Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang
berfungsi sebagai alat transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme
tubuh, pertahanan tubuh dari serangan kuman, dan lain sebagainya. Darah
merupakan jaringan pengikat dengan sel-selnya terendam dalam cairan matriks
(plasma darah) yang terdiri dari senyawa organik dan anorganik.
Darah mempunyai fungsi sebagai alat pengangkut yaitu membawa sari-sari
makanan keseluruh tubuh, mengangkut zat-zat sisa metabolisme. Darah juga
berfungsi sebagai alat pertahanan tubuh, yaitu sel-sel darah putih yang berfungsi
membunuh kuman penyakit, dan keping-kepimg darah dapat menutup luka. Selain
itu darah juga berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh.
Sel-sel darah ada 3 macam, yaitu eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel
darah putih), dan trombosit (sel pembeku darah atau keping-keping darah).Pada
preparat natif darah, biasanya terlihat bentuk (formasi) eritrosit yang saling
berdekatan membentuk deretan seperti uang logam yang dideratkan.
Waktu perdarahan terutama untuk menilai faktor-faktor hemostasis yang
letaknya ekstravaskuler tetapi keadaan dingding kapiler dan jumlah trombosit juga
berpengaruh. Waktu perdarahan normal sekitar 1-6 menit. Apabila perdarahan
terus berlangsung lebih dari 10 menit menunjukkan adanya kelalaian dalam
mekanisme hemoastis. Terjadinya perdarahan berkepanjangan setelah trauma
superfisial yang terkontrol, merupakan petunjuk bahwa ada defisiensi trombosit.
Darah yang akan diperiksa agar tidak membeku dapat diberi antikoagulan.
Tidak semua antikoagulan dapat dipakai karena pengaruh terhadap eritrosit yang
akandiperiksa morfologinya. Antokoagulan yang umum digunakan ada 4 macam,
yaiu oksalat, natrium sitrat, heparin, dan Ethylenne Diamine Tetra Acetic Acids
(EDTA).
Koagulasi atau pembekuan darah merupakan salah satu faktor penting
dalam menghentikan suatu perdarahan. Didalam tubuh terdapat 2 mekanisme

1
koagulasi darah yaitu intrinsik dan ekstrinsik yang dirancang oleh tubuh untuk
saling melengkapi dalam megatasi trauma ringan sehari hari terhadap pembuluh
darah.
Laju endap darah ( LED ) berfungsi untuk mengukur kecepatan
pengendapan darah merah di dalam plasma ( mm/jam ).Tinggi ringannya nilai
pada Laju Endap Darah (LED) memang sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh
kita, terutama saat terjadi radang. Namun ternyata orang yang anemia, dalam
kehamilan dan para lansia pun memiliki nilai Laju Endap Darah yang tinggi.
Namun biasanya dokter langsung akan melakukan pemeriksaan tambahan lain,
bila nilai Laju Endap Darah di atas normal. Laju Endap Darah pun bisa diperg.
unakan untuk mengecek perkembangan dari suatu penyakit yang dirawat.

Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas


kedalam medium sekelilingnya (plasma).Kerusakan membran eritrosit dapat
disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam
darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu,
pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah
dll.Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan
larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan lrt. NaCl) akan masuk ke
dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan
sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang
ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin
akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosi berada pada
medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium
luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat
dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar
eritrosit (plasma).
Hematokrit merupakan persentase sel sel darah merah dalam 100 ml darah.
Pada pemeriksaan hematokrit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara manual
dan cara automatik. Pada cara manual dilakukan dua pengukuran yaitu secara
mikro dan secara makro.

2
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang terdiri dari
protein kompleks terkonjugasi yang mengandung besi dan berfungsi sebagai
media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa
karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru.
Hemoglobin adalah pigmet eritrosit yang terdiri dari protein kompleks
terkonyugasi yang mengandung zat basi.Ada beberapa metode yang dilakukan
pada hemoglobin adalah metode hematiasam, metodewong, metode cyanmet
hemoglobin, dan metode oksihemoglobin. Hemoglobin adalah molekul protein
pada sel darah merah yang terdiri dari protein kompleks terkonjugasi yang
mengandung besi dan berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru paru ke
seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru
paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah
berwarna merah. Kadar hemoglobin dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara
lain metode Sahli, oksihemoglobin atau sianmethhemoglobin.
Diferensial leukosit adalah presentase setiap jumlah sel darah putih dari
total leukosit. Setiap sel darah putih mempunyai fungsi yang berbeda dalam
melawan infeksi dan setiap penyakit menghasilkan perbedaan sel darah putih
yang ada didalam darah. Perhitungan total leukosit penting untuk diagnosa klinik,
tetapi akan lebih memberikan gambaran yang lengkap dengan perhitungan
diferensial leukosit.

1.2.Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati,


memperhatikan bentuk sel darah pada mamalia dan unggas, ada tidaknya sal yang
mengalami pengkerutan dan ada tidaknya mikroorganisme di dalam tubuh,untuk
menentukan lama waktu perdarahan dengan metode Duke, untuk menentukan
beku darah pada ternak atau manusia, untuk menentukan laju endap darah dengan
menggunakan tabung Wastergreen,bertujuan untuk mengamati hemolisis darah
dan keriput pada membran peritrosit (krenasi) akibat perubahan larutan medium
darah. Menentukan batas konsentrasi NaCl dari medium dimana eritrosit mulai
lisis (minimum resistance) dan hemolisis total (maximum resistance).Pada
praktikum Hematokrit untuk menentukan nilai hematokrit (% volume eritrosit di

3
dalam darah) dengan metode mikrohematokrit,untuk menentukan kadar
hemoglobin di dalam darah menurut metode Sahli, untuk menentukan jumlah sel
darah merah per mm kubik darah, dan untuk mengetahui jumlah sel darah putih
per mm kubik darah,untuk mempelajari cara membuat preparat ulas/apus darah,
mengamati berbagai macam bentuk sel-sel darah pada preparat darah perifer dan
menghitung % jenis sel darah putih pada preparat ulas darah perifer.

1.3.Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah pada Preparat Natif Darah
pratikan mengetahui bentuk sel darah pada mamalia dan unggas, ada tidaknya sel
yang mengalami pengkerutan dan ada tidaknya mikroorganisme di dalam tubuh,
lama waktu perdarahan dengan metode Duke, dapat menentukan waktu beku
darah pada ternak atau manusia, pratikan dapat menentukan laju endap darah
dengan menggunakan tabung Wastergreen,dapat melihat hemolisis darah dan
keriput pada membran peritrosit (krenasi) akibat perubahan larutan medium darah.
Menentukan batas konsentrasi NaCl dari medium dimana eritrosit mulai lisis
(minimum resistance) dan hemolisis total (maximum resistance), menentukan
nilai hematokrit (% volume eritrosit di dalam darah) dengan metode
mikrohematokrit, menentukan kadar hemoglobin di dalam darah menurut metode
Sahli, menentukan jumlah sel darah merah per mm kubik darah, dan untuk
mengetahui jumlah sel darah putih per mm kubik darah. Mengetahui cara
membuat preparat ulas/apus darah, mengamati berbagai macam bentuk sel-sel
darah pada preparat darah perifer dan menghitung % jenis sel darah putih pada
preparat ulas darah perifer.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Preparat Natif Darah

Darah merupakan jaringan tubuh yang terdiri dari bagian cair (plasma)
dan bahan-bahan interseluler. Plasma darah dan sel-sel darah dapat terpisah dan
bebas bergerak dalam cairan interseluler. Cairan ekstrasel dalam darah mensuplay
sel-sel dengan nutrisi dan zat-zat lain yang diperlukan untuk fungsi selular, tetapi
sebelum digunakan zat ini harus ditransfort melalui membrane sel dengan dua
proses utama yaitu difusi dan osmosis serta transfor aktif. Dinding sel eritrosit
sangat permeable terhadap sifat apapun. Darah mempunyai beberapa fungsi yang
penting untuk tubuh. Darah mengangkut zat-zat makanan dari alat pencernaan ke
jaringan tubuh, hasil limbah metabolisme dari jaringan tubuh ke ginjal, dan
hormon dari kelenjar endokrin ke target organ tubuh (Sonjaya, 2006).

Darah merupakan cairan dengan volume yang berbeda-beda tergantung


pada jenis kelamin, ukuran tubuh, dan umur setiap orang atau individu. Jumlah
darah dalam tubuh bervariasi tergantung pada berat tubuh seseorang. Pada orang
dewasa 1/13 berat badan kira-kira 4-5 liternya adalah darah. Faktor lain yang juga
menentukan banyaknya darah adalah umur, pekerjaan, keadaan jantung dan
pembuluh darah. Total sirkulasi dari volume darah diperkirakan sekitar 5 s/d 8%
dari total bobot badan dan angka ini bervariasi menurut umur, spesies, besar
tubuh, aktivitas, status kesehatan, status gizi dankondisi fisiologi (bunting dan
laktasi) (Syaifuddin, 2002).

Darah mengangkut oksigen zat-zat makanan dari alat pencernaan ke


jaringan tubuh, hasil limbah metabolisme dari jaringan tubuh ke ginjal dan
hormone dari kelenjar endokrin ke target organ tubuh. Darah juga berpartisipasi
dalam pengaturan kondisi asam-basa, keseimbangan elektrolit dan temperature
tubuh, dan sebagai pertahanan suatu organisme terhadap penyakit. Semuanya

5
adalah fungsi yang berhubungan dengan pemeliharaan lingkngan interna yang
konstan (Sonjaya, 2013).

Sel darah merah mengalami sejumlah stadium dalam perkembangannya


di dalam um-sum tulang. Eritroblas adalah sel besar yang mengandung inti dan
sejumlah kecil hemoglobin. Sel ini kemudian berkembang menjadi normoblas
yang berukuran lebih kecil. Inti sel kemudian mengalami disintegrasi dan
menghilang sitoplasma mengandung benang-benang halus. Jumlah sel darah
merah bervariasi tergantung jenis kelamin, usia, dan juga ketinggian tempat orang
tersebut hidup. Jumlah sel darah merah bisa berkurang misalnya karena luka yang
mengeluarkan banyak darah atau karena anemia(Dsyoghi, 2010

(Watson, R 2002) Sel darah putih berbentuk tidak tetap. Sel darah putih
dibuat di sum-sum marah, kura dan kelenjar limpa. Fungsinya memberantas
kuman-kuman penyakit. Sel darah putih atau leukosit berukuran lebih besar
daripada sel darah merah, diameternya sekitar 10µm, dan jumlahnya lebih sedikit
teradpat 7-10 X 109 leukosit per liter darah dan jumlah in bias meningkat sampai
30 X 109 per liter darah bila ada infeksi di dalam badan. Penngkatan ini dikenal
sebagai leukositosis(Watson, R 2002).

