FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
MALARIA
Disusun oleh:
Eli Ezer Simangunsong
(2017-84-043)
PEMBIMBING
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan cinta kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas guna penyelesaian
kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kedokteran Masyarakat dengan judul
“Malaria”.
Dalam penyusunan Tugas ini, banyak pihak yang telah terlibat untuk
penyelesaiannya. Oleh karena itu, penulis ingin berterima kasih kepada:
1. dr. Ritha Tahitu, M.Kes dan Ibu Risa Lating, selaku dokter dan penanggung
jawab sub bidang penyakit menular malaria di Dinas Kesehatan Provinsi
Maluku yang membimbing penulisan tugas ini sampai selesai.
2. Orangtua dan semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa disebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa sesungguhnya tugas ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh sebab itu penulis mengharapkan banyak masukan berupa kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk perkembangan penulisan diwaktu yang akan
datang.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga tugas ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
di daerah tropis dan sub tropis serta dapat mematikan atau membunuh lebih
malaria berbeda-beda dari satu Negara dengan Negara lain dan dari satu
kabupaten atau wilayah dengan wilayah lain. Menurut WHO, pada tahun
Falciparum adalah spesies paling dominan dengan 120 juta kasus baru
pertahun, dan lebih dari satu juta kematian pertahun secara global. Dalam
bayi, anak balita, ibu melahirkan dan produktivitas sumber daya manusia.
Saat ini ditemui 15 juta penderita malaria dengan angka kematian 30 ribu
2
pengendalian vektor yang kesemuanya ditujukàn untuk memutus mata
dan seluruh provinsi di Indonesia selain itu, dilaporkan juga adanya kasus
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Malaria adalah suatu penyakit akut maupun kronik, yang disebabkan
oleh protozoa genus Plasmodium dengan manifestasi klinis berupa demam,
anemia dan pembesaran limpa. Sedangkan meurut ahli lain malaria
merupakan suatu penyakit infeksi akut maupun kronik yang disebakan oleh
infeksi Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan
ditemukannya bentuk aseksual dalam darah, dengan gejala demam,
menggigil, anemia, dan pembesaran limpa.
oleh spesies parasit yang berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa
meriang, panas dingin menggigil dan keringat dingin. Dalam beberapa kasus
setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi selama 2
4
malariae, memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria
tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai
kembali setiap 3 hari. Jenis ke empat dan merupakan jenis malaria yang
C. Etiologi
Ada 2 jenis makhluk yang berperan besar dalam penularan malaria
yaitu parasit malaria (yang disebut Plasmodium) dan nyamuk anopheles
betina. Pada keadaan lain, malaria berkembang pasca penularan
transplasenta atau sesudah transfuse darah yang terinfeksi, dimana keduanya
melewati fase pre-eritroser perkembangan parasit dalam hati. Malaria
disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke dalam genus
Plasmodium. Plasmodium ini merupakan protozoa obligat intraseluler. Pada
manusia terdapat 4 spesies yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium
falciparum, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale. Penularan pada
manusia dilakukan oleh nyamuk betina Anopheles ataupun ditularkan
langsung melalui transfusi darah atau jarum suntik yang tercemar serta dari
ibu hamil kepada janinnya.
Malaria vivax disebabkan oleh P. vivax yang juga disebut juga sebagai
malaria tertiana. P. malariae merupakan penyebab malaria malariae atau
malaria kuartana. P. ovale merupakan penyebab malaria ovale, sedangkan
P. falciparum menyebabkan malaria falsiparum atau malaria tropika.
5
Spesies terakhir ini paling berbahaya, karena malaria yang ditimbulkannya
dapat menjadi berat sebab dalam waktu singkat dapat menyerang eritrosit
dalam jumlah besar, sehingga menimbulkan berbagai komplikasi di dalam
organ-organ tubuh
2. Plasmodium vivax
Menyebabkan malaria tertiana. Tanpa pengobatan: berakhir dalam 2 –
3 bulan. Relaps 50% dalam beberapa minggu – 5 tahun setelah
penyakit awal.
3. Plasmodium malariae
Menyebabkan malaria quartana. Asimtomatis dalam waktu lama.
6
4. Plasmodium ovale
Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan
Pasifik Barat. Lebih ringan. Seringkali sembuh tanpa pengobatan.4
Seorang penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis
plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection).
Biasanya campuran P.Falciparum dengan P.Vivax atau P.Malariae. Infeksi
campuran tiga jenis sekaligus jarang sekali terjadi. Infeksi jenis ini biasanya
terjadi di daerah yang tinggi angka penularannya. Malaria yang disebabkan
oleh P.Vivax dan P.Malariae dapat kambuh jika tidak diobati dengan baik.
Malaria yang disebabkan oleh spesies selain P.Falciparum jarang berakibat
fatal, namun menurunkan kondisi tubuh; lemah, menggigil dan demam yang
biasanya berlangsung 10-14 hari.
E. Epidemiologi
Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin lebih berkaitan
dengan perbedaan derajat kekebalan tubuh. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa perempuan mempunyai respon imun yang lebih kuat
dibandingkan dengan laki-laki, namun kehamilan dapat maningkatkan
resiko malaria. Ada beberapa faktor yang turut mempengaruhi seseorang
terinfeksi malaria adalah :
1. Ras atau suku bangsa
7
yang berat. Defisiensi terhadap enzim ini merupakan penyakit genetik
perkembangannya.
mungkin terutama penting dalam hal ini. Penularan malaria terjadi pada
Kanada, Eropa, Australia dan Israel sekarang bebas malaria local, wabah
setempat dapat terjadi melalui infeksi nyamuk local oleh wisatawan yang
O, daerah dimana malaria tidak ditemukan, telah berhasil dieradikasi atau tidak
pernah ada; +, daerah dengan risiko rendah; ++, daerah dimana transmisi terjadi
8
Malaria congenital, disebabkan oleh penularan agen penyebab melalui
barier plasenta, jarang ada. Sebaliknya malaria neonates, agak sering dan
dapat sebagai akibat dari pencampuran darah ibu yang terinfeksi dengan
9
10
11
Gambar 3. Annual Parasite Insidence (API) Maluku Tahun 2014-2018
F. Patogenesis Malaria
Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit,
inang dan lingkungan. Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya
peningkatan permeabilitas pembuluh darah daripada koagulasi
intravaskuler. Oleh karena skizogoni menyebabkan kerusakan eritrosit maka
akan terjadi anemia. Beratnya anemi tidak sebanding dengan parasitemia
menunjukkan adanya kelainan eritrosit selain yang mengandung parasit. Hal
ini diduga akibat adanya toksin malaria yang menyebabkan gangguan fungsi
eritrosit dan sebagian eritrosit pecah melalui limpa sehingga parasit keluar.
Faktor lain yang menyebabkan terjadinya anemia mungkin karena
terbentuknya antibodi terhadap eritrosit.
Limpa mengalami pembesaran dan pembendungan serta pigmentasi
sehingga mudah pecah. Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam
makrofag dan sering terjadi fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun
yang tidak terinfeksi. Pada malaria kronis terjadi hyperplasia dari retikulosit
diserta peningkatan makrofag.
12
Pada malaria beratm mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan
invasi merozoit ke dalam eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit yang
mengandung parasit mengalami perubahan struktur danmbiomolekular sel
untuk mempertahankan kehidupan parasit. Perubahan tersebut meliputi
mekanisme, diantaranya transport membran sel, sitoadherensi, sekuestrasi
dan resetting.
Sitoadherensi merupakan peristiwa perlekatan eritrosit yang telah
terinfeksi P. falciparum pada reseptor di bagian endotelium venule dan
kapiler. Selain itu eritrosit juga dapat melekat pada eritrosit yang tidak
terinfeksi sehingga terbentuk roset. .
Resetting adalah suatu fenomena perlekatan antara sebuah eritrosit
yang mengandung merozoit matang yang diselubungi oleh sekitar 10 atau
lebih eritrosit non parasit, sehingga berbentu seperti bunga. Salah satu faktor
yang mempengaruhi terjadinya resetting adalah golongan darah dimana
terdapatnya antigen golongan darah A dan B yang bertindak sebagai
reseptor pada permukaan eritrosit yang tidak terinfeksi.
1. Demam
Akibat ruptur eritrosit → merozoit dilepas ke sirkulasi
Pelepasan merozoit pada tempat dimana sirkulasi melambat
mempermudah infasi sel darah yang berdekatan, sehingga parasitemia
falsifarum mungkin lebih besar daripada parasitemia spesies lain,
dimana robekan skizon terjadi pada sirkulasi yang aktif. Sedangkan
plasmodium falsifarum menginvasi semua eritrosit tanpa memandang
umur, plasmodium vivax menyerang terutama retikulosit, dan
plasmodium malariae menginvasi sel darah merah matang, sifat-sifat
ini yang cenderung membatasi parasitemia dari dua bentuk terakhir
diatas sampai kurang dari 20.000 sel darah merah /mm3. Infeksi
falsifarum pada anak non imun dapat mencapai kepadatan hingga
500.000 parasit/mm3. 5
13
2. Anemia
Akibat hemolisis, sekuestrasi eritrosit di limpa dan organ lain, dan
depresi sumsum tulang. Hemolisis sering menyebabkan kenaikan
dalam billirubin serum, dan pada malaria falsifarum ia dapat cukup
kuat untuk mengakibatkan hemoglobinuria (blackwater fever).
Perubahan autoantigen yang dihasilkan dalam sel darah merah oleh
parasit mungkin turut menyebabkan hemolisis, perubahan-perubahan
ini dan peningkatan fragilitas osmotic terjadi pada semua eritrosit,
apakah terinfeksi apa tidak. Hemolisis dapat juga diinduksi oleh
kuinin atau primakuin pada orang-orang dengan defisiensi glukosa-6-
fosfat dehidrogenase herediter.
Pigmen yang keluar kedalam sirkulasi pada penghancuran sel darah
merah berakumulasi dalam sel retikuloendotelial limfa, dimana
folikelnya menjadi hiperplastik dan kadang-kadang nekrotik, dalam
sel kupffer hati dan dalam sumsum tulang, otak, dan organ lain.
Pengendapan pigmen dan hemosiderin yang cukup mengakibatkan
warna abu-abu kebiruan pada organ.
3. Kejadian immunopatologi
Aktivasi poliklonal → hipergamaglobulinemia, pembentukan
kompleks imun, depresi immun, pelepasan sitokin seperti TNF
14
sitokin-sitokin seperti TNF, IL1, IL2, IL4, IL6, IL8, dan IL10, secara langsung
menghambat pertumbuhan parasit (sitostatik), membunuh parasit (sitotoksik). 5
c) Imunitas didapat spesifik.
Merupakan tanggapan system imun terhadap infeksi malaria mempunyai sifat
spesies spesifik, strain spesifik, dan stage spesifik. 5
4. Anoxia jaringan
parasit P. falciparum matur: timbul knob pada permukaan sel darah merah
berparasit yang memfasilitasi cytoadherence P. falciparum-parasitized red cells ke
sel-sel endotel vaskular otak, ginal, organ yang terkena lainnya à obstruksi aliran
darah & kerusakan kapiler à leakage protein dan cairan vaskular, edema, serta
anoxia jaringan otak, jantung, paru, usus, ginjal.
P. vivax dan P. ovale : menyerang eritrosit imatur
P. malariae: menyerang eritrosit matur
P. falciparum: menyerang eritrosit matur & imatur à parasitemia lebih berat
Kerentanan bervariasi secara genetik, beberapa fenotip sel darah merah:
Hemoglobin S
Hemoglobin F
Thalassemia
Resisten (parsial) terhadap infeksi P. falciparum. 5
G. Manifestasi Klinis
Menurut berat-ringannya gejala malaria dapat dibagi menjadi 2 jenis:
1. Gejala malaria ringan (malaria tanpa komplikasi)
Meskipun disebut malaria ringan, sebenarnya gejala yang dirasakan
penderitanya cukup menyiksa (alias cukup berat). Gejala malaria yang
utama yaitu: demam, dan menggigil, juga dapat disertai sakit kepala,
mual, muntah, diare, nyeri otot atau pegal-pegal. Gejala-gejala yang
timbul dapat bervariasi tergantung daya tahan tubuh penderita dan
gejala spesifik dari mana parasit berasal.
Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium
mempunyai gejala utama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga
15
berhubungan dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit atau
skizon), pengaruh GPI (glycosyl phosphatidylinositol) atau
terbentuknya sitokin atau toksin lainnya. Pada beberapa penderita,
demam tidak terjadi (misalnya pada daerah hiperendemik) banyak
orang dengan parasitemia tanpa gejala. Gambaran karakteristik dari
malaria ialah demam periodic, anemia dan splenomegaly.
Manifestasi umum malaria adalah sebagai berikut:
1. Masa inkubasi
aseksual).
2. Keluhan-keluhan prodromal
nyeri pada tulang dan otot, anoreksia, perut tidak enak, diare
3. Gejala-gejala umum
16
1. Stadium dingin (cold stage)
Stadium ini berlangsung + 15 menit sampai dengan 1 jam.
Dimulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin, gigi
gemeretak, nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat
kebiru-biruan (sianotik), kulit kering dan terkadang disertai
muntah.
2. Stadium demam (hot stage)
Stadium ini berlangsung + 2 – 4 jam. Penderita merasa
kepanasan. Muka merah, kulit kering, sakit kepala dan
sering kali muntah. Nadi menjadi kuat kembali, merasa
sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat hingga 41oC
atau lebih. Pada anak-anak, suhu tubuh yang sangat tinggi
dapat menimbulkan kejang-kejang.
3. Stadium berkeringat (sweating stage)
Stadium ini berlangsung + 2 – 4 jam. Penderita berkeringat
sangat banyak. Suhu tubuh kembali turun, kadang-kadang
sampai di bawah normal. Setelah itu biasanya penderita
beristirahat hingga tertidur. Setelah bangun tidur penderita
merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain sehingga dapat
kembali melakukan kegiatan sehari-hari.
17
tetapi dapat muncul gejala lain, misalnya: diare dan pegal-pegal. Hal ini
disebut sebagai gejala malaria yang bersifat lokal spesifik.
Gejala klasik (trias malaria) lebih sering dialami penderita malaria
vivax, sedangkan pada malaria falciparum, gejala menggigil dapat
berlangsung berat atau malah tidak ada. Diantara 2 periode demam terdapat
periode tidak demam yang berlangsung selama 12 jam pada malaria
falciparum, 36 jam pada malaria vivax dan ovale, dan 60 jam pada malaria
malariae. Perbedaan kurva suhu tubuh penderita malaria fasciparum, malaria
vivax, dan malaria malariae dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
18
A. Gejala malaria berat (malaria dengan komplikasi)
Penderita dikatakan menderita malaria berat bila di dalam darahnya
ditemukan parasit malaria melalui pemeriksaan laboratorium Sediaan Darah
Tepi atau Rapid Diagnostic Test (RDT) dan disertai memiliki satu atau
beberapa gejala/komplikasi berikut ini:
1) Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat (mulai dari koma sampai
penurunan kesadaran lebih ringan dengan manifestasi seperti: mengigau,
bicara salah, tidur terus, diam saja, tingkah laku berubah) 4
2) Keadaan umum yang sangat lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
3) Kejang-kejang
4) Panas sangat tinggi
5) Mata atau tubuh kuning
6) Tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang,
bibir kering, produksi air seni berkurang)
7) Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan
8) Nafas cepat atau sesak nafas
9) Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum
10) Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman
11) Jumlah air seni kurang sampai tidak ada air seni
12) Telapak tangan sangat pucat (anemia dengan kadar Hb kurang dari 5 g%)
Pengobatan Malaria Tanpa Komplikasi.
1. Malaria Falsiparum
Lini pertama pengobatan malaria falsiparum adalah seperti yang tertera
dibawah ini:
Lini pertama = Artesunat + Amodiakuin + Primakuin
19
Primakuin tidak boleh diberikan kepada:
lbu hamil
Bayi < 1 tahun
Penderita defisiensi G6-PD 2
Kina tablet
Kina diberikan per-oral, 3 kali sehari dengan dosis 10 mg/kgbb/kali selama
7(tujuh) hari. 2
Doksisiklin
Doksisiklin diberikan 2 kali per-hari selama 7 (tujuh) hari, dengan dosis orang
dewasa adalah 4 mg/Kgbb/hari, sedangkan untuk anak usia 8-14 tahun adalah 2
mg/kgbb/hari. Doksisiklin tidak diberikan pada ibu hamil dan anak usia <8 tahun.
Bila tidak ada doksisiklin, dapat digunakan tetrasiklin. 2
Tetrasiklin
Tetrasiklin diberikan 4 kali perhari selama 7 (tujuh) hari, dengan dosis 4- 5
mg/kgbb/kali Seperti halnya doksisiklin, tetrasiklin tidak boleh diberikan pada
anak dengan umur di bawah. 8 tahun dan ibu hamil.
20
Primakuin
Pengobatan dengan primakuin diberikan seperti pada lini pertama.
21
PF adalah proporsi dari tiap parasit di suatu daerah. Spesies yang mempunyai PF
tertinggi disebut spesies yang dominan. Interpretasi dari masing-masing dominansi
adalah sebagai berikut: 1
P. falciparum dominan:
penularan masih baru/belum lama
pengobatan kurang sempurna/rekrudesensi
P. vivax dominan:
transmisi dini yang tinggi dengan vector yang paten (gametosit P. vivax timbul pada
hari 2-3 parasitemia, sedangkan P. falciparum baru pada hari ke-8) 1
pengobatan radikal kurang sempurna sehingga timbul rekurens
P. malariae dominan:
kita berhadapan dengan vektor yang berumur panjang (P. malariaemempunyai siklus
sporogoni yang paling panjang dibandingkan spesies lain)
Penderita demam/klinis malaria unit-unit kesehatan yang belum mempunyai
fasilitas laboratorium dan mikroskopis dapat melakukan pengamatan terhadap
penderita demam atau gejala klinis malaria. Nilai data akan meningkat bila
disertai pemeriksaan sediaan darah (dapat dikirim ke laboratorium terdekat).
Hasil pengamatan dinyatakan dengan proporsi pengunjung ke unit kesehatan
tersebut (mis. Puskesmas atau Puskesmas Pembantu) yang menderita demam
atau gejala klinis malaria. Meskipun hasilnya tidak sebaik penggunaan
parameter a. s/d d., proporsi yang meningkat sudah bias menunjukkan
kemungkinan adanya wabah/kejadian luar biasa dan mengambil tindakan
yang diperlukan.
Survei malariometrik (MS) biasanya dilakukan di daerah yang belum mempunyai
program penanggulangan malaria yang teratur, terutama di luar Jawa-Bali.
Pada MS dapat dikumpulkan parameter sebagai berikut:
1. Parasite Rate (PR)
PR adalah persentase penduduk yang darahnya mengandung parasit malaria pada saat
tertentu. Kelompok umur yang dicakup biasanya adalah golongan 2-9 tahun dan 0-1
tahun. PR kelompok 0-1 tahun mempunyai arti khusus dan disebutInfant Parasite
Rate (IPR) dan dianggap sebagai indeks transmisi karena menunjukkan adanya
transmisi lokal.
22
2. Spleen Rate (SR)
SR menggambarkan persentase penduduk yang limpanya membesar, biasanya
golongan umur 2-9 tahun. Bila yang diperiksa kelompok dewasa, hal ini harus
dinyatakan secara khusus. Besarnya limpa dinyatakan berdasarkan klasifikasi Hacket
sebagai berikut:
H.0 : tidak teraba (pada insipirasi maksimal)
H.1 : teraba pada insipirasi maksimal
H.2 : teraba tapi proyeksinya tidak melebihi garis horisontal yang ditarik melalui
pertengahan arcus costae dan umbilicus pada garis mamilaris kiri.
H.3 : teraba di bawah garis horisontal melalui umbilicus
H.4 : teraba di bawah garis horisontal pertengahan umbilicus-symphisis pubis
H.5 : teraba di bawah garis H.4
3. Average Enlarged Spleen (AES)
AES adalah rata-rata pembesaran limpanya dapat diraba. Indeks ini diperoleh dengan
mengkalikan jumlah limpa yang membesar pada tiap ukuran limpa (menurut Hacket)
dengan pembesaran limpa pada suatu golongan umur tersebut. AES bermanfaat untuk
mengukur keberhasilan suatu program pemberantasan. AES seharusnya menurun
lebih cepat daripada SR bila endemisitas menurun.
Survei-survei lain yang dapat dilaksanakan untuk menilai situasi malaria adalah:
1. Mass Blood Survey (MBS)
Pada MBS seluruh penduduk di suatu daerah tertentu diperiksa darahnya. Hasilnya
adalah parasite rate (PR) dan parasite formula (PF).
2. Mass Fever Survey (MFS)
Pada MFS semua penduduk yang menderita demam atau menderita demam dalam
waktu sebulan sebelum survey diperiksa darahnya. Ini dilaksanakan bila MBS tidak
bias dilaksanakan karena keterbatasan biaya, tenaga, dan waktu.
3. Survey Entomologi
Survei ini sama penting dengan survey malariometrik terdahulu. Tanpa mengetahui
sifat-sifat (bionomic) vector setempat tidak akan dapat disusun upaya pemberantasan
yang berhasil. Parameter penting yang perlu diketahui adalah a.l:Man Biting
Rate (gigitan nyamuk per hari per orang), Parous Rate (nyamuk yang telah
bertelur), Sporozoit Rate (nyamuk dengan sporosoit dalam kelenjar liurnya),Human
23
Blood Index (nyamuk dengan jumlah darah manusia dalam lambungnya),Mosquito
Density (jumlah nyamuk yang ditangkap dalam 1 jam), Inoculation Rate(man biting
rate x sporozoit rate) 1
4. Survey Lingkungan
Data mengenai lingkungan seperti data meteorologi dan demografi harus diusahakan
dari instansi lain di luar kesehatan. Yang penting diketahui adalah data tentang
tempat-tempat perindukan nyamuk, baik yang alamiah maupun yang buatan
manusia. 1
5. Survei-survei lain
Sesuai dengan kebutuhan program penanggulangan malaria, perlu dilakukan
studi/survey khusus seperti misalnya:
- studi resistensi parasit terhadap berbagai obat malaria
- survei prevalensi defisiensi G6PD pada masyarakat daerah tertentu (misalnya
bila primakuin akan digunakan sebagai profilaksiss
- studi resistensi vector terhadap berbagai insektisida yang akan dipakai.
- studi mengenai aspek social-budaya, a.l ‘health seeking behaviour’ yang
berkaitan dengan penyakit malaria
- studi sero-epidemiologi. Adanya berbagai metode serologi (ELISA, IFAT,
dll) untuk mengukur antibody terhadap berbagai stadium parasit malaria
memungkinkan diadakannya studi sero-epidemiologi untu melengkapi data
malariometrik yang ada dan memahami transmisi serta perkembangan
imunitas penyakit malaria dengan lebih baik.
24
DAFTAR PUSTAKA
Klorokuin. MEDIKA. No. XI, Tahun ke XXIII. Jakarta, 1997; Hal: 873.
4. Harijanto PN. Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi IV.
25
9. Pribadi W. Parasit Malaria. Dalam: gandahusada S, Ilahude HD, Pribadi W
26