LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. T
No RM :145.987
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 75 tahun
Alamat : Oebobo
Agama : Katolik
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal masuk perawatan : 4 Juni 2020
ANAMNESA
Keluhan Utama
Keluar benjolan di kantong kemaluan kanan yang tidak dapat masuk ke rongga perut ± 2
jam SMRS.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 160/90 mmHg
Pernafasan : 26 x/menit
Nadi : 84 x/menit regular, isi dan tegangan cukup
Suhu : 36,5ºC
Status Generalis
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+),
pupil isokor kanan kiri
Leher : Pembesaran KGB (-/-), massa (-)
Thoraks : simetris, retraksi (-), sela iga dalam batas normal
Jantung : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Paru : Suara nafas vesikuler (+), ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, Lemas, Nyeri Tekan (-), Tympani, Bising Usus (+) Normal
Ekstremitas : Akral Hangat (+/+), Edema (-/-), CRT < 2 detik
Status Lokalis:
Regio Scrotum Dextra:
Inspeksi : Terdapat benjolan di kantung kemaluan sebelah kanan, warna sesuai
warna kulit, tidak kemerahan.
Palpasi : Benjolan berukuran ± 8x4 cm, tidak teraba hangat, kenyal, batas atas
tidak jelas, suhu sama dengan daerah sekitar, nyeri ada dan tidak
dapat dimasukkan kedalam rongga abdomen.
Tes Khusus : Transluminasi (-).
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Resume
Laki-laki usia 75 tahun dating ke RS Siloam Kebon Jeruk dengan keluhan ada keluar
benjolan di kantong kemaluan kanan yang tidak dapat masuk ke rongga perut. Dari
anamnesis lebih lanjut diketahui bahwa ± 5 tahun SMRS timbul benjolan pada kantong
kemaluan kanan. Pasien mengaku benjolan di kantong kemaluan kanan masih dapat
keluar masuk kembali dan terjadi hilang timbul. Benjolan keluar saat pasien berjalan
lama, batuk, mengedan dan bekerja mengangkat beban yang berat. Benjolan tersebut
dapat masuk saat berbaring. Nyeri (-), mual (-), muntah (-). ± 2 jam SMRS pasien
mengaku keluar benjolan di kantong kemaluan kanan dan tidak dapat masuk kembali
walaupun dengan bantuan jari. Nyeri (+), mual (+), muntah (+), BAB (+), flatus (+).
Kesadaran compos mentis GCS 15, TD 160/90, RR 26x, Nadi 84x, Suhu 36.5.
Pemeriksaan fisik didapatkan terdapat benjolan di kantung kemaluan sebelah kanan,
warna sesuai warna kulit, tidak kemerahan. Benjolan berukuran ± 8x4 cm, tidak teraba
hangat, kenyal, batas atas tidak jelas, nyeri adadan tidak dapat dimasukkan kedalam
rongga abdomen. Tes transluminasi (-). Hasil lab dalam batas normal.
Diagnosis Banding
- Hernia Inguinalis Dextra Inkarserata
- Hidrokel
Diagnosis Kerja
- Hernia Skrotalis Dextra Inkarserata
Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
- IVFD RL 500ml 20tpm/menit
- Injeksi Ceftriaxone 2x1gr/IV
- Inj Ketorolac 2 x 30 mg
- Pantoprazole 2 x 40 mg
b. Tindakan Operasi
Hernioraphy cito
c. Edukasi
Hindari mengangkat barang yang berat ataupun aktifitas yang berat yang dapat
meningkatkan tekanan intra abdomen.
Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Region inguinal harus dipahami, pengetahuan tentanag region ini penting untuk terapi
operatif hernia. Sebagai tambahan, pengetahuan tentangposisi relative dari saraf, pembuluh
darah dan struktur vas deferen, aponeurosis dan fascia.
A. Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan terletak 2-4 cm
kearah caudal lagamentum inguinal. Kanal melebar diantara cincin internal dan eksternal.
Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas deferens atau ligamentum uterus. Funikulus
spermatikus terdiri dari serat-serat otot cremaster, pleksus pampiniformis, arteri testicularis n
ramus genital nervus genitofemoralis, ductus deferens, arteri cremaster, limfatik, dan
prosesus vaginalis.
Kanalis inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga dimensi. Kanalis inginalis
berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan cepal ke caudal. Kanalis inguinalis
dibangun oleh aponeurosis obliquus ekternus dibagian superficial, dinding inferior dibangun
oleh ligamentum inguinal dan ligamentum lacunar. Dinding posterior (dasar) kanalis
inguinalis dibentuk oleh fascia transfersalis dan aponeurosis transverses abdominis. Dasar
kanalis inguinalils adalah bagian paling penting dari sudut pandang anatomi maupun bedah. 3
Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral dari trigonum
Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane rectus, dan ligamentum
inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang melewati trigonum Hesselbach disebut sebagai
direct hernia, sedangkan hernia yang muncul lateral dari trigonum adalah hernia indirect.
Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia atau orifisium hernia dan kantung
hernia. Orifisium adalah defek dari lapisan aponeurosis paling dalam dari abdomen, dan
sakus adalah kantung keluar dari peritoneum. Kolum dari kantung hernia berhubungan
dengan orifisium. Hernia disebut eksterna jika kantung menonjol secara lengkap melalui
dinding abdomen, dan interna jika sakus terletak di dalam kavitas viseral.
Isi hernia bervariasi, tetapi yang paling sering adalah organ dalam. Pada abdomen isi
terbanyak adalah usus halus dan omentum majus. Kemungkinan lainnya termasuk :
1. Usus besar dan apendiks
2. Divertikulum Meckel
3. Vesica Urinaria
4. Ovarium – dengan atau tanpa tuba falopi
5. Cairan asites
2.2.3 Klasifikasi
1. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas :
a. Hernia bawaan atau congenital
Pada hernia congenital, sebelumnya telah terbentuk kantong yang terjadi sebagai
akibat dari gangguan proses perkembangan intrauterine.
b. Hernia didapat atau akuisita
Terdapat dua tipe hernia akuisita:
a) Hernia primer : terjadi pada titik lemah yang terjadi alamiah, seperti pada :
1. Struktur yang menembus dinding abdomen : seperti pembuluh darah femoralis
yang melalui kanalis femoralis.
2. Otot dan aponeurosis yang gagal untuk saling menutup secara normal, seperti
pada regio lumbal
3. Jaringan fibrosa yang secara normal berkembang untuk menutup defek, seperti
pada umbilikus
b) Hernia Sekunder : terjadi pada tempat pembedahan atau trauma pada dinding,
seperti pada laparatomi dan trauma tembus.
2. Berdasarkan letaknya, hernia dibagi atas :
Hernia diafragma, hernia umbilikalis, hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia
epigastika, hernia lumbalis, dll.
3. Hernia menurut riwayat alamiah dan komplikasi yang terjadi :
Riwayat alamiah perkembangan hernia yaitu pembesaran progresif, regresi yang tidak
spontan. Pengecualian untuk hernia umbilikalis kongenital pada neonates, dimana orifisium
dapat menutup beberapa tahun setelah lahir. Seiring berjalannya waktu, hernia membesar dan
kecenderungan untuk terjadi komplikasi yang mengancam jiwa semakin bertambah. Hernia
dapat reponibel, ireponibel, obstruksi, strangulasi, atau terjadi inflamasi.
a. Hernia reponibel
Jika isi hernia dapat keluar masuk, tetapi kantungnya menetap . Isinya tidak serta merta
muncul secara spontan, namun terjadi bila disokong gaya gravitasi atau tekanan
intraabdominal yang meningkat. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika
berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2.3.2 Etiologi
Secara fisiologis, kanalis inguinalis merupakan kanal atau saluran yang normal. Pada
fetus, bulan kedelapan dari kehamilan terjadi descensus testiculorum. Penurunan testis yang
sebelumnya terdapat di rongga retroperitoneal, dekat ginjal, akan masuk kedalam skrotum
sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang dikenal sebagai processus vaginalis peritonei.
Pada umumnya, ketika bayi lahir telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak
dapat melalui kanal tersebut. Biasanya obliterasi terjadi di annulus inguinalis internus,
kemudian hilang atau hanya berupa tali. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup
yang hasilnya ialah terdapatnya hernia didaerah tersebut.
Setelah dewasa kanal tersebut telah menutup. Namun karena daerah tersebut ialah titik
lemah, maka pada keadaan yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen kanal itu
dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis akuisita. Sementara di usia ini seseorang
lebih produktif dan melakukan banyak aktivitas. Sehingga penyebab hernia pada orang
dewasa ialah sering mengangkat barang berat, juga bisa oleh karena kegemukan, atau karena
pola makan yang tinggi lemak dan rendah serat sehingga sering mengedan pada saat BAB.
Hernia pada orang tua terjadi karena faktor usia yang mengakibatkan semakin lemahnya
tempat defek. Biasanya pada orang tua terjadi hernia medialis karena kelemahan trigonum
Hesselbach. Namun dapat juga disebabkan karena penyakit-penyakit seperti batuk kronis atau
hipertrofi prostat.
.
`2.3.3 Diagnosis
1. Anamnesis
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang hilang timbul, muncul terutama
pada waktu melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan tekanan intra-abdomen seperti
mengangkat barang atau batuk, benjolan ini hilang pada waktu berbaring atau dimasukkan
dengan tangan (manual). Terdapat faktor-faktor yang berperan untuk terjadinya hernia. Dapat
terjadi gangguan passage usus (obstruksi) terutama pada hernia inkarserata. Nyeri pada
keadaan strangulasi, sering penderita datang ke dokter atau ke rumah sakit dengan keadaan
ini.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada saat inspeksi ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah ligamentum
inguinale di medial vena femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Perkusi didapatkan
benjolan tersebut berbatas atas tidak jelas. Perkusi terdengar tympani dan auskultasi bising
usus (+).
Teknik pemeriksaan
Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis (lateralis/internus) dan mengikuti
jalannya spermatid cord di canalis inguinalis serta dapat melalui annulus inguinalis subcutan
(externus) sampai scrotum. Mempunyai LMR ( Locus Minoris Resistentie Secara klinis HIL
dan HIM dapat dibedakan dengan tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test,
Ziemen test dan Tumb test. Cara pemeriksaannya sebagai berikut :
Pemeriksaan Finger Test :
1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :
jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
jari ke 4 : Hernia Femoralis.
Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
2.3.4 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien anak-
anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia
membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia
dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak
inkarserasi lebih sering terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih
sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika dibandingkan
dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis
dibandingkan dengan orang dewasa.
Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres
es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasi pada
hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu enam jam harus
dilakukan operasi segera. Pada tindakan reposisi ini posisi penderita dapat dilakukan
denagn posisi seperti pada gambar :
2. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.
Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia adalah
hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.
a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong dibuka
dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-
ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Indikasi :
1. Hernia Inkarserata / Strangulasi (cito)
2. Hernia Irreponabilis ( urgen, 2 x 24 jam)
3. Hernia Reponabilis dilakukan atas indikasi sosial : pekerjaan (elektif)
4. Hernia Reponabilis yang mengalami incarserasi (HIL,Femoralis)
Prinsip semua hernia harus dioperasi, karena dapat menyebabkan inkarserasi / strangulasi.
b. Hernioplasty
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam
mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode
hernioplasti seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup
dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m. tranversus internus
abdominis dan m. oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke
ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m.
transversus abdominis, m.oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mc
Vay. Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis
seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup defek.
2.3.5 Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat
tertahan di dalam kantong hernia pada hernia irreponibilis, hal ini terjadi jika hernia terlalu
besar atau terdiri dari omentum, organ ekstraperitoneal, atau hernia akreta. Di sini tidak
timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan.
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia
strangulata yang menimbulkan obstruksi usus yang sederhana. Jepitan cincin hernia akan
menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena
sehingga terjadi oedem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong
hernia. Timbulnya oedem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah
sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan
kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari
usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau
peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.
Hernia inguinalis dapat menjadi inkarserata dan strangulata. Mual, muntah, dan nyeri
abdomen yang berat dapat terjadi pada hernia strangulata. Hernia strangulata merupakan
suatu kondisi yang mengancam jiwa (gawat darurat) yang membutuhkan pembedahan segera.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasjad C. Hernia. Dalam : Sjamsuhidajat R, Jong WD, editor. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2010; hal. 619-29
2. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17 th Edition.
Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-217.
3. Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic
Science and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.
4. Sadler, T.W. Embriologi Kedokteran Langman. Alih bahasa: Joko Suyono. Edisi ke-
7. Jakarta: EGC, 2000; hal. 304-9
5. Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery. New York.
WB Saunders Company. 795-801