Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN

PRAKTIKUM LAS 1

COVER

Oleh:

Dedi Darmawan 18.21401.022

JURUSAN TEKNIK MESIN

POLITEKNIK KOTABARU

2018

i
Jurusan Teknik Mesin Semester : GANJIL

Politeknik Kotabaru Periode : 2018/2019

Jl. Raya Stagen km 9,5

KARTU ASISTENSI

Mata Kuliah Praktikum Las 1 Kelompok


Judul Pembuatan Manik dan Kampuh Nama Dedi Darmawan

No. Tanggal Keterangan Paraf

Kotabaru,
Pembimbing

Muhammad Faisal, S.Pd., M.T.

NIK. 16 021 068

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, nikmat
dan karunia-Nya, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah pengelasan dari mata kuliah Teknik Pengelasan oleh
Bapak Muhammad Faisal, S.Pd., M.T. guna memperoleh salah satu prasyarat
pemberian nilai oleh mata kuliah bersangkutan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini adalah berkat


bantuan, bimbingan dan dukungan dari semua pihak baik moral maupun material.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis menghaturkan rasa
terima kasih kepada yang pihak-pihak yang telah membantu.

Semoga amal kebajikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat


pahala dan mendapat amal yang di ridhoi oleh Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa karya sederhana ini masih jauh dari


kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik untuk perbaikan makalah ini akan
penulis terima dengan senang hati dan yang terakhir. Semoga karya sederhana ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Amien.

Setelah mengikuti kegiatan praktikum ini, semua mahasiswa diharapkan


menjadi calon tenaga kerja yang profesional, handal berwawasan industri serta
mampu mandiri menyongsong era globalisasi yang tidak terelakkan lagi. Artinya
mampu mengusai dan mengimplementasikan semua apa yang didapat selama di
bangku kuliah dan mengikuti praktikum ini, berhasil mewujudkan dalam dunia
kerja nyata di lapangan.

Kotabaru, Desember 2018


Penyusun

Dedi Darmawan

iii
iv
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................i
KARTU ASISTENSI...............................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................2
C. Maksud dan Tujuan...........................................................................2
D. Manfaat..............................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI.................................................................................3
A. Prinsip Kerja Las SMAW..................................................................3
B. Cacat Pengelasan...............................................................................8
C. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pengelasan...............................11
BAB III PEMBAHASAN.....................................................................................14
A. Persiapan Alat dan Bahan................................................................14
B. Prosedur K3.....................................................................................20
C. Prosedur Kerja.................................................................................21
D. Hasil Pembahasan............................................................................23
BAB IV PENUTUP..............................................................................................25
A. Kesimpulan......................................................................................25
B. Saran................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lelehan SMAW.....................................................................................3

Gambar 2. Tempat Pengerjaan.................................................................................4

Gambar 3. Cacat Undercut.......................................................................................8

Gambar 4. Cacat Porositas.......................................................................................9

Gambar 5. Slag Inclusion.......................................................................................10

Gambar 6. Mesin Las.............................................................................................14

Gambar 7. Kabel Las.............................................................................................15

Gambar 8. Palu Las................................................................................................16

Gambar 9. Holder Elektrode..................................................................................16

Gambar 10. Sikat Kawat........................................................................................16

Gambar 11. Klem Massa........................................................................................17

Gambar 12. Tang Penjepit.....................................................................................17

Gambar 13.Gerinda Tangan...................................................................................18

Gambar 15. Plate....................................................................................................18

Gambar 16. Kawat Las (Elektroda).......................................................................19

Gambar 17. Helm/topeng Las................................................................................19

Gambar 18. Sarung Tangan Las.............................................................................20

DAFTAR TABEL

vi
Tabel 1. Jenis Elektroda...........................................................................................7

Tabel 2. Jenis Amper...............................................................................................7

Tabel 3. Panduan pemilihan jenis filter/lensa untuk perlindungan mata...............12

vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Teknik pengelasan secara sedeerhana telah diketemukan dalam rentang


waktu antara 4000 sampai 3000 SM. Setelah energi listik diergunakan dengan
mudah, teknologi pengelasan maju dengan pesatnya sehingga manjadi suatu
teknik yang mutahir. Hingga saat ini telah dipergunakan lebih dari 40 jenis
pengelasan.

Pada tahap-tahap permulaan dari pengembangan teknologi las biasanya


pengelasan hanya digunakan pada sambungan-sambungan dari reparasi yang
kurang penting. Tapi setelah melalui pengalaman dan praktek yang banyak
dan waktu yang lama maka sekarang penggunaan proses-proses pengelasan
dan penggunaan konstruksi-konstruksi las merupakan hal yang umum disemua
negara di dunia.

