OLEH:
A. Konsep Penyakit
a. Definisi
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis, yaitu suatu bakteri tahan asam
(Suriadi & Yulianni, 2015).
Tuberculosis adalah penyakit infeksi pada manusia yang disebabkan oleh basil
tuberkel mamalia (Mycobacterium tuberculosis, M. bovis) (Rudolph, 2014).
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium
tuberculosis, umumnya menginfeksi paru-paru, walaupun dapat pula menginfeksi organ
lainnya. (Harnawati, 2014)
Penulis menyimpulan Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri mycobacterium tuberculosa yang dapat menginfeksi paru-paru, organ
pencernaan, sistem urinaria, dan organ-organ lain yang bisa menyebabkan kematian.
b. Etiologi
Penyebab Tuberkulosis paru adalah:
1. Mycobacterium tuberculosa
2. Mycobacterium bovis
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh mycobacterium tuberculosis:
1. Herediter: resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan diturunkan secara
genetik
2. Jenis kelamin: pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian dan
kesakitan lebih banyak pada anak perempuan
3. Usia: pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi
4. Pada masa puber dan remaja di mana terjadi masa pertumbuhan yang cepat,
kemungkinan infeksi cukup tinggi karena diit yang tidak adekuat.
5. Keadaan stress: situasi yang penuh stress (injury atau penyakit, kurang nutrisi,
stress emosional, kelelahan yang kronik)
6. Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi dan
memudahkan untuk penyebarluasan infeksi
7. Anak yang mendapatkan terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebih
mudah
8. Nutrisi: status nutrisi yang kurang
9. Infeksi berulang: HIV, measles, pertusis
10. Tidak mematuhi aturan pengobatan.
c. Patofisiologi
Bakteri menyebar melalui jalan napas alveoli, dimana pada daerah tersebut bakteri
bertumpuk dan berkembang biak. Penyebaran basil ini bisa juga melalui sistem limfe dan
aliran darah kebagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri) dan area lain dari paru
(lobus atas). Sistem kekebalan tubuh berespons dengan inflames neutrofil dan makrofag
memfagositosis (menelan) bakteri. limfosit yang spesifik terhadap tuberculosis
menghancurkan (melisiskan) basil dari jaringan normal. reaksi jaringan ini menyebabkan
terakumulasinya eksudat dalam alveoli dan terjadilah bronco pneumonia. Infeksi awal
biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar. masa jaringan baru disebut
granuloma, yang berisi gumpalan basil yang hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh
makrofag yang membentuk dinding. granuloma berubah bentuk menjadi masa jaringan
fibrosa. bagian tengah dari masa tersebut disebut ghon thubercle. materi yang terdiri atas
makrofag dan bakteri menjadi nekrotik, membentuk perkijuan (necrotizing caseosa).
Setelah itu akan terbentuk klasifikasi, membentuk jaringan kolagen. bakteri menjadi non
aktif (Muttaqien, 2015).
Penyakit akan berkembang menjadi aktif setelah infeksi awal, karena respons system
yang tidak adekuat. Penyakit aktif dapat timbul akibat infeksi ulang atau aktifnya kembali
bakteri yang tidak aktif. Pada kasus ini terjadi ulserasi pada ghon tubercle, dan akhirnya
menjadi perkijauan. tuberke yang ulserasi mengalami proses penyembuhan membentuk
parut. Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang mengakibatkan broncopneumonia.
pembentukan tuberkel dan seterusnya. Pneumonia saluran ini dapat sembuh dengan
sendirinya. proses ini berjalan terus dan basil terus difakosit (berkembang biak didalam
sel). basil sel juga menyebar melalui getah bening. makrofag yang mengandung infiltasi
menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloit yang
dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari). daerah yang mengalami nekrosis serta
jaringan granulasi yang dikelilingi sel epitoloid dan vibrolat akan menimbulkan respons
yang berbeda dan akhirnya membentuk kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel (Muttaqien,
2015).
d. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala Tuberkulosis paru adalah:
1. Demam, malaise, anoreksia, berat badan menurun, kadang-kadang batuk (batuk tidak
selalu ada, menurun sejalan dengan lamanya penyakit), nyeri dada, hemoptysis.
2. Gejala lanjut (jaringan paru sudah banyak yang rusak): pucat, anemia, lemah, dan
berat badan menurun.
3. Permulaan tuberkulosis primer biasanya sukar diketahui secara klinis karena mulainya
penyakit secara perlahan. Kadang-kadang tuberkulosis ditemukan pada anak tanpa
gejala atau keluhan
Tetapi secara rutin dengan uji tuberculin dapat ditemukan penyakit tersebut. Gejala
tuberkulosis primer dapat berupa demam yang naik turun selama 1 - 2 minggu dengan atau
tanpa batuk dan pilek gambaran klinisnya: demam, batuk, anoreksia, dan berat badan
menurun. (Suriadi & Yulianni, 2015)
Gejala sistemik/umum :
1. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam.
2. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
3. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
4. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.(Marwoto, 2015).
e. WOC (Web of Caution)
f. Komplikasi
Menurut Suriadi & Yulianni, 2015). Akibat lanjut yang terjadi pada tuberkulosis paru
adalah :
1. Meningitis
2. Spondilitis
3. Bronchopneumonia
4. Atelektasis
g. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fisik.
2. Riwayat penyakit: Riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi penyakit.
3. Reaksi terhadap tes tuberkulin: Reaksi tes positif (diameter = 5 mm).
4. Radiologi: Terdapat kompleks primer dengan atau tanpa perkapuran pembesaran
kelenjar paratrakeal, penyebaran milier, penyebaran bronkogen, atelektasis, pleura
dengan efusi.
5. Kultur sputum: Kultur lambung atau sputum, cairan pleura, urin, cairan serebrospinal,
cairan nodus limfe ditemukan basil tuberculosis.
6. Patologi anatomi dilakukan pada kelenjar getah bening, hepar, pleura, peritoneum,
kulit ditemukan tuberkel dan basil tahan asam.
7. Uji BCG: Reaksi positif jika setelah mendapat suntikan BCG langsung terdapat reaksi
lokal yang besar dalam waktu < 7 hari setelah penyuntikan.
8. Infeksi TB: hanya diperlihatkan oleh skin tes tuberkulin positif.
9. Penyakit TB: gambaran radiologi positif, kultur sputum positif dan adanya gejala-
gejala penyakit.
h. Penatalaksanaan
Obat Anti TB (OAT)
Pengobatan TB dilakukan melalui 2 fase, yaitu :
1. Fase awal intensif, dengan bakterisid untuk memusnahkan populasi kuman yang
membelah cepat.
2. Fase lanjutan, melalui kegiatan sterilisasi kuman pada pengobatan jangka pendek dan
kegiatan bakteriostatik pada pengobatan konvensional.
OAT yang biasa digunakan antara lain isoniazid (INH), rifampisin (R). Pirozinamid (Z),
streptomisin (S) dan etambutol (E).
Dosis
Obat Setiap hari Dua kali Tiga kali /
/minggu minggu
Izoniazid 5 mg/kg max 300 15 mg/kg max 15 mg/kg max
mg 900 mg 900 mg
Rifampisin 10 mg/kg max 600 10 mg/kg max 10 mg/kg max
mg 900 mg 900 mg
Pirazinamid 15-30 mg/kg max 2 10 mg/kg max 50-70 mg/kg
g 4g max 8 g
Etambutol 15-30 mg/kg max 50 mg/kg max 25-70 mg/kg
2,5 g 49
Straptomisi 15 mg/kg max 1 g 25-80 mg/kg 25-30 mg/kg
n max 1,5 g max 1 g
Panduan OAT Klasifikasi dan Tipe Fase Awal Fase
Penderita Lanjutan
- Kasus baru dengan 2 HRS (E) 4 RH
sputum (+) 2 RHZS (E) 4 R3 H3
Kategori I
- Kasus baru dengan
bentuk TB berat
- Kasus kambuh 2 RHZES / 1 4 RH
- Kasus gagal dengan RHZE 4 R3 H3
Kategori II
sputum BTA positif 2 RHZES / 1
RHZE
- Kasus BTA (-)
dengan kelainan paru 2 RHZ 4RH
yang tidak luas 2 RHZ / 2 R3 4R3 H3
Kategori III - Kasus TB esktra baru H3 Z
selain dari yang
disebut dalam kategori
I
Keterangan : 2 RHZ : tiap hari selama 2 bulan
4 RH : tiap hari selama 4 bulan
i. Pencegahan
1. Tinggal di rumah. Jangan pergi kerja atau sekolah atau tidur di kamar dengan orang lain
selama beberapa minggu pertama pengobatan untuk TB aktif.
2. Ventilasi ruangan. Kuman TB menyebar lebih mudah dalam ruangan tertutup kecil di
mana udara tidak bergerak. Jika ventilasi ruangan masih kurang, buka jendela dan
gunakan kipas untuk meniup udara dalam ruangan ke luar.
3. Tutup mulut mengunakan masker. Gunakan masker untuk menutup mulut kapan saja ini
merupakan langkah pencegahan TB secara efektif. Jangan lupa untuk membuang
masker secara teratur.
4. Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberikan desinfektan.
5. Hindari udara dingin.
6. Usahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam tempat tidur.
7. Menjemur kasur, bantal, dan tempat tidur terutama pagi hari.
8. Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga mencucinya dan
tidak boleh digunakan oleh orang lain.
9. Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Umum Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Data dasar : Riwayat keperawatan (riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi,
penyakit yang pernah diderita)
b. Respirasi : Batuk selama lebih dari 3 minggu (disertai dengan darah), bila terjadi
sumbatan sebagian bronchus (saluran yang menuju paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara napas
melemah yang disertai sesak. Bila ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru)
dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
c. Integumen : Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza
dan bersifat hilang timbul.
d. Gastrointestinal : Penurunan nafsu makan dan berat badan.
e. Aktivitas/istirahat: Kelemahan, perasaan tidak enak (malaise) kesulitan tidur pada malam
atau demam malam hari, menggigil dan/atau berkeringat.
f. Neurologist : Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak). Gejalanya adalah demam tinggi,
adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
g. Muskuloskeletal : Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang.
2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko penyebaran infeksi b.d organisme virulen
b. Gangguan pertukaran gas b.d kerusakan jaringan paru
c. Inefektif pada nafas b.d adanya, infeksi jalan napas dan nyeri dada
d. Inefektif bersihan jalan napas b.d adanya sekret
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
f. Ketidakpatuhan b.d pengobatan dalam jangka waktu lama
3. Rencana / intervensi keperawatan
a. Resiko penyebaran infeksi b.d organisme virulen
Hasil yang diharapkan: Penyebarluasan infeksi dapat dicegah
Intervensi Rasional
Tempatkan anak pada ruang Mencegah terjadinya
khusus penyebarluasan infeksi
1) Pertahankan isolasi yang ketat
2) Pertahankan isolasi yang
di rumah sakit pada anak dengan kurang ketat dapat
TB akif menimbulkan terjadinya infeksi
nosokomial
3) Gunakan prosedur
4) Proteksi diri terhadap
perlindungan infeksi jika penularan
melakukan kontak dengan anak
5) Lakukan uji tuberculin dan
6) Mengetahui sejauh mana
memberikan penilaian hasil uji penyebarluasan infeksi terjadi
tersebut, mengambil bahan untuk
pemeriksaan bakteri
7) Berikan antituberkulosis sesuai
8) Pengobatan antituberculosis
order secara teratur dapat membunuh
kuman tuberkulosis
b. Gangguan pertukaran gas b.d kerusakan jaringan paru
Hasil yang diharapkan: Meningkatnya pertukaran gas yang adekuat
Intervensi Rasional
Monitor tanda-tanda vital Untuk mengetahui kondisi klien
secara umum
Observasi adanya sianosis pada Mengetahui adanya kekurangan
mulut O2 pada anak
Kaji irama, kedalaman, dan Pengkajian yang sering
ekspansi pernapasan menjamin fungsi pernapasan
dan yang adekuat
Lakukan auskultasi suara napas Mungkin adanya suara napas
abnormal (ronchi, wheezing)
Ajarkan cara bernapas efektif Napas dalam membantu
meningkatkan ekspansi paru
Berikan oksigen sesuai indikasi Mempertahankan kebutuhan O2
yang adekuat
Monitoring hasil analisa gas darah Mungkin terjadi peningkatan
atau penurunan hasil analisa gas
darah.
c. Inefektif pada nafas b.d adanya, infeksi jalan napas dan nyeri dada
Hasil yang diharapkan : Pola napas efektif
Intervensi Rasional
Kaji ulang status pernapasan Pengkajian yang sering menjamin
(irama, kedalaman, suara napas, fungsi pernapasan yang adekuat
penggunaan otot bantu
pernapasan, barnapas melalui
mulut)
Kaji ulang tanda-tanda vital Tanda-tanda vital bisa saja
(denyut nadi, irama dan frekuensi) berubah setiap saat sesuai dengan
kondisi klien
Berikan posisi tidur semi Mempertahankan terbukanya jalan
fowler/fowler napas dan memudahkan
pernapasan dengan menurunkan
tekanan pada diagfragma.
Bantu klien untuk melakukan Mungkin terjadi kelemahan akibat
aktivitas sehari-hari sesuai dengan kurangnya asupan O2
kemampuan
Untuk mengencerkan sekret
Intervensi Rasional
Kaji ketidakmampuan anak Ketidakmampuan mungkin
untuk makan. menjadi faktor penyebabnya.
Anjurkan orang tua untuk Menyediakan makanan dalam porsi
memberikan makan dalam yang lebih kecil untuk 1x makan
porsi kecil tapi sering. tidak akan membebani anak.
Timbang BB anak setiap hari Pemantauan BB, asupan dan
dan pantau asupan serta haluaran setiap hari menentukan
haluaran dengan cermat. status nutrisi anak.
Jelaskan pentingnya intake Menambah pengetahuan kepada
nutrisi yang adekuat untuk orang tua klien pentingnya nutrisi
penyembuhan penyakit. untuk kesehatan anak.
Intervensi Rasional
Kaji seberapa banyak Pengkajian membantu
pengetahuan yang dimiliki orang menentukan apa yang orang tua
tua dan anak, tentang TB dan hal dan anak butuhkan untuk belajar
ketidakpahaman agar dapat membantu mereka
memenuhi pengobatan jangka
panjang
Ajarkan orang tua dan anak (jika Pendidikan dan penguatan
tepat) tentang program diberikan pada orang tua dan
pengobatan dengan tuntas, dan anak dengan informasi perlunya
yakinkan tentang pendidikan yang mengikuti program pengobatan
diperlukan dengan tuntas
Identifikasi alternatif pemberi Hal ini akan menurunkan resiko
layanan yang dapat memberikan pengabaian dosis yang
pengobatan anak jika diperlukan dilakukan anak selama
pengobatan
d. Implemntasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan.
Implementasi merupakan tahap proses keperawatan di mana perawat memberikan
intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap klien.
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan perawat untuk
menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi klien.
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses kepweawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Sumber: Hidayat A. Aziz Alimul (2017), Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta:
Salemba Medika.
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencaan
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Sumber: Setiadi (2016), Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan, Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan
yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil
yang dibuat pada tahap perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. (2015). Buku Ajar : Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Mansjoer, A. (2016). Kapita selekta kedokteran. Jakarta : EGC
Muttaqien, A. (2015). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta
: Salemba Medika
Suyono. (2016). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC
Darmojo R.B, Martono H, (2015), Buku Ajar Geriatri, Edisi 2, Balai penerbit FKUI, Jakarta
FKUI, (2000), Kumpulan Makalah Pelatihan Askep Keluarga, Jakarta
ROSMINI KAIMUDIN
NPM. 1490120049
X X X X
X X X X X
?
?
: perempuan
: pasien
Leher Ya Tidak
Kekakuan √
Nyeri / nyeri tekan √
Benjolan / massa √
Keterbatasan gerak √
Mata Ya Tidak
Perubahan penglihatan √
Kacamata / lensa kontak √
Nyeri √
Air mata berlebihan √
Pruritus √
Bengkak sekitar mata √
Floater √
Diplopia √
Kabur √
Fotofobia √
.infeksi √
Tanggal pemeriksaan mata √
Terakhir
Dampak pada aktivitas sehari-hari √
Telinga Ya Tidak
Perubahan pendengaran √
Rabas √
Tinitus √
Vertigo √
Sensitivitas pendengaran √
Alat-alat prostesa √
.infeksi √
Tanggal pemeriksaan paling akhir √
Kebiasaan perawatan telinga √
Dampak pada aktivitas seharihari √
Payudara Ya Tidak
Benjolan / massa √
Nyeri/ nyeri tekan √
Bengkak √
Keluar cairan dari putting susu √
Perubahan pada putting susu √
Pola pemeriksaan payudara √
Sendiri
Tanggal dan hasil mamogram √
Terakhir
Kardiovaskuler Ya Tidak
Nyeri dada √
Palpitasi √
Sesak nafas √
Dipsnea pada aktivitas √
Dipsnea noktural paroksimal √
Murmur √
Edema √
Varises √
Kaki timpang √
Parestesia √
Perubahan warna kaki √
Pernafasan Ya Tidak
Batuk √
Sesak napas √
Hemoptisis √
Sputum √
Mengi √
Asma / alergi pernapasan √
Tanggal & hasil pemeriksaan 25 Juli
dada terakhir 2020
Gastrointestinal Ya Tidak
Disfagia √
Tidak dapat mencerna √
Nyeri ulu hati √
Mual muntah √
Hematemesis √
Perubahan nafsu makan √
Intoleran makanan √
Ulkus √
Nyeri √
Ikterik √
Benjolan / massa √
Perubahan kebiasaan defekasi √
Diare √
Konstipasi √
Melena √
Hemoroid √
Perdarahan rectum √
Pola defekasi biasanya √
Perkemihan Ya Tidak
Disuria √
Menetes √
Ragu-ragu √
Hematuria √
Poliuria √
Oliguria √
Nokturia √
Inkontinensia √
Nyeri saat berkemih √
Batu √
Infeksi √
Muskuloskeletal Ya Tidak
Nyeri Persendian √
Kekakuan √
Pembengkakan sendi √
Deformitas √
Spasme √
Kram √
Kelemahan otot √
Masalah cara berjalan √
Nyeri punggung √
Protesa √
Kebiasaan latihan/olahraga √
Dampak pada Aktivitas sehari2 √
Saraf Ya Tidak
Sakit kepela √
Kejang √
Sinkope/serangan jantung √
Paralisis √
Paresis √
Masalah koordinasi √
Tie/tremor/spasme √
Parestesia √
Cedera kepala √
Masalah memori √
Psikososial Ya
Cemas √
Depresi √
Insomnia √
Menangis √
Gugup √
Takut √
Masalah dalam pengambilan √
keputusan
Kesulitan berkonsentrasi √
Mekanisme koping √
Stres saat ini √
Persepsi tentang kematian √
Dampak pada aktivitas seharihari √
Kairatu, Juli 2020
Rosmini Kaimudin
KLASIFIKASI DATA
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas inefektif b/d Penumpukan sekret kenta dalam rongga broncus
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Tidak napsu makan
c. Kurang pengetahuan b/d Kurang informasi yang cukup tentang penyakitnya
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN