Anda di halaman 1dari 18

INOVASI KOLABORASI

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Kreativitas dan Inovasi

Dosen pengampu: Muhammad Fikri Maulan, S.Ab., M.Ba

Disusun Oleh :

Deva Ramadhanty 182040058


Maria Regina Ayu Palupi 182040063
Nur Sahla 182040062
Fajri Nurfalah 182040104

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PASUNDAN

2020 - 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. atas Rahmat dan Hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “inovasi kolaborasi” dengan tepat waktu.
Makalah Kolaborasi dan Inovasi disusun guna memenuhi tugas kreativitas dan inovasi yang
diampu oleh Bpk. Muhammad Fikri Maulana, S.AB, M.BA. Selain itu, kami juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Kolaborasi dan Inovasi.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Muhammad Fikri
Maulana, S.AB, M.BA selaku dosen mata kulia Kreativitas dan Inovasi. Semoga tugas yang
telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni
kami. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 24 November 2020

Kelompok 7
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3
BAB I ..................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
I.1 Latar Belakang ....................................................................................................................... 4
I.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 5
I.3 Tujuan Pembahasan..................................................................................................................... 5
BAB II .................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 6
2.1 Definisi dan Konsep Inovasi Kolaborasi ............................................ Error! Bookmark not defined.
2.2 Konsep Inovasi Kolaborasi ............................................................. Error! Bookmark not defined.
2.3 Proses Inovasi Kolaborasi............................................................... Error! Bookmark not defined.
2.4 Elemen-elemen kolaborasi ......................................................................................................... 11
2.5 Meningkatkan Kolaborasi yang Kreatif ........................................ Error! Bookmark not defined.
2.6 Proses Penciptaan Nilai .................................................................. Error! Bookmark not defined.
2.7 karakteristik kolaborasi ................................................................. Error! Bookmark not defined.
2.8 Elemen kunci efektivitas kolaborasi ............................................... Error! Bookmark not defined.
2.9 Manfaat kolaborasi ......................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB III ................................................................................................................................................ 17
PENUTUP............................................................................................................................................ 17
3.1 KESIMPULAN .......................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kolaborasi adalah suatu proses partisipasi beberapa orang ataupun kelompok organisasi
untuk bekerja sama mencapai hasil tertentu. Sehingga sebagai kesimpulannya kolaborasi
bisnis merupakan salah satu cara yang terbaik untuk setiap jenis bisnis, dengan apapun
produk bisnis yang dimiliki dapat menjalin sebuah kolaborasi yang menguntungkan seperti
contoh kolaborasi bisnis yaitu antara Apple dengan IBM, Google dengan Lenovo dan
Telkomsel dengan Gojek. Dengan memiliki banyak ide kolaborasi bisnis, sebaiknya
melakukan tes uji coba yang efektif dan cocok bagi bisnis Anda. Sehingga sistem kolaborasi
brand dan konten produk serta target audiens dapat Anda miliki. Sangat disarankan
kolaborasi bisnis dengan bisnis lokal, namun hindari berpartner dengan kompetitor dan
organisasi non profit.
Kolaborasi Bisnis Bisa Memberikan Inovasi Terbaru dengan adanya kolaborasi
bisnis Anda dengan perusahaan lain, yaitu akan memiliki kegiatan bisnis lebih banyak lagi
serta dapat memiliki banyak resiko yang akan diambil. Adanya kolaborasi ini juga
memberikan peluang untuk memiliki keberanian dalam mengubah strategi bisnis.
Resiko yang diambil oleh perusahaan Anda juga dapat mendorong dan memberikan
pelajaran untuk menghasilkan inovasi bisnis, sehingga dapat memberikan peluang yang
sangat besar dalam mencapai tujuan bisnis yang baru dimasa yang akan datang.
Kata Inovasi berasal dari bahasa latin yaitu “innovare” yang bermaksud memperbaharui
atau meminda. Setiap wirausaha pasti melalui proses inovasi dari masa ke masa untuk
menjamin kesinambungan operasinya. Proses inovasi ini merupakan proses yang dilakukan
secara terus menerus untuk memastikan perusahaan dapat bersaing dalam pasar.
Inovasi membutuhkan keterbukaan dan penggunaan pengetahuan baru, teknologi, model
bisnis, proses kreativitas untuk menciptakan produk atau jasa baru sesuai keinginan
pelanggan. Sedangkan dalam kajian industri, inovasi didefinisikan sebagai metode, jalan
baru, proses teknologi maupun manajemen, membuat produk baru atasu memodifikasi
produk untuk dikomersialkan dengan memberikan nilai tambah kepada konsumen.
Melihat bahwa perilaku inovasi perusahaan ditentukan oleh kemampuan perusahaan
dalam menghilangkan hambatan dalam berinovasi untuk mencapai target inovasi yaitu
menciptakan produk atau jasa baru yang lebih baik, menguatkan proses internal dan
menciptakan model baru dalam hubungan dengan pelanggan.
Inovasi dapat terbentuk ketika adanya: perbedaan (Gap) antara permintaan (demand) dan
penawaran (supply), penciptaan permintaan karena kecenderungan (trend) dan perubahan
(change). Beberapa faktor pendukung keberhasilan inovasi adalah: harus berorientasi pada
pasar, mampu meningkatkan nilai tambah perusahaan, mempunyai unsur efisiensi dan
efektifitas, sejalan dengan visi dan misi organisasi/ perusahaan, peningkatan secara terus
menerus (continuous improvement).

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi dan konesp Inovasi Kolaborasi?

2. Bagaimana proses Inovasi Kolaborasi dan penciptaan nilai?

I.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui definisi dan konsep Inovasi Kolaborasi

2. Untuk mengetahui proses Inovasi Kolaborasi dan penciptaan nilai


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi dan Konsep Inovasi Kolaborasi

Inovasi merupakan setiap ide atau pun gagasan baru yang belum pernah ada atau
pun diterbitkan sebelumnya. Sebuah inovasi biasanya berisi terobosan-terobosan baru
mengenai sebuah hal yang diteliti oleh sang inovator (orang yang membuat inovasi).
Inovasi biasanya sengaja dibuat oleh sang inovator melalui berbagai macam aksi atau
pun penelitian yang terencana. Sedangkan kolaborasi merupakan suatu bentuk proses
sosial, dimana didalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai
tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami aktivitas masing-masing.

Jadi dapat disimpulkan bahwa inovasi kolaborasi merupakan suatu hal yang saling
terikat dimana menunjukkan bahwa inovasi akan lahir, dari kolaborasi yang ejektif.
Selanjutnya, kolaborasi yang efektif mutlak membutuhkan dukungan budaya kerja yang
kuat. Melalui cara pandang dan komitmen yang kuat akan keberhasilan di kemudian
hari, setiap divisi memandang divisi lain sebagai mitra kerja dalam menumbuh
kembangkan perusahaan. Sehingga, ketika perusahaan bertumbuh, di titik itu nilai diri
setiap projesional yang bekerja di dalamnya juga turut bertumbuh. Tak hanya itu,
semangat kerja itu juga, akan berorientasi pada terciptanya ide-ide baru yang akan
membawa perusahaan pada posisi puncak. Hal lain yang tak kalah hebatnya adalah fakta
bahwa kolaborasi yang efektif juga terjalin melalui kerja sama perusahaan dengan para
pesaing dan institusi pendidikan (khususnya untuk kepentingan penelitian dan
pengembangan).

2.2. Konsep Inovasi Kolaborasi

Kecenderungan meningkatnya praktik inovasi pada organisasi, masyarakat, dan


individu dewasa ini banyak dipicu berbagai tren perubahan dan pergeseran kondisi
lingkungan eksternal, baik lingkungan umum maupun global. Antara lain, perubahan
demografi, sosial-budaya, ekonomi, politik, hukum, teknologi, iklim bumi, hingga
pergeseran lingkungan persaingan bisnis. Organisasi, masyarakat, dan individu yang
ingin berinovasi tidak cukup dengan pemicu eksternal. Mereka memerlukan perangkat
penunjang internal. Salah satu faktor penting adalah pemimpin dan kepemimpinan.
Tidak ada inovasi tanpa kepemimpinan. Para pemimpin dan manajer sebagai motor
inovasi perlu membuka ruang untuk proses penciptaan nilai secara bersama (value co-
creation) dengan tim, kelompok, dan unit-unit sejajarnya.
Pemicu berikut adalah kreativitas yang memungkinkan lahirnya ide baru,
pengembangan baru, hingga cara baru diseminasi barang atau jasa yang dihasilkan. Yang
tak kalah penting adalah paradigma kolaborasi. Jenis paradigma ini memadukan antara
bisnis dan sosial yang menggeser paradigma kompetisi. Selanjutnya paradigma
kolaborasi ini membangun jejaring komunikasi lintas batas serta merancang dunia baru.
Semakin banyak cara untuk meningkatkan kolaborasi yang dimungkinkan
dengan teknologi. Hal ini telah mengubah cara pandang kita tentang perusahaan
modern. Kombinasi antara alat-alat bisnis tradisional dengan media sosial,
memungkinkan perusahaan mendorong perubahan kultur ke arah yang lebih positif.
Kombinasi ini mampu meningkatkan kinerja serta keterlibatan karyawan di
berbagai proses bisnis, yang pada akhirnya melahirkan berbagai inovasi.
Disinilah dimana pelaku bisnis harus mampu memanfaatkan berbagai cara dan
alat yang bisa meningkatkan kolaborasi, demi terciptanya aktivitas operasional
bisnis yang lebih optimal. Dengan semakin meningkatnya akses langsung ke
informasi dan penggunaan teknologi, para karyawan pun menuntut aksesbilitas yang
serupa. Jika para pelaku usaha mampu mengakomodir harapan tersebut dengan
menyediakan berbagai alat kolaborasi yang sesuai, maka iklim perusahaan yang
lebih kondusif untuk meningkatkan kolaborasi antar karyawan dapat tercipta. Iklim
yang kondusif ini pada akhirnya dapat pula meningkatkan kinerja karyawan.

2.3. Proses Inovasi Kolaborasi

Tahapan-tahapan Sistem Inovasi

1. Tahap Pengetahuan
Proses keputusan inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan, yaitu tahap pada
saat seseorang menyadari adanya suatu inovasi dan ingin tahu bagaimana fungsi
inovasi tersebut. Ada tiga tipe pengetahuan dalam tahap pengenalan inovasi, yaitu:
kesadaran/pengetahuan mengenai adanya inovasi, pengetahuan “teknis” dan
pengetahuan “prinsip”. Tipe yang pertama yakni pengetahuan kesadaran akan adanya
inovasi yang telah dibicarakan di sebelumnya. Tipe yang kedua, meliputi informasi
yang diperlukan mengenai cara pemakaian atau penggunaan suatu informasi. Tipe
pengetahuan yang ketiga adalah berkenaan dengan prinsip-prinsip berfungsinya suatu
informasi.
Berkaitan dengan pengetahuan tentang inovasi, ada generalisasi (prinsip-prinsip
umum) tentang orang yang lebih awal mengetahui tentang inovasi :
a. Orang yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih tinggi pendidikannya daripada
yang akhir.
b. Orang yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih tinggi status sosial ekonominya
daripada yang akhir
c. Orang yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih terbuka terhadap media massa
daripada yang akhir.
d. Orang yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih terbuka terhadap komunikasi
interpersonal daripada yang akhir.
e. Orang yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih banyak kontak dengan agen
pembaharu daripada yang akhir.
f. Orang yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih banyak berpartisipasi dalam
sistem sosial daripada yang akhir.
g. Orang yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih kosmopolitan daripada yang
akhir.

Perlu diketahui juga bahwa tahu tentang inovasi tidak sama dengan
melaksanakan atau menerapkan inovasi. Banyak orang yang tahu tetapi tidak
melaksanakan, dengan berbagai kemungkinan penyebabnya.

2. Tahap Bujukan (Persuasi)


Pada tahap persuasi dari proses keputusan inovasi, seseorang membentuk sikap
menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi. Jika pada tahap pengetahuan proses
kegiatan mental yang utama bidang kognitif, maka pada tahap persuasi yang berperan
utama bidang afektif atau perasaan. Seseorang tidak dapat menyenangi inovasi sebelum
ia tahu lebih dulu tentang inovasi.
Dalam tahap persuasi ini lebih banyak keaktifan mental yang memegang peran.
Seseorang akan berusaha mengetahui lebih banyak tentang inovasi, dan menafsirkan
informasi yang diterimanya. Pada tahap ini berlangsung seleksi informasi disesuaikan
dengan kondisi dan sifat pribadinya. Di sinilah peranan karakteristik inovasi dalam
mempengaruhi proses keputusan inovasi (lihat Bagan 1. Model Tahap-Tahap Proses
Keputusan Inovasi).
Tahap persuasi ini juga sangat penting peran kemampuan untuk mengantisipasi
kemungkinan penerapan inovasi di masa datang. Perlu ada kemampuan untuk
memproyeksikan penerapan inovasi dalam pemikiran berdasarkan kondisi dan situasi
yang ada. Untuk mempermudah proses mental ini, perlu adanya gambaran yang jelas
tentang bagaimana pelaksanaan inovasi, jika mungkin sampai pada konsekuensi inovasi.

3. Tahap Keputusan
Tahap keputusan dari proses keputusan inovasi, berlangsung jika seseorang
melakukan kegiatan yang mengarah untuk menetapkan menerima atau menolak inovasi.
Menerima inovasi berarti sepenuhnya akan menerapkan inovasi. Menolak inovasi berarti
tidak akan menerapkan inovasi. Sering terjadi seseorang akan menerima inovasi setelah
ia mencoba lebih dahulu. Bahkan jika mungkin mencoba sebagian kecil lebih dahulu,
baru kemudian dilanjutkan secara keseluruhan jika sudah terbukti berhasil sesuai dengan
yang diharapkan. Tetapi tidak semua inovasi dapat dicobadengan dipecah menjadi
beberapa bagian. Inovasi yang dapat dicoba bagian demi bagian akan lebih cepat
diterima.
Dapat juga terjadi percobaan cukup dilakukan sekelompok orang, dan yang lain
cukup mempercayai dengan hasil percobaan temannya. Perlu diperhatikan bahwa dalam
kenyataannya pada setiap tahap dalam proses keputusan inovasi dapat terjadi penolakan
inovasi. Misalnya penolakan dapat terjadi pada awal tahap pengetahuan, dapat juga
terjadi pada tahap persuasi, mungkin juga terjadi setelah konfirmasi, dan sebagainya.
Dalam pelaksanaan difusi inovasi antara: pengetahuan, persuasi dan keputusan
inovasi sering berjalan bersamaan. Satu dengan yang lain saling berkaiatan. Bahkan
untuk jenis inovasi tertentu dan dalam kondisi tertentu dapat terjadi urutan: pengetahuan-
keputusan inovasi-baru persuasi.
4. Tahap Implementasi
Tahap implementasi dari proses keputusan inovasi terjadi apabila seseorang
menerapkan inovasi. Dalam tahap implementasi ini berlangsung keaktifan baik mental
maupun perbuatan. Keputusan penerimaan gagasan atau ide baru dibuktikan dalam
praktek. Pada umumnya implementasi tentu mengikuti hasil keputusan inovasi. Tetapi
juga tejadi karena sesuatu hal sudah memutuskan menerima inovasi tidak diikuti
implementasi. Biasanya hal ini terjadi karena fasilitas penerapan yang tidak tersedia.
Kapan tahap implementasi berakhir? Mungkin tahap ini berlangsung dalam waktu
yang sangat lama, tergantung dari keadaan inovasi itu sendiri. Tetapi biasanya suatu
tanda bahwa taraf implementasi inovasi berakhir jika penerapan inovasi itu sudah
melembaga atau sudah menjadi hal-hal yang bersifat rutin. Sudah tidak menerapkan hal
yang baru lagi.
Dalam tahap implementasi dapat terjadi hal yang yang disebut Reinvention (invensi
kembali) yaitu penerapan inovasi dengan mengadakan perubahan atau modifikasi. Jadi
penerapan inovasi tetapi tidak sesuai dengan aslinya. Reinvensi bukan berarti tentu hal
yang tidak baik, tetapi terjadinya re-invensi dapat merupakan kebijakan dalam
pelaksanaan atau penerapan inovasi, dengan mengingat kondisi dan situasi yang ada.
Hal-hal yang memungkinkan terjadinya re-invensi antara lain: inovasi yang sangat
komplek dan sukar dimengerti, penerima inovasi kurang dapat memahami inovasi karena
sukar untuk menemui agen pembaharu, inovasi yang memungkinkan berbagai
kemungkinan aplikasi, apabila inovasi diterapkan untuk memecahkan masalah yang
sangat luas, kebanggaan akan inovasi yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu juga dapat
menimbulkan re-invensi.

5. Tahap Konfirmasi
Dalam tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap keputusan yang
telah diambilnya, dan ia dapat menarik kembali keputusannya jika memang diperoleh
informasi yang bertentangan dengan informasi semula. Tahap konfirmasi ini sebenarnya
berlangsung secara berkelanjutan sejak terjadi keputusan menerima atau menolak inovasi,
yang berlangsung dalam waktu yang tak terbatas. Selama dalam tahap konfirmasi
seseorang berusaha menghindari terjadinya disonansi atau paling tidak berusaha
menguranginya.
2.4. Elemen-elemen kolaborasi
1. Struktur
Praktik kolaborasi mengganti pendekatan pengelompokan hirarkis dengan pendekatan
yang mendorong interaksi antara sesama anggota. Model hirarkis menekankan komunikasi
satu arah, terdapat tokoh yang dominan. Model praktik kolaboratif menekankan komunikasi
dua arah, tetapi tetap menempatkan salah satu tokoh pada posisi utama. Model melingkar
menekankan kontinuitas, kondisi timbal balik satu dengan yang lain dan tak ada satu
pemberi pelayanan yang mendominasi terus menerus.

2. Proses
Ruble dan Thomas (1976) dalam jurnal Organizational Behavior and Human
Performance telah mengembangkan suatu ilustrasi yang dapat membantu interpretasi
hubungan kolaborasi. Gambar di bawah ini memperlihatkan bagaimana struktur dan proses
saling memperkuat.

3. Hasil akhir
Hasil akhir merupakan penentu alasan kolaborasi, sulit mengatakan kolaborasi apabila
tidak ada hasilnya. Dengan meneliti hasil akhir yang tercapai, maka mereka yang membentuk
atau mengevaluasi suatu praktik dapat mengevaluasi proses lainnya.

2.5. Meningkatkan Kolaborasi yang Kreatif

1. Pastikan Seluruh Anggota Tim Benar-benar Diikutsertakan.


Hal pertama dan paling utama untuk kita pikirkan adalah memastikan bahwa
seluruh anggota tim memang benar-benar dilibatkan dalam setiap proses pekerjaan.
Jangan biarkan mereka merasa tertinggal atau merasa “left out”. Percaya deh, itu
adalah hal yang sangat menyakitkan. Ketika ada salah satu atau beberapa anggota tim
yang merasa tertinggal, maka kolaborasi kreatif tidak akan terbentuk dengan
baik. Hasil survei Hightail menunjukkan bahwa 60% karyawan merasa bahwa para
pemimpin yang berperan penting dalam setiap proyek kerja tidak terlalu detail dan
tidak memberikan pengawasan yang teliti terhadap karyawannya, sehingga banyak
dari karyawan yang tidak diikutsertakan dalam proses proyek kerja. Biasanya hal ini
sering terjadi pada orang-orang di luar tim kreatif inti. kita perlu menggunakan
kekuatan digital. Kita bisa menggunakan ruang digital umum yang mudah diakses
oleh semua karyawan atau anggota tim. Tujuannya agar mereka semua dapat
membagikan ide-ide atau karya kreatif mereka. Dengan cara ini, para pemimpin tidak
akan lupa untuk mengikutsertakan semua anggota tim ke dalam proses kolaborasi
kreatif.
2. Kurangi Penggunaan E-mail sebagai Media Kolaborasi.
Penggunaan e-mail memang masih sangat terkenal sampai sekarang. Dalam
survei terbaru yang dilakukan oleh Hightail menunjukkan bahwa sepertiga responden
bekerja pada proyek kolaborasi kreatif yang tidak selesai dengan tepat waktu
(terlambat). Karena 66% orang di dalam proyek tersebut hanya melakukan
peninjauan terhadap proyek tersebut melalui email. Maknanya, mereka melihat dan
mengecek dokumen-dokumen visual yang dikirim melalui e-mail seperti, gambar dan
video. Sayangnya, hanya 30% orang yang menggunakan email sebagai media
kolaborasi yang efektif untuk memberikan umpan balik terhadap dokumen-dokumen
visual tersebut. Logikanya, bagaimana kita bisa menciptakan kolaborasi yang kreatif
jika interaksi dan umpan balik yang ada hanyalah sedikit. Selain itu, yang
berpartisipasi aktif hanya 30% orang, sedangkan 66% diantaranya hanya menjadi
“silent observer” atau pengamat yang bisu. Solusinya menggunakan cara komunikasi
yang lebih efektif seperti berdiskusi secara langsung (presentasi), video conferencing
atau meeting online.

3. Tingkatkan Frekuensi dalam Berkomunikasi.


Salah satu ilmuwan terkenal bernama Alex Pentland sangat kagum dengan cara
kolaborasi secara kelompok yang dapat berjalan dengan aktif karena setiap
anggotanya merasa terdorong untuk menyampaikan ide-ide kreatif yang mereka
miliki. Sampai-sampai, salah satu tim dari Alex yang bekerja di Human Dynamics
Laboratory MIT berusaha untuk mencari informasi dan memahami rahasia di balik
kolaborasi tim kerja yang sangat baik. Salah satu cara yang digunakan oleh timnya
adalah menggunakan alat sensor elektronik untuk menangkap interaksi antar anggota
kelompok secara real time. Dan hasilnya cukup mengejutkan loh rekan-rekan! Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tim kerja dengan kolaborasi tim yang sangat baik
ternyata selalu menjaga komunikasi mereka dengan teratur. Maksudnya, frekuensi
mereka dalam berkomunikasi sangatlah sering. Semua anggota tim saling mengobrol,
berinteraksi, mendengarkan satu sama lain. Mereka juga sering terlibat dalam
komunikasi informal seperti minum kopi bersama di luar kantor untuk mencari ide
bersama-sama atau sekedar menikmati indahnya sore bersama rekan-rekan kerja.
Komunikasi yang terjalin dengan frekuensi yang tinggi akan memudahkan
pembentukan kolaborasi kreatif.

4. Pastikan Kita Merekrut Anggota Tim yang Berbakat.


Untuk memaksimalkan proses kolaborasi kreatif yang kita inginkan, kita perlu
melakukan penyeleksian yang bijak dan selektif dari awal. Kolaborasi memerlukan
orang-orang yang tangguh dan benar-benar berbakat. Itulah mengapa salah satu kunci
kolaborasi kreatif yang efektif adalah memastikan seluruh anggota tim memiliki
bakat-bakat yang bersinar. Dengan kata lain, kita tidak boleh asal pilih untuk
mengikutsertakan seseorang ke dalam proses kolaborasi kreatif kita. Hindari membeli
“kucing di dalam karung”, karena dengan proses penyeleksian yang tepat, maka
kolaborasi kreatif akan lebih mudah tercipta. Untuk meraih keberhasilan dan
kesuksesan suatu perusahaan, kita bukan hanya memerlukan sumber daya manusia
yang jenius. Akan tetapi, kita juga memerlukan kolaborasi yang kreatif. Namun,
kolaborasi kreatif juga memerlukan usaha keras dari para sumber daya manusianya

2.6. Karakteristik kolaborasi

Menurut Carpenter (1990), kolaborasi mempunyai 8 karakteristik, yaitu:

1. Partisipasi tidak dibatasi dan tidak hirarkis.


2. Partisipan bertanggung jawab dalam memastikan pencapaian kesuksesan.
3. Adanya tujuan yang masuk akal.
4. Ada pendefinisian masalah.
5. Partisipan saling mendidik atau mengajar satu sama lain.
6. Adanya identifikasi dan pengujian terhadap berbagi pilihan.
7. Implementasi solusi dibagi kepada beberapa partisipan yang terlibat.
8. Partisipan selalu mengetahui perkembangan situasi.

2.7. Elemen kunci efektivitas kolaborasi

1. Kerjasama, Menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk memeriksa beberapa
alternatif pendapat dan perubahan kepercayaan.
2. Asertivitas, Merupakan hal yang penting ketika individu dalam tim mendukung pendapat
mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif menjamin bahwa pendapatnya benar-benar
didengar dan konsensus untuk dicapai.
3. Tanggung jawab, Mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil konsensus dan
harus terlibat dalam pelaksanaannya.
4. Komunikasi, Setiap anggota bertanggung jawab untuk membagi informasi penting
mengenai isu yang terkait.
5. Otonomi, Kemandirian anggota tim dalam batas kompetensinya.
6. Koordinasi, Efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan pasien, mengurangi
duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam menyelesaikan permasalahan.
7. Kolegalitas, Saling menghargai.
8. Konsep dengan arti yang sama Mutualitas, dimana individu mengartikannya sebagai
suatu hubungan yang memfasilitasi proses dinamis antara orang-orang yang ditandai oleh
keinginan maju untuk mencapai tujuan dan kepuasan setiap anggota.
9. Kepercayaan, Konsep umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa rasa
pecaya, kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi ancaman, menghindar dari tanggung
jawab, terganggunya komunikasi.

2.8. Manfaat kolaborasi

1. Memaksimalkan produktivitas serta efektivitas dan efesiensi sumber daya.


2. Meningkatkan profesionalisme, loyalitas, dan kepuasan kerja.
3. Memberikan kejelasan peran dalam berinteraksi antar tenaga kesehatan professional.

2.9 Proses Penciptaan Nilai

Bagaimana organisasi anda menentuakn proses penciptaan nilai utamanya? Apa saja
proses produk, jasa dan bisnis utama organisasi anda untuk menciptakan dan menambha
nilai? Bagaimana proses-proses berkontribusi pada keuntungan dan suksesnya bisnis?

b. Bagaimana anda menentukan persyaratan proses penciptaan nilai utama, dengan


menggabungkan masukan dari pelanggan, pemasok, dan partner yang sesuai? Apa saja
persyaratan utama bagi proses-proses ini?

c. Bagaimana anda merancang proses-proses ini untuk memenuhi semua persyaratan


utama? Bagaimana anda menggabungkan teknologi baru dan pengetahuan organisasi ke
dalam rancangan proses-proses ini? Bagaimana anda menggabungkan waktu siklus
produktifitas, pengendalian biaya dan factor proses ini? Bagaimana anda
mengimplementasikan proses-proses ini untuk memastikan mereka memenuhi
persyaratan rancangan?

d. Apa saja ukuran kinerja atau inidkator utama untuk mengontrol dan memperbaiki proses-
proses penciptaan nilai-nilai? Bagaimana operasi sehari-hari anda pada proses ini untuk
menjamin memenuhi persyaratan proses utama? Bagaimana pengukuran dalam proses
digunakan untuk mengelola proses-proses ini? Bagaimana masukan pelanggan, pemasok
dan partner digunakan untuk mengelola proses-proses ini seperlunya?

e. Bagaimana anda meminimumkan biaya keseluruhan terkait dengan inspeksi, tes dan audit
proses atau kinerja? Bagaimana anda mencegah cacat dan kerja ulang dan
meminimumkan biaya garansi seperlunya?

f. Bagaimana anda memperbaiki proses penciptaan nilai untuk mendapatkan kinerja lebih
baik, mengurangi variabilitas, memperbaiki produk-produk dan jasa-jasa dan menjaga
proses sesuai dengan kebutuhan dan arah bisnis? Bagaimana perbaikan dan pelajaran
yang diambil dibagi dengan unit organisasi atau proses lainnya untuk mendorong
pembelajaran organisasi dan inovasi?
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Inovasi kolaborasi merupakan suatu hal yang saling terikat dimana menunjukkan bahwa inovasi
akan lahir, dari kolaborasi yang ejektif. Selanjutnya, kolaborasi yang efektif mutlak membutuhkan
dukungan budaya kerja yang kuat. Melalui cara pandang dan komitmen yang kuat akan keberhasilan
di kemudian hari, setiap divisi memandang divisi lain sebagai mitra kerja dalam menumbuh
kembangkan perusahaan. Sehingga, ketika perusahaan bertumbuh, di titik itu nilai diri setiap
projesional yang bekerja di dalamnya juga turut bertumbuh. Tak hanya itu, semangat kerja itu juga,
akan berorientasi pada terciptanya ide-ide baru yang akan membawa perusahaan pada posisi puncak.
Hal lain yang tak kalah hebatnya adalah fakta bahwa kolaborasi yang efektif juga terjalin melalui
kerja sama. Inovasi diperlukan untuk menciptakan ekosistem implementasi kebijakan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

https://manajemenppm.wordpress.com/2013/10/17/saat-kolaborasi-dan-inovasi-

berpadu/

https://www.wartaekonomi.co.id/read65985/kolaborasi-sosial-mendorong-lahirnya-

inovasi-di-dunia-bisnis

https://www.harmony.co.id/blog/pentingnya-melakukan-kolaborasi-bisnis-untuk-
perkembangan-perusahaan-anda

https://yudharta.ac.id/id/2016/11/proses-entrepreneurship-kolaborasi-inovasi-penciptaan-
kekayaan-di-dalam-organisasi-bisnis/

http://www.baldrige21.com/05_CRITERIA_BUSINESS/05_CI_CRITERIA_BAHASA/
05%20ID%20Item%206.1.html

https://sovasaved-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/sovasaved.wordpress.com/2011/11/03/konsep-
kolaborasi/amp/?usqp=mq331AQHKAFQCrABIA%3D%3D&amp_js_v=0.1#aoh=160
59627782609&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=From%20%251
%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fsovasaved.wordpress.com%2F2011%2F11%2F0
3%2Fkonsep-kolaborasi%2F

Anda mungkin juga menyukai