Jurnal Revisi
Jurnal Revisi
ABSTRACT
anxiety (anxiety) patients pre-operative due to various factors, one of which is from the knowledge
factor and attitude of the nurse in applying the prevention of anxiety in patients pre elective
surgery in the surgical room. According to Carpenito (1999) in (Yuli Widyastuti, 2015) States
90% of patients pre-operative experienced an ansietas. The Family Support app is providing
information, emotional, instrumental and award support. To identify patients ' anxiety pre-
operative Appendisitis, identify family support in pre-operative patients and know the family
support relationship with the level of anxiety in patients pre-operative room Wijaya Kusuma
(WK), Teratai and Bougenvile (BGF) Bekasi City General Hospital in 2019. which is used is a
correlational scriptive with a cross sectional approach. This study used the total sampling
technique, with 30 respoden in patients pre Apendisitis in the room Wijaya Kusuma (WK), Teratai
and Bougenvile (BGF) Bekasi City General Hospital, year 2019. Data collection process is done
by filling questionnaire. From the results of research gained that family support is related to
anxiety levels, 18 people (60%) Experiencing mild anxiety, a moderate anxiety rate of 9 people
(30%) and 3 people (10%) Experiencing severe anxiety, some patients received family support
support in a good category of 12 people (40%), obtaining enough support 16 people (53.3%) and 2
people (6.7%) Get less support. Data analysis includes Univariables, bivariables with statistical
test Spearman's Rho with a confidence level of 95% (0.05), Shows the relationship between family
support and anxiety level in patients pre operative appendisitis (r = 0.390; p = 0.033) with
adequate interachievement positive relationship, From the results of the study can be concluded
that there is a family support relationship with the level of anxiety in patients pre operative
Appendisitis. To the room nurse in order to provide a health education surgical procedure to
minimize the level of anxiety patients pre operative appendisitis.
Tabel 1
Distribusi Frekuensi karakteristik Responden Di Ruang Wijaya Kusuma (WK), Teratai Dan
Bougenvile (BGF) Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi Tahun 2019.
No Variabel Kategori Frekuensi (%)
1 15-30 17 56,7
2 Umur 31-45 6 20
3 46-65 7 23,3
Jumlah 30 100
Variabel Kategori Frekuensi (%)
1 SD 2 6,7
2 Pendidikan SMP 10 33,3
3 SLTA 14 46,7
4 Perguruan Tinggi 4 13,3
Jumlah 30 100
Variabel Kategori Frekuensi (%)
1 Pegawai Swasta 8 26,7
2 Petani 3 10
3 Pekerjaan IRT 7 23,3
4 Mahasiswa 3 10
5 Pelajar 9 30
Jumlah 30 100
Variabel Kategori Frekuensi (%)
1 Jenis Laki-Laki 14 47
2 Kelamin Perempuan 16 53
Jumlah 30 100
(Sumber: Abdul Manan Karatlau, 2019)
Dari Tabel 5.1 diatas dapat diketahui bahwa Tabel 5.1 diatas dapat diketahui bahwa dari
dari 30 (100 %) responden, menunjukkan 30 (100 %) responden, menunjukkan bahwa
bahwa responden yang berumur 15-30 tahun responden yang bekerja sebagai Pegawai
sebanyak 17 orang (56,7%), usia 31-45 Swasta sebanyak 8 orang (26,7%), Petani
tahun sebanyak 6 orang (20%) dan sebanyak 3 orang (10%), IRT sebanyak 7
responden yang berusia 46-65 tahun orang (23,3%), Mahasiswa sebanyak 3 orang
sebanyak 7 orang (23,3%). (10%) dan responden yang bekerja sebagai
Dari Tabel 5.1 diatas dapat diketahui bahwa Pelajar sebanyak 9 orang (30%).
dari 30 (100 %) responden, menunjukkan Tabel 5.1 diatas dapat diketahui bahwa dari
bahwa responden yang berpendidikan SD 30 (100 %) responden, menunjukkan bahwa
sebanyak 2 orang (6,7%), SMP sebanyak 10 responden yang berjenis kelamin Laki-Laki
orang (33,3%), SMA sebanyak 14 orang sebanyak 14 orang (47%) dan responden
(46,7%), dan responden yang berpendidikan yang berjenis kelamin Perempuan sebanyak
Perguruan Tinggi sebanyak 4 orang (13,3%). 16 orang (53%).
Dari
Tabel 2
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa mayoritas sebanyak 9 responden (30%) dan dukungan
responden memiliki dukungan keluarga keluarga kurang sebanyak 6 responden
cukup sebanyak 16 responden (53,3%) (20%).
diikuti dengan dukungan keluarga cukup
Tabel 3
Jumlah 30 100
(Sumber: Abdul Manan Karatlau, 2019)
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa mayoritas operasi apendisitis diruang Wijaya Kusuma
responden memiliki tingkat kecemasan (WK), Teratai, dan Bougenvile (BGF) di
ringan sebanyak 18 responden (60%) diikuti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi,
dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak pada penelitian ini menggunakan uji
9 responden (30%) dan tingkat kecemasan koefisien korelasi Spearman (Correlations
berat sebanyak 3 responden (10%). Spearman’s Rho)
Hubungan dukungan keluarga dengan
tingkat tingkat kecemasan pada pasien pre
Tabel 4
Hasil Analisa Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre
Operasi Di Ruang Wijaya Kusuma (WK), Teratai Dan Bougenvile (BGF) Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Bekasi Tahun 2019
Berdasarkan tabel 5.4 hasil analisa sedang, dari 30 responden (100,0%) yang
bivariat dengan mengunakan uji korelasi chi mendapatkan dukungan keluarga dengan
square dengan jumlah 30 responden dapat baik sebanyak 12 (40,0%) dengan klasifikasi
disimpulkan hasil penelitian menunjukan 5 (16,7%) dengan dukungan keluarga
bahwa dari 30 (100,0%), responden yang ringan, sedang sebanyak 4 (13,3%)
mendapatkan dukungan keluarga dengan responden dan berat sebanyak 3 (10,0%)
cukup sebanyak 16 (53,3%) dengan responden, responden yang mendapatkan
klasifikasi 11 (36,7%) responden dengan dukungan keluarga kurang dengan
tingkat kecemasan ringan dan 5 (16,7%) klasifikasi 2 (6,7%) responden dengan
responden dengan tingkat kecemasan
dukungan keluarga ringan sebanyak 2 menginjak pendidikan SMA (Sekolah
(6,7%) responden. Menegah Atas) pada jenjang ini seseorang
lebih cenderung mencari tahu apa-apa yang
Berdasarkan hasil analisa ststistik belum pernah dia coba, seperti contohnya
dengan menggunakan uji Chi Square di yang berkaitan dengan kesehatan,
peroleh p value 0,161 dapat disimpulkan melakukan tindakan atau kebiasaan yang
bahwa p value (0,016) < (0,05) sehingga berbeda dengan keadaan normal, begitu pula
dapat dinyatakan bahwa H0 di tolak yang dengan mengkonsumsi atau mencicipi
artinya ada Hubungan Dukungan Keluarga makanan dengan kurang melihat
Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre kehygienesan, dan kebersihan, karena di
Operasi di Ruang Wijaya Kusuma (WK), sebabkan oleh dorongan kemauan dan
Teratai dan Bougenvile (BGF) Rumah Sakit motivasi diri untuk selalu mencoba sesuatu
Umum Daerah Kota Bekasi 2019 yang belum pernah dia jumpai sebelumnya.
PEMBAHASAN Dengan demikian pada jenjang ini seseorang
akan lebih rentan menderita penyakit
Penjelasan hasil yang akan di apendik, hal ini seperti dikemukakan oleh
8
jelaskan pada bab ini mengacu pada tujuan yang mengatakan Keyakinan seseorang
khusus yaitu mengetahui karakteristik terhadap adanya dukungan terbentuk oleh
responden berdasarkan, Umur, Pendidikan, variable intelektual yang terdiri dari
Pekerjaan, dan jenis kelamin. Mengetahui pengetahuan, latar belakang pendidikan, dan
distribusi frekuensi dukungan keluarga pada pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif
pasien pre operasi apendisitis di Ruang akan membentuk cara berfikir seseorang
Wijaya Kusuma (WK), Teratai Dan termasuk kemampuan untuk memahami
Bougenvile Rumah Sakit Umum Daerah faktor–faktor yang berhubungan dengan
Kota Bekasi. Mengetahui distribusi penyakit dan menggunakan pengetahuan
frekuensi tingkat kecemasan pada pasien pre tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan
operasi apendisitis di Ruang Wijaya Kusuma dirinya. Pekerjaan juga sangat
(WK), Teratai Dan Bougenvile Rumah Sakit mempengaruhi kerentanan seseorang
Umum Daerah Kota Bekasi dan mengetahui menderita apendik, dikaitkan factor ekonomi
hubungan dukungan keluarga terhadap dalam realitanya bahwa semakin tinggi
tingkat kecemasan pada pasien pre operasi kemampuan ekonomi seseorang maka akan
apendisitis di Ruang Wijaya Kusuma (WK), semakin tanggap dengan penyakit dalam
Teratai Dan Bougenvile Rumah Sakit artian akan lebih mampu dalam materi untuk
Umum Daerah Kota Bekasi. mencari solusi maupun pencegahan terhadap
gangguan yang menyerang dirinya. Dalam
Karakteristik Responden Berdasarkan hal ini Seorang IRT (Ibu Rumah Tangga)
Umur,Pendidikan, Pekerjaan Dan Jenis akan lebih cenderung menderita apendik,
Kelamin apabila kita telaah seorang IRT tidak
memiliki pekerjaan, dan kehidupan
Apendisitis dapat terjadi pada ekonominya bergantung pada gaji seorang
semua usia namun jarang terjadi pada usia suami dengan demikian seorang IRT lebih
dewasa akhir dan balita, kejadian apendisitis kurang tanggap terhadap kesehatan atau
ini meningkat pada usia remaja dan dewasa. dengan kata lain lebih sering menghiraukan
Usia 20-30 tahun bisa dikategorikan sebagai gangguan-gangguan ataupun factor
usia produktiif. Dimana orang yang berada penyebab gangguan tersebut. Apa lagi bila
pada usia tersebut melakukan banyak sekali di kaitkan dengan tingkat kesibukan seorang
kegiatan. Hal ini menyebabkan orang IRT yang sangat sibuk dengan berbagai
tersebut mengabaikan nutrisi makanan yang rutinitas rumah tangga sehingga kecil
dikonsumsinya. Akibatnya terjadi kesulitan kemungkinan untuk memperhatikan dirinya
buang air besar yang akan menyebabkan sendiri lebih optimal, hal yang sama
peningkatan tekanan pada rongga usus dan dikemukakan oleh 8yang mengatakan bahwa
pada akhirnya menyebabkan sumbatan pada factor social ekonomi akan mempengaruhi
saluran apendiks 7Masalah pendidikan keyakinan kesehatan dan cara
sangat berkaitan dengan tingkat pengetahuan pelaksanaannya. Semakin tinggi tingkat
seseorang dalam menghindari gangguan- ekonomi seseorang ia akan lebih cepat
gangguan kesehatan, demikian juga dengan tanggap terhadap gejala penyakit yang
penyakit apendisitis jenjang pendidikan yang dirasakan. Sehingga ia akan segera mencari
tergolong labil adalah pada masa seseorang
pertolongan ketika merasa ada gangguan adalah penilaian yang positif. Selain itu
pada kesehatannya9 dukungan yang diberikan oleh keluarga pada
Berdasarkan jenis kelamin, responden responden, dapat dilihat dari keluarga yang
perempuan sebanyak 16 responden (53%). selalu memberikan informasi berupa saran,
Dapat di simpulkan bahwa sebagian besar dan motivasi. hal ini dapat di lihat dari hasil
pasien yang ada di ruang Wijaya Kusuma penelitian terdapat 17 orang (56,7%)
(WK), Teratai Dan Bougenvile (BGF) keluarga menanyakan perasaan responden
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi sebelum di operasi, 15 orang (50%) keluarga
yaitu di dominasi oleh perempuan di mengatakan bahwa semua akan baik-baik
banding laki-laki. saja, 14 orang (46,7%) keluarga mendorong
responden agar lebih dekat dengan tuhan,
Dukungan Keluarga dan 18 orang (60%) keluarga mengatakan
agar responden selalu sabar selama di rawat
Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan di rumah sakit. Di mana Keluarga berfungsi
bahwa dukungan keluarga pada pasien pre sebagai sebuah kolektor dan diseminator
operasai apendisitis di ruang Wijaya (penyebar) informasi tentang dunia,
Kusuma (WK), Teratai, dan Bougenvile menjelaskan tentang pemberian saran,
(BGF) di Rumah Sakit Umum Kota Bekasi sugesti informasi yang dapat digunakan
di atas menunjukan dari total 30 responden mengungkapkan suatu permasalahan.
dengan variabel dukungan keluarga di Manfaat dari dukungan ini adalah dapat
dapatkan responden terbanyak yaitu menekan munculnya suatu stressor karena
berjumlah 16 responden (53%) dengan informasi yang diberikan dapat
memilih kategori dukungan keluarga cukup. menyumbangkan aksi sugesti yang khusus
pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan
Dari hasil penelitian bahwa pasien ini adalah nasihat, usulan, saran, petunjuk
yang mendapatkan dukungan dari keluarga dan pemberian informasi. 4bentuk dukungan
dalam katagori baik 12 orang (40%), ini melibatkan pemberian informasi dimana
dukungan dalam katagori cukup 16 orang keluarga menjelaskan tentang pemberian
(53,3%) hal ini karena hasil dari jawaban saran, sugesti, informasi yang dapat
dukungan keluarga yang di terima oleh digunakan mengungkapkan suatu masalah.
peneliti dari 30 responden terdapat 15 Bentuk dukungan keluarga yang di berikan
responden (50%) keluarga menunggui kepada responden dapat di wujudkan dengan
responden selama di rumah sakit, 30 dukungan instrumental, ini dapat di lihat dari
responden (100%) kelurga menyetujui hasil penelitian di mana di temukan 16
operasi yang akan di laksanakan pada diri responden (53,3%) keluarga membantu
responden, 30 responden (100%) keluarga responden dalam pemberian obat, 19
mengantar responden ke rumah sakit, dan 15 responden (63,3%) keluarga membantu
orang (50%) keluarga membantu kebutuhan responden dalam kebutuhan makan dan
responden jika responden tidak bisa minum, 18 responden (60%) keluarga
melakukan sendiri., Maka dari hasil membantu dalam pembiayaan responden,
penelitian di atas, peneliti menyimpulkan dan 15 responden (50%) keluarga membantu
dukungan keluarga yang baik adalah di dalam persiapan operasi, tentunya dukungan
mana keluarga dapat memberikan bimbingan ini sangatlah membantu pasien selama
kepada pasien, pada saat pasien akan pasien di rawat di rumah sakit. Di mana
menghadapi operasi apendisitis dalam hal ini Keluarga merupakan sebuah sumber
kaitannya dengan pemberian penghargaan pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya
sebagai penilaian positif yang secara tidak bantuan langsung dari orang yang bisa
langsung keluarga memberikan kekuatan diandalkan seperti materi, tenaga, dan
pada responden Hal ini berkaitan dengan sarana. Manfaat dukungan ini adalah
pendapat. mendukung pulihnya energi atau stamina
10
dukungan penilaian yaitu suatu dan semangat yang menurun selain itu
penghargaan yang diberikan seseorang individu merasa bahwa masih ada perhatian
kepada pihak lain berdasarkan kondisi atau kepedulian dari lingkungan terhadap
sebenarnya dari penderita. Penilainan ini seseorang yang sedang mengalami
bisa positif dan negatif yang mana kesusahan atau penderitaan. Selain itu
pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang dukungan dapat diberikan pada penderita
berkaitan dengan dukungan sosial keluarga dalam hal kebutuhan makan dan minuman,
maka penilaian yang sangat membantu istirahat, terhindar penderitaan dan
kelelahan. 4bentuk dukungan ini merupakan dengan kesiapan seseorang dalam
sumber pertolongan praktis dan konkrit, menghadapi permasalahan kesehatan
diantaranya adalah dalam hal kebutuhan terlebih dalam menghadapi operasi. Hal ini
keuangan, makan, minum dan istirahat. berkaitan dengan pernyataan 8Bahwa, cara
Kenyataan lain juga dukungan keluarga di bagaimana keluarga memberi dukungan
berikan pada responden melalui dukungan biasanya mempengaruhi penderita dalam
emosional , berdasarkan hasil dari melaksanakan kesehatannya, kesembuhan
penelitian, peneliti menemukan 22 orang pasien sangat di dukung dengan support
(73,3%) keluarga mendengarkan semua keluarga dengan lingkungan sekitarnya.
keluh kesah responden, 16 responden Dapat disimpukan dari data di atas
(53,3%) keluaraga menenagkan responden bahwasannyan dukungan yang di berikan
bila responden sedang marah dan tertekan oleh keluarga dapat membuat pasien lebih
dengan kondisinya, 15 responden (50%) tenang karena pasien merasa di perhatikan
keluarga mengerti bila responden tidak oleh keluarga sehingga rasa percaya diri
menerima kondisinya, dan 16 responden pasien dapat timbul sebelum pasien
(53,3%) keluarga memotivasi responden melaksanakan operasi apendisitis.
untuk dapat menerima segala kemungkinan Sedangkan pada pasien dengan dukungan
yang terjadi. Keluarga sebagai tempat yang keluarga kurang, di mana keluarga kurang
aman dan damai untuk istirahat dan memperhatikan pasien, dengan alasan
pemulihan serta membantu penguasaan ekonomi lemah, maupun jauhnya jarak
terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan tempuh dari rumah sakit, di harapkan
emosional meliputi dukungan yang keluarga pasien agar dapat memberikan
diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya dukungan dan perhatian lebih kepada pasien
kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan secara moril maupun material, hal ini di
didengarkan 10dukungan penilaian adalah harapkan agar timbul rasa percaya diri
berupa dukungan simpati dan empati, cinta, pasien sebelum melaksanakan operasi
kepercayaan dan penghargaan. Dengan apendisitis.
demikian sesorang yang menghadapi
persoalan merasa tidak menanggung beban Tingkat Kecemasan
sendiri tetapi masih ada orang lain
memperhatikan, mau mendengar segala Berdasarkan Hasil yang telah di
keluhannya, bersimpati dan empati terhadap lakukan terhadap tingkat kecemasan pada
persoalan yang dihadapinya, bahkan mau pasien pre operasi apendisitis di Wijaya
membantu memecahkan masalah yang Kusuma (WK), Teratai, dan Bougenvile
dihadapinya. Dari penelitian ini juga di (BGF) di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
temukan responden yang mendapat Bekasi didapatkan hasil dari total 30
dukungan keluarga kurang sebanyak 2 responden didapatkan responden terbanyak
responden (6,7%) hal ini di sebabkan karena berjumlah 18 responden (60%) dengan
keluarga kurang memperhatikan responden, kategori tingkat kecemasan ringan. Dari
ini dapat di lihat dari tidak ada anggota hasil penelitian, pasien yang berada pada
keluarga yang menunggui pasien di rumah tingkat kecemasan berat ditemukan 3 orang
sakit dengan alasan jauh dari tempat tinggal, (10%), hal ini ditunjukkan dengan pasien
sehingga keluarga tidak dapat membantu sangat merasa cemas dan khawatir ataupun
kebutuhan responden di rumah sakit, tidak siap menjalani operasi dapat dilihat
keluarga juga tidak menanyakan perasaan dengan adanya perubahan respon fisiologis
responden sebelum di operasi, tidak maupun perilaku, seperti napas pendek,
memberikan dukungan moral maupun tekanan darah naik, pasien berkeringat,
spiritual, bahkan keluarga tidak membantu mudah tersinggung bahkan menunjukan
pasien dalam pemberian obat, kebutuhan perilaku yang tidak sesuai. Pasien
makan dan minum, juga dalam pembiyayaan mengatakan tidak siap karena takut bila
operasi responden, keluarga juga tidak operasi tidak berjalan lancar yang dapat
memberikan motivasi maupun dorongan menyebabkan kematian pada pasien,
seperti mendengarkan keluh kesah atau sehingga pasien terlihat mudah tersinggung
menenangkan responden saat responden dan gampang marah. Juga pada pasien
merasa marah atu tertekan. Hal ini sangatlah lainnya beralasan merasa kurang siap karena
bertolak belakang dengan dukungan tidak ada keluarga di sampingnya sehingga
keluarga yang harus di berikan. Padahal, pasien merasa sangat terancam, tidak
dukungan keluarga sangatlah berpengaruh berdaya, bahkan kadang-kadang sakit kepala
sampai penglihatan pasien kabur ini dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-
merupakan dampak kecemasan pasien itu hari. Dalam tingkat ini seseorang lebih
sendiri. Pusat perhatiannya pada persoalan waspada dan lapangan presepsinya
yang lebih detail dan tidak dapat berfikir meningkat seperti melihat, mendengar dan
tentang hal–hal lain. Seluruh prilaku gerakan mengenggam lebih kuat. Tingkatan
dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan ini dapat memotivasikan untuk belajar dan
dan perlu banyak perintah / arahan yang meningkatkan perkembangan seseorang.
berfokus pada area lain. Tanda dan gejala, Pada tingkatan ini, biasanya pikirannya
napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, muncul tanda dan gerakan seperti: jantung
rasa tertekan, nyeri dada, agitasi, berdebar, gelisah, lebih banyak bicara dari
berkeringat, sakit kepala penglihatan kabur biasanya dan tangan gemetar. Dari hasil
dan tegang, tidak perhatian pada sesuatu, penelitian pada tingkat kecemasan peneliti
pemecahan masalah yang digunakan efektif, menemukan kendala pada saat pengambilan
dan butuh seseorang, perasaan terancam data pada responden yang mengalami
meningkat, perasaan tidak berdaya, kecemasan berat, karena responden sulit di
munculnya tingkah laku yang tidak sesuai, ajak berkomunikasi. Untuk mengatasi
banyak menggunakan koping mekanisme, keadaan ini diharapkan keluarga dapat
cepat tersinggung, disorientasi, bingung, memberikan dukungan yang berupa
blocking dan halusinasi mungkin ada. Hasil pendekatan, motivasi dan dorongan begitu
penelitian di temukan 9 orang (30%) yang juga perawat lebih menekankan pendidikan
berada pada tingkat kecemasan sedang, ini kesehatan kepada keluarga dan pasien
disebabkan dari hasil penelitian di temukan tentang proses dan dampak operasi
bahwa sebagian besar peran keluarga yang apendisitis, selain dari pada itu untuk
di berikan cukup, namun seringkali pasien memenuhi kebutuhan spiritual pasien
sendiri yang merasa sedikit cemas dengan dengan menghadirkan tokoh agama ataupun
kondisinya setelah operasi nanti, sehingga bimbingan kerohanian sebelum operasi di
pasien terlihat sering meremas jari laksanakan, hal ini di harapkan dapat
tangannya sendiri, pada pasien yang lain mengurangi tingkat kecemasan pasien.
beralasan merasa dirinya tidak berguna,
karena tidak mampu sendiri memenuhi Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
kebutuhan dasarnya. Hal ini sesuai dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre
pernyataan Peplau di kutip dalam 11yang Operasi Di Ruang Wijaya Kusuma (WK),
mengatakan Seseorang pada tingkatan ini, Teratai Dan Bougenvile (BGF) Rumah
biasanya akan mengalami lapangan persepsi Sakit Umum Daerah Kota Bekasi 2019
yang menyempit, lebih perilakunya
ditunjukkan untuk mencapai ketenangan dan Hubungan dukungan keluarga
membutuhkan banyak bimbingan untuk dengan tingkat tingkat kecemasan pada
memperhatikan keadaan. Tanda dan gejala pasien pre operasi apendisitis diruang
yang muncul biasanya seperti memainkan Wijaya Kusuma (WK), Teratai, sssdan
atau meremas jari, kecewa, tidak berdaya, Bougenvile (BGF) di Rumah Sakit Umum
merasa bodoh terhadap tindakan yang Daerah Kota Bekasi pada penelitian ini
dilakukan dan merasa tidak berharga. Dari menggunakan uji koefisien korelasi
hasil penelitian di temukan 18 orang (60%) Spearman (Correlations Spearman’s Rho).
berada pada tingkat kecemasan ringan, hal
ini di tunjukkan dengan pasien merasa Berdasarkan hasil penelitian yang
gelisah, jantung berdebar, tremor dan dilihat pada table 5.4, Tanda (*)
gemetar, di sebabkan oleh pasien merasa menunjukkan adanya korelasi signifikan
sedikit gugup karena akan menjalani operasi, pada tingkat kepercayaan 95% (0,05).
kondisi pasien yang tidak terlalu cemas di Sedangkan angka sig.(2-tailed) adalah 0,033
karenakan dukungan keluarga yang sangat masih lebih kecil daripada batas kritis α =
baik, pada beberapa pasien mengatakan 0,05, berarti terdapat hubungan yang
bahwa hanya merasa sedikit gugup akan signifikan antara kedua variabel (0,033<
berhadapan dengan alat operasi, dan harus 0,05) dengan besar korelasi antar variable
mengalami pembedahan bagian tubuhnya. adalah 0,390 berarti bahwa Ho ditolak Ha
Kondisi dan gejala seperti ini sejalan dengan diterima hal ini menunjukkan terdapat
pernyataan Peplau di kutip dalam 11yang hubungan yang signifikan antara dukungan
mengatakan gejala seseorang berada pada keluarga dengan tingkat kecemasan pada
tingkat kecemasan ringan berhubungan pasien pre operasi Apendisitis diruang
Wijaya Kusuma (WK), Teratai, dan Wijaya Kusuma (WK), Teratai, dan
Bougenvile (BGF) di Rumah Sakit Umum Bougenvile (BGF) di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Bekasi. Di terimanya hipotesisi Daerah Kota Bekasi. Dengan kekuatan
menunjukan dukungan keluarga korelasi 0,390 dan masuk kedalam kategori
berpengaruh terhadap tingkat kecemasan tinggi. Penggunaan uji kolerasi spearman
pada pasien pre operasi apendisitis. dari penelitian ini bersifat positif yang juga
Dukungan keluaraga terhadap membuktikan bahwa semakin baik
pasien pre operasi apendisitis dapat dukungan keluarga diberikan maka semakin
menyebabkan adanya ketenangan dan rasa rendah tingkat kecemasan pasien pre operasi
aman pada pasien yang di rawat di ruang apendisitis dan sebaliknya semakin kurang
Wijaya Kusuma (WK), Teratai, dan dukungan keluarga yang diberikan maka
Bougenvile (BGF) di Rumah Sakit Umum semakin tinggi tingkat kecemasan pasien pre
Daerah Kota Bekasi. Hasil penelitian operasi apendisitis.
menunjukan bahwa 18 orang (60%) pada Saran
tingkat kecemasan ringan, subjek pasien
berada pada kategori dukungan keluarga Dari hasil penelitian, di harapkan
baik. Dukungan keluarga yang baik saat kepada pihak Rumah Sakit Umum Daerah
pasien di rawat di rumah sakit adalah dengan Kota Bekasi, agar setiap pasien yang akan
cara menerima kondisi pasien, memenuhi menjalani operasi apendisitis, terlebih
kebutuhan selama di rumah sakit, dahulu di berikan bimbingan keagamaan
memberikan support, mendoakan pasien, sebelum di laksanakan operasi. Dan
mendengarkan keluh kesah pasien, diharapkan kepada perawat ruangan agar
menerima kondisi pasien dan selalu berada lebih peka dan memiliki pemahaman
di samping pasien selama pasien di rawat di pentingnya dukungan keluarga pada pasien
Rumah sakit. Dukungan keluarga dapat pre operasi apendisitis dan terlebih dahulu
mencegah tingkat kecemasan pada pasien memberikan pendidikan kesehatan tentang
pre operasi. Dari hasil penelitian dapat di prosedur pembedahan tentunya akan
simpulkan bahwa ada hubungan dukungan meminimalkan tingkat kecemasan pasien pre
keluarga dengan tingkat kecemasan pada operasi terhadap tindakan pembedahann.
