut. Untuk
melindungi hak paten dari klaim seseorang, maka penemuan harus
memverifikasi ide-ide penemuan sebelum alat tersebut ditemukan, misalnya
tanggal ide itu tersirat, penjelasan alat yang digunakan, dan gambarnya.
Langkah 3: Telusuri Paten-paten yang telah ada hal ini dilakukan
untuk memverifikasi apakah sesuatu yang baru kita temukan itu telah ada
atau memiliki kesamaan. Perlu diperiksa apakah alat yang ditemukan itu
memiliki kesamaan dan telah memiliki hak paten.
Langkah 4: Pelajari hasil telusuran penemu harus mempelajari hasil
telusuran terlebih dahulu sebelum memutuskan mengajukan lamaran hak
paten. Jika yang telah ada betul-betul seperti paten yang akan diusulkan,
maka pihak yang berwenang tidak akan menjamin hak paten bagi penemuan
baru. Akan tetapi, meskipun alat yang kita temukan itu memiliki fungsi yang
sama dengan alat yang ada, namun memiliki perbedaan dalam cara-cara dan
macam-macamnya, maka paten dapat dijamin.
Langkah 5: Mengajukan lamaran paten yang berisi :
a) Pernyataan yang memuat penemuan itu betul-betul asli.
b) Deskripsi penemuan yang disebut spesifikasi dan batas penemuan
yang disebut klaim, yang mengidentifikasi sifat-sifat penemuan baru.
c) Gambar penemuan.
c.Merek Dagang
Merek dagang (brand name) merupakan istilah khusus dalam
perdagangan atau perusahaan. Merek dagang pada umumnya berbentuk
simbol, nama, logo, slogan, atau tempat dagang yang oleh perusahaan
digunakan untuk menunjukkan keorisinilan produk atau untuk
membedakannya dengan produk lain di pasar. Merek dagang (trade mark)
pada umumnya dijadikan simbol perusahaan di pasar. Untuk menetapkan
mereka harus dipilih kata yang khas, mudah dikenal, diingat dan unik bagi
pelanggan, sehingga menjadi merek terkenal.
c.Hak Cipta
Hak cipta (copyright) adalah suatu hak istimewa guna melindungi
pencipta dan keorisinilan ciptaannya. Misalnya, karangan, musik, lagu, hak
untuk memproduksi, memperbaiki, mendistribusikan atau menjual.
BAB. XIII
ETIKA WIRAUSAHA