Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS PASUNDAN
2020 - 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. atas Rahmat dan Hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “inovasi kolaborasi” dengan tepat waktu.
Makalah Kolaborasi dan Inovasi disusun guna memenuhi tugas kreativitas dan inovasi yang
diampu oleh Bpk. Muhammad Fikri Maulana, S.AB, M.BA. Selain itu, kami juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Kolaborasi dan Inovasi.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Muhammad Fikri
Maulana, S.AB, M.BA selaku dosen mata kulia Kreativitas dan Inovasi. Semoga tugas yang
telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni
kami. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 7
DAFTAR ISI
Kolaborasi adalah suatu proses partisipasi beberapa orang ataupun kelompok organisasi
untuk bekerja sama mencapai hasil tertentu. Sehingga sebagai kesimpulannya kolaborasi
bisnis merupakan salah satu cara yang terbaik untuk setiap jenis bisnis, dengan apapun
produk bisnis yang dimiliki dapat menjalin sebuah kolaborasi yang menguntungkan seperti
contoh kolaborasi bisnis yaitu antara Apple dengan IBM, Google dengan Lenovo dan
Telkomsel dengan Gojek. Dengan memiliki banyak ide kolaborasi bisnis, sebaiknya
melakukan tes uji coba yang efektif dan cocok bagi bisnis Anda. Sehingga sistem kolaborasi
brand dan konten produk serta target audiens dapat Anda miliki. Sangat disarankan
kolaborasi bisnis dengan bisnis lokal, namun hindari berpartner dengan kompetitor dan
organisasi non profit.
Kolaborasi Bisnis Bisa Memberikan Inovasi Terbaru dengan adanya kolaborasi
bisnis Anda dengan perusahaan lain, yaitu akan memiliki kegiatan bisnis lebih banyak lagi
serta dapat memiliki banyak resiko yang akan diambil. Adanya kolaborasi ini juga
memberikan peluang untuk memiliki keberanian dalam mengubah strategi bisnis.
Resiko yang diambil oleh perusahaan Anda juga dapat mendorong dan memberikan
pelajaran untuk menghasilkan inovasi bisnis, sehingga dapat memberikan peluang yang
sangat besar dalam mencapai tujuan bisnis yang baru dimasa yang akan datang.
Kata Inovasi berasal dari bahasa latin yaitu “innovare” yang bermaksud memperbaharui
atau meminda. Setiap wirausaha pasti melalui proses inovasi dari masa ke masa untuk
menjamin kesinambungan operasinya. Proses inovasi ini merupakan proses yang dilakukan
secara terus menerus untuk memastikan perusahaan dapat bersaing dalam pasar.
Inovasi membutuhkan keterbukaan dan penggunaan pengetahuan baru, teknologi, model
bisnis, proses kreativitas untuk menciptakan produk atau jasa baru sesuai keinginan
pelanggan. Sedangkan dalam kajian industri, inovasi didefinisikan sebagai metode, jalan
baru, proses teknologi maupun manajemen, membuat produk baru atasu memodifikasi
produk untuk dikomersialkan dengan memberikan nilai tambah kepada konsumen.
Melihat bahwa perilaku inovasi perusahaan ditentukan oleh kemampuan perusahaan
dalam menghilangkan hambatan dalam berinovasi untuk mencapai target inovasi yaitu
menciptakan produk atau jasa baru yang lebih baik, menguatkan proses internal dan
menciptakan model baru dalam hubungan dengan pelanggan.
Inovasi dapat terbentuk ketika adanya: perbedaan (Gap) antara permintaan (demand) dan
penawaran (supply), penciptaan permintaan karena kecenderungan (trend) dan perubahan
(change). Beberapa faktor pendukung keberhasilan inovasi adalah: harus berorientasi pada
pasar, mampu meningkatkan nilai tambah perusahaan, mempunyai unsur efisiensi dan
efektifitas, sejalan dengan visi dan misi organisasi/ perusahaan, peningkatan secara terus
menerus (continuous improvement).
Inovasi merupakan setiap ide atau pun gagasan baru yang belum pernah ada atau
pun diterbitkan sebelumnya. Sebuah inovasi biasanya berisi terobosan-terobosan baru
mengenai sebuah hal yang diteliti oleh sang inovator (orang yang membuat inovasi).
Inovasi biasanya sengaja dibuat oleh sang inovator melalui berbagai macam aksi atau
pun penelitian yang terencana. Sedangkan kolaborasi merupakan suatu bentuk proses
sosial, dimana didalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai
tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami aktivitas masing-masing.
Jadi dapat disimpulkan bahwa inovasi kolaborasi merupakan suatu hal yang saling
terikat dimana menunjukkan bahwa inovasi akan lahir, dari kolaborasi yang ejektif.
Selanjutnya, kolaborasi yang efektif mutlak membutuhkan dukungan budaya kerja yang
kuat. Melalui cara pandang dan komitmen yang kuat akan keberhasilan di kemudian
hari, setiap divisi memandang divisi lain sebagai mitra kerja dalam menumbuh
kembangkan perusahaan. Sehingga, ketika perusahaan bertumbuh, di titik itu nilai diri
setiap projesional yang bekerja di dalamnya juga turut bertumbuh. Tak hanya itu,
semangat kerja itu juga, akan berorientasi pada terciptanya ide-ide baru yang akan
membawa perusahaan pada posisi puncak. Hal lain yang tak kalah hebatnya adalah fakta
bahwa kolaborasi yang efektif juga terjalin melalui kerja sama perusahaan dengan para
pesaing dan institusi pendidikan (khususnya untuk kepentingan penelitian dan
pengembangan).
1. Tahap Pengetahuan
Proses keputusan inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan, yaitu tahap pada
saat seseorang menyadari adanya suatu inovasi dan ingin tahu bagaimana fungsi
inovasi tersebut. Ada tiga tipe pengetahuan dalam tahap pengenalan inovasi, yaitu:
kesadaran/pengetahuan mengenai adanya inovasi, pengetahuan “teknis” dan
pengetahuan “prinsip”. Tipe yang pertama yakni pengetahuan kesadaran akan adanya
inovasi yang telah dibicarakan di sebelumnya. Tipe yang kedua, meliputi informasi
yang diperlukan mengenai cara pemakaian atau penggunaan suatu informasi. Tipe
pengetahuan yang ketiga adalah berkenaan dengan prinsip-prinsip berfungsinya suatu
informasi.
Berkaitan dengan pengetahuan tentang inovasi, ada generalisasi (prinsip-prinsip
umum) tentang orang yang lebih awal mengetahui tentang inovasi :
a. Orang yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih tinggi pendidikannya daripada
yang akhir.
b. Orang yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih tinggi status sosial ekonominya
daripada yang akhir
c. Orang yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih terbuka terhadap media massa
daripada yang akhir.
d. Orang yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih terbuka terhadap komunikasi
interpersonal daripada yang akhir.
e. Orang yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih banyak kontak dengan agen
pembaharu daripada yang akhir.
f. Orang yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih banyak berpartisipasi dalam
sistem sosial daripada yang akhir.
g. Orang yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih kosmopolitan daripada yang
akhir.
Perlu diketahui juga bahwa tahu tentang inovasi tidak sama dengan
melaksanakan atau menerapkan inovasi. Banyak orang yang tahu tetapi tidak
melaksanakan, dengan berbagai kemungkinan penyebabnya.
3. Tahap Keputusan
Tahap keputusan dari proses keputusan inovasi, berlangsung jika seseorang
melakukan kegiatan yang mengarah untuk menetapkan menerima atau menolak inovasi.
Menerima inovasi berarti sepenuhnya akan menerapkan inovasi. Menolak inovasi berarti
tidak akan menerapkan inovasi. Sering terjadi seseorang akan menerima inovasi setelah
ia mencoba lebih dahulu. Bahkan jika mungkin mencoba sebagian kecil lebih dahulu,
baru kemudian dilanjutkan secara keseluruhan jika sudah terbukti berhasil sesuai dengan
yang diharapkan. Tetapi tidak semua inovasi dapat dicobadengan dipecah menjadi
beberapa bagian. Inovasi yang dapat dicoba bagian demi bagian akan lebih cepat
diterima.
Dapat juga terjadi percobaan cukup dilakukan sekelompok orang, dan yang lain
cukup mempercayai dengan hasil percobaan temannya. Perlu diperhatikan bahwa dalam
kenyataannya pada setiap tahap dalam proses keputusan inovasi dapat terjadi penolakan
inovasi. Misalnya penolakan dapat terjadi pada awal tahap pengetahuan, dapat juga
terjadi pada tahap persuasi, mungkin juga terjadi setelah konfirmasi, dan sebagainya.
Dalam pelaksanaan difusi inovasi antara: pengetahuan, persuasi dan keputusan
inovasi sering berjalan bersamaan. Satu dengan yang lain saling berkaiatan. Bahkan
untuk jenis inovasi tertentu dan dalam kondisi tertentu dapat terjadi urutan: pengetahuan-
keputusan inovasi-baru persuasi.
4. Tahap Implementasi
Tahap implementasi dari proses keputusan inovasi terjadi apabila seseorang
menerapkan inovasi. Dalam tahap implementasi ini berlangsung keaktifan baik mental
maupun perbuatan. Keputusan penerimaan gagasan atau ide baru dibuktikan dalam
praktek. Pada umumnya implementasi tentu mengikuti hasil keputusan inovasi. Tetapi
juga tejadi karena sesuatu hal sudah memutuskan menerima inovasi tidak diikuti
implementasi. Biasanya hal ini terjadi karena fasilitas penerapan yang tidak tersedia.
Kapan tahap implementasi berakhir? Mungkin tahap ini berlangsung dalam waktu
yang sangat lama, tergantung dari keadaan inovasi itu sendiri. Tetapi biasanya suatu
tanda bahwa taraf implementasi inovasi berakhir jika penerapan inovasi itu sudah
melembaga atau sudah menjadi hal-hal yang bersifat rutin. Sudah tidak menerapkan hal
yang baru lagi.
Dalam tahap implementasi dapat terjadi hal yang yang disebut Reinvention (invensi
kembali) yaitu penerapan inovasi dengan mengadakan perubahan atau modifikasi. Jadi
penerapan inovasi tetapi tidak sesuai dengan aslinya. Reinvensi bukan berarti tentu hal
yang tidak baik, tetapi terjadinya re-invensi dapat merupakan kebijakan dalam
pelaksanaan atau penerapan inovasi, dengan mengingat kondisi dan situasi yang ada.
Hal-hal yang memungkinkan terjadinya re-invensi antara lain: inovasi yang sangat
komplek dan sukar dimengerti, penerima inovasi kurang dapat memahami inovasi karena
sukar untuk menemui agen pembaharu, inovasi yang memungkinkan berbagai
kemungkinan aplikasi, apabila inovasi diterapkan untuk memecahkan masalah yang
sangat luas, kebanggaan akan inovasi yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu juga dapat
menimbulkan re-invensi.
5. Tahap Konfirmasi
Dalam tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap keputusan yang
telah diambilnya, dan ia dapat menarik kembali keputusannya jika memang diperoleh
informasi yang bertentangan dengan informasi semula. Tahap konfirmasi ini sebenarnya
berlangsung secara berkelanjutan sejak terjadi keputusan menerima atau menolak inovasi,
yang berlangsung dalam waktu yang tak terbatas. Selama dalam tahap konfirmasi
seseorang berusaha menghindari terjadinya disonansi atau paling tidak berusaha
menguranginya.
2.4. Elemen-elemen kolaborasi
1. Struktur
Praktik kolaborasi mengganti pendekatan pengelompokan hirarkis dengan pendekatan
yang mendorong interaksi antara sesama anggota. Model hirarkis menekankan komunikasi
satu arah, terdapat tokoh yang dominan. Model praktik kolaboratif menekankan komunikasi
dua arah, tetapi tetap menempatkan salah satu tokoh pada posisi utama. Model melingkar
menekankan kontinuitas, kondisi timbal balik satu dengan yang lain dan tak ada satu
pemberi pelayanan yang mendominasi terus menerus.
2. Proses
Ruble dan Thomas (1976) dalam jurnal Organizational Behavior and Human
Performance telah mengembangkan suatu ilustrasi yang dapat membantu interpretasi
hubungan kolaborasi. Gambar di bawah ini memperlihatkan bagaimana struktur dan proses
saling memperkuat.
3. Hasil akhir
Hasil akhir merupakan penentu alasan kolaborasi, sulit mengatakan kolaborasi apabila
tidak ada hasilnya. Dengan meneliti hasil akhir yang tercapai, maka mereka yang membentuk
atau mengevaluasi suatu praktik dapat mengevaluasi proses lainnya.
1. Kerjasama, Menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk memeriksa beberapa
alternatif pendapat dan perubahan kepercayaan.
2. Asertivitas, Merupakan hal yang penting ketika individu dalam tim mendukung pendapat
mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif menjamin bahwa pendapatnya benar-benar
didengar dan konsensus untuk dicapai.
3. Tanggung jawab, Mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil konsensus dan
harus terlibat dalam pelaksanaannya.
4. Komunikasi, Setiap anggota bertanggung jawab untuk membagi informasi penting
mengenai isu yang terkait.
5. Otonomi, Kemandirian anggota tim dalam batas kompetensinya.
6. Koordinasi, Efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan pasien, mengurangi
duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam menyelesaikan permasalahan.
7. Kolegalitas, Saling menghargai.
8. Konsep dengan arti yang sama Mutualitas, dimana individu mengartikannya sebagai
suatu hubungan yang memfasilitasi proses dinamis antara orang-orang yang ditandai oleh
keinginan maju untuk mencapai tujuan dan kepuasan setiap anggota.
9. Kepercayaan, Konsep umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa rasa
pecaya, kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi ancaman, menghindar dari tanggung
jawab, terganggunya komunikasi.
Bagaimana organisasi anda menentuakn proses penciptaan nilai utamanya? Apa saja
proses produk, jasa dan bisnis utama organisasi anda untuk menciptakan dan menambha
nilai? Bagaimana proses-proses berkontribusi pada keuntungan dan suksesnya bisnis?
d. Apa saja ukuran kinerja atau inidkator utama untuk mengontrol dan memperbaiki proses-
proses penciptaan nilai-nilai? Bagaimana operasi sehari-hari anda pada proses ini untuk
menjamin memenuhi persyaratan proses utama? Bagaimana pengukuran dalam proses
digunakan untuk mengelola proses-proses ini? Bagaimana masukan pelanggan, pemasok
dan partner digunakan untuk mengelola proses-proses ini seperlunya?
e. Bagaimana anda meminimumkan biaya keseluruhan terkait dengan inspeksi, tes dan audit
proses atau kinerja? Bagaimana anda mencegah cacat dan kerja ulang dan
meminimumkan biaya garansi seperlunya?
f. Bagaimana anda memperbaiki proses penciptaan nilai untuk mendapatkan kinerja lebih
baik, mengurangi variabilitas, memperbaiki produk-produk dan jasa-jasa dan menjaga
proses sesuai dengan kebutuhan dan arah bisnis? Bagaimana perbaikan dan pelajaran
yang diambil dibagi dengan unit organisasi atau proses lainnya untuk mendorong
pembelajaran organisasi dan inovasi?
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Inovasi kolaborasi merupakan suatu hal yang saling terikat dimana menunjukkan bahwa inovasi
akan lahir, dari kolaborasi yang ejektif. Selanjutnya, kolaborasi yang efektif mutlak membutuhkan
dukungan budaya kerja yang kuat. Melalui cara pandang dan komitmen yang kuat akan keberhasilan
di kemudian hari, setiap divisi memandang divisi lain sebagai mitra kerja dalam menumbuh
kembangkan perusahaan. Sehingga, ketika perusahaan bertumbuh, di titik itu nilai diri setiap
projesional yang bekerja di dalamnya juga turut bertumbuh. Tak hanya itu, semangat kerja itu juga,
akan berorientasi pada terciptanya ide-ide baru yang akan membawa perusahaan pada posisi puncak.
Hal lain yang tak kalah hebatnya adalah fakta bahwa kolaborasi yang efektif juga terjalin melalui
kerja sama. Inovasi diperlukan untuk menciptakan ekosistem implementasi kebijakan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
https://manajemenppm.wordpress.com/2013/10/17/saat-kolaborasi-dan-inovasi-
berpadu/
https://www.wartaekonomi.co.id/read65985/kolaborasi-sosial-mendorong-lahirnya-
inovasi-di-dunia-bisnis
https://www.harmony.co.id/blog/pentingnya-melakukan-kolaborasi-bisnis-untuk-
perkembangan-perusahaan-anda
https://yudharta.ac.id/id/2016/11/proses-entrepreneurship-kolaborasi-inovasi-penciptaan-
kekayaan-di-dalam-organisasi-bisnis/
http://www.baldrige21.com/05_CRITERIA_BUSINESS/05_CI_CRITERIA_BAHASA/
05%20ID%20Item%206.1.html
https://sovasaved-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/sovasaved.wordpress.com/2011/11/03/konsep-
kolaborasi/amp/?usqp=mq331AQHKAFQCrABIA%3D%3D&_js_v=0.1#aoh=160
59627782609&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=From%20%251
%24s&share=https%3A%2F%2Fsovasaved.wordpress.com%2F2011%2F11%2F0
3%2Fkonsep-kolaborasi%2F