pasien pre operasi di ruang Wijaya Kusuma Dalam pendidikan keperawatan perlu
(WK), Teratai, dan Bougenvile (BGF) di menekankan pemahaman pada peserta didik
Rumah Sakit Umum Daerah Kota bekasi. bahwa pada pasien pre operasi apendisitis
yang di rumah sakit bukan hanya gejala fisik
SIMPULAN DAN SARAN saja yang perlu mendapatkan perhatian
khusus, tetapi juga harus memperhatikan
Simpulan gejala psikologis yang timbul. Diharapkan
untuk bagi keluarga untuk memberikan
Penelitian ini dilakukan pada 30 support yang berupa motivasi, dukungan,
responden di ruang Wijaya Kusuma (WK), dan bimbingan baik berupa moril dan
Teratai, dan Bougenvile (BGF) di Rumah material agar pasien lebih tenang untuk
Sakit Umum Daerah Kota Bekasi. Di dapat menjalani operasi apendisitis. Bagi peneliti
bahwa dukungan keluarga dalam kategori selanjutnya diharapkan agar lebih menggali
baik sebanyak 12 orang (40%), dukungan lagi faktor-faktor yang mampu
keluarga dalam kategori cukup sebanyak 16 mempengaruhi tingkat kecemasan pada
orang (53,3%) dan dukungan keluarga dalam pasien pre operasi apendisitis. Karena
kategori kurang sebanyak 2 orang (6,7%). keterbatasan peneliti sehingga peneliti
Dengan tingkat kecemasan pasien pre menyarankan untuk peneliti selanjutnya
operasi apendisitis, pada tingkat kecemasan dilakukan penelitian dengan diagnose
berat sebanyak 3 orang (10%), yang berada penyakit yang sama untuk pasien pre operasi
pada tingkat kecemasan sedang 9 orang apendisitis
(30%), dan 18 orang (60%) berada pada
tingkat kecemasan ringan.
Berdasarkan hasil penelitian dan
uraian pembahasan pada penelitian ini
menunjukan ada hubungan dukungan
keluaraga dengan tingkat kecemasan pada
pasien pre operasi apendisitis di Ruang
DAFTAR PUSTAKA Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah Siti Aisyah.
Apriani, Suci, NH. (2013). Hubungan Lubuklinggau. Vol 5. P.579-592.
Dukungan Keluarga Dengan
Tingkat Kecemasan Pasien Pre
Operasi Di Ruang Perawatan
Bedah Baji Kamase 1 dan 2 Rumah
Sakit Labuang Baji Makassar.
Makassar, p.13-29
Bunner & Suddart (1996) keperawatan
Medikal Bedah Edisi 8 Volume 1,
Jakarta EGC
Friedman M. Marilyn (2013)
Keperawatahn Keluarga Teori Dan
Praktek, Jakarta EGC
Hawari, D (2016) Manajemen Stress dan
Depresi, Fakultas Kedokteran
Umum Indonesia Jakarta
Jitowiyono (2010) Asuhan Keperawatan
Post Operasi, Yogyakarta Mulia
Medika
Kuncoro (2012) Konsep Dukungan
Keluarga , http//.Scribd.Com , Di
akses Hari senin : 15 oktober
2012 Jam 10.30.WIB
Mutaqqin Arif & Sari, Kumala (2009)
Asuhan Keperawatan Prepriotif
Konsep , Proses dan Aplikasi,
Jakarta Salemba Medika
Nursalam (2012) Konsep dan Penerapan
Metidiologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi
Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan Edisi 2 , Jakarta
Salemba Medika
Purnawan, I. (2013). Dukungan keluarga.
Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
Riyadi Sujono & Purwanto Teguh (2012)
Asuhan Keperawatan Jiwa ,
Yogyakarta Graha Ilmu
Setiadi (2014) Konsep dan Proses
Keperawatan Keluarga,
Yogyakarta Graha Ilmu
Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong (1998)
Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi
, Jakarta EGC
Sukmadi Arfian , Hubungan Dukungan
Keluarga dengan Tingkat
Kecemasan Pada Pasien Pre
Operasi Apendiksitis di RSU
Provensi NTB
Tahun2011.http://Sukmadi.blogspot
.com/2012/03/bab 1.di akses pada
hari senin Jam 10.30. WIB
Soewito, B. 2017. Jurnal Keperawatan.
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kecemasan Pada
Pasien Pre Operasi Apendisitis Di