Terwujudnya standar-standar teknik pengelasan akan membatu


memperluas ruang lingkup pemakaian sambungan las dan memperbesar
ukuran bangunan konstruksi yang dapat di las. Dengan kemajuan yang dapat
dicapai sampai saat ini, teknologi las memegang peranan penting dalam
masyarakat industri modren.

Prosedur pengelasan kelihatannya sangat sederhana, tetapi sebenarnya


didalamnya banyak masalah-masalah yang harus diatasi dimana
pemecahannya memerlukan bermacam-macam pengetahuan. Karena itu
didalam pengelasan, pengetahuan harus turut serta mendampingi praktek.
Secara lebih terperinci dapat dikatakan bahwa perancangan konstruksi
bangunan dan mesin dengan sambungan las, harus direncanakan pula tentang
cara-cara pengelasan, cara pemeriksaan, bahan las, dan jenis yang akan
digunakan, berdasarkan fungsi dan bagian-bagian bangunan atau mesin yang
dirancang.

1
2

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana menggunakan mesin las SMAW?


2. Bagaimana cara mengetahui teknik pengelasan?
3. Apa pengertian las SMAW?
4. Apa itu kampuh?
5. Bagaimana memotong kampuh dengan baik?
6. Bagaimana prosedur keselamatan kerja?
7. Bagaimana tingkat keamanan mesin bagi pengguna?
8. Bagaimana situasi ketika mengelas?
9. Bagaimana cara merawat mesin las SMAW?

C. Maksud dan Tujuan

1. Untuk mengetahuai penggunaan msein las SMAW


2. Untuk mengetahui teknik pengelasan
3. Untuk mengetahuai safety menggunakan las
4. Untuk mengetahui pengertian kampuh
5. Untuk mengetahui pembuatan kampuh
6. Untuk mengetahui prosedur keselamatan kerja saat mengelas
7. Untuk mengetahui tingkat keamanan mesin bagi pengguna

D. Manfaat

1. Memberikan informasi tentang alat dan bahan yang dibutuhkan dalam


melakukan pengelasan
2. Memberikan informasi dalam proses pengelasan
3. Sebagai salah satu referensi mengenai prosedur atau cara pengelasan
4. Terciptanya mahasiswa yang mempunyai keterampilan dalam kerja las.
5. Mahasiswa dapat menerapkan praktek kerja las dalam kehidupan sehari-
hari
6. Mahasiswa dapat membuat alur las yang baik.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Prinsip Kerja Las SMAW

Proses pengelasan (welding) merupakan salah satu proses


penyambungan material (material joining). Adapun untuk definisi dari proses
pengelasan yang mengacu pada AWS (American Welding Society), proses
pengelasan adalah proses penyambungan antara metal atau non-metal yang
menghasilkan satu bagian yang menyatu, dengan memanaskan material yang
akan disambung sampai pada suhu pengelasan tertentu, dengan atau tanpa
penekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi. Meskipun dalam metode
proses pengelasan tidak hanya berupa proses penyambungan, tetapi juga bisa
berupa proses pemotongan dan brazing. Proses pengelasan dibedakan menjadi
beberapa jenis, dan SMAW merupakan salah satu proses pengelasan yang
umum digunakan, utamanya pada pengelasan singkat dalam produksi,
pemeliharaan dan perbaikan, dan untuk bidang konstruksi.

SMAW (Shielded Metal Arc Welding) adalah proses pengelasan


dengan mencairkan material dasar yang menggunakan panas dari listrik antara
penutup metal (elektroda).

Gambar 1. Lelehan SMAW

3
4

SMAW merupakan pekerjaan manual dengan peralatan meliputi power


source, kabel elektroda (electrode cable) , kabel kerja (work cable), electrode
holder, work clamp, dan elektroda. Elektroda dan sistem kerja adalah bagian
dari rangkaian listrik. Salah satu dari dua kabel dari sumber listrik terpasang
ke bekerja, selebihnya melekat pada pemegang elektroda, seperti yang terlihat
pada gambar di bawah ini

Gambar 2. Tempat Pengerjaan

Sebagaimana dalam AWS (American Welding Society), prinsip dari


SMAW adalah menggunakan panas dari busur untuk mencairkan logam dasar
dan ujung sebuah consumable elektroda tertutup dengan tegangan listrik yang
dipakai 23-45 Volt, dan untuk pencairan digunakan arus listrik hingga 500
ampere yang umum digunakan berkisar antara 80–200 ampere. Dimana dalam
proses SMAW dapat terjadi oksidasi, hal ini perlu dicegah karena oksidasi
metal merupakan senyawa yang tidak mempunyai kekuatan mekanis. Adapun
untuk mencegah hal tersebut maka bahan penambah las dilindungi dengan
selapis zat pelindung yang disebut flux atau slag yang ikut mencair ketika
pengelasan. Tetapi karena berat jenisnya lebih ringan dari bahan metal yang
dicairkan, cairan flux akan mengapung di atas cairan metal, sekaligus
mengisolasi metal tersebut sehingga tidak beroksidasi dengan udara luar.
5

Pada pengelasan dengan metode SMAW, pengelasan dimulai saat


sebuah busur listrik dipukul dengan membuat kontak antara ujung elektroda
dan system kerja. Panas intens busur mencairkan ujung elektroda dan
permukaan kerja dekat dengan busur. Gelembung-gelembung kecil logam cair
dengan cepat terbentuk di ujung elektroda, kemudian ditransfer melalui sungai
busur ke dalam kolam las cair. Dengan cara ini, logam pengisi disimpan
sebagai elektroda yang dikonsumsi. Busur digerakan sesuai dengan panjang
sistem kerja dan kecepatan perjalanan, titik lebur dan sekering sebagian logam
dasar dan terus menambahkan logam pengisi. Saat busur menjadi sumber
panas dengan suhu di atas 9000 ° F (5000 ° C), pencairan logam dasar terjadi
hampir seketika. Jika pengelasan dilakukan baik dalam posisi datar atau
horizontal, transfer logam disebabkan oleh gaya gravitasi, ekspansi gas, listrik
dan kekuatan elektromagnetik, dan tegangan permukaan. Sedangkan pada
posisi las yang lain, gravitasi bekerja terhadap kekuatan lain.

Proses pengelasan dengan metode SMAW dibedakan berdasarkan


jenis arusnya meliputi arus AC dan DC, dimana arus DC dibedakan atas
DCEN (straight polarity- polaritas langsung) dan DCEP (reverse polarity –
polaritas terbalik). Perbedaan antara SMAW dengan arus AC dan DC adalah
sebagai berikut.

Untuk arus AC (Alternating Current), pada voltage drop panjang kabel


tidak banyak pengaruhnya, kurang cocok untuk arus yang lemah, tidak semua
jenis elektroda dapat dipakai, arc starting lebih sulit untuk diameter kecil

Sedangkan pada arus DC (Direct Current), voltage drop sensitif


terhadap panjang kabel sependek mungkin, dapat dipakai untuk arus kecil
dengan diameter elektroda kecil, semua jenis elektrode dapat dipakai, arc
starting lebih mudah terutama untuk arus kecil, pole dapat dipertukarkan, arc
bow sensitif pada bagian ujung, sudut atau bagian yang banyak lekukanya.
6

Selanjutnya untuk DCEN (Straight Polarity), material dasar atau


material yang akan dilas disambungkan dengan kutub positif (+) dan
elektrodenya disambungkan dengan kutub negatif (-) pada mesin las DC.
Dengan cara ini busur listrik bergerak dari elektrode ke material dasar
sehingga tumbukan elektron berada di material dasar yang berakibat 2/3 panas
berada di material dasar dan 1/3 panas berada di elektroda. Cara ini akan
menghasilkan pencairan material dasar lebih banyak dibanding elektrodenya
sehingga hasil las mempunyai penetrasi yang dalam, sehingga baik digunakan
pada pengelasan yang lambat, wilayah yang sempit dan untuk pelat yang tebal.

Pada DCEP (Reversed Polarity), material dasar disambungkan dengan


kutub negatif (-) dan elektrodenya disambungkan dengan kutub positif (+) dari
mesin las DC, sehingga busur listrik bergerak dari material dasar ke elektrode
dan tumbukan elektron berada di elektrode yang berakibat 2/3 panas berada di
elektroda dan 1/3 panas berada di material dasar. Cara ini akan menghasilkan
pencairan elektrode lebih banyak sehingga hasil las mempunyai penetrasi
dangkal, serta baik digunakan pada pengelasan pelat tipis dengan manik las
yang lebar.

Perlu diketahui juga klasifikasi AWS dari elektroda SMAW


dilambangkan dengan susunan kode sebagai berikut:

EXXX

Dengan keterangan bahwa:

E : menyatakan elektroda

XX : diisi kode yang menunjukkan daya rentang bahan (strength)

X : diisi kode yang menunjukkan posisi dari pengelasan

X : diisi kode yang menunjukkan selulosa – tipe dari arus dan lapisan
7

Tabel 1. Jenis Elektroda

Tabel 2. Jenis Amper


8

B. Cacat Pengelasan

1. Cacat Las Undercut

Gambar 3. Cacat Undercut

Undercut adalah sebuah cacat las yang berada di bagian permukaan


atau akar, bentuk cacat ini seperti cerukan yang terjadi pada base metal
atau logam induk. Jenis cacat pengelasan ini dapat terjadi pada semua
sambungan las, baik fillet, butt, lap, corner dan edge joint.

Penyebab Cacat Las Undercut:

a. Arus pengelasan yang digunakan terlalu besar.


b. Travel speed / kecepatan las terlalu tinggi.
c. Posisi elektroda kurang tepat.
d. Ayunan tangan kurang merata, waktu ayunan pada saat disamping
terlalu cepat.

Cara mencegah Cacat Undercut:


9

a. Menyesuaikan arus pengelasan, kita dapat melihat ampere yang


direkomendasikan di bungkus elektroda atau WPS (Welding
Procedure Specification).
b. Kecepatan las diturunkan.
c. Panjang busur diperpendek atau setinggi 1,5 x diameter elektroda.

2. Porosity (Porositas)

Gambar 4. Cacat Porositas

Cacat Porositas adalah sebuah cacat pengelasan yang berupa


sebuah lubang lubang kecil pada weld metal (logam las), dapat berada
pada permukaan maupun didalamnya. Porosity ini mempunyai beberapa
tipe yaitu Cluster Porosity, Blow Hole dan Gas Pore.

Penyebab Cacat Las Porositas:

a. Elektroda yang digunakan masih lembab atau terkena air.


b. Busur las terlalu panjang.
c. Arus pengelasan terlalu rendah.
d. Travel Speed terlalu tinggi.

Cara Mengatasi Cacat Las Porositas:

a. Pastikan elektroda yang digunakan sudah dioven (jika disyaratkan),


jangan sampai kawat las terkena air atau lembab.
b. Atur tinggi busur kurang lebih 1,5 x diameter kawq3at las.
10

c. Ampere disesuaikan dengan prosedur atau rekomendasi dari produsen


elektroda.
d. Persiapan pengelasan yang benar, memastikan tidak ada pengotor
dalam benda kerja.
e. Untuk material tertentu panas tidak boleh terlalu tinggi, sehingga
perlu perlakukan panas.

3. Slag Inclusion

Gambar 5. Slag Inclusion

Welding Defect Slag Inclusion adalah cacat yang terjadi pada


daerah dalam hasil lasan. Cacat ini berupa slag (flux yang mencair) yang
berada dalam lasan, yang sering terjadi pada daerah stop and run (awal dan
berhentinya proses pengelasan). Untuk melihat cacat ini kita harus
melakukan pengujian radiografi atau bending.

Penyebab Cacat  Las Slag Inclusion:


11

a. Proses pembersihan Slag kurang, sehingga tertumpuk oleh lasan.


b. Ampere terlalu rendah.
c. Busur las terlalu jauh.
d. Sudut pengelasan salah.
e. Sudut kampuh terlalu kecil.

Cara Mencegah Cacat  Slag Inclusion:

a. Pastikan lasan benar benar berseih dari slag sebelum mengelas ulang.
b. Ampere disesuaikan dengan prosedur.
c. Busur las disesuaikan.
d. Sudut pengelasan harus sesuai.
e. Sudut kampuh lebih dibesarkan (50-70 derajat).

C. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pengelasan

Pada proses pengelasan las listrik terdapat hal-hal yang perlu di


perhatikan seorang welder dan semua pihak yang terkait didalamnya terutama
dalam keselamatan kesehatan kerjanya, hal-hal tersebut diantaranya: ¾
Memakai apron yang berbahan dasar kulit hewan/kain yang tebal yang
berlapis atau baju dan celana panjang yang berbahan dasar kain levis untuk
melindungi tubuhnya dari percikan bunga api dan efek radiasi sinar ultra
violet dan ultra merah yang dapat membahayakan keselamatan kesehatan
kerjanya.

1. Menggunakan sarung tangan dan sarung lengan tangan, kedua alat ini
berfungsi hampir sama dengan apron yaitu melindungi dari percikan
bunga api dan efek radiasi sinar ultra violet dan ultra merah yang
ditimbulkan oleh las listrik dan untuk memudahkan pemegangan
elektroda.
2. Helm las listrik, helm ini dilengkapi dengan dua kaca hitam dan putih atau
satu kaca hitam yang berfungsi untuk melindungi kulit muka dan mata dari
efek radiasi sinar ultra violet dan ultra merah yang dapat merusak kulit
maupun mata, dimana sinar yang ditimbulkan oleh las listrik tidak boleh
12

dilihat langsung dengan mata telanjang sampai dengan jarak minimal 16


meter.
3. Memakai sepatu las, untuk melindungi kaki dari percikan bunga api, hal
ini tidak terlalu penting apabila welder telah menggunakan celana panjang
yang berbahan dasar kain tebal seperti kain levis serta memakai sepatu
safety yang standar untuk pengelasan, tetapi tidak ada salahnya jika
digunakan.
4. Respirator (alat bantu pernafasan), untuk menjaga pernafasan agar tetap
stabil pada saat melakukan proses pengelasan las listrik dari asap las, dan
untuk melindungi asap dan debu yang beracun masuk ke paru-paru, hal ini
boleh tidak dilakukan apabila kamar las telah mempunyai sistem
pembuangan asap dan debu-debu beracun (blower) yang baik, tetapi tidak
ada salahnya jika digunakan, karena pernafasan sangat penting dalam
proses metabolisme manusia.
5. Hal yang perlu lainnya seperti “kamar las”, agar welder dapat bekerja
tanpa gangguan apapun yang mengelilinginya dan dapat berkonsentrasi
dengan maksimal, kamar las juga berfungsi agar orang-orang
disekelilingnya tidak terganggu oleh yang diakibatkan oleh las listrik.

Tabel 3. Panduan Pemilihan Jenis Filter/Lensa


13

Dalam hal lain welder juga harus memperhatikan mesin las yang
dipakai agar dapat terus digunakan sesuai dengan fungsinya, hal-hal yang
harus diperhatikan antara lain adalah:

1. Percikan bunga api sebaiknya tidak mengenai mesin las listrik.


2. Mesin las listrik sebaiknya dimatikan apabila telah selesai digunakan.
3. Kawat elektroda yang masih aktif dijauhkan atau sebaiknya dihindarkan
dari mesin las listrik.
4. Tidak menaruh benda apapun diatas atau didekat sekitar mesin las listrik.
5. Mesin las listrik dibersihkan dari kotoran dan debu setelah selesai
digunakan agar kotoran dan bebu tidak mengendap didalam mesin las
listrik. ¾ Melakukan perawatan khusus (shut down) secara berkala agar
mesin dapat berfungsi standart.
6. Sebaiknya tidak melakukan penggerindaan disekitar mesin las listrik,
karena hal tersebut akan menyebabkan serbuk-serbuk besi masuk kedalam
mesin las listrik.

Kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan atau semua suara yang tidak
dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat
kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

Kebisingan juga mempengaruhi baik buruknya suatu proses produksi


dalam pengelasan las listrik, karena Kebisingan diartikan sebagai suara yang
tidak dikehendaki, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara, musik
dan sebagainya atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi
gaya hidup.

Diantara pencemaran lingkungan yang lain, pencemaran/polusi


kebisingan dianggap istimewa dalam hal :
14

1. penilaian pribadi dan subjektif sangat menentukan untuk mengenali suara


sebagai pencemaran kebisingan atau tidak,
2. kerusakannya setempat dan sporadis dibandingkan dengan pencemaran
udara dan pencemaran air dan bising pesawat merupakan pengecualian.
3. Mutu suara yang dipengaruhi oleh kasarnya permukaan-permukaan
sehingga memantulkan suara.

BAB III
PEMBAHASAN
A. Persiapan Alat dan Bahan
1. Alat

a. Las Listrik
15

Gambar 6. Mesin Las

Las listrik adalah metode pengelasan yang sudah sering


digunakan oleh pekerja las. Las listrik sendiri terdapat 2 macam, yaitu
las tahanan listrik dan las busur nyala listrik. Las tahanan listrik  yaitu
dengan mengalirkan arus listrik melalui bidang suatu benda yang akan
disambung, kemudian diberi tekanan sampai kedua bahan akan
menyatu. Las busur nyala listrik adalah teknik las dengan cara
mengubah arus listrik menjadi panas untuk melelehkan permukaan
benda kerja dengan membangkitkan busur nyala listrik melalui
elektroda. Selain itu ada beberapa alat las yang harus fleksibel
agar bisa mereduksi regangan pada tangan welder dan
untuk memudahkan instalasi kabel sehingga dapat digunakan 800
sampai 2500 kawat pada masing masing kabel.

b. Kabel Las

Gambar 7. Kabel Las

Kabel las atau Lead superfleksibel adalah alat untuk


menghantar arus dari mesin pengelasan ke benda kerja dan
sebaliknya. Kabel las terdiri dari Lead dengan lapisan karet, kain,
dan penguat lapisan fabric holder elektroda atau Lead elektroda. Lead
dari benda kerja ke mesin dikenal sebagai Lead benda kerja. Tegangan
pada Lead bervariasi antara 14 dan 80 Volt. Lead memilikibeberapa
ukuran, yang semakin kecil nomornya, semakin besar diameter Lead.
Sebuah Lead harus fleksibel agar bisa mereduksi regangan pada tangan
welder dan untuk memudahkan instalasi kabel sehingga
dapat digunakan 800 sampai 2500 kawat pada masing
masing kabel. Lead elektroda maupun Lead benda kerja harus
16

menggunakan kabel listrik yang berdiameter sama karena panjang


Lead mempengaruhi ukuran kapasitas mesin las.

c. Palu Las

Gambar 8. Palu Las

Palu las digunakan untuk melepaskan dan mngeluarkan terak


las pada jalur las dengan cara memukulkan atau menggoreskan pada
daerah las.

d. Pemegang kawat las (Holder Electrode)

Gambar 9. Holder Elektrode

pemegang kawat las atau holder elektroda adalah peralatan las


busur yang dipegang oleh welder ketika mengelas. Holder ini
digunakan untuk menahan elektroda logam atau karbon. Handle
pemegang terbuat dari bahan pelapis yang mempunyai tahanan
panas tinggi dan tahanan listrik yang rendahdan  dibuat
untuk menyeimbangkan pegangan tangan.
17

Ada sejumlah metode yang digunakan untuk menjepit


elektroda dalam holder yang salah satunya adalah konstruksi pincer
dan pegas untuk menghasilkan tekanan sehinnga diperoleh sambungan
yang baik.  

e. Sikat Kawat

Gambar 10. Sikat Kawat

Sikat kawat yang digunakan untuk membersihkan benda kerja


yang akan dilas dan terak las yang sudah dilepas dari jalur las oleh
pukulan palu las.

f. Klem Massa

Gambar 11. Klem Massa

Klem massa sebagai alat untuk menghubungkan kabel masa ke


benda kerja yang terbuat dari bahan yang menghantar dengan baik
(tembaga). Sebuah klem masa dilengkapi dengan pegas yang kuat,
yang dapat menjepit benda kerja dengan baik.

g. Tang
18

Gambar 12. Tang Penjepit

Penjepit dapat digunakan untuk memegang atau memindahkan


benda kerja yang masih panas seetelah pengelasan.

h. Gerinda

Gambar 13.Gerinda Tangan

Mesin gerinda adalah salah satu mesin perkakas yang


digunakan untuk mengasah/memotong ataupun menggerus benda kerja
dengan tujuan atau kebutuhan tertentu. Prinsip kerja mesin gerinda
adalah batu gerinda berputar bersentuhan dengan benda kerja sehingga
terjadi pengikisan, penajaman, pengasahan, atau pemotongan
19

2. Bahan praktek

a. Plate

Gambar 14. Plate

Dikatakan besi plate karena besi ini berbentuk


batanganramping. berongga dengan penampang berbentuk segi empat
sehingga sering juga disebut dengan pipa kotak.

b. Kawat Las (Elektroda)

Gambar 15. Kawat Las (Elektroda)

Kawat Las perlu disiapkan sesuai metode las, bahan


sambungan. Kawat las memiliki berbagai macam bahan dan
ukuran. Jika terjadi kesalahan pemilihan kawat las, dapat
menyebabkan cacat las.
20

B. Prosedur K3

Alat keselamatan kerja las listrik hanyalah salah satu bagian dari
sistem keamanan dan keselamatan kerja. Pemahaman terhadap resiko
pekerjaan las listrik dan kesadaran dalam mematuhi prosedur kerjanya akan
sangat membantu kelancaran dan keberhasilan pekerjaan. Diantara hal untuk
mencapai keselamatan kerja ialah:

1. Helm/topeng Las

Gambar 16. Helm/topeng Las

Helm/ topeng las melindungi mata dari pancaran busur listrik


berupa sinar ultra violet dan inframerah yang menyala terang dan kuat.
Sinar las ini tidak boleh dilihat secara langsung dengan mata telanjang
sampai jarak 15 meter.

Alat keselamatan kerja ini memiliki 3 lapisan kaca, yang terdiri


dari satu kaca las khusus yang diapit oleh 2 kaca bening.  kaca bening
berfungsi melindungi kaca khusus tersebut agar tidak mudah rusak dan
pecah.

Kaca las memiliki klasifikasi berbeda berdasarkan besar arus listrik


yang dapat diatur pada mesin lasnya, sebagai berikut :

a. Kaca las no.6 dipakai untuk las titik (tack weld)

b. Kaca las no.6 dan no. 7 dipakai untuk pengelasan dengan arus sebesar
30 Ampere

c. Kaca las no.8 dipakai untuk pengelasan dengan arus sebesar 30


Ampere – 75 Ampere
21

d. Kaca las no.10 dipakai untuk pengelasan dengan arus sebesar 75


ampere – 200 Ampere

e. Kaca las no.12 dipakai untuk pengelasan dengan arus sebesar 200
Ampere – 400 Ampere

f. Kaca las no.14 dipakai untuk pengelasan menggunakan arus sebesar


diatas 400 Ampere.

2. Sarung Tangan (Welding Gloves)

Gambar 17. Sarung Tangan Las

Sarung tangan terbuat dari kulit atau asbes lunak sehingga tidak
menghalangi pergerakkan jari-jari tangan saat memegang penjepit
elektroda atau peralatan lainnya. Sepasang sarung tangan harus selalu
dipakai agar tangan tidak tidak terkena percikkan bunga api atau benda
panas yang dilas.

C. Prosedur Kerja

1. Manik-Manik
Macam-macam gerakan elektroda Gerakan arah turun sepanjang
sumbu elektroda. Gerakan ini dilakukan untuk mengatur jarak busur listrik
agar tetap. Gerakan ayunan elektroda. Gerakan ini diperlukan untuk
mengatur lebar jalur las yang dikehendaki.
22

Ayunan ke atas menghasilkan alur las yang kecil, sedangkan


ayunan ke bawah menghasilkan jalur las yang lebar. Penembusan las pada
ayunan ke atas lebih dangkal daripada ayunan ke bawah. Ayunan segitiga
dipakai pada jenis elektroda hidrogen rendah untuk mendapatkan
penembusan las yang baik diantara dua celah pelat. Beberapa bentuk-
bentuk ayunan diperlihatkan pada gambar di bawah ini. Titik-titik pada
ujung ayunan menyatakan agar gerakan las berhenti sejenak pada tempat
tersebut untuk memberi kesempatan pada cairan las untuk mengisi celah
sambungan. Tembusan las yang dihasilkan dengan gerakan ayun tidak
sebaik dengan gerakan lurus elektroda. Waktu yang diperlukan untuk
gerakan ayun lebih lama, sehingga dapat menimbulkan pemuaian atau
perubahan bentuk dari. bahan dasar. Dengan alasan ini maka penggunaan
gerakan ayun harusmemperhatikan tebal bahan dasar
a. Persiapkan bahan dengan jenis dan ukuran sesuai dengan yang diminta
kemudian permukaan bahan harus kering dan bersih, bebas karat, cat
dan oli. Untuk membersihkan dapat dilakukan dengan sikat kawat
baja.
b. Buat garis sesuai dengan gambar kerja untuk panduan dalam
pembuatan rigi-rigi.
c. Pada penyalaan busur pertama, posisi awal pengelasan mundur kira-
kira 8 mm, setelah terjadi busur maju pada titik awal pengelasan.
Konsentrasikan perhatian pada tinggi elektroda terhadap material dan
kecepatan penarikan. Kecepatan penarikan dan tinggi elektroda ( 2
mm) akan mempengaruhi bentuk dari rigi – rigi (deposit las)
disamping arus (amper) yang sesuai.
d. Lakukan pengelasan susuai dengan gambar kerja dengan jarak rigi-rigi
dan pangjan pengelasan yang tepat serta usahakan lurus dengan
penyimpangan maksimum 3o.

2. Kampuh
23

Persiapkan bahan dengan jenis dan ukuran sesuai dengan yang diminta
kemudian permukaan bahan harus kering dan bersih, bebas karat, cat dan
oli. Untuk membersihkan dapat dilakukan dengan sikat kawat baja.
a. Atur besarnya arus sesuai dengan kebutuhan dan jenis serta diameter
elektroda yang akan digunakan.
b. Atur benda kerja diatas meja dengan posisi yang benar-benar rata
dengan celah atau gap 1.5 s/d 2 mm. Kemudian lakukan pengelasan
ikat pada kedua ujungnya.
c. Lakukan pengelasan sambungan tumpul dengan gerakan elektroda
lurus dan memperhatikan pada tinggi elektroda terhadap material dan
kecepatan penarikan.
d. Bersihkan terak dan percikan logan dari seluruh permukaan benda
kerja, kemudian benda kerja dibalik dan bersihkan terak yang ada
dalam celah /gap. Bila kedalaman celah tidak rata hendaknya diratakan
dengan gerinda tangan yang menggunakan cutting disc.
e. Usahakan celah atau gap mempunyai lebar dan kedalaman yang
merata, selanjutnya dilakukan pengelasan.
f. Setelah selesai bersihkan benda kerja dari terak dan percikan-percikan
logam (spatter). Siap untuk dievaluasi oleh pengajar.

D. Hasil Pembahasan

1. Kesimpulan manik-manik
a. Berdasarkan pengujian komposisi kimia menggunakan emission
spectrometer, jenis material yang digunakan pada pipa adalah baja
tahan karat feritik (ferritic stainless steel) sedangkan pada plat adalah
baja karbon.
b. Faktor-faktor penyebab kegagalan pengelasan adalah pengukuran,
operator, metode, dan kondisi lingkungan.
24

Gambar 18 Hasil Rigi-Rigi

2. Kesimpulan kampuh

Gambar 19. Kampuh


25
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pada pengelasan dengan metode SMAW, pengelasan dimulai saat sebuah


busur listrik dipukul dengan membuat kontak antara ujung elektroda dan
system kerja
2. Macam-macam gerakan elektroda Gerakan arah turun sepanjang sumbu
elektroda. Gerakan ini dilakukan untuk mengatur jarak busur listrik agar
tetap. Gerakan ayunan elektroda. Gerakan ini diperlukan untuk mengatur
lebar jalur las yang dikehendaki.
3. SMAW merupakan pekerjaan manual dengan peralatan meliputi power
source, kabel elektroda (electrode cable) , kabel kerja (work cable),
electrode holder, work clamp, dan elektroda.
4. Kampuh digunakan untuk menyambungkan 2 buah logam dengan bentuk
tertentu
5. Memotong kampuh V dengan cara di gerinda dan mempunyai kemiringan
sebesar 30o
6. Pemahaman terhadap resiko pekerjaan las listrik dan kesadaran dalam
mematuhi prosedur kerjanya akan sangat membantu kelancaran dan
keberhasilan pekerjaan.
7. Pemeriksaan mesin las yang dilakukan secara bertahap tidak akan
membahayakan penggunanya. Jika sebuah prosedur dalam melakukan
mesin las dilewati ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi, salah
satunya ialah tersetrum
8. Memeriksa lingkungan sekitar sehingga tidak terjadi hal-hal yang dapat
menggangu orang lain atau kita para pengguna mesin las
9. Pemeriksaan mesin las yang dilakukan secara bertahap tidak akan
membahayakan penggunanya

26
27

B. Saran

1. Prosedur pengelasan harus lebih diperhatikan agar hasil pengelasan baik


dan tidak mengalami retak terutama pengaturan kecepatan pengelasan
sebaiknya lebih rendah.
2. Pengawasan pada saat proses pengelasan perlu dilakukan untuk
mengantisipasi terjadinya kesalahan prosedur pada proses pengelasan
tersebut.
3. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang perlakuan panas baik sebelum
pengelasan (preheat) atau sesudah pengelasan (PWHT / Post Weld Heat
Treatment) untuk memperbaiki kekuatan sambungan las.
4. Menggunakan sarung tangan dan sarung lengan tangan, kedua alat ini
berfungsi hampir sama dengan apron yaitu melindungi dari percikan
bunga api dan efek radiasi sinar ultra violet dan ultra merah yang
ditimbulkan oleh las listrik dan untuk memudahkan pemegangan
elektroda.
5. Helm las listrik, helm ini dilengkapi dengan dua kaca hitam dan putih atau
satu kaca hitam yang berfungsi untuk melindungi kulit muka dan mata dari
efek radiasi sinar ultra violet dan ultra merah yang dapat merusak kulit
maupun mata, dimana sinar yang ditimbulkan oleh las listrik tidak boleh
dilihat langsung dengan mata telanjang sampai dengan jarak minimal 16
meter.
6. Memakai sepatu las, untuk melindungi kaki dari percikan bunga api, hal
ini tidak terlalu penting apabila welder telah menggunakan celana panjang
yang berbahan dasar kain tebal seperti kain levis serta memakai sepatu
safety yang standar untuk pengelasan, tetapi tidak ada salahnya jika
digunakan.
7. Respirator (alat bantu pernafasan), untuk menjaga pernafasan agar tetap
stabil pada saat melakukan proses pengelasan las listrik dari asap las, dan
untuk melindungi asap dan debu yang beracun masuk ke paru-paru, hal ini
boleh tidak dilakukan apabila kamar las telah mempunyai sistem
pembuangan asap dan debu-debu beracun (blower) yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Sukaini, Tarkina, dan Fandi, 2013, Teknik Las SMAW, Kementerian Pendidikan
& Kebudayaan, Malang.

Andrew D. Althouse, Carl H. Turnquist, dkk. 2013. Modern Welding, 11th


Edition. The Goodheart-Willcox Co., Inc. H53X+CC Tinley Park, Illinois, USA.

Sonawan, H, 2003, Las Listrik SMAW dan Pemeriksaan Hasil Pengelasan,


Alfabeta, Bandung.

28

Anda mungkin juga menyukai