PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang
berfungsi sebagai alat transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme
tubuh, pertahanan tubuh dari serangan kuman, dan lain sebagainya. Darah
merupakan jaringan pengikat dengan sel-selnya terendam dalam cairan matriks
(plasma darah) yang terdiri dari senyawa organik dan anorganik.
Darah mempunyai fungsi sebagai alat pengangkut yaitu membawa sari-sari
makanan keseluruh tubuh, mengangkut zat-zat sisa metabolisme. Darah juga
berfungsi sebagai alat pertahanan tubuh, yaitu sel-sel darah putih yang berfungsi
membunuh kuman penyakit, dan keping-kepimg darah dapat menutup luka. Selain
itu darah juga berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh.
Sel-sel darah ada 3 macam, yaitu eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel
darah putih), dan trombosit (sel pembeku darah atau keping-keping darah).Pada
preparat natif darah, biasanya terlihat bentuk (formasi) eritrosit yang saling
berdekatan membentuk deretan seperti uang logam yang dideratkan.
Waktu perdarahan terutama untuk menilai faktor-faktor hemostasis yang
letaknya ekstravaskuler tetapi keadaan dingding kapiler dan jumlah trombosit juga
berpengaruh. Waktu perdarahan normal sekitar 1-6 menit. Apabila perdarahan
terus berlangsung lebih dari 10 menit menunjukkan adanya kelalaian dalam
mekanisme hemoastis. Terjadinya perdarahan berkepanjangan setelah trauma
superfisial yang terkontrol, merupakan petunjuk bahwa ada defisiensi trombosit.
Darah yang akan diperiksa agar tidak membeku dapat diberi antikoagulan.
Tidak semua antikoagulan dapat dipakai karena pengaruh terhadap eritrosit yang
akandiperiksa morfologinya. Antokoagulan yang umum digunakan ada 4 macam,
yaiu oksalat, natrium sitrat, heparin, dan Ethylenne Diamine Tetra Acetic Acids
(EDTA).
Koagulasi atau pembekuan darah merupakan salah satu faktor penting
dalam menghentikan suatu perdarahan. Didalam tubuh terdapat 2 mekanisme
1
koagulasi darah yaitu intrinsik dan ekstrinsik yang dirancang oleh tubuh untuk
saling melengkapi dalam megatasi trauma ringan sehari hari terhadap pembuluh
darah.
Laju endap darah ( LED ) berfungsi untuk mengukur kecepatan
pengendapan darah merah di dalam plasma ( mm/jam ).Tinggi ringannya nilai
pada Laju Endap Darah (LED) memang sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh
kita, terutama saat terjadi radang. Namun ternyata orang yang anemia, dalam
kehamilan dan para lansia pun memiliki nilai Laju Endap Darah yang tinggi.
Namun biasanya dokter langsung akan melakukan pemeriksaan tambahan lain,
bila nilai Laju Endap Darah di atas normal. Laju Endap Darah pun bisa diperg.
unakan untuk mengecek perkembangan dari suatu penyakit yang dirawat.
2
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang terdiri dari
protein kompleks terkonjugasi yang mengandung besi dan berfungsi sebagai
media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa
karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru.
Hemoglobin adalah pigmet eritrosit yang terdiri dari protein kompleks
terkonyugasi yang mengandung zat basi.Ada beberapa metode yang dilakukan
pada hemoglobin adalah metode hematiasam, metodewong, metode cyanmet
hemoglobin, dan metode oksihemoglobin. Hemoglobin adalah molekul protein
pada sel darah merah yang terdiri dari protein kompleks terkonjugasi yang
mengandung besi dan berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru paru ke
seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru
paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah
berwarna merah. Kadar hemoglobin dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara
lain metode Sahli, oksihemoglobin atau sianmethhemoglobin.
Diferensial leukosit adalah presentase setiap jumlah sel darah putih dari
total leukosit. Setiap sel darah putih mempunyai fungsi yang berbeda dalam
melawan infeksi dan setiap penyakit menghasilkan perbedaan sel darah putih
yang ada didalam darah. Perhitungan total leukosit penting untuk diagnosa klinik,
tetapi akan lebih memberikan gambaran yang lengkap dengan perhitungan
diferensial leukosit.
1.2.Tujuan
3
dalam darah) dengan metode mikrohematokrit,untuk menentukan kadar
hemoglobin di dalam darah menurut metode Sahli, untuk menentukan jumlah sel
darah merah per mm kubik darah, dan untuk mengetahui jumlah sel darah putih
per mm kubik darah,untuk mempelajari cara membuat preparat ulas/apus darah,
mengamati berbagai macam bentuk sel-sel darah pada preparat darah perifer dan
menghitung % jenis sel darah putih pada preparat ulas darah perifer.
1.3.Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah pada Preparat Natif Darah
pratikan mengetahui bentuk sel darah pada mamalia dan unggas, ada tidaknya sel
yang mengalami pengkerutan dan ada tidaknya mikroorganisme di dalam tubuh,
lama waktu perdarahan dengan metode Duke, dapat menentukan waktu beku
darah pada ternak atau manusia, pratikan dapat menentukan laju endap darah
dengan menggunakan tabung Wastergreen,dapat melihat hemolisis darah dan
keriput pada membran peritrosit (krenasi) akibat perubahan larutan medium darah.
Menentukan batas konsentrasi NaCl dari medium dimana eritrosit mulai lisis
(minimum resistance) dan hemolisis total (maximum resistance), menentukan
nilai hematokrit (% volume eritrosit di dalam darah) dengan metode
mikrohematokrit, menentukan kadar hemoglobin di dalam darah menurut metode
Sahli, menentukan jumlah sel darah merah per mm kubik darah, dan untuk
mengetahui jumlah sel darah putih per mm kubik darah. Mengetahui cara
membuat preparat ulas/apus darah, mengamati berbagai macam bentuk sel-sel
darah pada preparat darah perifer dan menghitung % jenis sel darah putih pada
preparat ulas darah perifer.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Darah merupakan jaringan tubuh yang terdiri dari bagian cair (plasma)
dan bahan-bahan interseluler. Plasma darah dan sel-sel darah dapat terpisah dan
bebas bergerak dalam cairan interseluler. Cairan ekstrasel dalam darah mensuplay
sel-sel dengan nutrisi dan zat-zat lain yang diperlukan untuk fungsi selular, tetapi
sebelum digunakan zat ini harus ditransfort melalui membrane sel dengan dua
proses utama yaitu difusi dan osmosis serta transfor aktif. Dinding sel eritrosit
sangat permeable terhadap sifat apapun. Darah mempunyai beberapa fungsi yang
penting untuk tubuh. Darah mengangkut zat-zat makanan dari alat pencernaan ke
jaringan tubuh, hasil limbah metabolisme dari jaringan tubuh ke ginjal, dan
hormon dari kelenjar endokrin ke target organ tubuh (Sonjaya, 2006).
5
adalah fungsi yang berhubungan dengan pemeliharaan lingkngan interna yang
konstan (Sonjaya, 2013).
(Watson, R 2002) Sel darah putih berbentuk tidak tetap. Sel darah putih
dibuat di sum-sum marah, kura dan kelenjar limpa. Fungsinya memberantas
kuman-kuman penyakit. Sel darah putih atau leukosit berukuran lebih besar
daripada sel darah merah, diameternya sekitar 10µm, dan jumlahnya lebih sedikit
teradpat 7-10 X 109 leukosit per liter darah dan jumlah in bias meningkat sampai
30 X 109 per liter darah bila ada infeksi di dalam badan. Penngkatan ini dikenal
sebagai leukositosis(Watson, R 2002).
6
Pembekuan darah disebut juga koagulasi darah. Waktu koagulasi darah
merupakan interval waktu mulai timbulnya tetes darah ketika terjadinya luka pada
pembuluh sampai terbentuknya benang fibrin. Waktu koagulasi darah
menggambarkan aktivitas benang-benang fibrin untuk mengubah agragat platelet
menjadi thrombus. Faktor yang diperlukan dalam penggumpalan darah adalah
garam kalsium sel yang luka yang membebaskan trompokinase, trombin dari
protombin dan fibrin yang terbentuk dari fibrinogen. Mekanisme pembekuan
darah adalah sebagai berikut setelah trombosit meninggalkan pembuluh darah dan
pecah, maka trombosit akan mengeluarkan tromboplastin. Bersama-sama dengan
ion Ca tromboplastin mengaktifkan protrombin menjadi trombin (Evelyn,2000).
7
Kondisi darah mudah menggumpal bisa terjadikarena faktor keturunan maupun
hal lain misalnya akibat infeksi maupuntingginya antibodi antikardiolipid (ACA)
akibat gangguan autonium(Wibowo, 2003).
2.4 Laju Endap Darah
8
kasus infeksi, inflamasi, dan keganasan). Faktor yang dapat menurunkan LED
adalah lekositosis berat, polisitemia, speherositosis (acantositosis, micrositpsis ),
faktor teknis (masala pengenceran, darah beku, tabung penden, getaran),
abnormalitas protein (hipofibrinogenemia, hipogammaglobulinnemia,
dispoteinemia). Faktor yang belum pasti mempengaruhi LED adalah obesitas,
suhu badan, dan usai mengkomsumsi aspirin. (Widodo, dkk, 2004)
2.5 Hemolisis
Darah terdiri atas dua komponen utama, yaitu plasma darah dan
seldarah.Plasma darah merupakan bagian yang cair, terdiriatas serum dan
fibrinogen.Sel-sel darah merupakan bagian darah yang padat, terdiri atas sel
darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping-keping darah
(trombosit).Bagian darah yang padat meliputi sel-sel darah merah, sel darah putih,
dan keeping-keping darah (Frandson, 2005).
Ada dua macam hemolisis yaitu hemolisis osmotik yang terjadi karena
adanya perbedaan yang besar antara tekanan osmosa cairan didalam sel darah
9
merah dengan cairan yang berada disekeliling sel darah merah. Tekanan osmosa
sel darah merah adalah sama dengan osmosa larutan NaCl 0, 9 %, bila sel darah
merah dimasukkan kedalam larutan NaCl 0, 65 % belum terlihat adanya hemolisa,
tetapi sel darah merah yang dimasukkan kedalam larutan NaCl 0, 45 % hanya
sebagian saja dari sel darah merah yang mengalami hemolisis dan sebagian lagi
sel darah merahnya masih utuh. Perbedaan ini desebabkan karena umur sel darah
merah yang sudah tua, membran sel mudah pecah, sedangkan se darah merah
yang muda, membran selnya masih kuat. Bila sel darah merah dimasukkan
kedalam laritan NaCl 0,25 %, semua sel darh merah akan mengalami hemolisa
sempurna. Yang kedua, hemolisis kimiawi membran sel darah merah dirusak oleh
macam-macam substansi kimia. Seperti, kloroform, aseton, alkohol, benzena dan
eter, substansi lain adalah bisa ular, kalajengking, dan garam empedu. (Wiseman,
2002)
2.6 Hematokrit
Hematokrit atau ‘packed cell volume (PCV) adalah persentase butir darah
merah yang ada dalam darah (Guyton & Hall 2006).
Hal ini berarti apabila hewan memiliki nilai hematokrit 40 berarti jumlah
butir darah merah pada hewan tersebut adalah 40% dan sisanya adalah plasma
darah 60%. Darah yang diberi antikoagulan dan kemudian disentrifugasi akan
memisahkan bagian darah berdasarkan bobotnya. Butir-butir darah akan
mengendap sedangkan plasma darah akan berada di atasnya. Pada darah normal,
butir-butir darah akan menempati 0.45 bagian dari volume keseluruhan yang
disebut hematokrit, (Ganong, 2001).
2.7 Hemoglobin
10
Jumlah hemaglobin dalam darah normal kira-kira 15 gram setiap 100ml
darah dan jumlah ini biasanya disebut 100% apabila terjadi anemia maka jumlah
hemoglobin dalam darah berkurang, kadar itu bisa dibawah 30% atau 5g setiap
100ml (Frandson R.D.2000).
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas
(daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk
oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen
dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Evelyn, 2009).
11
pada embrio (bayi), sel-sel darah merah dibentuk di dalam hati dan
limpa (Guyton,Arthur, 2004).
Larutan yang digunakan dalam menghitung jumlah sel darah putih yaitu
larutan turk. Larutan turk adalah larutan pengencer yang berfungsi mengencerkan
sel darah putih sehingga mempermudah dalam perhitungannya, dimana larutan
turk ini terdiri dari glacial acetid acid 2 ml, gentian violet 1%, aquades 1 ml dan
aquadestilata 100 ml (Guyton dan hall, 2007).
Hitung jenis leukosit berbeda tergantung umur. Pada anak limfosit lebih
banyak dari netrofil segmen, sedang pada orang dewasa kebalikannya. Hitung
jenis leukosit juga bervariasi dari satu sediaan apus ke sediaan lain, dari satu
lapangan ke lapangan lain. Kesalahan karena distribusi ini dapat mencapai
15%.Granulosit muda mempunyai inti berbentuk seperti tapal kuda yang menjadi
multilobulus waktu sel tumbuh menjadi semakin tua. Sebagian besar granulosit
mengandung granula yang berwarna dengan zat warna asam (eosinofil) dan
sebagian mempunyai granula basofilik (basofil). Dua jenis sel lainnya yang
normal ditemukan dalam darah tepi adalah limfosit, yaitu sel dengan inti besar dan
bulat dan sedikit sitoplasma, dan monosit, yaitu sel dengan banyak sitoplasma
agranuler dan inti berbentuk ginjal (Nasir,N, 2006).
12
trombosit. Volume darah mamalia, burung dan reptil berkisar antara 6 -10 % berat
tubuhnya (Paulsen, 2000).
Ada 2 macam tipe leukosit yaitu granular dan agranular. Granulosit adalah
leukosit sirkular dan memiliki granule pada sitoplasmanya. Sedangkan agranulosit
tidak memiliki granule pada sitoplasmanya. Granulosit terdiri atas 3 tipe yaitu sel
metrofil, dimana paling banyak dijumpai, mewarnai dirinya dengan pewarna
netral atau campuran pewarna asam basa dan tampak berwarna ungu; sel
eusinofil, dimana sel ini sedikit dijumpai, penyerap warna yang bersifat asam atau
eosin dan kelihatan merah; sel basofil yang menyerap pewarna basa dan menjadi
biru. Sedangkan agranulosit terdiri atas monosit, yang berfungsi untuk menutup
daerah luka, membungkus dan memfagosit setelah netrofil dan basofil (Pearce,
2002).
13
BAB III
MATERI DAN METODA
3.2. Materi
3.3 Metoda
14
masing-masing object glass, ambil darah sapi dan darah ayam kemudian teteskan
pada masing-masing object glass yang telah disiapkan, campur dengan hati-hati
dan tutup dengan cover glass, amati dengan menggunakan menggunakan
mikroskop dengan pembesaran 10x dan 40x, dan gambarkan hasil pengamatan
tersebut.
Pada Waktu Perdarahan adalah Bersihkan ujung jari dengan Alkohol 70%
kemudian bersihkan dengan kapas atau tissue. Tusuk ujung jari dengan lanset
steril hingga mengeluarkan darah. Catat waktu mulai keluar sampai pendarahan
berhenti dan usaplah darah tersebut dengan kapas atau tissue. Biarkan darah
keluar lagi, lakukan kegiatan tersebut setiap 30 detik sampai darah tidak keluar
lagi atau berhenti dan catat waktunya.
Pada Waktu Beku Darah adalah bersihkan ujung jari dengan alkohol 70%
kemudian lap dengan kapas, tusuk jari dengan lanset steril hingga mengeluarkan
darah, catat waktu dari saat darah mulai keluar sampai terbentuk benang putih
yang disebut waktu beku darah.
Pada Laju Endap Darah metodenya adalah sampel darah sapi dihisap
dengan tabung Westergreen sampai angka 0, kemudian ditegakkan pada rak. Tiap
30 menit catat penurunan dari sel-sel darahnya. Buat grafik LED dari 0-90 menit.
Adapun cara atau metoda yang digunakan pada praktikum Hemolisis ini
adalah mengambil 10 tabung reaksi dan beri label, isi 10 tabung tersebut masing-
masing 5ml larutan tersebut, lalu masing-masing tuangi 3 tetes darah sapi dan
biarkan selama 10 menit, periksa/amati warna dan kekeruhan larutan di dalam
tabung. Warna merah menunjukkan adanya hemolisis. Cara pemeriksaan secara
mikroskopis adalah sebagai berikut ; Pada gelas objek sebelah kiri ditetes larutan
dari tabung pertama yang berisi larutan NaCl 0,9% sebagai control (pembanding),
bagian kiri kanan teteskan larutan tabung kedua, tutup dengan cover glass. Periksa
dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10x dan 40x. Pencatatan
hasil pengamatan pada tabel sebagai berikut : Pada pemeriksaan mikroskopis,
tuliskan tanda (+) bila terlihat jelas adanya hemolysis (larutan dalam tabung
berwarna merah cer ah) dan tanda (+) bila belum terlihat adanya hemolysis
15
(larutan dalam tabung berwarna keruh). Pada pemeriksaan mikroskopis, tuliskan
pada kolom bentuk sel bulat licin atau bulat bergerigi, atau bentuk lainnya, pada
kolom besasr bandingkan dengan control (tabung 1) tulis tanda (=) apabila
besarnya sama dengan control, tanda (>) apabila lebih besar, dan tanda (<) apabila
kecil. Untuk jumlahnya relative sama banyak dengan control, tanda (>) apabila
relative lebih banyak dan tanda (<) apabila relative lebih sedikit.
Pada Hematokrit yang digunakan metode mikrohematokrit (van allen)
yaitu hisap darah dengan pipa kapiler sampai jarak 1cm dari ujung bagian
atas.Pipa kapiler yang digunakan sudah dilapisi heparin.Sumbat ujung pipa
kapiler dengan menggunakan chrysta seal. Kemudian tempatkan pipa kapiler ke
dalam sentrifus mikro hematokrit dengan ujung pipa kapiler yang terbuka
menghadap ke tengah. Setelah itu sentrifuslah selama 5 menit dengan kecepatan
2500rpm.Dan yang terakhir adalah keluarkan pipa kapiler dari sentrifus dan baca
nilai hematokritnya dengan menggunakan reader hematokrit.
Pada Menghitung Jumlah Sel Darah ini ada dua cara pengerjaan yaitu pada
sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (leukosit). Pada Sel Darah Merah
adalah Hisap darah dengan pipet sampai 0.5. Bersihkan dengan kertas tissue atau
kapas. Segera hisap larutan hayem sampai angka 101, lalu darah diencerkan 200
kali. Peganglah ujung-ujung pipet dengan ibu jari dn jari telunjuk atau jari tengah
kemudian kocok sambil memutar hingga membentuk angka 8, supaya yang
tercampur hanya yang di dalam pipet yang menggelembung. Buanglah cairan
yang tidak mengandung eritrosit (2-3 tetes). Isikan kedalam kamar hitungyang
sudah ada kaca penutupnya dengan menempelkan ujung pipet pada batas kamar
hitung pada penutupnya. Hitung eritrosit pada kamar hitung dengan menggunakan
mikroskoppembesaran 10x atau 40x. Sedangkan pada sel darah putih (leukosit)
16
adalah Hisap darah dengan pipet sampai 0.5. Bersihkan dengan kertas tissue atau
kapas. Segera hisap larutan turkuntuk darah mamalia dan larutan BCB untuk
darah unggas sampai skala 11, lalu darah diencerkan 20 kali. Peganglah ujung-
ujung pipet dengan ibu jari dan jari telunjuk atau jari tengah kemudian kocok
sambil memutar hingga membentuk angka 8, supaya yang tercampur hanya yang
di dalam pipet yang menggelembung. Buanglah cairan yang tidak mengandung
sel darah putih (2-3 tetes). Isikan kedalam kamar hitung yang sudah ada kaca
penutupnya dengan menempelkan ujung pipet pada batas kamar hitung pada
penutupnya. Hitung leukosit pada kamar hitung dengan menggunakan mikroskop
pembesaran 10x atau 40x.
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
UNGGAS
18
Susunan darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit), keping-keping darah (trombosit), dan plasma darah.Pada praktikum ini
ditemukan sel darah putih (leukosit), hal ini dikarenakan ciri-ciri dan spesifikasi
leukosit yang memiliki inti atau nucleus.
Darah merupakan jaringan tubuh yang terdiri dari bagian cair (plasma)
dan bahan-bahan interseluler. Plasma darah dan sel-sel darah dapat terpisah dan
bebas bergerak dalam cairan interseluler. Cairan ekstrasel dalam darah mensuplay
sel-sel dengan nutrisi dan zat-zat lain yang diperlukan untuk fungsi selular, tetapi
sebelum digunakan zat ini harus ditransfort melalui membrane sel dengan dua
proses utama yaitu difusi dan osmosis serta transfor aktif. Dinding sel eritrosit
sangat permeable terhadap sifat apapun. Darah mempunyai beberapa fungsi yang
penting untuk tubuh. Darah mengangkut zat-zat makanan dari alat pencernaan ke
jaringan tubuh, hasil limbah metabolisme dari jaringan tubuh ke ginjal, dan
hormon dari kelenjar endokrin ke target organ tubuh (Sonjaya, 2006).
19
hormone dari kelenjar endokrin ke target organ tubuh. Darah juga berpartisipasi
dalam pengaturan kondisi asam-basa, keseimbangan elektrolit dan temperature
tubuh, dan sebagai pertahanan suatu organisme terhadap penyakit. Semuanya
adalah fungsi yang berhubungan dengan pemeliharaan lingkngan interna yang
konstan (Sonjaya, 2013).
Sel darah merah pada unggas memiliki perbedaan dengan sel darah merah
pada mamalia khususnya sapi. Eritrosit mamalia tidak mempunyai nukleus dan
berbentuk kepingan bikonkaf yang diratakan dan diberikan tekanan di bagian
tengahnya, dengan bentuk seperti "barbel" jika dilihat secara melintang. Sel darah
merah pada sapi berbentuk bulat pipih dengan jumlah 5-10 juta tiap mm 3 dengan
diameter 4,5-8 mm. Sedangkan sel darah merah pada unggas bernukleus dan
berbentuk elips.
Sel darah merah mengalami sejumlah stadium dalam perkembangannya
di dalam um-sum tulang. Eritroblas adalah sel besar yang mengandung inti dan
sejumlah kecil hemoglobin. Sel ini kemudian berkembang menjadi normoblas
yang berukuran lebih kecil. Inti sel kemudian mengalami disintegrasi dan
menghilang sitoplasma mengandung benang-benang halus. Jumlah sel darah
merah bervariasi tergantung jenis kelamin, usia, dan juga ketinggian tempat orang
tersebut hidup. Jumlah sel darah merah bisa berkurang misalnya karena luka yang
mengeluarkan banyak darah atau karena anemia(Dsyoghi, 2010
(Watson, R 2002) Sel darah putih berbentuk tidak tetap. Sel darah putih
dibuat di sum-sum marah, kura dan kelenjar limpa. Fungsinya memberantas
kuman-kuman penyakit. Sel darah putih atau leukosit berukuran lebih besar
daripada sel darah merah, diameternya sekitar 10µm, dan jumlahnya lebih sedikit
teradpat 7-10 X 109 leukosit per liter darah dan jumlah in bias meningkat sampai
30 X 109 per liter darah bila ada infeksi di dalam badan. Penngkatan ini dikenal
sebagai leukositosis(Watson, R 2002).
20
4.1.2. Waktu Pendarahan
Waktu perdarahan (bleeding time, BT) adalah uji laboratorium untuk
menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang dibuat
secara laboratories (Almond 2001).
