Jakarta, Indonesia
SKRIPSI
MIRZA AMINUDIN
15010055
Fakultas : Teknologi Kedirgantaraan
Program Studi : Teknik Penerbangan
Peminatan : Propulsi
Dosen Pembimbing I : Tri Susilo, ST.MT
Dosen Pembimbing II : Bismil Rabeta, ST.MT
Bulan/Tahun : September 2019
UNIVERSITAS DIRGANTARA MARSEKAL SURYADARMA
Jakarta, Indonesia
SKRIPSI
MIRZA AMINUDIN
15010055
Fakultas : Teknologi Kedirgantaraan
Program Studi : Teknik Penerbangan
Peminatan : Propulsi
Dosen Pembimbing I : Tri Susilo, ST,MT
Dosen Pembimbing II : Bismil Rabeta, ST,MT
Bulan/Tahun : September 2019
i
LEMBAR PENGESAHAN
Ketua I …………………
Ketua II …………………
Anggota 1 …………………
Anggota 2 …………………
Anggota 3 ………………….
Disahkan oleh :
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
NPM : 15010055
Peminatan : Propulsi
Dengan ini menyatakan bahwa SKRIPSI saya ini adalah ASLI, yang dibuat
berdasarkan penelitian berdasarkan prosedur ilmiah.
(Mirza Aminudin)
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang
diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir ini dengan judul “ANALISIS SIMULASI NUMERIK ALIRAN UDARA
MASUK MESIN PBS AERO TJ-100A PADA PESAWAT TERBANG
NIRAWAK FOX-13” sebagai salah satu syarat kelulusan program studi
Teknik Penerbangan Fakultas Teknologi Kedirgantaraan Universitas
Dirgantara Marsekal Suryadarma.
Penulis sangat menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari
sempurna, baik mengenai materi maupun penyajiannya. Hal ini disebabkan
oleh kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman penulis yang sangat
terbatas. Tetapi penulis tetap berusaha dengan segenap kemampuan untuk
dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan sebaik-baiknya.
Kiranya tidak ada kata-kata yang setara untuk menyampaikan rasa
terima kasih penulis pada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dan
dorongan selama penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini, yaitu :
1. Kedua orang tua tercinta dan adik tercinta, atas do’a serta perhatian
dan kasih sayang baik materi dan non materi yang tidak dapat
terbayarkan oleh penulis, sehingga penulis dapat menempuh
pendidikan sampai sejauh ini.
2. Marsekal Muda TNI (purn) Potler Gultom, SH., MM. selaku Rektor
Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma.
3. Ir. Freddy Franciscus, MM. selaku Dekan Fakultas Teknologi
Kedirgantaraan Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma.
4. Endah Yuniarti., S.Si., M.Sc. selaku Kepala Jurusan Teknik
Penerbangan Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma.
5. Tri Susilo, ST., MT. selaku pembimbing I penulisan Tugas Akhir di
Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma.
6. Bismil Rabeta, ST., MT. selaku pembimbing II penulisan Tugas Akhir
di Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma.
iv
7. Teman-teman angkatan 2015 khususnya TP-B di Universitas
Dirgantara Marsekal Suryadarma yang selalu memberikan dukungan
kepada penulis, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
8. Teman-teman berbagi referensi: Muhamad Erdin, Adrianto Wijanarko,
Ivan Nurhidayat, Delfi, Edwin, Joko, Briliano , Fauzan Sulthon Hasan,
Heru Pradika Iskandar.
9. Teman-teman saik yang selalu meluangkan waktunya untuk sekedar
berbagi keluh kesah saat proses penyusunan skripsi ini, memberikan
semangat kepada penulis untuk segera menuntaskan apa yang sudah
dimulai, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
10. Seluruh karyawan dan staf di Universitas Dirgantara Marsekal
Suryadarma.
Penulis berdo’a semoga Allah SWT. memberikan balasan yang jauh
lebih baik atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis dan
semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan di Universitas
Dirgantara Marsekal Suryadarma dan bagi penulis sendiri.
( Mirza Aminudin )
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii
vi
2.6 Navier Stokes ............................................................................. 13
vii
4.2.3 Surface Plot Pada Sudut 20° ................................................... 39
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2. 1 Subsonic Air Intake............................................................... 5
Gambar 2. 2 Supersonic Air Intake ........................................................... 5
Gambar 2. 3 S-Duct .................................................................................. 6
Gambar 2. 4 Aliran Laminar .................................................................... 11
Gambar 2. 5 Aliran Turbulent .................................................................. 12
Gambar 2. 6 Hukum Bernouli .................................................................. 13
Gambar 3. 1 Flowchart Prosedur Penelitian………………………………..16
Gambar 3. 2 Spesifikasi Pesawat Terbang Nirawak FOX-13 .................. 19
Gambar 3. 3 Engine PBS Aero TJ-100A[10] ............................................. 20
Gambar 3. 4 Pemodelan Air Intake ......................................................... 21
Gambar 3. 5 Import Gambar Solidwork ................................................... 23
Gambar 3. 6 Pemilihan Satuan dan Layer yang Digunakan .................... 23
Gambar 3. 7 Penggunaan Mode Lofted Boss/Bass ................................ 24
Gambar 3. 8 Penggunaan Mode Lofted Cut ............................................ 24
Gambar 3. 9 Bondary Condition 0°.......................................................... 25
Gambar 3. 10 Bondary Condition 10°...................................................... 26
Gambar 3. 11 Bondary Condition 20°...................................................... 26
Gambar 3. 12 Bondary Condition 30°...................................................... 26
Gambar 3. 13 Satuan yang Digunakan pada Flow Simulation ................ 27
Gambar 3. 14 Kekasaran Permukaan yang Digunakan .......................... 28
Gambar 3. 15 Kondisi Awal Berdasarkan Lingkungan Sekitar ................ 28
Gambar 3. 16 Proses Meshing ................................................................ 29
Gambar 3. 17 Goals Input ....................................................................... 30
Gambar 3. 18 Proses Iterasi ................................................................... 30
Gambar 4.1 Flow Trajectories Bagian Dalam Air Intake Sudut 0°………32
Gambar 4. 2 Flow Trajectories Bagian Luar Air Intake Sudut 0° ............ 32
Gambar 4. 3 FlowTrajectories Bagian Dalam Air Intake Sudut 10° ........ 33
Gambar 4. 4 Flow Trajectories Bagian Luar Air Intake Sudut 10° ........... 33
Gambar 4. 5 Flow Trajectories Bagian Dalam Air Intake Sudut 20° ....... 35
ix
Gambar 4. 6 Flow Trajectories Bagian Luar Air Intake Sudut 20° ........... 35
Gambar 4. 7 Flow Trajectories Bagian Dalam Air Intake Sudut 30° ....... 36
Gambar 4. 8 Flow Trajectories Bagian Luar Air Intake Sudut 30° ........... 36
Gambar 4. 9 Surface Plot Bagian Dalam Air Intake Sudut 0°................. 37
Gambar 4. 10 Surface Plot Bagian Luar Air Intake Sudut 0° .................. 37
Gambar 4. 11 Surface Plot Bagian Dalam Air Intake Sudut 10°............. 38
Gambar 4. 12 Surface Plot Bagian Luar Air Intake Sudut 10° ................ 38
Gambar 4. 13 Surface Plot Bagian Dalam Air Intake Sudut 20°............. 39
Gambar 4. 14 Surface Plot Lagian Luar Air Intake Sudut 20° ................ 39
Gambar 4. 15 Surface Plot Bagian Dalam Air Intake Sudut 30°............. 40
Gambar 4. 16 Surface Plot Bagian Luar Air Intake Sudut 30° ................ 40
Gambar 4. 17 Perbandingan Kecepatan dan Tekanan Sudut 0° ............ 44
Gambar 4. 18 Perbandingan Kecepatan dan Tekanan Sudut 10° .......... 45
Gambar 4. 19 Perbandingan Kecepatan dan Tekanan Sudut 20° .......... 46
Gambar 4. 20 Perbandingan Kecepatan dan Tekanan Sudut 30° .......... 48
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3. 1 Dimensi Pesawat Terbang Nirawak FOX-13 .......................... 19
Tabel 3. 2 Spesifikasi Engine PBS Aero TJ-100A ................................... 20
Tabel 3. 3 Menu Geometry ...................................................................... 21
Tabel 4. 1 Goal Plot 0° ............................................................................ 41
Tabel 4. 2 Goal plot 10° ........................................................................... 41
Tabel 4. 3 Goal plot 20° ........................................................................... 42
Tabel 4. 4 Goal plot 30° ........................................................................... 42
xi
DAFTAR SINGKATAN DAN NOTASI
𝑚 Massa pesawat kg
T Suhu °C
𝜌 Kerapatan udara kg/m3
𝑉 Kecepatan alir fluida m/s
Re Angka Reynolds -
ℎ Ketinggian m
𝑃 Tekanan Pa
R Konstanta Gas Ideal J/Kg.K
𝑣 Kekentalan kinematik fluida m²/s
xii
ABSTRAK
Oleh:
Mirza Aminudin
(15010055)
Air intake merupakan tempat pertama masuknya udara pada engine, aliran
udara yang masuk ke dalam engine dibuat sedemikian rupa sehingga
sesuai dengan yang dibutuhkan. Pesawat Terbang Nirawak FOX-13
memiliki engine yang berada di dalam fuselage pesawat, sehingga dibuat
air intake menuju engine. Oleh karena itu, sudut kemiringan pada air intake
sangat berpengaruh dengan aliran udara yang akan masuk ke dalam
engine. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
komputasi dengan menggunakan aplikasi Solidwork. Aplikasi Solidwork ini
digunakan untuk mempermudah dan mempercepat proses penelitian
sehingga didapat nilai kecepatan dan tekanan aliran udara yang masuk
engine tersebut. Simulasi dilakukan dengan menggunakan variasi sudut
yaitu sudut 0°, 10°, 20°, 30°. Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan
didapatkan hasil sebagai berikut, nilai tekanan tertinggi pada sudut 20° yaitu
sebesar 54023 Pa – 54073 Pa sedangkan untuk tekanan terendah pada
sudut 0° yaitu sebesar 53308 Pa – 53993 Pa, dan untuk kecepatan tertinggi
didapat pada sudut 0° yaitu sebesar didapat 76.8 m/s – 59.57 m/s
sedangkan untuk kecepatan terendah pada sudut 20° yaitu sebesar 12.7
m/s – 8.5 m/s.
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
PBS Aero TJ-100A terhadap sudut 0°, 10°, 20°, 30° ?
c. Bagaimana keadaan kecepatan aliran udara masuk pada mesin
PBS Aero TJ -100A terhadap sudut 0°, 10°, 20°, 30°?
1.3 Batasan Masalah
BAB I PENDAHULUAN
2
BAB II DASAR TEORI
Bab ini berisikan tentang teori-teori dasar yang
digunakan sebagai acuan dalam perhitungan dan
analisis aliran udara masuk pada mesin PBS Aero TJ-
100A yang akan dilakukan.
3
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Air Intake
Air intake atau inlet merupakan tempat masuknya udara yang
dibutuhkan engine. Udara yang masuk ke dalam engine akan diproses
terlebih dahulu harus melewati air intake. Air intake dirancang agar se-
efisien mungkin untuk menjaga tekanan aliran udara yang akan menuju
engine. Tujuan utama dari air intake adalah untuk membawa udara yang
dibutuhkan oleh mesin dari kondisi aliran bebas ke kondisi yang diperlukan
kompresor dengan meminimalisir kehilangan tekanan total. Dengan kata
lain tujuan dari air intake adalah menyalurkan aliran dengan kecepatan
rendah melalui kompresor tanpa menyebabkan pelepasan lapisan batas.
Air intake harus dirancang untuk memberikan laju aliran udara yang
dibutuhkan engine dan juga agar keluaran aliran udara yang akan masuk
ke kompresor stabil dengan kualitas baik.[1] Jadi tujuan dari air intake
adalah:
- memperlambat aliran udara.
- meningkatkan tekanan.
- menyeragamkan aliran udara di bagian depan kompresor.
- mengurangi gangguan aerodinamika.
2.2 Tipe dari Air Intake
Sebagian besar pesawat penumpang dan militer modern ditenagai
oleh mesin turbin gas, yang juga disebut mesin jet. Ada beberapa jenis
mesin turbin gas, tetapi semua mesin turbin memiliki beberapa bagian yang
sama. Semua mesin turbin memiliki saluran masuk (air intake) untuk
membawa udara aliran bebas ke dalam engine. Air intake berada di bagian
depan kompresor. Air intake memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda
tergantung dengan spesifikasi yang biasanya ditentukan oleh kecepatan
pesawat yaitu: subsonic air intake, dan supersonic air intake.[1]
4
2.2.1 Subsonic Air Intake
Subsonic air intake merupakan komponen penting, karena semua
turbojet sipil dan pesawat komersial memiliki ventilasi udara jenis
ini. Karakteristik pertama yang harus memiliki saluran masuk subsonik
untuk memperlambat aliran udara. Untuk pesawat yang tidak bisa melaju
lebih cepat daripada kecepatan suara, seperti pesawat besar memiliki air
intake yang sederhana, lurus, dan pendek bekerja cukup baik. Bagian air
intake paling depan disebut highlight. Pada subsonic air intake memiliki ciri
seperti pada umumnya dengan bibir yang relatif tebal. [1]
2.3 S-Duct
S-duct atau serpentine inlet adalah jenis saluran intake jet engine
yang digunakan pada beberapa jenis pesawat trijet . Dalam konfigurasi ini,
5
air intake berada di tengah belakang atas pesawat, di atas atau di
bawah stabilizer , sementara exhaust dan mesin berada di belakang
pesawat. S-duct terletak di bagian ekor atau empennage dari pesawat, dan
engine diposisikan di dalam fuselage pesawat untuk minimalisasi drag
engine. S-Ducts sebagai air intake mesin sangat bagus di bidang propulsi,
sebagai contoh untuk menciptakan pesawat terbang nirawak (UAV)
berperforma tinggi membutuhkan adopsi mesin jet, untuk mencapai
kecepatan maksimum subsonik tinggi. Bentuk S-duct khas dan mudah
dikenali, dan digunakan di beberapa pesawat, mulai tahun 1962
dengan Hawker Siddeley Trident . Saat ini, jet bisnis Dassault Falcon
8X dan Dassault Falcon 900 adalah satu-satunya pesawat dalam produksi
yang menggunakan desain S-duct. [2]
Gambar 2. 3 S-Duct
6
Pada aliran udara viskos memiliki atau dipengaruhi nilai kekentalan,
sehingga aliran udara ini akan mengalami gesekan atau gaya geser.
Gesekan yang terjadi adalah antara partikel - partikel udara dengan
permukaan benda yang dilaluinya. Lapisan udara (boundary layer) yang
mengalir melalui suatu benda dengan adanya gesekan tersebut diatas,
maka kecepatan udara tiap - tiap lapisan menjadi berkurang karena
dipengaruhi oleh gaya hambat. Semakin jauh jarak lapisan aliran udara dari
permukaan benda, akan memiliki nilai kecepatan yang maksimum (sama
dengan aliran udara bebas). Aliran udara tak viskos adalah suatu aliran
udara yang tidak mengalami gesekan karena aliran ini bersifat tidak
dipengaruhi atau tidak memiliki nilai kekentalan. Dengan memperhatikan
keadaan aliran ini, maka dapat dikatakan bahwa aliran tak viskos (invicid
flow) memiliki nilai viskositas sangat kecil atau viskositas fluidanya nol,
sehingga gaya hambat viskos yang terjadi dapat diabaikan. [3]
Aliran termampatkan adalah suatu aliran udara yang mengalami
perubahan nilai kerapatannya (densitas dan tidak konstan). Sedangkan
aliran tak termampatkan adalah suatu aliran udara yang tidak mengalami
perubahan nilai kerapatannya (densitas konstan). Pada kenyataannya
keadaan seperti ini sangat sulit dijumpai, namun ada kesamaan dalam
pembahasan aliran invicid, yaitu penyederhanaan dalam perhitungan
aerodinamika sehingga aliran udara yang terjadi dianggap tak
termampatkan (incompressible). [3]
7
Suhu pada permukaan laut (sea level) adalah 288.2°K
b). Tekanan (pressure)
Setiap benda yang mempunyai ruangan terbuka akan menerima
tekanan udara. Tekanan udara adalah suatu gaya persatuan luas yang
bekerja pada suatu bidang didalam bidang. Semakin tinggi kita terbang,
maka semakin berkurang tekanan udaranya. Tekanan udara dipermukaan
laut (sea level) P0 = 14,7 psi atau 76 cm Hg.
c). Kerapatan (density)
Density adalah suatu perbandingan antara masa udara dengan
volume yang dilambangkan dengan ρ dan mempunyai satuan kg/m3 atau
Ns2/m4. Kerapatan udara tergantung pada tekanan dan temperature.
𝑃
𝜌 = 𝑅𝑇………………………………………… (2.2)
dimana
R = konstanta gas ideal 287 J/kg.K (udara)
Dari banyak perubahan yang mungkin terjadi dari keadaan gas, hal
yang paling perlu diperhatikan adiabatic yang dapat dibalik (isentropik) yang
didalamnya tekanan dan kerapatan dihubungkan dengan :
𝑃
= konstan…………………………………(2.3)
𝜌⋅𝛾
udara p (ρ).
Kemudian dengan persamaan Laplace, kecepatan suara menjadi :
8
𝑃
𝑎 = √𝛾 𝜌………………………………………(2.5)
9
Karakteristik aerodinamika udara (bilangan Mach) suatu pesawat
tergantung pada daerah penerbangannya. Bilangan Mach dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa aliran, yaitu[4]:
a. Aliran Low Subsonic 0,0 < M ≤ 0,4
b. Aliran High Subsonic 0,4 < M ≤ 0,8
c. Aliran Transonic 0,8 < M ≤ 1,2
d. Aliran Supersonic 1,2 < M ≤ 5,0
e. Aliran Hypersonic 5,0 < M
10
ρvL v
Rⅇ = …………M = a……………………..(2.7)
μ
11
Gambar 2. 5 Aliran Turbulent[6]
12
Energi kinetik + Energi tekanan = konstan, sehingga didapatkan
rumus sebagai berikut :
1
m𝑣2 + P = konstan………………………….(2.9)
2
jika 𝑣 = 1 m3 maka ρ = m
kemudian kita dapatkan Persamaan Bernoulli menjadi :
1
P + 2ρ𝑣2 = konstan
1 1
P1 +2 𝜌1 𝑣12 = P2 + 2 𝜌2 𝑣2 2
13
sederhana yang dapat dipecahkan dengan cara ini. Kasus-kasus ini
biasanya melibatkan aliran non-turbulen dan tunak (aliran yang tidak
berubah terhadap waktu) yang memiliki nilai bilangan Reynold kecil. Dua
konstribusi penting diberikan secara terpisah oleh Navier pada tahun 1823
dan Stokes pada tahun 1845 yang menurunkan persamaan diferensial
parsial fluida viskos, persamaan ini membahas tentang persamaan gerak
fluida viskos, persamaan ini dikenal dengan persamaan Navier-Stokes, dan
persamaan inilah yang menjadi dasar kajian dinamika fluida saat ini. [8]
I II III IV V
Dimana
𝜕𝑈𝑗 𝜕𝑈𝑖 2 𝜕𝑈𝑘
τİj = −μ ( + ) + 𝛿𝑖𝑗 𝜇
𝜕𝑥𝑖 𝜕𝑥𝑗 3 𝜕𝑥𝑘
14
IV: Fluks panas (difusi)
V: Transfer energi mekanik yang tidak dapat dipulihkan ke panas
∂𝑈𝑖
=0
∂𝑥𝑖
Persamaan Momentum
∂Uj ∂Uj ∂ρ ∂τij
ρ + ρUi =− − + ρg j
∂t ∂xi ∂xj ∂xi
2.7 Solidwork
15
BAB III
METODE PENELITIAN
16
3.2 Pengertian CFD (Computational Fluid Dynamic)
17
c. Postprocessing
Pada penelitian tugas akhir akan ini diambil dari data Pesawat
Terbang Nirawak FOX-13:
18
Gambar 3. 2 Spesifikasi Pesawat Terbang Nirawak FOX-13
Dimensi PTTA :
1. Panjang 6m
2. Tinggi 0.827 m
3. Lebar 12 m
4. Berat Kosong 600 kg
5. Berat Maksimum 1300 kg
6. Kapasitas Bahan Bakar 500 Kg
7. Kapasitas Payload 100 Kg
8. Cruise Altitude 5000 m
165 Km/h (0m)
9. Stall Speed @Flap 0o
212 Km/h (5000m)
130 Km/h (0m)
10. Stall Speed @Flap 30o
168 Km/h (5000m)
11. Cruise Speed @5000m 225 Km/h
12. Take Off Speed 154 Km/h (Flap 30o)
13. Maximum Endurance 14 Jam
700m (Takeoff)
14. Runway
900m (Landing)
19
3.6 Spesifikasi Engine PBS Aero TJ-100A
1. Model TJ – 100A
2. Engine Type Turbojet
3. Max. Thrust 1300 N
4. Fuel JET A, JET A-1, B, TS-1, T2, RT
Mobile Jet Oil II/AEROSHELL
5. Lubrication
500/AEROSHELL 560
6. Starter 28 V DC
7. Alternator 1000 watt
8. Mass 19.5 kg
9. Max. RPM 60600 RPM
10. Max. Engine Temp. 780oC
11. Speed Range 0 – 0.8 M
12. Operating Altitude 0 – 10000 m
13. Operating Temp. -50oC – +50oC
20
Solidwork. Pemodelan air intake dibuat dengan mengasumsikan model
dalam bentuk solid.
3.8 Preprocessing
21
Menu ini digunakan
untuk membuat
gambar 2D menjadi
3D.
Menu ini
digunakan untuk
membuat
potongan pada
gambar 3D.
3.8.2 Geometry
22
Gambar 3. 5 Import Gambar Solidwork
3. Klik Features lalu klik mode Lofted boss/bass pada toolbar Features.
Ini digunakan untuk menghubungkan beberapa sketsa pada plane
yang berbeda sehingga terbentuk suatu model 3D air intake engine
PBS Aero TJ-100A.
23
Gambar 3. 7 Penggunaan Mode Lofted Boss/Bass
4. Untuk proses selanjutnya klik mode Lofted Cut pada toolbar Features,
mode tersebut digunakan untuk menghubungkan sketsa yang
berada di sisi dalam geometri air intake. Jika sudah seperti gambar
di bawah, maka gambar sudah siap di uji coba dengan
menggunakan flow simulation.
24
dimasukkan dalam kondisi batas (boundary condition). Penentuan
kondisi batas melibatkan beberapa hal, yaitu :
a. Mengidentifikasikan lokasi kondisi batas, misalnya : sisi masuk,sisi
keluar, dinding, dan lain – lain.
b. Memasukan informasi / data pada batas yang telah ditentukan.
Data yang diperlukan pada batas tergantung dari tipe kondisi batas
dan model fisik yang dipakai (turbulensi, persamaan energy, dan lainnya).
Data yang diperlukan (input) pada kondisi batas merupakan data yang
sudah diketahui atau data yang dapat diasumsikan. Tetapi asumsi data
tersebut harus diperkirakan mendekati yang sebenarnya. Input data yang
salah pada kondisi batas akan sangat berpengaruh terhadap simulasi.
Pada penelitian ini kondisi batas yang kita masukkan dalam solidworks
adalah real wall pada menu boundary condition. Simulasi aliran udara pada
air intake diasumsikan 62.5 m/s berdasarkan Real Wall dengan variasi
sudut 0°, 10° dan 20° 30º.
25
Gambar 3. 10 Bondary Condition 10°
26
Computational Domain
Default
• Tekanan pada ketinggian 5000 m : 54050 Pa
• Suhu atmosfer pada ketinggian 5000 m : -17.45 °C
• Kecepatan aliran fluida: 62.5 m/s
• Boundary Conditions
Type: Real wall
• Goals
GG Min Total Pressure
GG Max Total Pressure
GG Min Velocity (X)
GG Max Velocity (X)
Pada simulasi ini pesawat dianggap diam dan udara yang bergerak,
penulis menggunakan ketinggian terbang 5000 m berdasarkan pendekatan
ketinggian terbang Pesawat Terbang Nirawak FOX-13 yang terjadi pada air
intake. Proses selanjutnya inputan data ke software solidworks.
27
Gambar 3. 14 Kekasaran Permukaan yang Digunakan
28
3.8.5 Proses Meshing
3.8.6 Solving
29
Gambar 3. 17 Goals Input
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil simulasi distribusi
tekanan dan kecepatan aliran udara pada mesin PBS Aero TJ-100A
yang diterapkan pada Pesawat Terbang Nirawak FOX-13, dengan
disimulasikan aliran udara pada variasi sudut yaitu sudut 0°, 10°,20°, dan
30°, dengan menggunakan software solidworks. Simulasi aliran udara
pada air intake diasumsikan 62.5 m/s berdasarkan Real Wall. Hasil dari
simulasi yang dilakukan untuk mengetahui distribusi tekanan dan
kecepatan aliran udara pada air intake pada mesin PBS Aero TJ-100A
yang diterapkan pada Pesawat Terbang Nirawak FOX-13 sebagai
berikut.
31
4.1.1 Flow Trajectories Pada Sudut 0°
Pada sudut 0°, dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa degradasi
warna dengan kecepatan tinggi adalah warna merah dengan nilai
sebesar 82.27 m/s pada bagian air intake masuk dan yang paling rendah
adalah warna biru muda dengan nilai sebesar 31.64m/s pada bagian air
intake keluar. Pada permukaan ujung dari air intake dimana tempat aliran
udara masuk terlihat perubahan warna dari merah menjadi warna hijau
itu disebabkan oleh kecepatan aliran udara yang berkurang sebab tujuan
air intake itu sendiri yaitu mengurangi kecepatan aliran udara.
Pada bagian luar dari air intake seperti Gambar 4.2 terlihat
degradasi warna antara kuning dengan nilai sebesar 63.29 m/s dan
warna hijau dengan nilai sebesar 37.97 m/s, warna kuning sangat terlihat
32
pada bagian luar air intake, hal ini disebabkan karena aliran udara yang
tidak masuk ke dalam air intake akan terus mengalir dan kecepatan aliran
udara cenderung konstan, selanjutnya terjadi perubahan degradasi
warna dari kuning menjadi warna hijau di ujungnya, itu terjadi karena
kecepatan aliran udara yang rendah karena tidak ada objek yang
dilewatinya lagi.
33
warna menjadi warna hijau muda . Hal itu menunjukan kecepatan aliran
udara yang berkurang dibanding saat udara masuk air intake.
Sedangkan untuk bagian luar dari air intake seperti Gambar 4.4
terlihat sangat bervariasi kecepatannya, dimana pada bagian samping
memiliki kecepatan yang tinggi ditandai dengan warna merah dengan
nilai sebesar 77.69 m/s pada bagian bawah. Pada bagian atas berwarna
hijau dengan nilai sebesar 51.79 m/s, udara yang tidak masuk ke dalam
air intake terus mengalir hingga tidak ada objek yang dilewatinya lagi
berwarna antara kuning dan hijau yang berarti kecepatan aliran udara di
luar air intake lebih cepat dibanding aliran udara yang berada di dalam
air intake.
34
Gambar 4. 5 Flow Trajectories Bagian Dalam Air Intake Sudut 20°
35
beragam, berwarna hijau dengan nilai sebesar 58.68 m/s dan warna
kuning dengan nilai sebesar 88.02 m/s yang berarti kecepatan bagian
samping lebih besar dibanding dengan kecepatan yang berada pada
bagian atas.
36
permukaan air intake. Pada surface plots seluruh kondisi batas yang
dipakai sama dan dialiri dengan kecepatan udara sebesar 62,5 m/s.
37
4.2.2 Surface Plot Pada Sudut 10°
Untuk sudut 10° sesuai dengan Gambar 4.11 dapat dilihat bahwa
pressure yang terjadi meningkat karena adanya perubahan warna biru
muda dengan nilai sebesar 53818 Pa pada bagian air intake masuk lalu
berubah warna menjadi hijau dengan nilai sebesar 54438 Pa pada
bagian air intake keluar. Sesuai dengan fungsi dari air intake itu sendiri
yaitu meningkatkan tekanan. Pada Gambar 4.12 merupakan pressure
yang terjadi pada permukaan bagian luar air intake, terlihat memiliki
degradasi warna yang dominan warna hijau dengan nilai sebesar 54748
Pa dan sedikit warna kuning dengan nilai sebesar 55058 Pa pada bagian
bawah, lalu warna biru muda dengan nilai sebesar 53198 Pa di bagian
ujungnya.
38
4.2.3 Surface Plot Pada Sudut 20°
39
56424 Pa yang berada pada bagian bawah, lalu warna biru dengan nilai
sebesar 52097 Pa pada bagian ujung.
Sesuai Gambar 4.15 dimana air intake berada pada sudut 30°
dapat dilihat bahwa tekanan yang ada di bagian dalam air intake memiliki
warna dominan hijau tosca dengan nilai sebesar 54309 Pa dan sedikit
gradasi warna yang menandakan pressure disana masih ada dan tidak
sampai kehilangan tekanan total sesuai dengan fungsi dari air intake itu
40
sendiri. Sedangkan untuk Gambar 4.16 adalah keadaan bagian luar dari
air intake, terlihat memiliki degradasi warna yang variatif, dengan warna
hijau neon yang dominan dengan nilai sebesar 53424 Pa berada pada
bagian atas, lalu warna biru dengan nilai sebesar 52540 Pa terdapat
pada bagian samping dan sedikit warna merah dengan nilai sebesar
57847 Pa dan kuning dengan nilai sebesar 56962 Pa pada bagian
bawah.
Minimum Maximum
Goal Name Unit Value Value Value
GG Min Static Pressure [Pa] 49365.87589 49292.0885 49386.97648
GG Max Static Pressure [Pa] 57395.82784 57386.15019 57423.63766
GG Min Total Pressure [Pa] 49365.87589 49292.0885 49386.97648
GG Max Total Pressure [Pa] 58535.81764 58502.71003 58645.78454
GG Min Dynamic
Pressure [Pa] 0 0 0
GG Max Dynamic
Pressure [Pa] 4163.018863 4127.166145 4168.682392
GG Min Velocity [m/s] 0 0 0
GG Max Velocity [m/s] 106.6955158 106.2380243 106.7662373
Minimum Maximum
Goal Name Unit Value Value Value
GG Min Static Pressure [Pa] 51959.37989 51958.83396 51961.93929
GG Max Static Pressure [Pa] 56297.60585 56297.60585 56454.89586
GG Min Total Pressure [Pa] 51959.37989 51958.83396 51961.93929
41
GG Max Total Pressure [Pa] 57044.31411 56984.76329 57297.24705
GG Min Dynamic
Pressure [Pa] 0 0 0
GG Max Dynamic
Pressure [Pa] 3332.474481 3331.784033 3332.861208
GG Min Velocity [m/s] 0 0 0
GG Max Velocity [m/s] 95.11049801 95.10107983 95.11590057
Minimum Maximum
Goal Name Unit Value Value Value
GG Min Static Pressure [Pa] 50654.84994 50653.92438 50699.15557
GG Max Static Pressure [Pa] 57146.13017 57144.35394 57146.39019
GG Min Total Pressure [Pa] 50654.84994 50653.92438 50699.15557
GG Max Total Pressure [Pa] 58855.35669 58853.54424 58855.61806
GG Min Dynamic
Pressure [Pa] 0 0 0
GG Max Dynamic
Pressure [Pa] 4653.780554 4626.382268 4657.159291
Minimum Maximum
Goal Name Unit Value Value Value
GG Min Static Pressure [Pa] 50531.39303 50524.55947 50548.4196
GG Max Static Pressure [Pa] 60128.47246 60125.39156 60132.60752
GG Min Total Pressure [Pa] 50531.39303 50524.55947 50548.4196
GG Max Total Pressure [Pa] 62165.32407 62159.70392 62170.1518
42
GG Min Dynamic
Pressure [Pa] 0 0 0
GG Max Dynamic
Pressure [Pa] 7239.579399 7224.988265 7246.030172
GG Min Velocity [m/s] 0 0 0
GG Max Velocity [m/s] 141.5174318 141.3290484 141.5923938
Tabel 4.1, Tabel 4.2, Tabel 4.3, dan Tabel 4.4 menjelaskan tentang
hasil Goal Plot pada variasi sudut (0°, 10°, 20°, dan 30°). Nilai pressure
tertinggi pada sudut 30° yaitu sebesar 60132.607 Pa sedangkan untuk
pressure terendah pada sudut 10° yaitu sebesar 56297.605 Pa, dan
untuk kecepatan tertinggi pada sudut 30° yaitu sebesar 141.517 m/s dan
kecepatan terendah pada sudut 10° yaitu sebesar 95.110 m/s.
43
Gambar 4. 17 Perbandingan Kecepatan dan Tekanan Sudut 0°
44
4.4.2 Perbandingan Grafik Sudut 10°
45
4.4.3 Perbandingan Grafik Sudut 20°
Dapat dilihat pada grafik sudut 20° tekanan dan kecepatan yang
terjadi sepanjang air intake, pada saat kecepatan dari sumbu X sebesar
12.75 m/s mengalami kenaikan sampai 15.43 m/s pada jarak 0.476 m
sampai 0.528 m terhadap panjang air intake, untuk selanjutnya
mengalami penurunan kecepatan aliran udara sampai pada kecepatan
46
9.55 m/s pada jarak 0.954 m terhadap panjang air intake, setelah itu
kecepatan aliran udara kembali mengalami kenaikan sampai pada 10.21
m/s ,namun kembali turun sampai pada kecepatan 8.55 m/s pada jarak
1.092 m, hal ini terjadi karena adanya perubahan sudut yang membuat
aliran udara menjadi tidak beraturan dan untuk tekanan mengalami
kenaikkan, sementara kecepatan berbanding terbalik.
Pada ujung air intake dititik 0.476 m sampai titik 0.533 m
mengalami perubahan, berupa penurunan tekanan dari 54023.85 Pa
sampai 53998.25 Pa, setelah itu dari jarak 0.533 m sampai 1.092 m
mengalami kenaikan yang tidak signifikan dari 53998.25 Pa sampai
54073.85 Pa, hal ini terjadi dikarenakan adanya perbedaan diameter
dalam pada air intake juga dipengaruhi adanya perubahan sudut yang
terjadi.
47
Gambar 4. 20 Perbandingan Kecepatan dan Tekanan Sudut 30°
Pada grafik sudut 20° terlihat tekanan dan kecepatan yang terjadi
di sepanjang air intake, pada saat kecepatan dari sumbu X sebesar 12.79
m/s mengalami kenaikan sampai 13.10 m/s pada jarak 0.445 m sampai
0.474 m terhadap panjang air intake, untuk selanjutnya mengalami
penurunan kecepatan aliran udara sampai pada kecepatan 9.27 m/s
pada jarak 0.864 m terhadap panjang air intake, setelah itu kecepatan
aliran udara kembali mengalami kenaikan sampai pada 10.31 m/s
,namun kembali turun sampai pada kecepatan 10.08 m/s pada jarak
0.969 m, hal ini terjadi karena adanya perubahan sudut yang membuat
aliran udara menjadi tidak beraturan dan untuk kecepatan mengalami
penurunan, sementara tekanan berbanding terbalik.
Pada ujung air intake dititik 0.445 m sampai titik 0.484 m
mengalami perubahan, berupa penurunan tekanan yang tidak signifikan
dari 53837.90 Pa sampai 53834.22 Pa, setelah itu dari jarak 0.484 m
sampai 0.969 m mengalami sedikit kenaikan dari 53834.22 Pa sampai
53881.89 Pa, hal ini terjadi dikarenakan adanya perbedaan diameter
dalam pada air intake juga dipengaruhi adanya perubahan sudut yang
terjadi.
48
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Bab IV maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1 Pemodelan telah dibuat dengan bantuan perangkat lunak solidwork
berdasarkan geometri literature dan dapat dianalisis.
2 Pada simulasi aliran udara air intake Pesawat Terbang Nirawak FOX-13
ini telah diketahui untuk kecepatan yaitu 62.5 m/s dengan variasi sudut
0°, 10°, 20°, 30°. Dengan demikian untuk kecepatan yang terjadi di
sepanjang air intake pada sudut 0° didapat 76.8 m/s – 59.57 m/s, untuk
sudut 10° didapat kecepatan 52.3 m/s – 40.1 m/s, sedangkan untuk
sudut 20° didapat kecepatan 12.7 m/s – 8.5 m/s, dan untuk sudut 30°
kecepatannya 12.7 m/s – 10.08 m/s.
3 Pada air intake Pesawat Terbang Nirawak FOX-13 ini telah diketahui
untuk kecepatan yaitu 62.5 m/s dengan variasi sudut 0°, 10°, 20°, 30°.
Tekanan aliran udara yang terjadi di sepanjang air intake pada sudut 0°
sebesar 53308 Pa – 53993 Pa, untuk sudut 10° didapat tekanan sebesar
53850 Pa – 54200 Pa, sedangkan untuk sudut 20° didapat tekanan
sebesar 54023 Pa – 54073 Pa, dan untuk sudut 30° tekanan sebesar
53837 Pa - 53881 Pa.
5.2 Saran
1 Dari hasil tugas akhir ini, penulis akan memberikan pertimbangan dalam
pembuatan permodelan bentuk air intake yang berbeda ini diharapkan
agar didapatkan kecepatan dan tekanan yang lebih sesuai dengan yang
dibutuhkan engine.
2 Untuk lebih mengetahui pola aliran dan tekanan yang terjadi pada aliran
udara menuju engine tersebut maka penulis memakai aplikasi software
dengan menggunakan aplikasi CFD agar lebih tau kondisi dari air intake
berdasarkan kecepatan yang sama tetapi berbeda sudut.
49
DAFTAR PUSTAKA
1. ______, 2016, Inlets https://www.aerospacengineering.net/inlet/ ,
Diakses pada 20 September 2019.
2. Fotios Papadopoulos, Ioannis Valakos, Ioannis K. Nikolos,
(2012),"Design of an S-duct intake for UAV applications", Aircraft
Engineering and Aerospace Technology, Vol. 84 Iss: 6 pp. 439 – 456
3. Covert, Eugene E., 1985, Thrust and Drag : Its Prediction and
Verification, American Institute of Aeronautics and Astronautics, New
York.
4. Noviana, Reny., 2007, Analisa Komputasi Distribusi Tekanan Model
Pesawat Boeing 777-200 Dengan Variasi Kecepatan dan Sudut
Serang, Skripsi, Program Studi Teknik Penerbangan, Universitas
Mersekal Suryadarma, Jakarta
5. Inuhan, Emanuel, 2007, Kajian Eksperimental Distribusi Tekanan
Sepanjang Permukaan Atas dan Bawah Model Pesawat B777 – 200,
Skripsi, Program Studi Teknik Penerbangan, Universitas Marsekal
Suryadarma, Jakarta
6. Mangiri, Wendi., 2011, Percobaan Laminar dan Turbulen, Praktek
Mekanika Fluida, Tugas Akhir, Program Teknik Mesin, Universitas
Hasanuddin, Makassar
7. Wiratama, Caesar. 2016. Aerodinamika (Persamaan Dasar).
http://aeroengineering.co.id/2016/01/aerodinamika-persamaan-
dasar/ ,diakses pada tanggal 12 Juni 2019.
8. White, M. Frank, 1986, Mekanika Fluida, Edisi Kedua, Jilid 1,
Jakarta: Erlangga..
9. Anderson, John D, Jr. 1995. Computational Fluid Dynamic (2nd ed).
New York: McGraw Hill.
10. PBS Velká Bíteš, 2008, TJ100 Turbojet Engine,
https://www.pbs.cz/getmedia/3bf0621d-4146-4c90-b8d0-
08a875fe6380/PBS_Turbojet-engine_TJ100_EN.pdf.aspx?ext=.pdf,
diakses pada tanggal 13 Juni 2019.
50
LAMPIRAN
51