2.2 Waktu Perdarahan

Waktu perdarahan (bleeding time, BT) adalah uji laboratorium untuk


menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang dibuat
secara laboratories (Almond 2001).

Waktu pendarahan adalah waktu yang dibutuhkan kulit berdarah untuk


berhenti estela penusukan kulit. Darah dihapus setiap 30 detik atau luka diredam
dalam larutan fisiologis (Sonjaya, 2008).

Waktu perdarahan normal antara 1 sampai 3 menit. Apabila melewati


dari10 menit, darah belum berhenti, hentikan percobaan karena tidak ada gunanya.
(Nasir. N, 2006).

2.3 Waktu Beku Darah

6
Pembekuan darah disebut juga koagulasi darah. Waktu koagulasi darah
merupakan interval waktu mulai timbulnya tetes darah ketika terjadinya luka pada
pembuluh sampai terbentuknya benang fibrin. Waktu koagulasi darah
menggambarkan aktivitas benang-benang fibrin untuk mengubah agragat platelet
menjadi thrombus. Faktor yang diperlukan dalam penggumpalan darah adalah
garam kalsium sel yang luka yang membebaskan trompokinase, trombin dari
protombin dan fibrin yang terbentuk dari fibrinogen. Mekanisme pembekuan
darah adalah sebagai berikut setelah trombosit meninggalkan pembuluh darah dan
pecah, maka trombosit akan mengeluarkan tromboplastin. Bersama-sama dengan
ion Ca tromboplastin mengaktifkan protrombin menjadi trombin (Evelyn,2000).

Waktu koagulasi normal pada manusia yaitu 15 detik samapai 2 menit


danberakhir dalam waktu 5 waktu koagulasi pada ternak sepertisapi 6,5 menit,
kambing 2,5 menit, ayam 4,5 menit, kuda 11,5 menit, babi 3,5menit, domba 2,5
menit dan anjing 2,5 menit. (Pandu, 2001).

Koagulasi darah adalah transformasi darah dari sifat solution


menjadibentuk gel. Bentukan suatu bekuan di sumbat trombosit akan memperkuat
danmenunjang sumbatan tersebut dapat menutupi lubang di pembuluh.
Koagulasimerupakan mekanisme homeostatik yang difungsikan dalam proses
koagulasidarah. Reaksi dasar koagulasi darah adalah perubahan protein plasma
yang larut(fibrinogen) dari fibrin yang bersifat tidak larut. Proses tersebut
memerlukanpengeluaran 2 pasang peptide 4c dari setiap molekul fibrinogen.
Bagian yangtersisa (fibrin monomer) kemudian akan berpolimerasi rerga-, fibrin
monomerlainnya membentuk fibrin. (Pujianto, 2004).

Waktu koagulasi normal pada manusia yaitu 15 detik samapai 2 menit


danberakhir dalam waktu 5 menit. Sedangkan waktu koagulasi pada ternak
sepertisapi 6,5 menit, kambing 2,5 menit, ayam 4,5 menit, kuda 11,5 menit, babi
3,5menit, domba 2,5 menit dan anjing 2,5 menit C.Mekanisme koagulasi atau
proses koagulasi (penggumpalan darah) terjadilewat mekanisme kompleks yang
diakhiri dengan pembentukan benang fibrin(protein dalam plasma darah yang
diubah oleh trombin/enzim pembeku darahdalam proses pembekuan darah).
Mekanisme ini terjadi jika ada cedera didalammaupun dipermukaan tubuh.

7
Kondisi darah mudah menggumpal bisa terjadikarena faktor keturunan maupun
hal lain misalnya akibat infeksi maupuntingginya antibodi antikardiolipid (ACA)
akibat gangguan autonium(Wibowo, 2003).
2.4 Laju Endap Darah

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan Laju Endap Darah yaitu


faktor teknik seperti letak tabung/pipet, diameter tabung/pipet, suhu ruangan dan
getaran sedangkan faktor kedua adalah faktor dalam darah itu sendiri yakni
fibrinogen, eritrosit, dan globulin. Sebaliknya bila eritrosit berada pada medium
yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit
(plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat
dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar
eritrosit (plasma), (Hendrayani, 2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pengendapan adalah berat


jenis sel darah merah dan juga berat jenis plasma darah. Bila jenis darah
meningkat, meskipun berat jenis plasma normal, kecepatan pengendapan darah
akan meningkat dan sebaliknya. Adapun laju endap darah normal pada ayam yaitu
1-2 mm, sapi 2-5 mm dan kambing 2-3,(Siregar, 2000).

LED adalah kecepatan eritrosit mengendap dalam pipet westergren. Pada


peradangan, kecepatan meningkat, karena perubahan pada komponen plasma yang
terjadi selama proses inflamasi. Protein plasma yang terlibat dalam peningkatan
LED disebut protein fase akut, terutama dilepaskan oleh hati. LED khususnya
digunakan untuk membantu aktivitas berbagai penyakit inflamasi (Tambayong J,
2001).
Prinsip dasar pemeriksaan LED adalah; darah dan antikoagulan
dimasukkan ke dalam tabung dengan lubang ukuran tertentu (pada pipet LED)
dan diletakan vertikal akan menyebabkan pengendapan eritrosit dengan kecepatan
tertentu. LED merupakan kecepatan pengendapan dengan  mengukur jarak antara
miniscus pemeriksaan LED. Beberapa faktor  yang mempengaruhi LED, yang
dapat meningkatkan LED adalah usia tua, wanita, saat mensturasi, kehamilan,
ukuran eritrosit (macrositosis), faktor teknis (masalah pengenceran, suhu
ruangan/panas, kemiringan tabung LED) , peningkatan fibrinogen (pada beberapa

8
kasus infeksi, inflamasi, dan keganasan). Faktor yang dapat menurunkan LED
adalah lekositosis berat, polisitemia, speherositosis (acantositosis, micrositpsis ),
faktor teknis (masala pengenceran, darah beku, tabung penden, getaran),
abnormalitas protein (hipofibrinogenemia, hipogammaglobulinnemia,
dispoteinemia). Faktor yang belum pasti mempengaruhi LED adalah obesitas,
suhu badan, dan usai mengkomsumsi aspirin. (Widodo,  dkk, 2004)   

2.5 Hemolisis
Darah terdiri atas dua komponen utama, yaitu plasma darah dan
seldarah.Plasma darah merupakan bagian yang cair, terdiriatas serum dan
fibrinogen.Sel-sel darah merupakan bagian darah yang padat, terdiri atas sel
darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping-keping darah
(trombosit).Bagian darah yang padat meliputi sel-sel darah merah, sel darah putih,
dan keeping-keping darah (Frandson, 2005).

Hemolisis secara langsung tidak dibutuhkan penambahan lesitin


sedangkan hemolisis tidak langsung kehadiran lesitin pada sel darah merah atau
penambahan dari luar sangat diperlukan.Secara umum, mekanisme hemolisis
berlangsung dua tahap. Tahap pertama lesitin dalam sel darah atau yang
ditambahkan dari luar akan diubah menjadi lisolesitin oleh lesithinase A.
Lisolesitin merupakan bentuk lesitin yang memiliki aktivitas hemolitik.
Selanjutnya, lisolesitin menyebabkan sel darah merah lisis dengan menyerap
material lemak dinding sel sehingga merusak keutuhan struktur sel darah (Sarkar
& Devi, 2006).

Sel darah merah yang berada di luar cairannya dapat mempertahankan


bentuknya apabila dimasukkan dalam cairan yang isotonis dengan sitoplasmanya.
Apabila sel darah merah berada di dalam cairan yang hipertonis maka sel darah
merah akan mengalami pengerutan (krenasi), apabila sel darah merah berada
dalam cairan yang bersifat hipotonis maka sel akan pecah dan hemoglobin akan
ke luar (hemolisis),(Syaifuddin,2004).

Ada dua macam hemolisis yaitu hemolisis osmotik yang terjadi karena
adanya perbedaan yang besar antara tekanan osmosa cairan didalam sel darah

9
merah dengan cairan yang berada disekeliling sel darah merah. Tekanan osmosa
sel darah merah adalah sama dengan osmosa larutan NaCl 0, 9 %, bila sel darah
merah dimasukkan kedalam larutan NaCl 0, 65 % belum terlihat adanya hemolisa,
tetapi sel darah merah yang dimasukkan kedalam larutan NaCl 0, 45 % hanya
sebagian saja dari sel darah merah yang mengalami hemolisis dan sebagian lagi
sel darah merahnya masih utuh. Perbedaan ini desebabkan karena umur sel darah
merah yang sudah tua, membran sel mudah pecah, sedangkan se darah merah
yang muda, membran selnya masih kuat. Bila sel darah merah dimasukkan
kedalam laritan NaCl 0,25 %, semua sel darh merah akan mengalami hemolisa
sempurna. Yang kedua, hemolisis kimiawi membran sel darah merah dirusak oleh
macam-macam substansi kimia. Seperti, kloroform, aseton, alkohol, benzena dan
eter, substansi lain adalah bisa ular, kalajengking, dan garam empedu. (Wiseman,
2002)

2.6 Hematokrit
Hematokrit atau ‘packed cell volume (PCV) adalah persentase butir darah
merah yang ada dalam darah (Guyton & Hall 2006).

Hal ini berarti apabila hewan memiliki nilai hematokrit 40 berarti jumlah
butir darah merah pada hewan tersebut adalah 40% dan sisanya adalah plasma
darah 60%. Darah yang diberi antikoagulan dan kemudian disentrifugasi akan
memisahkan bagian darah berdasarkan bobotnya. Butir-butir darah akan
mengendap sedangkan plasma darah akan berada di atasnya. Pada darah normal,
butir-butir darah akan menempati 0.45 bagian dari volume keseluruhan yang
disebut hematokrit, (Ganong, 2001).

Nilai hematokrit sangat bervariasi bergantung pada aktivitas tubuh,


ketinggian tempat, dan anemia. Hematokrit termasuk dalam parameter yang
digunakan untuk menilai keadaan anaemia suatu hewan. Meningkatnya persentase
hematokrit dapat disebabkan oleh leukosis limfoid (Al-Sadi dan Hussein 2010).

2.7 Hemoglobin

10
Jumlah hemaglobin dalam darah normal kira-kira 15 gram setiap 100ml
darah dan jumlah ini biasanya disebut 100% apabila terjadi anemia maka jumlah
hemoglobin dalam darah berkurang, kadar itu bisa dibawah 30% atau 5g setiap
100ml (Frandson R.D.2000).

Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas
(daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk
oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen
dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Evelyn, 2009).

Hemoglobin merupakan komponen butir darah merah yang berfungsi


sebagai pengikat oksigen. Sintesis hemoglobin dimulai dalam proerythroblasts
dan terus menerus dibentuk sampai ke tahap retikulosit dari proses pembentukan
butir darah merah (Guyton & Hall, 2006).
Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah
atau eritrosit, yang memberi warna merah pada darah. Hemoglobin terdiri atas zat
besi yang merupakan pembawa oksigen. Kadar hemoglobin dapat ditetapkan
dengan berbagai cara, antara lain metode Sahli, oksihemoglobin atau
sianmethhemoglobin. Metode Sahli tidak dianjurkan karena memiliki kesalahan
yang besar, alatnya tidak dapat distandardisasi, dan tidak semua jenis hemoglobin
dapat diukur, seperti sulfhemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin.
Dua metode yang lain (oksihemoglobin dan sianmethemoglobin) dapat diterima
dalam hemoglobinometri klinik. Namun, dari dua metode tersebut, metode
sianmethemoglobin adalah metode yang dianjurkan oleh International Commitee
for Standardization in Hematology (ICSH) sebab selain mudah dilakukan juga
mempunyai standar yang stabil dan hampir semua hemoglobin dapat terukur,
kecuali sulfhenoglobin. (Kusumawati, 2004).

2.8 Menghitung Jumlah Sel Darah

Sel-sel darah merah berbentuk cakram dengan diameter 75 nm, ketebalan


di tepi 2 nm dan ketebalan di tengah 1 nm.Sel darah merah dibentuk di dalam
sumsum tulang.Sel-sel pembentuk sel darah merah ini disebut eritroblast, tetapi

11
pada embrio (bayi), sel-sel darah merah dibentuk di dalam hati dan
limpa (Guyton,Arthur, 2004).

Larutan yang digunakan dalam menghitung jumlah sel darah putih yaitu
larutan turk. Larutan turk adalah larutan pengencer yang berfungsi mengencerkan
sel darah putih sehingga mempermudah dalam perhitungannya, dimana larutan
turk ini terdiri dari glacial acetid acid 2 ml, gentian violet 1%, aquades 1 ml dan
aquadestilata 100 ml (Guyton dan hall, 2007).

Kemudian hal tersebut di pertegas dengan menyatakan bahwa Jumlah


total sel darah putih beserta masing-masing jenisnya banyak  dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Jumlah sel darah putih pada hewan mempunyaivariasi yang
berbeda dari pada manusia yaitu tergantung antara lain kepada jenis hewan
bangsa (breed), umur, jenis kelamin dan kondisi hewan tersebut (Isbister,S .P,
2003).

2.9 Diferensial Leukosit (Leukogram)

Hitung jenis leukosit berbeda tergantung umur. Pada anak limfosit lebih
banyak dari netrofil segmen, sedang pada orang dewasa kebalikannya. Hitung
jenis leukosit juga bervariasi dari satu sediaan apus ke sediaan lain, dari satu
lapangan ke lapangan lain. Kesalahan karena distribusi ini dapat mencapai
15%.Granulosit muda mempunyai inti berbentuk seperti tapal kuda yang menjadi
multilobulus waktu sel tumbuh menjadi semakin tua. Sebagian besar granulosit
mengandung granula yang berwarna dengan zat warna asam (eosinofil) dan
sebagian mempunyai granula basofilik (basofil). Dua jenis sel lainnya yang
normal ditemukan dalam darah tepi adalah limfosit, yaitu sel dengan inti besar dan
bulat dan sedikit sitoplasma, dan monosit, yaitu sel dengan banyak sitoplasma
agranuler dan inti berbentuk ginjal (Nasir,N, 2006).

Darah mempunyai beberapa komposisi. Darah terdiri atas sel-sel dan


cairan yang mengisi sirkulasi tertutup yang mengalir dalam gerak teratur tanpa
arah, didorong terutama oleh kontraksi ritmis jantung. Darah terdiri dari plasma
dan  benda  korpuskula, benda  korpuskul tersebut adalah eritrosit, leukosit dan

12
trombosit. Volume darah mamalia, burung dan reptil berkisar antara 6 -10 % berat
tubuhnya (Paulsen, 2000).

Ada 2 macam tipe leukosit yaitu granular dan agranular. Granulosit adalah
leukosit sirkular dan memiliki granule pada sitoplasmanya. Sedangkan agranulosit
tidak memiliki granule pada sitoplasmanya. Granulosit terdiri atas 3 tipe yaitu sel
metrofil, dimana paling banyak dijumpai, mewarnai dirinya dengan pewarna
netral atau campuran pewarna asam basa dan tampak berwarna ungu; sel
eusinofil, dimana sel ini sedikit dijumpai, penyerap warna yang bersifat asam atau
eosin dan kelihatan merah; sel basofil yang menyerap pewarna basa dan menjadi
biru. Sedangkan agranulosit terdiri atas monosit, yang berfungsi untuk menutup
daerah luka, membungkus dan memfagosit setelah netrofil dan basofil (Pearce,
2002).

Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan


basal dan lain-lain . Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000—
30.000/μl.Jumlah leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000 —
38.000 /μl.Setelah itu jumlah leukosit turun secara bertahap dan pada umur 21
tahun jumlah leukosit berkisar antara 4500 — 11.000/μl.Pada keadaan basal
jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5000 — 10.0004/μ1.’Jumlah
leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang sedang, tetapi jarang
lebih dari 11.000/μl4. (Schmid.K.dkk,2003)

13
BAB III
MATERI DAN METODA

3.1. Waktu Dan Tempat

Praktikum Anatomi dan Fisiologi Ternak tentang pemeriksaan hemotologi


mengenai preparat natif darah, waktu perdarahan, waktu beku darah, laju endap
darah ,hemolisis, hematokrit, hemoglobin, menghitung jumlah sel darah,
diferensial leukosit ( leukogram) ini dilaksanakan pada hari Kamis,14 Februari-7
Maret 2018 pada pukul 15.00 WIB s/d selesai, di Laboratorium Fakultas
Peternakan Universitas Jambi.

3.2. Materi

Adapun materi yang digunakan dalam praktikum ini adalah Praktikan,


sampel darah sapi, sampel darah ayam, sampel darah kambing yang telah di beri
antikoagulan, alkohol 70%, larutan garam faali (NaCl fisiologis/NaCl 0,9 %),
antikoagulan (EDTA), methanol absolut, larutan giemsa, aquades, minyak emersi,
bak celup untuk fiksasi, bak celup untuk pewarnaan, diferensial counter, jarum
pentul, kapas, tissue, objek glass, cover glass, mikroskop, lanset steril, stopwatch,
Disposible lancet steril, Stopwatch, Kapas alcohol, tabung Wastergreen, pipet
pasteur, tabung reaksi, tabung sahli, pipet sahli, dan pengaduk.

3.3 Metoda

Pada kegiatan Preparat Natif Darah metodenya adalah bersihkan alat-alat


yang akan digunakan, teteskan 1-2 tetes larutan fisiologis (NaCL 0,9%) pada

14
masing-masing object glass, ambil darah sapi dan darah ayam kemudian teteskan
pada masing-masing object glass yang telah disiapkan, campur dengan hati-hati
dan tutup dengan cover glass, amati dengan menggunakan menggunakan
mikroskop dengan pembesaran 10x dan 40x, dan gambarkan hasil pengamatan
tersebut.

Pada Waktu Perdarahan adalah Bersihkan ujung jari dengan Alkohol 70%
kemudian bersihkan dengan kapas atau tissue. Tusuk ujung jari dengan lanset
steril hingga mengeluarkan darah. Catat waktu mulai keluar sampai pendarahan
berhenti dan usaplah darah tersebut dengan kapas atau tissue. Biarkan darah
keluar lagi, lakukan kegiatan tersebut setiap 30 detik sampai darah tidak keluar
lagi atau berhenti dan catat waktunya.

Pada Waktu Beku Darah adalah bersihkan ujung jari dengan alkohol 70%
kemudian lap dengan kapas, tusuk jari dengan lanset steril hingga mengeluarkan
darah, catat waktu dari saat darah mulai keluar sampai terbentuk benang putih
yang disebut waktu beku darah.

Pada Laju Endap Darah metodenya adalah sampel darah sapi dihisap
dengan tabung Westergreen sampai angka 0, kemudian ditegakkan pada rak. Tiap
30 menit catat penurunan dari sel-sel darahnya. Buat grafik LED dari 0-90 menit.

Adapun cara atau metoda yang digunakan pada praktikum Hemolisis ini
adalah mengambil 10 tabung reaksi dan beri label, isi 10 tabung tersebut masing-
masing 5ml larutan tersebut, lalu masing-masing tuangi 3 tetes darah sapi dan
biarkan selama 10 menit, periksa/amati warna dan kekeruhan larutan di dalam
tabung. Warna merah menunjukkan adanya hemolisis. Cara pemeriksaan secara
mikroskopis adalah sebagai berikut ; Pada gelas objek sebelah kiri ditetes larutan
dari tabung pertama yang berisi larutan NaCl 0,9% sebagai control (pembanding),
bagian kiri kanan teteskan larutan tabung kedua, tutup dengan cover glass. Periksa
dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10x dan 40x. Pencatatan
hasil pengamatan pada tabel sebagai berikut : Pada pemeriksaan mikroskopis,
tuliskan tanda (+) bila terlihat jelas adanya hemolysis (larutan dalam tabung
berwarna merah cer ah) dan tanda (+) bila belum terlihat adanya hemolysis

15
(larutan dalam tabung berwarna keruh). Pada pemeriksaan mikroskopis, tuliskan
pada kolom bentuk sel bulat licin atau bulat bergerigi, atau bentuk lainnya, pada
kolom besasr bandingkan dengan control (tabung 1) tulis tanda (=) apabila
besarnya sama dengan control, tanda (>) apabila lebih besar, dan tanda (<) apabila
kecil. Untuk jumlahnya relative sama banyak dengan control, tanda (>) apabila
relative lebih banyak dan tanda (<) apabila relative lebih sedikit.
Pada Hematokrit yang digunakan metode mikrohematokrit (van allen)
yaitu hisap darah dengan pipa kapiler sampai jarak 1cm dari ujung bagian
atas.Pipa kapiler yang digunakan sudah dilapisi heparin.Sumbat ujung pipa
kapiler dengan menggunakan chrysta seal. Kemudian tempatkan pipa kapiler ke
dalam sentrifus mikro hematokrit dengan ujung pipa kapiler yang terbuka
menghadap ke tengah. Setelah itu sentrifuslah selama 5 menit dengan kecepatan
2500rpm.Dan yang terakhir adalah keluarkan pipa kapiler dari sentrifus dan baca
nilai hematokritnya dengan menggunakan reader hematokrit.

Pada Hemoglobin metodenya adalah Isikan HCl 0,1 N (5 tetes) kedalam


tabung sahli sampai angka 10, hisaplah darah dengan pipet sahli ampai angka 20
µl, bersihkan ujug pipet sahli dengan kertas saring masukan darah tersebut dalam
tabung sahli dan jangan sampai terjadi gelembung udara, tambahkan aquades
sembil diaduk sampai warna sesuai dengan batang standar, baca tinggi permukaan
pada tabung sahli angka yang tertera adalah menujukkan kadar Hb.

Pada Menghitung Jumlah Sel Darah ini ada dua cara pengerjaan yaitu pada
sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (leukosit). Pada Sel Darah Merah
adalah Hisap darah dengan pipet sampai 0.5. Bersihkan dengan kertas tissue atau
kapas. Segera hisap larutan hayem sampai angka 101, lalu darah diencerkan 200
kali. Peganglah ujung-ujung pipet dengan ibu jari dn jari telunjuk atau jari tengah
kemudian kocok sambil memutar hingga membentuk angka 8, supaya yang
tercampur hanya yang di dalam pipet yang menggelembung. Buanglah cairan
yang tidak mengandung eritrosit (2-3 tetes). Isikan kedalam kamar hitungyang
sudah ada kaca penutupnya dengan menempelkan ujung pipet pada batas kamar
hitung pada penutupnya. Hitung eritrosit pada kamar hitung dengan menggunakan
mikroskoppembesaran 10x atau 40x. Sedangkan pada sel darah putih (leukosit)

16
adalah Hisap darah dengan pipet sampai 0.5. Bersihkan dengan kertas tissue atau
kapas. Segera hisap larutan turkuntuk darah mamalia dan larutan BCB untuk
darah unggas sampai skala 11, lalu darah diencerkan 20 kali. Peganglah ujung-
ujung pipet dengan ibu jari dan jari telunjuk atau jari tengah kemudian kocok
sambil memutar hingga membentuk angka 8, supaya yang tercampur hanya yang
di dalam pipet yang menggelembung. Buanglah cairan yang tidak mengandung
sel darah putih (2-3 tetes). Isikan kedalam kamar hitung yang sudah ada kaca
penutupnya dengan menempelkan ujung pipet pada batas kamar hitung pada
penutupnya. Hitung leukosit pada kamar hitung dengan menggunakan mikroskop
pembesaran 10x atau 40x.

Pada diferensial leukosit (leukogram) teknik membuat preparat ulas darah


adalah siapkan 2 buah gelas objek dalam keadaan bersih. Pegang ujung sebuah
objek glass dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri, atau letakkan saja objek
glassdi atas meja yang rata. Letakkan atau teteskan 1 tetes darah pada ujung objek
glass (sebelah kanan). Dengan tangan kanan pegang objek glass lainnya.
0.
Kemudian letakkan objek glass tersebut hingga membentuk sudut 30 Gerakkan
objek glass yang di tangan kanan kebelakang sampai menyinggung tetesan darah
tadai, sehingga darah menyebar sepanjang sudut antara kedua objek glass. Setelah
darah menyebar, dengan hati-hati dorong objek glass ditangan kanan maka
terbentuk preparat ulas tipis. Preparat dikeringkan dan dilakukan pewarnaan.

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 FISIOLOGI DARAH

4.1.1.Preparat Natif Darah

Tabel 1. Gambar bentuk eritrosit dan leukosit

JENIS ERITROSIT LEUKOSIT


TERNAK
MAMALIA
W

Gambar 2. Leukosit Mamalia


Gambar 1.Eritrosit
Mamalia

UNGGAS

Gambar 3. Eritrosit Unggas Gambar 4.Leukosit Unggas

18
Susunan darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit), keping-keping darah (trombosit), dan plasma darah.Pada praktikum ini
ditemukan sel darah putih (leukosit), hal ini dikarenakan ciri-ciri dan spesifikasi
leukosit yang memiliki inti atau nucleus.

Darah merupakan jaringan tubuh yang terdiri dari bagian cair (plasma)
dan bahan-bahan interseluler. Plasma darah dan sel-sel darah dapat terpisah dan
bebas bergerak dalam cairan interseluler. Cairan ekstrasel dalam darah mensuplay
sel-sel dengan nutrisi dan zat-zat lain yang diperlukan untuk fungsi selular, tetapi
sebelum digunakan zat ini harus ditransfort melalui membrane sel dengan dua
proses utama yaitu difusi dan osmosis serta transfor aktif. Dinding sel eritrosit
sangat permeable terhadap sifat apapun. Darah mempunyai beberapa fungsi yang
penting untuk tubuh. Darah mengangkut zat-zat makanan dari alat pencernaan ke
jaringan tubuh, hasil limbah metabolisme dari jaringan tubuh ke ginjal, dan
hormon dari kelenjar endokrin ke target organ tubuh (Sonjaya, 2006).

Darah merupakan cairan dengan volume yang berbeda-beda tergantung


pada jenis kelamin, ukuran tubuh, dan umur setiap orang atau individu. Jumlah
darah dalam tubuh bervariasi tergantung pada berat tubuh seseorang. Pada orang
dewasa 1/13 berat badan kira-kira 4-5 liternya adalah darah. Faktor lain yang juga
menentukan banyaknya darah adalah umur, pekerjaan, keadaan jantung dan
pembuluh darah. Total sirkulasi dari volume darah diperkirakan sekitar 5 s/d 8%
dari total bobot badan dan angka ini bervariasi menurut umur, spesies, besar
tubuh, aktivitas, status kesehatan, status gizi dankondisi fisiologi (bunting dan
laktasi) (Syaifuddin, 2002).

Darah mengangkut oksigen zat-zat makanan dari alat pencernaan ke


jaringan tubuh, hasil limbah metabolisme dari jaringan tubuh ke ginjal dan

19
hormone dari kelenjar endokrin ke target organ tubuh. Darah juga berpartisipasi
dalam pengaturan kondisi asam-basa, keseimbangan elektrolit dan temperature
tubuh, dan sebagai pertahanan suatu organisme terhadap penyakit. Semuanya
adalah fungsi yang berhubungan dengan pemeliharaan lingkngan interna yang
konstan (Sonjaya, 2013).

Hasil pengamatan pada pratikum preparatnatif darah yaitu:Pada darah spi


sel darah berbentuk seperti cakram,tidak berinti dan tidak krenasi.Pada darah
ayam sel darah berbentuk lonjong otau oval dan berinti serta terjadi krenasi.Pada
darah kambing tidak ada ruleox.

Sel darah merah pada unggas memiliki perbedaan dengan sel darah merah
pada mamalia khususnya sapi. Eritrosit mamalia tidak mempunyai nukleus dan
berbentuk kepingan bikonkaf yang diratakan dan diberikan tekanan di bagian
tengahnya, dengan bentuk seperti "barbel" jika dilihat secara melintang. Sel darah
merah pada sapi berbentuk bulat pipih dengan jumlah 5-10 juta tiap mm 3 dengan
diameter 4,5-8 mm. Sedangkan sel darah merah pada unggas bernukleus dan
berbentuk elips.
Sel darah merah mengalami sejumlah stadium dalam perkembangannya
di dalam um-sum tulang. Eritroblas adalah sel besar yang mengandung inti dan
sejumlah kecil hemoglobin. Sel ini kemudian berkembang menjadi normoblas
yang berukuran lebih kecil. Inti sel kemudian mengalami disintegrasi dan
menghilang sitoplasma mengandung benang-benang halus. Jumlah sel darah
merah bervariasi tergantung jenis kelamin, usia, dan juga ketinggian tempat orang
tersebut hidup. Jumlah sel darah merah bisa berkurang misalnya karena luka yang
mengeluarkan banyak darah atau karena anemia(Dsyoghi, 2010

(Watson, R 2002) Sel darah putih berbentuk tidak tetap. Sel darah putih
dibuat di sum-sum marah, kura dan kelenjar limpa. Fungsinya memberantas
kuman-kuman penyakit. Sel darah putih atau leukosit berukuran lebih besar
daripada sel darah merah, diameternya sekitar 10µm, dan jumlahnya lebih sedikit
teradpat 7-10 X 109 leukosit per liter darah dan jumlah in bias meningkat sampai
30 X 109 per liter darah bila ada infeksi di dalam badan. Penngkatan ini dikenal
sebagai leukositosis(Watson, R 2002).

20
4.1.2. Waktu Pendarahan
Waktu perdarahan (bleeding time, BT) adalah uji laboratorium untuk
menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang dibuat
secara laboratories (Almond 2001).

Pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan koagulasi. Masa perdarahan


tergantung atas : ketepatgunaan cairan jaringan dalam memacu koagulasi, fungsi
pembuluh darah kapiler dan trombosit. Pemeriksaan ini terutama mengenai
trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan untuk adhesi pada jaringan subendotel
dan membentuk agregasi.Hasil dari waktu perdarahan dapat dilihat pada tebel 1
dibawah ini:
Tabel 2. Waktu Perdarahan
N KELOMPOK WAKTU WAKTU
O PENDARAHAN PENDARAHAN
PERTAMA KEDUA
1. 1 37 detik -
2. 2 2 menit 20 detik -
3. 3 4 menit 28 detik 15 detik
4. 4 4 menit -
5. 5 1 menit 1 menit 2 detik
6. 6 2 menit -
7. 7 1 menit 25 detik -
8. 8 2 menit 37 detik -
Waktu pendarahan adalah waktu yang dibutuhkan kulit berdarah untuk
berhenti estela penusukan kulit. Darah dihapus setiap 30 detik atau luka diredam
dalam larutan fisiologis (Sonjaya, 2008).

Waktu perdarahan normal antara 1 sampai 3 menit. Apabila melewati


dari10 menit, darah belum berhenti, hentikan percobaan karena tidak ada gunanya.
(Nasir. N, 2006).

4.1.3. Waktu Beku Darah

21
Gambar 5.waktu beku darah.
Pembekuan darah disebut juga koagulasi darah. Waktu koagulasi darah
merupakan interval waktu mulai timbulnya tetes darah ketika terjadinya luka pada
pembuluh sampai terbentuknya benang fibrin. Waktu koagulasi darah
menggambarkan aktivitas benang-benang fibrin untuk mengubah agragat platelet
menjadi thrombus. Faktor yang diperlukan dalam penggumpalan darah adalah
garam kalsium sel yang luka yang membebaskan trompokinase, trombin dari
protombin dan fibrin yang terbentuk dari fibrinogen. Mekanisme pembekuan
darah adalah sebagai berikut setelah trombosit meninggalkan pembuluh darah dan
pecah, maka trombosit akan mengeluarkan tromboplastin. Bersama-sama dengan
ion Ca tromboplastin mengaktifkan protrombin menjadi trombin (Evelyn,2000).

Selanjutnya percobaan yang ketiga yaitu waktu beku darah,dimana darah


yang berasal dari ujung jari praktikan yang ditusuk dengan lanset steril setelah itu
diteteskan pada kaca arloji yang berlapis paraffin.Darah tersebut dikocok dengan
jarum pentul selama 30 detik Pada waktu itu terlihat benang-benang putih yang
disebut fibrin,itulah yang disebut dengan waktu beku darah.Namun dari hasil yang
kami dapat bahwa setelah 30 detik darah yang dikocok tidak menimbulkan
benang-benang tersebut.

Waktu koagulasi normal pada manusia yaitu 15 detik samapai 2 menit


danberakhir dalam waktu 5 waktu koagulasi pada ternak sepertisapi 6,5 menit,
kambing 2,5 menit, ayam 4,5 menit, kuda 11,5 menit, babi 3,5menit, domba 2,5
menit dan anjing 2,5 menit. (Pandu, 2001).

Pada umumnya proses pembekuan darah sangat dipengaruhi oleh


kepingan-kepingan darah. Pembekuan darah juga dipengaruhi suatu komponen
esensial yakni fibrinogen, pembekuan darah mampu menghentikan semua
perdarahan pada pembuluh darah yang rusak.

22
Proses pembekuan darah tersebut selesai saat fibrin yang terbentuk sudah
cukup kuat untuk mengikat sel-sel darah yang berada dibagian luka.
Salah satu komponen proses pembekuan darah adalah fibrinogen. Fibrinogen
merupakan protein yang dibuat di dalam hati. Protein ini dibuat utamanya untuk
proses pembekuan darah, yaitu mengikat sel-sel darah merah di daerah luka.
Fibrinogen dapat berfungsi bila diaktifkan oleh trombin. Hasil proses pengaktifan
tersebut adalah benang-benang fibrin. Benang fibrin merupakan polimer fibrin-
fibrin.strukturnya teramati dalam bentuk rantai ganda. Kristal hemin merupakan
kristal yang terbentuk dari hasil pemanasan sel darah merah yang dicampur
dengan asam asetat glasial dan klorida. Kristal tersebut berbentuk belah ketupat .
Sel-sel darah dalam tubuh harus menjaga keseimbangan tekanan dengan cairan
ekstrasel. Hal tersebut dapat dipelajari dengan menempatkan sel-sel darah dalam
larutan dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Larutan yang digunakan adalah
larutan NaCl dalam tiga macam tekanan osmosis, yaitu hipertonis, isotonis, dan
hipotonis. Larutan hipotonis adalah larutan dimana konsentrasi garam elektrolit
lebih rendah dibandingkan kandungan dalam sel. Larutan isotonis merupakan
larutan dengan konsentrasi garam elektrolit Na+ lebih kurang sama dengan cairan
dalam sel, sedangkan hipertonis adalah larutan denga konsentrasi garam Na+ di
luar sel lebih tinggi dari cairan dalam sel. Sel darah merah khususnya, dalam
larutan hipertonis akan mengerut, dalam larutan hipotonis akan mengembang
(bahkan pecah), dan dalam larutan isotonis hampir tidak mengalami perubahan
bentuk.

Koagulasi darah adalah transformasi darah dari sifat solution


menjadibentuk gel. Bentukan suatu bekuan di sumbat trombosit akan memperkuat
danmenunjang sumbatan tersebut dapat menutupi lubang di pembuluh.
Koagulasimerupakan mekanisme homeostatik yang difungsikan dalam proses
koagulasidarah. Reaksi dasar koagulasi darah adalah perubahan protein plasma
yang larut(fibrinogen) dari fibrin yang bersifat tidak larut. Proses tersebut
memerlukanpengeluaran 2 pasang peptide 4c dari setiap molekul fibrinogen.
Bagian yangtersisa (fibrin monomer) kemudian akan berpolimerasi rerga-, fibrin
monomerlainnya membentuk fibrin. (Pujianto, 2004).

23
Tabel 3.Hasil PercobaanWaktu Beku Darah
NOMO KELOMPOK WAKTU BEKU
R DARAH
1. 1 4 menit 29 detik
2. 2 3 menit 1 detik
3. 3 4 menit 28 detik
4. 4 5 menit
5. 5 3 menit 30 detik
6. 6 5 menit
7. 7 3 menit 25 detik
8. 8 1 menit 30 detik

Berdasarkan hasil praktikum yang kami lakukan diperoleh bahwa waktu


beku darah dari kelompok kami kelompok 6 adalah 5 menit, hal itu ditandai
dengan munculnya benang-benang fibrin pada darah tersebut.

Waktu koagulasi normal pada manusia yaitu 15 detik samapai 2 menit


danberakhir dalam waktu 5 menit. Sedangkan waktu koagulasi pada ternak
sepertisapi 6,5 menit, kambing 2,5 menit, ayam 4,5 menit, kuda 11,5 menit, babi
3,5menit, domba 2,5 menit dan anjing 2,5 menit C.Mekanisme koagulasi atau
proses koagulasi (penggumpalan darah) terjadilewat mekanisme kompleks yang
diakhiri dengan pembentukan benang fibrin(protein dalam plasma darah yang
diubah oleh trombin/enzim pembeku darahdalam proses pembekuan darah).
Mekanisme ini terjadi jika ada cedera didalammaupun dipermukaan tubuh.
Kondisi darah mudah menggumpal bisa terjadikarena faktor keturunan maupun
hal lain misalnya akibat infeksi maupuntingginya antibodi antikardiolipid (ACA)
akibat gangguan autonium(Wibowo, 2003).

4.1.4. Laju Endap Darah

Laju Endap Darah (LED) atau dalam bahasa inggrisnya Erythrocyte


Sedimentation Rate (ESR) merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darah.
Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan
memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus selama satu jam. Makin banyak
sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi Laju Endap Darah (LED)-
nya.

24
Pada LED sampel dihisap dengan tabung westergreen sampai angka
0.Kemudian tegakkan pada rak.Tiap 30 menit catat penurunan dari sel-sel
darahnya.Buat lah grafik LED dari 0-90 menit.Pada hemolisis cara kerjanya
adalah beri kode setiap tabung, isi tabung tersebut dengan 5 ml larutan Nacl
berbagai konsentrasi ml tambahkan 3 tetes darah ayam pada 5 tabung dan 3 tetes
darah sapi pada 5 tabung dan 3 tetes darah kambing pada 5 tabung lainnya
biarkan selama 30 menit. Setelah 30 menit periksa dan amati warna serta
kekeruhan larutan didalam tabung, warna merah cerah menunjukkan adanya
hemolisis dan catat hasil pengamatannya. Sedangkan pada proses mikroskopis,
teteskan 1 tetes di sebelah kiri larutan dari tabung yang berisi larutan Nacl 0.9%
sebagai kontrol,dan amati hasilnya.

Gambar 6.Laju Endap Darah.

Proses pengendapan darah terjadi dalam 3 tahap yaitu tahap pembentukan


rouleaux, tahap pengendapan dan tahap pemadatan. Pembentukan rouleaux

25
tergantung dari komposisi protein plasma. Peningkatan kadar fibrinogen dan
globulin mempermudah pembentukan roleaux sehingga laju endap darah cepat
sedangkan kadar albumin yang tinggi menyebabkan laju endap darah lambat.
Suhu optimum selama pemeriksaan adalah 20°C, suhu yang tinggi akan
mempercepat pengendapan dan sebaliknya suhu yang rendah akan memperlambat.
Bila darah yang diperiksa sudah membeku sebagian hasil pemeriksaan laju endap
darah akan lebih lambat karena sebagian fibrinogen sudah terpakai dalam
pembekuan. Pemeriksaan laju endap darah harus dikerjakan dalam waktu 2 jam
setelah pengambilan darah, karena darah yang dibiarkan terlalu lama akan
berbentuk sferik sehingga sukar membentuk rouleaux dan hasil pemeriksaan laju
endap darah menjadi lebih lama.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Laju Endap Darah (LED) adalah


faktor eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik. Jumlah eritrosit darah yang
kurang dari normal, ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan eritrosit
yang mudah beraglutinasi akan menyebabkan Laju Endap Darah (LED) cepat.
Walau pun demikian, tidak semua anemia disertai Laju Endap Darah (LED) yang
cepat. Pada anemia sel sabit, akantositosis, sferositosis serta poikilositosis berat,
laju endap darah tidak cepat, karena pada keadaan-keadaan ini pembentukan
rouleaux sukar terjadi. Pada polisitemia dimana jumlah eritrosit/µl darah
meningkat, Laju Endap Darah (LED) normal. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pemeriksaan Laju Endap Darah yaitu faktor teknik seperti letak tabung/pipet,
diameter tabung/pipet, suhu ruangan dan getaran sedangkan faktor kedua adalah
faktor dalam darah itu sendiri yakni fibrinogen, eritrosit, dan globulin. Sebaliknya
bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan
keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput
(krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan
isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma), (Hendrayani, 2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pengendapan adalah berat


jenis sel darah merah dan juga berat jenis plasma darah. Bila jenis darah
meningkat, meskipun berat jenis plasma normal, kecepatan pengendapan darah

26
akan meningkat dan sebaliknya. Adapun laju endap darah normal pada ayam yaitu
1-2 mm, sapi 2-5 mm dan kambing 2-3,(Siregar, 2000).

LED adalah kecepatan eritrosit mengendap dalam pipet westergren. Pada


peradangan, kecepatan meningkat, karena perubahan pada komponen plasma yang
terjadi selama proses inflamasi. Protein plasma yang terlibat dalam peningkatan
LED disebut protein fase akut, terutama dilepaskan oleh hati. LED khususnya
digunakan untuk membantu aktivitas berbagai penyakit inflamasi (Tambayong J,
2001).

Dan akhirnya yang perlu diperhatikan adalah faktor teknik yang dapat
menyebabkan kesalahan dalam pemeriksaan laju endap darah. Selama
pemeriksaan tabung atau pipet harus tegak lurus; miring 3° dapat menimbulkan
kesalahan 30%. Tabung atau pipet tidak boleh digoyang atau bergetar, karena ini
akan mempercepat pengendapan.

Laju endap darah yang cepat menunjukkan suatau lesi yang aktif,
peningkatan laju endap darah dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses
yang meluas, sedangkan laju endap darah yang menurun dibandingkan
sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan.

Grafik 1. Laju Endap Darah pada Sapi I

27
Chart Title
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
0 menit 30 menit 60 menit 90 menit

Column1

Grafik 2.Laju Endap Darah pada Sapi II

Chart Title
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
0 menit 30 menit 60 menit 90 menit

Column1

Grafik 3. Laju Endap Darah Sapi III

28
Chart Title
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
0 menit 30 menit 60 menit 90 menit

Column1

Grafik 4. Laju Endap Darah Ayam I

Chart Title
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
0 menit 30 menit 60 menit 90 menit

Series 1 Column1

Grafik 5. Laju Endap Darah Ayam II

29
Chart Title
200

180

160

140

120

100

80

60

40

20

0
0 menit 30 menit 60 menit 90 menit

Series 1 Column1

Tinggi rendahnya laju endap darah sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh
kita.Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Laju Endap Darah (LED) adalah
faktor eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik. Jumlah eritrosit/ul darah yang
kurang dari normal, ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan eritrosit
yang mudah beraglutinasi akan menyebabkan Laju Endap Darah (LED) cepat.
Walau pun demikian, tidak semua anemia disertai Laju Endap Darah (LED) yang
cepat. Pada anemia sel sabit, akantositosis, sferositosis serta poikilositosis berat,
laju endap darah tidak cepat, karena pada keadaan-keadaan ini pembentukan
rouleaux sukar terjadi. Pada polisitemia dimana jumlah eritrosit/µl darah
meningkat, Laju Endap Darah (LED) normal.

Prinsip dasar pemeriksaan LED adalah; darah dan antikoagulan


dimasukkan ke dalam tabung dengan lubang ukuran tertentu (pada pipet LED)
dan diletakan vertikal akan menyebabkan pengendapan eritrosit dengan kecepatan
tertentu. LED merupakan kecepatan pengendapan dengan  mengukur jarak antara
miniscus pemeriksaan LED. Beberapa faktor  yang mempengaruhi LED, yang
dapat meningkatkan LED adalah usia tua, wanita, saat mensturasi, kehamilan,
ukuran eritrosit (macrositosis), faktor teknis (masalah pengenceran, suhu

30
ruangan/panas, kemiringan tabung LED) , peningkatan fibrinogen (pada beberapa
kasus infeksi, inflamasi, dan keganasan). Faktor yang dapat menurunkan LED
adalah lekositosis berat, polisitemia, speherositosis (acantositosis, micrositpsis ),
faktor teknis (masala pengenceran, darah beku, tabung penden, getaran),
abnormalitas protein (hipofibrinogenemia, hipogammaglobulinnemia,
dispoteinemia). Faktor yang belum pasti mempengaruhi LED adalah obesitas,
suhu badan, dan usai mengkomsumsi aspirin. (Widodo,  dkk, 2004)  . 

4.1.5. Hemolisis

Darah terdiri atas dua komponen utama, yaitu plasma darah dan
seldarah.Plasma darah merupakan bagian yang cair, terdiriatas serum dan
fibrinogen.Sel-sel darah merupakan bagian darah yang padat, terdiri atas sel
darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping-keping darah
(trombosit).Bagian darah yang padat meliputi sel-sel darah merah, sel darah putih,
dan keeping-keping darah (Frandson, 2005).

Hemolisis secara langsung tidak dibutuhkan penambahan lesitin


sedangkan hemolisis tidak langsung kehadiran lesitin pada sel darah merah atau
penambahan dari luar sangat diperlukan.Secara umum, mekanisme hemolisis
berlangsung dua tahap. Tahap pertama lesitin dalam sel darah atau yang
ditambahkan dari luar akan diubah menjadi lisolesitin oleh lesithinase A.
Lisolesitin merupakan bentuk lesitin yang memiliki aktivitas hemolitik.
Selanjutnya, lisolesitin menyebabkan sel darah merah lisis dengan menyerap
material lemak dinding sel sehingga merusak keutuhan struktur sel darah (Sarkar
& Devi, 2006).

Sel darah merah yang berada di luar cairannya dapat mempertahankan


bentuknya apabila dimasukkan dalam cairan yang isotonis dengan sitoplasmanya.
Apabila sel darah merah berada di dalam cairan yang hipertonis maka sel darah
merah akan mengalami pengerutan (krenasi), apabila sel darah merah berada
dalam cairan yang bersifat hipotonis maka sel akan pecah dan hemoglobin akan
ke luar (hemolisis),(Syaifuddin,2004). 

31
Gambar 7.Hemolisis.

Percobaan hemolisis dimulai dengan tabung 1-5 diberi larutan NaCl


sebanyak 5 ml dengan konsentrasi yang berbeda-beda dan ditambah 3 tetes darah
sapi, ayam dan kambing biarkan selama 30 menit. Setelah itu diperiksa / diamati
warna dan kekeruhan larutan dalam tabung ternyata diantara 5 tabung ada dua
tabung yang mengalami hemolisis yaitu tabung yang diisi dengan larutan 0.25%
dan 0,45%. larutan NaCl yang lainnya tidak terjadi hemolisis. Untuk itu di
lakukan secara mikroskopis. Maka hasilnya pada darah sapi ,ayam kambing
sebagai berikut.

Tabel 4.Hasil Hemolisis

KELOMP KONSENT DAR HEMOLI BLM MIKROSKO


OK RASI NACL AH SIS HEMOLI PIS
Besar Jumla
SIS
h
1 0,25% Sapi (-)
0,9% Ayam (+)
2 0,9% Kambi (-) < >
ng
0,45% Ayam (+) > <
3 0,9% Sapi (-) <
1% Urea Kambi (+)
ng
4 0,9% Sapi (-) = >
3,0% Ayam (-) = <
5 0,05 Sapi (-)
0,9% Ayam (+)

32
6 0,65% Kambi (-)
ng
1 % Urea Sapi (+)
7 0,9% Kambi (-)
ng
0,45% Ayam (+)
8 3,0% Sapi (+)
0,9% Ayam (-)

Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa darah sapi mengalami hemolisis
hanya pada konsentrasi urea dalam aaquades.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa darah ayam mengalami hemolisis
pada konsentrasi NaCL0,45%, 0.65% dan 3,0.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa darah kambing mengalapi lisis pada
konsentrasi 1% urea dalam aquades,1%urea dalam NaCL dan NaCL 0,25 %.

Dari data yang tertera pada tabel diatas dapat diketahui bahwa telah terjadi
hemolisis.dengan dibuktikan adanya larutan yang berwarna lebih merah dari yang
lainnya, hal tersebut terjadi karena hemoglobin yang ada pada eritrosit tersebut
keluar ke media disekelilingnya yang diakibatkan pecahnya plasma
darah.Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan
larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan
membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh
karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll.Apabila medium di sekitar eritrosit
menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut
(plasma dan lrt. NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang
bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila
membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu
sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium
sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis,
maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma),
akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan
cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit

33
(plasma).Adanya hemoglobin dalam darah menimbulkan timbulnya warna merah
dalam darah dan hemoglobin tersebut merupakan suatu senyawa organik yang
kompleks yang terdiri dari empat pigmen porfirin merah.

Ada dua macam hemolisis yaitu hemolisis osmotik yang terjadi karena
adanya perbedaan yang besar antara tekanan osmosa cairan didalam sel darah
merah dengan cairan yang berada disekeliling sel darah merah. Tekanan osmosa
sel darah merah adalah sama dengan osmosa larutan NaCl 0, 9 %, bila sel darah
merah dimasukkan kedalam larutan NaCl 0, 65 % belum terlihat adanya hemolisa,
tetapi sel darah merah yang dimasukkan kedalam larutan NaCl 0, 45 % hanya
sebagian saja dari sel darah merah yang mengalami hemolisis dan sebagian lagi
sel darah merahnya masih utuh. Perbedaan ini desebabkan karena umur sel darah
merah yang sudah tua, membran sel mudah pecah, sedangkan se darah merah
yang muda, membran selnya masih kuat. Bila sel darah merah dimasukkan
kedalam laritan NaCl 0,25 %, semua sel darh merah akan mengalami hemolisa
sempurna. Yang kedua, hemolisis kimiawi membran sel darah merah dirusak oleh
macam-macam substansi kimia. Seperti, kloroform, aseton, alkohol, benzena dan
eter, substansi lain adalah bisa ular, kalajengking, dan garam empedu. (Wiseman,
2002).

4.1.6. Hematokrit

Hematokrit adalah persentase volume seluruh SDM yang ada dalam darah
yang diambil dalam volume tertentu. Untuk tujuan ini, darah diambil dengan
semprit dalam suatu volume yang telah ditetapkan dan dipindahkan kedalam suatu
tabung khusus berskala hematokrit. Untuk pengukuran hematokrit ini darah tidak
boleh dibiarkan menggumpal sehingga harus diberi anti koagulan. Setelah tabung
tersebut dipusingkan / sentripus dengan kecepatan dan waktu tertentu, maka SDM
akan mengendap. Dari skala Hematokrit yang tertulis di dinding tabung dapat
dibaca berapa besar bagian volume darah seluruhnya. Nilai hematokrit yang
disepakati normal pada laki – laki dewasa sehat ialah 45% sedangkan untuk
wanita dewasa adalah 41%.

34
Darah dengan antikogulan isotonic dalam tabung dipusing selama 30
menit dengan kecepatan 3000 rpm sehingga eritrosit dipadatkan kecepatan 3000
rpm sehingga eritrosit dipadatkan membuat kolom dibagian bawah dan tabung
tingginya kolom mencerminkan nilai hematokrit. Intinya Darah dicentrifuge
supaya eritrosit mengendap.

Hematokrit atau ‘packed cell volume (PCV) adalah persentase butir darah
merah yang ada dalam darah (Guyton & Hall 2006). ). Hal ini berarti apabila
hewan memiliki nilai hematokrit 40 berarti jumlah butir darah merah pada hewan
tersebut adalah 40% dan sisanya adalah plasma darah 60%. Darah yang diberi
antikoagulan dan kemudian disentrifugasi akan memisahkan bagian darah
berdasarkan bobotnya. Butir-butir darah akan mengendap sedangkan plasma darah
akan berada di atasnya. Pada darah normal, butir-butir darah akan menempati 0.45
bagian dari volume keseluruhan yang disebut hematokrit, (Ganong, 2001).

Pengaruh haemoglobin didalam sel darah merah menyebabkan


timbulnya warna merah pada darah karena mempunyai kemampuan untuk
mengangkut oksigen. Haemoglobin adalah senyawa organik yang komplek dan
terdiri dari empat pigmen forpirin merah (heme) yang masing-masing
mengandung iron dan globin yang merupakan protein globural dan terdiri dari
empat asam amino.

Nilai hematokrit sangat bervariasi bergantung pada aktivitas tubuh,


ketinggian tempat, dan anemia. Hematokrit termasuk dalam parameter yang
digunakan untuk menilai keadaan anaemia suatu hewan. Meningkatnya persentase
hematokrit dapat disebabkan oleh leukosis limfoid (Al-Sadi dan Hussein 2010).

Metode mikrohematokrit mempunyai keunggulan lebih cepat dan


sederhana. Metode mikrohematokrit proporsi plasma dan eritrosit (nilai
hematokrit) dengan alat pembaca skala hematokrit.

Tabel 5.Hasil pengamatan Hematokrit

KELOMPO DARAH HEMATOKRIT


Plasma (%) Buffy Coat Sel Darah (%)
K

35
(%)
1 Sapi 40 % 1% 59 %
2 Kambing 5% 1% 94 %
3 sapi 43 % 1% 56 %
4 Sapi 61 % 1% 38 %
5 Sapi 52 % 1% 47 %
6 Sapi 43 % 1% 56 %
7 Ayam 32 % 1% 67 %
8 Ayam 95 % 1% 5%

Berdasarkan hasil praktikum menunjukkan bahwa uji dilakukan sebelum


menentukan nilai hematokrit dalam darah sapi, kambing, dan ayam mulai dari
mengisi tabung hematokrit, melakukan sentrifusi hingga mendapatkan hasilnya
secara langsung meggunakan grafik atau alat khusus.

4.1.7. Hemoglobin

Jumlah hemaglobin dalam darah normal kira-kira 15 gram setiap 100ml


darah dan jumlah ini biasanya disebut 100% apabila terjadi anemia maka jumlah
hemoglobin dalam darah berkurang, kadar itu bisa dibawah 30% atau 5g setiap
100ml (Frandson R.D.2000).

Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas
(daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk
oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen
dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Evelyn, 2009).

Hemoglobin merupakan komponen butir darah merah yang berfungsi


sebagai pengikat oksigen. Sintesis hemoglobin dimulai dalam proerythroblasts
dan terus menerus dibentuk sampai ke tahap retikulosit dari proses pembentukan
butir darah merah (Guyton & Hall, 2006).

36
Gambar 8.Hemoglobin.

Tabel 6.Hasil Dari Pengamatan Hemoglobin


NOMO KELOMPOK JENIS JUMLAH WARNA HB
R TERNAK HB
1. 1 Ayam 4 Coklat 7-13 Hb
2. 2 Ayam 10 Coklat 7-13 Hb
3. 3 Sapi 6 Coklat 10-12
Hb
4. 4 Sapi 12 Coklat 10-12
Hb
5. 5 Sapi 12 Coklat 10-12
Hb
6. 6 Sapi 12,8 Coklat 10-12
Hb
7 6 Kambing 31 Coklat 10-12
Hb
8 7 Ayam 8,2 Coklat 7-13 Hb
9 8 Ayam 8,1 Coklat 7-13 Hb
10 8 Sapi 8,5 Coklat 10-12
Hb

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa hemoglobin dari sapi adalah
10-12%, pada ayam 7-13%,pada kambing10-12%.
Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah
atau eritrosit, yang memberi warna merah pada darah. Hemoglobin terdiri atas zat
besi yang merupakan pembawa oksigen. Kadar hemoglobin dapat ditetapkan
dengan berbagai cara, antara lain metode Sahli, oksihemoglobin atau

37
sianmethhemoglobin. Metode Sahli tidak dianjurkan karena memiliki kesalahan
yang besar, alatnya tidak dapat distandardisasi, dan tidak semua jenis hemoglobin
dapat diukur, seperti sulfhemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin.
Dua metode yang lain (oksihemoglobin dan sianmethemoglobin) dapat diterima
dalam hemoglobinometri klinik. Namun, dari dua metode tersebut, metode
sianmethemoglobin adalah metode yang dianjurkan oleh International Commitee
for Standardization in Hematology (ICSH) sebab selain mudah dilakukan juga
mempunyai standar yang stabil dan hampir semua hemoglobin dapat terukur,
kecuali sulfhenoglobin. (Kusumawati, 2004).

4.1.8. Menghitung Jumlah Sel Darah Merah

Gambar 9. Menghitung Jumlah Sel Darah

Hasil dari pratikum menghitung jumlah sel darah yang diamati dengan
mikroskop pada sel darah putih dapat dilihat pada tabel brikut:
Tabel 7.Jumlah Sel Darah
NOMOR KELOMPOK JENIS JUMLAH JUMLAH
TERNAK LEUKOSIT ERITROSIT
1. 1 Sapi 7.900 6.300.000
2. 2 Ayam 26.400 9.600.000
3. 3 Kambing 3.648 15.100.000
4. 4 Sapi 7.100 5.100.000
5. 5 Sapi 9.800 12.630.000
6. 6 Kambing 4.260 -
7. 7 Ayam 2.700 3.720.000
8. 8 Sapi 8.600 12.510.000

38
Sel-sel darah merah berbentuk cakram dengan diameter 75 nm, ketebalan
di tepi 2 nm dan ketebalan di tengah 1 nm.Sel darah merah dibentuk di dalam
sumsum tulang.Sel-sel pembentuk sel darah merah ini disebut eritroblast, tetapi
pada embrio (bayi), sel-sel darah merah dibentuk di dalam hati dan
limpa (Guyton,Arthur, 2004).

Larutan yang digunakan dalam menghitung jumlah sel darah putih yaitu
larutan turk. Larutan turk adalah larutan pengencer yang berfungsi mengencerkan
sel darah putih sehingga mempermudah dalam perhitungannya, dimana larutan
turk ini terdiri dari glacial acetid acid 2 ml, gentian violet 1%, aquades 1 ml dan
aquadestilata 100 ml (Guyton dan hall, 2007).

Kemudian hal tersebut di pertegas dengan menyatakan bahwa Jumlah


total sel darah putih beserta masing-masing jenisnya banyak  dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Jumlah sel darah putih pada hewan mempunyaivariasi yang
berbeda dari pada manusia yaitu tergantung antara lain kepada jenis hewan
bangsa (breed), umur, jenis kelamin dan kondisi hewan tersebut (Isbister,S .P,
2003).

4.1.9. Diferensial Leukosit(Leukogram)

Tabel 8. Jumlah Total Leukosit


LEUKOSIT KELOMPOK 6
MYELO 13
EOSINOFIL 7
BASOFIL 11
STABILOCOCCUS 10
SEGMEN 8
LIMFOSIT 28
MONOSIT 13
JUVEN 10
TOTAL 100

39
Gambar 10.Diferensial Leukosit

Hitung jenis leukosit berbeda tergantung umur. Pada anak limfosit lebih
banyak dari netrofil segmen, sedang pada orang dewasa kebalikannya. Hitung
jenis leukosit juga bervariasi dari satu sediaan apus ke sediaan lain, dari satu
lapangan ke lapangan lain. Kesalahan karena distribusi ini dapat mencapai
15%.Granulosit muda mempunyai inti berbentuk seperti tapal kuda yang menjadi
multilobulus waktu sel tumbuh menjadi semakin tua. Sebagian besar granulosit
mengandung granula yang berwarna dengan zat warna asam (eosinofil) dan
sebagian mempunyai granula basofilik (basofil). Dua jenis sel lainnya yang
normal ditemukan dalam darah tepi adalah limfosit, yaitu sel dengan inti besar dan
bulat dan sedikit sitoplasma, dan monosit, yaitu sel dengan banyak sitoplasma
agranuler dan inti berbentuk ginjal (Nasir,N, 2006).

40
Darah mempunyai beberapa komposisi. Darah terdiri atas sel-sel dan
cairan yang mengisi sirkulasi tertutup yang mengalir dalam gerak teratur tanpa
arah, didorong terutama oleh kontraksi ritmis jantung. Darah terdiri dari plasma
dan  benda  korpuskula, benda  korpuskul tersebut adalah eritrosit, leukosit dan
trombosit. Volume darah mamalia, burung dan reptil berkisar antara 6 -10 % berat
tubuhnya (Paulsen, 2000).

Ada 2 macam tipe leukosit yaitu granular dan agranular. Granulosit adalah
leukosit sirkular dan memiliki granule pada sitoplasmanya. Sedangkan agranulosit
tidak memiliki granule pada sitoplasmanya. Granulosit terdiri atas 3 tipe yaitu sel
metrofil, dimana paling banyak dijumpai, mewarnai dirinya dengan pewarna
netral atau campuran pewarna asam basa dan tampak berwarna ungu; sel
eusinofil, dimana sel ini sedikit dijumpai, penyerap warna yang bersifat asam atau
eosin dan kelihatan merah; sel basofil yang menyerap pewarna basa dan menjadi
biru. Sedangkan agranulosit terdiri atas monosit, yang berfungsi untuk menutup
daerah luka, membungkus dan memfagosit setelah netrofil dan basofil (Pearce,
2002).

Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan


basal dan lain-lain . Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000—
30.000/μl.Jumlah leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000 —
38.000 /μl.Setelah itu jumlah leukosit turun secara bertahap dan pada umur 21
tahun jumlah leukosit berkisar antara 4500 — 11.000/μl.Pada keadaan basal
jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5000 — 10.0004/μ1.’Jumlah
leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang sedang, tetapi jarang
lebih dari 11.000/μl4. (Schmid.K.dkk,2003).

BAB V
PENUTUP

41
5.1. Kesimpulan

Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang mengalir ke


seluruh tubuh melalui vena dan arteri yang memasok oksigen, dan bahan makanan
ke seluruh jaringan tubuh serta mengambil karbondioksida dan sisa metabolisme
dari jaringan. Darah memiliki dua komponen penyusun yaitu plasma dan sel
darah. Plasma darah merupakan bagian dari komponen darah yang berwarna
kekuning-kuningan yang jumlahnya sekitar 60% dari volume darah, sedangkan sel
darah adalah komponen selluler dari darah termasuk sel darah merah (eritrosit),
sel darah putih (Leukosit) dan keping-keping darah (trombosit).

              Pada preparat natif darah pada darah sapi terdapat leukosit yang ditandai
dengan warna ungu, eritrosit dan trombosit yang ditandai dengan warna kebiru-
biruan dilihat dengan pembesaran mikroskopi 40x. Sel darah mamalia berbeda
dengan sel darah unggas.Sel darah merah mamalia mempunyai bentuk seperti
cakram, bikonkaf, sirkular dan tidak berinti.Sedangkan sel darah merah unggas
berbentuk lonjong (oval) dan berinti.

Dari praktikum waktu perdarahan dan waktu beku darah yang telah
dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa waktu perdarahan pada praktikan ada yang
normal dan ada yang tidak normal. Waktu perdarahan ini di pengaruhi oleh
kondisi kesehatan dari praktikan. Sedangkan pada waktu beku darah pada
praktikan tersebut tidak ada yang normal. Karena tidak terbentuk benang-benang
putih (fibrin) pada darah praktikan. Pada proses koagulasi darahtidak didapatkan
benang fibrin hingga darah hampir menggumpal. Proses koagulasi darah setiap
individu manusia berbeda-beda sesuai dengan golongan darah masing-masing
dikarenakan setiap golongan darah meniliki antibodi yang berbeda-beda.  

Dari praktikum laju endap darah dan hemolisis yang telah dilaksanakan
dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan darah setiap 30 menit yang
dipengaruhi oleh factor perubahan plasma darah (kekentalan/viskositas plasma),
jumlah sel darah merah dan tegangan permukaan. Pada praktikum hemolisis,
terjadi hemolisis pada campuran darah sapi dengan NaCL berkonsentrasi 0,25%
dan 0,45%. Sedangkan pada preparat natif darah pada darah sapi terdapat leukosit

42
yang ditandai dengan warna ungu, eritrosit dan trombosit yang ditandai dengan
warna kebiru-biruan dilihat dengan pembesaran mikroskopi 40x. Sel darah
mamalia berbeda dengan sel darah unggas. Sel darah merah mamalia mempunyai
bentuk seperti cakram, bikonkaf, sirkular dan tidak berinti. Sedangkan sel darah
merah unggas berbentuk lonjong (oval) dan berinti.

              Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin


bebas kedalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit
dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis
kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia
tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah
dan lain-lain. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena
penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan lrt. NaCl) akan
masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan
menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan
tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya
hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosi
berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke
medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput
ini dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam
medium luar eritrosit (plasma).

              Pada pemeriksaan hematokrit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara
manual dan cara automatik. Pada cara manual dilakukan dua pengukuran yaitu
secara mikro dan secara makro. Hemoglobin adalah molekul protein pada sel
darah merah yang terdiri dari protein kompleks terkonjugasi yang mengandung
besi dan berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh
jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru.
Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna
merah. Kadar hemoglobin dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain
metode Sahli, oksihemoglobin atau sianmethhemoglobin.

Praktikum hemoglobin dapat disimpulkan bahwa kadar hematokrit ternak


berbeda-beda. Metode yang digunakan yaitu metode sahli yang dengan prinsip

43
yaitu  Hb didalam darah diubah menjadi hematin asam yang berwarna coklat
dengan penambahan HCl encer (0,1N).

Dari praktikum menghitung jumlah sel darah dapat disimpulkan bahwa


jumlah sel darah pada tiap ternak berbeda. Hal ini dipengaruhi opleh factor
spesies, jenis kelamin, kesehatan, dan umur. Larutan pegencer yang digunakan
pada tiap ternak juga berbeda-beda, misalnya larutan hayem untuk eritrosit,
larutan turk untuk leukosit mamalia dan laritan BCB untuk leukosit unggas.

Dari praktikum diferensial leukosi (leukogram) dapat disimpulkan bahwa


bahwa bentuk sel leukosit dibagi menjadi 2, yaitu granulosit dan agranulosit.
Dimana pada bentuk sel granulosit terdiri dari neutrofil, eosinofil dan basofil,
sedangkan pada sel leukosit agranulosit terdiri dari limfosit kecil, limfosit besar
dan monosit. Dan pada praktikum yang praktikan lakukan, sel leukosit yang
dilihat pada mikroskop tidak begitu jelas yang dikarenakan terlalu tebal nya
lapisan darah yang di tetesi pada object glass, sehingga  bentuk-bentuk sel pada
sel leukosit tidak begitu jelas. Differensial Leukosit, penghitungan total leukosit
penting untuk diagnose klinik, tetapi akan lebih memberikan gambaran yang
lengkap dengan perhitungan differensial leukosit. Differensial leukosit merupakan
persentase setiap jumlah sel darah putih dari total leukosit. Setiap jenis sel darah
putih mempunyai fungsi yang berbeda dalam melawan infeksi dan setiap penyakit
menghasilkan perbedaan sel darah putih yang di dalam darah. Bentuk leukosit
dibagi menjadi dua, yaitu granulosit dan agranulosit. Granulosit dibagi lagi
menjadi tiga jenis yaitu Neutrofil, Eosinofil, dan Basofil. Sedangkan Agranulosit
dibagi lagi menjadi tiga yaitu Limfosit kecil, Limfosit Besar, dan Monosit.

5.2. Saran

Untuk praktikum berikutnya, sebaiknya segala sesuatu yang berhubungan


dengan yang akan dipraktikumkan dipersiapkan terlebih dahulu, penguasaan
materi sebelum praktikum juga harus diperhatikan, lebih serius dalam pelaksanaan
praktikum,lebih teliti dalam menghitung jumlah sel darah pada kamar
hitung,mendengarkan dengan baik ketika asdos menjelaskan,harus lebih disiplin
dan berhati-hati di dalam melakukan praktikum dan harus lebih disiplin, bagi
mahasiswa/mahasiswi yang mengikuti praktikum ini agar lebih tertib lagi supaya

44
praktikum dapat terlaksana dengan lancar, aman dan tertib, dan saya juga berharap
untuk praktikum kedepannya agar peralatannya lebih lengkap lagi sehingga tidak
ada kendala dalam setiap praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

45
Almond. 2000 .Penuntun Praktikum. Jakarta: Gramedia.
Al-Sadi dan Hussein. 2010. Histologi veterinner. UI Press : Jakarta.
Dsyoghi,2010.Waktu Koagulasi dan Waktu Pendarahan. Watson. 2007. Tinjauan
Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. EGC : Jakarta.
Evelyn. 2009. Hemolisis. Universitas Udayana. Bukit Jimbaran.
Frandson, 2002. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Universitas Gajah Mada Press.
Yogyakarta.
Ganong.2001. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Guyton dan Hall. 2000. Fisiologi Kedokteran. Penerbit EGC, Jakarta
Guyton, Arthur C. 2003. Fisiologi Manusia dan Mekanismenya terhadap
Penyakit. EGC Penerbit Buku kedokteran . Jakarta.
Hendrayani, 2007.  Modul Ajar Fisiologi Hewan. Program Studi Biologi FMIPA-
ITS, Surabaya
Kusumawati, Diah. 2004. Bersahabat Dengan Hewan. Gadjah Mada
Press.Yogyakarta
Nasir, N, 2006. Usulan Penelitian, Program Studi Analisis Kesehatan. Politeknik
Kesehatan Makassar.    
Paulsen. 2000 . Anatomi dan Fisiologi Ternak. Surabaya: Erlangga.
Pearce, Evelyn. 2000. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia, Jakarta
Pandu  .2011. Eritrosit dan Leukosit, http://chumbroo.blogspot.com/2011/04/v-
behaviorurldefaultvmlo.htmlDiakses tanggal 01 Oktober  2013.
Poedjiadi, Anna. 2001. Dasar dasar biokimia. Jakarta. Indonesia University Press.
Sarkar & Devi. 2006. Konsentrasi Sel Darah. EGC : Jakarta.
Schmid, K.dkk. 2003. Animal Physiology. Adaptation and Environment.
Sonjaya, H. 2010. Bahan Ajar Fisiologi Ternak Dasar.
Siregar. 2000. Anatomi Dan Fisiologi Ternak Pada Darah Sapi. Erlangga,
Surabaya
Syaifuddin. 2004. Anatomi Fisiologi. Buku Kedokteran EGC:Jakarta.
Tambayong, J., 2001. Anatomi dan Fisiologi untuk Keperwatan. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

46
Watson, R., 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Wibowo,Fredi.2009.Proses Penggumpalan Darah.

Wiseman, J.and W.J.A. Cole. 2000 . Feedstuff Evaluation. Butterworth. London.

Widodo, Herdiman. P, 2004 Bunga Rampai Penyakit Infeksi, FKUI Jakarta.

47
LAMPIRAN

Preparat Natif Darah

Eritrosit Mamalia Leukosit Mamalia

Eritrosit Unggas Leukosit Unggas

Waktu Beku Darah

Laju Endap Darah

48
Hemolisis

Hemoglobin

Menghitung Jumlah Sel Darah

49
Diferensial Leukosit

50

Anda mungkin juga menyukai