21
Gambar 5.waktu beku darah.
Pembekuan darah disebut juga koagulasi darah. Waktu koagulasi darah
merupakan interval waktu mulai timbulnya tetes darah ketika terjadinya luka pada
pembuluh sampai terbentuknya benang fibrin. Waktu koagulasi darah
menggambarkan aktivitas benang-benang fibrin untuk mengubah agragat platelet
menjadi thrombus. Faktor yang diperlukan dalam penggumpalan darah adalah
garam kalsium sel yang luka yang membebaskan trompokinase, trombin dari
protombin dan fibrin yang terbentuk dari fibrinogen. Mekanisme pembekuan
darah adalah sebagai berikut setelah trombosit meninggalkan pembuluh darah dan
pecah, maka trombosit akan mengeluarkan tromboplastin. Bersama-sama dengan
ion Ca tromboplastin mengaktifkan protrombin menjadi trombin (Evelyn,2000).
22
Proses pembekuan darah tersebut selesai saat fibrin yang terbentuk sudah
cukup kuat untuk mengikat sel-sel darah yang berada dibagian luka.
Salah satu komponen proses pembekuan darah adalah fibrinogen. Fibrinogen
merupakan protein yang dibuat di dalam hati. Protein ini dibuat utamanya untuk
proses pembekuan darah, yaitu mengikat sel-sel darah merah di daerah luka.
Fibrinogen dapat berfungsi bila diaktifkan oleh trombin. Hasil proses pengaktifan
tersebut adalah benang-benang fibrin. Benang fibrin merupakan polimer fibrin-
fibrin.strukturnya teramati dalam bentuk rantai ganda. Kristal hemin merupakan
kristal yang terbentuk dari hasil pemanasan sel darah merah yang dicampur
dengan asam asetat glasial dan klorida. Kristal tersebut berbentuk belah ketupat .
Sel-sel darah dalam tubuh harus menjaga keseimbangan tekanan dengan cairan
ekstrasel. Hal tersebut dapat dipelajari dengan menempatkan sel-sel darah dalam
larutan dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Larutan yang digunakan adalah
larutan NaCl dalam tiga macam tekanan osmosis, yaitu hipertonis, isotonis, dan
hipotonis. Larutan hipotonis adalah larutan dimana konsentrasi garam elektrolit
lebih rendah dibandingkan kandungan dalam sel. Larutan isotonis merupakan
larutan dengan konsentrasi garam elektrolit Na+ lebih kurang sama dengan cairan
dalam sel, sedangkan hipertonis adalah larutan denga konsentrasi garam Na+ di
luar sel lebih tinggi dari cairan dalam sel. Sel darah merah khususnya, dalam
larutan hipertonis akan mengerut, dalam larutan hipotonis akan mengembang
(bahkan pecah), dan dalam larutan isotonis hampir tidak mengalami perubahan
bentuk.
23
Tabel 3.Hasil PercobaanWaktu Beku Darah
NOMO KELOMPOK WAKTU BEKU
R DARAH
1. 1 4 menit 29 detik
2. 2 3 menit 1 detik
3. 3 4 menit 28 detik
4. 4 5 menit
5. 5 3 menit 30 detik
6. 6 5 menit
7. 7 3 menit 25 detik
8. 8 1 menit 30 detik
24
Pada LED sampel dihisap dengan tabung westergreen sampai angka
0.Kemudian tegakkan pada rak.Tiap 30 menit catat penurunan dari sel-sel
darahnya.Buat lah grafik LED dari 0-90 menit.Pada hemolisis cara kerjanya
adalah beri kode setiap tabung, isi tabung tersebut dengan 5 ml larutan Nacl
berbagai konsentrasi ml tambahkan 3 tetes darah ayam pada 5 tabung dan 3 tetes
darah sapi pada 5 tabung dan 3 tetes darah kambing pada 5 tabung lainnya
biarkan selama 30 menit. Setelah 30 menit periksa dan amati warna serta
kekeruhan larutan didalam tabung, warna merah cerah menunjukkan adanya
hemolisis dan catat hasil pengamatannya. Sedangkan pada proses mikroskopis,
teteskan 1 tetes di sebelah kiri larutan dari tabung yang berisi larutan Nacl 0.9%
sebagai kontrol,dan amati hasilnya.
25
tergantung dari komposisi protein plasma. Peningkatan kadar fibrinogen dan
globulin mempermudah pembentukan roleaux sehingga laju endap darah cepat
sedangkan kadar albumin yang tinggi menyebabkan laju endap darah lambat.
Suhu optimum selama pemeriksaan adalah 20°C, suhu yang tinggi akan
mempercepat pengendapan dan sebaliknya suhu yang rendah akan memperlambat.
Bila darah yang diperiksa sudah membeku sebagian hasil pemeriksaan laju endap
darah akan lebih lambat karena sebagian fibrinogen sudah terpakai dalam
pembekuan. Pemeriksaan laju endap darah harus dikerjakan dalam waktu 2 jam
setelah pengambilan darah, karena darah yang dibiarkan terlalu lama akan
berbentuk sferik sehingga sukar membentuk rouleaux dan hasil pemeriksaan laju
endap darah menjadi lebih lama.
26
akan meningkat dan sebaliknya. Adapun laju endap darah normal pada ayam yaitu
1-2 mm, sapi 2-5 mm dan kambing 2-3,(Siregar, 2000).
Dan akhirnya yang perlu diperhatikan adalah faktor teknik yang dapat
menyebabkan kesalahan dalam pemeriksaan laju endap darah. Selama
pemeriksaan tabung atau pipet harus tegak lurus; miring 3° dapat menimbulkan
kesalahan 30%. Tabung atau pipet tidak boleh digoyang atau bergetar, karena ini
akan mempercepat pengendapan.
Laju endap darah yang cepat menunjukkan suatau lesi yang aktif,
peningkatan laju endap darah dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses
yang meluas, sedangkan laju endap darah yang menurun dibandingkan
sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan.
27
Chart Title
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
0 menit 30 menit 60 menit 90 menit
Column1
Chart Title
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
0 menit 30 menit 60 menit 90 menit
Column1
28
Chart Title
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
0 menit 30 menit 60 menit 90 menit
Column1
Chart Title
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
0 menit 30 menit 60 menit 90 menit
Series 1 Column1
29
Chart Title
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
0 menit 30 menit 60 menit 90 menit
Series 1 Column1
Tinggi rendahnya laju endap darah sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh
kita.Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Laju Endap Darah (LED) adalah
faktor eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik. Jumlah eritrosit/ul darah yang
kurang dari normal, ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan eritrosit
yang mudah beraglutinasi akan menyebabkan Laju Endap Darah (LED) cepat.
Walau pun demikian, tidak semua anemia disertai Laju Endap Darah (LED) yang
cepat. Pada anemia sel sabit, akantositosis, sferositosis serta poikilositosis berat,
laju endap darah tidak cepat, karena pada keadaan-keadaan ini pembentukan
rouleaux sukar terjadi. Pada polisitemia dimana jumlah eritrosit/µl darah
meningkat, Laju Endap Darah (LED) normal.
30
ruangan/panas, kemiringan tabung LED) , peningkatan fibrinogen (pada beberapa
kasus infeksi, inflamasi, dan keganasan). Faktor yang dapat menurunkan LED
adalah lekositosis berat, polisitemia, speherositosis (acantositosis, micrositpsis ),
faktor teknis (masala pengenceran, darah beku, tabung penden, getaran),
abnormalitas protein (hipofibrinogenemia, hipogammaglobulinnemia,
dispoteinemia). Faktor yang belum pasti mempengaruhi LED adalah obesitas,
suhu badan, dan usai mengkomsumsi aspirin. (Widodo, dkk, 2004) .
4.1.5. Hemolisis
Darah terdiri atas dua komponen utama, yaitu plasma darah dan
seldarah.Plasma darah merupakan bagian yang cair, terdiriatas serum dan
fibrinogen.Sel-sel darah merupakan bagian darah yang padat, terdiri atas sel
darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping-keping darah
(trombosit).Bagian darah yang padat meliputi sel-sel darah merah, sel darah putih,
dan keeping-keping darah (Frandson, 2005).
31
Gambar 7.Hemolisis.
32
6 0,65% Kambi (-)
ng
1 % Urea Sapi (+)
7 0,9% Kambi (-)
ng
0,45% Ayam (+)
8 3,0% Sapi (+)
0,9% Ayam (-)
Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa darah sapi mengalami hemolisis
hanya pada konsentrasi urea dalam aaquades.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa darah ayam mengalami hemolisis
pada konsentrasi NaCL0,45%, 0.65% dan 3,0.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa darah kambing mengalapi lisis pada
konsentrasi 1% urea dalam aquades,1%urea dalam NaCL dan NaCL 0,25 %.
Dari data yang tertera pada tabel diatas dapat diketahui bahwa telah terjadi
hemolisis.dengan dibuktikan adanya larutan yang berwarna lebih merah dari yang
lainnya, hal tersebut terjadi karena hemoglobin yang ada pada eritrosit tersebut
keluar ke media disekelilingnya yang diakibatkan pecahnya plasma
darah.Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan
larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan
membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh
karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll.Apabila medium di sekitar eritrosit
menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut
(plasma dan lrt. NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang
bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila
membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu
sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium
sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis,
maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma),
akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan
cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit
33
(plasma).Adanya hemoglobin dalam darah menimbulkan timbulnya warna merah
dalam darah dan hemoglobin tersebut merupakan suatu senyawa organik yang
kompleks yang terdiri dari empat pigmen porfirin merah.
Ada dua macam hemolisis yaitu hemolisis osmotik yang terjadi karena
adanya perbedaan yang besar antara tekanan osmosa cairan didalam sel darah
merah dengan cairan yang berada disekeliling sel darah merah. Tekanan osmosa
sel darah merah adalah sama dengan osmosa larutan NaCl 0, 9 %, bila sel darah
merah dimasukkan kedalam larutan NaCl 0, 65 % belum terlihat adanya hemolisa,
tetapi sel darah merah yang dimasukkan kedalam larutan NaCl 0, 45 % hanya
sebagian saja dari sel darah merah yang mengalami hemolisis dan sebagian lagi
sel darah merahnya masih utuh. Perbedaan ini desebabkan karena umur sel darah
merah yang sudah tua, membran sel mudah pecah, sedangkan se darah merah
yang muda, membran selnya masih kuat. Bila sel darah merah dimasukkan
kedalam laritan NaCl 0,25 %, semua sel darh merah akan mengalami hemolisa
sempurna. Yang kedua, hemolisis kimiawi membran sel darah merah dirusak oleh
macam-macam substansi kimia. Seperti, kloroform, aseton, alkohol, benzena dan
eter, substansi lain adalah bisa ular, kalajengking, dan garam empedu. (Wiseman,
2002).
4.1.6. Hematokrit
Hematokrit adalah persentase volume seluruh SDM yang ada dalam darah
yang diambil dalam volume tertentu. Untuk tujuan ini, darah diambil dengan
semprit dalam suatu volume yang telah ditetapkan dan dipindahkan kedalam suatu
tabung khusus berskala hematokrit. Untuk pengukuran hematokrit ini darah tidak
boleh dibiarkan menggumpal sehingga harus diberi anti koagulan. Setelah tabung
tersebut dipusingkan / sentripus dengan kecepatan dan waktu tertentu, maka SDM
akan mengendap. Dari skala Hematokrit yang tertulis di dinding tabung dapat
dibaca berapa besar bagian volume darah seluruhnya. Nilai hematokrit yang
disepakati normal pada laki – laki dewasa sehat ialah 45% sedangkan untuk
wanita dewasa adalah 41%.
34
Darah dengan antikogulan isotonic dalam tabung dipusing selama 30
menit dengan kecepatan 3000 rpm sehingga eritrosit dipadatkan kecepatan 3000
rpm sehingga eritrosit dipadatkan membuat kolom dibagian bawah dan tabung
tingginya kolom mencerminkan nilai hematokrit. Intinya Darah dicentrifuge
supaya eritrosit mengendap.
Hematokrit atau ‘packed cell volume (PCV) adalah persentase butir darah
merah yang ada dalam darah (Guyton & Hall 2006). ). Hal ini berarti apabila
hewan memiliki nilai hematokrit 40 berarti jumlah butir darah merah pada hewan
tersebut adalah 40% dan sisanya adalah plasma darah 60%. Darah yang diberi
antikoagulan dan kemudian disentrifugasi akan memisahkan bagian darah
berdasarkan bobotnya. Butir-butir darah akan mengendap sedangkan plasma darah
akan berada di atasnya. Pada darah normal, butir-butir darah akan menempati 0.45
bagian dari volume keseluruhan yang disebut hematokrit, (Ganong, 2001).
35
(%)
1 Sapi 40 % 1% 59 %
2 Kambing 5% 1% 94 %
3 sapi 43 % 1% 56 %
4 Sapi 61 % 1% 38 %
5 Sapi 52 % 1% 47 %
6 Sapi 43 % 1% 56 %
7 Ayam 32 % 1% 67 %
8 Ayam 95 % 1% 5%
4.1.7. Hemoglobin
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas
(daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk
oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen
dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Evelyn, 2009).
36
Gambar 8.Hemoglobin.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa hemoglobin dari sapi adalah
10-12%, pada ayam 7-13%,pada kambing10-12%.
Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah
atau eritrosit, yang memberi warna merah pada darah. Hemoglobin terdiri atas zat
besi yang merupakan pembawa oksigen. Kadar hemoglobin dapat ditetapkan
dengan berbagai cara, antara lain metode Sahli, oksihemoglobin atau
37
sianmethhemoglobin. Metode Sahli tidak dianjurkan karena memiliki kesalahan
yang besar, alatnya tidak dapat distandardisasi, dan tidak semua jenis hemoglobin
dapat diukur, seperti sulfhemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin.
Dua metode yang lain (oksihemoglobin dan sianmethemoglobin) dapat diterima
dalam hemoglobinometri klinik. Namun, dari dua metode tersebut, metode
sianmethemoglobin adalah metode yang dianjurkan oleh International Commitee
for Standardization in Hematology (ICSH) sebab selain mudah dilakukan juga
mempunyai standar yang stabil dan hampir semua hemoglobin dapat terukur,
kecuali sulfhenoglobin. (Kusumawati, 2004).
Hasil dari pratikum menghitung jumlah sel darah yang diamati dengan
mikroskop pada sel darah putih dapat dilihat pada tabel brikut:
Tabel 7.Jumlah Sel Darah
NOMOR KELOMPOK JENIS JUMLAH JUMLAH
TERNAK LEUKOSIT ERITROSIT
1. 1 Sapi 7.900 6.300.000
2. 2 Ayam 26.400 9.600.000
3. 3 Kambing 3.648 15.100.000
4. 4 Sapi 7.100 5.100.000
5. 5 Sapi 9.800 12.630.000
6. 6 Kambing 4.260 -
7. 7 Ayam 2.700 3.720.000
8. 8 Sapi 8.600 12.510.000
38
Sel-sel darah merah berbentuk cakram dengan diameter 75 nm, ketebalan
di tepi 2 nm dan ketebalan di tengah 1 nm.Sel darah merah dibentuk di dalam
sumsum tulang.Sel-sel pembentuk sel darah merah ini disebut eritroblast, tetapi
pada embrio (bayi), sel-sel darah merah dibentuk di dalam hati dan
limpa (Guyton,Arthur, 2004).
Larutan yang digunakan dalam menghitung jumlah sel darah putih yaitu
larutan turk. Larutan turk adalah larutan pengencer yang berfungsi mengencerkan
sel darah putih sehingga mempermudah dalam perhitungannya, dimana larutan
turk ini terdiri dari glacial acetid acid 2 ml, gentian violet 1%, aquades 1 ml dan
aquadestilata 100 ml (Guyton dan hall, 2007).
39
Gambar 10.Diferensial Leukosit
Hitung jenis leukosit berbeda tergantung umur. Pada anak limfosit lebih
banyak dari netrofil segmen, sedang pada orang dewasa kebalikannya. Hitung
jenis leukosit juga bervariasi dari satu sediaan apus ke sediaan lain, dari satu
lapangan ke lapangan lain. Kesalahan karena distribusi ini dapat mencapai
15%.Granulosit muda mempunyai inti berbentuk seperti tapal kuda yang menjadi
multilobulus waktu sel tumbuh menjadi semakin tua. Sebagian besar granulosit
mengandung granula yang berwarna dengan zat warna asam (eosinofil) dan
sebagian mempunyai granula basofilik (basofil). Dua jenis sel lainnya yang
normal ditemukan dalam darah tepi adalah limfosit, yaitu sel dengan inti besar dan
bulat dan sedikit sitoplasma, dan monosit, yaitu sel dengan banyak sitoplasma
agranuler dan inti berbentuk ginjal (Nasir,N, 2006).
40
Darah mempunyai beberapa komposisi. Darah terdiri atas sel-sel dan
cairan yang mengisi sirkulasi tertutup yang mengalir dalam gerak teratur tanpa
arah, didorong terutama oleh kontraksi ritmis jantung. Darah terdiri dari plasma
dan benda korpuskula, benda korpuskul tersebut adalah eritrosit, leukosit dan
trombosit. Volume darah mamalia, burung dan reptil berkisar antara 6 -10 % berat
tubuhnya (Paulsen, 2000).
Ada 2 macam tipe leukosit yaitu granular dan agranular. Granulosit adalah
leukosit sirkular dan memiliki granule pada sitoplasmanya. Sedangkan agranulosit
tidak memiliki granule pada sitoplasmanya. Granulosit terdiri atas 3 tipe yaitu sel
metrofil, dimana paling banyak dijumpai, mewarnai dirinya dengan pewarna
netral atau campuran pewarna asam basa dan tampak berwarna ungu; sel
eusinofil, dimana sel ini sedikit dijumpai, penyerap warna yang bersifat asam atau
eosin dan kelihatan merah; sel basofil yang menyerap pewarna basa dan menjadi
biru. Sedangkan agranulosit terdiri atas monosit, yang berfungsi untuk menutup
daerah luka, membungkus dan memfagosit setelah netrofil dan basofil (Pearce,
2002).
BAB V
PENUTUP
41
5.1. Kesimpulan
Pada preparat natif darah pada darah sapi terdapat leukosit yang ditandai
dengan warna ungu, eritrosit dan trombosit yang ditandai dengan warna kebiru-
biruan dilihat dengan pembesaran mikroskopi 40x. Sel darah mamalia berbeda
dengan sel darah unggas.Sel darah merah mamalia mempunyai bentuk seperti
cakram, bikonkaf, sirkular dan tidak berinti.Sedangkan sel darah merah unggas
berbentuk lonjong (oval) dan berinti.
Dari praktikum waktu perdarahan dan waktu beku darah yang telah
dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa waktu perdarahan pada praktikan ada yang
normal dan ada yang tidak normal. Waktu perdarahan ini di pengaruhi oleh
kondisi kesehatan dari praktikan. Sedangkan pada waktu beku darah pada
praktikan tersebut tidak ada yang normal. Karena tidak terbentuk benang-benang
putih (fibrin) pada darah praktikan. Pada proses koagulasi darahtidak didapatkan
benang fibrin hingga darah hampir menggumpal. Proses koagulasi darah setiap
individu manusia berbeda-beda sesuai dengan golongan darah masing-masing
dikarenakan setiap golongan darah meniliki antibodi yang berbeda-beda.
Dari praktikum laju endap darah dan hemolisis yang telah dilaksanakan
dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan darah setiap 30 menit yang
dipengaruhi oleh factor perubahan plasma darah (kekentalan/viskositas plasma),
jumlah sel darah merah dan tegangan permukaan. Pada praktikum hemolisis,
terjadi hemolisis pada campuran darah sapi dengan NaCL berkonsentrasi 0,25%
dan 0,45%. Sedangkan pada preparat natif darah pada darah sapi terdapat leukosit
42
yang ditandai dengan warna ungu, eritrosit dan trombosit yang ditandai dengan
warna kebiru-biruan dilihat dengan pembesaran mikroskopi 40x. Sel darah
mamalia berbeda dengan sel darah unggas. Sel darah merah mamalia mempunyai
bentuk seperti cakram, bikonkaf, sirkular dan tidak berinti. Sedangkan sel darah
merah unggas berbentuk lonjong (oval) dan berinti.
Pada pemeriksaan hematokrit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara
manual dan cara automatik. Pada cara manual dilakukan dua pengukuran yaitu
secara mikro dan secara makro. Hemoglobin adalah molekul protein pada sel
darah merah yang terdiri dari protein kompleks terkonjugasi yang mengandung
besi dan berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh
jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru.
Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna
merah. Kadar hemoglobin dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain
metode Sahli, oksihemoglobin atau sianmethhemoglobin.
43
yaitu Hb didalam darah diubah menjadi hematin asam yang berwarna coklat
dengan penambahan HCl encer (0,1N).
5.2. Saran
44
praktikum dapat terlaksana dengan lancar, aman dan tertib, dan saya juga berharap
untuk praktikum kedepannya agar peralatannya lebih lengkap lagi sehingga tidak
ada kendala dalam setiap praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
45
Almond. 2000 .Penuntun Praktikum. Jakarta: Gramedia.
Al-Sadi dan Hussein. 2010. Histologi veterinner. UI Press : Jakarta.
Dsyoghi,2010.Waktu Koagulasi dan Waktu Pendarahan. Watson. 2007. Tinjauan
Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. EGC : Jakarta.
Evelyn. 2009. Hemolisis. Universitas Udayana. Bukit Jimbaran.
Frandson, 2002. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Universitas Gajah Mada Press.
Yogyakarta.
Ganong.2001. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Guyton dan Hall. 2000. Fisiologi Kedokteran. Penerbit EGC, Jakarta
Guyton, Arthur C. 2003. Fisiologi Manusia dan Mekanismenya terhadap
Penyakit. EGC Penerbit Buku kedokteran . Jakarta.
Hendrayani, 2007. Modul Ajar Fisiologi Hewan. Program Studi Biologi FMIPA-
ITS, Surabaya
Kusumawati, Diah. 2004. Bersahabat Dengan Hewan. Gadjah Mada
Press.Yogyakarta
Nasir, N, 2006. Usulan Penelitian, Program Studi Analisis Kesehatan. Politeknik
Kesehatan Makassar.
Paulsen. 2000 . Anatomi dan Fisiologi Ternak. Surabaya: Erlangga.
Pearce, Evelyn. 2000. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia, Jakarta
Pandu .2011. Eritrosit dan Leukosit, http://chumbroo.blogspot.com/2011/04/v-
behaviorurldefaultvmlo.htmlDiakses tanggal 01 Oktober 2013.
Poedjiadi, Anna. 2001. Dasar dasar biokimia. Jakarta. Indonesia University Press.
Sarkar & Devi. 2006. Konsentrasi Sel Darah. EGC : Jakarta.
Schmid, K.dkk. 2003. Animal Physiology. Adaptation and Environment.
Sonjaya, H. 2010. Bahan Ajar Fisiologi Ternak Dasar.
Siregar. 2000. Anatomi Dan Fisiologi Ternak Pada Darah Sapi. Erlangga,
Surabaya
Syaifuddin. 2004. Anatomi Fisiologi. Buku Kedokteran EGC:Jakarta.
Tambayong, J., 2001. Anatomi dan Fisiologi untuk Keperwatan. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
46
Watson, R., 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Wibowo,Fredi.2009.Proses Penggumpalan Darah.
47
LAMPIRAN
48
Hemolisis
Hemoglobin
49
Diferensial Leukosit
50