Anda di halaman 1dari 17

BAB I

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama : Tn. T
No RM :145.987
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 75 tahun
Alamat : Oebobo
Agama : Katolik
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal masuk perawatan : 4 Juni 2020

ANAMNESA
Keluhan Utama
Keluar benjolan di kantong kemaluan kanan yang tidak dapat masuk ke rongga perut ± 2
jam SMRS.

Riwayat Perjalanan Penyakit


± 5 tahun SMRS pasien mengaku muncul benjolan pada kantong kemaluan kanan.
Pasien mengaku awalnya benjolan tersebut kecil di kantong kemaluan kanan yang dapat
masuk kembali, benjolan dapat hilang timbul. Benjolan keluar saat pasien berjalan
lama, batuk, mengedan dan bekerja mengangkat beban yang berat. Benjolan tersebut
dapat masuk saat berbaring. Nyeri (-), mual (-), muntah (-)
Pasien tidak pernah memeriksakan ke dokter sebelumnya.
± 2 jam SMRS pasien mengaku keluar benjolan di kantong kemaluan kanan dan tidak
dapat masuk kembali walaupun dengan bantuan jari. Nyeri (+), mual (+), muntah (+),
BAB (+), flatus (+).

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat benjolan di kantong kemaluan kanan yang dapat keluar masuk rongga perut
sejak ± 5 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 160/90 mmHg
Pernafasan : 26 x/menit
Nadi : 84 x/menit regular, isi dan tegangan cukup
Suhu : 36,5ºC

Status Generalis
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+),
pupil isokor kanan kiri
Leher : Pembesaran KGB (-/-), massa (-)
Thoraks : simetris, retraksi (-), sela iga dalam batas normal
Jantung : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Paru : Suara nafas vesikuler (+), ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, Lemas, Nyeri Tekan (-), Tympani, Bising Usus (+) Normal
Ekstremitas : Akral Hangat (+/+), Edema (-/-), CRT < 2 detik

Status Lokalis:
Regio Scrotum Dextra:
Inspeksi : Terdapat benjolan di kantung kemaluan sebelah kanan, warna sesuai
warna kulit, tidak kemerahan.
Palpasi : Benjolan berukuran ± 8x4 cm, tidak teraba hangat, kenyal, batas atas
tidak jelas, suhu sama dengan daerah sekitar, nyeri ada dan tidak
dapat dimasukkan kedalam rongga abdomen.
Tes Khusus : Transluminasi (-).
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaa Hasil Nilai normal


n
Hemoglobin 13,4 g/dl 13 – 18 g/dl
Leukosit 9000/µL 4000 – 10000 /µL
Trombosit 223.000/µL 150.000 – 400.000 /µL
Hematokrit 43% L 40-54%
Basofil 0 0-1%
Eosinofil 0 1-3%
Batang 2 2-5%
Segmen 67 50-70%
Limfosit 13 20-40%
Monosit 4 2-8%
PT 10
APTT 35

Resume
Laki-laki usia 75 tahun dating ke RS Siloam Kebon Jeruk dengan keluhan ada keluar
benjolan di kantong kemaluan kanan yang tidak dapat masuk ke rongga perut. Dari
anamnesis lebih lanjut diketahui bahwa ± 5 tahun SMRS timbul benjolan pada kantong
kemaluan kanan. Pasien mengaku benjolan di kantong kemaluan kanan masih dapat
keluar masuk kembali dan terjadi hilang timbul. Benjolan keluar saat pasien berjalan
lama, batuk, mengedan dan bekerja mengangkat beban yang berat. Benjolan tersebut
dapat masuk saat berbaring. Nyeri (-), mual (-), muntah (-). ± 2 jam SMRS pasien
mengaku keluar benjolan di kantong kemaluan kanan dan tidak dapat masuk kembali
walaupun dengan bantuan jari. Nyeri (+), mual (+), muntah (+), BAB (+), flatus (+).
Kesadaran compos mentis GCS 15, TD 160/90, RR 26x, Nadi 84x, Suhu 36.5.
Pemeriksaan fisik didapatkan terdapat benjolan di kantung kemaluan sebelah kanan,
warna sesuai warna kulit, tidak kemerahan. Benjolan berukuran ± 8x4 cm, tidak teraba
hangat, kenyal, batas atas tidak jelas, nyeri adadan tidak dapat dimasukkan kedalam
rongga abdomen. Tes transluminasi (-). Hasil lab dalam batas normal.
Diagnosis Banding
- Hernia Inguinalis Dextra Inkarserata
- Hidrokel

Diagnosis Kerja
- Hernia Skrotalis Dextra Inkarserata

Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
- IVFD RL 500ml 20tpm/menit
- Injeksi Ceftriaxone 2x1gr/IV
- Inj Ketorolac 2 x 30 mg
- Pantoprazole 2 x 40 mg

b. Tindakan Operasi
Hernioraphy cito

c. Edukasi
Hindari mengangkat barang yang berat ataupun aktifitas yang berat yang dapat
meningkatkan tekanan intra abdomen.

Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad Bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi
Region inguinal harus dipahami, pengetahuan tentanag region ini penting untuk terapi
operatif hernia. Sebagai tambahan, pengetahuan tentangposisi relative dari saraf, pembuluh
darah dan struktur vas deferen, aponeurosis dan fascia.
A. Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan terletak 2-4 cm
kearah caudal lagamentum inguinal. Kanal melebar diantara cincin internal dan eksternal.
Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas deferens atau ligamentum uterus. Funikulus
spermatikus terdiri dari serat-serat otot cremaster, pleksus pampiniformis, arteri testicularis n
ramus genital nervus genitofemoralis, ductus deferens, arteri cremaster, limfatik, dan
prosesus vaginalis.
Kanalis inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga dimensi. Kanalis inginalis
berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan cepal ke caudal. Kanalis inguinalis
dibangun oleh aponeurosis obliquus ekternus dibagian superficial, dinding inferior dibangun
oleh ligamentum inguinal dan ligamentum lacunar. Dinding posterior (dasar) kanalis
inguinalis dibentuk oleh fascia transfersalis dan aponeurosis transverses abdominis. Dasar
kanalis inguinalils adalah bagian paling penting dari sudut pandang anatomi maupun bedah. 3
Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral dari trigonum
Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane rectus, dan ligamentum
inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang melewati trigonum Hesselbach disebut sebagai
direct hernia, sedangkan hernia yang muncul lateral dari trigonum adalah hernia indirect.

B. Aponeurosis Obliqus External


Aponeurosis otot obliquus eksternus dibentuk oleh dua lapisan: superficial dan profunda.
Bersama dengan aponeorosis otot obliqus internus dan transversus abdominis, mereka
membentuk sarung rectus dan akhirnya linea alba. external oblique aponeurosis menjadi batas
superficial dari kanalis inguinalis. Ligamentum inguinal terletak dari spina iliaca anterior
superior ke tuberculum pubicum.

C. Otot Oblique internus


Otot obliq abdominis internus menjadi tepi atas dari kanalis inguinalis . bagian medial
dari internal oblique aponeurosis menyatu dengan serat dari aponeurosis transversus
abdominis dekat tuberculum pubicum untuk membentuk conjoined tendon. adanya conjoined
tendon yang sebenarnya te;ah banyak diperdebatkan, tetapi diduga oleh banyak ahli bedah
muncul pada 10% pasien.
D. Fascia Transversalis
Fascia transversalis dianggap suatu kelanjutan dari otot transversalis dan aponeurosisnya.
Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2 lapisan: "The fascia transversalis
dapat dibagi menjadi dua bagian, satu terletak sedikit sebelum yang lainnya, bagian dalam
lebih tipis dari bagian luar; ia keluar dari tendon otot transversalis pada bagian dalam dari
spermatic cord dan berikatan ke linea semulunaris.

Gambar Fascia Transversalis


E. Preperitoneal Space
Preperitoneal space terdiri dari jaringan lemak, lymphatics, pembuluh darah dan saraf.
Saraf preperitoneal yang harus diperhatikan oleh ahli bedah adalah nervus cutaneous femoral
lateral dan nervus genitofemoral. nervus cutaneous femoral lateral berasal dari serabut L2 dan
L3 dan kadang cabang dari nervus femoralis. Nervus ini berjalan sepanjang permukaan
anterior otot iliaca dan dibawah fascia iliaca dan dibawah atau melelui perlekatan sebelah
lateral ligamentum inguinal pada spina iliaca anterior superior.
Nervus genitofemoral biasanya berasal dari L2 atau dari L1 dan L2 dan kadang dari L3.
Ia turun didepan otot psoas dan terbagi menjadi cabang genital dan femoral. Cabang genital
masuk ke kanalis inguinalis melalui cincin dalam sedangkan cabang femoral masuk ke hiatus
femoralis sebelah lateral dari arteri. ductus deferens berjalan melalui preperitoneal space dari
caudal ke cepal dan medial ke lateral ke cincin interna inguinal.
Jaringan lemak, lymphatics, ditemukan di preperitoneal space, dan jumlah jaringan
lemak sangat bervariasi.
Gambar Inguinal Anatomi anterior

