Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN

KEPERAWATAN
(DIARE)

disusun oleh :

Nadila Akontalo: 01909010035

Kelas : A keperawatan semester 4

JURUSAN KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA
KOTA KOTAMOBAGU
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (YME). Di mana Tuhan
YME telah memberikan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga saya dapat membuat
“RESUME GASTRITIS”. Resume ini telah saya susun dengan sistematis dan sebaik
mungkin.

Dengan selesainya Resume Gastritis ini, maka saya tidak lupa mengucapkan banyak
terima kasih. saya juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat
dalam penyusunan Resume Gastritis ini. Demikian Resume Gastritis ini saya  mohon
kritik dan sarannya apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan Resume ini.
Semoga resume ini dapat berguna untuk para pembaca.

KOTAMOBAGU, 27 FEBRUARI 2021

Nadila Akontalo
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i


KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I : PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 1
1. Tujuan Umum .................................................................................... 1
2. Tujuan Khusus ................................................................................... 2
BAB II : Tinjauan Teori ........................................................................................... 3
A. Pengertian ................................................................................................ 3
B. Klasifikasi.................................................................................................. 4
C. Etiologi ..................................................................................................... 4
D. Anatomi Dan Fisiologi Organ Terkait ...................................................... 5
E. Tanda Dan Gejala ..................................................................................... 7
F. Patofisiologi............................................................................................... 7
G. Pathway..................................................................................................... 9
H. Pemeriksaan Penunjang............................................................................. 9
I. Komplikasi................................................................................................. 10
J. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan................................................ 11
1. Penatalaksanaan Medis....................................................................... 11
2. Keperawatan....................................................................................... 12
K. Intervensi .................................................................................................. 16
BAB III : Tinjauan Kasus.......................................................................................... 18
BAB IV : PENUTUP................................................................................................ 19
A. Kesimpulan................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 20

ii
BAB I
Pendahuluan

A. Latar belakang
Diare saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi
pada masyarakat. Diare juga merupakan penyebab utama kesakitan dan
kematian pada anak di berbagai negara (Widoyono, 2011). Diare dapat
menyerang semua kelompok usia terutama pada anak. Anak lebih rentan
mengalami diare, karena sistem pertahanan tubuh anak belum sempurna
(Soedjas, 2011).
World Health Organizatin (WHO) (2012), menyatakan bahwa diare
merupakan 10 penyakit penyebab utama kematian. Tahun 2012 terjadi 1,5 juta
kematian akibat diare. Sepanjang tahun 2012, terdapat sekitar 5 juta bayi
meninggal pada tahun pertama kehidupan. Kematian tersebut disebabkan
karena pneumonia (18%), komplikasi kelahiran preterm (14%) dan diare
(12%).
Diagnosis keperawatan yang sering muncul pada pasien yang
menderita diare adalah kekurangan volume cairan dan ketidakseimbangan
nutrisi. Peran perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan pada anak
yang dirawat dengan diare, diantaranya memantau asupan dan pengeluaran
cairan. Anak yang mendapatkan terapi cairan melalui intravena perlu
pengawasan untuk asupan cairan, kecepatan tetesan harus diatur untuk
memberikan cairan dengan volume yang dikehendaki dalam waktu tertentu
dan lokasi pemberian infus harus dijaga (Wong, 2008). Tindakan keperawatan
yang harus dilakukan selanjutnya yaitu menimbang berat badan anak secara
akurat, memantau input dan output yang tepat dengan meneruskan pemberian
nutrisi per oral dan melakukan pengambilan spesimen untuk pemeriksaan
laboratorium.

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Tujuan disusunya resume ini adalah agar penulis maupun para
pembaca dapat lebih memahami tentang penyakit diare dan dapat
bermanfaat dalam kehidupannya.
2. Tujuan khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan kepada pasien penderita diare
diharapkan mahasiswa/I dapat mampu :
a. Melakukan pengkajian kepada pasien penderita diare
b. Merumuskan masalah keperawatan kepada klien penderita diare

1
c. Merancang tindakan keperawatan pada klien penderita diare
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan diare
e. Melakukan evaluasi pada klien penderita diare
f. Mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam bentuk
narasi
BAB II
Tinjauan Teori

A. Pengertian
Nursalam (2008), mengatakan diare pada dasarnya adalah frekuensi
buang air besar yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih
encer. Diare merupakan gangguan buang air besar atau BAB ditandai dengan
BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai
dengan darah dan atau lender (Riskesdas,2013).
Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi
feses. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari
biasanya, dan bila buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar
yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Dinkes,2016).
WHO (2009), mengatakan diare adalah suatu keadaan buang air besar
(BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari tiga
kali sehari. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten
terjadi selama ≥ 14 hari.

B. Klasifikasi
Pedoman dari Laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan Anak, Uniersitas Airlangga
dalam Nursalam (2008), diare dapat dikelompokkan menjadi:
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling
lama 3-5 hari.
b. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.
c. Diare kornik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik bukan
suatu kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab dan
patogenesisnya multikompleks. Mengingat banyaknya kemungkinan
penyakit yang dapat mengakibatkan diare kronik dan banyaknya
pemeriksaan yang harus dikerjakan maka dibuat tinjauan pustaka ini untuk
dapat melakukan pemeriksaan lebih terarah.

Sedangkan menurut Wong (2008), diare dapat diklasifikasikan, sebagai


berikut:
1) Diare akut
Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita. Diare
akut didefenisikan sebagai peningkatan atau perubahan frekuensi
defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus
Gastroenteritis Infeksiosa (GI). Keadaan ini dapat menyertai infeksi
saluran napas atau (ISPA) atau infeksi saluran kemih (ISK). Diare

3
akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan
akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
2) Diare kronis
Didefenisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi
defekasi dan kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi)
sakit lebih dari 14 hari. Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan
kronis seperti sindrom malabsorpsi, penyakit inflamasi usus,
defisiensi kekebalan, alergi makanan, intoleransi latosa atau diare
nonspesifik yang kronis, atau sebagai akibat dari penatalaksanaan
diare akut yang tidak memadai.
3) Diare intraktabel
Yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan sindrom
pada bayi dalam usia minggu pertama dan lebih lama dari 2 minggu
tanpa ditemukannya mikroorganisme patogen sebagai penyebabnya
dan bersifat resisten atau membandel terhadap terapi. Penyebabnya
yang paling sering adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani
secara memadai.
4) Diare kronis nonspesifik
Diare ini juga dikenal dengan istilah kolon iritabel pada anak
atau diare todler, merupakan penyebab diare kronis yang sering
dijumpai pada anak-anak yang berusia 6 hingga 54 minggu. Feses
pada anak lembek dan sering disertai dengan partikel makanan yang
tidak tercerna, dan lamanya diare lebih dari 2 minggu. Anak-anak
yang menderita diare kronis nonspesifik ini akan tumbuh secara
normal dan tidak terdapat gejala malnutrisi, tidak ada darah dalam
fesesnya serta tidak tampak infeksi enterik.
C. Etiologi
Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh berbagai
infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya
merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal atau
penyakit lain di luar saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal dengan
“penyakit diare”, karena dengan sebutan penyakit diare akan mempercepat
tindakan penanggulangannya. Penyakit diare terutama pada bayi perlu
mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bisa
terlambat.
Faktor penyebab diare, antara lain :
1. Faktor Infeksi
Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral
sebagai berikut :
a. Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
b. Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis)
Adeno-virus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain.
c. Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides);
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas
hominis); jamur (Candida albicans).
d. Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan
seperti: otitis media akut (OMA) , tonsilitis/
tonsilofaringitis,bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah
2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa,fruktosa, dan
galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering
(intoleransi laktosa).
b. Malabsorbsi lemak.
c. Malabsorbsi protein.
3. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada
anak yang lebih besar). Selain kuman, ada beberapa perilaku yang dapat
meningkatan resiko terjadinya diare, yaitu :
a. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari
kehidupan.
b. Menggunakan botol susu.
c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar.
d. Air minum tercemar dengan bakteri tinja.
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah
membuang tinja, atau sebelum menjamaah makanan.

D. Anatomi dan Fisiologi Organ Terkait


Menurut Syaifudin (2016) secara umum susunan saluran pencernaan
terdiri dari mulut, faring, esophagus (kerongkongan), lambung, usus halus dan
usus besar. Fungsi utama system pencernaan adalah menyediakan zat nutrien
yang sudah dicerna secara berkesinambungan, untuk didistribusikan ke dalam
sel melalui sirkulasi dengan unsur-unsur (air, elektrolit, dan zat gizi). Sebelum
zat ini diperoleh tubuh makanan harus berjalan/bergerak sepanjang saluran
pencernaan.
a. Mulut
Mulut merupakan organ yang pertama dari saluran pencernaan
yang meluas dari bibir sampai ke istmus fausium yaitu perbatasan antara
mulut dengan faring, terdiri dari :
b. Vestibulum oris
Bagian diantara bibir dan pipi di luar, gusi dan gigi bagian dalam.
Bagian atas dan bawah vestibulum dibatasi oleh lipatan membran mukosa
bibir, pipi dan gusi. Pipi membentuk lateral vestibulum, disusun oleh M.
buksinator ditutupi oleh fasia bukofaringealis, berhadapan dengan gigi
molar kedua. Bagian atas terdapat papilla kecil tempat bermuaranya
duktus glandula parotis.Bagian diantara arkus alveolaris, gusi, dan gigi,
memiliki atap yang dibentuk oleh palatum durum (palatum keras) bagian
depan, palatum mole (palatum lunak) bagian belakang. Dasar mulut
sebagian besar dibentuk oleh anterior lidah dan lipatan balik membrane
mukosa. Sisa lidah pada gusi diatas mandibula. Garis tengah lipatan
membrane mukosa terdapat frenulum lingua yang menghubungkan
permukaan bawah lidah dengan dasar mulut. Di kiri dan kanan frenulum
lingua terdapat papila kecil bagian puncaknya bermuara duktus duktus
glandula submandibularis.
c. Gigi
Gigi memliki fungsi untuk mengunyah makanan, pemecahan
partikel besar menjadi partikel kecil yang dapat ditelan tanpa
menimbulkan tersedak. Proses ini merupakan proses mekanik pertama
yang dialami makanan pada waktu melalui saluran pencernaan dengan
tujuan menghancurkan makanan, melicinkan, dan membasahi makanan
yang kering dengan saliva serta mengaduk makan sampai rata.
d. Lidah
Lidah terdapat dalam kavum oris, merupakan susunan otot serat
lintang yang kasar dilengkapi dengan mukosa. Lidah berperan dalam
proses mekanisme pencernaan di mulut dengan menggerakkan makanan
ke segala arah. Bagian-bagian lidah adalah pangkal lidah dan ujung lidah.
e. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut
dengan kerongkongan panjangnya kira kira 12 cm, terbentang tegak lurus
antara basis kranii setinggi vertebrae servikalis VI, kebawah setinggi
tulang rawan krikodea. Faring dibentuk oleh jaringan yang kuat (jaringan
otot melingkar), organ terpenting didalamnya adalah tonsil yaitu
kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit. Untuk
mempertahankan tubuh terhadap infeksi, menyaring dan mematikan
bakteri/mikrorganisme yang masuk melalui jalan pencernaan dan
pernapasan. Faring melanjutkan diri ke esophagus untuk pencernaan
makan.
f. Esofagus
Merupakan saluran pencernaan setelah mulut dan faring.
Panjangnya kira kira 25 cm. posisi vertical dimulai dari bagian tengah
leher bawah faring sampai ujung bawah rongga dada dibelakang trakea.
Pada bagian dalam di belakang jantung menembus diafragma sampai
rongga dada. Fundus lambung melewati persimpangan sebelah kiri
diafragma. Lapisan dinding esophagus dari dalam ke luar meliputi :
lapisan selaput selaput lendir, lapisan mukosa, lapisan otot melingkar, dan
lapisan otot memanjang.
g. Lambung
Merupakan sebuah kantong muskuler yang letaknya antara
esophagus dan usus halus, sebelah kiri abdomen, dibawah diafragma
bagian depan pankreas dan limpa. Lambung merupakan saluran yang
dapat mengembang karena adanya gerakan peristaltik terutama di daerah
epigaster. Variasi dari bentuk lambung sesuai dengan jumlah makanan
yang masuk, adanya gelombang peristaltic tekanan organ lain dan postur
tubuh. Bagian-bagian dari lambung terdi dari Fundus ventrikuli, Korpus
ventrikuli, Antrum pylorus, Kurvatura minor, Kurvatura mayor dan
Ostium kardia.
Fungsi lambung :
 Secara mekanis : menyimpan, mencampur dengan secret lambung,
dan mengeluarkan kimus kedalam usus. Pendorogan makanan terjadi
secara gerakan peristaltic setiap 20 detik.
 Secara kimiawi : bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam
lambung dan enzim-enzim bergantung jenis makanan enzim yang
dihasilkan antara lain pepsin, HCL, renin, dan lapisan lambung.
 Lambung menghasilkan zat factor intrinsic bersama dengan factor
ekstrinsik dari makanan, membentuk zat yang disebut anti-anemik
yang berguna untuk pertukaran trotrosit yang disimpan dalam hati.
h. Usus halus
Usus halus merupakan bagian dari system pencernaan yang
berpangkal pada pylorus dan berakhir pada sekum. Panjangnya kira-kira 6
meter, merupakan saluran pencernaan yang paling panjang dari tempat
proses pencernaan dan absorbs pencernaan. Bentuk dan susunannya
berupa lipatan-lipatan melingkar. Makanan dalam intestinum minor dapat
masuk karena adanya gerakan dan memberikan permukaan yang lebih
halus. Banyak jonjot-jonjot tempat absorsi dan memperluas
permukaannya. Pada ujung dan pangkalnya terdapat katup. Usus halus
terdiri dari duodenum, jejunum, ileum.
Fungsi usus halus yaitu menyekresi cairan usus, menerima cairan
empedu dan pangkreas melalui duktus kholedukus dan duktus
pankreatikus, mencerna makanan, mengabsorsi air garam dan vitamin,
protein dalam bentuk asam amino, karbohidrat dalam monoksida, dan
menggerakan kandungan usus.
i. Usus besar
Usus besar merupakan saluran pencernaan berupa usus
berpenampang luas atau berdiameter besar dengan panjang kira-kira 1,5-
1,7 meter dan penampang 5-5cm. Lanjutan dari usus harus yang tersusun
seperti huruf U terbalik mengelilingi usus halus terbentang dari valvula
iliosekalis sampai anus.
Lapisan usus besar dari dalam keluar terdiri dari lapisan selaput
lendir atau (mukosa), lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, dan
lapisan jaringan ikat. Bagian dari usus besar terdiri dari sekum, kolon
asendens, kolon transversum, kolon desendens dan kolon sigmoid. Fungsi
usus besar adalah sebagi berikut :
 Menyerap air dan elektrolit, untuk kemudian sisa massa
membentuk massa yang lembek yang disebut feses.
 Menyimpan bahan feses.
 Tempat tinggal bakteri koli.

E. Tanda dan Gejala


Gejala diare bervariasi. Penderita bisa merasakan satu atau lebih
gejala. Namun, gejala yang paling sering dirasakan penderita diare antara lain:
 Perut terasa mulas.
 Tinja encer (buang air besar cair) atau bahkan berdarah.
 Mengalami dehidrasi.
 Pusing, lemas, dan kulit kering.
Sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi kuman di usus besar.
Namun, diare yang berlangsung lama dapat terjadi akibat radang di saluran
pencernaan.
F. Patofisiologi
Berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya diare di antaranya
karena faktor infeksi dimana proses ini diawali dengan masuknya
mikroorganisme ke dalam saluran pencernaan kemudian berkembang dalam
usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan usus. Berikutnya
terjadi perubahan dalam kapasitas usus sehingga menyebabkan gangguan
fungsi usus dalam mengabsorpsi (penyerapan) cairan dan elektrolit. Dengan
adanya toksis bakteri maka akan menyebabkan gangguan sistem transpor aktif
dalam usus akibatnya sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi
cairan dan elektrolit meningkat.
Faktor malaborpsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi
yang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadi pergeseran
cairan dan elektrolit ke dalam usus yang dapat meningkatkan rongga usus
sehingga terjadi diare. Pada factor makanan dapat terjadi apabila toksin yang
ada tidak diserap dengan baik sehingga terjadi peningkatan dan penurunan
peristaltic yang mengakibatkan penurunan penyerapan makanan yang
kemudian terjadi.

G. Pathway

Infeksi makanan Psikologi

Berkembang di Toksik tak dapat Ansietas (D.0080)


usus diserap

Hipersekresi air & Hiperperistaltik


elektrolit Malabsorbsi
KH,Lemak,

Isi usus Penyerapan


makanan disusu Meningkat tekanan
menurun osmotik

Pergeseran air dan


elektrolit ke usus

Diare (D.0020)
Frekuensi BAB Mual muntah
meningkat

Nafsu makan
menurun
Gg Integritas Kulit
Hilang cairan &
(D.0129)
elektrolit berlebihan

Defisit Nutrisi
(D.0019)

Gangguan keseimbangan
cairan & elektro Asidosis metabolik

Sesak
Dehidrasi

Gangguan pertukaran gas ( D. 0003)

Hipovolemia H. Pemeriksaan penunjang


Risiko syok ( D.0039)
(0023)

Menurut Nuraarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada diagnos


medis diare adalah :
a) Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis, Ph
dan kadar gula dalam tinja, dan resistensi feses (colok dubur).
b) Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan
asam basa.
c) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na,K,kalsium dan Prosfat.

I. Komplikasi
Menurut Suharyono dalam Nursalam (2008), komplikasi yang dapat
terjadi dari diare akut maupun kronis, yaitu:
 Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)Kondisi ini dapat
mengakibatkan gangguan keseimbangan asambasa (asidosis
metabolik), karena Kehilangan narium bicarbonat bersama tinja.
 Adanya ketosis kelaparan dan metabolisme lemak yang tidak
sempurna, sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh.
 Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
 Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak
dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguri dan anuria).
 Pemindahan ion natrium dan cairan ekstraseluler ke dalam cairan
intraseluler. Secara klinis, bila pH turun oleh karena akumulasi
beberapa asam non-volatil, maka akan terjadi hiperventilasi yang
akan menurunkan pCO2 menyebabkan pernafasan bersifat cepat,
teratur, dan dalam (pernapasan kusmaul) (Suharyono, 2008).
a. Hipoglikemia
Hypoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita
diare dan lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah
menderita kekurangan kalori protein (KKP), karena :
 Penyimpanan persediaan glycogen dalam hati terganggu.
 Adanya gangguan absorpsi glukosa (walaupun jarang terjadi.

Gejala hypoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah


menurun sampai 40% pada bayi dan 50% pada anak-anak. Hal tersebut
dapat berupa lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat,
syok, kejang sampai koma

b. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi
sehingga terjadi penurunan berat badan. Hal ini disebabkan karena:
 Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntahnya akan bertambah hebat, sehingga orang tua hanya
sering memberikan air teh saja.
 Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran
dalam waktu yang terlalu lama.
 Makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
c. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, maka
dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan atau syok
hipovolemik. Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadinya
hipoksia, asidosis bertambah berat sehingga dapat mengakibatkan
perdarahan di dalam otak, kesadaran menurun, dan bila tidak segera
ditolong maka penderita dapat meninggal.
d. Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan
yang hanya mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi
(Na<130 mol/L). Hiponatremi sering terjadi pada anak dengan
Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan oedema. Oralit
aman dan efektif untuk terapi dari hampir semua anaka dengan
hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na dilakukan bersamaan
dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu: memakai Ringer Laktat atau
Normal Saline (Juffrie, 2010).

J. Penatalaksanaan medis dan keperawatan


a. Penatalaksanaan Medis
1. Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting
yang perlu diperhatikan
2. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg jenis makanan :
 Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah
dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron atau sejenis
lainnya).
 Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim),
bila anak tidak mau minum susu karena dirumah tidak biasa.
 Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak
yang berantai sedang atau tidak jenuh (Ngastiyah, 2014).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Bila dehidrasi masih ringan
Berikan minum sebanyak-banyaknya, 1 gelas setiap kali setelah
pasien defekasi. Cairan harus mengandung eletrolit, seperti oralit. Bila
tidak ada oralit dapat diberikan larutan gula garamdenan 1 gelas air
matang yang agak dingindilarutkan dalam 1 sendok teh gula pasir dan
1 jumput garam dapur. Jika anak terus muntah atau tidak mau minum
sama sekali perlu diberikan melaluui sonde. Bila pemberian cairan per
oral tidak dapat.dilakukan, dipasang infus dengan cairan Ringer
Laktat (RL) atau cairan lain (atas persetujuan dokter). Yang penting
diperhatikan adalah apakah tetesan berjalan lancar terutama pada jam-
jam pertama karena diperlukan untuk segera mengatasi dehidrasi.
2. Pada dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat. Untuk mengetahui
kebutuhan sesuai dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan yang
masuk tubuh dapat dihitung dengan cara:
 Jumlah tetesan per menit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai set
infus yang dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol infus
waktu memantaunya.
 Perhatikan tanda vital : denyut nadi, pernapasan, suhu.
 Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih sering,
encer atau sudah berubah konsistensinya.
 Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk mencegah
bibir dan selaput lendir mulut kering.
 Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberi makan
lunak atau secara realimentasi.

K. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan diare
menurut NANDA Internasional (2015), adalah sebagai berikut:
a. Diare berhubungan dengan parasit, psikologis, proses infeksi,
inflamasi, iritasi, malabsorbsi.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif, kegagalan mekanisme regulasi.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis, faktor psikologis, ketidakmampuan mencerna
makanan, ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien.
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi atau sering
BAB, perubahan status cairan, perubahan pigmentasi, perubahan
turgor, penurunan imunologis.
e. Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan
diare,intoleransi makanan, malnutrisi.
f. Resiko syok berhubungan dengan kehilangan cairan dan elemalnutri
g. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju
metabolisme, penyakit.
h. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (sering BAB).
i. Ganguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit,
kurang kontrol situasi.
j. Anisetas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan,
gejala terkait penyakit.
k. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi,
kurang sumber pengetahuan.
l.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 21 thn
Tempat/Tanggal Lahir : Kotamobagu, 10/09/1998
Jenia Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku/Bangsa : mongondow
Pendidikan Terakhir : SPM
Pekerjaan :IRT
Diangnosa Medis : Tukak lambung
Tanggal masuk RS/JM : 13 july 2019 Pukul: 08:30 WITA
Tanggal Pengkajian : 14 july 2019

Penanggung Jawab
Nama : Tn. G
Usia : 30 Tahun
Pekerjaan : Petani
Hubungan dengan klien : Suami

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama :
Klien mengatan diare 2 hari
b. Riwayat penyakit sekarang :
Klien mengatakan sudah diare, sejak 2 hari yang lalu, klien BAB
encer, dengan frekuensi 4-5 kali setiap harinya,warna dan bau khas
feses.klien sebelumnya mengonsumsi makanan pedas, klien juga
mengatakan badanya panas.
c. Riwayat penyakit Dahulu :
Klien mengatakan sebelumnya klien tidak pernah sakit seperti in
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
Klien menyatakan tidak ada penyakit keluarga
e. Riwayat Alergi :
Pasien mengatakan punya alergi makan seefood dan tidak mempunyai
alergi obat-obatan
3. Hasil pemeriksaan fisik pasien dengan diare

Pemeriksaan Data
Keadaan umum compos mentis
Kulit kulit tubuhnya berwarna sawo matang
bentuk mesochepal, rambut hitam, lurus, tebal dan
Kepala bersih. Rambut klien tidak berminyak.
tidak ada secret di sudut mata, konjungtiva tidak
pucat, sclera tidak ikterik, penglihatan norma
Mata dibuktikan klien masih bisa membaca dan
membedakan warna.
pendengaran normal, bersih, tidak ada cairan yang
Telinga keluar, telinga kanan dan kiri simetris
Hidung bersih, tidak terdapat secret
Mulut Mukosa bibir kering, tidak ada caries
JVP tidak meningkat, gerakan leher tidak ada
Leher gangguan
ekspansi dada simetris,terasa ada nyeri tekan
Dada
ekspansi paru terlihat jelas
Paru-paru
datar, simetris, masa teraba, terdapat nyeri saat
dipalpasi, terdapat rasa mual maupun muntah.
Abdomen
Genetalia tidak terpasang kateter
Anus dan rectum tidak terdapat hemoroid
anggota ekstremitas atas lengkap, tidak terdapat
Ektrimitas Atas oedema, terpasang infuse RL 20 tpm di tangan kiri.
anggota ekstremitas bawah lengkap, tidak terdapat
Ektrimitas bawah oedema, akral teraba dingin, tidak terdapat
penurunan fungsi pergerakan

4. Hasil laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Nilai Normal

Hb L9,7 g/dl 14,0-18,0

Leukosit 6190 /ul 44.800- 10.800

Hematokrit L31 % 42-52

Eritrosit L4.2 10^6/ul 4,7-6,1

Trombosit 294.000 /ul 150.000-450.000

LED 6/12 Mm/jam 0,15


S.monella tyhi O Negatif - Negatif

S.parathpy A-O Negatif - Negatif

S.Thipy H Negatif - Negatif

S.Paratypi A-H Negatif - Negatif

S.parathpy B-H Negatif - Negatif

S.Paratypi S-H Negatif - Negatif

1. Terapy
 InfRing As
 Cortidekx 3x1/3 Amp
 Soclaf 2x1/3 gr
 Bio GI 2X ½ Amp
 Vosidon syrup 2x1/2 cth
 Sanmol drop 3x 0.7 cc

2. Analisa Data
NO DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
1. DS : - Klien mengeluh kurang Kurangnya asupan
nafsu makan
makanan Defisit Nutrisi
- Klien menngluh saat makan sakit dibagian faktorpsikologis
perut

DO : - Klien tampak lemah


-Klien tidak menghabiskan

makanannya
TD:110/70 mmHg

N :65 ×/m

R:35 ×/m

SB:36,5 ℃
2. DS: - Klien khawatir dengan kondisinya Kekurangan Ansietas
DO: - Klien tanpak cemas terpapar informasi

TD : 110/60 mmHg
N : 78 x/m

R : 26 x/m

T : 36℃s

7. Diangnosa Keperawatan

1. Defisit Nutrisi b.d kurangnya asupan makanan (D.0019)


2. Ansietas b.d kekurangan terpapar informasi (D.0080)

B. Intervensi (perencanaan keperawatan)

N Diagnosa Tujuan
O Keperawatan dan kriteria hasil Intervensi
(SDKI) (SIKI)
1. Defisit nutrisi b.d Tujuan : Observasi :
kurangnya asupan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi status nutrisi
makan keperawatan selama 1 x 8 2. Identifikasi alergi dan
Faktor psikologis jam diharapkan deefisit intoleransi makanan
(D.0019) nutrisi teratasi. 3. Indetifikasi makanan
yang disukai
Kriteria Hasil : 4. Identifikasi kebutuhan
1. verbalisasi kalori dan jenis nutrient
keinginan untuk 5. Identifikasi perlunya
meningkatkan penggunaan selang
nutrisi nasogastric
2. Pengetahuan 6. Monitor asupan
tentang standar makanan
asupan nutrisi yang 7. Monitor berar badan
tepat 8. Monitor hasil
3. Klien mampu pemeriksaan
menghabiskan laboratorium
porsi makan yang
diberikan Terapeurik :
1. Fasilitasi menentukan
peduman diet
2. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
3. Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
4. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
5. Hentikan pemberian
makanan melalui selang
nasogastric jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi :
1. Ajarkan diet yang
diprogramksn

2. Ansietas b.d Tujuan : Observasi :


kekurangan terpapar Setelah dilakukan tindakan 1. Indentifikasi saat tingkat
informasi ( D.0080 ) keperawatan selama 1 x 8 ansietas berubah
jam tidak cemas 2. Identifikasi kemampuan
mengambil keputusan
3. Monotor tanda-tanda
Kriteria hasil : ansietas
Tidak cemas Terapeutik :
1. Ciptakan suasana
teraputik untuk
menumbukan
kepercayaan
2. Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan,
jika memungkinkan
3. Pahami situasi yang
membuat ansietas
4. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
5. Tempatkan barang
pribadi yang meberiakan
kenyamanan
6. Motivasi,mengidentifika
si yang memicu
kecemasan
7. Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristwa
yang akan datang
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur ,
termasuk sensasi yang
dialami
2. Informasikan secara
factual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
3. Anjurkan keluarga agar
tetap bersama pasien,
jika perlu
4. Anjurkan untuk
melakukan kegiatan
yang tidak kompetitif,
sesuai kebutuhan
5. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
7. Latih mengunakan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
Latih teknik relaksasi

C. Implementasi (Penatalaksanaan)

NO Waktu Diagnose Tindakan Keperawatan


Pelaksanaan Keperawatan (Implementasi)
1. Selasa 16 July Defisit nutrisi b.d Observasi :
2019 kurangnya asupan 1. Mengidentifikasi status nutrisi
10:00 WITA makan 2. Mengidentifikasii alergi dan intoleransi
Ketidakmampuan makanan
menelan makanan 3. Mengidentifikasii makanan yang
(D.0019) disukai
4. Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan
jenis nutrient
5. Mengidentifikasi perlunya penggunaan
selang nasogastric
6. Memonitor asupan makanan
7. Memonitor berar badan
8. Memonitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik :

9. Memfasilitasi menentukan peduman


diet
10. Menyajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
11. Memberikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
12. Memberikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
13. Menghentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastric jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi :
1. Mengajarkan diet yang diprogramksn

2. Kamis 18 July Ansietas b.d kurang Observasi :


2019 terpapar informasi 1. Mengidentifikasi saat tingkat ansietas
08:00 WITA (D.0080) berubah
2. Mengidentifikasi kemampuan
mengambil keputusan
3. Memonotor tanda-tanda ansietas

Terapeutik :
1. Menciptakan suasana teraputik untuk
menumbukan kepercayaan
2. Menemani pasien untuk mengurangi
kecemasan, jika memungkinkan
3. Memahami situasi yang membuat
ansietas
4. Mengunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
10:30 WITA 5. Menepatkan barang pribadi yang
meberiakan kenyamanan
6. Memotivasi,mengidentifikasi yang
memicu kecemasan
7. Mendiskusikan perencanaan realistis
tentang peristwa yang akan datang
Edukasi :
1. Menjelaskan prosedur , termasuk
sensasi yang dialami
2. Menginformasikan secara factual
mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
3. Menganjurkan keluarga agar tetap
bersama pasien, jika perlu
4. Menganjurkan untuk melakukan
kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai
01:00 WITA kebutuhan
5. Menganjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
6. Melatih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
7. Melatih mengunakan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
8. Melatih teknik relaksasi

D. Evaluasi

Hari DiagnosaKeperawatan Evaluasi


(SOAP)
Sabtu Defisit nutrisi b.d S :- Klien mengeluh tidak nafsu makan
kurangnya asupan makan - Klien mengatakan belum bisa makan banyak
(D.0019) O: - Klien hanya bisa menghabiskan makanan 1/4
dari makanan yang diberikan
- Klien masih tampak
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
 Memonitor asupan makanan
 Memonitor berat badan
 Diskusikan dengan klien pentingnya
makanan dan nutrisi
di didalam tubuh

S : Klien mengatakan nafsu makan sduah


membaik dan sudah bias menelan dengan baik
Minggu O : - Mukosa bibir klien tampak tidak pucat lagi
- klien tampak lebih membaik
- Klien kooperatif fiajak diskusi tentang
pentingny
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
Sabtu Ansietas b.d Kekurangan S : Klien mengatakan takutdengan kondisinya
terpapar informasi O : klien tampak cemas
(D.0080) TD :130/80 mmHg
N :85 ×/m
R :23 ×/m
SB : 36℃
A: masalah teratasi sebagian
P : Intervensi masih berlanjut

S : klien mengatakan sudah sudah mengerti


dengan kondisinya sekarang
Minggu O : Klien sudah tidak cemas
TD :120/80mmHg
N : 80x/m
R : 22x/m
SB :36,5OC
A: Masalah terataasi
P : intervensi di hentikan
BAB IV
Penutup

A. Kesimpulan
Diare adalah buang air besar (defekasi) de ngan jumlah yang lebih
banyak dari biasanya ( normal 100-200 mlperjam tinja),dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dapat pila disertai
frekuensi defekasi.penyakit diare ditimbulkan oleh makanan, minuman,virys
dan bakteri,dan juga alkohol.kuman penyakit diare di tularkan melalui air dan
makanan, tangan yang kotor.
Pencegahan diare dilakukan dengan cara: penyedian airminum yang
bersih,kebersihan perorang,cucilah tangan sebelum makan, biasakan buang air
besar pada tempatnya, tempat buang sampah yang memadai, brentas lalat agar
tidk menghingapi makanan,lingkungan hidup yang sehat yaitu degan cara
menjaga kebersihan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,
Jakarta selatan, Dewan Pengurus Pusat Pemersatu Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019, Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Jakarta
selatan, Dewan Pengurus Pusat Pemersatu Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,
Jakarta selatan, Dewan Pengurus Pusat Pemersatu Perawat Nasional
Indonesia.

https://id.scribd.com/doc/303512505/KASUS-askep-diare

https://www.slideshare.net/mobile/dianaary/makalah-diare-27563223

24

Anda mungkin juga menyukai