BB ( kg )
IMT=
[TB ( m ) ]2
Keterangan:
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status gizinya
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT
Kategori IMT
Kurus Kekurangan < 17,0
berat badan
tingkat berat
Kekurangan 17,0 –
berat badan 18,4
tingkat ringan
Normal 18,5 –
25,0
Gemuk Kelebihan berat 25,1 –
badan tingkat 27,0
ringan
Kelebihan berat > 27,0
badan tingkat
berat
Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk, 2014.
Jika seseorang termasuk kategori :
(1) IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis
(KEK) berat.
(2)IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK ringan (Depkes,
2011).
6) Menurut Supariasa, dkk (2014), pengukuran LLA pada kelompok Wanita
Usia Subur (usia 15 – 45 tahun) adalah salah satu deteksi dini yang
mudah untuk mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi Kronis
(KEK). Ambang batas LLA WUS dengan risiko KEK di Indonesia
adalah 23,5 cm. Apabila LLA < 23,5 cm atau dibagian merah pita LLA,
artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan
melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR mempunyai risiko
kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan perkembangan anak
(Supariasa, dkk, 2014).
b. Persiapan Gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan melalui
penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi besi
serta defisiensi asam folat.
Adapun edukasi gizi bagi wanita dewasa yaitu pemberian makanan
bergizi seimbang khususnya peningkatan konsumsi sayur dan buah serta
menghindari makanan tinggi gula garam dan lemak. (PPAG Puskesmas,
2018: 123).
Adapun strategi pencegahan dan penanganan anemia pada WUS.
Namun demikian, tidak ada yang lebih membahagiakan pasangan suami istri
selain dari kehadiran buah hati dalam perkawinan mereka. Mesi begitu,
tidak semua pasangan yang baru menikah ingin segera hamil. Untuk
menunda kehamilan tersedia beberapa metode KB yang dianjurkan.
b. Tanda-tanda kehamilan
1) Tes kehamilan poitif (+)
2) Tidak mendapat menstruasi/ haid sebagaimana biasanya (tidak
menstruasi pada siklus haid bulan berikutnya)
3) Timbul rasa mual, muntah-muntah dan pusing terutama pada pagi hari
serta sering buang air kecil
4) Tidak ada nafsu makan
5) Kadang-kadang mengidam atau menginginkan makanan yang jarang ada
atau tidak pernah dimakannya
6) Pada usia kehamilan lebih lanjut dengan alat tertentu dapat terdengar
detak jantung janin.
c. Cara Menghitung Usia Kehamilan dan Taksiran Persalinan
1) Menghitung Usia Kehamilan
Misalnya tanggal 8 Juni 2009 masih haid, kemudian ketika diperiksa
tanggal 14 Juli 2009 dinyatakan positif hamil berarti bahwa umur
kehamilannya adalah antara 8 Juni sampai dengan 14 Juli 2009 adalah 36
hari atau sekitar 5 minggu.
2) Menentukan Taksiran Persalinan
Taksiran persalinan/melahirkan: Harus diketahui haid terakhir
(tanggal,bulan,tahun)
Rumus :
Tanggal +7
Bulan -3
Tahun +1
Contoh: Haid atau dating bulan terakhir tanggal 8 Juni 2019 Maka waktu
persalinan diperkiraka Tanggal 8+7=15, Bulan 6-3=3, Tahun 2019+1=
2020 Jadi diperkirakan melahirkan pada tanggal 15 Maret 2020.
d. Memeriksa Kehamilan
Seorang ibu sebaiknya mulai memeriksakan kehamilan seawal mungkin,
yaitu setelah terlambat haid selama 2 bulan berturut-turut sehingga
kesehatan ibu dan janin selalu dapat dipantau dan ibu bisa memperoleh
nasehat atau pengobatan bila ada keluhan.
Pelayanan pemeriksaan ibu hamil mencakup 10T :
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2) Pengukuran tekanan darah Ibu.
3) Tentukan status gizi (ukur lingkar lengan atas).