Gambar Anatomi Inguinal Posterior


2.2 Hernia
2.2.1 Definisi
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut.
2.2.2 Anatomi 4

Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia atau orifisium hernia dan kantung
hernia. Orifisium adalah defek dari lapisan aponeurosis paling dalam dari abdomen, dan
sakus adalah kantung keluar dari peritoneum. Kolum dari kantung hernia berhubungan
dengan orifisium. Hernia disebut eksterna jika kantung menonjol secara lengkap melalui
dinding abdomen, dan interna jika sakus terletak di dalam kavitas viseral.
Isi hernia bervariasi, tetapi yang paling sering adalah organ dalam. Pada abdomen isi
terbanyak adalah usus halus dan omentum majus. Kemungkinan lainnya termasuk :
1. Usus besar dan apendiks
2. Divertikulum Meckel
3. Vesica Urinaria
4. Ovarium – dengan atau tanpa tuba falopi
5. Cairan asites

2.2.3 Klasifikasi
1. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas :
a. Hernia bawaan atau congenital
Pada hernia congenital, sebelumnya telah terbentuk kantong yang terjadi sebagai
akibat dari gangguan proses perkembangan intrauterine.
b. Hernia didapat atau akuisita
Terdapat dua tipe hernia akuisita:
a) Hernia primer : terjadi pada titik lemah yang terjadi alamiah, seperti pada :
1. Struktur yang menembus dinding abdomen : seperti pembuluh darah femoralis
yang melalui kanalis femoralis.
2. Otot dan aponeurosis yang gagal untuk saling menutup secara normal, seperti
pada regio lumbal
3. Jaringan fibrosa yang secara normal berkembang untuk menutup defek, seperti
pada umbilikus
b) Hernia Sekunder : terjadi pada tempat pembedahan atau trauma pada dinding,
seperti pada laparatomi dan trauma tembus.
2. Berdasarkan letaknya, hernia dibagi atas :
Hernia diafragma, hernia umbilikalis, hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia
epigastika, hernia lumbalis, dll.
3. Hernia menurut  riwayat alamiah dan komplikasi yang terjadi :
Riwayat alamiah perkembangan hernia yaitu pembesaran progresif, regresi yang tidak
spontan.  Pengecualian untuk hernia umbilikalis kongenital pada neonates, dimana orifisium
dapat menutup beberapa tahun setelah lahir. Seiring berjalannya waktu, hernia membesar dan
kecenderungan untuk terjadi komplikasi yang mengancam jiwa semakin bertambah. Hernia
dapat reponibel, ireponibel, obstruksi, strangulasi, atau terjadi inflamasi.
a. Hernia reponibel
Jika isi hernia dapat keluar masuk, tetapi kantungnya menetap . Isinya tidak serta merta
muncul secara spontan, namun terjadi bila disokong gaya gravitasi atau tekanan
intraabdominal yang meningkat. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika
berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.

Gambar Hernia reponibel


b. Hernia Ireponibel 
Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga perut. Ini biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut
hernia akreta. Dapat juga terjadi karena leher yang sempit dengan tepi yang kaku (misalnya
pada : femoral, umbilical). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun sumbatan usus. Hernia
ireponibel mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadi obstruksi dan strangulasi
daripada hernia reponibel.
Gambar Hernia Ireponibel
c. Hernia Inkarserata
Hernia inkarserata atau hernia obstruksi berisi usus, dimana lumennya tertutup. Biasanya
obstruksi terjadi pada leher kantong hernia. Jika obstruksi terjadi pada kedua tepi usus, cairan
berakumulasi di dalamnya dan terjadi distensi (closed loop obstruction). Biasanya suplai
darah masih baik, tetapi lama kelamaan dapat terjadi strangulasi. Istilah ’inkarserata’
terkadang dipakai untuk menggambarkan hernia yang ireponibel tetapi tidak terjadi
strangulasi. Oleh sebab itu, hernia ireponibel yang mengalami obstruksi dapat juga disebut
dengan inkarserata.
Operasi darurat untuk hernia inkarserata merupakan operasi terbanyak nomor dua setelah
operasi darurat untuk apendisitis. Selain itu, hernia inkarserata merupakan penyebab
obstruksi usus nomor satu di Indonesia.

Gambar Hernia inkarserata dengan ileus obstruksi usus


d. Hernia Strangulata
Suplai darah untuk isi hernia terputus. Kejadian patologis selanjutnya adalah oklusi vena
dan limfe; akumulasi cairan jaringan (edema) menyebabkan pembengkakan lebih lanjut; dan
sebagai konsekuensinya peningkatan tekanan vena. Terjadi perdarahan vena, dan
berkembang menjadi lingkaran setan, dengan pembengkakan akhirnya mengganggu aliran
arteri. Jaringannya mengalami iskemi dan nekrosis. Jika isi hernia abdominal  bukan usus,
misalnya omentum, nekrosis yang terjadi bersifat steril, tetapi strangulasi usus yang paling
sering terjadi dan  menyebabkan nekrosis yang terinfeksi (gangren). Mukosa usus terlibat dan
dinding usus menjadi permeabel terhadap bakteri, yang bertranslokasi dan masuk ke dalam
kantong dan dari sana menuju pembuluh darah. Usus yang infark dan rentan, mengalami
perforasi (biasanya pada leher pada kantong hernia) dan cairan lumen yang mengandung
bakteri keluar menuju rongga peritonial menyebabkan peritonitis. Terjadi syok sepsis dengan
gagal sirkulasi dan kematian. Bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus,
hernianya disebut hernia Richter. Ileus obstruksi mungkin parsial atau total, sedangkan
benjolan hernia tidak ditemukan dan baru terdiagnosis pada waktu laparatomi.

Gambar Hernia Strangulata

2.3 Hernia Inguinalis


2.3.1 Definisi
Hernia inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah
lubang pada dinding perut kedalam kanalis inguinalis. 6 Hernia inguinalis dibagi menjadi dua
yaitu hernia inguinalis indirek/lateralis dan hernia inguinalis direk/medial.
Hernia inguinalis indirek terjadi karena keluar dari rongga peritoneum melalui anulus
inguinalis internus yang terletak dari pembuluh epigastrika inferior. Hernia kemudian masuk
kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar daro anulus inguinalis
eksternus. Apabila hernia ini berlanjut,tonjolan akan sampaiskrotum sehingga disebut hernia
skrotalis. Kantong hernia berada di dalam otot kremaster,terletak anteromedial terhadap vas
deferens dan struktur lain dalam funikulus spermatikus.
Hernia inguinalis direk menonjol langsung ke depan melalui segitiga hasselbach, daerah
yang dibatasi oleh ligamentum inguinale di bagian inferior, pembuluh epigastrika inferior
dibagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga hasselbach dibentuk oleh
fasia transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis otot transversus abdominis yang
kadang tidak sempurnasehingga daerahini berpotensi melemah. Hernia medialis,karena idak
keluar melalui kanalis inguinallis dan tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi
karena cincin hernia longgar.

2.3.2 Etiologi
Secara fisiologis, kanalis inguinalis merupakan kanal atau saluran yang normal. Pada
fetus, bulan kedelapan dari kehamilan terjadi descensus testiculorum. Penurunan testis yang
sebelumnya terdapat di rongga retroperitoneal, dekat ginjal, akan masuk kedalam skrotum
sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang dikenal sebagai processus vaginalis peritonei.
Pada umumnya, ketika bayi lahir telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak
dapat melalui kanal tersebut. Biasanya obliterasi terjadi di annulus inguinalis internus,
kemudian hilang atau hanya berupa tali. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup
yang hasilnya ialah terdapatnya hernia didaerah tersebut.
Setelah dewasa kanal tersebut telah menutup. Namun karena daerah tersebut ialah titik
lemah, maka pada keadaan yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen kanal itu
dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis akuisita. Sementara di usia ini seseorang
lebih produktif dan melakukan banyak aktivitas. Sehingga penyebab hernia pada orang
dewasa ialah sering mengangkat barang berat, juga bisa oleh karena kegemukan, atau karena
pola makan yang tinggi lemak dan rendah serat sehingga sering mengedan pada saat BAB.
Hernia pada orang tua terjadi karena faktor usia yang mengakibatkan semakin lemahnya
tempat defek. Biasanya pada orang tua terjadi hernia medialis karena kelemahan trigonum
Hesselbach. Namun dapat juga disebabkan karena penyakit-penyakit seperti batuk kronis atau
hipertrofi prostat.
.
`2.3.3 Diagnosis
1. Anamnesis
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang hilang timbul, muncul terutama
pada waktu melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan tekanan intra-abdomen seperti
mengangkat barang atau batuk, benjolan ini hilang pada waktu berbaring atau dimasukkan
dengan tangan (manual). Terdapat faktor-faktor yang berperan untuk terjadinya hernia. Dapat
terjadi gangguan passage usus (obstruksi) terutama pada hernia inkarserata. Nyeri pada
keadaan strangulasi, sering penderita datang ke dokter atau ke rumah sakit dengan keadaan
ini.

2. Pemeriksaan Fisik
Pada saat inspeksi ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah ligamentum
inguinale di medial vena femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Perkusi didapatkan
benjolan tersebut berbatas atas tidak jelas. Perkusi terdengar tympani dan auskultasi bising
usus (+).

Gejala/tanda Obstruksi usus pada Nekrosis/gangren pada


hernia inkarserata hernia strangulata
Nyeri Kolik Menetap
Suhu badan Normal Normal/meninggi
Denyut nadi Normal/meninggi Meninggi/tinggi sekali
Leukosit Normal Leukositosis
Rangsang peritoneum Tidak ada Jelas
Sakit Sedang/berat Berat sekali/toksik
Tabel 1. Hernia inkarserata dengan obstruksi usus dan hernia strangulata yang
menyebabkan nekrosis atau ganggren

Teknik pemeriksaan
Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis (lateralis/internus) dan mengikuti
jalannya spermatid cord di canalis inguinalis serta dapat melalui annulus inguinalis subcutan
(externus) sampai scrotum.  Mempunyai LMR ( Locus Minoris Resistentie Secara klinis HIL
dan HIM dapat dibedakan dengan tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test,
Ziemen test dan Tumb test. Cara pemeriksaannya sebagai berikut :
Pemeriksaan Finger Test :

1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.


2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus
eksternus ke kanal inguinal.
3. Penderita disuruh batuk:
  Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis
Lateralis.
  Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.
Pemeriksaan Ziemen Test :

1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :
  jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
  jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
 jari ke 4 : Hernia Femoralis.

Pemeriksaan Thumb Test :

 Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
 Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
 Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

2.3.4 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien anak-
anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia
membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia
dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak
inkarserasi lebih sering terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih
sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika dibandingkan
dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis
dibandingkan dengan orang dewasa.

Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres
es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasi pada
hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu enam jam harus
dilakukan operasi segera. Pada tindakan reposisi ini posisi penderita dapat dilakukan
denagn posisi seperti pada gambar :

Gambar : Reposisi dengan posisi trendelenburg

2. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.
Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia adalah
hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.
 

a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong dibuka
dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-
ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Indikasi :
1. Hernia Inkarserata / Strangulasi (cito)
2. Hernia Irreponabilis ( urgen, 2 x 24 jam)
3. Hernia Reponabilis  dilakukan atas indikasi sosial : pekerjaan (elektif)
4. Hernia Reponabilis yang mengalami incarserasi (HIL,Femoralis)
Prinsip semua hernia harus dioperasi, karena dapat menyebabkan inkarserasi / strangulasi.

b. Hernioplasty
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam
mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode
hernioplasti seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup
dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m. tranversus internus
abdominis dan m. oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke
ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m.
transversus abdominis, m.oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mc
Vay. Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis
seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup defek.

2.3.5 Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat
tertahan di dalam kantong hernia pada hernia irreponibilis, hal ini terjadi jika hernia terlalu
besar atau terdiri dari omentum, organ ekstraperitoneal, atau hernia akreta. Di sini tidak
timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan.
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia
strangulata yang menimbulkan obstruksi usus yang sederhana. Jepitan cincin hernia akan
menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena
sehingga terjadi oedem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong
hernia. Timbulnya oedem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah
sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan
kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari
usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau
peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.
Hernia inguinalis dapat menjadi inkarserata dan strangulata. Mual, muntah, dan nyeri
abdomen yang berat dapat terjadi pada hernia strangulata. Hernia strangulata merupakan
suatu kondisi yang mengancam jiwa (gawat darurat) yang membutuhkan pembedahan segera.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasjad C. Hernia. Dalam : Sjamsuhidajat R, Jong WD, editor. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2010; hal. 619-29
2. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17 th Edition.
Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-217.
3. Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic
Science and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.
4. Sadler, T.W. Embriologi Kedokteran Langman. Alih bahasa: Joko Suyono. Edisi ke-
7. Jakarta: EGC, 2000; hal. 304-9
5. Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery. New York.
WB Saunders Company. 795-801

Anda mungkin juga menyukai