Anda di halaman 1dari 11

DIFUSI, OSMOSIS DAN IMBIBISI

HANDOUT
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Tumbuhan yang diampu oleh:
Dr. Any Fitriani, M.Si
Tri Suwandi,M.Sc.
Hj. Tina Safaria Nilawati, M.Si
Dr. Wahyu Surakusumah, M.T.

disusun oleh :

Pendidikan Biologi B 2017

Kelompok 4

Adella Febrina (1702846)

Aghisna Binurillah Sulaiman (1703151)

Isma Nur Malasari (1703671)

Mumu Ridwanullah (1702481)

Rusydina Alifa Gunawan (1703051)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020
A. Difusi
1. Pengertian

Difusi ialah penyebaran molekul suatu zat. Penyebaran ini disebabkan oleh
gaya identik dengan energi kinetik tersebut. Molekul-molekul gas, zat cair maupun
zat padat mempunyai kecenderungan untuk menyebar ke segala arah sampai
terdapat konsentrasi zat yang sama. Dari ketiga macam zat tersebut molekul gas
yang paling mudah berdifusi. (Dahlia, 2001)
Jika partikel suatu zat dapat bergerak bebas tanpa terhambat oleh gaya tarik,
maka dalam jangka waktu tertentu akan tersebar merata dan ini terjadi bila daerah
yang kandungan partikelnya lebih pekat menuju ke tempat kandungan partikelnya
lebih rendah. Makin besar perbedaan konsentrasi dua daerah yaitu makin tajam
gradasi konsentrasinya, makin besar kecepatan difusinya. (Dahlia, 2001)
2. Gerakan Difusi

Gerakan difusi disebabkan oleh energi kinetik, jadi jelas bahwa sumber gerakan
molekul itu berasal dari tempat yang konsentrasinya pekat. Dengan demikian, arah
gerakan difusi dari tempat yang kekurangan molekul atau tempat yang
berkonsentrasi rendah. Sehingga migrasi molekul dipengaruh oleh dua faktor,
yaitu:
a. Sumber, yaitu adanya tekanan yang menyababkan molekul-molekul
menyebear keseluruh jurusan. Tekanan ini disebut tekanan difusi.
b. Tujuan, bahwa di tempat tujuan ini terdapat kekurangan (defisit) dari
jumlah molekul (dari daerah surplus ke daerah minus molekul). Dengan
kata lain di daerah sumber ada tekanan difusi positif dan daerah tujuan
merupakan daerah tekanan difusi negatif, atau daerah ini disebut
kekurangan tekanan difusi atau lazimnya disebut deficit tekanan difusi
disingkat D.T.D. (Dahlia, 2001)
3. Macam-Macam Difusi
a. Difusi sederhana, merupakan difusi yang terjadi pada membrane tanpa
molekul carier. Biasanya terjadi pada penyerapan gas-gas dan air. Kemudian
contoh dari hal tersebut yaitu, (1) Transportasi pada membrane plasma, yaitu
pengangkutan asam lemak dan gliserol melalui lapisan lemak/lipida, (2)
Penyerapan gas dan ion-ion seperti kation Fe3+, Mg2+ dan anion NO2, PO4-
b. Difusi terfasilitasi, difusi yang dibantu oleh protein transport yang memiliki
berbagai enzim. Biasanta, terjadi pada penyerapan molekul-molekul besar
seperti glukosa, sukrosa. Salah satu proses difusi yang dikenal yaitu difusi
terbantu, dimana proses difusi terbantu difasilitasi oleh suatu protein
tranporter. Protein transporter tergolong protein transmembran yang memliki
tempat perlekatan terhadap ion atau molekul vang akan ditransfer ke dalam sel.
Setiap molekul atau ion memiliki protein transforter yang khusus, misalnya
untuk pelaluan suatu molekul glukosa diperlukan protein transforter yang
khusus untuk mentransfer glukosa ke dalam sel.  Protein transporter untuk
grukosa banyak ditemukan pada sel-sel rangka, otot jantung, sel-sel lemak dan
sel-sel hati, karena sel – sel tersebut selalu membutuhkan glukosa untuk diubah
menjadi energi (Yuwono, I. T. 2002).
Perbedaan difusi sederhana dan terfasilitasi secara garis besar yaitu:

Difusi Sederhana Difusi Terfasilitasi


Berlangsung tanpa dibantu oleh molekul carier Terjadi hanya dengan bantuan dari molekul carier
Laju difusi relative lambat Laju difusi relatif cepat
Tidak dapat dihambat oleh oleh molekul Dapat dihambat oleh molekul penghambat
penghambat prosesnya dimana berikatan dengan molekuk carier
Merupakan proses pengangkutan zat pasif Dapat terjadi secara pasif atau aktif
Tidak membutuhkan energy dari ATP Bisa membutuhkan eneri ATP atau juga tidak
Di lakukan hanya oleh molekul kecil dan nonpolar
Di lakukan oleh molekul besar dan polar
yang dapat melewati membrane plasma

4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi

Difusi merupakan salah satu prinsip yang menggerakkan partikel zat seperti
CO2, O2 dan H2O masuk ke dalam jaringan. Gerak partikel zat ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor penting, meliputi (Pratiwi, D. 2007):

a. Beda suhu
Setiap zat cenderung dalam keadaan bergerak. Tenaga gerak semakin
besar pada suhu yang semakin tinggi, sehingga gerak zat akan semakin
cepat. Dengan naiknya suhu, energy kinetic yang dimiliki oleh suatu zat
menjadi lebih tinggi sehingga pergerakan molekul zat menjadi lebih
cepat (Ferdinand, 2008). Coba perhatikan saat kita memanaskan air.
Molekul air akan bergerak semakin cepat bikla akan semakin panas.
Adanya gerakan zat ini dapat menjadi salah satu pendorong masuknya
zat ke dalam akar.
b. Besar molekul

Zat yang memiliki berat molekul kecil akan lebih cepat berdifusi
dibandingkan dengan berat molekul besar. Oleh karena itu, zat yang
paling berdifusi adalah gas. Cairan relative lebih lambat berdifusi
dibandingkan dengan gas.

c. Beda konsentrasi.
Semakin besar perbedaan konsentrasi antara dua bagian, makin besar
proses difusi yang terjadi. Dengan kata lain, perbedaan konsentrasi zat
membangkitkan tenaga gerak suatu zat.
d. Beda tekanan.
Pergerakan zat juga terjadi karenaadanya beda tekanan antara dua
daerah. Misalnya, antara daerah di sekitar akar (rizhosfir) dengan
keadaan di dalam sel / jaringan.
e. Zat-zat adsorptif (permukaannya mudah mengikat zat).
Adanya daya ikat permukaan partikel zat menyebabkan gerak zat
dihambat. Suatu zat juga akan bergerak menyebar karena adanya
perbedaan (gradien) tekanan atau suhu. Angin merupakan udara yang
bergerak. Udara bergerak dari daerah bertekanan kuat ke daerah
bertekanan lemah, dari daerah dingin ke daerah yang lebih panas. Suatu
zat juga akan bergerak menyebar dari daerah berkonsentrasi lebih besar
(lebih pekat) ke daerah yang konsentrasinya lebih rendah. Jadi, pada
dasarnya setiap zat akan bergerak bila terjadi perbedaan suhu, tekanan
atau konsentrasi (Latunra. 2007).
B. Osmosis
1. Pengertian
Osmosis merupakan suatu proses perpindahan suatu zat pelarut yang berada
di sebuah larutan, dimana zat tersebut mempunyai daya konsentrasi yang lebih
rendah. Atau dapat dikatakan melewati Gradien Konsentrasi dari suatu zat larut
secara menurun. Peristiwa Osmosis ini juga dapat dikatakan sebagai gerakan
sepontan yang melewati membran Semipermeabel dari daerah yang konsentrasi
zatnya lebih rendah menuju ke larutan yang konsentrasi zatnya lebih tinggi.
Dalam membandingkan dua larutan dari konsentrasi zat terlarut yang tidak
sama, larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi adalah hipertonik, dan
larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih rendah adalah hipotonik. Larutan dari
konsentrasi zat terlarut yang sama disebut isotonik. Larutan gula pertama adalah
hipotonik bagi larutan kedua. Larutan gula kedua adalah hipertonik terhadap yang
pertama.
Bagaimana cara agar dapat mengetahui proses Osmosis yakni dengan
melalui suatu bejana yang dipisahkan oleh selaput semipermiable yang mana
ditempatkan 2 larutan glukosa yang terdiri dari air yang berfungsi sebagai pelarut
dan juga glukosa sebagai zat yang akan terlarut tentunya dengan konsentrasi yang
berbeda satu sama lain. Air tersebut akan bergerak mulai dari larutan konsentrasi
yang rendah bergerak menuju ke glukosa yang memiliki konsentrasi yang lebih
tinggi melewati selaput permeable. Di proses ini, pergerakan air itu sendiri mulai
berjalan dari larutan yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasinya yang rendah.
Larutan dengan konsentrasi zat larut lebih tinggi disini disebut juga dengan larutan
hipertonis sedangkan untuk larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah disebut
juga dengan isotonis. Sedangkan untuk larutan yang berada diluar sel dan
konsentrasinya lebih rendah didalam sel disebut juga dengan larutan hipotonis.
2. Macam-Macam Osmosis
Osmosis juga dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu diantaranya sebagai berukut:
a. Endosmosis, yaitu merupakan suatu peristiwa osmosis yang terjadi akibat
adanya perpindahan dari luar sel kedalam sel.
b. Ekosmosis, merupakan suatu peristiwa osmosis yang terjadi akibat zat
pelarut keluar dari sel karena sel tersebut berada ditempat Hipertonik.
3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi

Terdapat dua (2) faktor penting sesuai dengan hukum Fick pertama yang
menentukan laju osmosis ke dalam jaringan (melewati membran), yaitu:
a. Faktor perbedaan (gradien) potensial air antara cairan sel penyerapan dengan
larutan tanah di luarnya
b. Permeabilitas membran terhadap zat-zat
Suhu: Pergerakan molekul dipengaruhi oleh suhu. Kadar resapan akan
menjadi lebih cepat pada suhu yang tinggi dibandingkan dengan suhu yang
rendah (Suyitno, 2008).
4. Sel Sebagai Sistem Osmotik

Sel tumbuhan termasuk dalam sel prokariot yang memiliki dinding sel.
Apabila sel itu berada dalam larutan hipotonik maka dindingnya akan membantu
mempertahankan keseimbangan air tersebut. Osmosis juga dapat terjadi dari
sitoplasma ke organel-organel bermembran. Osmosis dapat dicegah dengan
menggunakan tekanan. Oleh karena itu, ahli fisiologi tanaman lebih suka
menggunakan istilah potensial osmotik yakni tekanan yang diperlukan untuk
mencegah osmosis
Masuknya air ke dalam sel akan menyebabkan tekanan terhadap dinding sel
sehingga dinding sel merengang. Hal ini akan menyebabkan timbulnya tekanan
hidrostatik untuk melawan aliran air tersebut. Tekanan hidrostatik dalam sel
disebut tekanan turgor. Tekanan turgor yang berkembang melawan dinding
sebagai hasil masuknya air ke dalam vakuola sel disebut potensial tekanan.
Tekanan turgor penting bagi sel karena dapat menyebabkan sel dan jaringan yang
disusunnya menjadi kaku. Sedangkan, ketika air keluar dari dalam sel, akan
menyebabkan terjadinya plasmolisis pada sel.
Potensial air suatu sel tumbuhan secara esensial merupakan kombinasi
potensial osmotik dengan potensial tekanan. Jika dua sel yang bersebelahan
mempunyai potensial air yang berbeda, maka air akan bergerak dari sel yang
memilki potensial air tinggi menuju sel dengan potensial air yang rendah (Tanpa
Nama, 2011).
5. Peranan Osmosis

Peranan osmosis diantaranya adalah sebagai berikut:


a. Penting dalam pengabsorbsian air yang dilakukan oleh sel-sel tumbuhan.
Tumbuhan tingkat tinggi mengandung 70% air yang terdapat di dalam sel
tumbuhan dewasa (air vakuola) yang masuk dengan cara osmosis.
b. Peristiwa plasmolisis (Protoplas yang kehilangan air, sehingga volume sel
menyusut dan akhimya dapat terlepas dari dinding sel) sangat tergantung pada
peristiwa osmosis.
c. Proses Osmosis akan berhenti jika konsentrasi zat di kedua sisi membran terse
but telah mencapai keseimbangan
Pergerakan air dari satu sel ke sel yang lainnya (Tanpa Nama, 2011)
C. Imbibisi
1. Pengertian
Imbibisi adalah peristiwa penyerapan air oleh zat- zat hidrofilik seperti protein,
pati, selulosa, agar- agar, gelatin dan lainnya yang menyebabkan zat tersebut dapat
mengembang setelah menyerap air. Dalam hal ini, dinding sel, plasma sel dan air
yang terserap disebut air imbibisi.
Ada dua golongan benda yang dapat mengalami imbibisi
a. Benda yang saat itu mengaami imbibisi secara tak terbatas dalam arti
bagian yang menyusun ini akan melepaskan diri dan tercampur dengan
koloid dalam fase sol. Misalnya seperti roti yang terendam dalam air
kemudian akan mengembang yang akhirnya hancur serta larut dalam air.
b. Benda yang mengalami imbibisi secara terbatas. Maksudnya ialah benda
tersebut menyerap air sampai volume tertentu sehingga ketika volume
cairan dalam sel tersebut sudah mencapai volume tertentu sel tersebut tidak
dapat mengembang lagi. Misalnya kacang tanah yang direndam dalam air
akan mengembang sampai volume tertentu.
A. Syarat imbibisi yaitu :
a. Adanya tarik menarik secara spesifik di antara benih dan air
b. Adanya perbedaan benih dan larutan, dimana benih < larutan
c. Benih kering memiliki kandungan yang rendah
B. Faktor yang memengaruhi proses penyerapan air dalam oleh biji :
1. Tekanan hidrostatik
Karena meningkatnya volume air pada membrane biji, masuknya air
ke dalam biji dapat menimbulkan tekanan hidrostatik. Dan dapat
menyebabkan meningkatnya tekanan difusi air akibat dari tekanan
hidrostatik. Hal ini juga dapat menyebabkan naiknya kecepatan difusi ke
luar dan menurunnya kecepatan penyerapan air oleh biji. Sehingga
kecepatan penyerapan pada bentuk permulaan yang tinggi dan kemudian
semakin lambat akan sejalan dengan naiknya tekanan hidrostatik sampai
terjadinya keseimbangan.
2. Konsentrasi air
Semakin bertambah besar antara perbedaan tekanan difusi antara
cairan luar dan juga di dalam biji, dengan bertambah cepat penyerapan air
oleh biji.
3. Luas permukaan biji yang kontak dengan air
Semakin luas permukaan biji maka semakin cepat kemampuan
penyerapan air oleh biji.
4. Daya intermolekular
Apabila tenaga ini meningkat akan menyebabkan menurunnya
tekanan difusi air dan juga berarti turunnya kecepatan penyerapan air, dan
daya ini merupakan tenaga listrik.
5. Suhu
Energi akan di pakai apabila air dipanaskan, dan sebagian energi ini
akan dipakai untuk meningkatkan difusi air. Dan oleh sebab itu, apabila
suhu ditingkatkan maka untuk kecepatan penyerapan juga akan naik
sampai batas tertentu, dan di mana tiap 10 derajat celcius suhu akan
dinaikkan dengan kecepatan penyerapan kira-kira dua kali lipat pada waktu
permulaan.
6. Tingkat kemasakan
Kandungan air akan berkurang apabila biji semakin masak, sehingga
kecepatan penyerapan airnya akan meningkat.
7. Umur
Semakin lama disimpan maka akan semakin sulit untuk dapat
menyerap air, hal ini karena berhubungan dengan lama nya penyimpanan.
8. Komposisi kimia
Dibanding dengan biji yang kadar memiliki karbohidrat tinggi, biji
yang mengandung protein tinggi dapat menyerap air lebih cepat sampai
tingkat tertentu. Biji dengan kadar minyak yang tinggi tetapi kadar
proteinnya rendah untuk daya kecepatan serapnya akan sama dengan biji
yang berkadar karbohidrat tinggi.

Benih memiliki partikel koloid yang merupakan matriks, bersifat


hidrofil berupa pati, protein dan selulosa

2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi


a. Kadar Air
Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang harus diketahui
baik untuk tujuan pengolahan, maupun penyimpanan benih. Telah diketahui
bahwa kadar air memiliki dampak besar terhadap benih selama penyimpanan.
Menyimpan benih ortodok pada kadar air tinggi berisiko cepat mundurnya
benih selama dalam penyimpanan. Kadar air benih merupakan salah satu
komponen yang dinilai oleh BPSB dalam sertifikasi benih sehingga uji ini
merupakan satu pengujian rutin para analisis benih di laboratorium benih
(Amira 2010). Kadar air benih adalah jumlah air yang terkandung dalam
benih. Tinggi rendahnya kandungan air dalam benih memegang peranan yang
sangat penting dan berpengaruh terhadap vialibitas benih. Oleh karena itu
pengujian terhadap kadar air benih perlu dilakukan agar benih memiliki kadar
air terstandar berdasarkan kebutuhannya (Sutopo 2002)
b. Peran Polyethylene Glycol (PEG)
Pada Simulasi Kadar Air Tanah Polietilena glikol merupakan senyawa
yang stabil, nonionik, polymer panjang yang larut dalam air dan dapat
digunakan dalam sebaran bobot molekul yang luas. Polietilena glikol juga
merupakan salah satu jenis osmotikum yang biasa digunakan untuk
mensimulasi kondisi kekeringan, karena sifatnya yang dapat menghambat
penyerapan air oleh sel atau jaringan tanaman. PEG berfungsi sebagai
penyangga kandungan air benih dan menurunkan tingkat respirasi melalui
penurunan ketersediaan oksigen untuk benih, dapat menghambat hilangnya
daya tumbuh karena penggunaanmakanan cadangan dalam benih melalui
proses respirasi (Agriplus 2007).
3. Hubungan antara imbibisi, tekanan osmosis dan tugor
Biji tanaman umumnya mempunyai tekanan imbibisi yang besar sekali. Disini
tekanan imbibisi sama dengan tekanan osmosis. Apabila biji kacang telah
menyerap air maka tekanan imbibisi akan berkurang, dan juga tekanan osmosisnya
akan berkurang. Apabila biji tanaman kenyang air, setelah keaadaan setimbang
tercapai, maka tekanan difusi berkurang. Jika biji sudah kenyang, disifit tekanan
difusi =0. Bila biji itu mengembang volume biji kacang itu tidak mengahasilkan
tekanan turgor, jadi tekanan turgor = 0.
Daftar Pustaka
Dahlia. (2001). Fisiologi Tumbuhan. Malang: Universitas Negeri Malang
Murjana, Angga. 2019. Tekanan Osmosis – Pengertian, Rumus, Contoh, Proses
Terjadinya. Tersedia [Online]: https://rumusrumus.com/tekanan-osmosis/ (16
Februari 2020)
Hasibmutsani. 2019. Imbibisi: Pengertian, Syarat dan Faktor serta Penjelasannya
Lengkap. Tersedia: [Online] https://www.biology.co.id /istilah-imbibisi- dan-
penjelasannya-lengkap (15 Februari 2020)
Hisham. 2019. Osmosis: Pengertian dan Fungsi. Tersedia [Online]:
https://hisham.id/pengertian-osmosis-dan-tekanan-osmosis.html (16 Februari 2020)
Latunra. 2007. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan II. Universitas Hasanuddin.
Makassar
Pertiwi, Haida Duka dan Yossy Dian Kurniasari. 2014. Imbibisi pada Perkecambahan
Benih. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Pratiwi, D. 2007. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Ridho L dkk. 2015. Difusi, Osmosis dan Imbibisi. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang
Rizal. 2019. Osmosis adalah. Tersedia [Online]: https://contohsoal.co.id/ osmosis-adalah/
(16 Februari 2020)
Suharyanti. 2019. Istilah Imbibisi dan Penjelasannya. Tersedia: [Online].
https://dosenbiologi.com /tumbuhan/istilah-imbibisi. (15 Februari 2020)
Suyitno. (2008). Osmosis dan Penyerapan Zat pada Tumbuhan. [Online]. Tersedia di:
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131569342/pengabdian/osmosis-dan-penyerapan-
zat-pada-tumbuhan.pdf (15 Februari 2020)
Tanpa Nama. (2011). Tumbuhan dan Lingkungannya. [Online]. Tersedia di:
http://digilib.unimed.ac.id/1641/1/Bab%20II.pdf (15 Februari 2020)
Yuwono, I. T. 2002. Biologi Molekuler. Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai