Anda di halaman 1dari 66

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


PADA Ny. K DENGAN MASALAH RHEUMATOID ARTHRITIS
DI DESA PELANGAN KABUPATEN MADIUN

DISUSUN OLEH :
ELA DWI P
202006019

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal studi kasus dengan masalah “Rheumatoid arthritis” pada keluarga Ny.K

di Desa Pelangan kec. Jiwan Kab. Madiun

Dengan ini membuat laporan praktik klinik Profesi Ners,

stase komunitas tahun 2020/2021,

sebagai syarat kelulusan.

Telah disetujui dan disahkan pada:

Hari :

Tanggal :

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(____________________________) (____________________________)

LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP KELUARGA
1.1 Konsep Keluarga
1.1.1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau

adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012).

Menurut Departemen Kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri

atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam

keadaan saling ketergantungan.

Menurut Sutanto (2012) yang dikutip dari Bailon dan Maglaya (1997) keluarga adalah kumpulan dua orang

atau lebih yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling

berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.

1.1.2 Struktur Keluarga

1.1.2.1 Struktur keluarga terdiri atas:

1. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi,

dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan ayah.

2. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi,

dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan ibu.

3. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah dari istri.

4. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah dari suami

5. Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak

saudara yang menjadi bagian dari keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.

1.1.2.2 Ciri – ciri struktur keluarga:

1. Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.

2. Ada keterbatasan, dimana setiap anggota keluarga memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai

keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugas masing-masing.


3. Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-

masing.

Friedman, Bowden, & Jones (2003) dalam Harmoko (2012) membagi struktur keluarga menjadi empat

elemen, yaitu :

1. Struktur komunikasi keluarga.

Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara emosional, komunikasi verbal dan non verbal,

komunikasi sirkular. Komunikasi emosional memungkinkan setiap individu dalam keluarga dapat

mengekspresikan perasaan seperti bahagia, sedih, atau marah diantara para anggota keluarga. Pada

komunikasi verbal anggota keluarga dapat mengungkapkan apa yang diinginkan melalui kata-kata yang

diikuti dengan bahasa non verbal seperti gerakan tubuh. Komunikasi sirkular mencakup sesuatu yang

melingkar dua arah dalam keluarga, misalnya pada saat istri marah pada suami, maka suami akan

mengklarifikasi kepada istri apa yang membuat istri marah.

2. Struktur peran keluarga.

Peran masing – masing anggaota keluarga baik secara formal maupun informal, model peran keluarga,

konflik dalam pengaturan keluarga.

3. Struktur nilai dan norma keluarga.

Nilai merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal apakah baik atau bermanfaat bagi dirinya. Norma

adalah peran-peran yang dilakukan manusia, berasal dari nilai budaya terkait. Norma mengarah kepada nilai

yang dianut masyarakat, dimana norma-norma dipelajari sejak kecil. Nilai merupakan prilaku motivasi

diekspresikan melalui perasaan, tindakan dan pengetahuan. Nilai memberikan makna kehidupan dan

meningkatkan harga diri (Susanto, 2012, dikutip dari Delaune, 2002). Nilai merupakan suatu sistem, sikap

dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai

keluarga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.

Norma adalah pola prilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.

4. Struktur kekuatan keluarga


Kekuatan keluarga merupakan kemampuan baik aktual maupun potensial dari individu untuk

mengendalikan atau mempengaruhi perilaku orang lain berubah kearah positif. Tipe struktur kekuatan

dalam keluarga antara lain: hak untuk mengontrol seperti orang tua terhadap anak (legitimate

power/outhority), seseorang yang ditiru (referent power), pendapat, ahli dan lain-lain (resource or expert

power), pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima (reward power), pengaruh yang

dipaksakan sesuai keinginannya (coercive power), pengaruh yang dilalui dengan persuasi (informational

power), pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan seksual

(affective power).

1.1.2.3 Lima Tugas Keluarga

Friedman (2002) membagi 5 peran kesehatan dalam keluarga yaitu:

1.   Mengenal gangguan perkembangan kesehatan tiap anggotanya

2.   Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

3.    Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak dapat membantu dirinya

sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.

4.    Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungjan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota

keluarga.

5. Mempertahankan hubungan kepribadian anggota keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan, yang

menunjukan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.

1.1.2.4 Tahap Perkembangan Keluarga

Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga yang meliputi

perubahan pola interaksi dan hubungan antara anggotanya disepanjang waktu. Tahap perkembangan tersebut

disertai dengan fungsi dan tugas perawat pada setiap tahapan perkembangan.

1. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (beginning family).

Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan perempuan (istri) membentuk

keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing. Meninggalkan keluarga
bisa berarti psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru yang masih tinggal dengan orang tuanya.

Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi. Masing-masing

belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya

makan,tidur,bangun pagi dan sebagainya.

Tugas perkembangan meliputi:

a) Membina hubungan intim dan memuaskan.

b) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.

c) Mendiskusikan rencana memiliki anak. Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ;

keluarga suami, keluarga istri dan keluarga sendiri.

2. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family).

Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak berumur 30 bulan atau

2,5tahun.

Tugas perkembangan keluarga yang penting pada tahap ini adalah:

a) Persiapanmenjadi orangtua

b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan kegiatan.

c) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

3. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool).

Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Tugas

perkembangan pada tahap ini adalah:

a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman.

b) Membantu anak untuk bersosialisasi

c) Beradaptasi dengan anak baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga harus terpenuhi.

d) Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun dengan masyarakat.

e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.

f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.


g) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.

4. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with children).

Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan berakhir pada saat anak berumur 12

tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga mencapai jumlah maksimal sehingga keluarga sangat sibuk. Selain

aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki minat sendiri. Dmikian pula orang tua mempunyai

aktivitas yang berbeda dengan anak.

Tugas perkembangan keluarga.

a) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.

b) Mempertahankan keintiman pasangan.

c) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk

meningkatkan kesehatan anggota keluarga.

Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi

dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah.

5. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers).

Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun kemudian. Tujuannya untuk

memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi orang

dewasa. Tugas perkembangan pada tahap ini meliputi:

a) Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab.

b) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.

c) Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua. Hindari perdebatan,kecurigaan

dan permusuhan.

d) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.

Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk

bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja.

6. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center family).
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan

rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga

dan tetap tinggal bersama orang tua.

Tugas perkembangan pada tahap ini meliputi:

a) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

b) Mempertahankan keintiman pasangan.

c) Membantu orang tua memasuki masa tua.

d) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.

e) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

7. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families).

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah

satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini dianggap sulit karena masa usia lanjut,

perpisahan dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang tua. Tugas perkembangan pada tahap ini

meliputi:

a) Mempertahankan kesehatan.

b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak- anak.

c) Meningkatkan keakraban pasangan.

Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup,

pekerjaan dan lain sebagainya.

8. Tahap VIII keluarga usia lanjut

Dimulai saat pensiun sampai dengan salah satu pasangan meninggal dan keduanya meninggal. Tugas

perkembangan pada tahap ini meliputi:

a) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.

b) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan.

c) Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.


d) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.

e) Melakukan life review.

f) Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini.

LAPORAN PENDAHULUAN

“RHEUMATOID ARHTRITIS”

I. Konsep Teori
A. PENGERTIAN
Rheumatoid arthritis merupakan penyebab paling sering dari penyakit radang sendi kronis yaitu
gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi serta adanya kelainan
inflamasi terutama mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan nyeri
persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas dan keletihan yang terjadi pada semua jenjang umur dari
kanak-kanak sampai lanjut usia. Namun risikoakan meningkat dengan meningkatnya umur.(Sya'diyah,
2018):36 dan (Asikin, 2013) : 36
B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini belum diketahui dengan jelas tapi dianggap kelainan autoimun memegang
peranan penting. Penyakit ini sering didapatkan pada usia 40-50 tahun tetapi dapat pula dijumpai pada
usia lain. Wanita 3x lebih sering disbanding pria. Penyakit ini akan menonaktifkan dan menimbulkan
rasa nyeri pada sendi saat terjadi mobilitas.

Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab arthritis rheumatoid,yaitu:


 Infeksi streptokokus hemolitikus dan strepcococus non hemolitikus.
 Endokrin
 Autoimun
 Metabolic
 Factor genetic serta pemicu lingkungan.

Pada saat ini arthritis rheumatoid diduga disebabkan oleh factor autoimun dan infeksi. Autoimun ini
bereaksi terhadap kolagen tipe II. Factor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan
organisme mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang
rawan sendi penderita.

C. PATOFISIOLOGI
Pemahaman mengenai anatomi normal dan fisiologi persendian diartrodial atau sivovyal merupakan
kunci untuk memahami patofisiologi penyakit reumatik fungsi persendian sinovial memiliki kisaran
gerak tertentu kendati masing-masing orang tidak mempunyai kisaran gerak yang sama pada sendi-sendi
yang dapat digerakkan pada sendi sinovial yang normal kartilago artikular membungkus ujung tulang
pada sendi dan menghasilkan perkumaan yang licin serta ulet untuk digerakkan. Membran sinovial
melapisi dinding dalam kapsula fibrosa dan mengsecresi cairan kedalam ruang antar tulang. Fungsi dari
cairan sinovial ini yaitu peredam kejut (syok absorber) dan pelumas yang memungkinkan sendi untuk
beregrak secara bebas dalam arah yang tepat sebaliknya, pada penyakit rematik degeneratif dapat terjadi
proses inflamasi yang sekunder sinovitis ini biasanya lebih ringan serta menggambarkan suatu prose
reaktif, dan lebih besar kemungkinannya untuk terlihat penyakit lanjut, pelepasan ptoteoglikan tulang
rawan yang bebas dari kartilago artikuler yang mengalami degenerasi dapat berhubungan dengan
sinovitis kendati faktor-faktor imunologi dapat pula terlibat (Smelzer dan Bare, 2002)
Patway Artritis Rheumatoid

Reaksi faktor R dengan antibody,


faktor metabolik, infeksi dengan Reaksi peradangan Nyeri
kecenderungan virus.

Kekakuan Sendi Synovial menebal


Kurangnya
Informasi

Hambatan Mobilitas Fisik Panus Defisiensi Pengetahuan


Ansietas
Nodul Infiltrasi dalam os.subcondria

Hambatan nutrisi pada


kartilago
Deformitas
artikularis
sendi

Gangguan Body Image

Kartilago Nekrosis Kerusakan kartilago dan


tulang
Adhesi pada permukaan sendi
Tendon dan ligament melemah

Hambatan mobilitas Fisik Ankilosis fibrosa

Mudah luksasi dan sublukasi Hilangnya Kekuatan

Resiko cedera
Kekuatan Sendi Ankilosis tulang

Keterbatasan gerakan sendi

Sumber : ( Nurarif dan Kusuma, 2013)


Defisit perawatan diri
D. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis RA dibagi menjadi 2 kategori yaitu manifestasi artikular dan

manifestasi ekstraartikular . Manifestasi artikular dibagi menjasi 2 kategori , yaitu gejala

inflamasi akibat aktivitas sinovitis yang bersifat reversibel dan gejala akibat kerusakan

struktur persendian yang bersifat ireversibel. Sinovitis merupakan kelainan yan umumnya

bersifat reversibel dan dapat diatasi dengan pengobatan medikamentosa atau pengobatan

non surgical lainnya (Shah and Clair, 2012).

Gejala klinis yang berhubungan dengan aktivitas sinovitis adalah kaku pagi hari . Beberapa

aspek lain yang berhubungan dengan sendi yaitu (Suarjana, 2009) :

Manifestasi ektraartikular pada RA meliputi (Shah AND Clair, 2012):

a. Vertebrata Servikalis , merupakan segmen yang sering terlibat pada RA. Proses

imflamasi ini melibatkan persendian diatrodial yang tidak tampak oleh pemeriksaan .

Gejala ini umunya bermanifestasi sebagai kekakuan pada selutuh segmen leher

disertai dengan berkurangnya lingkup gerak sendi secara menyeluruh .

b. Gelang bahu , pergelangan gelang bahu akan mengurangi lingkup gerak sendi

gelang bahu .
c. Kaki dan pergelangan kaki, keterlibatan persendian metatarsop halangeal (MTP) ,

telonavikularis dan pergelangan kaki merupakan gambaran yang khas pada RA .

d. Tangan keterlibat persendian pergelangan tangan metacarphop halangeal (MCP) ,

dan proximal inerphalangeal (PIP) hampir seluruh dijumpai pada RA .

Konstitusional , 100% terjadi pada pasien RA engan ditandai adanya penururnan

berat badan , demam >38,30C , kelelahan dan pada banyak kasus sering terjadi kaheksia

(malnutrisi) yang secara umum merefleksi derajat imflamasi dan biasanya mendahului

terjadinya gejala awal kerusakan sendi .

1) Nodul , merupakan level tertinggi pada penyakit ini dan terjadi 30-40% pada

penderita .

2) Sjogren’ssyndrome , terjadi hanya 10% pasien dengan ditandai dengan adanya

keratoconjutivitas sicca (dry eyes).

3) Vaskulitis , hanya terjadi <1% pada penderita dengan penyakit RA yang sudah

kronis .

4) Limfoma , resikonya pada pasien RA mencapai 2-4 kali lebih besar

dibandingkan populasi umum . Hal ini disebabkan penyebaran B-cell lymphoma

secara luas.
E. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan penjungan ini tidak banyak berperan dalam diagnosis artritis

rheumatoid , pemeriksaan laboratorium mungkin dapat sedikit membantu untuk melihat

prognosis pasien , seperti :

a. Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) akan meningkat.

b. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis

reumatoid terutama bila masih aktif . Sisanya dapat dijumpai pada pasien

lepra , TB paru , sirosis hepatis , penyakit kolagen dan sarkoidosis .

c. Leukosit normal atau meningkat sedikit

d. Trombosit meningat

e. Kadar albumin serum trurun dan globulin

f.Jumlah sel darah merah dsn komplremen C4 menurun

g. Protein C-reaktif dan antibodi antiukleus (ANA) biasanya positif

h. Laju sedimentasi eritrosit meningkat menunjukan inflamasi

i.Tes aglutinasi lateks menunjukan kadar igC atau igM (faktor mayor dari

rheumatoid ) tinggi . Makin tinggi iter , maka makin berat penyakitnya

j.Pemerikasaan sinar-X dilakukan untuk membantupenegakkan diganosa dan

memantau perjalanan penyakit. Foto rontgen men unjukan erosi tulang yang

khas terjadi kemudian dalam perjala nan penyakit tersebut (Rosyidi, 2013).
F. Penatalaksaan

Tujuan utama dari program penatalkasanaan adalah perawatan sebagai berikut :

1) Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan.

2) Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan

maksimal dari penderita.

3) Untuk mencegah dan atau memperbaiki defporitas yang terjadi pada sendi.

4) Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang lain.

a. Keperawatan

1) Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian, patofisiologi, (perjalanan

penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis) penyakit ini, semua

komponen program penatalkansanaan termasuk regimen obat yang kompleks,

sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini dan metode efektif tentang

penatalksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan ini harus

di lakukan secara terus-menerus.

2) Istirahat , Merupakan hal penting karena rematik biasanya disertai rasa lelah

yang hebat . Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari , tetapi

ada masa dimana penderita merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita harus
membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali waktu beraktivitas yang

diikuti oleh masa istirahat .

3) Latihan Fisik dan Fisioterapi, Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam

memperthankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif

pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua kali sehat. Obat untuk

menghilangkan nyeri diperlukan sebelum memulai latihan. Kompres panas

pada sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri. Latihan

yang berlebihan dapat merusak struktur penunjang sendi yang memang sudah

lemah oleh adanya penyakit.

b. Medis

1) Penggunaan OAINS

Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) umunya diberikan pada

penderita AR sejak dini penyakit yang dimaksudkan untuk mengatasi nyeri

sendi akibat inflamasi yang sering kali dijumpai, walaupun belum terjadi

proliferasi sinovial yang bermakna. Selain dapat mengatasi inflamasi, OAINS

juga memberikan efek analgetik yang sangat baik . OAINS terutama bekerja

menghambat enzim siklooxygenase sehingga menekan sintesi progtaglandin

masih belum jelas apakah hambatan enzim siklooxygenase juga berperan

dalam hal ini , akan tetapi jelas bahwa OAINS bekerja dengan cara :
(a). Memungkinkan stabilitas membran lisosomal.

(b). Menghambat pembesaran dan aktivitas mediator imflamasi (histamin, serotoin,

enzim lisosomal dan enzim lainnya).

(c). Menghambat migrasi sel ke tempat peradangan (d). Menghambat

proliferasi seluler

(e). Menetralisirkan radikal oksigen (f). Menekan rasa nyeri

2) Pengunaan DMARD

Terdapat dua cara pendekatan pemberian DMARD pada pengobatan

penderita AR. Cara pertama adalah pemberian DMARD tunggal yang dimulai

dari saat yang sangat dini, pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa

destruksi sendi pada AR terjadi pada masa dini penyakit. Cara pendekatan lain

adalah dengan menggunakan dua atau lebih DMARD secara stimultan atau

secara siklik seperti penggunaan obat-obatan imunosuprensif pada pengobatan

penyakit keganasan, digunakan untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari

proses estruksi akibat artiris rheumatoid. Beberapa jenis DMARD yang lazim

digunakan untuk pengobatan AR adalah :

(a) Klorokuin : Dosis anjurkan klorokuin fosfat 250mg/hari hidrosiklorokuin

400mg/hari. Efek samping bergantung pada dosis harian, berupa


penurunan ketajaman penglihatan, dermatitis, makulopapular, nausea, diare,

dan anemia hemolitik.

(b) Sulfazalazine : Untuk pengobatan AR sulfazalazine dalam bentuk euteric

coated tabelet digunakan mulai dari dosis 1x500 mg/hari, untuk kemudian

ditingkatkan 500mg setiap minggu sampai mencapai dosis 4x500mg. Setelah

remisi tercapai dengan dosis 2g/hari, dosis diturunkan kembali sehingga

mencapai 1g/hari untuk digunakan dalam jangka panjang sampai remisi

sempurna terjadi.

(c) Dpeicillamine : Dalam pengobatan AR. DP (Cuprimin 250mg Trolovol

300mg) digunakan dalam dosis 1x250mg sampai 300mg/hari kemudian dosis

ditingkatkan setiap dua sampai 4 minggu sebesar 250 sampai 300 mg/hari

untuk mencapai dosis total 4x250 sampai 300mg/hari.

3) Operasi

Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta

terdapat alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan pengobatan pembedahan.

Jenis pengobatan ini pada pasien AR umumnya bersifat ortopedik, misalnya

sinovektoni, artrodesis, total hip replacement, memperbaiki deviasi ulnar, dan

sebagainya.
G. Komplikasi

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus

peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti imflamasi non steroid

(OAINS) atau obat pengubah jalan penyakit DMARD (disease modifying

antirheumatoid drugs) yang menjadi faktor penyebab mortalitas utama pada artritis

rheumatoid. Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran yang jelas,

sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik. Umumnya

berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebrata servikal dan neuropati

siskemik vaskulitis (Mansjoer, 1999).


Asuhan Keperawatan Teoritis Pada Artritis Rheumatoid

1. Pengkajian Keluarga

a. Data Umum :

1. Komposisi keluarga

Komposisi keluarga berkenaan dengan siapa kelompok keluarga mengenai bagian

anggota keluarga dari anggota keluarga mereka. Identifikasi tidak hanya meliputi penghuni

rumah, tetapi keluarga besar lainnya atau anggota keluarga fiktif bagian “suatu

keluarga”, tetapi tidak hidup dalam satu rumah tangga. Dengan memperoleh data tentang

komposisi keluarga terhadap keluarga secara keseluruhan dari pada hanya memperoleh

data klien individu.


2. Genogram

Genogram keluarga adalah suatu diagram yang menggambarkan konstelasi atau

pohon keluarga. Genogram merupakan suatu alat pengkajian yang informatif digunakan

agar memahami keluarga dan riwayat keluarga serta sumbernya.

a. Tipe keluarga

Tipe keluarga berdasarkan kelompok keluarga yang berbeda- beda dalam

satu atap.Tipe keluarga dilihat dari komponen dan genogram dalam keluarga

b. Latar belakang budaya

Pengkajian kebudayaan klien (individu dan keluarga) merupakan hal

penting dari pengkajian dalam pemberian asuhan yang sesuai dengan kebudayaan.

Pengkajian kebudayaan memerlukan penerimaan terhadap realitas ganda, suatu

pemahaman tentang perbedaan dan keterbukaan, kepekaan, dan sikap ingin tahu.

Latar belakang budaya dikaitkan dengan anggota keluarga dengan reumatik

misalnya dengan pola makan.

c. Area pengkajian etnik dan agama

Bagi kebanyakan keluarga, pengkajian kebudayaan dan etnik secara

lengkap merupakan hal yang tidak mungkin dilakukan, namun pengkajian latar

belakang etnik keluarga dan tingkat yang mereka identifikasi dengan kebudayaan

lain atau kebudayaan tradisional mereka yang dominan, merupakan


informasi dasar yang diperlukan dalam tiap pengkajian keluarga. Masalah yang

komplek, perbedaan ednis atau pasangan dapat berbeda, dan jika berbeda maka

penting untuk mengkaji bagaimana perbedaan ini diatasi dan bagaimana perbedaan

tersebut mempengaruhi kehidupan keluarga. Informasi yang berkaitan dengan

keyakinan agama keluarga dan berhubungan erat dengan tenisitas sampai perlu pula

diterima sebagai dari pengkajian.Keyakinan beragama sering mempengaruhi

konsepsi keluarga tentang sehat-sakit dan bagaimana keluarga mampu merawat

anggota keluarga yang sakit.

d. Bahasa

Bahasa yang digunakan secara ekslusif atau sering dirumah, kemampuan

anggota keluarga berbahasa, dan bahasa apa yang digunakan di luar rumah.

e. Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi keluarga adalah suatu komponen kelas sosial yang

menunjukkan tingkat dan sumber penghasilan keluarga. Penghasilan keluarga yang

memadai untuk mencukupi keperluan keluarga secara umum diperoleh dari

anggota keluarga yang bekerja atau dari sumber penghasilan sendiri seperti uang

pensiun dan tunjangan, sebagian penghasilan lain yang diperoleh dari dinas sosial

atau asuransi bagi orang yang tidak bekerja umumnya kecil, tidak stabil atau

hampir tidak cukup.


f. Aktivitas rekreasi

Liburan keluarga tidak hanya keluarga pergi bersama-sama atau mengunjungi

suatu tempat rekreasi tetapi dengan berkumpul dirumah sembari menonton televisi dan

mendengarkan radio adalah sebagian dari aktivitas rekreasi.

3. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga.

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini :

Tahap perkembangan keluarga dilihat dari anak tertua dari keluarga ini.

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Mendeskripsikan

tentang tugas perkembangan yang belum tercapai dalam keluarga serta

penyebab mengapa anggota keluarga belum mampu dalam memeunuhi tugas

perkembangan tersebut.

c. Riwayat keluarga inti :

Riwayat keluarga inti di tahap ini perlu yang dikaji adalah kekerabatan

keluarga inti, dan apa saja latar belakang sebelum menjalani sebuah keluarga.

4. Data Lingkungan.

a. Karakteristik rumah :

Bagian ini berfokus pada karakteristik tertentu dari lingkungan rumah

keluarga, yang dapet mempengaruhi kesehatan keluarga. Bagian pertama

menggambarkan aspek perumahan keluarga dalam hal struktur, keamanan, dan

bahaya kesehatan lain.


Bagian kedua menjelaskan tentang sumber di rumah berkaitan erat dengan

kesehatan anggota keluara. Bagian ketiga lingkungan yang meningkatkan jumlah

keluarga dan faktor yang mempengaruhi anggota keluarga.Bagi keluarga yang

mengalami penyakit reumatik keamanan harus sangat diperhatikan seperti lantai

rumah tidak boleh licin, memakai sendal berbahan karet, perabotan rumah tangga

yang tidak membahayakan karena dapat menyebabkan resiko cedera.

b. Karakteristik tetangga dan komunitas :


Keluarga sehat adalah keluarga yang aktif dan mencari cara dengan inisiatif

sendiri untuk berhubungan dengan berbagai kelompok komunitas. Keluarga yang

berfungsi sebagai keluarga yang sehat mempersepsikan diri mereka sendiri sebagai

bagian dari komunitas yang lebih besar. Bagian dari koping yang berhasil adalah

kemampuan mereka untuk memastikan kepatuhan dari lingkungan atau

mempertahankan keluarga yang ramah lingkungan, berarti bahwa di dalam

komunitas keluarga mampu mencari, menerima dan atau menerima sumber yang

sesuai untuk memenuhi kebutuhan makanan, pelayanan, dan informasi.

c. Mobilitas geografis keluarga :

Lingkungan dan komunitas yang lebih luas yang ditempati keluarga,

memiliki pengaruh nyata terhadap kesehatan keluarga.


d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat : Menjelaskan

mengenai keluarga mampu memanfaatkan waktu untuk bersama-sama

serta kegiatan kumpul keluarga sejauh mana interaksi dengan

masyarakat.Pada keluarga yang megalami penyakit reumatik jarang mengikuti

aktivitas maupun kegiatan diluar rumah dikarenakan aktivitas terhambat.

e. Sistem pendukung keluarga :

Yang termuat dalam komposisi penunjang keluarga yaitu beberapa

kelompok keluarga sehat, keluarga memunyai sarana demi menunjang

kesehatan. Fasilitas yang meliputi sarana fisik, sarana psikologi maupun

bantuan mulai dari kelompook keluarga dan sara sosial maupun bantuan dari

pihak masyarakat setempat.Dengan kelompok keluarga yang mengalami

penyakit reumatik perlu adanya bantuan anggota keluarga karena penyakit

reumatik merupakan penyakit yang mehanun.

5. Struktur keluarga

a. Pola komunikasi keluarga :

Pola komunikasi keluarga merupakan karakteristik, interaksi sirkular

yang bersinambungan yang menghasilkan arti transaksi antara anggota keluarga.

Pola komunikasi melalui interaksi dan mampu mencukupi keperluan afektif

keluarga. Keahlian kelompok keluarga guna mengetahui serta merespon pesan


nonverbal merupakan aspek penting pada keluarga yang sehat. Pola komunikasi

yang tidak sehat dapat memicu terjadinya kesalahpahaman terhadap kelompok

keluarga yang bisa beresiko terhadap rematik terutama pada anggota yang

berusia dewasa sampai lanjut usia.

b. Struktur Peran Keluarga :

Sebuah peran diartikan menjadi gabungan melalui sikap yang secara

relatif homogen dibatasi secara normatif dan diharapkan dari seorang yang

menepati posisi sosial yang diberikan. Peran berdasarkan pada penghargaan atau

penetepan karakter yang memisahkan hal apa saja yang perlu dijalankan bagi

individu disaat keadaan spesifik supaya menyempurnakan pengharapan diri

aatupun orang lain tentang mereka.

Adanya anggota keluarga yang rematik memerlukan peran informal

keluarga selama mengurus anggota keluarga sekaligus sebagai sistem dukungan

bagi anggota keluarga.

c. Nilai dan Norma Keluarga :

Nilai keluarga didefenisikan sebagai suatu sistem ide, perilaku, dan keyakinan

tentang nilai suatu hal atau konsep yang secara sadar maupun tidak sadar mengikat

anggota keluarga dalam kebudayaan sehari-hari atau kebudayaan umum.Norma

keluarga adalah pola perilaku yang dianggap benar oleh masyarakat, sebagai sesuatu

yang berdasarkan pada sistem nilai keluarga. Norma menentukan perilaku peran bagi

setiap posisi
di dalam keluarga dan masyarakat serta menetapkan bagaimana mempertahankan atau

menjaga hubungan timba balik, dan bagaimana perilaku peran dapat berubah dengan

perubahan usia.

d. Struktur kekuatan keluarga :

Dukungan pada anggota keluarga reumatik diperlukan bagi anggota keluarga seperti

mengingatkan atau menghindari faktor resiko, dan mengingatkan untuk melakukan kontrol.

6. Fungsi Keluarga

a. Fungsi Afektif :

Fungsi afektif adalah dasar yang paling utama dalam pembentukan maupun

keberlangsungan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan salah

satu fungsi keluarga yang sangat berguna.Memelihara saling asuh antara suami dan

istri, perkembangan hubungan yang akrab, keseimbangan saling menghormati,

pertalian dan identifikasi, perhatian/dukungan sumai dan keluarga terdekat.

b. Fungsi Sosialisasi :

Fungsi Sosialisasi adalah fungsi yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup

masyarakat. Fungsi sosialisasi untuk


melihat banyaknya pebelajaran keluarga ajarkan dalam keluarga yang ditunjukan

untuk medidik anak-anak tentang cara menjalankan fungsi dan memikul peran

orang dewasa.

c. Fungsi Perawatan Keluarga :

Fungsi fisik keluarga tercukupi jika dua orang tua mampu memberikan

pangan, sandang, papan, perawatan kesehatan, serta keamanan akan ancaman.

Bantuan serta pelaksanaan praktik kesehatan merupakan fungsi keluarga yang

sangat penting bagi keluarga.Pada anggota keluarga dengan reumatik dapat

ditemukan pola makan yang tidak sehat seperti makan jeroan, santan dan makanan

siap saji.

Lima tugas kesehatan keluarga :

1. Mengenal masalah kesehatan

Bagian dari kebutuhan yang tidak boleh dianggap sepele

oleh keluarga adalah kesehatan. Karena kesehatan berpengaruh

penting pada keluarga.

2. Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga

Upaya keluarga untuk mencari pertolongan yang tepat

dengan keadaan keluarga.

Adapun klarifikasinya adalah :

1. Apakah masalah dialami oleh keluarga.


2. Apakah kepala keluarga merasa tidak sanggup mengalah

tentang kesulitan yang sedang dihadapi oleh salah satu

anggota keluarga.

3. Apakah kepala keluarga takut akibat dari terapi yang

dilakukan terhadap salah stau anggota keluarganya.

4. Apakah kepala keluarga percaya pada petugas kesehatan.

5. Apakah keluarga mampu untuk menjangkau fasilitas

kesehatan.

3. Memberikan perawatan pada keluarga yang sakit

Bantuan secara fisik adalah penderitaan yang sangat berat

yang keluarga rasakan, keluarga mempunyai keterbatasan dalam

mmemecahkan problem keperawatan keluarga.Untuk mengetahui

yang dapat di kaji yaitu :

1. Apakah keluarga selalu ikut serta dalam merawat pasien.

2. Bagaimana keluarga mencari pertolongan dan memahami akan

perawatan yang dibuthkan pasien.

3. Bagaimana sikap keluarga terhadap pasien.

4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan

keluarga

 Pengetahuan keluarga mengenai sumber yang

keluarga miliki diarea lingkungan rumah.


 Pengetahuan penting mengenai sanitasi lingkungan

dan manfaatnya.

 Meningkatkan dan merawat area lingkungan

rumah yang menunjang dengan kerja sama anggota

keluarga.

5. Menggunakan pelayanan kesehatanUntuk melihat potensi keluarga dalam menggunakan


kesehatan yang harus di kaji adalah :

1. Keluarga mengetahui tentang sarana kesehatan yang bisa dijangkau keluarga.


2. Fasilitas kesehatan memiliki keuntungan.
3. Keluarga percaya pada bantuan kesehatan yang ada.
4. Apakah keluarga bisa mencapai sarana kesehatan yang ada.

6. Fungsi Reproduksi :

Fungsi dasar keluarga adalah fungsi reproduksi agar mampu

melindungi kontinuitas antar generasi keluarga maupun masyarakat yaitu

dengan menyediakan anggota baru bagi masyarakat.

7. Fungsi Ekonomi :

Melibatkan penyediaan akan sumber daya yang cukup finansial,

ruang, dan materi serta alokasi yang sesuai melalui proses pengambilan

keputusan. Suatu pengkajian sumber ekonomi untuk mengalokasiskan

sumber yang sesuai demi mencukupi


keperluan keluarga seperti sandang, papan, pangan, dan perawatan kesehatan yang

adekuat.

7. Stress dan koping keluarga

a. Stressor jangka pendek dan jangka panjang

1) Jangka pendek (<6 bulan).

Stressor jangka pendek yaitu stresor yang dirasakan keluarga yang

membutuhkan penanganan dalam waktu kurang lebih 6 bulan.

2) Jangka panjang (> 6 bulan).

Stresor jangka panjang yaitu stresor yang dirasakan oleh keluarga yang

membutuhkan penanganan dalam waktu lebih dari 6 bulan.Pada anggota

keluarga dengan reumatik dapat ditemui adanyan stress dan juga penyakit ini

sendiri dapat menimbulkan stress ada anggota keluarga. Karena penyakit ini

adalah penyakit kronik.

b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi dan stessor Sejauh mana

keluarga bertindak akan situasi/stressor.

c. Strategi koping yang digunakan

Strategi koping yang seperti apa dipakai keluarga jika mengalami permasalah.

d. Strategi adaptasi disfungsional

Mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan bila mengadapi

permasalahan.
8. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada seluruh anggota keluarga. Metode

yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik

klinik.Pada anggota keluarga dengan rematik dapat ditemui nyeri sendi, kekakuan

sendi, kemerahan pada sendi, bengkak pada sendi.

9. Harapan keluarga terhadap perawat

Diakhir pengkajian, perawat perlu menanyakan apa harapan keluarga terhadap

petugas kesehatan.

Diagnosa Keperawatan
Contoh diagnosa yang sering muncul pada penyakit rematik :

1. Nyeri Akut

2. Ansietas

3. Hambatan mobilitas fisik


4. Resiko cedera

Diagnosa keperawatan keluarga

1. Ketidakefektifan keluarga

2. Ketegangan peran

3. Gangguan proses keluarga

PRIORITAS MASALAH

KRITERIA BOBOT

1. Sifat masalah 1

Potensial = 1

Risiko = 2

Aktual = 3

2. Kemungkinan untuk diubah 2

Mudah = 2

Sebagian = 1

Tidak dapat = 0

3. Potensial dicegah 1

Tinggi = 3

Cukup = 2

Rendah = 1

4. Menonjolnya masalah 1

Segera ditangani = 2

Ada masalah tetapi tidak perlu segera ditangani =


1
Tidak dirasakannya masalah = 0
Rencana Keperawatan
Salah satu tujuan keperawatan keluarga adalah membantu keluarga dan anggota keluarga

untuk memenuhi tugas perkembangan keluarga dan individu.Menguasai suatu tugas

perkembangan keluarga memungkinkan keluarga untuk meningkatkan satu tugas perkembangan

keluarga ke tugas perkembangan keluarga berikutnya.

NO DIGNOSA INTERVENSI

KEPERAWATAN

(TUJUAN DAN

KRITERIA

HASIL)
1. Nyeri akut kronis Manajemen nyeri

berhubungan
Observasi
dengan kondisi
 Indentifikasi lokasi
kronis ( rheumatoid
karakteristik,durasi
arthritis )
frekuensi kualitas

intensitas nyeri

 Identifikasi skala

nyeri

 Identifikasi respon

nyeri non verbal

 Monitor keberhasilan

terapi komplementer

yang sudah diberikan


 Monitor efek

samping penggunaan

analgesic

Terapeutik

 Berikan teknik non

farmakologis untuk

mengurangi rasa

nyeri

 Control lingkungan

yang memperberat

rasa nyeri

 Fasilitasi istirahat

dan tidur

 Pertimbangkan jenis

dan sumber nyeri

dalam pemilihan

strategi meredakan

nyeri

Edukasi

 Jelaskan penyebab

periode dan pemicu

nyeri

 Jelaskan strategi
meredakan nyeri

 Anjurkan memonitor

nyeri secara mandiri

 Anjurkan

menggunakan

analgesic secara tepat

 Ajarkan teknik non

farmakologis untuk

mengurangi rasa

nyeri

 Kolaborasi

pemberian

analgesic,jika perlu

2. Ansietas Reduksi ansietas

berhubungan
Observasi
dengan kurang
 Identifikasi saat
terpapar informasi
tingkat ansietas

berubah

 Identifikasi

kemampuan

mengambil

keputusan
 Monitor tanda tanda

ansietas

Terapeutik

 Ciptakan suasana

terapeutik untuk

menumbuhkan

kepercayaan

 Temani pasien untuk

mengurangi

kecemasan,jika

memungkinkan

 Pahami situasi yang

membuat ansietas

 Gunakan pendekatan

yang tenang dan

meyakinkan

 Motivasi

mengidentifikasi

situasi yang memicu

kecemasan

 Diskusikan

perencanaan realistis

tentang peristiwa
yang akan dating

Edukasi

 Jelaskan prosedur

termasuk sensasi

yang mungkin

dialami

 Anjurkan keluarga

untuk tetap bersama

pasien jika perlu

 Anjurkan melakukan

kegiatan yang tidak

kompetitif sesuai

kebutuhan

 Anjurkan

mengungkapkan

perasaan dan persepsi

 Latih teknik relaksasi

 Kolaborasi

pemberian obat anti

ansietas,jika perlu.
Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah kegiatan yang dilakukan

pyang dialami ke status yang lebih baik dengan hasil yang

diharapkan.Anggota keluarga yang mengalami penyakit rematik

dapat dilakukan penyuluhan agar keluarga memahami tentang

perawatan kesehatan untuk klien dan untuk menginformasikan klien

tentang status kesehatan.

Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan seberapa efektif intervensi yang

dilakukan keluarga, perawat, dan lainnya. Keberhasilan lebih

ditentukan oleh hasil pada sistem keluarga dan anggota keluarga dari

intervensi yang diimplementasikan.Keluarga dengan rematik sudah

paham apa itu rematik, faktor timbulnya rematik, tanda dan gejala,

akibat lanjut, cara pengangganan, yang tidak boleh dilakukan, cara

mengatur lingkungan.
BAB III

TINJAUAN KASUS

TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN (STIKES)
BHAKTI HUSADA MULIA
MADIUN

PENGKAJIAN KELUARGA

A. IDENTITAS
Kepala Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Tn.S

Usia : 55 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Ds.Pelangan kec.Jiwan, Kab. Madiun

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Kuli pabrik

Agama : Islam

Daftar Anggota Keluarga


Hub. Status
No Inisial Umur L/P Pendidikan Pekerjaan
dgn KK Kes

1. Ny. K 50 P Istri SD IRT Sakit

2. Nn. J 17 P Anak SMA Pelajar Sehat


GENOGRAM
Bapak.s
Ibu .K

Ank.
D

KET :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien/pasien

: Tinggal Serumah

: Meninggal
B. TIPE KELUARGA
1. Tipe keluarga
a. Jenis tipe keluarga :

Tipe keluarga Ny.K termasuk Nuclear Family (keluarga inti) yang terdiri dari ayah,
ibu, dan anak.

b. Masalah yang terjadi :

Ny. K sakit Rematik sejak 2th yang lalu

2. Suku dan bangsa


a. Asal suku bangsa :

Keluarga Ny.K. berasal dari suku Jawa dan tinggal dilingkungan orang-orang
bersuku jawa. Ny.K berkomunikasi dengan bahasa jawa baik antara anggota
keluarga maupun lingkungan sekitar.

b. Budaya Yang berhubungan dengan Kesehatan :

Jika ada anggota keluarga yang sakit akan dibawa berobat ke puskesmas pembantu
atau puskesmas induk.

3. Agama Dan Kepercayaan Yang Memepengaruhi Kesehatan :

Keluarga Tn.S beragama Islam dan menjalankan ibadah sesuai keyakinan di rumah
maupun di mesjid. Dalam menjalankan perintah agama keluarga cukup taat dan rajin
mengikuti kegiatan keagamaan seperti shalat berjamaah di mesjid, sholat Jumat di
Mesjid, acara tahlilan/yasiinan (bapak-bapak dan ibu-ibu), pengajian dan kegiatan
keagamaan lainnya.

4. Status social ekonomi keluarga


a. Anggota yang keluarga yang mencari nafkah

 Penghasilan : per bulan mendapatkan uang Rp. 2.000.000

b. Upaya lain : Bercocok tanam

c. Harta benda yang dimiliki ( perabotan transportasi, dll ) :

Kendaraan bermotor, Rumah, kendaraan roda 4 (mobil)

d. Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan :


± 1.500.000.

C. RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Keluarga Ny.K saat ini berada pada tahap perkembangan dengan anak dewasa muda ,
Ny.K mempunyai 2 orang anak. Anak pertama beusia 28 tahun sudah menikah,
hidup mandiri, tinggal terpisah dari Ny.K. Anak kedua berusia 17 tahun tinggal
bersama Ny. K dan masih sekolah

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya :


Anak kedua Ny.K masih bersekolah.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga :


a. Riwayat kesehatan keluarga saat ini :

Ny.K mengatakan telah memiliki penyakit rematik 2th yang lalu dan sudah
pernah rawat inap di RS sebanyak 1 kali pada tahun lalu. Ny.K mengatakan rutin
berobat ke puskesmas pembantu pada setiap bulannya atau jika obat yang
diberikan telah habis.

Tn.S tidak memiliki masalah kesehatan.

Anak Tn. S(Nn. J) tidak memiliki masalah kesehatan.

b. Riwayat penyakit keturunan :

Ny.K mengatakan memiliki penyakit keturunan yaitu Rematik, semua saudaranya


juga mmeiliki penyakit yang sama

Tn.S mengatakan dalam keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit keturunan


atau penyakit kronis.

c. Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan :

Klinik / Puskesmas

d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya :

Ny.K adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara. Ny.K mengatakan dalam keluarganya


tidak mempunyai riwayat penyakit menular namun memiliki riwayat penyakit
keturunan yaitu Rematik. Sedangkan Tn.S mengatakan dalam keluarganya tidak
mempunyai riwayat penyakit menular maupun penyakit keturunan.
D. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
a. Luas rumah : ukuran 12 x 8 m2

b. Tipe rumah : Permanen

c. Kepemilikan : Milik sendiri

d. Jumlah ruang : 7 ruangan

e. Ventilasi jendela : Ada jendela di masing-masing ruangan

f. Pemanfaatan ruangan : Baik

g. Septic tank : Jarak septictank dengan sumur kira-kira ± 10 m.

h. Sumber air minum : sumber air yang digunakan berasal dari sumur kualitas
air tidak berwarna, tidak bebrabu dan tidak berasa.

i. Kamar Mandi/ WC : : 1

j. Sampah limbah RT : Pembuangan sampah dilakukan dengan cara


menampung dulu di tong sampah kemudian
dipindahkan dan dibakar didalam lubang
penampungan sampah dikebun belakang rumah,
sedangkan pembuangan limbah seperti air bekas
cucian dsb dialirkan ke selokan disamping rumah

k. Kebersihan lingkungan: Bersih

l. Keadaan didalam rumah :

Rumah Tn.S merupakan rumah milik sendiri dengan ukuran 12x8 m 2, jenis rumah
permanen, lantai rumah tanah, atap rumah menggunakan genteng. Rumah cukup
bersih. Ny.K dan Nn. J biasa membersihkan rumah setiap hari

m. Keadaan diluar rumah :

Terdapat tumbuhan pohon mangga di pekarangan rumah Tn.S.

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


a. Kebiasaan : Selalu di adakan kerja bakti tiap 1 bulan sekali di
lingkungan rumah Ny.K

Bila ada masalah antara warga diselesaikan dengan


cara musyawarah

b. Aturan/kesepakatan : Jika tidak ada yang bisa mengikuti kerja bakti, sesuai
kesepatakan memberikan makanan/minuman untuk
yang sedang kerja bakti.

c. Budaya : Keluarga Ny.K dan warga sekitar menganut


kebudayaan jawa. Keluarga Ny.K berusaha untuk
tetap memenuhi aturan yang ada di lingkungan
masyarakat.

3. Mobilitas geografis keluarga :

Keluarga Tn.S mengatakan sudah lama tinggal di Ds.Pelangan rt.15/rw.07 Tn. S


tinggal di desa itu sejak kecil tidak pernah berpindah rumah.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :

Ny.K mengatakan biasa berkumpul dengan keluarga serumahnya sahabis shalat


magrib sambil menonton TV. Sedangkan waktu berkumpul bersama semua anggota
keluarga biasanya dilakukan pada hari raya idhul fitri dan idhul adha. Saudara-saudara
Ny.K yang berada di sekitar rumah sering datang berkunjung kerumah ketika
mempunyai waktu luang. Ny.K dan keluarganya rutin mengikuti kegiatan keagamaan
yang ada dimasyarakat, seperti pengajian.

5. Sistem pendukung keluarga :

Ny.K memiliki keluarga yang berada di sekitar rumahnya sehingga apabila ada
keluarga yang sakit dapat dimintai bantuannya. Jika ada yang sakit biasanya akan di
bawa ke klinik atau puskesmas yang jaraknya ±100 m dari rumah.

E. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola Komunikasi Keluarga :
Keluarga Ny,K berkomunikasi menggunakan bahasa jawa. Komunikasi yang terjalin
lancar dan terbuka sehingga tidak ada konflik dalam keluarga. Dalam keluarga
mempunyai kebiasaan berkomunikasi setiap malam ketika menonton TV ataupun
ketika ada waktu luang, keluarga biasanya bertukar pendapat dan menceritakan hal-hal
yang terjadi.

2. Struktur kekuatan keluarga :


Dalam keluarga, Tn.S adalah penentu keputusan terhadap suatu masalah karena Tn. S
dianggap sebagai orang yang paling tua dan sebagai kepala keluarga. Untuk anak yang
telah berkeluarga keputusan diserahkan kepada keluarga masing-masing, tetapi anak-
anaknya juga sering meminta pendapat Tn. S. Dalam keluarga kebersamaan sangat
penting dan apabila ada masalah biasanya akan dimusyawarahkan dan kadang langsung
diambil keputusan oleh kepala keluarga.

3. Struktur peran ( peran masing – masing anggota keluarga) :


Dalam keluarga, Tn. S berperan sebagai kepala keluarga, sebagai suami dan ayah,
penentu keputusan, dan sebagai pencari nafkah utama. Ny.K berperan sebagai istri, ibu
rumah tangga, dan pencari nafkah tambahan. Nn.J berperan sebagai anak yang harus
menghormati dan menyayangi orang tuanya serta bersekolah.

4. Nilai Dan Norma Keluarga


Nilai dan norma yang dianut dan berlaku di keluarga Tn. S menyesuaikan dengan nilai
dan norma agama islam serta nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Tn. S selalu
mengingatkan semua anggota keluarganya untuk selalu saling menyayangi,
menghormati, menghargai dan memperhatikan sesama anggota keluarga

F. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi efektif

Keluarga Tn. S mengatakan berusaha memelihara keharmonisan antar anggota


keluarga, saling menyayangi, menghormati, menghargai dan memperhatikan sesama
anggota keluarga. Keluarga Tn. S cukup harmonis dan rukun. Apabila ada anggota
keluarga yang membutuhkan pertolongan atau sakit maka keluarga yang lain akan
berusaha membantu.

Tn.S dan anaknya telah mengetahui keadaan penyakit Ny.K sehingga keluarga
selalu mendukung dan memberikan semangat untuk tetap kuat dan sabar dalam
menghadapi penyakitnya serta selalu mengingatkan agar rutin berobat dan menghindari
aktivitas yang berlebih.

2. Fungsi sosialisasi
Ny.K mengatakan interaksi antar anggota keluarga dapat berjalan dengan baik.
Keluarga Ny.K menganut kebudayaan jawa. Keluarga Ny,K berusaha untuk tetap
memenuhi aturan yang ada pada keluarga, misalnya saling menghormati dan
menghargai. Keluarga juga mengatakan mengikuti norma yang ada di masyarakat
sekitar, sehingga dapat menyesuiakan dan berhubungan baik dengan para tetangga atau
masyarakat sekitar.

3. Fungsi perawatan keluarga


a. Menurut keluarga, masalah kesehatan apa yang sedang dihadapi keluarga
(pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab, persepsi keluarga terhadap
masalah) :
Ny,K mengatakan sakit yang dialaminya merupakan penyakit keturunan karena
semua saudaranya juga memiliki penyakit yang sama, menurut Ny,K sakitnya ini
dikarenakan sering mlakukan aktivitas berlebihan dan saat berdiri terlalu lama
mengalami kekakuan sendi. Keluarga Tn. S mengatakan sudah mengetahui cara
merawat Ny.K namun terkadang Ny,K tidak menghiraukan apa yang dikatakan
keluarganya.

b. Apa yang dilakukan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan yang sedang
dialami :
Jika ada keluarga yang sakit, hal pertama yang dilakukan adalah membeli obat
ke warung, dipijat, dan disarankan bersistirahat. Namun, jika sakitnya tidak
kunjung sembuh akan segera dibawa ke klinik atau ke Puskesmas terdekat.

c. Kemana keluarga meminta pertolongan apabila ada anggota keluarga yang


mengalami masalah kesehatan :
Ke puskesmas pembantu atau puskesmas induk

d. Tindakan apa yang dilakukan keluarga untuk mencegah timbulnya masalah


kesehatan :
Mengurangi aktivitas yang berlebihan dan selalu minum air putih yang
banyak,minum obat yang teratur,jaga pola makan.

4. Fungsi reproduksi
a. Perencanaan jumlah anak : Mereka mempunyai 2 orang anak
b. Akseptor : Tidak menggunakan alat kontrasepsi

c. Keterangan : Menopouse

5. Fungsi Ekonomi
Tn. S bekerja sebagai kuli, penghasilan per 1 bulan ± Rp.2.000.000. Penghasilan
tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sisanya ditabung.

G. STRESS DAN POLA KOPING KELUARGA


1. Stressor jangka pendek :
Keluarga Ny.K saat ini mengatakan memikirkan masalah penyakit yang diderita oleh
Ny.K

2. Sressor jangka panjang :


Keluarga Tn.S mengatakan selain masalah kesehatan, yang menjadi pikiran, adalah
kebutuhan sehari-hari dan Ny.K cepat sembuhn walaupun Ny,K sering merasakan
nyeri pada kaki sebelah kiri pada bagian lutut.

3. Respons keluarga terhadap stressor :


Ny.K mengatakan apabila ada masalah dalam keluarga biasanya akan diselesaikan
dengan cara musyawarah antar anggota keluarga sehingga tidak menjadi beban pikiran
dan konflik. Dalam menentukan pengobatan yang harus dijalani salah satu anggota
keluarga, Tn.S pengambil keputusan karena Tn. S dianggap mampu dan memiliki fisik
yang kuat. Namun terkadang Ny.K juga akan mengambil keputusan. Keluarga Tn. S
selalu berpikir positif terhadap segala permasalahan yang ada

4. Strategi koping :
Bila ada permasalahan dalam keluarga biasanya akan dibicarakan dan diselesaikan
secara musyawarah.

5. Strategi adaptasi disfungsional :

Dalam menghadapi suatu permasalahan dalam keluarga biasanya akan diselesaikan


dengan cara musyawarah antara anggota keluarga sehingga tidak menjadi beban
pikiran dan konflik. Dalam mengatasi masalah penyakitnya, Ny.K rutin minum obat
dan berobat ke puskesmas pembantu namun terkadang Ny.K malas untuk dating ke
puskesmas karena harus minum obat terus.

H. KEADAAN GIZI KELUARGA


1. Pemenuhan gizi :
Sehari-hari keluarga Ny.K mengkonsumsi sayuran, protein dalam bentuk tahu, tempe
dan telur

2. Upaya lain :
Selain itu, keluarga Ny.K juga mengkonsumsi susu jika ingin minum susu.

I. HARAPAN KELUARGA
1. Terhadap masalah kesehatan :
Keluarga berharap agar masalah kesehatan yang terjadi di dalam keluarga dapat teratasi
atas bantuan dari petugas kesehatan serta keluarga bisa mendapatkan informasi
kesehatan mengenai penyakit yang diderita oleh Ny.K

2. Terhadap petugas kesehatan yang ada :


Keluarga berharap agar petugas kesehatan lebih perhatian dan perduli terhadap warga
yang sakit.

J. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI


Aktivitas Tn. S Ny. K Nn. J

Pola makan 3x/hari 3x/hari 3x/hari

Pola minum ± 1500 L ± 1500 L ± 1500 L


Istirahat 6 - 8 jam 6 - 8 jam 6 - 8 jam

Pola BAK ± 4-5 x/hari ± 4-5 x/hari ± 4-5 x/hari


Pola BAB 1x/hari 1x/hari 1x/hari

Kebiasaan diri Mandi 2x/h Mandi 2x/h Mandi 2x/h

Olahraga Tidak Tidak Tidak Olahraga


Olahraga Olahraga

K. PERILAKU TIDAK SEHAT


Perilaku Tn. S Ny. K Nn. J

Merokok Merokok (2 Tidak Tidak


batang
perhari)

Minum kopi Ya Ya Tidak


Makan/minum garam berlebih Ya Ya Tidak

Makanan/minum gula berlebih Ya Ya Ya

L. SPIRITUAL
1. Menjalankan ibadah :
Keluarga Tn. S menjalankan ibadah sholat 5 waktu di masjid dan dirumah dan rutin
mengikuti kegiatan keagamaan yang ada dimasyarakat, seperti pengajian.

2. Kepercayaan yang berlawanan : Tidak ada

3. Distress spiritual : Tidak Ada

M. PSIKOSOSIAL
Kondisi Tn. S Ny. K Nn. J

Emosi saat ini

Marah Tidak - -

Sedih Tidak Ya -

Ketakutan Tidak Ya -

Putus asa Tidak - -

Stress Tidak - -

Isolasi social Tidak - -

Konflik dengan keluarga Tidak - -

Penurunan harga diri Tidak - -

N. PEMERIKSAAN FISIK
Nama Anggota Keluarga
No Pemeriksaan Fisik
Ny.K Tn.S Nn. J

Baik, kesadaran
1. Keadaan Umum - -
composmetis

TD 120/90 mmHg - -

Nadi 80x/menit - -

RR 20x/menit - -
BB/TB 50 kg /158 cm - -

Suhu 360C - -

2. System pernafasan Irama Reguler - -

Stridor Tidak ada - -

Wheezing Tidak ada - -

Ronchi Tidak ada - -

Sesak Tidak ada - -

Batuk Tidak ada - -

3. System kardiovaskular

Aritmia Tidak - -

Nyeri dada Tidak - -

Jantung berdebar Tidak - -

S1/S1 tunggal Lup Dup - -

Distensi vena juguaris Tidak - -

CRT < 2 Detik - -

4. System pencernaan

Intake cairan kurang Tidak - -

Mual/muntah Tidak - -

Nyeri perut Tidak - -

Muntah darah Tidak - -

Flatus Tidak - -

Distensi abdomen Tidak - -

Colostomy Tidak - -

Nyeri tekan Tidak - -

Konstipasi Tidak - -
Bising usus 9 x/ menit - -

Terpasang NGT Tidak - -

Diare Tidak - -

5. System muskoluskletal

Tonus otot berkurang Tidak - -

Turgor kulit turun Tidak - -

Pergerakan bebas Ya - -

Paralisis Tidak - -

Hemiparese Tidak - -

Belpalsi Tidak - -

ROM berkurang Tidak - -

Luka Tidak Ada - -

6. System persyarafan

Nyeri kepala Tidak - -

Pusing Tidak - -

Tremor Tidak - -

Reflek pupil Ada - -

Isokor Isokor - -

Paralisis Tidak - -

Lengan ka/ki Bebas - -

Kaki ka/ki Tidak - -

Ansietas daerah perifer Tidak - -

7. System perkemisahan

Disuria Tidak - -

Hematuria Tidak - -

Frekuensi Tidak - -
Retensi Tidak - -

Inkontenensia Tidak - -

8. Status mental

Bingung Tidak - -

Cemas Ya - -

Disorientasi Tidak - -

Depresi Tidak - -

Menarik diri Tidak - -

9. Pemeriksaan penunjang

GDP/2JJP/acak 135 g/dl - -

Asam urat 7.5 g/dl - -

Kolestrol 205 g/dl - -

10
Riwayat pengobatan
.

Alergi obat Tidak - -

Obat yg dikonsumsi - - -
ANALISA DATA

Hari/Tgl : Selasa, 23 Februari 2021

Waktu : 09.30 WIB

No. Data (Subjektif & objektif) Etiologi Masalah


1. - DS : Keluarga Ibu K mengatakan Ibu Kondisi kronis (artritis Nyeri kronis

K merasakan nyeri pada persendian rheumatoid)

kaki terutama dilutut.

- Keluarga Ibu K mengatakan nyeri

yang dirasakan Ibu K semakin

bertambah saat beraktivitas berat.

Keluarga Ibu K mengatakan Ibu K

mengalami kekakuan sendi saat berdiri

terlalu lama.

DO :- ibu K tampak memegangi kakinya

yg sakit

 TTV

TD : 120/90 mmHg

N : 88x/menit

S : 36 OC

RR : 20x/menit
2. DS : - Ny.K mengatakan takut akan Kurang terpapar ansietas

penyakitnya jika kambuh lagi informasi

DO : - pasien tampak cemas

- Pasien Nampak gelisah

- Muka Nampak pucat


- TD: 140/90 mmhg

SKORING DIAGNOSA KEPERAWATAN

NYERI KRONIS

N KRITERIA BOB PERHITUNG PEMBENARAN


O OT AN
1. Sifat 1 3/3x1=1 Ibu K mengatakan merasakan nyeri

Masalah : pada persendian kaki terutama

Aktual : 3 dilutut.

Potensial : 1

Risiko : 2

Aktual : 3
2. Kemungkinan 2 1/2x2=1 Keluarga mengatakan selalu

untuk diubah : memberikan motivasi pada Ibu K ,

Mudah : 2 dan selalu memeriksakan penyakit

Sebagian : 1 Ibu K ke pelayanan kesehatan.

Tidak

dapat : 0
3. Potensial 1 3/3x1=1 Penyakit dapat dicegah apabila

dicegah : Tinggi keluarga menghindari faktor resiko

:3 rematik dan dapat dicegah dengan

Cukup : 2 adanya pendidikan kesehatan pada

Rendah : 1 penderita penyakit rematik.

4. Menonjoln 1 2/2x1=1 Keluarga saat ini mengatakan

ya masalah memang mengalami nyeri dan

: merasa ingin dibantu.

Segera ditangani :
2
Ada masalah tetapi
tidak perlu

segeran

ditangani : 1

Masalah

tidak

dirasakan : 0
Total Skor 5
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Nyeri kronis

2) Ansietas
INTERVENSI KEPERAWATAN

Hari/Tgl : Selasa,2 Februari 2021

Waktu : 09.30 WIB

No Diagnosa Keperawatan Intervensi

. (Tujuan & Kriteria Hasil)


1. Nyeri Kronis Manajemen nyeri hal 201

Tujuan : setelah dilakukan Observasi

tindakan keperawatan selama  Identifikasi lokasi karakteristik

30menit diharapakan durasi frekuensi,intensitas nyeri

KH: - kemampuan menuntaskan  Identifikasi pengetahuan dan

aktivitas meningkat keyakinan tentang nyeri

- Keluhan nyeri menurun  Monitor keberhasilan terapi

- Gelisah menurun komplementer yang sudah

- Perasaan takut mengalami cedera diberikan

berulang menurun  Monitor efek samping

- Tekanan darah membaik penggunaan analgesic

- perilaku membaik Terapeutik

 Berikan teknik non

farmakologis untuk mengurangi

rasa nyeri

 kontrol lingkungan yang

memperberat rasa nyeri

edukasi

 jelaskan penyebab periode dan


pemicu nyeri

 jelaskan strategi meredakan

nyeri

 ajarkan teknik non

farmakologis untuk mengurangi

rasa nyeri

 kolaborasi pemberian analgetik

jika perlu
2. Ansietas Terapi relaksasi otot progresif hal

Tujuan : setelah dilakukan 437

tindakan keperawatan selama Observasi

25menit diharapkan - Monitor secara berkala untuk

KH: - verbalisasi kebingungan memastikan otot rileks

menurun Terapeutik

- Verbalisasi khawatir akibat - Atur lingkungan agar tidak ada

kondisi yang dihadapi menurun gangguan saat terapi

- Konsentrasi membaik - Berikan posisi bersandar pada

- Perasaan keberdayaan membaik kursi atau posisi lainnya yang

nyaman

- Beri waktu mengungkapkan

perasaan tentang terapi.

Edukasi

- Anjurkan memakai pakain yang

nyaman dan tidak sempit

- Anjurkan menegangkan otot


selama5 sampai

10detik,kemudian anjurkan untuk

merilekskan otot 20-30 detik,

masing –masing 8-16kali.

- Anjurkan focus pada sensasi otot

yang rileks

- Anjurkan bernafas dalam dan

perlahan

- Anjurkan berlatih diantara sesi

regular dengan perawat.


IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/ Diagnosa
Shif Jam Implementasi Keperawatan Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
Tgl Keperawatan

Selasa Nyeri kronis 09.30 mengidentifikasi lokasi karakteristik 10.00 S : ibu K mengatakan nyeri yang dirasakan
semakin bertambah jika dibuat aktivitas
durasi frekuensi,intensitas nyeri
berat
09.40 memonitor keberhasilan terapi
O :- ibu K mengulangi apa yang telah
komplementer yang sudah diberikan didiskusikan

09.40 - Ibu K bertanya jika ada yang belum


memonitor efek samping penggunaan
dimengerti
analgesik
- Ibu K tampak mengerti dengan apa
yang telah didiskusikan
memberikan teknik non farmakologis
09.45 A : Masalah teratasi
untuk mengurangi rasa nyeri
P : Intervensi dihentikan
mengajarkan teknik non farmakologis

untuk mengurangi rasa nyeri


Selasa Ansietas 09.35 memonitor secara berkala untuk 10.00 S :- ibu K mengatakan sudah mengerti cara
mengatasi cemas
memastikan otot rileks

- mengatur lingkungan agar tidak ada O : - ibu K tampak bersemangat saat


09. 40
berdiskusi
gangguan saat terapi
- ibu K mengerti cara mengatasi cemas
memberikan posisi bersandar pada
09.45 - ibu K mengatakan akan merubah perilaku
kursi atau posisi lainnya yang nyaman
yang berkaitan dengan nyeri sendi
menganjurkan menegangkan otot
A : Masalah teratasi
09.45
selama5 sampai 10detik,kemudian
P : Intervensi dihentikan
anjurkan untuk merilekskan otot 20-30

detik, masing –masing 8-16kali.

- menganjurkan focus pada sensasi otot

10.00 yang rileks

- menganjurkan bernafas dalam dan

perlahan
- menganjurkan berlatih diantara sesi

regular dengan perawat.


DAFTAR PUSTAKA

Bailon. G. maglaya. 1997. Perawatan Kesehatan Keluarga. Jakarta: Pusat

Friedman., MM, Bowden, O & Jones, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan

Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatat Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Keluarga: riset, teori praktik edisi 5. Jakarta: EGC

Mansjoer. A.M. 2011. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : FKUI

Setyowati. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Mitra Cendekia

Press

Anda mungkin juga menyukai