Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Mortalitas atau kematian merupakan salah satu diantara tiga komponen demografi yang
dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Dua komponen demografi lainnya adalah
fertilitas(kelahiran) dan imigrasi. Informasi tentang kematian penting tidak hanya untuk
pemerintah melainkan juga untuk pihak swasta, yang terutama berkecimpung di bidang
ekonomi kesehatan.
Data kematian sangat diperlukan antara lain untuk proyeksi pendudukyang berguna untuk
perencanaan bangunan. Misalnya fasilitas perumahan, fasilitas pendidikan, fasilitas
kesehatan, dan jasa-jasa lainnya untuk kepentingan masyarakat. Data kematian juga
diperlukan untuk kepentingan evaluasi terhadap program-program kebijaksanaan
penduduk.
Konsep kematian perlu diketahui guna untuk mendapatkan data kematian yang benar.
Dengan kemajuan ilmu kedokteran kadang-kadang sulit untuk membedakan keadaan mati
dan keadaan hidup secara klinik. Apabila pengertian mati tidak dikonsepkan,
dikhawatirkan bisa terjadi perbedaan penafsiran antara berbagai orang tentang kapan
seseorang dikatakan mati.
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan
yang saat ini terjadi di negara indonesia (kompas 2006). Derajat kesehatan anak
mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa
memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan pembangunan
bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, masalah kesehatan anak diprioritaskan alam
perencanaan atau penataan pembangunan bangsa(kompas 2006).
Sedangkan morbiditas diartikan sebagai peristiwa sakit atau kesakitan. Angka tingkat
sakit mempunyai perana yang lebih penting dibandingkan kematian. Karena apabila
angka orang yang kesakitan tinggi maka akan memicu kematian sehingga membuat angka
kematian juga ikut meningkat. Angka kesakitan lebih memperlihatkan kondisi kesehatan
yang sebenarnya sebab mempunyai hubangan yang erat dengan faktor lingkungan seperti
kemiskinan, kekurangan gizi, penyakit infeksi, perumahan, air minun yang tidak sehat,
kebersihan lingkungan dan pelayanan kesehatan(suarwati,dkk, 2003:1)
Tingkat m ortalitas dan morbiditas berveda pada setiap tingkat umur.mortalitas dan
morbilitas dipengaruhi oleh penyakit, seperti penmyakit menular, penyakit tidak menular,
dan kecelakaan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi morbilitas dan mortalitas
penduduk. Pada penduduk usia muda ada beberapa penyakit yang mempenvgaruhi
morbiditas dan mortalitas, yaitu diare, ISPA, dan pneumonia. Pada penduduk usia
produktif ada beberapa penyakit yang mempengaruhi morbiditas, yaitu penyakit jantung,
TBC, hipertensi, dan kecelakaan lalu lintas. Dan pada penduduk usia lanjut banyak
ditemui penyakit degenerative.

1.2 Rumusan masalah


berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan diatas,penulis berusaha
memaparkan beberapa permmasalahan utama dari mortalitas dan morbiditas,yaitu :
1. Apa saja penyebab mortalitas dan morbiditas pada penduduk indonesia?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya mortalitas dan morbiditas
pada penduduk indonesia
3. Apa saja penyakit yang mengakibatkan terjadinya mortalitas dan morbiditas?

1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai adalah :
1. Dapat mengetahui penyebab terjadinya mortalitas dan morbiditas pada penduduk
indonesia
2. Dapat mengrtahui apa saja faktor-faktor penyebab morbiditas dan mortalitas

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian mortalitas dan morbiditas
Mortalitas adalah ukuran jumalah kematian, atau karena akibat tertentu yang
lebih spesifik pada suatu kelompok manusia.
sedangkan morbiditas diartikan dalam arti sempit sebagai kejadian sakit atau
kesakitan, sedangkan dalam arti luas morbiditas mempunyai pengertian tidak
hanya terbatas pada statistik, atau ukuran terkait peristiwa-peristiwa tersebut,
tetapi juga tentang faktor yang mempengaruhinya, seperti faktor sosial,
ekonomi, dan budaya. Ukuran kematian merupakan angka atau indeks yang
dipakai sebagai dasar untuk menentukan tinngi rendahnya tingkat kematian
suatu penduduk.
Ada berbagai macam tingkat kematian, mulai dari yang paling sesderhana
hingga yang paling kompleks. Namun demikian perlu dicatat bahwa kondisi
kematian suatu penduduk tidaklah dapat gambarkan oleh hanya satu angka
tunggal saja.tetapi ada berbagai macam ukuran kematian yang dipakai
sekaligus guna untuk menggambarkan keadaan kematian penduduk secara
keseluruhan.
Angka kesakitan atau morbiditas digunakan untuk menggambarkan pola
penyakit yang terjadi dimasyarakat. Pentingnya mengetahui nagka kesakitan
dan kematian ini adalah sebagai indikator yang digunakan sebagai ukuran
tingkat kesehatan untuk melihat status kesehatan penduduk dan keberhasilan
pelayanan kesehatan serta upaya pengobatan yang dilakukan.
Data kematian dapat diperoleh melalui survei yang terdapat pada komunitas,
karena sebagian besar kematian terjadi dirumah, sedangkan data kematian
pada fasilitas pelayanan kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan.
Konsep-konsep lain yang berkenaan dengan mortalitas adalah :
1. Neo-natal death adalah kematian yang terjadi pada bayi yang belum
berumur satu bulan.
2. Lahir mati (still birth) atau yang sering disebut kematian janin(fetal
death) adalah kematian sebelum dikeluarkannya bayi secara lengkap dari
ibunya pada saat dilahirkan tanpa melihat lamanya dalam kandungan.
3. Post neo-natal adalah kematian anak yang berumur anatara satu bulan
sampai yang berumur kurang dari satu tahun
4. Infant death (kematian bayi) adalah kematian anak sebelum mencapai
umur satu tahun.

2.2 Faktor penyebab morbiditas dan mortalitas


Angka kematian bayi dan balita di Indonesia adalah tertinggi di negara
ASEAN. Tiap tahun 12,9 juta anak meninggal, 28% kematian di
sebabkan karna pneumania, 23% karena penyakit diare, dan 16%
karena penyakit tidak memperoleh vaksinasi. Penyebab angka
kesakitan dan kematian anak terbanyak saat ini masih diakibatkan oleh
pneumonia dan diarre. Pencegahan sederhana dan dapat di peroleh
seperti vaksin, antibiotik, terapi rehidrasi oral, kontrasepsi, dapat
mencegah 25-90% kematian karena penyebab spesifik. Secara
keseluruhan 65% kematian anak bisa di cegah dengan biaya murah.
Penyebab-penyebab kematian Ibu dan Bayi  dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya:

1.    Pendidikan

Angka Kematian Ibu yang begitu tinggi salah satunya karena tingkat

pendidikan para ibu di Indonesia yang masih sangat rendah. Jika kita

melihat dari jenjang pendidikan, data Badan Pusat Statistik tahun

2010 menyatakan bahwa mayoritas ibu di Indonesia tidak memiliki

ijazah SD, yakni sebesar 33,34 persen. Selanjutnya sebanyak 30,16%

ibu hanya memiliki ijazah SD atau sederajat. Dan hanya terdapat

16,78% ibu yang berpendidikan setara SMA. Hanya 7,07% ibu yang

berpendidikan perguruan tinggi.

Penyerapan informasi yang beragam dan berbeda sangat dipengaruhi

oleh tingkat pendidikan seorang ibu. Latar pendidikan formal serta

informal akan sangat berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan para

ibu mulai dari segi pikiran, perasaan maupun tindakannya.

Dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi calon ayah dan calon ibu

akan mampu merncanakan kehamilan dengan baik sehingga bisa

terhindar dari 4 Terlalu yaitu melahirkan terlalu muda (dibawah 20

tahun), terlalu tua (diatas 35 tahun), terlalu dekat (jarak melahirkan

kurang dari 2 tahun) dan terlalu banyak (lebih dari 4 kali).

Dalam penanganan kehamilan dan persalinan pun pendidikan akan

sangat penting agar bisa terhindar dari faktor risiko 3 Terlambat yaitu
terlambat mengambil keputusan di tingkat keluarga, terlambat

merujuk/ transportasi dan terlambat menangani dan Terlambat

mendapat pelayanan.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang ibu, maka akan semakin

tinggi pula kesadaran mereka terhadap proses pra kehamilan dan

pasca kehamilannya, sehingga untuk menjaga agar dirinya sehat

dalam masa kehamilan maka ibu tersebut pasti akan melaporkan dan

memeriksakan dirinya kepada tenaga medis yang ahli dibidangnya.

Dan sebaliknya, jika pendidikan seorang ibu rendah seperti yang

banyak terjadi di Indonesia, maka kesehatannya selama masa

kehamilan tidak begitu diperhatikan. Oleh sebab itu banyak terjadi

kematian pada ibu melahirkan yang disebabkan kesadaran akan

kesehatan yang rendah.

2.    Lingkungan

Lingkungan juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi KIA.

Banyak aspek yang mempengaruhi KIA yang dapat dilihat dalam

suatu lingkungan. Dalam hubungannya dengan meningkatnya kasus

kematian ibu (hamil, melahirkan dan nifas), lingkungan yang dibahas

adalah aspek geografis. Kondisi geografis suatu lingkungan

mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat di lingkungan itu

sendiri. Kondisi lingkungan yang tidak mendukung, seperti sulit

terjangkau oleh sarana transportasi tentu saja mengakibatkan sulitnya

sarana dan tenaga kesehatan untuk menjangkau daerah tersebut.

Imbasnya, kondisi kesehatan masyarakat di lingkungan tersebut akan


terbengkalai, masyarakat akan minim dalam sarana kesehatan, dan

banyak ibu yang mengalami kesulitan selama masa kehamilan,

melahirkan dan juga nifas, sehingga angka kematian ibu (hamil,

melahirkan dan nifas) akan terus bertambah besar.

3.    Ekonomi

Kondisi keuangan yang tidak mencukupi tentu menyulitkan para ibu

(hamil, melahirkan dan nifas)  untuk memperoleh fasilitas kesehatan

yang memadai. Oleh sebab itu, mereka cenderung tidak

memeriksakan kesehatan dirinya pra kehamilan hingga pasca

kehamilan. Akibatnya, banyak ibu yang meninggal saat melahirkan

karena penyakit yang baru diketahui ketika akan melahirkan.

4.    Minimnya Tenaga Medis

Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan

karena relatif masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga

kesehatan. Departemen Kesehatan menetapkan target 90 persen

persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2010. Perbandingan

dengan hasil survei SDKI bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga

medis profesional meningkat dari 66 persen dalam SDKI 2002-2003

menjadi 73 persen dalam SDKI 2007. Angka ini relatif rendah apabila

dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia

dan Thailand.

Dengan cukupnya tenaga medis diharapkan persoalan berupa

kevalidtan data dan kasus yang tidak tersentuh dapat dikurangi

sehingga dapat mengurangi angka AKI.


5.    Adat Istiadat

Pada kasus kematian ibu akibat perdarahan faktor budaya yang

berpengaruh terhadap tingginya angka kematian ibu adalah

kecenderungan bagi ibu di perdesaan dan keluarga miskin untuk

melahirkan dengan bantuan dukun beranak, bukan dengan bantuan

petugas medis yang telah disediakan. Ada pula tradisi suku tertentu

yang mengharuskan ibu nifas ditempatkan dalam suatu tempat yang

dapat dikatakan kurang higienis.

Angka Kematian (Mortalitas)

Kejadiaan kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu dapat memberi gambaran perkembangan
derajat kesehatan masyarakat atau dapat digunakan sebagai indikator penilaian keberhasilan
pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Tinggi rendahnya angka
kematian, secara umum dipengaruhi erat dengan tingkat kesakitan golongan bayi, balita dan ibu
maternal (hamil, melahirkan, nifas). Angka kematian yang cukup bervariasi dari tahun ke tahun dapat
di lihat pada uraian dibawah ini :

1. Angka Kematian Bayi (Infant Motality Rate)

            Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk mengukur
keberhasilan program berbagai penyebab kematian maupun program kesehatan ibu dan anak sebab
angka kematian bayi ini berkaitan erat dengan tingkat kesehatan ibu dan anak.

            Adapun target Angka Kematian Bayi menurut MDG’s tahun 2015 adalah 23/1.000 kelahiran
hidup. Angka kematian bayi (IMR) per. 1.000 kelahiran hidup di Kabupaten Batu Bara cukup
bervariasi dan cenderung terjadi kenaikan, dari tahun 2010 sampai dengan 2013 angka kematian bayi
terus mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun 2014 mengalami penurunan, namun belum
mencapai target MDG’s tahun 2015.

            Tahun 2010 AKB sebesar 2,630/00  tahun 2011 jumlah kematian bayi 26 orang dari 7.422
kelahiran hidup atau (3,50 0/00 ). AKB ini naik dari AKB tahun sebelumnya, sedangkan pada tahun
2012 angka kematian bayi 52 dari 7.873 kelahiran hidup (6,60 0/00), Untuk tahun 2013 jumlah
kematian bayi sebanyak 102 orang dari 8.479 kelahiran hidup (12,05 0/00) yang ada di Kabupaten Batu
Bara, sedangkan tahun 2014 jumlah kematian bayi 40 dari 8.480 kelahiran hidup (4,72 0/00 )
mengalami penurunan dibanding dengan tahun 2013, dengan demikian AKB di Kabupaten Batu Bara
sudah jauh dibawah angka nasional.

             Hal ini terjadi kerena beberapa hal, diantaranya peningkatan cakupan pelayanan Bumil (K1
dan K4), dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang terus meningkat. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada table dan grafik dibawah ini :

TABEL 4.1.

ANGKA KEMATIAN BAYI DI KABUPATEN BATU BARA

TAHUN 2010 sd 2014

JUMLAH ANGKA
NO TAHUN KELAHIRAN KEMATIAN
KEMATIAN BAYI
HIDUP BAYI
1 2010 22 8.374 2,63
2 2011 26 7.422 3.50
3 2012 52 7.873 6.60
4 2013 102 8.479 12.05
5 2014 40 8480
 

GRAFIK 4.1.
2. Angka Kematian Balita (AKABA)

            Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian Anak umur 0 – 4 tahun per 1000 kelahiran
hidup. Angka kematian balita menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor -
faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan
kecelakaan.

            Menurut Renstra Kemenkes tahun 2015-2019, angka kematian anak balita menjadi 40/1000
kelahiran hidup. Berdasarkan hasil laporan rutin dapat dilihat bahwa nilai AKB  pada tahun 2010
adalah 0 0/00, tahun 2011 naik menjadi 0,380/00, pada tahun 2012 terjadi peningkatan kematian balita
berjumlah 58 Jiwa atau sebesar 1,330/00, dan pada tahun 2013 juga terjadi peningkatan kematian balita
sebanyak 63 jiwa atau sebesar 1,440/00. Sedangkan pada tahun 2014 terjadi penurunan jumlah
kematian balita yaitu sebanyak 47 jiwa tetapi persentasenya meningkat menjadi 5,54 0/00.

            Hal ini memberikan gambaran tentang sistem informasi manajemen dan pelaporan
kemungkinan telah berjalan dengan baik, dimana Angka kematian balita sudah tercapai selama tahun
2014 yaitu (47 per 1000 jumlah balita) untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2 dan grafik di
bawah ini :

TABEL 4.2.

ANGKA KEMATIAN BALITA DI KABUPATEN BATU BARA

TAHUN 2010 sd 2014

JUMLAH  
JUMLAH
NO TAHUN KEMATIAN AKB (0/00)
BALITA  
BALITA
1 2010 42.890 0 -  
2 2011 42.444 16 0,38  
3 2012 43.769 58 1,33  
4 2013 43.806 63 1,44  
5 2014 46.660 47 5,54  
 

GRAFIK 4.2.

1. Angka Kematian Ibu

Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu pada masa kehamilan, melahirkan dan nifas per
100.000 kelahiran hidup. Menurut MDG’s tahun 2015, target untuk AKI yaitu sebesar 102/100.000
KH.

Namun untuk perkembangan AKI tidak cukup dengan jumlah, tetapi dengan angka.  Bila dilihat dari
rata-rata yang didapat dari hasil laporan bulanan secaran rutin selama lima tahun terakhir ini cukup
bervariasi, secara berturut-turut kembali ditampilkan angka-angka kematian ibu melahirkan tersebut,
yakni pada tahun 2010 jumlah kematian ibu sebanyak 13 jiwa (155,65 per  100.000 Kelahiran
Hidup).  Pada tahun 2011 jumlah kematian ibu sebanyak 12 jiwa (161,68 0/0000)  dan pada tahun 2012
terjadi peningkatan jumlah kematian ibu yaitu 16 jiwa (203,23 0/0000), sedangkan pada tahun 2013
terjadi penurunan jumlah kematian ibu sebanyak 11 jiwa (129,96 0/0000). Dan pada tahun 2014 kembali
mengalami kenaikan yaitu  dari 8.480 kelahiran hidup terdapat 13 kematian ibu (153,30 0/0000).  Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada Tabel IV.3 dan grafik berikut ini :

TABEL 4.3.

TABEL KEMATIAN IBU DI KABUPATEN BATU BARA

TAHUN 2010 sd 2014

JUMLAH  
JUMLAH
NO TAHUN KELAHIRAN AKI (0/0000)
KEMATIAN IBU  
HIDUP
1 2010 8.352 13 155,65  
2 2011 7.422 12 161.68  
3 2012 7.873 16 203,23  
4 2013 8.464 11 129,96  
5 2014 8.480 13 153,30  
 

GRAFIK 4.3.

1. Angka Kematian Kasar ( Crude Death Rate)

            Angka kematian kasar adalah jumlah seluruh kematian tanpa memandang penyebab dan
golongan umur per 1.000 penduduk pada tahun yang sama ini tidak dapat ditampilkan karena data
tidak dapat diperoleh.

Angka Kesakitan (Morbiditas)


Angka kesakitan penduduk didapat dari data yang berasal dari masyarakat dan dari sarana pelayanan
kesehatan yang dipeoleh dari laporan rutin melalui Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP), Sistem Pencatatan dan Pelaporan Rumah Sakit (SP2RS) dan Sistem Survei
Terpadu (SST). Indikator yang digunakan untuk melihat kondisi kesehatan di suatu wilayah adalah
incidence rate (IR) dan prevalence rate (PR).

Gambaran pola penyakit terbesar di Kabupaten Batu Bara tahun 2012, menunjukkan penyakit infeksi
masih mendominasi. Berikut ini table IV 4.10 pola penyakit terbesar di Kabupaten Batu Bara Tahun
2012.

Urutan 10 Besar Penyakit Di Kabupaten Batu Bara Tahun 2012.

NO JENIS PENYAKIT Persentase (%)


1 ISPA 33,01
2 Penyakit Tekanan Darah Tinggi 14,32
3 Reumatik 10,75
4 Gastritis/Dyspepsia 9,47
5 Diare 7,94
6 Penyakit Kulit Alergi 7,74
7 Observasi Febris 5,42
8 Penyakit lain pada Saluran pencernaan 5,08
9 Tukak Usus 12 Jari/Lambung 3,57
10 Penyakit Kencing Manis 2,70

Penyakit Menular
Penyakit Menular Bersumber Binatang

Malaria

Penyakit malaria masih merupakan penyakit endemis di wilayah Kabupaten Batu Bara terutama pada
Kecamatan yang berada pada daerah-daerah dataran rendah yang terletak di sepanjang Timur
Kabupaten Batu Bara yakni : Kecamatan Medang Deras, Air Putih, Talawi, Tanjung Tiram, Lima
Puluh dan Sei Suka.

Kejadian penyakit malaria berdasarkan laporan rutin cenderung menurun, hal ini dapat terlihat dari
angka Annual Malaria Index (AMI) sebesar 5,63 per 1000 penduduk pada tahun 2006. tahun 2007
kembali terjadi penurunan sebesar 4,68 per 1000 Penduduk, sementara tahun 2008 kembali menurun
sebesar 2,76 per 1000 Penduduk. Sedangkan pada tahun 2009 2,91 per 1000 penduduk. Sedangkan
pada tahun 2012 terjadi kenaikan yang sangat tajam hal ini mungkin disebabakan karena adanya
bantuan dana dari GF – ATM untuk program Malaria .Penderita Malaria dengan pemeriksaan
Laboratorium sebesar 2,73 dari 1000 penduduk meningkat tajam sebesar 1,99 per 1000 penduduk.
Untuk Tahun 2012 Angka rata-rata nasional IS 2012 AMI sebesar 2 per 1000 Penduduk, namun
kewaspadaan terhadap penyakit ini perlu terus dilakukan mengingat kejadian berulang akan terjadi
dengan kurun waktu 5 (lima) tahunan. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

ANGKA KESAKITAN
NO TAHUN KLINIS ,+ MALARIA
1000 PDDK
,+
KLINIS
MALARIA
1 2008 1.329 153 3,56 0,41
2 2009 1.089 275 2,91 0,74
3 2010  3.201 1.028 8,52 2,73
 
4 2011 275 2,91 0,74
3.201
5 2012 3.245 1122 8,63 2,98

Demam Berdarah Dengue (DBD)

Selama empat tahun ini angka kesakitan DBD berfluktuasi. Angka Insidence DBD secara nasional
pada tahun 2012 adalah 2 per seratus ribu penduduk. Tahun 2008 meningkat dengan jumlah 47 kasus
atau 12,57  perseratus ribu penduduk. Sedangkan pada tahun 2009 kasus DBD mengalami
peningkatan yang tajam 93 kasus dan atau 24,88 per seratus ribu penduduk . Pada tahun 2010
mengalami peningkatan yang tajam atau sebesar  105 orang atau 27,93 per 100.000 penduduk. Pada
tahun 2011 mengalami penurunan yang tajam atau sebesar  89 orang atau 23,68 per 100.000
penduduk, Pada tahun 2012 mengalami penurunan  sebesar  76 orang atau 20,22 per 100.000
penduduk. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

ANGKA KASUS
NO TAHUN DBD
100.000PDDK
1 2008 47            12,57
2 2009 93            24,88
3 2010 105            27,93
4 2011 89            23,68
5 2012 75            19,68
Penyakit Menular Langsung

Tuberculosis (TBC)

Penyakit TB Paru dengan BTA(+) yang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat,  Tahun
2008 jumlah kasus 335 penderita tbc bta positif atau IR 89,61 per seratus ribu penduduk. Sedangkan
pada tahun 2009 tbc bta positif sebanyak 335 kasus, tidak mengalami perubahan tapi pada kasus klinis
mengalami penurunan yang sangat tajam. Hal ini disebabkan program tb paru telah menyebar luas di
masyarakat. Pada tahun 2010 mengalami peningkatan kembali yaitu 464 bta Positif dan atau 122,44
dari 100.000 penduduk. Pada tahun 2011 mengalami peningkatan kembali yaitu 488 bta Positif dan
atau 128,62 dari 100.000 penduduk. Pada tahun 2012 mengalami penurunan kembali yaitu 436 bta
Positif dan atau 114,92 dari 100.000 penduduk.

Kasus TB-Paru dengan BTA+ yang ada kecenderungan terus meningkat dari tahun ketahun
sebelumnya dan pada tahun 2009 ini untuk kasus tbc bta positif tidak mengalami peningkatan yang
berarti, hal ini ada hubungannya dengan bantuan yang diberikan oleh WHO dalam rangka
pemberantasan penyakit TB Paru, Kusta dan HIV/AIDS yang program ini sudah berlangsung selama
8 tahun sejak tahun 1996. Untuk jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini :

ANGKA KESAKITAN
NO TAHUN KLINIS BTA (+) 100.000 PDDK
KLINIS BTA (+)
1 2008 3.810 335 1.019,16 89,61
2 2009 404 335 108,07 89,61
3 2010 5.912 464 1.572,82 123,44
4 2011 35 488 9,23 128,62
5 2012 449 436 118,34 114,92
Diare

Kabupaten Batu Bara merupakan daerah yang endemis diare, yang sepanjang tahun penyakit tersebut
tetap ada, dimana penyakit ini masih merupakan penyebab utama kematian pada balita. Berdasarkan
hasil pemantauan dari unit pelayanan dari unit pelayanan kesehatan berupa laporan rutin selama tahun
2008 berjumlah 3.324 kasus yaitu atau 8,89 per seribu penduduk. Tapi pada tahun 2009 mengalami
peningkatan  yaitu sebesar 5.687 kasus dengan insiden rate 15,21 per seribu penduduk.

Pada Tahun 2010 mengalami peningkatan kembali sebesar 8.817 dengan insiden rate 23,46 per 1000
penduduk. Pada Tahun 2011 mengalami peningkatan kembali sebesar 8.817 dengan insiden rate 23,46
per 1000 penduduk. Pada Tahun 2012 mengalami peningkatan kembali sebesar 8.817 dengan insiden
rate 23,46 per 1000 penduduk.  Namun kiranya hal ini  perlu adanya kewaspadaan yang menerus
dalam bentuk SKDN – KLB, dikarenakan Kabupaten Batu Bara masih merupakan daerah endemis.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

ANGKA KASUS
NO TAHUN DIARE
1000 PDDK

1 2008               3.324             8,89


2 2009               5.687            15,21
3 2010               8.817            23,46
4 2011               16.049            42,70
5 2012               4.270             11,36
Penyakit Menular yang dapat dicegah Immunisasi

Difteri

Penyakit difteri adalah penyakit menular akut yang menyerang bayi (0 – 1thn) serta sebagian besar
anak yang tidak mendapat vaksinasi DPT pada kelompok umur 1 – 4 tahun dengan penyebab penyakit
adalah Coryne Bacterium Diphteriae. Jumlah kasus dan Angka Insidence per 1000 penduduk
kelompok umum > 1 tahun dan 1 – 4 tahun, dari laporan yang masuk secara rutin tahun 2008 – 2012
tidak lagi dijumpai kasus Defteri yang terlapor di unit pelayanan pemerintah.

Pertusis

Penyakit pertusis merupakan penyakit menular akut pada saluran pernapasan, ditemui pada anak
dengan kelompok umur kurang dari 5 tahun. Tahun 2008 sampai 2012 tidak lagi dijumpai kasus
pertusis yang terlapor diunit pelayanan kesehatan tingkat pertama dan rujukan.

Tetanus

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh basil clostridum tetani. Penyakit ini bisa menyerang
siapa saja tanpa memandang kelompok umur atau strata ekonomi. Bila dilihat dari angka Insidence
tahun 2008 s/d 2012 kelihatannya penyakit ini tidak ada terlapor ke tingkat Kabupaten berarti kasus
tetanus sudah tidak ada, namun kemungkinan besar tidak terlapor.

Tetanus Neonatorum

Penyakit tetanus yang terjadi pada bayi (bayi kurang dari 1 bulan) disebut dengan Penyakit Tetanus
Neonatorum. Upaya pencegahannya telah dilakukan melalui program immunisasi rutin dengan
pemberian TT pada wanita usia subur, pemeriksaan kehamilan sekaligus pemberian imunisasi TT dan
imunisasi saat sweeping. Kasus tetanus neonatorum sampai saat ini tidak dijumpai.

Polio

Penyakit polio yang telah merupakan kesepakatan global dimana seharusnya Indonesia telah bebas
Polio pada tahun 2000 yang ditandai dengan pemberian sertifikasi bebas polio oleh WHO, namun
kenyataannya sampai saat ini Indonesia belum lagi bebas dari Polio yang membawa dampak program
imunisasi polio masih harus tetap berjalan.

Campak

Penyakit campak merupan penyakit akut yang mudah menular dan sebagian besar penderita
meninggal karena terjadinya komplikasi seperti radang paru, radang otak dan berak-berak, sebagian
besar kematian dapat dicegah dengan penanganan kasus yang baik. Kasus penyakit campak pada
tahun 2009 yang dilaporkan sebanyak 46 kasus. Pada Tahun 2010 dijumpai sebanyak 30 orang dan
Kasus terbanyak di jumpai pada Puskesmas Pagurawan kecamatan Medang Deras yaitu 15 orang dan
Kasus meninggal pada tahun 2012 di jumpai 24 kasus campak.

Hepatitis B

Penyakit Hepatitis dapat menyerang semua orang, melalui sistem surveilance terpadu didapat
gambaran bahwa penyakit hepatitis dari tahun 2007 di Kabupaten Batu Bara tidak ditemukan kasus
sedangkan pada tahun 2008 sampai dengan 2012 juga tidak ditemukan ditemukan kasus. Ini
menunjukan bahwa kasus ini belum ditemukan, namun pun begitu Sistem surveilance harus tetap
waspada dan  berkoordinasi.

 
4
BAB IPENDAHULUAN
A.
 
Latar Belakang
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga komponen demografi selainfertilitas dan migrasi, yang dapat
mempengaruhi jumlah dan komposisi umur penduduk.Indonesia mempunyai angka kelahiran dan angka kematian
lumayan tinggi. Padatahun 2010 CIA World Factbook menggolongkan Indonesia mempunyai urutan kematian ke73 di
dunia yang masuk pada negara-negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yangtinggi akibat dari masih tingginya
tingkat kelahiran.Harapan Hidup Manusia Di Indonesia adalah 71.5 tahun, pengeluaran untuk kesehatandi Indonesia
adalah 1,2% dari GDP Indonesia, sangat kecil, sehingga penanggulangan danpencegahan penyakit di Indonesia sangat
rendah hal ini dibuktikan dengan tingkatkeselamatan ibu dari 100.000 kelahiran adalah 420 ibu meninggal saat
melahirkan,Bandingkan dengan peringkat 1 yaitu Norwegia, yang harapan hidupnya mencapai 81 tahunlebih lama 10
tahun dari Indonesia, hal ini karena pemerintah Norwegia sangatmementingkan kesehatan warganya terbukti pengeluaran
pemerintah untuk kesehatan adalah7,5 % dari GDPnya,dengan tingkat keselamatan ibu pada saat melahirkan per
100.000kelahiran adalaha 7 orangUntuk analisis empiris, ini berfokus pada data kematian orang dewasa berasal
darisumber data yang berbeda termasuk Sensus 2000, tahun 2005 Inter-Survei Antar Sensus(Supas), dan Survei Sosial
dan 1998 Ekonomi Nasional (Susenas). Studi ini menelitiseberapa baik koleksi data capture nasional Indonesia dan sub-
regional fertilitas danmortalitas pengalaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kualitas data danketepatan
waktu kelahiran dan kematian orang dewasa pengukuran harus mungkin dengansepenuhnya menggunakan dataset yang
ada dan menerapkan standar analisis strategis.Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah
mencapai237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun 2000, dengan 58% hidup di pulauJawa,pulau terpadat
di dunia. Artinya, setiap tahun selama periode 2000-2010, jumlah
 
5
penduduk bertambah 3,25 juta jiwa. Jika di alokasikan ke setiap bulan maka setiap bulannyapenduduk Indonesia
bertambah sebanyak 270.833 jiwa atau sebesar 0,27 juta jiwa.Berdasarkan jumlah tersebut, maka setiap harinya penduduk
Indonesia bertambahsebesar 9.027 jiwa. Dan setiap jam terjadi pertambahan penduduk sebanyak 377 jiwa.Bahkan setiap
detik jumlah pertambahan penduduk masih tergolong tinggi yaitu sebanyak 1,04 (1-2 jiwa). Pertambahan penduduk di
Indonesia umumnya (bahkan bisa dikatakan 99,9persen) disebabkan oleh kelahiran, sisanya berupa migrasi masuk.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam 1 detik di Indonesia terjadi kelahiran bayi sebanyak 1-2
jiwa.Meskipun programkeluarga berencanayang telah ada sejak tahun 1960 cukup efektif , populasi diperkirakan akan
tumbuh menjadi sekitar 254 juta tahun 2020 dan 288 juta padatahun 2050, jatuh ke urutan keenam di belakang Pakistan
dan Brasil beberapa waktusebelum 2050.
B.
 
Rumusan Masalah
1.
 
Apa yang di maksud Mortalitas (kematian)?2.
 
Bagaimana pola mortalitas di Indonesia?
 
6
BAB IIPEMBAHASAN
Defenisi
Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang spesifik)pada suatu populasi, skala besar
suatu populasi, per dikali satuan.Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per 1000 individu per
tahun,hingga, rata-rata mortalitas sebesar 9.5 berarti pada populasi 100.000 terdapat 950 kematian pertahun. Mortalitas
berbeda dengan morbiditas yang merujuk pada jumlah individual yangmemiliki penyakit selama periode waktu
tertentu.Menurut PBB dan WHO, kematian adalah hilangnya semua tanda-tanda kehidupansecara permanen yang bisa
terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Still birth dan kegugurantidak termasuk dalam pengertian kematian. Perubahan
jumlah kematian (naik turunnya) di tiapdaerah tidaklah sama, tergantung pada berbagai macam faktor keadaan. Besar
kecilnya tingkatkematian ini dapat merupakan petunjuk atau indikator bagi tingkat kesehatan dan tingkatkehidupan
penduduk di suatu wilayah.Mortalitas atau kematian dapat menimpa siapa saja, tua, muda, kapan dan dimana saja.Kasus
kematian terutama dalam jumlah banyak berkaitan dengan masalah sosial,ekonomi, adat istiadat maupun masalah
kesehatan lingkungan. Indikator kematianberguna untuk memonitor kinerja pemerintah pusat maupun lokal dalam
peningkatankesejahteraan masyarakat.
Penyebab Kematian
Trend angka kematian kasar menurut kelompok umur dari tahun 1995-2007menunjukkan pola peningkatan risiko
kematian yang meningkat pada usia diatas 45 tahun, danpaling signifikan terjadi pada kelompok umur diatas 65 tahun
(dari sekitar 30% di tahun 1995menjadi 45% di tahun 2007).
 
Sedangkan trend penurunan terbesar terjadi pada kelompok umur < 1 tahun. (dari sekitar18% di tahun 1995 menjadi 8%
di tahun 2007). Kondisi ini menunjukkan adanya child survival

Home » SMP dan SMA » Pengertian Mortalitas dan Faktor Terjadinya

Pengertian Mortalitas dan Faktor Terjadinya

Pengertian Mortalitas dan Faktor Terjadinya – Sama halnya dengan Natalitas, pengertian
Mortalitas juga sangat penting untuk diketahui jika membahas mengenai kependudukan. Pengertian
Mortalitas adalah kondisi kematian yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk. Tingkat
tinggi rendahnya Mortalitas tentunya akan berbeda dengan wilayah satu dengan wilayah yang lainnya.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Mortalitas yaitu pro mortalitas dan anti mortalitas.
Pro Mortalitas merupakan faktor pendukung Mortalitas yang dapat meningkatkan jumlah kematian
sedangkan anti Mortalitas merupakan faktor yang bertentangan dengan Mortalitas dan dapat
memperlambat laju kematian penduduk.
Faktor-faktor yang termasuk ke dalam pro Mortalitas adalah tingkat kesehatan yang rendah sehingga
dapat menimbulkan berbagai penyakit dengan mudah, fasilitas kesehatan dan tenaga medis yang
sedikit, terjadinya bencana alam, penyakit menular yang merajarela, rendahnya kepedulian
masyarakat akan kesehatan yang ada di lingkungannya dan sering terjadi kecelakaan lalu lintas.
Kesemua faktor-faktor tersebut berperan penting dalam meningkatkan jumlah kematian di suatu
wilayah. Tingkat kematian suatu wilayah dapat ditekan pertumbuhannya jika pemerintah atau warga
sekitar peduli akan kesehatan tubuh dan lingkungan sekitar. Selain faktor yang pendukung Mortalitas,
ada faktor yang menentang banyaknya jumlah kematian. Faktor ini disebut anti Mortalitas.

Faktor anti Mortalitas merupakan salah satu faktor yang ada pada laju pertumbuhan penduduk. Faktor
ini akan Anda ketahui jika Anda mengetahui pengertian Mortalitas secara terperinci dan mengetahui
latar belakang terjadinya kematian yang tinggi pada suatu daerah. Faktor-faktor yang mempengaruhi
anti Mortalitas adalah adanya fasilitas dan tenaga medis yang lengkap dan berkompeten di bidangnya,
tingginya tingkat kesehatan di masyarakat dan kesejahteraan warga yang merata, obat-obatan yang
berharga murah, lingkungan yang menjaga kebersihan dan adanya penyuluhan kesehatan kepada
masyarakat. Faktor-faktor ini sangat membantu masyarakat dalam meminimalkan jumlah kematian di
suatu daerah.

Bagi mereka yang mempelajari kependudukan, masalah Mortalitas tidak dapat diabaikan begitu saja.
Mortalitas menjadi sangat penting bagi suatu wilayah untuk mengatur jumlah penduduk. Bagi wilayah
yang memiliki tingkat kematian tinggi, pemerintahan setempat dapat mencanangkan angka kelahiran
yang tinggi agar jumlah warga di daerah tersebut tetap stabil. Jika daerah tersebut memiliki jumlah
kematian yang rendah, perlu adanya pengawasan terhadap angka kelahiran agar jumlah penduduk
tidak terlalu padat yang justru akan menimbulkan masalah baru. Pengawasan akan Mortalitas
hendaknya dilakukan secara bersama karena pengaruh akan laju kematian dapat mempengaruhi
kehidupan semua pihak.

Ada baiknya jika telah mengetahui pengertian Mortalitas, Anda turut berperan serta dalam mengatur
angka kelahiran. Semoga dengan tingkat kematian dan kelahiran yang merata, tingkat kesejahteraan
masyarakat dapat meningkat. Begitu juga dengan tingkat kesehatan yang meningkat dan pendidikan
yang merata di berbagai lapisan masyarakat. Itulah penjelasan mengenai Mortalitas beserta dengan
faktor yang mempengaruhinya.

 atar Belakang

Sejarah menunjukkan bahwa epidemiologi merupakan ilmu yang dikenal sejak zaman dahulu bahkan
berkembang bersamaan dengan ilmu kedokteran karena kedua disiplin ilmu ini berkaitan satu dengan
yang lain. Misalnya, studi epidemiologi bertujuan mengungkapkan penyebab suatu penyakit atau
program pencegahan dan pemberantasan penyakit yang membutuhkan pengetahuan ilmu kedokteran
seperti ilmu faal/fisiologi, biokimia, patologi, mikrobiologi, dan genetika.
Dalam sejarah epidemiologi akan digambarkan tentang perkembangan epidemiologi yang diwali sejak
abad ke-5 SM yaitu sejak era hippocrates sampai akhir abad ke-20. Adapun tujuan mempelajari
sejarah epidemiologi adalah memberikan gambaran tentang bagaimana hubungan dan aplikasi
epidemiologi dengan berbagai masalah kesehatan masyarakat.

Epidemiologi merupakan salah satu ilmu yang dapat memperkuat kompetensi maupun
profesionalisme petugas kesehatan. Oleh karena itu, epidemiologi diajarkan di berbagai jenjang
sekolah atau perguruan tinggi kesehatan, maka dari itu penting untuk dibahas mengenai epidemiologi.

 Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:

 Jelaskan sejarah epidemiologi!


 Sebutkan dan jelaskan jenis dan ruang lingkup epdemiologi!
 Jelaskan batasan dan manfaat epidemiologi serta konsep dan cara penularan dari penyakit!
 Jelaskan batasan mengenai morbiditas dan mortalitas penyakit dan perbedaannya!
 Jelaskan ukuran status morbiditas dan mortalitas penyakit!
 Bagaimana hubungan unsur-unsur demografis dan faktor-faktor imunitas terhadap terjadinya
peningkatan morbiditas dan mortalitas penyakit!
 Jelaskan teori konsep dasar terjadinya penyakit!
 Apa saja konsep penyebab penyakit serta bagaimana tahapan alamiah suatu penyakit?
 Jelaskan definisi penyakit dan sumber penularaan serta pencegahan dan penanggulangannya?
 Jelaskan perbandingan karakteristik penyakit menular dan tidak menular!
 Mengapa penyakit tidak menular dan penyakit bukan infeksi dapat meyebabkan peningkatan
frekuensi morbiditas dan mortalitas penyakit?
 Apa agen infeksi serta macam-macam penularan?
 Apa definisi serta cara penularan dari kejadian endemi, epidemi, dan pandemi?
 Definisi imunitas dan faktor yang mempengaruhi imunitas?
 Jelaskan definisi komponen dan ruang lingkup demografi dan cara menganalisis piramida
penduduk dan ukuran dasar demografi?
 Bagaimana hubungan unsur-unsur demografi dan faktor-faktor imunitas terhadap terjadinya
peningkatan frekuensi morbiditas dan mortalitas penyakit?

 Tujuan

Tujuan dari pengamatan ini adalah sebagai berikut:

 Untuk mengetahui sejarah epidemiologi.


 Untuk mengetahui jenis dan ruang lingkup epdemiologi.
 Untuk mengetahui batasan dan manfaat epidemiologi serta konsep dan cara penularan dari
penyakit.
 Untuk mengetahui batasan mengenai morbiditas dan mortalitas penyakit dan perbedaannya.
 Untuk mengetahui ukuran status morbiditas dan mortalitas penyakit.
 Untuk mengetahui hubungan unsur-unsur demografis dan faktor-faktor imunitas terhadap
terjadinya peningkatan morbiditas dan mortalitas penyakit.
 Untuk mengetahui teori konsep dasar terjadinya penyakit.
 Untuk mengetahui apa saja konsep penyebab penyakit serta bagaimana tahapan alamiah suatu
penyakit.
 Untuk mengetahui definisi penyakit dan sumber penularaan serta pencegahan dan
penanggulangannya.
 Untuk mengetahui perbandingan karakteristik penyakit menular dan tidak menular.
 Untuk mengetahui mengapa penyakit tidak menular dan penyakit bukan infeksi dapat
meyebabkan peningkatan frekuensi morbiditas dan mortalitas penyakit.
 Untuk mengetahui agen infeksi serta macam-macam penularan.
 Untuk mengetahui definisi serta cara penularan dari kejadian endemi, epidemi, dan pandemi.
 Untuk mengetahui definisi imunitas dan faktor yang mempengaruhi imunitas.
 Untuk mengetahui definisi komponen dan ruang lingkup demografi dan cara menganalisis
piramida penduduk dan ukuran dasar demografi.
 Untuk mengetahui hubungan unsur-unsur demografi dan faktor-faktor imunitas terhadap
terjadinya peningkatan frekuensi morbiditas dan mortalitas penyakit.

 Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diperoleh,yaitu:

 Dapat dijadikan referensi dalam pembuatan makalah selanjutnya.


 Dapat menambah wawasan pembaca, terutama bagi penulis.
 Dapat menambah jumlah inventaris makalah diperpustakaan kampus.

BAB II

PEMBAHASAN

 Sejarah epidemiologi

Dalam sejarah epidemiologi akan digambarkan tentang perkembangan epidemiologi yang diawali
sejak abad ke 5 SM yaitu era hipocrates sampai akir abad ke 20. Perkembangan sejarah epidemiologi
dpat dikelompokkan dalam 4 tahap yaitu pengamatan, perghitungan, pengkajian, dan uji coba 1:

1. Tahap pengamatan

Merupakan tahap awal untuk mengetahui frekuensi dan penyebaran suatu masalah kesehatan serta
factor-faktor yang berhubungan dengan cara pengamatan (observasi) sebagai contoh adalah
pengamatan oleh hipocrates 2400 tahun lalu.

Hipokrates adalah orang yang pertama yang berfikir bahwa terdapat hubungan antara keadaan
lingkungan dengan kejadian lingkungan dengan kejadian penyakit pada zaman Yunani antar 460-370
SM. Hipocrates merupakan “dokter terbesar” pada zamannya dan dianggap sebagai bapak ilmu
kedokteran. Selin itu, ipocrates juga dikenal melalui tulisannya yang berjudul “Air, Water, and Places

Hipocrates menekankan pentingnya menentukan pengaruh factor lingkungan dan kebiaasaan hidup
terhadap timbulnya penyakit. Dengan kata lain, hipocrates telah menghubungkan timbulnya penyakit
dengan factor lingkungan baik, lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

1. Tahap perhitungan

Tahap ini merupakan upaya untuk mengukur frekuensi dan penyebaran suatu masalah kesehatan
dengan bantuan ilmu hitung. Conth pada tahap ini adalah pengukuran oleh john Graunt (1662) yang
mengadakan pencatatan kelahiran dan kematian dikota Londn yang diperoleh selama 30 tahun sejak
taun 1632.

1. Tahap pengkajian
Pada tahap ini sudah dilakukan pengkajian dan pembuktian adanya ubungan statistic antara kehidupan
dengan keadaan kesehatan masyarakat. Sebagai contoh adala pembuktian oleh William Farr (1893)
dan John Snow (1894).

Farr membuktikan bahwa adanya hubungan statistic antaraperistiwa kehidupan dengan keadaan
masyarakat. Farr menggunakan metode statistika dan epidemiologi untuk menganalisis data kematian
yang berkaitan denga epidemic penyait kolera yang terjadi dibeberapa wialayah di London pada tahun
1832 dan 1849.

Adapun john Snow (1894) mempelajari tentang terjadinya wabah kolera di kota London dan
membuktikan adanya hubungan antara timbulnya wabah kolera dengan sumber air minum penduduk.
Penkajian yag dilakukan oleh Snow hanya pada data yang ada atau terjadi secara alamiah sehingga
disebut sebagai tahap eksperimen lainnya.

1. Tahap uji coba

Tahap uji coba sebagai dasar eksperimen modern adalah membandingkan akibat dari suatu paparan
yang diberikan kepada suatu kelompok baik manusia atau hewan dibandingkan dengan kelompok
manusia atau hewan lain yang tidak diberi paparan tersebut. Tokoh eksperimen modern adalah
sebagai berikut :

1. James Lind (1716-1794)

Pada tahun 1753< Lind mengamati bahwa kejadian scurvy berhubungan dengan kondisi lingkungan
dan kebiasaan makan para awak kapal yang berlayar. Kemudian dia melakukan ui coba memberikan
berbagai jenis suplemen gizi termaksud cuka dan jeruk citrus pada penderita scurvy. Hasilnya scurvy
dapat dicegah dan diobati dengan memberikan buah jeruk.

2. Edwar Janner ( 1749-1823)

Taun 1798, Janer mengamati bahwa seseorang yang terifeksi cow pox aman dari infeksi small pox.
Virus orthopox baru dapat diidentifikasi pada tahun 1958.

3. Joseph Goldberger (1974-1927)

Pada tahun 1915, Golberger ditugaskan oleh Surgeon General Amerika Serikat untuk mengadakan
penyelidikan mengenai pellagra. Dari penyelidikan tersebut Goldberger menemukan bahwa pellagra
tidak disebabkan penyakit menular tetapi karena kekurangan gizi dan dapat dicegah dengan
meningkatkan konumsi protein hewani dan protein kacang-kacangan. Vitamin B6 baru dapat
diidentifikasi tahun 1924.

4. Doll Dan Hill

Austin Bradford hill bersama Richard Doll meakukan studi tentang merokok dan kaitannya dengan
kangker paru-paru studi penyakit kardiovaskuler pada penduduk Farmingham, Massachusetts.

Tokoh Tokoh sejarah Epidemiologi

Dikenal beberapa orang yang telah mematok sejarah penting dalam perkembangan epidemiologi,
diantaranya adalah 2:

1. Hippocrates (460 BC-377 BC)


Hippocrates merupakan ahli epidemiologi pertama di dunia, karena dialah yang pertama mengajukan
konsep analisis kejadian penyakit secara rasional dan uga memperkenalkan istilah endemic dan
epidemi. Hippocrates mengemukakan beberapa teori yaitu penyakit terjadi karena adanya kontak
denan jasad hidup penyakit berkaitan dengan lingkungan eksternal maupun internal seseorang.

2. Galen (129-199)

Galen merupakan bapak psikologi eksperimental karana dia megajukan konsep bahwa status
kesehatan berkaitan dengan temperament dan penyakitberhubungan dengan personality type dan
lifestyle factors.

3. Thomas Syndenham (1624-1689)

Dia disebut sebagai English Hippocrates karena petanyaannya yang menghidupkan kembali konsep
Hippocrates di Ingris dan merinci lebih jelas tentang factor lingkungan dari Hipporates. Dia dianggap
sebagai bapak epidemmiologi

4. Antonio Van Leuwenhoek (1632-1730)

Dia sebagai ilmuan yang menemukan microscope, penenmu bakteri dan parasite (1674) penemu
spermatozoa (1677) penemuan Antonio ini kemudian sangat berguna untuk analisis epidemiologi
selanjutnya.

5. Robert Koch

Dia adalah penemu basil tuberculosis (1822), dia memperkenalkan tuberculin (1890) sebagai suatu
cara pengobatan tuberculosis. Dia juga memperkenalkan konsep tentang cara menentukan kapan
mikroorganisme dapat dianggap sebagai penyebab suatu penyait.

6. Max Van Patternkofer

Dia inginmembuktika bahwa vibrio bukan penyebab kolera.

7. Jhon Snow (1813-1858)

Dia adalah penemu penyakit kolera. Dia menggunakan pendekatan epidemiologis dengan
menganalisis faktor empat orang, waktu untuk menganalisis maslah kolera sehingga dianggap sebagai
the father of field epidemiologi

8. Percival Pott

Dia adalah orang yang melakukan pendeatan epidemiologi dan menganalisis tingginya angka kejadian
kanker scrotum pada pekerja pembersih cerobng asap. Dengan analisis epidemiolginya, dia
menemukan bahwa tar yang terdapat pada cerobong asap itulah yang menjadi penyebabnya.dia
dianggap sebagai bapak epidemiologi modern.

9. James Lond

Dia mengamati bahwa ada kelompok tertentu dalam suatu pelayaran panjang yang engalami scurvy
(kurang vitamin C) ternyata hal ini dikarenakan mereka semua makan makanan kaleng. Dia dikenal
sebagai bapakTrial klinik

10. Doll dan Hill


Dia adalah penemu kanker akibat merokok, mereka adalah pelopor penelitian di bidang epidemiologic
klinik.

 Jenis dan ruang lingkup epidemiologi


o Jenis-jenis epidemiologi

1. Epidemiologi Deskriptif (Descriptive epidemiology)b

Epidemiologi deskriptif adalah penelitian yang mempelajari frekuensi dan distribusi masalah
kesehatan tanpa memandang perlu mendapatkan jawaban tentang faktor penyebab yang
mempengaruhi frekuensi, penyebaran dan munculnya maslah kesehatan tersebut. Epidemiologi
deskriptif ini hanya menjawab pertanyaan tentang siapa (who), dimana (where), dan kapan (when)
tetapi tidak menjelakan kenapa (why) tibul masalah kesehatan tersebut. Jadi dalam epidemiologi
deskriptif dipelajari bagaimana frejuensi penyakit berubah menurut perubahan variable-variabel
epidemiologi yang terdiri dari orang (person), tempat (place) dan waktu ( time).

Contoh : adalah ada 100 orang laki-laki menderita infeksi saluran pernapasan akut ( ISPA ) di
kelurahan Maleer pada tahun 2008.3

2. Epidemiologi analitik (Analytic epidemiology )

Epidemiologi analitik adalah penelitian yang menganalisis faktor penyebab (determinan) masalah
kesehatan. Berarti epidemiologi analitik merupakan pencarian jawaban terhadap faktor-faktor
penyebab yang dimaksud (why) untuk kemudian dianalisa hubungannya dengan akibat yang
ditimbulkan.

Contoh : setelah ditemukan secara deskriptif bahwa angka kejadian infeksi saluran pernafasan akut
( ISPA ) pada orang yang merokok sangat tinggi maka perlu dianalisis lebih lanjut apakah rokok
memang benar penyebab terjadinya ISPA.3

3. Epidemiologi eksperimental

Epidemiologi eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan melakukan percobaan atau
eksperimen untuk penyakit.

Contohnya : jika rokok dianggap sebagai penyebab ISPA, maka dilakukan eksperimen terhadap
sekelompok orang dilarang merokok, kelompok lain dibiarkan merokok kemudian dibandingkan
hasilnya.3

 Ruang lingkup epidemiologi3

1. Etiologi

Hal ini berkaitan dengan identifikasi penyebab penyakit dan masalah kesehatan lain.
Misalnya,etiologi dari kolera adalah vibrio cholera.

2. Efikasi (Efficacy)

Hal ini berkaitan dengan efek/daya optimal yang dapat diperoleh dari pemberian intervensi kesehatan.
Efikasi dimaksudkan untuk melihat hasil atau efek suatu intervensi, misalnya efikasi dari
pemberantasan sarang nyamuk adalah menurunkan angka kejadian penyakit demam berdarah.

 Efektifitas ( Effectiveness)
Efektivitas adalah besarnya hasil yang diperoleh dari suatu tindakan (intervensi) dan besarnya
perbedaan dari suatu tindakan yang satu dengan yang lain. Efektivitas ini ditunjukkan untuk
mengetahui efek intervensi atau pelayanan dalam berbagai kondisi lapangan yang sebenarnya yang
sangat berbeda-beda. Contohnya peningkatan kasus DBD 70% kemudian dilakukan fogging dan
ternyata hasil yang diperoleh kasus menurun 50%, dengan demikian fogging efektif menurunkan
kasus DBD sebesar 20%

 Efisiensi ( Efficiency)

Efisiensi adalah sebuah konsep ekonomi yang melihat pengaruh yang dapat diperoleh berdasarkan
besarnya biaya yang diberikan atau ditujukan untuk mengetahui kegunaan dan hasil yang diperoleh
berdasarkan besarnya pengeluaran ekonomi/biaya yang dilakukan. Contohnya pemberantasan sarang
nyamuk cukup menggunakan 3M yaitu menguras tempat penampungan air, yang menjadi tempat
genangan air sehingga pemberantasan sarang nyamuk tidak efisien jika membersihkan semua
lingkungan.

 Evaluasi

Merupakan penilaian secara keseluruhan keberhasilan suatu pengobatan atau program kesehatan
masyarakat atau melihat dan member nilai keberhasilan program seutuhnya. Contohnya Imunisasi
Tetanus Toxoid pada ibu hamil >90% akan menurunkan angka kesakitan Tetanus neonatorum.

 Edukasi

Merupakan intervensi berupa peningkatan pengetahuan tentang kesehatan masyarakat sebagai bagian
dari upaya preventif penyakit. Contohnya penyuluhan tentang gejala dan pencegahan demam berdarah
akan menurunkan angka kematian demam berdarah.

 Batasan dan manfaat epidemiologi serta konsep dan cara penularan penyakit

Epidemiologi dibatasi untuk mempelajari tentang sifat, penyebab, pengendalian, dan faktor – faktor
yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakig, kecacatan, dan kematian dalam populasi
manusia.4

 Manfaat epidemiologi

1. Untuk mempelajari riwayat penyakit

Epidemiologi berguna untuk mempelajari tren penyakit untuk memprediksi tren penyakit yang
mungkin akan terjadi hasil penelitian epidemiologi dapat digunakan dalam perencanaan pelayanan
kesehatan masyarakat.4

2. Diagnosis masyarakat

Epidemiologi digunakan untuk mendiagnosis penyakit, kondisi cidera, gangguan, defek/cacat yang
menjadi masalah kesehatan atau kematian di dalam suatu komunitas atau wilayah. 4

3. Mengkaji resiko yang ada pada setiap individu karena mereka dapat mempengaruhi kelompok
maupun populasiepidemiologi digunakan untuk faktor resiko, masalah, dan perilaku apa saja
yang dapat mempengaruhi kelompok atau populasi.4
4. Pengkajian, evaluasi dan penelitian
Epidemiologi digunakan untuk menentukan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat dan mengatasi
masalah dan memenuhi kebutuhan populasi atau kelompok. Epidemiologi juga digunakan untuk
mengkaji keefektifan, efisiensi, kualitas,kuantitas, ketersediaan layanan untuk mengobati,
mengendalikan atau mencegah penyakit, cidera, ketidakmampuan atau kematian. 4

5. Melengkapi gambaran klinis

Epidemiologi digunakan dalam proses identifikasi dan diagnosis untuk menetapkan bahwa suatu
kondisi memang ada atau bahwa seseorang memang menderita penyakit tertentu. Epidemiologi juga
digunakan untuk menentukan hubungan sebab akibat, misalnya, radang tenggorokan dapat
menyebabkan demam rematik.4

6. Identifikasi sindrom

membantu menyusun dan menetapkan kriteria untuk mendefinisikan sindrom, mmisalnya sindrom
down dll4

7. Menentukan penyebab dan sumber penyakit

Temuan epidemiologi memungkinkan dilakukannya pengendalian, pencegahan dan pemusnahan


penyebab penyakit, kondisi, cidera, atau kematian. 4

 Konsep penularan penyakit

1. Fomite atau benda mati adalah benda yang mempunyai peran dalam penularan penyakit.
Fomite dapat berupa pensil, pulpen, gelas, gagang pintu, pakaian, atau benda mati lainnya
yang menghantarkan infeksi akibat terkontaminasi organisme penyebab penyakit yang
kemudian disentuh oleh orang lain.4
2. Vektor adalah setiap mahluk hidup selain manusia (misalnya serangga seperti lalat, kutu,
nyamuk, hewankecil seperti mencit, tikus, atau hewan pengerat lainnya) yang membawa
penyakit (carrier) yang menyebarkan dan menjalani proses penularan penyakit. Vektor
menyebarkan agen infeksi dari manusia atau hewan yang terinfeksi ke manusia atau hewan
lain yang rentan melalui kotoran, gigitan, dan cairan tubuhnya, atau secara tidak langsung
melalui kontaminasi pada makanan.4
3. Reservoir adalah manusia,hewan,tumbuhan, tanah, atau zat organik(seperti tinja dan
makanan) yang menjadi tempat tumbuh dan berkembang biak organisme infeksius. Saat
organisme infeksius berkembang biak dalam reservoir, mereka melakukannya sedemikian
rupa sehingga penyakit dapat ditularkan pada pejamu yang rentan. Manusia sering berperan
sebagai reservoir sekaligus pejamu.4
o Cara penularan penyakit

Terdapat dua cara penularan penyakit yaitu :

1. Penularan langsung / penularan dari orang ke orang

Perpindahan patogen atau agen secara langsung adan segera dari pejamu/reservoir ke pejamu yang
rentan. Penukaran langsung dapat terjadi melalui kontak fisik langsung atau kontak langsung orang
per orang, seperti bersentuhan dengan tangan yangterkontaminasi. 4.

2. Penularan tidak langsung

Terjadi ketika patogen atau agen berpindah atau terbawa melalui beberapa item, organisme, benda,
atau proses perantara menuju pejamu yang rentan sehingga menimbulkan penyakit. Alat penularan
tidak langsung yaitu fomite, vektor, udara partikel debu, droplet air, makanan, kontak oral-fecal, dan
mekanisme lain yang secara efektif menyebarkan organisme penyebab penyakit. 4

Terdapat beberapa cara penularan pada penularan tidak langsung yaitu 4:

1. Penularan airborne

Terjadi ketika droplet atau partikel debu membawa patogen ke pejamu dan menginfeksinya

2. Penularan waterborne

Terjadi ketika patogen, misalnya kolera, terbawa dalam air minum, kolam renang, sungai, atau danau
yang digunakan untuk berenang.

3. Penularan vehicleborne

Berhubungan dengan fomite( barang/benda) misalnya peralatan makan, pakaian, sisir,botol air minum
dan sebagainya.

 Batasan dan perbedaan morbiditas dan mortalitas

Mortalitas adalah angka kematian, sehingga lebih mudah dimengertidan mudah di identifikasi,
pencatatan menjadi lebih baik, lebih mudah didapat, dan lebih pasti dalam perhitungannya, sekalipun
masih ada kematian yang tidak di laporkan dan dicatat. Angka kematian juga berbeda – beda prosedur
sertifikasinya. Sebab kematian seringkali tidak tercantum, apalagi dilakukan otopsi. Juga faktor-faktor
yang menentukan penyakit sering tidak tercatat, misalnya merokok, peminum, dst. Apabila penelitian
mengharuskan perhitungan kematian, maka angkamortalitas dapat menjadi pengukuran efek secara
langsung.

Sebaliknya, morbiditas, lebih sulit di mengerti oleh awam, karena tidak dapat melakukan diagnosis
penyakit. Karenanya, morbiditas lebih sulit di mengerti dan cenderung kurang akurat dalam
pencatatan di banding mortalitas. Morbiditas juga seringkali tidak dilaporkan dan/atau dicatat, karena
banyak yang diobati sendiri atau di bantu oleh teman. Bila diobati, belum tentu juga ada diagnosisnya,
tergantung berobatna ke dokter atau bukan dokter, sehingga ada kemungkinan tidak di laporkan. Juga
penderita saat ini ingin berobat ke dokter itu instan sembuh, sehingga para medisi cenderung memberi
pengobatan yang multipurpose, pasien tidak kembali lagi, dan diagnosis tidak dibuat, hingga tidak di
laporkan. Namun demikian, morbiditas merupakan ukuran yang lebih baik bagi kesehatan dan usaha
preventif daripada mortalitas yang terjadi setelah terjadi morbiditas, dan akibat usaha pengobatan
yang tidak berhasil. Skema pada Gambar 7.2 memperlihatkan perbedaan kedudukan usaha preventif
dan kuratif. Bila usaha kuratif sukses, maka angka mortalas akan turun, sebaliknya usaha preventif
kalau mau sukses, harus menurunkan angka morbiditas.

Sehat============//============Sakit============//============Kematian

Usaha preventif                                           Usaha kuratif

Catatan: // = intervensi

Gambar 7.2 skema perbedaan kedudukan Usaha Preventif dan kuratif

 Ukuran status morbiditas dan mortalitas penyakit


o Pengukuran Morbiditas
Morbiditas dapat dihitung seara abosolut dan relatif terhadap jumlah penduduk , untuk penelitian
kesehatan , maka angka relatif yang digunakan , karena dapat mencerminkan kemungkinan/probbilitas
terjangkit penyait/morbiditas bila berada dala suatu masyarakat tertentu. Ukuran morbidtas dan
mortalitas yang diakai dapat berupa proporsi,rates dan ratio. 5

1. Proporsi adalah ukuran yang membandingkan penyebut dengan pembilang, dimana


pembilang termasuk dalam angka penyebut, sebagai berikut 5:

Proporsi = a/ ab x dimana a = pembilang ,dan a+b = penyebut

P(A) = NA/N, sehingga rumus ini sama denga rumus yang diatas.

1. Rate adalah ukuran yang lebih kompleks,rate menggambarkan perubahan persatuan unit yang
menyebabkan perubahan di unit yang lain.
2. Ratio adalah pecahan dimana pembilang tidak termasuk dalam penyebut sehingga bentuknya
sebagai berikut ;

Ratio = a/b, dimana a = pembilang ,dan b = penyebut

Dua ukuran yang dicatat secara rutin dan digunakan untuk mengukur frekuensi penyakit atau
morbiditas adalah insiden dan prevalensi 5:

1. Insiden

Insidensi /IR mengukur kasus baru atau mengukur terjadinya perubahan dari keadaan sehat menjadi
sakit,insidensi dapat diukur untuk periode tertentu , tetapi secara rutin dhitung setiap ahu (kalender)
satu kali. Insidensi ini merupakan ukuran dasar untuk mnyatakan apakah ada perubahan dari frekuensi
penyakit. Rumus yang digunakan untuk mengukur insidensi adalah 5:

Frekuensi penyakit =           jumlah penderita baru                 × factor

Jumlah populasi penyandang resiko

Apabila dihitung untuk satu tahun kalender (Januari sampai Desember), maka

Insidensi penyakit = jumlah penderita baru selama satu tahun kalender × Faktor

Jumlah penduduk tertanggal 1 juli tahun yang sama

2. PREVALENSI

Prevalensi berbeda dengan insidensi, karena menghitung semua kasus yang ada pada periode tertentu,
sehingga baik kasus baru maupun yang lama, semuanya dihitung.

Prevalensi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut 5 :

Prevalensi = PR = Jumlah penderita pada periode waktu tertentu / 1 tahun kalender


                             Jumlah populasi penyandang resiko /tertanggal 1 juli,tahun sama

 PengukuranMortalitas

Mortalitas di ukur atas dasar berbagai angka kematian menurut kebutuhan . Dikenal berbagai angka
mortalitas. Seperti yang penting adalah angka kematian bayi ( AKB ) atau IMR . Angka kematian ibu
atau infant mortality rate ( IMR ) . angka kematian ibu atau maternal mortality rate ( MMR ) , angka
kematian kasar atau crude deadth rate (CDR), Angka kematian atas dasar usia age specific death rate
(ASDR),dsb.5

1. AKB atau IMR digunakan sebagai indicator kesehatan atau kesejahteraan masyarakat, AKB
ini sebetulnya bukan rate tetapi ratio yang membandingkan kematian bayi dari usia 0-1 tahun
dengan jumlah kelahiran hidup untuk satu tahun kalender.

Perhitungan AKB / IMR adalah sebagai berikut 5:

AKB =IMR = Jumlah kematian bayi , usia 0-1 th     × factor

Jumlah kelahiran hidup tahun sama ,daerah sama

2. Angka kematian kasar (AKK)

Angka kematian dasar dihitung , untuk melihat kecenderungan turun agtau naiknya penduduk, dan
untuk melakukan perbandingan antara kematia berdasarkan distribusi di usia di suatu wilayah. 5

AKK =              Jumlah kematian , 1 th kalender                × faktor

Jumlah penduduk tertanggal 1 juli th yang sama

3. Angka kematian usia spesifik ato age specific death rate (ASDR)

ASDR =            Jumlah kematian kelompok usia tertentu        × factor

Jumlah penduduk kelompok usia yang sama, tanggal 1 juli

4. Angka keparahan penyakit atau Case Fatality Rate (CFR)

Contoh :

Di Bandung ,tahun 1996 ; penderita hepatitis A = 576 Sedangkan yang meninggal karenanya = 19,
maka

CFR = 19/576 X 100% = 3,30 %

 Hubungan unsur-unsur demografis dan faktor-faktor imunitas terhadap peningkatan


morbiditas dan mortalitas penyakit
o Morbiditas

Morbiditas merupakan peristiwa sakit atau kesakitan, menjadi salah satu indikator yang digunakan
untuk mengukur derajat kesehatan penduduk. Semakin tinggi morbiditas, menunjukkan derajat
kesehatan penduduk semakin buruk. Sebaliknya semakin rendah morbiditas, menunjukkan derajat
kesehatan penduduk semakin baik.6

Morbiditas memiliki arti yang lebih kompleks, tidak hanya terbatas pada statistik atau ukuran tentang
peristiwa tersebut, namun juga pada factor yang mempengaruhinya (determinan factor), seperti faktor
sosial, ekonomi, dan sebagainya.6
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh ahli kesehatan, morbiditas disebabkan karena sakit
sindrom gawat napas neonates, tuberculosis, dan diare. Penyakit asma, tuberculosis, dan diare
menimbulkan dampak negative pada kehidupan pasien, menyebabkan anak sering tidak masuk
sekolah membatasi aktivitas pribadi maupun keluarga, dan penurunan produktivitas kerja. 6

Penyakit-penyakit tersebut muncul karena gaya hidup dan pola makan yang salah, serta lingkungan
yang kotor. Semua bermula dari minimnya pengetahuan mengenai masalah itu sendiri baik tentang
gizi maupun lingkungan.6

 Mortalitas

Mortalitas adalah angka kematian. Berdasarkan penelitian Worouw, menyimpulkan bahwa factor
lingkungan dan kemiskinan berpengaruh pada morbiditas. Penelitian Fuhrer, menghasilkan
kesimpulan bahwa budaya dan jenis kelamin yang menghasilkan pola morbiditas dan mortalitas yang
berbeda pula. Sedangkan berdasarkan penelitian Arola, menyatakan bahwa usia dan jenis kelamin
berpengaruh terhadap job control seseorang pekerja dan job control yang rendah meningkatkan
banyaknya absensi karena sakit.6

Kasus kematian terutama dalam jumlah banyak berkaitan dengan masalah social, ekonomi, adat
istiadat maupun masalah kesehatan lingkungan. Salah satu ukuran kematian yang cukup menjadi
perhatian adalah jumlah kematian bayi. Jumlah kematian bayi ini dipublikasikan dengan sebuah
indikasi yang disebut angka kematian bayi (IMR).6

Gwatkin, mengindikasikan bahwa perbedaan IMR di Indonesia berhubungan dengan kondisi sosial
ekonomi yang diukur dengan tingkat kekayaan dan ratio penduduk miskin. Kwachi dalam poerwanto
dkk mengemukakan bahwa pada kenyataannya kalangan dengan tingkat social ekonomi yang rendah
memiliki resiko kematian yang lebih tinggi.6

Di Indonesia, setiap tahun sekitar 14.180 wanita meninggal karena hamil dan melahirkan atau dalah
satu jam terdapat dua orang ibu meninggal saat melahirkan. Jika dikalkulasikan, angka kematian ibu
saat melahirkan akibat komplikasi kehamilan, persalinan, dan nipas mencapai 20 ribu per tahun.
Angka tersebut masih merupakan angka tertinggi di asia tenggara. 6

 konsep dasar terjadinya penyakit


o Kosep timbulnya penyakit

Konsep dasar timbulnya penyakit adalah proses dimana penyakit mulai terjadi dan berkembang dalam
tubuh manusia. Proses timbulnya penyakit melibatkan interkasi tiga jenis factor yaitu penyebab
(Agent), manusia (Host), dan lingkungan (environment). Apada kondisi seimbang antara agent, host,
dan environment maka kondisi kesehatan tetap terjaga. Kasus ketidak seimbangan misalnya
peningkatan agent dari perubahan kondisi lingkungan kemungkinan akan meningkatkan paparan
terhadap kerentanan (host). Kerentanan manusia (host) terhadap paparan meningkat karena kurang
tidur, kekurangan gizi, stress. Penuaan, atau berbagai jenis factor yang juga dapat meningkatkan
resiko penyakit. Perubahan lingkungan memberikan kontrribusi untuk mengubah kerentanan
manusia / pejamu (host) serta kelangsungan agent hidup penyakit. 1

 Proses Terjadinya Penyakit

Terjadinya penyakit pada manusia bukanlah peristiwa tunggal pada satu titik waktu, melainkan
merupakan proses yang terjadi selama periode waktu riwayat alami penyakit. Riawayat alami dapat
dibagi menjadi dua periode, prephatogenesis dan phatogenesis. Masing-masing periode dibagi lagi
dalm dua tahap. Tahapan dalam prephatogenesis adalah kerentanan dan adaptasi. Tahap pada
pathogenesis adalah pathogenesis dini dan fase klinis. Fase klinis penyakit ditetapkan sebagai
penyakit yang dideteksi karena gejala yang dialami pasien atau tanda-tanda jelas bagi seorang dokter
selama pemeriksaan fisik. Perubahan patologis dideteksi hanya oleh laboratorium atau tes klinis.
Dengan demikian untuk mendeteksi penyakit lebih awal dari biasanya akan dilakukan melalui adanya
tanda-tanda fisik atau gejala, tes screening, mendeteksi penyakit pada tahap pathogenesis dini/pra
gejala.1

Pada tahap pertama, penyakit belum berkembang meskipun ada factor yang mendukung kejadian
tersebut. Tahap selanjutnya, dalam riwayat alamiah adalah tahap pragejala penyakit atau disebut
pathogenesis dini. Tahap ke empat pada tahap riwayat alamiah adalah fase klinis penyakit, paparan
dari pejamu ke agent terjadi selama beberapa tahap pada yang rentan. Pada kasus agent menular,
paparan diikuti oleh periode inkubasi, ketika multiorganisme dalam jumlah yang cukup untuk
menghasilkan reaksi pejamu dan gejala klinis. Periode waktunya relative pendek, biasanya jam hingga
bulanan. Untuk penyakit yang disebabkan oleh agent yang tidak menular, perode waktunya dari
paparan hingga permulaan gejala disebut periode induksi atau periode laten, biasanya setahun hingga
decade. Perbedaan lain antar penyakit menular atau yang disebabkan oleh agent yang tidak
teredentifikasi kemungkinan adalah menjadi kondisi kronik yang alami. Sebagian besar tapi tidak
semua penyakit dengan penyebab relative infeksi memiliki periode durasi pendek. 1

Ada bebagai model mengenai peristiwa timbulnya penyakit, namun yang banyak digunakan adalah 1:

1. Model segitiga epiemiologi (The Epidemiologic triangle)


2. Jaring – jaring sebab akibat (The Web of Causation)
3. Model Roda (The Wheel)
4. Model Kausal Pie

Pembahasan dari model – model peristiwa timbulnya penyakit adalah sebagai berikut 1:

1. Model Segitga Epidemiologi

Gordon dan Lerich (1950) menyebutkan bahwa timbulnya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh
factor utama, yaitu pejamu (host), bibit penyakit (agent), dan lingkungan (environtment).

Biological Laws (Jhon Gordon)

1. Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent dengan manusia


2. Keseimbangan tergantung sifat alami karakteristik agent dan host.
3. Karekter agent dan host, cara interaksinya, secara langsung berhubungan dengan
lingkungannnya
1. Agent

Agent adalah factor yang menyebabkan hadirnya penyakit. Agent adalah substannsi yang ada atau
tidaknya, bila diikuti kontak yang efektif pada manusia yang rentan akan menjadi ransangan bagi
terjadinya penyakit. Contohnya pada kasus salmonella yang merupakan penyebab salmonellosis;
kekurangan vitamin D yang menyebabkan rakhitis.

2. Lingkungan (Environment)

Lingkungan adalah kondisi atau factor yang bukan bagian dari agent atau host tetapi mampu
meningkatkan paparan agent dan interaksinya dengan host.

Secara umum lingkungan terbagi menjadi 3 macam, yaitu:

 Lingkunga fisik;
Meliputi kondisi udara, musim, cuaca, kondisi geografis, serta geologinya.

 Lingkungan biologi;

Hewan; agent, reservoir, maupun vector dari suatu penyakit, mikroorganisme saprofit yang
mempunyai pengaruh positif. Tumbuhan; sumber nutrient.

 Lingkungan social ekonomi lingkungan social ekonomi mempengaruhi status kesehatan fisik
dan mental secara individu, kehidupan social, fasilitas olahraga, rekreasi, stratifikasi social,
tingat kejahatan, sistem asuransi, bencana alam, dan perang.
3. Host

Host adalah inang individu manusia ynag merupakan tempat bagi agent untuk menghasilkan penyakit.
Penyakit dapat terjadi hanyapada seseorang atau host yang rentan. Kurangnya kerentanan mungkin
karena kekebalan atau resistensi yang melekat. Kerentanan merupakan suatu kondisi dari suatu
komunitas atau masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi
ancaman bahaya. Kekebalan dapat menjadi homoral atau seluler. Semua factor yang terdapat pada diri
manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit serta riwayat suatu penyakit

2. Model Jaring – jaring sebab akibat

Model jaring – jaring sebab akibat dikemukan oleh Machmahon dan Pugh (1970) prinsipnya adalah
dalam menimbulkan penyakit peranan factor – factor dalam menimbulkan suatu penyakit tidak pernah
tergantung pada sebuah factor penyebab saja tetapi tergantung kepada sejumlah factor dala rangkaian
kausalitas sebelumnya bagaikan jaring penyebab. Berikut adalah skema model jaring – jaring sebab
akibat:

Faktor 8
Faktor 9
Faktor 10
Faktor 11
Faktor 4
Faktor 5
Faktor 12
Faktor 6
Faktor 7
Faktor 1
Faktor 2
Faktor 3
penyakit
Faktor 13

Sejauh ini kita telah membahas kausalitas seolah – olah setiap penyakit memiliki suatu penyebab
karena awalnya epidemiologi terfokus pada wabah penyakit menular dengan asal usul ide penyebab
tungga cukup bias diterapkan untuk pengendalian penyakit. Wabah kolera dapat dikendalikan dengan
meghilangkan sumber dari vibriokolera. Diptheria bias dihilangkan melalui program vaksinasi.
Demam berdarah dapat dicegah dari penyebaran dengan menerapkan karantina pada semua individu
terpapar.oleh karena itu pengahpusan karena isolasi agent dan penghapusan kerentanan host melalui
vaksinasi adalah langkah yang efektif.

3. Model Roda (Wheel)


Model ini menggambarkan hubungan manusia dan lingkungan ibarat roda. Model roda digambarkan
sebuah roda yang terdiri dari manusia dengan subtansi genetic pada intinya dan komponen lingkungan
biologi, social, fisik, tergantung problem spesifik penyakit yang bersangkutan. Pada model ini
penerapan faktor agent tidak terlalu diperhitungkan tapi yang lebih diperhatikan adalah hubungan
antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Besarnya peranan masing – masing lingkungan
menentukan penyakit yang akan ditimbulkan. Skema model roda konsep timbulnya penyakit dapat
dilihat pada gambar berikut ini :

Faktor internal
Faktor eksternal

4. Model Kusal Pie

Pada model sebelumnya disebutkan bahwa pada umumnya penyakit mempunyai lebihdari satu
penyebab baik pada penyakit infeksi maupun noninfeksi. Namun demikian, sebuah penyakit
mempunyai necessary cause yaitu keadaan yang sudah pasti memberikan akibat. Oleh karena itu,
dengan sendirinya kehadiran sebuah agent belum tentu menimbulkan suatu penyakit. Pengaruh satu
agent dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti status, paparan bahan racun, dan lingkungan.
Contohnya pada kejadian kanker paru dapat disebabkan oleh merokok, asbes, atau gas radon.

Dalam konsep Rotmhan dikemukakan bahwa komponen kausa terdiri dari beberapa komponen dan
tidak satupun dari komponen – komponen tersebut secara sendiri mencukupi untuk kejadian penyakit.
Tetapi pada saat semua komponen ada, maka terbentuklah sebuah mekanisme kausal oleh Rothman
disebut kausal Pie.

 Konsep penyebab penyakit dan tahapan alamiah suatu penyakit


o Konsep penyebab penyakit

Ada beberapa istilah yang menyatakan kausa suatu penyakit yaitu 2 :

1. Kausa mutlak

Merupakan suatu penyebab yang pasti akan menyebabkan suatu penyakit tertentu. Contohnya: untuk
terjadinya penyakit TBC pasti disebabkan karena adanya Mycobacterium Tuberculosis.

2. Kausa esensial

Merupakan suatu penyebab yang harus ada untuk memungkinkan suatu penyakit. Contohnya : kausan
esensial dari penyakit diare adalah lingkungan kurang bersih.

3. Kausa sufisien

Merupakan suatu penyebab yang umumnya terdiri dari beberapa penyebab, yang secara bersama-
sama saling mempengaruhi untuk terjadinya penyakit. Contohnya : kausa sufisien dari penyakit
hipertensi adalah sering mengkonsumsi makanan yang tinggi garam, usia diatas 30 tahun, kurang
olahraga, makanan tinggi lemak.

 Riwayat alamiah penyakit

Riwayat alamiah suatu penyakit pada umumnya melalui tahapan- tahapan berikut 2:

1. Tahap prepatogenesis
Tahap prepatogenesis mempunyai ciri- ciri :

1. Seseorang masih berada dalam keadaan normal/ sehat tetapi mereka memiliki kemungkinan
terkena serangan agen penyakit.
2. Terjadi interaksi antara penjamu, agen dan lingkungan, masih terjadi diluar tubuh, dimana
agen masih ada di luar tubuh penjamu, mengembangkan potensi infektifitasnya sehingga siap
menyerang penjamu.
3. Belum ada tanda- tanda sakit selama daya tahan tubuh penjamu masih kuat.
4. Tahap patogenesis

Tahap ini meliputi sub- sub tahap yaitu 2:

1. Tahap inkubasi

Tahap inkubasi merupakan tenggang waktu anatara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh yang
peka terhadap penyebab penyekit, sampai timbulnya gejala penyakit.

Tahap inkubasi mempunyai ciri- ciri :

1. Belum tampak tanda- tanda sakit yang khas dari penyakit.


2. Tiap penyakit memiliki masa inkubasi yang berbeda- beda, mulai dari beberapa jam, hari
inggu, bulan, sampai bertahun- tahun.
3. Tahap dini

Tahap dini memiliki ciri- ciri :

1. Mulai muncul gejala penyakit yang kelihatan ringan.


2. Sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan patologis, walaupun
penyakit masih dalam masa sub klinik.
3. Penjamu masih dapat melakukan aktifitas sehari- hari.
4. Diharapkan diagnosis sudah dapat ditegakkan secara dini, karena bila diobati dapat sembuh,
bila dibiarkan menjadi sakit.
5. Tahap lanjut

Tahap lanjut memiliki ciri- ciri :

1. Gejalah penyakit bertambah jelas dan mungkin tambah berat dengan segala kelainan patologis
dan gejalanya.
2. Penyakit sudah menunjukkan gejala dan kelaianan klinik yang jelas sehingga diagnosis sudah
relatof mudah untuk ditegakkan sehingga diperlukan pengobatan yang tepat untuk
menghindari akibat lanjut yang kurang baik.
3. Tahap pasca patogenesis/ tahap akhir

Tahap pathogenesis adalah berakhirnya perjalanan penyakit, dimana ada lima keadaan setelah
berakhirnya penyakit yaitu2 :

1. Sembuh sempurna

Merupakan kondisi dimana bibit penyakit menghilang, bentuk dan fungsi tubuh kembali seperti
keadaan sebelum sakit.

2. Sembuh dengan cacat


Merupakan kondisi dimana bibit penyakit sudah tidak ada tetapi bentuk dan fungsi tubuh tidak
kembali seperti keadaan sebelum sakit, dan meninggalkan gangguan permanen berupa sakit.

3. Karier

Merupakan kondisi dimana perjalanan penyakit sudah berhenti, gejala penyakit tidak nampak tetapi
bibit penyakit masih ditemukan dalam penjamu dan penyakit dapat kembali saat daya tahan tubuh
menurun.

4. Penyakit tetap berlangsung secara kronik

Merupakan kondisi dimana perjalanan penyakit tidak berhenti dan gejala penyakit tidak berubah.

5. Berakhir dengan kematian

Merupakan kondisi dimana perjalanan penyakit berhenti dan penjamu atau host meninggal dunia.

 Definisi penyakit, sumber penularan, dan pencegahan


o Definisi penyakit

1. Suatu pola respon yang diberikan terhadap oleh organisme hidup terhadap beberapa bentuk
invasi benda asing atau terhadap cedera yang mengakibatkan berubahnya fungsi normal
organisme tersebut.7
2. Suatu keadaan abnormal saat tubuh tidak dapat merespon atau menjalankan fungsi
normalnya.7
3. Suatu kegagalan mekanisme tubuh organisme untuk bereaksi terhadap invasi benda asing
sehingga mengakibatkan gangguan pada fungsi atau struktur di beberapa bagian organisme
tersebut.7
o Pencegahan
4. Pencegahan primer : pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapt menghentikan
kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi. Contoh : promosi kesehatan,
pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatan, langkah-langkah dan kegiatan pokoknya
seperti sanitasi, pengendalian infeksi, imunisasi, perlindungan makanan, susu, sumber air,
pengamanan lingkungan, dan perlindungan terhadap bahaya dan kecelakaan kerja. 7
5. Pencegahan sekunder : pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan skrining
kesehatan dan deteksi untuk menemukan status patogenik setiap individu di dalam populasi. 7
6. Pencegahan tersier : pencegahan tersier adalah pencegahan yang mencakup pembatasan
terhadap segala ketidakmampuan untuk menyediakan rehabilitasi saat penyakit, cedera atau
ketidakmampuan sudah terjadi dan menimbulkan kesehatan. Pada tahapan ini, sasarannya
adalah membantu mereka yang menderita penyakit dan mengalami cedera atau
ketidakmampuan untuk menghindari penggunaan sia-sia layanan kesehatan dan agar tidak
menjadi tergantung pada praktisi kesehatan dan institusi perawatan kesehatan .7
o Sumber penularan7

Klasifikasi Contoh sumber


Panas atau dingin yang berlebihan, sengatan
Agen fisik
listrik, radiasi, cedera
Alergi Astma, reaksi anafilaktik, lesi
Penyakit bawaan keluarga seperti
alkoholism, struktur genetik atau
Herediter kromosomyang menyebabkan kecacatan,
penyakit, atau kelainan pada turunannya,
sindrom
Infeksi nosokomial, penyakit, atau cedera
akibat perawatan atau tindakan yang
Iatrogenik
diberikan dalam fasilitas perawatan
kesehatan
Penyakit yang penyebab atau asalnya tidak
Idiopatik diketahui atau kasus kesakitan akibat hal ang
spontan
Infeksius Bakteri, virus, parasite
Spina bifida, penyakit ginjal polikistik,
Kongenital
aneurisme serebral
Disfungsi organ dalam tubuh menyebabkan
Metabolic hipotiroidisme, hipertiroidisme, gondok
eksoptalmik
Defisiensi vitamin seperti skorbut atau
Nutrisional
defisiensi protein seperti kwashiorkor
Psikologis Ketidakseimbangan biokimia dalam otak
Radang Sengatan, tanaman rambat racun
Luka, patah tulang, gegar otak, cedera
Traumatic
mekanik
Faktor lingkungan atau perilaku yang
Tumor merangsang pertumbuhan tumor, seperti
kanker paru
Vascular Merokok, stres, kurangnya kecukupan makan
Zat kimia Oabat-obatan, asam, basa, logam berat

 Perbandingan karakteristik penyakit menular dan penyakit tidak menular2

Penyakit Menular (PM) Penyakit Tidak Menular (PTM)


1.      Banyak ditemukan di negara
1.      Ditemukan di negara industry
berkembang
2.      Rantai penularan yang jelas 2.      Tidak ada rantai penularan
3.      Perlangsungan akut 3.      Perlangsungan kronik
4.      Etilologi mikroorganisme jelas 4.      Etiologi tidak jelas
5.      Bersifat single-kausa 5.      Bersifat multiple-kausa
6.      Diagnosis mudah 6.      Diagnosis sulit
7.      Agak mudah mencari penyebabnya 7.      Sulit mencari penyebabnya
8.      Biaya relatif murah 8.      Biaya mahal
9.      Jelas muncul di permukaan 9.      Ada iceberg phenomenon
10.  Morbiditas da mortalitasnya 10.  Morbiditas dan mortalitasnya
cenderung menurun cenderung meningkat

 Penyakit tidak menular dan penyakit bukan infeksi dapat meyebabkan peningkatan
frekuensi morbiditas dan mortalitas penyakit.
o Situasi Global

Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Data WHO
menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta
atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular. PTM juga membunuh
penduduk dengan usia yang lebih muda. Di negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan
menengah, dari seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29%
disebabkan oleh PTM, sedangkan di negara-negara maju, menyebabkan 13% kematian. Proporsi
penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia kurang dari 70 tahun, penyakit cardiovaskular
merupakan penyebab terbesar (39%), diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernafasan kronis,
penyakit pencernaan dan PTM yang lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4%
kematian disebabkan diabetes.8

Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM)
diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar akan terjadi di negara-
negara menengah dan miskin. Lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi global akan meninggal
akibat penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, stroke dan diabetes. Dalam jumlah
total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun karena penyakit tidak
menular, naik 9 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada saat ini. Di sisi lain, kematian akibat penyakit menular
seperti malaria, TBC atau penyakit infeksi lainnya akan menurun, dari 18 juta jiwa saat ini menjadi
16,5 juta jiwa pada tahun 2030. Pada negara-negara menengah dan miskin PTM akan bertanggung
jawab terhadap tiga kali dari tahun hidup yang hilang dan disability (Disability adjusted life
years=DALYs) dan hampir lima kali dari kematian penyakit menular, maternal, perinatal dan masalah
nutrisi.8

Secara global, regional dan nasional pada tahun 2030 transisi epidemiologi dari penyakit menular
menjadi penyakit tidak menular semakin jelas. Diproyeksikan jumlah kesakitan akibat penyakit tidak
menular dan kecelakaan akan meningkat dan penyakit menular akan menurun. PTM seperti kanker,
jantung, DM dan paru obstruktif kronik, serta penyakit kronik lainnya akan mengalami peningkatan
yang signifikan pada tahun 2030. Sementara itu penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS, Malaria,
Diare dan penyakit infeksi lainnya diprediksi akan mengalami penurunan pada tahun 2030.
Peningkatan kejadian PTM berhubungan dengan peningkatan faktor risiko akibat perubahan gaya
hidup seiring dengan perkembangan dunia yang makin modern, pertumbuhan populasi dan
peningkatan usia harapan hidup.8

 Situasi Indonesia

Indonesia dalam beberapa dasawarsa terakhir menghadapi masalah triple burden diseases. Di satu
sisi, penyakit menular masih menjadi masalah ditandai dengan masih sering terjadi KLB beberapa
penyakit menular tertentu, munculnya kembali beberapa penyakit menular lama (re-emerging
diseases), serta munculnya penyakit-penyakit menular baru (new-emergyng diseases) seperti
HIV/AIDS, Avian Influenza, Flu Babi dan Penyakit Nipah. Di sisi lain, PTM menunjukkan adanya
kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. 8

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 1995 dan 2001, tampak bahwa selama 12 tahun (1995-2007) telah terjadi transisi
epidemiologi dimana kematian karena penyakit tidak menular semakin meningkat, sedangkan
kematian karena penyakit menular semakin menurun. Fenomena ini diprediksi akan terus berlanjut. 8

PTM menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas tinggi karena kebanyakan PTM merupakan
penyakit yang tidak diketahui apa penyebabnya yang disebut penyakit non-infeksi sehingga tidak bisa
sembuh, Penyakit tidak menular tidak sama halnya dengan penyakit menular yang kebanyakan
disebabkan oleh mikroba atau bakteri yang dapat disembuhkan, karena dilihat dari gaya hidup
sekarang, kebanyakan masyarakat sudah sadar akan hygiene perorangan (kebersihan diri) sehingga
sudah jarang terkena penyakit yang bersifat menular. 8

 Agen infeksi dan macam-macam penularan


o Agen infeksi

Agen (factor penyebab) adalah suatu unsur, organisme hidup atau kuman infektif yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit atau masalah kesehatan lainnya. Agen-agen infeksi dapat
dikelompokkan menjadi2:
1. Golongan virus, misalnya arbovirus, adenovirus dan hemophilus influenza.
2. Golongan bakteri, misalnya E. Coli, mycobacterium tuberculosis, steptokokus, dan
staphylokokus.
3. Golongan riketsia, misalnya salmonella typhi, salmonella parathypi.
4. Golongan protozoa, misalnya plasmodium malariae.
5. Golongan jamur, misalnya hisplasmosis capsulatum.
6. Golongan cacing, yakni bermacam-macam cacing perut seperti ascaris (cacing gelang),
cacing kremi, cacing pita, cacing tambang dan sebagainya.
o Macam-macam penularan

Route penularan adalah suatu mekanisme di mana agen/penyebab penyakit tersebut ditularkan dari
satu orang ke orang lain atau dengan reservoir kepada host baru. Penularan ini melalui berbagai cara
antara lain2:

1. Kontak langsung

Penyakit-penyakit yang umumnya ditularkan dengan kontak langsung ini pada umumnya terjadi pada
masyarakat yang hidup di lingkungan yang padat daripada di lingkungan yang penduduknya masih
jarang. Contohnya penyakit kulit seperti gatal-gatal, panu dan kadas.

1. Inhalasi (inhalation)

Inhalasi merupakan penularan yang melalui udara/pernapasan. Penyakit yang ditularkan melalui udara
ini sering disebut air borne infection (penyakit yang ditularkan melalui udara). Contohnya TBC.

1. Infeksi (infection)

Penularan ini terjadi melalui perantara tangan, makanan dan minuman. Contohnya adalah kolera dan
thypus.

1. Penetrasi pada kulit

Penularan ini dapat ditularkan langsung oleh organisme itu sendiri. Misalnya malaria dengan melalui
gigitan nyamuk atau melalui luka, misalnya tetanus.

1. Infeksi melalui plasenta

Infeksi yang diperoleh melalui plasenta dari ibu penderita penyakit pada waktu mengandung,
misalnya shypilis dan toxoplasmosis.

 Definisi dan tas cara penularan dari kejadian endemik, epidemik, dan pendemik
o Pandemik

Pandemik ialah epidemik yang terjadi dalam daerah yang sangat luas dan mencakup populasi yang
banyak di berbagai daerah/negara di daerah. Dalam sejarah manusia, telah terjadi banyak wabah besar
atau pandemi yang cukup signifikan. Penyakit dalam wabah-wabah tersebut biasanya merupakan
penyakit yang ditularkan hewan (zoonosis) yang terjadi bersama dengan domestikasi hewan
seperti influensa dan tuberkulosa. Adapun contoh wabah besar yaitu9-11:

Contoh kasusnya misalnya influensa, “Flu Asiatik”, 1889–1890. Dilaporkan pertama kali pada bulan
Mei 1889 di Bukhara, Rusia. Pada bulan Oktober, wabah tersebut merebak sampai Tomsk dan
daerah Kaukasus. Wabah ini dengan cepat menyebar ke barat dan menyerang Amerika Utara pada
bulan Desember 1889, Amerika Selatan pada Februari–April 1890, India pada Februari–Maret 1890,
dan Australia pada Maret–April 1890. Wabah ini diduga disebabkan oleh virus flu tipe H2N8 dan
mempunyai laju serangan dan laju mortalitas yang sangat tinggi. 9-11

“Flu Spanyol“, 1918–1919. Pertama kali diidentifikasi awal Maret 1918 di basis pelatihan militer AS
di Fort Riley, Kansas, pada bulan Oktober 1918 wabah ini sudah menyebar menjadi pandemi di
semua benua. Wabah ini sangat mematikan dan sangat cepat menyebar (pada bulan Mei 1918
di Spanyol, delapan juta orang terinfeksi wabah ini), berhenti hampir secepat mulainya, dan baru
benar-benar berakhir dalam waktu 18 bulan. Dalam enam bulan, 25 juta orang tewas; diperkirakan
bahwa jumlah total korban jiwa di seluruh dunia sebanyak dua kali angka tersebut. Diperkirakan 17
juta jiwa tewas di India, 500.000 di Amerika Serikat dan 200.000 di Inggris. Virus penyebab wabah
tersebut baru-baru ini diselidiki di Centers for Disease Control and Prevention, AS, dengan meneliti
jenazah yang terawetkan di lapisan es (permafrost) Alaska. Virus tersebut diidentifikasikan sebagai
tipe H1N1.9-11

“Flu Asia“, 1957–1958. Wabah ini pertama kali diidentifikasi di Tiongkok pada awal Februari 1957,
kemudian menyebar ke seluruh dunia pada tahun yang sama. Wabah tersebut merupakan flu
burung yang disebabkan oleh virus flu tipe H2N2 dan memakan korban sebanyak satu sampai empat
juta orang.9-11

“Flu Hong Kong“, 1968–1969. Virus tipe H3N2 yang menyebabkan wabah ini dideteksi pertama kali
di Hongkong pada awal 1968. Perkiraan jumlah korban adalah antara 750.000 dan dua juta jiwa di
seluruh dunia.9-11

 Endemik

Endemik adalah suatu keadaan dimana penyakit secara menetap berada dalam masyarakat pada suatu
tempat/populasi tertentu. Adapun contoh penyakit yang termasuk dalam kategori endemik 9-11:

1. HIV AIDS

AIDS disebabkan salah satu kelompok virus yang disebuat dengan retroviruses yang sering disebut
dengan HIV. Seseorang yang terkena atau terinfeksi HIV AIDS sistem kekebalan tubuhnya akan
menurun drastic. Virus AiDS menyerang sel darah putih khusus yang disebut dengan T-lymphocytes.
Tanda pertama penderita HIV biasanya akan mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu
tergantung daya tahan tubuh. Setelah kondisi membaik orang yang terinfeksi HIV akan tetap sehat
dalam beberapa tahun dan secara perlahan kekebalan tubuhnya akan menurun karena serangan
demam yang berulang.9-11

Sejak pertama kali ditemukan pada 1987, angka kasus HIV/AIDS diIndonesia yang dilaporkan hampir
mencapai angka 100 ribu. Lebih dari itu, risiko penyebarannya berpotensi mengalami peningkatan,
sebagaimana data yang disampaikan oleh Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama, bahwa tercatat setidaknya 5.000 kasus baru HIV,
dan 1.300 kasus AIDS yang terjadi sepanjang Juli hingga September pada 2012 yang lalu. 9-11

Dari angka tersebut, untuk kasus HIV saja, hampir setengahnya didominasi oleh kalangan dewasa
berumur 25-40 tahun (sekira 75 persen). Hampir sama buruknya untuk kasus AIDS, dengan  jumlah
penderitanya yang lebih banyak berumur kisaran 20-40 tahun (sebanyak 69 persen). 9-11

HIV AIDS dapat ditularkan melalui hubungan seks bebas, transfusi darah, penggunaan jarum secara
bergantian, dan penularan dari ibu pada calon janinnya. 9-11

2. Chikungunya
Chikungunya merupakan jenis demam yang disebabkan oleh alphavirus yang disebabkan oleh gigitan
nyamuk Aedes aegypti (nyamuk yang juga dapat menularkan penyakit demam berdarah dengue).
Penyakit chikungunya disebabkan oleh sejenis virus yang disebut virus chikungunya. 9-11

Penyakit yang juga dikenal dengan demam tulang atau flu tulang ini memiliki gejala yang seperti
tubuh yang tiba – tiba mengalami demam diikuti dengan linu di persendian, serta timbul juga rasa
ngilu dan sakit pada tulang. Gejala yang dialami sedikit mirip dengan infeksi virus dengue dengan
sedikit berbeda pada hal – hal tertentu.9-11

Dari sejarah diduga KLB Chikungunya pernah terjadi pada tahun 1779 di Bataviadan Kairo; 1823 di
Zanzibar; 1824 di India; 1870 di Zanzibar; 1871 di India; 1901 di Hongkong, Burma, dan Madras;
1923 di Calcuta. Pada tahun 1928 di Cuba pertama kali digunakan istilah “dengue”, ini dapat diartikan
bahwa infeksi Chikungunya sangat mirip dengan Dengue. Istilah “Chikungunya” berasal dari bahasa
suku Swahili yang berarti “Orang yang jalannya membungkuk dan menekuk lututnya”,suku ini
bermukim di dataran tinggi Makonde Provinsi Newala, Tanzania (yang sebelumnya bernama
Tanganyika). Istilah Chikungunya juga digunakan untuk menamai virus yang pertama kali diisolasi
dari serum darah penderita penyakit tersebut pada tahun 1953 saat terjadi KLB di negara tersebut. 12

Pada demam Chikungunya adanya gejala khas dan dominan yaitu nyeri sendi. Dari tahun 1952 sampai
kini virus telah tersebar luas di daerah Afrika dan menyebar ke Amerika dan Asia. Virus
Chikungunya menjadi endemis di wilayah Asia Tenggara sejak tahun 1954. Pada akhir tahun 1950
dan 1960 virus berkembang di Thailand, Kamboja, Vietnam, Manila dan Burma. Tahun 1965 terjadi
KLB di Srilanka. Di negara berkembang seperti Indonesia, angka kematian penyakit menular cukup
tinggi dan prevalensinya meningkat karena banyak dipengaruhi faktor lingkungan dan perilaku hidup
masyarakat. Terlebih lagi dalam kondisi sosial ekonomi yang memburuk, tentunya kejadian kasus
penyakit menular memerlukan penanganan yang lebih serius, profesional, dan bermutu. Indonesia
juga menghadapi beban ganda dalam pembangunan kesehatan atau yang dikenal dengan double
burden.12

3. FLU BURUNG

Virus Flu Burung yang pada awalnya diketahui hanya bisa menular antar sesama unggas,
menciptakan mutasi baru yang dapat juga menyerang manusia. Mutasi virus ini dapat menginfeksi
manusia yang berkontak langsung dengan sekresi unggas yang telah terinfeksi. Manusia yang
memiliki resiko tinggi tertular adalah anak-anak, karena memiliki daya tahan tubuh yang lebih lemah,
pekerja peternakan unggas, penjual dan penjamah unggas, serta pemilik unggas peliharaan rumahan. 9-
11

Awal wabah pada peternakan di dunia yang telah dikonfirmasi sejak Desember 2003 wabah flu
burung juga melanda benua Afrika. Pada 8 Februari 2006, OIE mengumumkan Nigeria
sebagaisebagai negara pertama yang memiliki kasus positif flu burung di benua itu. Dua pekan
kemudian, virus H5N1 ditemukan di sebuah desa kecil di Niger, sekitar 72 km dari perbatasannya
dengan Nigeria. Virus ini juga menyebar ke Mesir dan Kamerun.9-11

Pada 21 Juli 2005, tiga kasus fatal terjadi di Tangerang, Indonesia, yang disebabkan oleh flu burung
subtipe H5N1. Berbeda dengan kasus lainnya di Asia Tenggara (Thailand, Kamboja, dan Vietnam),
kasus ini dianggap unik karena korban tidak banyak berhubungan dengan unggas. 9-11

Hingga 6 Juni 2007, WHO telah mencatat sebanyak 310 kasus dengan 189 kematian pada manusia
yang disebabkan virus ini dengan rincian sebagai berikut :  Indonesia 99 kasus dengan 79
kematian,Vietnam  93 kasus dengan 42 kematian, Mesir 34 kasus dengan 14 kematian,  Thailand  25
kasus dengan 17 kematian, Cina  25 kasus dengan 16 kematian, Turki  12 kasus dengan 4
kematian,Azerbaijan  8 kasus dengan 5 kematian,  Kamboja  7 kasus dengan 7 kematian,  Irak  3
kasus dengan 2 kematian, Laos  2 kasus dengan 2 kematian, Nigeria  1 kasus dengan 1
kematian, Djibouti  1 kasus tanpa kematian.9-11

Keterangan: jumlah kasus yang dilaporkan WHO adalah jumlah kasus yang telah diverifikasi dengan
hasil laboratorium.12

4. MALARIA

Plasmodium Protista Eukariotik yang ditularkan oleh nyamuk adalah penyebab utama dari Penyakit
Malaria. Di dalam tubuh manusia parasit ini bersembunyi dan berkembang biak di dalam hati (liver)
kemudian menginfeksi sel darah merah sehingga menyebabkan gejala seperti demam dan sakit kepala,
yang mana pada kasus yang parah akan megarah ke koma(tidak sarkan diri) dan kematian.
Diperkirakan pada tahun 2009 dari 225 juta kasus malaria di seluruh dunia
781.000 ribu diantaranya berakhir dengan kematian.Nyamuk dengan Plasmodium ini tersebar luas di
belahan dunia khususnya daerah tropis dan sub-tropis seperti sebagian besar daerah Asia (khususnya
Asia Tenggara), Amerika (khususnya Amerika Selatan) dan Sub-Sahara Afrika. 9-11

Ada empat jenis plasmodium yaitu plasmodium vivax, plasmadium ovale, malariae plasmodium dan
plasmodium falciparum yang menyebabkan penyakit malaria. Khusus untuk plasmodium falciparum
sering menjurus kepada sakit malaria berat yang sangat sering menyebabkan kematian (pada tahun
2010 diperkirakan 90% angka kematian akibat malaria terjadi di Sub-Sahara Afrika dimana
plasmodium falciparum bertanggung jawab atas sebagian besar kasus malaria yang terjadi),
sedangkan tiga jenis plasmodium lainnya adalah penyakit ringan yang sangat jarang menjurus pada
Penyakit Malaria akut. Selain itu adapula plasmodium knowlesi yang umumnya menyebabkan
malaria pada spesies hewan kera tetapi dapat juga menginfeksi manusia walaupun sangat kecil
kemungkinannya.9-11

Diperkirakan oleh para ahli selama lebih dari 50.000 tahun manusia telah diinfeksi oleh Penyakit
malaria. Menurut rekaman sejarah demam periodik penyakit malaria telah ditemukan pada tahun 2700
SM di China dan kekaisaran Romawi, dan  rekaman sejarah abad 19 mencatat bahwa pada perang
pasifik diperkirakan sekitar 500.000 tentara AS terinfeksi,  dimana 60.000 diantaranya terbunuh
karenanya.9-11

Parasit malaria yang ditemukan pada jenis hewan mamalia orang utan dan gorila sangat mirip dengan
parasit malaria yang ditemukan pada manusia. Diperkirakan berdasarkan bukti-bukti terkini bahwa
penyakit malaria pada manusia mungkin berasal dari gorila.
Kata Malaria berasal dari bahasa Italia “Mala Aria” yang berarti “bad air” atau dalam bahasa
Indonesia “udara buruk”. Penyakit ini pernah juga disebut penyakit demam rawa. Penyakit malaria
pernah mewabah di Eropa dan Amerika Utara walaupun saat ini penyakit ini semakin jarang
ditemukan di belahan dunia tersebut, dikarenakan oleh perubahan geografi yang telah menyingkirkan
rawa rawa tempat sebagian besar nyamuk penyebar malaria tinggal dan berkembang biak. 9-11

5. TBC

Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan
dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan
sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah
negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. 9-11

Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa
prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan
Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC
pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya
diperkirakan merupakan kasus baru.12
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium
tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai
Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24
Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan,
penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP). 9-11

Cara Penularan Penyakit TB

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium
tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi
umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam
paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang
rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah
infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran
pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling
sering terkena yaitu paru-paru.9-11

 Epidemik

Epidemik ialah mewabahnya penyakit dalam komunitas /daerah tertentu dalam jumlah yang melebihi
batas jumlah normal atau yang biasa. Contoh fenomena Epidemik yang terjadi di Indonesia 9-11:

Kolera

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan, wabah kolera di Republik Demokratik Kongo telah


menulari lebih dari 5.000 orang dan menyebabkan hampir 300 kematian sejak Maret lalu. 12

Berdasarkan informasi, Bandundu, Equateur dan Provinsi Orientale adalah daerah paling parah yang
dilanda wabah penyakit itu. Sebanyak “5.000 tanda penularan telah dicapai pekan ini dengan 5.088
kasus kolera dilaporkan, termasuk 296 kematian”, kata Kantor PBB untuk Koordinasi. 12

Urusan Kemanusiaan dalam sebuah pernyataan. Kolera merupakan penyakit infeksi usus yang sangat
menular yang dapat membunuh penderitanya jika tidak dirawat dengan lebih baik.

Seperti yang dilansir laman infopenyakit.com, kolera dapat menyebar sebagai penyakit yang endemik,
epidemik, atau pandemik. Meskipun sudah banyak penelitian bersekala besar dilakukan, namun
kondisi penyakit ini tetap menjadi suatu tantangan bagi dunia kedokteran modern.  Bakteri Vibrio
cholerae berkembang biak dan menyebar melalui feaces (kotoran) manusia, bila kotoran yang
mengandung bakteri ini mengkontaminasi air sungai dan sebagainya maka orang lain yang terjadi
kontak dengan air tersebut beresiko terkena penyakit kolera itu juga. 12

 SPORADIK

Sporadik adalah  adalah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan ( umumnya penyakit)  yang
ada di suatu wilayah tertentu frekuensinya berubah-ubah menurut perubahan waktu. Contoh fenomena
Sporadik 9-11:

1. Polio meilitis

Selama 3 dekade pertama di abad ke 20-,80-90% penderita polio adalah anak balita,kebanyakan
dibawah umur 2 tahun. Tahun 1955,di Massachusett Amerika Serikat pernah terjadi wabah polio
sebanyak 2.771 kasus dan tahun 1959 menurun menjadi 139 kasus.Hasil penelitian WHO tahun 1972-
1982,di Afrika dan Asia Tenggara terdapat 4.214 dan 17.785 kasus. Dinegara musim dingin,sering
terjadi epidemic dibulan Mei-Oktober,tetapi kasus sporadic tetap terjadi setiap saat .Di Indonesia,
sebelum perang dunia II, penyakit polio merupakan penyakit yang sporadic-endemis,epidemi pernah
terjadi di berbagai daerah seperti Bliton sampai ke
banda, Balikpapan, bandung Surabaya,Semarang dan Medan Epidemi terakhir terjadi pada tahun
1976/1977 di Bali Selatan. Kebanyakan infeksi virus polio tanpa gejala atau timbul panas yang tidak
spesifik. Perbandingan asimtomatik dan ringan sampaiterjadi paralisis adalah 100:1 dan 1000:1.

Dalam salah satu symposium imunisasi dijakarta(1979) dilaporkan bahwa:

1. Jumlah anak berumur 0-4 tahun yang tripel negative  makin bertambah (10%)
2. Insiden polio berkisar 3,5-8/100.000 penduduk.
3. Paralytic rate pada golongan 0-14tahun dan setiap tahun bertambah dengan
9.000kasus.Namun,10 tahun terakhir terjadi penurunan drastic penyakit ini akibat gencarnya
program imunisasi diseluruh dunia maupun Indonesia.

Mortalitas tinggi terutama pada poliomyelitis tipe paralitik , disebabkan oleh komplikasi berupa
kegagalan nafas ,sedangkan untuk tipe ringan tidak dilaporkan adanya kematian.Walaupun
kebanyakan poliomyelitis tidak jelas /inapparent (90-95%);hanya 5-10% yang memberikan gejala
poliomyelitis.

 Definisi imunitas dan faktor-faktor yang mempengaruhi imunitas


o Definisi imunitas

Imunitas adalah keadaan menjadi imun; perlindungan terhadap penyakit tertentu yang didapat melalui
imunisasi atau infeksi sebelumnya atau faktor-faktor non imunologis lainnya. 13

Imunitas adalah kemampan tubuh untuk pertahanan diri melawan infeksi dan berupaya untuk
membawanya ke dalam sel dari orang atau hewan lain. 14

Imunitas terbagi dua, yaitu 14:

1. Imunitas Spesifik adalah kekebalan yang terbentuk akibat dimasukkan kuman (vaksinasi)
dan/atau antibodi secara buatan/sengaja ke dalam tubuh(serum).
2. Imunitas Non-spesifik adalah kekebalan yang didapat secara alamiah, karena infeksi, atau
mendapat antibodi selama dalam kandungan (transplasenter).

Kedua antibodi ini dapat bersifat aktif dan pasif.Imunitas aktif adalah imunitas yang didapat            
karena tubuh membuat antibodi sendiri, sedangkan pasif, berarti tubuh mendapatkan         antibodi
atau limfosit yang sensitized dari luar atau dari host lain, atau tidak membuat         sendiri.14

 Faktor-faktor yang mempengaruhi imunitas14:

1. Umur

Untuk beberapa penyakit tertentu pada bayi (anak balita), dan orang tua lebih mudah terserang.
Dengan kata lain orang pada usia sangat muda atau usia tua lebih rentan, kuran kebal terhadap
penyakit-penyakit menular tertentu. Hal ini mungkin disebabkan karena kedua kelompok umur
tersebut daya tahan tubuhnya rendah.

2. Jenis kelamin

Untuk penyakit-penyakit menular tertentu seperti polio dan diphteria lebih parah terjadi pada wanita
daripada pria.
3. Kehamilan

Wanita yang sedang hamil pada umumnya lebih rentan terhadap penyakit-penyakit menular tertentu
polio, pnemonia, malaria, serta amubisis. Sebaiknya untuk penyakit thypoid dan meningitis jarang
terjadi pada wanita hamil.

4. Gizi

Gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi tubuh terhadap penyakit-penyakit
infeksi, tetapi sebaliknya kekurangan gizi berakibat kerentanan seseorang terhadap penyakit infeksi

5. Trauma

Stress salah satu bentuk trauma merupakan penyebab kerentanan seseorang terhadap suatu penyakit
tertentu.

 Komponen dan ruang lingkup demografi dan cara menganalisis piramida penduduk
dan ukuran dasar demografi

Demografi adalah syudi ilmiah tentang penduduk, terutama tentang fertilitas, mortalitas dan
mobilitas.  Demografi meliputi studi ilmiah tentang jumlah, persebaran geografis, komposisi
penduduk dan karakter geografis lainnya, serta bagaimana faktor-faktor ini berubah dari waktu ke
waktu (Haupt dan Kane 1991).2

Para ahli demografi terutama tertarik pada statistik fertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian) dan
mobilitas (perpindahan tempat) karena ketiga variabel ini merupakan komponen yang berpengaruh
terhadap perubahan penduduk . Ketiga komponen tersebut diukur dengan tingkat kelahiran, tingkat
kematian, dan migrasi yang menentukan jumlah penduduk, komposisi umur, dan laju pertambahan
dan penurunan penduduk .2

Demografi bersifat antar-disiplin karena erat hubungannya dengan disiplin lain seperti matematika,
biologi, kedokteran, geografi, sosiologi dan ekonomi.2

 Tujuan Demografi2:
1. Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu.
2. Menjelaskan pertumbuhan masa lampau, penurunannya dan persebarannya dengan
sebaik-baiknya dan dengan data yang tersedia.
3. Mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk dengan
bermacam-macam aspek organisasi sosial.
4. Mencoba meramalkan pertumbuhan penduduk dimasa akan datang dan
kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya.

 Ukuran-ukuran Dasar Demografi


1. Rate

Angka yang menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu kejadian/penyakit tertentu dalam populasi
dan waktu tertentu atau perbandingan antara kejadian dengan jumlah penduduk yang memiliki resiko
kejadian tersebut. Digunakan untuk menyatakan dinamika dan kecepatan kejadian tertentu dalam
masyarakat.

Besarnya Rate = X x Konstanta (K) Y

Contoh : Morbidity rate, Mortality rate, Natality rate)


2. Rasio / Ratio

Perbandingan antara nomerator dan denominator pada suatu waktu, atau perbandingan 2 bilangan
yang tidak saling tergantung dan digunakan untuk menyatakan besarnya kejadian.

Besarnya rasio = X Y

3. Proporsi

Perbandingan antara pembilang (Numerator) dengan penyebut (denominator) dimana Numerator


termasuk/bagian dari denominator, dengan satuan %.

Proporsi = X x 100 ( X+Y)

4. Rata-rata

Yaitu ukuran nilai tengah yang diperoleh dengan cara menjumlahkan semua nilai pengamatan yang
didapat kemudian dibagi banyaknya pengamatan yang ada.

5. Frekuensi

Yaitu ukuran yang menyatakan berapa kali aktivitas/suatu kegiatan dilaksanakan pada periode waktu
tertentu.

6. Cakupan

Ukuran untuk menilai pencapaian hasil pelaksanaan dari suatu terget kegiatan yang ditentukan pada
periode tertentu.

 Hubungan unsur-unsur demografi dan faktor-faktor imunitas terhadap terjadinya


peningkatan frekuensi morbiditas dan mortalitas penyakit

Unsur demografis berhubungan dengan terjadinya peningkatan frekuensi morbiditas dan mortalitas
penyakit. Hal ini karena kondisi demografis merupakan kondisi penduduk yang berkaitan dengan
jumlah dan kepadatan penduduk dan berhubungan dengan masalah kesehatan.  Apabila pertumbuhan
atau laju penduduk di suatu daerah tinggi, maka kemungkinan orang yang terpapar akan semakin
besar. Lingkungan dengan penduduk banyak atau padat juga dapat menimbulkan masalah kesehatan
yang berkaitan langsung dengan meningkatnya angka mortalitas dan morbilitas. Contohnya apabila
terjadi suatu wabah di suatu daerah dengan lingkungan penduduk yang padat, maka wabah akan cepat
menyebar dan jumlah orang yang terkena wabah akan banyak. 2

BAB III

PENUTUP

 Kesimpulan

Epidemiologi dibatasi untuk mempelajari tentang sifat, penyebab, pengendalian, dan faktor – faktor
yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakig, kecacatan, dan kematian dalam populasi
manusia

 Saran
1. Diharapkan kepada mahasiswa agar tidak hanya sekedar mengetahui materi tentang
pengertian epidemiologi tetapi juga mampu menjelaskan ruang lingkup dan hal-hal
lain yang berkaitan dengan epidemiologi.
2. Diharapkan kepada mahasiswa agar lebih meningkatkan pemahaman dengan mencari
tahu hal-hal yang belum dideskripsikan dalam makalah ini.
3. Diharapkan kepada mahasiswa agar lebih meningkatkan kerja sama yang lebih baik
dalam pelaksanaan dan pembuatan makalah selanjutnya.
AKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGGI RENDAHNYA ANGKA 
          MORBDITAS DAN MORTALITAS DI INDONESIA

1.      ANEMIA
Anemia masih merupakan masalah gizi/kesehatan masyarakat yang sudah umum yang
berhubungan dengan meningkatnya resiko morbiditas dan mortalitas, khususnya pada wanita hamil
dan anak remaja (McLean et al., 2007). Secara global, hampir separuh anak usia prasekolah dan
wanita hamil serta hampir sepertiga dari wanita tidak hamil menderita anemia (McLean et al., 2007).
Dalam terminologi klinik, anemia adalah kondisi dimana terdapat ketidakcukupan massa sel darah
merah yang disirkulasikan di dalam darah, dan dalam terminologi kesehatan masyarakat anemia
didefinisikan sebagai rendahnya kadar hemoglobin dalam darah sesuai dengan batas yang diberikan
oleh WHO, UNICEF, UNU (WHO, CDC, 2007).
Anemia di Indonesia, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 masih
dijumpai 28,1% pada balita dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11,0 g/dL, anak usia 5-14
tahun (Hb kurang dari 12,0 g/dL) sebesar 26,4%, dan pada wanita hamil 37,1%. Anemiapada daerah
perdesaan lebih tinggi (22,8%) dibanding perkotaan (20,6%) (Balitbangkes RI, 2013).

2.      DIARE
Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan derajat kesakitan dan kematian yang
tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan juga sebagai salah satu penyebab utama
tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare masih sering
terjadi di Indonesia, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2010 terjadi KLB diare di 33
kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %).
Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan derajat kesakitan dan kematian yang
tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan juga sebagai salah satu penyebab utama
tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia. Secara umum, diperkirakan lebih dari 10 juta
anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahunnya di dunia dimana sekitar 20% meninggal
karena infeksi diare (Magdarina, 2010).
Secara global kematian yang disebabkan diare di antara anak-anak terlihat menurun dalam
kurun waktu lebih dari 50 tahun, namun angka kesakitannya masih tetap tinggi. Jumlah kematian anak
pada tahun 1990 di dunia adalah sebesar 12.4 juta orang, menurun menjadi sebesar 8.8 juta kasus pada
tahun 2008, tetapi tetap saja diare dan pneumonia masih membunuh sekitar 3 juta anak pertahun. Saat
ini angka kematian yang disebabkan diare adalah 3,8 per 1000 per tahun, median insidens secara
keseluruhan pada nak usia dibawah 5 tahun adalah 3,2 episode anak per tahun (Parashar, 2003).
Penyakit diare juga masih merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia, karena
morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare,
Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun
2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun
2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk.
Salah satu program Millenium Development Goals (MDG’s) adalah bertujuan untuk
menurunkan angka kematian balita sebesar duapertiganya antara 1990 dan 2015. Pada tahun 1990,
jumlah kematian balita 97 kematian per 1000 kelahiran hidup sehingga target pada tahun 2015 adalah
sejumlah 32 kematian per 1000 kelahiran hidup. Tahun 2007 angka kematian balita di Indonesia 44
kasus, artinya negara Indonesia cukup berhasil. Namun keberhasilan ini harus tetap diwaspadai karena
diare sampai sekarang diare masih menjadi masalah kesehatan masyarkat dan sering timbul dalam
bentuk Kejadian Luar Biasa (KLB) disertai angka kematian yang tinggi, terutama di Indonesia bagian
Timur. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian
239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang,
dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan
dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.)
Personal higiene atau kebersihan diri adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan
dan kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis (Wahit Iqbal, 2008).
Kebiasaan tidak mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar merupakan kebiasaan yang
dapat membahayakan bayi terutama ketika ibu memasak makanan atau menyuapi balita makan Dalam
penelitiannya, Muhajirin (2007) mendapatkan adanya hubungan yang signifikan antara faktor
personal hygiene ibu dengan kejadian diare pada anak balita.
Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi negara-negara berkembang
karena menurut World Health Organization (WHO) salah satu penyebab penyakit Diare adalah
kurangnya akses pada sanitasi masih terlalu rendah. Hal ini sesuai dengan teori Bloom yang
menyatakan bahwa derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh faktor lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan, dan faktor hereditas. Faktor lingkungan yang terkait dengan perilaku hidup
masyarakat yang kurang baik dan sanitasi lingkungan yang buruk inilah yang menyebabkan seseorang
mudah terserang penyakit diare pada balita (Irianto, 1996).
3.      HIPERTENSI
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan
masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkan baik jangka pendek maupun jangka panjang
sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu. Penyakit
hipertensi menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) yang tinggi. Dari
berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukkan 1,8-28,6% penduduk
yang berusia di atas 20 tahun adalah penderita hipertensi.
Di seluruh dunia, hipertensi merupakan masalah yang besar dan serius. Di samping karena
prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan datang, juga karena tingkat
keganasan penyakit yang diakibatkan sangat tinggi seperti penyakit jantung, stroke, gagal ginjal dan
lain-lain, juga menimbulkan kecacatan dan kematian mendadak. Kehadiran hipertensi pada kelompok
dewasa muda, sangat membebani perekonomian keluarga, karena biaya pengobatan yang mahal dan
membutuhkan waktu yang panjang, bahkan seumur hidup.
Hipertensi diperkirakan menjadi penyebab kematian sekitar 7,1 juta orang di seluruh dunia
atau sekitar 13% dari total kematian. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab
meningkatnya resiko penyakit stroke, jantung dan ginjal. Pada abad 20, penyakit jantung dan
pembuluh darah menjadi penyebab utama kematian di Negara maju dan Negara berkembang.
Menurut data Lancet (2008), jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia terus meningkat.
Hasil survey Keshatan Rumah Tangga tahun 2007 menunjukkan Prevalensi penyakit hipertensi di
Indonesia cukup tinggi, yaitu 8,3% per 1.000 anggota rumah tangga. Pada umumnya lebih banyak
pria menderita hipertensi dibandingkan dengan perempuan. Menurut Muhammadun AS 2010 wanita
pada usia 50 tahun mempunyai resiko hipertensi lebih besar dibandingkan laki-laki pada usia yang
sama, dan wanita pada usia dibawah 50 tahun memiliki resiko lebih kecil dibandingkan laki-laki pada
usia yang sama.
Riset Keshatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 sebagaimana dipublikasikan oleh Kementerian
Kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan pengukuran tekanan
darah sangat tinggi, yaitu 31,7% dari total penduduk dewasa atau 1 di antara 3 penduduk memiliki
hipertensi. Berdasarkan data Riskesdas maka hipertensi (12,3%) adalah penyebab kematian tidak
menular karena kedua terbanyak setelah stroke (26,9%).
Faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya hipertensi dibagi dalam dua kelompok besar yaitu
yang melekat atau tidak dapat diubah seperti jenis kelamin, umur, genetik, dan faktor yang dapat
diubah seperti pola makan, kebiasaan olahraga dan lain-lain. Untuk terjadinya hipertensi perlu peran
faktor resiko tersebut secara bersama-sama (common underlying risk factor), dengan kata lain satu
factor resiko saja belum cukup menyebabkan timbulnya hipertensi.
Saat ini terdapat kecenderungan pada masyarakat perkotaan lebih banyak menderita
hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya
hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan resiko hipertensi seperti stress, obesitas
(kegemukan), kurangnya olahraga, merokok, alcohol, dan makan-makanan yang tinggi kadar
lemaknya. Perubahan gaya hidup seperti perubahan pola makan menjurus kesajian siap santap yang
mengandung banyak lemak, protein, dan, garam tinggi tetapi rendah serat pangan, membawa
konsekuensi sebagai salah satu factor berkembangnya penyakit degeneratif seperti hipertensi.

4.      PENCEMARAN UDARA


Pencemaran udara merupakan permasalahan yang sedang berkembang saat ini, salah satu
jenis pencemaran udara adalah partikulat. Karena sifatnya yang aerodinamis partikulat dapat masuk
ke dalam tubuh. Dampak yang dapat ditimbulkan dari adanya partikulat dalam tubuh, yaitu memicu
terjadinya gangguan saluran pernafasan yang berakibat terhadap morbiditas dan mortalitas. Parameter
morbiditas yang diukur dengan insidensi ISPA 2011 sebanyak 263 kasus dari 1.000 penduduk dan
parameter mortalitas menggunakan AKK sejumlah 2 kasus dari 1.000 penduduk.
Salah satu faktor penting kebutuhan dasar bagi manusia adalah udara. Secara rata-rata,
manusia tidak dapat mempertahankan hidupnya tanpa udara lebih dari tiga menit. Selain
menghasilkan oksigen udara juga berfungsi sebagai alat penghantar suara, dan dapat menjadi media
untuk penyebaran penyakit pada manusia. Selain itu udara merupakan sumber daya yang digunakan
(Soemirat, 2009).
Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energy, dari komponen lain ke
dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ketingkat tertentu
sampai menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya (PP No.41 tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara).
Salah satu akibat yang dapat ditimbulkan dari adanya pencemaran udara yaitu munculnya
penyakit saluran pernafasan dan penyakit kulit. Gangguan kesehatan akibat partikulat dan gas ini
bermacam-macam tergantung dari jenis dan konsentrasi zat, lama pemaparan, dan ada atau tidaknya
kelainan saluran pernafasan sebelumnya. Pengaruh zat-zat ini pertama-tama akan ditemukan pada
sistem pernafasan dan kulit serta selaput lender, selanjutnya apabila zat pencemar dapat memasuki
peredaran darah, maka efek sistemik tak dapat dihindari (Soemirat, 2009).
Salah satu jenis pencemaran udara yang memberikan dampak besar terhadap kesehatan
manusia adalah PM10 karena bersifat respirable yang memicu terjadinya gangguan pernafasan yaitu
infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).
5.      TINGKAT PENDIDIKAN IBU, GIZI, PERAWATAN BALITA DAN LINGKUNGAN
BIOFISIK
Status kesehatan juga memiliki hubungan yang sangat erat dengan tingkat pendidikan
masyarakat. Pendidikan, terutama pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat pengertiannya
terhadap perawatan kesehatan, higiene, perlunya pemeriksaan kemhamilan, dan pasca persalinan,
serta kesadarannya terhadap kesehatan anak-anak dan keluarganya (Kardjati, 1985:9). Sehingga
semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin tinggi pula pengertiannya terhadap kesehatannya
baik itu kesehatan dirinya maupun kesehtan lingkungan tempat ia tinggal.
Kondisi lingkungan yang tidak sehat juga merupakan faktor yang menyebabkan tingginya
morbiditas atau angka kesakitan di suatu wilayah. Lingkungan biofisik merupakan keadaan rumah
dengan segala sarana dan prasarana pendukung kebersihan dan kesehatan yang dimilki oleh keluarga
yang meliputi kondisi fisik rumah, MCK, sumber air bersih, tempat pembuangan sampah dan tempat
pembuangan limbah rumah tangga (Shobirin, 2012:20). Lingkungan biofisik sangat mempengaruhi
terhadap kesehatan masyarakat khusunya balita. Lingkungan yang sehat dan bersih menjadikan orang
yang tinggal dilingkungan tersebut menjadi sehat.
Karakteristik rumah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tingginya morbiditas
balita. Dimana dari delapan persyaratan rumah sehat yang dikemukan oleh Komaruddin (1997:298)
ada beberapa persyaratan yang belum terpenuhi oleh masyarakat yaitu kondisi dinding dan lantai
harus kering dan tidak lembab dan jarak kandang ternak terpisah paling tidak 10 meter dari jarak
rumah.
Selain karakteristik rumah, sumber air bersih juga menjadi faktor penyebab morbiditas balita.
Pemanfaatan air sungai yang sudah tercemar oleh limbah untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi,
mencuci, dan untuk kebutuhan pertanian oleh masyarakat menyebabkan tingginya morbiditas balita.
Jenis penyakit yang diderita oleh balita yaitu: demam (panas), gatal-gatal, diare,asma dan alergi. Hal
tersebut karena lingkungan memiliki hubungan yang sangat erat dengan keadaan kesehatan, begitu
pula dengan kesehatan yang dapat dijadikan indikasi keadaan suatu lingkungan.

6.      KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT)


Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) merupakan salah satu jenis kekerasan yang
menjadi masalah kesehatan global. Studi dari berbagai negara menunjukkan, angka kejadian KDRT
berkisar antara 15-71%. Di Indonesia, kasus kekerasan terhadap perempuan cenderung mengalami
peningkatan. Jumlah kasus kekerasan pada tahun 2010 meningkat sekitar 5 kali dibandingkan tahun
2006. KDRT merupakan kasus yang mendominasi dalam kasus kekerasan terhadap perempuan yaitu
96% pada 2010. Dalam catatan tahunan Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan tahun
2011, korban KDRT yang terbanyak adalah perempuan dalam rentang usia produktif (25-40 tahun).
Kejadian KDRT dapat menyebabkan morbiditas, mortalitas, dan tidak menutup kemungkinan akan
mempengaruhi kesehatan mental pada korban. Kasus KDRT yang tidak ditangani secara tuntas akan
menimbulkan “lingkaran kekerasan”. Pola ini berarti kekerasan akan terus berulang, bahkan korban
kekerasan suatu saat dapat menjadi pelaku kekerasan.

7.      PENYAKIT KARDIOVASKULAR DAN DEPRESI


Penyakit kardiovaskular dan depresi adalah dua masalah kesehatan umum yang terjadi pada
jutaan orang di seluruh dunia. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa depresi adalah faktor
risiko yang signifikan untuk penyakit. Dalam berbagai penelitian juga telah mempelajari mekanisme
hubungan depresi dengan penyakit jantung, termasuk jalur serotonergic, disfungsi trombosit,
peradangan, ketidakseimbangan sistem saraf otonom, aksis hipotalamus-pituitari-adrenal, dan faktor-
faktor psikososial. Morbiditas dan kematian akibat penyakit kardiovaskular masih sering dikaitkan
dengan pengobatan depresi. Memahami dampak dan mekanisme di hubungan depresi dan penyakit
jantung akan membantu dalam pengembangan terapi yang bertujuan untuk mengurangi prognosis
buruk yang disebabkan kedua penyakit komorbid ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah faktor psikososial seperti stress, depresi, kelas
sosial, dan kepribadian tipe A dimasukkan dalam faktor risiko klasik untuk penyakit kardiovaskular
seperti merokok, hipertensi, hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. Pada pasien yang berusia
lebih dari 65 tahun, depresi masih menjadi gangguan psikiatri yang umum dijumpai. Depresi sendiri
memiliki hubungan negatif dengan kualitas hidup pasien serta keterbatasan yang diakibatkan oleh
gangguan tersebut.
Depresi berhubungan dengan prognosis (morbiditas dan mortalitas) penyakit kardiovaskular,
dimana dalam satu studi didapatkan gejala depresi pada orang tua sebagai faktor risiko yang tidak
tergantung terhadap penyakit arteri koroner dan gagal jantung pada pasien tua dengan hipertensi.
Kejadian depresi pada umur lebih dari 65 tahun telah banyak diteliti terutama tentang faktor-faktor
yang terlibat pada diagnosis depresi seperti gambaran klinis, etiologi yang paling mungkin dari
hubungan penyakit kardiovaskular dan depresi, serta rekomendasi terapi untuk kedua gejala tersebut.

8.      FAKTOR SOSIO-EKONOMI, BIOLOGI DAN PELAYANAN KESEHATAN


Masa neonatal merupakan masa yang rentan. Data menunjukkan duapertiga
kematian bayi terjadi pada bulan pertama kehidupannya. Kematian neonatal merupakan akibat dari
faktor medis, faktor sosial, dan kegagalan sistem yang dipengaruhi oleh budaya. Disinyalir, kematian
bayi baru lahir banyak terjadi di negara berkembang, di rumah, tanpa bantuan penolong yang
professional, terlambat akses ke pelayanan kesehatan, ibu mengalami komplikasi yang mempengaruhi
kesehatan bayi baru lahir, biasanya dengan kondisi sosial rendah. Laporan media di beberapa
kabupaten di Indonesia menunjukkan keprihatian atas kematian bayi neonatal yang disebabkan
kemiskinan.
Kesehatan ibu yang buruk selama kehamilan akan mempengaruhi perkembangan,
pembentukan, dan kesehatan janin di dalam kandungan. Bayi yang lahir dengan kondisi tidak sehat
seperti berat lahir rendah, asfiksia, sepsis, kelainan kongenital yang mungkin bertahan pada periode
neonatal berisiko besar mengalami disabilitas untuk masa lama atau meninggal pada masa anak-anak.
Hal tersebut perlu mendapat perhatian pemerintah untuk membangun status kesehatan masyarakat
yang baik sejak bayi dikandung, ketika dilahirkan, sampai melewati masa anak-anak dan menjadi
dewasa.
Menurut karakteristik pelayanan kesehatan, prevalensi neonatal yang menderita
sakit ISPA/Pneumoni/Diare yang tidak mendapatkan pelayanan kunjungan neonatal pertama (KN1)
lebih tinggi (24 persen) daripada neonatal yang pernah mendapatkan pelayanan KN1 (13 persen).
Sebaliknya, prevalensi neonatal yang menderita sakit ISPA/Pneumoni/ Diare yang tidak pernah
mendapat pelayanan kunjungan neonatal kedua (KN2) lebih rendah (15 persen) daripada neonatal
yang pernah mendapatkan pelayanan KN2 (23 persen). Prevalensi bayi neonatal yang menderita
ISPA/Pneumonia/ Diare yang memanfaatkan fasilitas kesehatan lebih tinggi (39 persen) daripada
yang tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan (14 persen).
Bayi neonatal yang mempunyai ibu tidak berpendidikan atau tidak tamat SD
mempunyai risiko 3,4 kali untuk mati dibandingkan bayi neonatal yang mempunyai ibu berpendidikan
SMA ke atas setelah dikontrol faktor BBLR. Bayi neonatal yang mempunyai ibu tidak berpendidikan
SD-SMP mempunyai risiko 2 kali untuk mati dibandingkan bayi neonatal yang mempunyai ibu
berpendidikan SMA ke atas setelah dikontrol faktor BBLR. Bayi neonatal dengan BBLR mem punyai
risiko 9,5 kali untuk mati dibandingkan bayi neonatal tidak BBLR setelah dikontrol faktor pendidikan
ibu.
Kematian neonatal tidak terlepas dari kondisi bayi ketika lahir dan kesakitan yang
dialaminya. Status kesehatan ibu berpengaruh terhadap kondisi kesehatan bayi sampai usia 0-6 hari.
Ibu hamil yang mengalami perdarahan intapartum seperti placenta praevia atau solutio placenta,
infeksi intrapartum mudah menimbulkan infeksi pada janin. Gejala asfiksia yang terjadi pada bayi
baru lahir bisa merupakan gejala dari pneumonia yang mungkin merupakan pneumoniakongenital,
pneumonia aspirasi cairan ketuban pada saat kelahiran, atau cross infection pneumoni.
Bayi neonatal yang bisa melewati minggu pertama dari kehidupannya,
kemungkinan masih dapat terkena beberapa penyakit seperti diare, ISPA/pneumonia aspirasi akibat
pemberian makanan, respiratory distress syndrome, atau penyakit infeksi lainnya, yang dapat
menimbulkan kematian.Disease Control Priorities in Developing Countries (DCP2) melaporkan
penyakit infeksi seperti pneumonia, diare dan tetanus adalah 3 penyebab utama kematian neonatal,
diikuti oleh kelahiran premature dan asfiksia. Hasil SDKI 2007 menunjukkan bahwa prevalensi bayi
BBLR di perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan dan prevalensi bayi BBLR pada keluarga
dengan tingkat pendapatan rendah (quintil 1) berbeda signifikan dengan pendapatan tinggi (quintil 4-
5) (11 persen vs. 6 persen). Kelahiran dari kondisi kesehatan ibu yang buruk atau defisiensi gizi
setelah melahirkan biasanya akan menghasilkan bayi malnutrisi yang mudah meninggal pada usia
dini. Banyak bayi dan anak dari mayarakat miskin dengan gizi buruk di awal kehidupannya yang
masih dapat bertahan hidup, akan tetapi mereka akan mengalami hambatan pertumbuhan fisik dan
intelektual, rentan terhadap penyakit, serta akan mengalami gangguan di kehidupan produktif pada
saat mereka menjadi dewasa.
Analisis bivariat menunjukkan bahwa tingkat pendapatan keluarga, daerah tempat
tinggal, pendidikan ibu neonatal, kondisi rumah, bayi lahir dengan berat lahir rendah, kunjungan
neonatal pada minggu pertama (KN1) mempengaruhi kejadian sakit pada neonatal, namun setelah
dilakukan analisis regresi logistik, variabel yang berperan adalah tingkat pendapatan keluarga, daerah
tempat tinggal, KN1, pemanfaatan fasilitas kesehatan. Tingkat pendapatan menengah ke bawah
berisiko 2,5 kali terkena diare/ISPA/pneumonia. Variabel ekonomi bukan hanya menjadi tanggung
jawab unit kesehatan, tetapi bagaimana pemerintah pusat dan pemerintah daerah bisa membangun dan
meningkatkan status ekonomi masyarakat secara makro, dan otomatis akan meningkatkan tingkat
pendapatan keluarga.
Tingkat pendidikan ibu juga bersandar pada kemampuan keluarga
membelanjakan pendapatannya untuk pendidikan anaknya termasuk anak perempuan yang kelak akan
menjadi seorang ibu. Ibu yang berpendidikan akan lebih mampu menjaga kondisi kehamilannya, lebih
bijak memilih penolong persalinan, dan memelihara bayinya. Itulah sebabnya hasil analisis bivariat
menunjukkan tingkat pendidikan ibu berperan terhadap kejadian kesakitan. Jadi pendidikan dan status
ekonomi di keluarga mempunyai nilai yang sama seperti mata uang dengan dua sisi. Penelitian di
Nordic menunjukkan bahwa determinan terpenting dari kematian bayi adalah tingkat pendidikan ibu.
Hal ini seiring dengan hipotesis yang menyatakan bahwa pendidikan ibu berhubungan dengan
peningkatan risiko retardasi pertumbuhan intra-uterine.
Menurut daerah tempat tinggal, di perdesaan berisiko 3 kali menyebabkan
kejadian diare, ISPA/pneumonia. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi bayi yang tinggal di perdesaan seperti upaya masyarakat dan keluarga yang dapat
menjamin kehamilan, kelahiran, dan perawatan bayi baru lahir yang memenuhi syarat kesehatan agar
bayi tersebut terhindar dari penyakit belum terpenuhi di perdesaan. Kunjungan neonatal pertama
(KN1) oleh bidan dimaksudkan memeriksa kesehatan bayi baru lahir, menasehati ibu bayi mengenai
cara meningkatkan pemberian ASI, perawatan bayi dan imunisasi, serta mengenal tanda-tanda bayi
yang tidak sehat. Apabila bayi neonatal tidak menerima pelayanan KN1 maka kejadian
diare/ISPA/pneumoni meningkat 1,6 kali. Kunjungan neonatal pertama juga membekali para bidan
untuk dapat melakukan manajemen terpadu bayi muda yaitu tindakan pencegahan terhadap penyakit
diare, ispa, malaria, sehingga bidan dapat lebih awal memberi nasehat kepada ibu bayi untuk
melakukan pencegahan terhadap penyakit-penyakit tersebut.

BAB III
PENUTUP

      A.    KESIMPULAN


Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan derajat kesakitan dan kematian yang
tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan juga sebagai salah satu penyebab utama
tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian
(mortalitas).
Pencemaran udara merupakan permasalahan yang sedang berkembang saat ini, salah satu
jenis pencemaran udara adalah partikulat. Karena sifatnya yang aerodinamis partikulat dapat masuk
ke dalam tubuh. Dampak yang dapat ditimbulkan dari adanya partikulat dalam tubuh, yaitu memicu
terjadinya gangguan saluran pernafasan yang berakibat terhadap morbiditas dan mortalitas.
Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu, pemberian ASI Eksklusif, status
imunisasi batita, hygiene perorangan ibu dan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada batita
yang merupakan faktor penyebab morbiditas dan mortalitas.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) merupakan salah satu jenis kekerasan yang
menjadi masalah kesehatan global. Dalam catatan tahunan Komisi Nasional Antikekerasan terhadap
Perempuan tahun 2011, korban KDRT yang terbanyak adalah perempuan dalam rentang usia
produktif (25-40 tahun). Kejadian KDRT dapat menyebabkan morbiditas, mortalitas, dan tidak
menutup kemungkinan akan mempengaruhi kesehatan mental pada korban.
Adanya hubungan yang kuat antara depresi dan penyakit kardiovaskular adalah cukup jelas.
Pengobatan depresi pada pasien usia tua dengan penyakit kardiovaskular dianggap memungkinkan
dan harus dilakukan, namun hal ini tidak menjelaskan kebalikan dari mekanisme biologis yang
menentukan hubungan diantara kedua penyakit ini. Depresi cenderung dihubungkan dengan angka
kematian, disebakan karena koeksistensi dari depresi dan penyakit organic dan angka kesuksesan
yang rendah dalam penatalaksanaan depresi pada orang tua. Efek depresi pada individu dengan
gangguan kardiovaskular belum dipelajari secara berkelanjutan apakah depresi merupakan faktor
risiko prognostik, atau hanya hasil dari suatu penyakit atau penatalaksaanan dan perubahan hidup
pasien, maupun faktor risiko.
Kematian neonatal tidak terlepas dari kondisi bayi ketika lahir dan kesakitan yang dialaminya.
Status kesehatan ibu berpengaruh terhadap kondisi kesehatan bayi sampai usia 0-6 hari. Bayi neonatal
yang mempunyai ibu tidak berpendidikan atau tidak tamat SD mempunyai risiko 3,4 kali untuk mati
dibandingkan bayi neonatal yang mempunyai ibu berpendidikan SMA ke atas setelah dikontrol faktor
BBLR. Bayi neonatal yang mempunyai ibu tidak berpendidikan SD-SMP mempunyai risiko 2 kali
untuk mati dibandingkan bayi neonatal yang mempunyai ibu berpendidikan SMA ke atas setelah
dikontrol faktor BBLR. Bayi neonatal dengan BBLR mem punyai risiko 9,5 kali untuk mati
dibandingkan bayi neonatal tidak BBLR setelah dikontrol faktor pendidikan ibu.

      B.     SARAN


Untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas dapat dilakukan upaya pencegahan
seperti Meningkatkan Pendidikan perempuan, Meningkatan status ekonomi masyarakat, Meningkatan
keterampilan dan penyegaran keilmuan untuk bidan desa, bidan puskesmas, dan bidan rumah sakit
untuk mendeteksi gangguan kesehatan masyarakat secara dini, Penilaian kinerja Puskesmas dengan
kualifikasi Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan rumah sakit kabupaten
dengan kualifikasi Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK), serta Rumah
Sakit, dan Pemberian dana bantuan untuk rakyat miskin difokuskan pada peningkatan pelayanan
kesehatan.
http://dinkes.batubarakab.go.id/angka-kematian-mortalitas
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1270
http://ekanandaputeri.blogspot.co.id/2015/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
https://lhyymarwa.wordpress.com/2015/03/03/morbiditas-dan-mortalitas-penyakit-dan-perbedaannya/

Anda mungkin juga menyukai