Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

STUDI KASUS MANAJEMEN PERUSAHAAN KONTRAKTOR


PT. SEKAWAN TRIASA

Disusun untuk memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Pengantar Manajemen

Oleh :
ARIE IRMA WIDJAYANTI
(6304920060062 / D4 Komputerisasi Akuntansi)

UNIVERSITAS SAINS & TEKNOLOGI KOMPUTER


SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis
tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat
serta salam tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad SAW yang syafa’atnya
kita nantikan kelak.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga makalah “Studi Kasus Manajemen Perusahaan Kontraktor” dapat
diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas UAS mata kuliah
Pengantar Manajemen. Penulis berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi
masyarakat yang memiliki Perusahaan kontraktor atau sebagai karyawan di
Perusahaan Kontraktor.
Penulis menyadari makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena
kesalahan dan kekurangan. Penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar
makalah ini dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,
baik terkait penulisan maupun konten, penulis memohon maaf.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Semarang, 12 Oktober 2020
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perusahaan kontraktor yang dibahas pada makalah ini adalah PT. Sekawan Triasa.
Perusahaan ini terletak di Jl. Mentri Supeno II No. 2-4, Mugassari 50243,
Semarang Selatan, Semarang, Jawa Tengah. Perusahaan kontraktor ini berdiri pada
tahun 1971 dengan nama CV. Sekawan Kontraktor. Dan berubah nama menjadi
PT. Sekawan Triasa pada tahun 1978. Pernah meraih Sertifikat ISO 9001 pada
tahun 2005, Sertifikat ISO 18001 tahun 2008, dan Sertifikat ISO 14001 pada tahun
2011. Perusahaan ini bergerak di bidang usaha jasa konstruksi nasional dengan
kualifikasi besar. Melayani mengenai pelaksanaan, perencanaan, bangunan
gedung, dan konstruksi baja.
Suatu hari perusahaan ini mendapatkan kontrak untuk proyek gedung bertingkat
tinggi yang harus selesai dalam waktu 500 hari kalender. Perusahaan bertekad
untuk selalu memberikan kepuasan kepada pelanggan dalam hal: ketepatan waktu
dan ketepatan mutu, serta berusaha memenuhi persyaratan hukum dan juga
berusaha secara optimal untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan
pencemaran lingkungan.
Namun dalam memenuhi kepuasan pelanggan dalam ketepatan waktu terkadang
ada kendala sehingga pekerjaan tidak dapat berjalan dengan lancar yaitu :
• Kelalaian dari owner atau perencana atau pekerja atau kontraktor atau sub
kontraktor
• Perubahan yang terjadi pada saat pelaksanaan
• Perselisihan
• Pengiriman material atau alat yang terlambat
• Dan kejadian-kejadian yang lain berada dibawah tanggung jawab kontraktor
Kontraktor harus memberikan pemberitahuan secara tertulis kepada perencana
tidak lebih dari 10 hari setelah kejadian yang menunjukkan kejadian pekerjaan.
Pada hari ke 300, berdasarkan penjadwalan kurva s harusnya sudah bisa
membutuhkan 67,5%, tapi kontraktor baru bisa menyelesaikan pekerjaan sebesar
20% saja. Hal ini disebabkan karena beberapa macam kejadian yaitu :
1. Sebuah kebakaran terjadi dan kontraktor tidak memberi tahu hal ini kepada
pemilik . Sedangkan perencana segera ke lapangan setelah kejadian kebakaran
dan pemberitahuan kepada pemilik . Sub kontraktor memberikan pernyataan
pernyataan bahwa sub kontraktor elektrikal yang mengakibatkan kebakaran
yaitu konsleting yang terjadi menimbulkan percikan api dan menyambar tiner
cat sehingga timbul kebakaran sedangkan sub kontraktor elektrikal memberikan
pernyataan bahwa sub kontraktor pengecatanlah yang mengakibatkan
kebakaran yaitu tiner cat jatuh dan mengenai kabel sehingga terjadi konsleting
dan terbakar.

2. Operator Backhoe indikator bahwa alat berat backhoe harusnya indikator ,


tetapi tetap digunakan, suatu saat sekop dari backhoe terlepas dan harus
digunakan. Ternyata sparepart harus didatangkan dari luar kota.

3. Konflik antara Kontraktor dan Manajemen Konstruksi.

4. Masalah hukum sebelum pemilik kontrak terjadi yaitu kasus penyuapan


terhadap komite pelelangan pada saat pelelangan terjadi.
BAB II
ANALISA
Pemahaman tentang konstruksi dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu
teknologi konstruksi dan manajemen konstruksi. Kedua hal ini saling terkait
satu sama lain dan untuk meningkatkan efektifitas dan pengelolaan dalam
pengelolaan poyek.
Teknologi konstruksi pembelajaran metoda atau teknik yang digunakan untuk
mewujudkan bangunan fisik dalam lokasi proyek. Sedangkan, manajemen
konstruksi adalah bagaimana agar sumber daya yang terlibat dalam proyek
konstruksi dapat diaplikasikan oleh manajer secara tepat, yaitu; tenaga kerja,
material, mesin, monye dan metode.
Dengan demikian, harus dibuat perancangan untuk teknik atau manajemen yang
dapat mengakomodasi peninjauan dan terus menerus di setiap saat dalam
memenuhi kebutuhan yang ada demi menyelesaikan pekerjaan yang sedang
berjalan.

Di bidang manajemen konstruksi sangat penting karena mencakup berbagai


pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi baik perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan. Oleh ith untuk mencapai suatu tujuan tertentu
maka setiap tahap perancangan dan pekerjaan harus dijalankan sesusai dengan
fungsinya.
Maka dari kasus ini saya membahas setiap proses-proses yaitu : proses
pelelangan, kontrak, pengjadwalan proyek, organisasi, manajemen komunikasi
dan kemimpinan.
A. Pelelangan
Setelah tahap desain pembangunan oleh perencana maka
pembangunan akan tahap pengadaan pelaksana konstruksi. Proses ini di
lakukan untuk menjaring pemberi jasa konstruksi dengan tujuan
mendapatkan jasa konstruksi yang terbaik dalam melakukan pelaksanaan
pembangunan proyek konstruksi. Karena proses ini sangat menentukan
kontraktor yang terbaik dan sudah memiliki pengalaman dan keahlihan
dalam proyek yang akan dilaksanakan.
Pada saat proses pelelangan tidak boleh ada penyuapan atau kecurangan
apapun karena para pengadaan jasa atau barang akan melanggar prinsip-
prinsip dasar pelelangan yang ada, yaitu :
 Efisien : Karena pengadaan barang atau jasa tidak menggunakan dana
dan daya yang ada untuk memilih pemenang yang akan melaksanakan
pekerjaan proyek tersebut yang telah ditetapkan.
 Efektif : Karena tidak sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan.
 Terbuka dan bersaing : Pada tahap ini pengadaan barang atau jasa
harus terbuka bagi penyedia barang atau jasa yang memenuhi persyaratan
dan dilakukan melalui persaingan yang sehat di antara penyedia barang
atau jasa setara dan memenuhi syarat atau kriteria yang ditentukan
berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan. Mungkin
terbuka pada saat proses pelelangan tetapi ada penyedia barang atau jasa
yang bekerja sama dengan komite pelelangan proyek untuk proyek
tersebut.
 Adil : Ini jelas-jelas terjadi perlakuan yang tidak sama para calon
penyedia barang atau jasa karena diantara para calon penyedia barang
atau jasa ada yang sudah bekerja sama untuk dimenangkan proyek
tersebut.
 Akuntabel : Karena dalam proyek tidak berjalan sesuai perencanaan
yang ditetapkan.

Dan juga akan melanggar tata cara pelelangan yang sudah ada dalam
proses pelelangan untuk pengumuman pelelangan dan penunjukan
pemenang yang akan melaksanakan dan bertanggungjawab dalam proyek
tersebut.

B. Kontrak
Proses Pemesanan kontrak diawali dengan dua pihak atau lebih yang
telah disepakati untuk mengadakan kerja sama, berupa kesanggupan oleh
satu pihak untuk melakukan sesuatu bagi pihak lain dengan sejumlah
keseimbangan yang telah disepakati bersama.
Setelah proyek tersebut dimenangkan oleh kontraktor, selanjutnya
kontraktor akan memilih sub-kontraktornya. Dalam proyek ini terdapat
kontraktor utama, dan dua sub-kontraktor lain yaitu sub-kontraktor elektrikal
dan sub-kontraktor pengecatan. Dalam persetujuan yang disepakati bersama
harus bebas dari semua terminologi yang dapat mempunyai arti samar atau
ganda. Karena dapat menimbulkan keragu-raguan dalam pengartian dan
penafsirannya. Masing-masing pihak akan berusaha memberikan hasil yang
dihasilkan oleh akibat yang tentunya dengan maksud tidak merugikan diri
sendiri sehingga kerap menjadi bibit perselisihan.
Maka dalam proyek ini kedua pihak dari sub-kontraktor saling
menuding satu sama lain atas kebakaran yang terjadi dalam proyek untuk
tidak bertanggung jawab. Mereka tidak ingin merugikan atau dirugikan dari
pihak lain demi menjaga keahlihan dalam pekerjaan mereka di bagian yang
dikerjakan.
Maka ada kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dalam kontrak
antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek ini:
1. Pelanggaran Kontrak
Pelanggaran ini terjadi karena kedua pihak baik kontraktor dan komite
pelelangan melakukan permintaan terhadap persyaratan yang terkandung
dalam kontak. Akibatnya, salah satu pihak akan mengalami kerugian dan
oleh kerena kerugian tersebut dapat dilakukan penggantian pada pihak
yang menyebabkannya.
2. Pemutusan Kontrak
Pemutusan kontrak dapat terjadi dengan semua pemenuhan persyaratan
baik syarat administrasi administrasi secara otomatis mengakibatkan
kontrak selesai. Dan owner memiliki hak penuh untuk dapat
memberhentikan kontrak dengan kontraktor tersebut.
3. Kerugian Akibat Pelanggaran Kontrak
Dalam sebuah kontrak, selalu ada pihak-pihak yang dirugikan. Pihak
yang dirugikan berhak atas kerugian atas kerugian yang disebabkan oleh
pihak lain yang melakukan kontrak. Karena dari kedua sub-kontraktor
tidak mengakui kesalahan mereka dengan apa yang mengakibatkan
kebakaran terjadi itu.
4. Hubungan Kontrak Dalam Proyek
Pihak-pihak dalam proyek dapat dikelompokkan menjadi hubungan yang
besifat kontraktual. Artinya, pihak tersebut merupakan kontrak dan juga
hubungan antarpihak yang tidak langsung terlibat dalam pelaksanaan
proyek. Dalam proyek ini kontraktor utama pengawasannya terhadap
sub-kontraktor kurang karena tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi
dalam proyek sehingga mengakibatkan kebakaran yang tidak
dipertanggugjawabkan dari kedua sub-kontraktornya. Ini menunjukan
bahwa hubungan antara kontraktor dan sub-kontraktor tidak begitu baik
dalam proyek ini.
C. Penjadwalan Proyek
Sebelum pelaksanan kegiatan proyek kostruksi dimulai, biasanya didahului
penyusunan rencana kerja waktu kegiatan yang sesuai dengan metoda
konstruksi yang akan digunakan. Pihak pengelola proyek yang melakukan
kegiatan pendataan lokasi proyek gona mendapatkan infromasi detail untuk
penyusunan rencana kerja atau jadwal proyek.
Dalam penyusunan rencana kerja pada awalnya perencanaan sudah
direncankan dengan begitu rupa tetapi masih terjadi beberapa hal yang dapat
mengakibatkan kejadian tersebut, yaitu:
 Dalam proyek ini sudah direncanakan dengan jangka waktu 500 hari
kalender harus selesai, dan pada 300 hari seharusnya sudah bisa
mencapai 67,5% tetapi pada kenyataan di lapangan tidak sesuai dengan
waktu yang telah direncanakan. Maka hal ini akan menyebabkan
pekerjaan selanjutnya.
 Pada pekerjaan yang akan dilaksanakan setiap sub-kontraktor harus jelas
dan tepat, karena hearts proyek kontruksi setiap pekerjaan ada
tahapannya.
 Pengadaan peralatan tidak berfungsi, kemampuan dan kondisi peralatan.

D. Organisasi
Pengorganisasian ini bertujuan untuk melakukan pengaturan dan
pengelompokan kegiatan proyek agar kinerja yang dihasilkan sesuai dengan
harapan. Tahap ini menjadi sangat penting karena ketidaktetapan pengaturan
dan pengelompokan kegiatan yang terjadi akan berakibat langsung terhadap
tujuan proyek.
Pengelompokan kegiatan dapat dilakukan dengan menyusun jenis
kegiatan dari yang besar hingga yang paling baik. Penyusunan tersebut
kemudian berkembang dengan penemuan pihak yang bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan pekerjaan.
Dalam sistem pengorganisasian di proyek ini kurang baik karena pada
saat pelelangan komite pelelangan tidak mengikuti tata cara pelelangan yang
ada dan memilih kontraktor yang belum berpengalaman untuk melaksanakan
proyek semacam ini. Sehingga terjadi berbagai masalah yang mengakibatkan
yang jauh dari perencanaan pada awalnya. Masalah-masalah yang
berhubungan dengan organisasi pada proyek ini adalah:
 Hubungan antara pihak kontraktor dan manajemen konstruksi kurang
baik karena ada konflik antara pihak manajemen proyek dan kontraktor.
 Kontraktor tidak mengontrol seluruh pekerjaan yang dikerjakan oleh
pekerja kontraktor dan sub-kontraktornya.

E. Manajemen Komunikasi
Untuk melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan yang telah
direncanakan hal yang paling penting adalah komunikasi antara semua pihak
yang terlibat di dalam pekerjaan tersebut untuk menjaga tidak berlaku hal-
hal yang akan menyebabkan pekerjaan yang lain. Komunikasi merupakan
suatu koordinasi yang melibatkan seluruh pihak dalam pekerjaan untuk
memaksimalkan fungsi masing-masing pada suatu harapan dan tujuan
tertentu.
Tapi di proyek komunikasi antara pihak kontraktor dan pemilik tidak
berjalan sesuai apa yang telah disepakati dari awal. Kontraktor harus
memberikan pemberitahuan secara tertulis kepada perencana tentang semua
kejadian yang terjadi. Masalah yang muncul dengan komunikasi di proyek
ini adalah:
 Kontraktor tidak memberi tahu kebarakaran yang terjadi kepada pemilik.
 Sebenarnya kontraktor harus tetap memberitahukan kejadian ini kepada
perencana meskipun perencana langsung ke lapangan untuk melihat
langsung kejadian tersebut. Karena pemberitahuan tertulis tersebut
merupakan sebuah bukti untuk kontraktor atas informasi jadwal
pekerjaan.
 Operator backhoe tidak memberitahukan kondisi alat kepada manajer
lapangan.
 Terjadi konflik antara manajemen konstruksi dan kontraktor mungkin
karena kurangnya komunikasi di lapangan dan kontraktor dengan
manajemen konstruksi tentang pelaksanaan pekerjaan proyek.

F. Masalah Kepemimpinan
Masalah mendasar yang menjadi pemikiran pemimpin konstruksi
secara tepat sehingga mampu memanfaatkan sumber daya yang ada dalam
perusahaan jasa yang dikenal dengan 5 M ( Pria, Mesin, Metode, Bahan dan
Uang ). Menyelesaikan masalah dan menentukan arah tujuan tercapainya
proyek konstruksi yang tepat biaya, tepat waktu, dan tepat waktu dalam
lingkungan dinamis dan senantiasa berubah.
Kontraktor dalam proyek tersebut merupakan pimpinan proyek yang
mampu melaksanakan, menjalankan dan mengelola dengan mengatasi
semua yang ditimbulkannya. Peran kontraktor dalam proyek tersebut adalah
melakukan tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah disepakati
dan ditetapkan dengan pemilik. Dan masalah-masalah yang terjadi dalam
proyek tersebut yang berhubungan dengan kepemimpinan yaitu:
 Pelaksanaan proyek tidak tepat pada waktu yang telah direncankan pada
awalnya.
 Tidak mampu mengatasi masalah yang terjadi di dalam proyek makanya
tidak menginfomasikan kejadian tersebut kepada pemilik .
 Tidak tepati pada perjanjian yang telah menandatanggani dengan
pemilik.

BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan dari analisis permasalahan pada makalah ini adalah:
1. Pada point pelelangan, apabila terjadi kecurangan atau adanya penyuapan, klien
dapat membawa kasus tersebut ke jalur hukum dan menuntut komite pelelangan
dan kontraktor agar bertanggung jawab.
2. Apabila terjadi penghentian proyek untuk sementara, klien dapat mencari
kontraktor yang lebih berpengalaman & pihak kontraktor wajib ganti rugi
berupa materi ataupun material.
3. Peranan kontraktor paling utama dalam proyek yakni harus konsisten dan tegas
untuk melakasanakan proyek sesuai waktu yang telah direncanakan.
4. Hubungan antara semua pihak yang terlibat dalam proyek harus tetap solid dan
baik, untuk menjamin kualitas dari proyek.
5. Komunikasi antara pihak kontraktor dengan manajemen konstruksi harus lebih
intens lagi agar tidak terjadi konflik yang dapat menghambat pekerjaan.
6. Jika terjadi konflik seperti pada proyek tersebut maka klien harus mengambil
keputusan untuk menyelesaikan konflik tersebut.
7. Pemimpin perusahaan kontraktor harus berani menghadapi segala masalah dan
keamanan di proyek tersebut demi menjaga perusahaannya dan keahlihannya di
proyek konstruksi.

Anda mungkin juga menyukai