4) Pengukuran janin/pengukuran tinggi fundus uteri
5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
6) Penilaian status imunisasi TT
7) Tablet tambah darah
8) Tes laboratorium
9) Tata laksana kasus
10) Tatap muka/konseling tentang kehamilan
Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan :
Trimester I (0-3 bulan) : 1 kali
Trimester II (4-6 bulan) : 1 kali
Trimester III (7-9 bulan) : 2 kali
(Kementrian Kesehatan, 2016).
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan yang profesional untuk meningkatkan
derajat kesehatan ibu hamil beserta janin yang dikandungnya. Pelayanan
antenatal yang dilakukan secara teratur dan komprehensif dapat
mendeteksi secara dini kelainan dan risiko yang mungkin timbul selama
kehamilan, sehingga kelainan dan risiko tersebut dapat diatasi dengan
cepat dan tepat1. Indikator yang digunakan untuk menggambarkan akses
ibu hamil terhadap pelayanan antenatal yaitu cakupan K1 (Kunjungan
pertama) adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan dan
K4 adalah kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi, sesuai standar.
Pelayanan antenatal dinilai berkualitas apabila pelayanan antenatal
tersebut telah memenuhi standar yang telah ditetapkan pemerinztah, yaitu
10 T (timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah,
nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/ LiLa), ukur tinggi fundus uteri,
tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status
imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus bila diperlukan,
pemberian tablet tambah darah, pemeriksaan laboratorium sederhana
(rutin/khusus), tatalaksna/penanganan kasus, temu wicara/ konseling)
(Kemenkes RI, 2012).
e. Proses Kehamilan
1) Sel telur yang matang dibuahi oleh sperma dalam saluran telur (tuba
fallopi)
2) Sel telur yang telah dibuahi sperma (embrio) menempel di lapisan
dalam dinding rahim
3) Dalam 120 hari pertama, embrio berkembang mengikuti
tahapan kehidupan sel (hayati)
4) Memasuki usia kehamilan lebih lanjut, embrio berkembang
mengikuti tahapan kehidupan insani menjadi janin/ bayi
5) Kehamilan umumnya berakhir dengan persalinan setelah 280
hari ( 9 bulan 10 hari).
Proses kehamilan dimulai dari bertemunya sel sperma laki-laki
dan sel ovum matang dari wanita yang kemudian terjadi pembuahan,
proses inilah yang mengawali suatu kehamilan. Untuk terjadi suatu
kehamilan harus ada sperma, ovum, pembuahan ovum (konsepsi),
implantasi (nidasi) yaitu perlekatan embrio pada dinding rahim,
hingga plasentasi/ pembentukan plasenta. Dalam proses pembuahan,
dua unsur penting yang harus ada yaitu sel telur dan sel sperma.
Sel telur diproduksi oleh indung telur atau ovarium wanita, saat
terjadi ovulasi seorang wanita setiap bulannya akan melepaskan satu
sel telur yang sudah matang, yang kemudian ditangkap oleh rumbai –
rumbai (microfilamen fimbria) dibawa masuk kerahim melalui saluran
telur (tuba fallopi), sel ini dapat bertahan hidup dalam kurun waktu
12-48 jam setelah ovulasi. Berbeda dengan wanita yang melepaskan
satu sel telur setiap bulan, hormon pria testis dapat terus bekerja untuk
menghasilkan sperma. Saat melakukan senggama (coitus), berjuta-juta
sel sperma (spermatozoon) masuk kedalam rongga rahim melalui
saluran telur untuk mencari sel telur yang akan di buahi dan pada
akhirnya hanya satu sel sperma terbaik yang bisa membuahi sel telur
(Manuaba, 2010).
f. Menjaga Kehamilan
Ibu hamil dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa
selama tidak ditemukan adanya keluhan atau kelainan dan
memperhatikan istirahat yang cukup. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan ibu hamil adalah :
1) Jangan kelelahan dan mengangkat benda berat
2) Berbaring selama 1 jam pada siang hari, usahakan kaki lebih tinggi
dari perut
3) Tidur cukup (9 - 10 jam)
4) Tidur terlentang pada saat hamil muda, tidur miring pada kehamilan
lanjut
5) Berpakaian longgar yang menyerap keringat
6) Memakai kutang yang dapat menahan payudara yang membesar serta
memakai alas kaki bertumit rendah.
7) Posisi hubungan seks perlu diatur agar tidak menekan perut Ibu
8) Beraktivitas fisik dengan berjalan kaki selama 30-60 menit tiap hari atau
berolahraga ringan seperti senam hamil dilakukan dengan hati-hati dan
seksama
9) Hindari berdekatan dengan orang yang sedang sakit menular dan orang
yang merokok
10) Pemakaian obat harus sesuai dengan petunjuk dokter
11) Makan bergizi seimbang termasuk sayur dan buah 3-5 porsi sehari
i. Penundaan Kehamilan
Menunda kehamilan dengan kontrasepsi yang tepat, tidak semua
pasangan yang baru menikah ingin segera hamil. Untuk menunda kehamilan
tersedia beberapa metode KB yang dianjurkan misalnya seperti:
1) Metode modern jangka pendek seperti pil, kondom
2) Metode modern jangka panjang seperti implan/AKBK (Alat Kontrasepsi
Bawah Kulit), IUD/AKDR (Alat Kontraepsi alam Rahim)
3) Metode alamiah seperti pantang berkala seperti pengukuran suhu basal,
penilaian lendir vagina.
j. Tanda Bahaya Kehamilan
a) Keluar cairan dari vagina, penis atau anus yang berbeda dari biasanya.
b) Rasa perih atau nyeri atau panas pada saat kencing atau setelah kencing,
atau menjadi sering kencing.
c) Ada luka terbuka/basah di sekitar kemaluan atau sekitar mulut. Luka ini
bisa terasa nyeri bisa juga tidak.
f) Pada pria, terdapat bengkak dan nyeri pada kantung pelir/kantung zakar.
d) Nadi
Untuk mengetahui fungsi jantung ibu, normalnya 80 – 90 x/
menit (Marmi ,2012 : 129).
e) Suhu
Digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta
membantu menentukan diagnosis penyakit. Normal antara 36,0°C –
37,0°C . (Marmi ,2012 : 130).
f) Respirasi
Bertujuan untuk menilai frekuensi pernapasan normal, irama,
kedalaman, dan tipe/pola pernapasan. Pernafasan normal antara 18-24
kali per menit (Marmi ,2012 : 130).
g) Berat Badan
Apabila klien yang datang untuk mendapat konseling prakonsepsi
mengalami amenore dan berat badannya dibawah normal, ia harus
diindikasikan untuk meningkatkan asupan kalori. Sebaliknya, apabila
ia mengalami obesitas, ia harus dianjurkan untuk mengurangi asupan
kalori supaya berat badannya turun sampai rentang normal pada saat
konsepsi, karena obesitas dalam masa kehamilan meningkatkan resiko
preeklampsia dan gangguan tromboembolisme. Wanita juga harus
dianjurkan untuk meningkatkan asupan asam folat sebesar 400 mg per
hari (Kemenkes RI, 2015).
h) Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang dapat melihat
keadaan status gizi sekaran dan keadaan yang telah lalu. Pertumbuhan
tinggi/panjang badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif
pada masalah kekurangan gizi pada waktu singkat (Anggraeni, 2012).
Salah satu cara untuk menentukan status gizi yaitu dengan
membandingkan berat badan dan tinggi badan.
IMT = BB (Kg)/ TB2 (dalam meter)
(1) Untuk Perempuan
Kurus : < 17 Kg/m2
Normal : 17 – 23 Kg/ m2
Kegemukan : 23 – 27 Kg/ m2
Obesitas : > 27 Kg/ m2
(2) Untuk Laki – Laki
Kurus : < 18 Kg/m2
Normal : 18 – 25 Kg/ m2
Kegemukan : 25 – 27 Kg/ m2
Obesitas : > 27 Kg/ m2
i) LILA
Ukuran LiLA normal yaitu >23,5cm. Jika < 23,5 cm merupakan
indikator Ibu kurang gizi sehingga beresiko untuk melahirkan BBLR.
(Marmi ,2012 : 130).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dhamayanti (2017)
tentang Hubungan Status Gizi Pada Calon Pengatin (Catin) dengan
Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Berdasarkan hasil analisis dengan
ujiexact fisher, diperoleh nilai p-value (>0,05), yaitu 0,07 hal tersebut
berarti Ha ditolak, Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan antara status gizi calon pengantin dengan kadar
hemoglobin ibu hamil.
2) Status Present
a) Kepala : Untuk mengetahui kebersihan kepala. Normalnya bentuk
mesochepal, kulit kepala bersih dan rambut tidak rontok (Mandriwati,
2008).
b) Muka : Untuk mengetahui apakah ada oedema atau tidak, cyanosis
atau tidak (Marmi, 2012 : 130).
c) Mata : Untuk mengetahui warna sklera (ikterik atau tidak, menilai
kelainan fungsi hati) dan warna konjungtiva (pucat atau cukup merah,
sebagai gambaran tentang anemia secara kasar) dan secret
(Sulistyawati, 2009).
d) Hidung : Untuk memeriksa kebersihan, dan adanya polip. Normalnya
tidak ada polip dan sekret (Sulistyawati, 2009).
e) Mulut : Saat hamil pada ibu hamil normalnya bibir tidak kering, tidak
terdapat stomatitis, gigi bersih tidak ada karies, tidak ada gigi palsu
(Saminem, 2008).
f) Telinga : Untuk mengetahui keadaan telinga, ada kotoran/serumen
atau tidak, adakah gangguan pendengaran atau tidak (Sulistyawati,
2009:175).
g) Leher : Pembengkakan kelenjar getah bening merupakan tanda adanya
infeksi pada klien. Pembengkakan vena jugularis untuk mengetahui
adanya kelainan jantung, dan kelenjar tiroid untuk menyingkirkan
penyakit Graves dan mencegah tirotoksikosis. (Marmi ,2012 : 130).
h) Dada : Normalnya simetris, denyut jantung teratur, dan tidak ada
gangguan pernapasan (Sulistyawati, 2009). Pada area payudara untuk
mengetahui ada tidak terdapat benjolan/ masa yang abnormal.
Simetris. (Marmi, 2012 : 130)
i) Abdomen : Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada tidaknya
nyeri, tekan, tidak ada bekas luka atau bekas operasi, striae. (Marmi,
2012 : 131).
j) Genetalia : Untuk mengetahui ada tidak terdapat tanda-tanda IMS
seperti bintil-bintil berisi cairan, lecet, kutil seperti jengger ayam pada
daerah vulva dan vagina. Tidak terdapat tanda-tanda keputihan
patologis (Marmi ,2012 : 131). Pada vulva mungkin didapat cairan
jernih atau sedikit berwarna putih tidak berbau, pada keadaan normal,
terdapat pengeluaran cairan tidak ada rasa gatal, luka atau perdarahan
(Walyani, 2015).
k) Punggung : Teraba lurus, tidak ada lubang atau kelainan bentuk.
l) Anus : Normalnya tidak ada haemoroid (Sulistyawati, 2009).
m)Ekstremitas : Pemeriksaan tangan dan kaki yang dikaji untuk
mengetahui adanya edema sebagai tanda awal preeklampsia dan warna
kuku yang kebiruan sebagai gejala anemia (Hani dkk, 2010; h. 92 -
93).
3) Pemeriksaan Penunjang.
a) Albumin.
Untuk menyngkirkan proteinuria (yang dapat mengindikasikan
pielonefritis atau penyakit ginjal kronis).
b) Reduksi urin.
Untuk menyingkirkan glikosuria (yang dapat dikaitkan dengan
diabetes melitus).
c) Hemoglobin
Apabila kadar Hb rendah, penyebabnya harus dipastikan dan diberikan
terapi yang tepat. Hb juga dapat dideteksi dari sampel darah.
d) Golongan darah dan rhesus.
e) HbsAg.
f) HIV/AIDS.
g) IMS (Sifilis).
h) Pemeriksaan tambahan jika diperlukan : TORCH, USG, pemeriksaan
gigi, tes sperma, tes tuberculosis.
(Kemenkes RI, 2015:8)
3) Analisa (A)
Penatalaksanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan
datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisa dan interpretasi
data. P dalam SOAP meliputi pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Helen Varney langkah kelima, keenam dan ketujuh.
Rencana asuhan dibuat sesuai dengan masalah yang ditemukan dalam
pengkajian, meliputi: