Anda di halaman 1dari 51

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, AKI di
Indonesia masih tinggi jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya,
yaitu sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan kesepakatan
global Sustainable Development Goals (SDGs) menargetkan AKI di
Indonesia dapat turun menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2030. Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih jauh dari target
SDGs sehingga perlu upaya yang lebih besar untuk menurunkan AKI agar
mencapai target SDGs di tahun 2030. (Kemenkes, 2015)
AKI Jawa Tengah pada 2017 adalah mencapai 88,58 per 100 ribu
kelahiran hidup. Meski begitu angka ini mengalami penutunan yang pesat
sejak 2013 yang mencapai 118,62 per 100 ribu kelahiran hidup. Meski pada
tahun 2014 mengalami kenaikan sedikit namun setelahnya turun kembali
lebih dari 14 persen per tahun (Dinkes Prov. Jateng, 2018).
Determinan dekat yang berhubungan langsung dengan kematian ibu
merupakan gangguan obstetrik seperti pendarahan, preeklamsi/eklamsi, dan
infeksi atau penyakit yang diderita ibu sebelum atau selama kehamilan yang
dapat memperburuk kondisi kehamilan seperti penyakit jantung, malaria,
tuberkulosis, ginjal, dan acquired immunodeficiency syndrome (Puslit BKD,
2019) Salah satu faktor risiko eklampsia adalah kehamilan pertama atau primipara
(Prawirohardjo, 2014). Kehamilan pertama merupakan pengalaman pembentukan
kehidupan yang membawa perubahan sosial dan psikologis yang besar bagi
seorang perempuan.
Menurut hasil penelitian Herizasyam(2016) menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara faktor tingkat pendidikan
suami, pendapatan Pasangan Usia Subur (PUS), pengetahuan ibu dan
tingkat keterpaparan informas dengan kesiapan Ibu menghadapi kehamilan.
Faktor pendapatan pasangan usia subur dan keterpaparan informasi
adalah faktor paling dominan dalam mempengaruhi kesiapan Ibu dalam
menghadapi kehamilan. Hidaayah (2015) menjelaskan bahwa ibu yang tidak
siap hamil cenderung berisiko mengalami post partum blues.
Penelitian Varney (2007) menyebutkan bahwa apabila pelayanan
kesehatan dan persiapan dilakukan setelah masa konsepsi, kemungkinan akan
mengakibatkan keterlambatan dalam mencegah kecacatan janin, kejadian
bayi berat lahir rendah, dan kematian janin.
Menurut Hurlock (2017) salah satu tugas perkembangan masa dewasa
dini adalah persiapan mendapatkan pera baru sebagai suami/istri dengan
menikah. Tahap perkembangan dewasa awal adalah menikah lalu
membangun sebuah keluarga, mengelola rumah tangga, mendidik atau
mengasuh anak, memikul tanggung jawab sebagai warga negara, membuat
hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu serta melakukan suatu
pekerjaan. Pernikahan merupakan suatu ikatan lahir batin antara seorang
wanita dan seorang pria sebagai suami istri dengan tujuan membentuk rumah
tangga berdasarkan agama masing-masing.
Menurut UU no 16 tahun 2019 menyatakan bahwa usia minimal
pernikahan bagi laki-laki dan perempuan yaitu 19 tahun. Hal ini menjadi
salah satu pendukung untuk mengurangi angka pernikahan dini yang banyak
terjadi di Indonesia. Perempuan yang menikah pada saat usia belum
memasuki reproduksi sehat cenderung akan mengalami penyulit dan
komplikasi apabila mengalami kehamilan. Usia di bawah 16 tahun
meningkatkan insiden pre eclampsia (Varney, 2008)
Berbagai penelitian sudah sejak lama membuktikan mengenai manfaat
persiapan pranikah dalam membantu pasangan membangun hubungan jangka
panjang yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan anak (Hawkins, et al,
2015). Kesiapan menikah terdiri atas kesiapan emosi, sosial, spiritual, peran,
usia, seksual, dan finansial (Sari, dkk, 2013). Iskandar (2017) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa kursus pernikahan merupakan upaya
pemerintah dalam menekan tingginya angka perceraian, kekerasan dalam
rumah tangga dan problem keluarga lainnya. Jika kursus pra nikah berjalan
secara idealis, maka akan dapat menyehatkan keluarga Indonesia dari
penyakit kekerasan, ketidakadilan dalam rumah tangga serta perceraian
dengan terbinanya keluarga sakinah.
Salah satu indikasi bahwa calon pengantin yang sehat adalah dengan
kesehatan reproduksinya berada pada kondisi yang baik (Kemenkes, 2015).
Dengan kesehatan reproduksi yang telah disiapkan semenjak pranikah dapat
menurunkan kehamilan tidak diinginkan dan juga mengurangi adanya
kelainan yang terjadi pada saat hamil, bersalin, maupun nifas. Oleh karena
itu, program persiapan pranikah menjadi penting dalam perencanaan
kehamilan. Dengan demikan, bidan sebagai ujung tombak kesehatan ibu dan
anak memiliki peran penting dalam memberikan edukasi tetang perencanaan
kehamilan pada calon pengantin dalam asuhan kebidanan pranikah.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana aplikasi manajemen pemberian asuhan pra nikah di Puskesmas
Padamara Kabupaten Purbalingga?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan
kebidanan pranikah pada calon pengantin dengan perencanaan
kehamilan menggunakan pola pikir manajemen kebidanan serta
mendokumentasikan hasil asuhannya dalam bentuk SOAP.
1.3.2 Tujuan khusus
Mahasiswa mampu dengan benar :
1. Menjelaskan mengenai teori dan konsep dasar asuhan pranikah
pada calon pengantin dengan perencanaan kehamilan.
2. Mengintegrasikan teori dan manajemen asuhan kebidanan serta
mengimplementasikannya pada kasus yang dihadapi, yang
meliputi:
1) Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pranikah pada
calon pengantin dengan perencanaan kehamilan.
2) Melakukan analisis data yang telah diperoleh untuk merumuskan
diagnosa dan masalah aktual pada calon pengantin dengan
perencaan kehamilan.
3) Melakukan identifikasi diagnosa dan masalah potensial pada
calon pengantin dengan perrencanaan kehamilan.
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera dan rujukan pada
calon pengantin dengan perencaan kehamilan.
5) Menyusun rencana asuhan kebidanan pranikah pada calon
pengantin dengan perencanaan kehamilan.
6) Melaksanakan rencana asuhan kebidanan pranikah pada calon
pengantin dengan perencanaan kehamilan yang telah disusun.
7) Melakukan evaluasi hasil asuhan yang telah dilakukan pada
calon pengantin dengan perencanaan kehamilan.
8) Melakukan dokumentasi asuhan kebidanan yang telah diberikan
pada calon pengantin dengan perencanaan kehamilan.
9) Menganalisis asuhan kebidanan pranikah pada calon pengantin
dengan perencanaan kehamilan yang telah dilaksanakan dengan
teori yang ada.
3. Manfaat
1.4.1 Untuk Penulis
Menambah wawasan mengenai pengetahuan tentang persalinan
sehingga mampu membuat asuhan kebidanan pada persalinan yang
fisiologis.
1.4.2 Untuk Institusi.
Menambah asuhan kebidanan yang dapat menjadi referensi dan panutan
untuk membuat asuhan kebidanan pada masa persalinan.
1.4.3 Untuk Mahasiswa
Sebagai bahan bacaan yang dapat mendukung pengetahuan kebidanan
tentang proses persalinan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Medis


1. Pengertian Pranikah
Pranikah adalah proses pemberian bantuan terhadap individu, sebelum
melangsungkan kehidupan berumah tangga dan memberikan petunjuk untuk
dapat mencapai kebahagiaanhidup dunia akhirat (Thohari, 2006: 69). Pranikah
adalah calon pengantin atau pasangan yang belum mempunyai ikatan , baik
secara hukum agama maupun negara dan pasangantersebut berproses menuju
ppernikahan. Dan juga proses memenuhi persyaratan dalam melengkapi data-
data yang diperlukan untuk pernikahan. (Depag, 2010: 33).
2. Filosofi Pernikahan.
Akad/janji nikah yang diucapkan atas nama Tuhan Yang Maha Esa yang
merupakan awal dari kesepakatan bagi calon pengantin untuk saling memberi
kesepakatan bagi calon pengantin untuk saling memberi ketenangan (sakinah)
dengan mengembangkan hubungan atas dasar cinta dan kasih (mawadah wa
rahmah). Penyebutan nama Tuhan Yang Maha Esa dalam akad/janji pernikahan
berarti bahwa disamping saling bertanggung jawab antara satu dengan yang
lain, suami isteri juga bertanggung jawab pada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala yang dilakukan dalam peran dan fungsi mereka sebagai suami isteri
(Kesehatan Keluarga Kemenkes RI, 2015).
3. Tujuan Asuhan Pranikah.

Menurut Kemenkes (2014), penyelenggaraan pelayanan kesehatan masa


sebelum hamil (prakonsepsi) atau pranikah bertujuan untuk:
1) Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang
sehat dan berkualitas.
2) Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru
lahir.
3) Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak
reproduksi.
4) Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu
dan bayi baru lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Informasi Pranikah.
Informasi pra nikah yang perlu diinformasikan kepada calon pengantin
menurut Kemenkes RI (2015) diantaranya :
a. Kesehatan Reproduksi
Salah satu indikasi bahwa calon pengantin yang sehat adalah
kesehatan reproduksinya berada pada kondisi yang baik. Kesehatan
reproduksi adalah keadaan yang menunjukkan kondisi kesehatan fisik,
mental, dan sosial seseorang dihubungkan dengan fungsi dan proses
reproduksinya termasuk di dalamnya tidak memiliki penyakit atau kelainan
yang mempengaruhi kegiatan reproduksi tersebut.
Pembagian peran social perempuan dan laki-laki mempunyai
pengaruh besar terhadap kesehatan reproduksi perempuan dan laki-laki.
Peran sosial laki-laki dan perempuan itu semakin dirasakan dalam kesehatan
reproduksi.
Masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi sepanjang siklus hidup
manusia, misalnya masalah pergaulan bebas pada remaja, kehamilan remaja,
aborsi yang tidak aman, kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi.
Status/posisi perempuan di masyarakat merupakan penyebab utama masalah
kesehatan reproduksi yang dihadapi perempuan,karena menyebabkan
perempuan kehilangan kendali terhadap kesehatan, tubuh, dan fertilitasnya.
Perempuan lebih rentan dalam menghadapi risiko kesehatan
reproduksi, seperti kehamilan, melahirkan, aborsi yang tidak aman, dan
pemakaian alat kontrasepsi. Karena struktur alat reproduksinya, perempuan
lebih rentan secara sosial maupun fisik terhadap penularan IMS, termasuk
HIV-AIDS. Masalah kesehatan reproduksi tidak terpisahkan dari hubungan
laki-laki dan perempuan. Namun keterlibatan, motivasi, serta partisipasi
laki-laki dalam kesehatan reproduksi masih sangat kurang. Laki-laki juga
mempunyai masalah kesehatan reproduksi, khususnya yang berkaitan
dengan IMS termasuk HIV-AIDS. Karena itu dalam menyusun strategi
untuk memperbaiki kesehatan reproduksi harus diperhitungkan pula
kebutuhan, kepedulian, dan tanggung jawab laki-laki.
b. Hak Reproduksi dan Seksual
Kedua calon pengantin mempunyai kebebasan dan hak yang sama
dan secara bertanggungjawab dalam memutuskan untuk berapa jumlah anak
mereka, jarak kelahiran antara anak satu dengan yang kedua dan seterusnya
serta menentukan waktu kelahiran dan dimana anak tersebut dilahirkan. Hak
Rerpoduksi dan seksual menjamin keselamatan dan keamanan calon
pengantin, termasuk didalamnya mereka harus mendapatkan informasi yang
lengkap tentang kesehatan reproduksi dan seksual, serta efek samping
obatobatan, alat dan tindakan medis yang digunakan untuk mengatasi
masalah kesehatan reproduksi.
Informasi yang diterima harus bisa membuat calon pengantin
mengerti tentang informasi yang diberikan sehingga dapat membuat
keputusan tanpa terpaksa. Calon pengantin juga berhak untuk memperoleh
pelayanan KB yang aman, efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan
pilihan tanpa paksaan. Pihak perempuan berhak mendapat pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan yang memungkinkannya sehat dan selamat
dalam menjalani kehamilan dan persalinan, serta memperoleh bayi yang
sehat.
Hubungan suami istri harus didasari penghargaan terhadap pasangan
masing-masing dan dilakukan dalam kondisi dan waktu yang diinginkan
bersama tanpa unsur pemaksaan, ancaman dan kekerasan. Hak reproduksi
juga mencakup informasi yang mudah, lengkap, dan akurat tentang penyakit
menular seksual, agar perempuan dan laki-laki terlindungi dari infeksi
menular seksual (IMS) serta dan memahami upaya pencegahan dan
penularannya yang dapat berakibat buruk terhadap kesehatan reproduksi
laki-laki, perempuan dan keturunannya.
c. Organ Reproduksi
1) Organ Reproduksi Perempuan

Gambar 1.1 Organ Reproduksi Perempuan

a) Ovarium (Indung Telur)


Organ yang terletak di kiri dan kanan rahim di ujung saluran telur
(fimbrae/umbai-umbai) dan terletak di rongga pinggul, indung telur
berfungsi mengeluarkan sel telur (ovum), sebulan sekali indung telur
kiri dan kanan secara r bergiliran mengeluarkan sel telur. Sel telur
adalah sel yang dihasilkan oleh indung telur yang dapat dibuahi oleh
sperma sehingga terjadi konsepsi (pembuahan). Bila tidak dibuahi, sel
telur akan ikut keluar bersama darah saat menstruasi.
b) Tuba Fallopii (Saluran Telur)
Saluran di kiri dan kanan rahim yang berfungsi untuk mengantar ovum
dari indung telur menuju rahim.
c) Fimbrae (umbai-umbai)
Dapat di analogikan dengan jari-jari tangan, umbai-umbai ini
berfungsi untuk menangkap sel telur yang dikeluarkan indung telur.
d) Uterus (rahim)
Merupakan tempat janin berkembang, bentuknya seperti buah pir dan
berat normalnya antara 30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar rahim
kurang lebih sebesar telur ayam kampung, dindingnya tediri dari:
(1) Lapisan parametrium merupakan lapisan paling luar dan yang
berhubungan dengan rongga perut.
(2) Lapisan myometrium merupakan lapisan yang berfungsi
mendorong bayi keluar pada proses persalinan (kontraksi)
(3) Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam rahim tempat
menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini terdiri dari
lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah
e) Serviks (leher rahim)
Bagian rahim yang berbatasan dengan vagina. Pada saat persalinan
tiba, leher rahin membuka sehingga bayi dapat keluar.
f) Vagina (liang senggama)
Merupakan sebuah saluran berbentuk silinder dengan diameter depan
± 6,5 cm dan dinding belakang ± 9 cm yang bersifat elastis dengan
berlipat lipat. Fungsinya sebagai tempat penis berada saat
bersanggama, tempat keluarnya menstruasi dan bayi.
g) Klitoris (kelentit)
Merupakan organ kecil yang paling peka rangsangan dibanding
dengan bagian-bagian alat kelamin perempuan yang lain. Klitoris
banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf.
h) Labia (bibir kemaluan)
Terdiri dari dua bibir, yaitu bibir besar(labia mayor) dan bibir kecil
(labia minor).
2) Organ Reproduksi Laki-laki

Gambar 1.2 Organ Reproduksi Laki-laki


a) Testis (buah zakar)
Berjumlah dua buah untuk memproduksi sperma setiap hari dengan
bantuan testosteron. Testis berada dalam skrotum, diluar rongga
panggul karena pembentukan sperma membutuhkan suhu yang lebih
rendah dari pada suhu badan (36,7°C). Sperma merupakan sel yang
berbentuk seperti berudu (kecebong) berekor hasil dari testis yang
dikeluarkan saat ejakulasi bersama cairan mani dan bila bertemu
dengan sel telur yang matang akan terjadi pembuahan.
b) Skrotum (kantung buah zakar)
Kantong kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan berlipat
lipat. Skrotum adalah tempat bergantungnya testis. Skrotum
mengandung otot polos yang 18 Saluran Sperma mengatur jarak testis
ke dinding perut dengan maksud mengatur suhu testis agar relatif
tetap.
c) Vas deferens (saluran sperma)
Saluran yang menyalurkan sperma dari testis-epididimis menuju ke
uretra/ saluran kencing pars prostatika. Vas deferens panjangnya ± 4,5
cm dengan diameter ±2,5 mm. Saluran ini muara dari Epididimis yaitu
saluran- saluran yang lebih kecil dari vas deferens. Bentuknya
berkelok-kelok dan membentuk bangunan seperti topi.
d) Prostat, vesikula seminalis dan beberapa kelenjar lainnya. Kelenjar-
kelenjar yang menghasilkan cairan mani (semen). yang berguna untuk
memberikan makanan pada sperma.
e) Penis
Berfungsi sebagai alat sanggama dan sebagai saluran untuk
pengeluaran sperma dan air seni. Pada keadaan biasa, ukuran penis
kecil. Ketika terangsang secara seksual darah banyak dipompa ke
penis sehingga berubah menjadi tegang dan besar disebut sebagai
ereksi. Bagian glans merupakan bagian depan atau kepala penis. Glans
banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf. Kulit yang menutupi
glans disebut foreskin (preputium). Pada laki-laki sunat dilakukan
dengan cara membuang kulit preputium. Secara medis sunat
dianjurkan karena memudahkan pembersihan penis sehingga
mengurangi kemungkinan terkena infeksi, radang dan kanker.
5. Persiapan Pernikahan

Pelayanan kesehatan sebelum hamil di Indonesia telah diatur dalam


Peraturan Menteri Kesehatan (PMK No. 97 tahun 2014) dan telah tertulis
dalam buku saku kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin
maupun bagi penyuluhnya yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI. Pemerintah
baik daerah provinsi maupun kabupaten/kota telah menjamin ketersediaan
sumber daya kesehatan, sarana, prasarana, dan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan sebelum hamil sesuai standar yang telah ditentukan. Di Surabaya
telah diatur dalam Surat Edaran Walikota Surabaya perihal Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), beberapa kegiatan program
pendampingan 1000 HPK yang berkaitan dengan pranikah adalah dengan
pemeriksaan kesehatan calon pengantin meliputi pemeriksaan fisik dan
laboratorium, serta penyuluhan kesehatan reproduksi calon pengantin.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan untuk mempersiapkan
perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat
serta memperoleh bayi yang sehat. Pelayanan kesehatan masa sebelum hami
sebagaimana yang dimaksud dilakukan pada remaja, calon pengantin, dan
pasangan usia subur (PMK No. 97 tahun 2014). Menurut Kemernkes (2015)
dan PMK No. 97 tahun 2014, kegiatan pelayanan kesehatan masa sebelum
hamil atau persiapan pranikah sebagaimana yang dimaksud meliputi:
a. Persiapan Fisik
Pemeriksaan status kesehatan :
1) Tanda-tanda vital (suhu, nadi, frekuensi nafas, tekanan darah)
2) Pemeriksaan Darah rutin : Hb, Trombosit, Lekosit, - Pemeriksaan
3) Darah yang dianjurkan : Golongan Darah dan Rhesus, gula darah
sewaktu (GDS), thalasemia, hepatitis B dan C dan TORCH
(Toksoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus dan Herpes simpleks) (d)
4) Pemeriksaan Urin: Urin Rutin.
5) Pemeriksaan fisik yang dilakukan minimal meliputi pemeriksaan tanda
vital (tekanan darah, suhu, nadi, dan laju nafas) dan pemeriksaan status
gizi (menanggulangi masalah kurang energi kronis (KEK) dan
pemeriksaan status anemia). Penilaian status gizi seseorang dapat
ditentukan dengan menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT) berdasarkan
PMK RI Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang,
sebagai berikut:

BB ( kg )
IMT=
[TB ( m ) ]2
Keterangan:
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status gizinya
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT
Kategori IMT
Kurus Kekurangan < 17,0
berat badan
tingkat berat
Kekurangan 17,0 –
berat badan 18,4
tingkat ringan
Normal 18,5 –
25,0
Gemuk Kelebihan berat 25,1 –
badan tingkat 27,0
ringan
Kelebihan berat > 27,0
badan tingkat
berat
Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk, 2014.
Jika seseorang termasuk kategori :
(1) IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis
(KEK) berat.
(2)IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK ringan (Depkes,
2011).
6) Menurut Supariasa, dkk (2014), pengukuran LLA pada kelompok Wanita
Usia Subur (usia 15 – 45 tahun) adalah salah satu deteksi dini yang
mudah untuk mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi Kronis
(KEK). Ambang batas LLA WUS dengan risiko KEK di Indonesia
adalah 23,5 cm. Apabila LLA < 23,5 cm atau dibagian merah pita LLA,
artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan
melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR mempunyai risiko
kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan perkembangan anak
(Supariasa, dkk, 2014).
b. Persiapan Gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan melalui
penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi besi
serta defisiensi asam folat.
Adapun edukasi gizi bagi wanita dewasa yaitu pemberian makanan
bergizi seimbang khususnya peningkatan konsumsi sayur dan buah serta
menghindari makanan tinggi gula garam dan lemak. (PPAG Puskesmas,
2018: 123).
Adapun strategi pencegahan dan penanganan anemia pada WUS.

a) Mengutamakan prinsip gizi seimbang


b) Fortifikasi makanan
c) Suplementasi tablet tambah darah
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andarauni&Nurbaety (2018)
menyatakan bahwa konsumsi tablet tambah darah/Fe bersamaan
dengan air putih berhasil meningkat kadar hemoglobin sebanyak
0,83gr/dl sedangkan konsumsi tablet tambah darah/Fe bersama
vitamin C akan meningkatkan kadar hemoglobin sebanyak
1,23gr/dl setelah masing-masing dikonsumsi rutin selama 8
minggu dengan frekuensi 1x/hari.
d) Pengobatan penyakit penyerta

(Kemenkes RI, 2018 : 24)


c. Status Imunisasi TT
Pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap penyakit tetanus
dilakukan dengan pemberian 5 dosis imunisasi TT untuk mencapai
kekebalan penuh.
Tabel 1.1 imunisasi TT

Status TT Interval (selang waktu) Lama Perlindungan


TT I 0
TT II 4 minggu setelah TT I 3 tahun
TT III 6 bulan setelah TT II 5 tahun
TT IV 1 tahun setelah TT III 20 tahun
TT V 1 tahun setelah TT IV 25 tahun/ seumur hidup
(Kemenkes RI, 2018 : 20)
d. Menjaga Kebersihan Organ Genetalia

Menganjurkan pula pada calon pengantin untuk menerapkan perilaku


CERDIK, yaitu : cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap rokok, rajin
aktifitas fisik, diet sehat dengan kalori seimbang, istirahat cukup dan kelolah
stres.serta meneganjurkan peningkatan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
Menjaga kebersihan organ reproduksi
a) Sebaiknya pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.
b) Tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat dan berbahan non
sintetik.
c) Pakailah handuk yang bersih, kering, tidak lembab/bau.Membersihkan
organ reproduksi luar dari depan ke belakang dengan menggunakan air
bersih dan dikeringkan menggunakan handuk atau tisu.

Khusus untuk perempuan:

a) Tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan pembilas vagina.


Menurut penelitian yang dilakukan oleh Trisetyaningsih&Febriana
(2019) terdapat hubungan antara penggunaan sabun pembersih
(antiseptik) terhadap kejadian keputihan meskipun dengan keeratan
yang rendah.
b) Jangan memakai pembalut tipis dalam waktu lama.
c) Pergunakan pembalut ketika mentruasi dan diganti paling lama setiap 4
jam sekali atau setelah buang air.
d) Bagi perempuan yang sering keputihan, berbau dan berwarna harap
memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
Bagi laki-laki dianjurkan disunat untuk kesehatan.
(Kemenkes RI, 2018 : 21)

6. Informasi Tentang Kehamilan, Penundaan Kehamilan, Persalinan dan Pasca


Salin
a. Kehamilan
Kehamilan ideal adalah kehamilan yang direncanakan, diinginkan dan
dijaga perkembangannya secara baik. Namun ada kalanya berbagai faktor
yang dapat membuat kehamilan menjadi tertunda atau bahkan tidak
diinginkan. Kehamilan tidak diinginkan dapat terjadi
1) Akibat hubungan seks pranikah
2) Akibat gagal/drop out KB
3) Pada unmet need (wanita usia subur yang tidak ingin punya anak tetapi
tidak menggunakan alat kontrasepsi).

Namun demikian, tidak ada yang lebih membahagiakan pasangan suami istri
selain dari kehadiran buah hati dalam perkawinan mereka. Mesi begitu,
tidak semua pasangan yang baru menikah ingin segera hamil. Untuk
menunda kehamilan tersedia beberapa metode KB yang dianjurkan.

b. Tanda-tanda kehamilan
1) Tes kehamilan poitif (+)
2) Tidak mendapat menstruasi/ haid sebagaimana biasanya (tidak
menstruasi pada siklus haid bulan berikutnya)
3) Timbul rasa mual, muntah-muntah dan pusing terutama pada pagi hari
serta sering buang air kecil
4) Tidak ada nafsu makan
5) Kadang-kadang mengidam atau menginginkan makanan yang jarang ada
atau tidak pernah dimakannya
6) Pada usia kehamilan lebih lanjut dengan alat tertentu dapat terdengar
detak jantung janin.
c. Cara Menghitung Usia Kehamilan dan Taksiran Persalinan
1) Menghitung Usia Kehamilan
Misalnya tanggal 8 Juni 2009 masih haid, kemudian ketika diperiksa
tanggal 14 Juli 2009 dinyatakan positif hamil berarti bahwa umur
kehamilannya adalah antara 8 Juni sampai dengan 14 Juli 2009 adalah 36
hari atau sekitar 5 minggu.
2) Menentukan Taksiran Persalinan
Taksiran persalinan/melahirkan: Harus diketahui haid terakhir
(tanggal,bulan,tahun)
Rumus :
Tanggal +7
Bulan -3
Tahun +1
Contoh: Haid atau dating bulan terakhir tanggal 8 Juni 2019 Maka waktu
persalinan diperkiraka Tanggal 8+7=15, Bulan 6-3=3, Tahun 2019+1=
2020 Jadi diperkirakan melahirkan pada tanggal 15 Maret 2020.
d. Memeriksa Kehamilan
Seorang ibu sebaiknya mulai memeriksakan kehamilan seawal mungkin,
yaitu setelah terlambat haid selama 2 bulan berturut-turut sehingga
kesehatan ibu dan janin selalu dapat dipantau dan ibu bisa memperoleh
nasehat atau pengobatan bila ada keluhan.
Pelayanan pemeriksaan ibu hamil mencakup 10T :
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2) Pengukuran tekanan darah Ibu.
3) Tentukan status gizi (ukur lingkar lengan atas).
4) Pengukuran janin/pengukuran tinggi fundus uteri
5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
6) Penilaian status imunisasi TT
7) Tablet tambah darah
8) Tes laboratorium
9) Tata laksana kasus
10) Tatap muka/konseling tentang kehamilan
Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan :
Trimester I (0-3 bulan) : 1 kali
Trimester II (4-6 bulan) : 1 kali
Trimester III (7-9 bulan) : 2 kali
(Kementrian Kesehatan, 2016).
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan yang profesional untuk meningkatkan
derajat kesehatan ibu hamil beserta janin yang dikandungnya. Pelayanan
antenatal yang dilakukan secara teratur dan komprehensif dapat
mendeteksi secara dini kelainan dan risiko yang mungkin timbul selama
kehamilan, sehingga kelainan dan risiko tersebut dapat diatasi dengan
cepat dan tepat1. Indikator yang digunakan untuk menggambarkan akses
ibu hamil terhadap pelayanan antenatal yaitu cakupan K1 (Kunjungan
pertama) adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan dan
K4 adalah kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi, sesuai standar.
Pelayanan antenatal dinilai berkualitas apabila pelayanan antenatal
tersebut telah memenuhi standar yang telah ditetapkan pemerinztah, yaitu
10 T (timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah,
nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/ LiLa), ukur tinggi fundus uteri,
tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status
imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus bila diperlukan,
pemberian tablet tambah darah, pemeriksaan laboratorium sederhana
(rutin/khusus), tatalaksna/penanganan kasus, temu wicara/ konseling)
(Kemenkes RI, 2012).
e. Proses Kehamilan

minggu ke 12 (hari ke minggu ke 24 (hari minggu ke 40 (hari ke


84) ke168) 280)
100 mm 550 mm

Gambar 1.3 Proses Kehamilan


Keterangan : minggu ke 8 (hari ke 56)

1) Sel telur yang matang dibuahi oleh sperma dalam saluran telur (tuba
fallopi)
2) Sel telur yang telah dibuahi sperma (embrio) menempel di lapisan
dalam dinding rahim
3) Dalam 120 hari pertama, embrio berkembang mengikuti
tahapan kehidupan sel (hayati)
4) Memasuki usia kehamilan lebih lanjut, embrio berkembang
mengikuti tahapan kehidupan insani menjadi janin/ bayi
5) Kehamilan umumnya berakhir dengan persalinan setelah 280
hari ( 9 bulan 10 hari).
Proses kehamilan dimulai dari bertemunya sel sperma laki-laki
dan sel ovum matang dari wanita yang kemudian terjadi pembuahan,
proses inilah yang mengawali suatu kehamilan. Untuk terjadi suatu
kehamilan harus ada sperma, ovum, pembuahan ovum (konsepsi),
implantasi (nidasi) yaitu perlekatan embrio pada dinding rahim,
hingga plasentasi/ pembentukan plasenta. Dalam proses pembuahan,
dua unsur penting yang harus ada yaitu sel telur dan sel sperma.
Sel telur diproduksi oleh indung telur atau ovarium wanita, saat
terjadi ovulasi seorang wanita setiap bulannya akan melepaskan satu
sel telur yang sudah matang, yang kemudian ditangkap oleh rumbai –
rumbai (microfilamen fimbria) dibawa masuk kerahim melalui saluran
telur (tuba fallopi), sel ini dapat bertahan hidup dalam kurun waktu
12-48 jam setelah ovulasi. Berbeda dengan wanita yang melepaskan
satu sel telur setiap bulan, hormon pria testis dapat terus bekerja untuk
menghasilkan sperma. Saat melakukan senggama (coitus), berjuta-juta
sel sperma (spermatozoon) masuk kedalam rongga rahim melalui
saluran telur untuk mencari sel telur yang akan di buahi dan pada
akhirnya hanya satu sel sperma terbaik yang bisa membuahi sel telur
(Manuaba, 2010).
f. Menjaga Kehamilan
Ibu hamil dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa
selama tidak ditemukan adanya keluhan atau kelainan dan
memperhatikan istirahat yang cukup. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan ibu hamil adalah :
1) Jangan kelelahan dan mengangkat benda berat
2) Berbaring selama 1 jam pada siang hari, usahakan kaki lebih tinggi
dari perut
3) Tidur cukup (9 - 10 jam)
4) Tidur terlentang pada saat hamil muda, tidur miring pada kehamilan
lanjut
5) Berpakaian longgar yang menyerap keringat
6) Memakai kutang yang dapat menahan payudara yang membesar serta
memakai alas kaki bertumit rendah.
7) Posisi hubungan seks perlu diatur agar tidak menekan perut Ibu
8) Beraktivitas fisik dengan berjalan kaki selama 30-60 menit tiap hari atau
berolahraga ringan seperti senam hamil dilakukan dengan hati-hati dan
seksama
9) Hindari berdekatan dengan orang yang sedang sakit menular dan orang
yang merokok
10) Pemakaian obat harus sesuai dengan petunjuk dokter
11) Makan bergizi seimbang termasuk sayur dan buah 3-5 porsi sehari

g. Nutrisi Makanan Ibu Hamil


Makanan ibu hamil harus diperhatikan karena selain untuk kebutuhan
ibu juga dibutuhkan untuk perkembangan janin. Kekurangan gizi akan
mengakibatkan ibu hamil cepat lelah dan pusing, muka pucat, mudah
terserang penyakit, Kekurangan ASI atau ASI tidak keluar pada saat
menyusui. Kekurangan gizi pada Ibu hamil juga bisa menyebabkan janin
keguguran, pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi lahir dengan berat
lahir rendah, perkembangan otak janin terhambat hingga dapat
menyebabkan kecerdasan berkurang atau cacat, bayi lahir sebelum
waktunya dan yang paling parah adalah kematian pada bayi.
Penelitian yang dilakukan oleh Puspitaningrum (2018) menyatakan
dalam hasil penelitiannya diperoleh bahwa ada hubungan antara status gizi
ibu hamil dengan kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RSIA
Annisa Kota Jambi Tahun 2018 dengan p- value = 0.016.
Selanjutnya Ridwan (2019) memperkuat penelitian sebelumnya
dengan menyatakan bahwa terdapat hubungan antara status gizi ibu dengan
kejadian anemia yang dialami oleh ibu. Ibu dengan status gizi kurang (KEK)
memiliki resiko lebih besar mengalami anemia dengan kondisi yang lebih
berat.
Gambar 2.2. Piramida Makanan Ibu hamil
(Sumber : Kemenkes RI, 2018 : 36)
Tabel 2.1. Pengaturan makanan pada ibu hamil (Sumber: Kemenkes
RI, 2018 : 37)

h. Kehamilan dan Persalinan Berisiko


Kehamilan dan persalinan berisiko tinggi biasanya terjadi karena faktor: 4
terlalu dan 3 terlambat.
EMPAT TERLALU yaitu:
1) Terlalu muda untuk hamil (kurang dari 20 tahun)
2) Terlalu tua untuk hamil (lebih dari 35 tahun
3) Terlalu sering hamil (anak lebih dari 3)
4) Terlau dekat atau rapat jarak kehamilannya (kurang dari 2 tahun)
TIGA TERLAMBAT yaitu
1) Terlambat mengambil keputusan untuk mencari upaya medis
Kedaruratan
2) Terlambat tiba di fasilitas kesehatan
3) Terlambat mendapat pertolongan medis yang adekuat.
Usia terbaik perempuan untuk hamil antara 20-35 tahun, sementara
jarak kehamilan yang baik adalah minimal 2 tahun karena dengan jarak
kelahiran tersebut akan memberi kesempatan bagi organ - organ reproduksi
si ibu untuk mengembalikan fungsinya dengan baik dan memberi
kesempatan bagi organ-organ reproduksi si ibu untuk kembali normal
dengan baik dan memberi kesempatan bagi anak yang lahir untuk tumbuh
dan berkembang dengan perhatian yang penuh kasih sayang. Sebelum
merencanakan punya anak lagi sebaiknya dipertimbangkan secara matang,
misalnya bagaimana persiapan biaya perawatannya, penyediaan kesempatan
untuk mengenyam pendidikan dan kehidupan yang layak.
Penelitian yang dilakukan oleh Fuchs, florent&dkk(2018) menyatakan
bahwa dari 165.282 kelahiran dalam penelitian ini terdapat hubungan antara
peningkatan usia ibu dengan kejadian Hipertensi kronis, teknik reproduksi
terbantu, diabetes pra-kehamilan, prosedur invasif pada kehamilan, diabetes
gestasional dan plasenta previa.
Penelitian sebelumnya diperkuat oleh penelitian yang dilakukan
Komariah, Siti&Nugroho, Hary (2019) yang menyatakan bahwa ada
hubungan usia dengan kejadian komplikasi kehamilan (p value : 0,003 < α :
0,05 dan odds ratio : 5,837 > 1).

i. Penundaan Kehamilan
Menunda kehamilan dengan kontrasepsi yang tepat, tidak semua
pasangan yang baru menikah ingin segera hamil. Untuk menunda kehamilan
tersedia beberapa metode KB yang dianjurkan misalnya seperti:
1) Metode modern jangka pendek seperti pil, kondom
2) Metode modern jangka panjang seperti implan/AKBK (Alat Kontrasepsi
Bawah Kulit), IUD/AKDR (Alat Kontraepsi alam Rahim)
3) Metode alamiah seperti pantang berkala seperti pengukuran suhu basal,
penilaian lendir vagina.
j. Tanda Bahaya Kehamilan

Gambar 2.4 Tanda Bahaya Kehamilan

Masa kehamilan merupakan proses yang menghubungkan antara ibu


dan janin, hal itu dalam masa kehamilan kemungkinan akan terjadi tanda-
tanda yang dapat mengancam jiwa ibu atau janin yang dikandungnya.
Beberapa tanda bahaya yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :

1) Perdarahan waktu hamil walaupun hanyasedikit.


2) Bengkak di kaki, tangan atau wajah disertai sakit kepala dan atau kejang.
3) Demam atau panas tinggi lebih dari 2 hari.
4) Keluarnya cairan yang berlebihan dari liang rahim dan kadang berbau.
5) Keluar cairan ketuban sebelum tiba saat melahirkan.
6) Muntah terus dan tidak mau makan.
7) Berat badan yang tidak naik pada trimester 2-3.
8) Bayi di kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak sama
sekali.
k. Kesehatan Jiwa Ibu Hamil
Ibu yang hamil akan sehat secara mental jika suami, orangtua, ipar dan
keluarganya mendukungnya. Selain itu, persiapan fisik, sosial dan ekonomi
juga harus diperhatikan agar Ibu tidak stres. Ibu hamil juga tidak boleh
dibebani dengan pekerjaan atau tugasmenumpuk. Beberapa kondisi
emosiaonal yang terjadi pada ibu hamil :

1) Ibu hamil mudah tersinggung, sensitif, uring-uringan, manja, mudah


marah, tidaksemangat
2) Perasaan mudah lelah, tidak mau makan, tidak bisa tidur nyenyak, tidak
nyaman, merasa sesak. Hal-hal tersebut disebabkan oleh adanya
perubahan kondisi fisiknya.
3) Mencemaskan perubahan fisiknya, khawatir terhadap perkembangan
bayinya dalam rahim, khawatir bila bayinya meninggal, atau cacat
4) Merasa belum siap menjadi orangtua dan belum siap secara ekonomi
5) Ingin diperhatikan, pada waktu mengidam menginginkan makanan-
makanan yang mungkin tidak pada musimnya sehingga sulit didapat. Hal
tersebut semata-mata karena ingin diperhatikan keluarga dan suami
Ibu hamil bisa memeriksakan diri 1 kali di tiap 3 bulan kehamilan
untuk mendeteksi dini kondisi kesehatan jiwa seperti ada tidaknya depresi,
cemas, tekanan-tekanan/stres dalam berkeluarga.
Beberapa tips dalam menghadapi kasus depresi, cemas,
tekanan/ stres pada ibu hamil :

1) Ibu dapat melakukan relaksasi sederhana sehingga menimbulkan


perasaan nyaman. Relaksasi dilakukan satu kali dalam sehari selama
20menit.
2) Ketika ibu merasa santai, ajarkan untuk menenangkan pikirannya, dengan
meminta si ibu membayangkan dirinya berada di sebuah tempat yang
nyaman, tempat yang pernah dikenalnya dan disukainya. Misalnya
merasa sedang berada di pantai yang tenang atau mendengarkan musik
yang lembut.

7. Informasi tentang Infeksi Menular Seksual


Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit yang salah satu
penularannya melalui hubungan seksual. Dulu kita kenal juga dengannama
Penyakit Kelamin. Jika kita melakukan hubungan seks berisiko, maka kita
dapat terkena penyakit kelamin atau infeksi menular seksual ini.
1) Gejala Infeksi Menular Seksual

a) Keluar cairan dari vagina, penis atau anus yang berbeda dari biasanya.

b) Rasa perih atau nyeri atau panas pada saat kencing atau setelah kencing,
atau menjadi sering kencing.

c) Ada luka terbuka/basah di sekitar kemaluan atau sekitar mulut. Luka ini
bisa terasa nyeri bisa juga tidak.

d) Ada semacam tumbuhan seperti jengger ayam/kutil di sekitar kemaluan.

e) Terjadi pembengkakan pada lipatan paha.

f) Pada pria, terdapat bengkak dan nyeri pada kantung pelir/kantung zakar.

g) Sakit perut di bagian bawah yang kambuhan, tetapi tidak berhubungan


dengan haid/menstruasi.

h) Keluar darah setelah berhubungan seks.


i) Demam.

2) Jenis-jenis IMS (Infeksi Menular Seksual

Gambar 2.5 Jenis-jenis IMS

a) Gonore dan Klamidia berakibat kemandulan bagi penderitanya, jika tidak


diobati dengan benar.
b) Kondiloma akuminata (Jengger Ayam) dan Herpes genitalis sangat
menjengkelkan karena bersifat kambuhan seumur hidup.
c) Hepatitis berbahaya jika sudah parah dan merusak hati.
d) Sifilis pada bayi yang dilahirkan dari perempuan penderita sifilis
seringkali cacat atau lahir dalam keadaan sudah mati.
e) HIV merupakan virus yang pada tahap AIDS dapat mematikan.
3) Penyebab terjadinya IMS
Tidak semua IMS dapat diobati. HIV/AIDS, Hepatitis B & C, Herpes
genitalis dan Kondiloma akuminata (Jengger ayam) termasuk jenis- jenis
IMS yang tidak dapat disembuhkan.HIV adalah yang paling berbahaya
karena selain tidak dapat disembuhkan, HIV merusak kekebalan tubuh
manusia untuk melawan penyakit apapun. Akibatnya, orang yang terkena
HIV dapat menjadi sakit-sakitan dan banyak yang meninggal
karenanya.Ingat!! HIV akan lebih mudah menulari kita, jika kita terkena
IMS.
Hepatitis, merupakan peradangan hati yang dapat merusak hingga hati
tidak dapat berfungsi dengan baik. Hepatitis B dapat dicegah dengan
melakukan vaksinasi, tetapi Hepatitis C hingga kini belum ada vaksinnya.
Herpes genitalis, sering kambuh dan sangat nyeri jika sedang kambuh.
Pada Herpes, yang dapat diobati hanya gejala luarnya saja, tetapi bibit
penyakitnya akan tetap hidup dalam tubuh penderita selamanya.
Kondiloma akuminata (Jengger Ayam), pada laki-laki dapat
menyebabkan kanker penis sedangkan pada perempuan seringkali
menyebabkan kanker rahim.
4) HIV AIDS
a) Penularan HIV
Infeksi HIV ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh manusia.
Beberapa cara yang berisiko menularkan HIV diantaranya:
(1) Hubungan Seks. Pada saat berhubungan seks tanpa kondom, HIV
dapat menular dari darah orang yang terinfeksi, air mani atau cairan
vagina langsung ke aliran darah orang lain, atau melalui selaput
mukosa yang berada di bagian alam vagina, penis atau dubur.
(2) HIV dapat menular melalui transfusi darah yang mengandung HIV
atau melalui alat suntik atau alat tindakan medis lain yang tercemar
HIV. Selain dari jarum suntik, para pengguna narkoba suntik
bergantian juga risiko tertular HIV. HIV menular dari ibu ke bayi
pada saat kehamilan, kelahiran, dan ketika menyusui.
(3) Selain dari jarum suntik, para pengguna narkoba suntik bergantian
juga risiko tertular HIV.
(4) HIV menular dari ibu ke bayi pada saat kehamilan, kelahiran, dan
ketika menyusui.
b) Gejala HIV
Setelah seseorang terinfeksi HIV, dia terlihat biasa saja seperti halnya
orang lain karena tak menunjukkan gejala klinis. Tetapi orang tersebut
bisa menularkan virus HIV melalui penularan cairan tubuh. Hal ini bisa
terjadi selama 5-10 tahun. Setelah itu orang tersebut mulai menunjukkan
kumpulan gejala akibat menurunnya kekebalan tubuh setelah terinfeksi
HIV.
c) Pencegahan Penularan IMS da HIV
(1) Saling Setia
Masing-masing setia pada pasangan dan tidak melakukan hubungan
seks dengan orang lain.
(2) Kondom
Kondom dapat mencegah masuknya cairan kelamin yang terinfeksi
virus.
(3) Hindari penggunaan narkoba suntik
Menggunakan jarum bergantian berisiko menularkan HIV dalam
jarum yang tercemar darah. Namun apapun bentuknya, hindari
NARKOBA karena hanya akan merugikan diri sendiri.
(4) Penggunaan alat-alat yang steril
Jangan gunakan jarum, alat suntik, atau alat peluka (alat penembus)
kulit lainnya (tindik atau tato) secara bergantian. Penularan akan
lebih mudah terjadi melalui darah.
8. Informasi tentang Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara
a. Kanker Leher Rahim
Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan
kanker pembunuh perempuan nomor dua di dunia setelah kanker payudara.
Di Indonesia, kanker leher rahim bahkan menduduki peringkat pertama.
Kanker leher rahim yang sudah masuk ke stadium lanjut sering
menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat.
Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah
rahim yang menonjol ke liang sanggama (vagina). Kanker serviks
berkembang secara bertahap. Proses terjadinya kanker ini diperlukan waktu
1-20 tahun.
1) Faktor Risiko Kanker Leher Rahim
Ada beberapa sebab yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker
leher rahim, antara lain adalah :
a) Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda.
Semakin muda seorang perempuan melakukan hubungan seks,
semakin besar risikonya untuk terkena kanker leher rahim.
b) Berganti-ganti pasangan seksual. Perilaku seksual berupa gonta-ganti
pasangan seks akan meningkatkan penularan penyakit kelamin.
Penyakit yang ditularkan seperti infeksi Human Papilloma Virus
(HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker leher
rahim.
c) Merokok. Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena
kanker leher rahim dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok.
Penelitian menunjukkan, lendir leher rahim pada wanita perokok
mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-
zat tersebut akan menurunkan daya tahan leher rahim di samping
merupakan faktor pencetus (ko- karsinogen) infeksi virus.
d) Persalinan, infeksi, dan iritasi menahun pada leher rahim dapat
menjadi pemicu kanker leher rahim.
2) Tanda-tanda Kanker Leher Rahim
Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas.
Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :
a) Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina.
b) Perdarahan setelah sanggama yang kemudian berlanjut menjadi
perdarahan yang abnormal.
c) Timbulnya perdarahan setelah masa menopause
d) Keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat
bercampur dengan darah.
e) Timbul gejala-gejala kurang darah bila terjadi perdarahan kronis.
f) Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada
radang panggul.
g) Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi.
Kanker leher rahim juga dapat mengalami penyebaran lewat :
a) Melalui pembuluh getah bening menuju ke kelenjar getah bening
lainnya.
b) Melalui pembuluh darah menuju paru-paru sehingga menimbulkan
gejala batuk kadang sampai batuk berdarah dan nyeri dada.
c) Penyebaran langsung ke daerah sekitar vagina.
3) Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
Kematian pada kasus kanker leher rahim terjadi karena sebagian
besar penderita yang berobat sudah berada dalam stadium lanjut. Padahal,
dengan ditemukannya kanker ini pada stadium dini, kemungkinan
penyakit ini dapat disembuhkan sampai hampir 100%. kuncinya adalah
deteksi dini. Deteksi dini kanker leher rahim dapat dilakukan dengan
Papsmear dan Tes IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat).
Deteksi dini kanker leher rahim dianjurkan untuk perempuan usia
30, 50 tahun yang sudah berhubungan seksual dan dapat dilakukan 5
tahun sekali. Deteksi dini kaker leher rahim dapat dilakukan di Bidan /
Dokter, Puskesmas, Rumah Sakit.
Pada stadium awal umumnya kanker leher rahim tidak memiliki
gejala. Pada stadium lanjut, gejalanya yaitu pendarahan pasca senggama,
pendarahan tidak normal dari vagina mulai bercak-bercak hingga
menggumpal disertai bau busuk, keputihan berbau busuk, nyeri pinggang
saat buang air kecil dan buang air besar.
Menurut penelitian Astuti (2020) ada perbedaan efektifitas
pemeriksaan IVA sebelum dan sesudah penyuluhan dalam melakukan
pemeriksaan IVA untuk deteksi pra kanker serviks. Pemeriksaan IVA
efektif dilakukan untuk deteksi pra kanker.
b. SADARI (Periksa Payudara Sendiri)
Kanker payudara adalah kanker terbesar kedua yang berisiko diderita
oleh perempuan setelah kanker leher rahim. Sampai saat ini, penyebab pasti
kanker payudara belum dapat diketahui. Tetapi dapat dipastikan beberapa
penyebab terjadinya kanker payudara.
1) Faktor Risiko Kanker Payudara
a) Perempuan yang merokok atau sering terkena/menghisap asap rokok
(perokok pasif)
b) Pola makan tinggi lemak dan rendah serat, termasuk mengandung
banyak zat pengawet atau pewarna
c) Mendapat haid pertama kurang dari 12 tahun
d) Menopause (mati haid) setelah umur 50 tahun
e) Melahirkan anak pertama sesudah umur 35 tahun
f) Tidak pernah menyusui anak
g) Pernah mengalami operasi pada payudara yang disebabkan oleh
kelainan tumor jinak atau tumor ganas
h) Di antara anggota keluarga ada yang menderita kanker payudara
2) Deteksi Dini Kanker Payudara dengan SADARI
SADARI merupakan cara deteksi dini akan adanya benjolan atau
perubahan pada payudara dibandingkan dengan keadaan sebelumnya oleh
karena itu SADARI dianjurkan dilakukan sebulan sekali setelah selesai
haid

3) Langkah-langkah melakukan SADARI

Gambar 1.6 Langkah-langkah SADARI

a) Bercermin dengan kedua tangan di pinggang


b) Angkat kedua tangan cermati setiap perubahan pada payudara
c) Pencet puting, perhatikan cairan yang keluar
d) Pijatlah payudara sambil berbaring
e) Pijatlah payudara saat mandi
Beberapa cara deteksi dini kanker payudara antara lain, Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI), Mammografi, USG, Biopsi tanpa
pembedahan, pemeriksaan klinis payudara oleh dokter (Purwanto,
2010). Masalah utama terjadinya kanker payudara adalah
ketidakteraturan dan jarang sekali dilakukan SADARI dengan benar.
Pemasyarakatan kegiatan SADARI bagi semua wanita dimulai sejak
usia subur, sebab 85% kelainan di payudara justru ditemukan
pertama kali dikenali oleh penderita bila tidak dilakukan penapisan
massal. SADARI sebaiknya dilakukan setiap kali selesai menstruasi
(hari ke-10 dari awal menstruasi), pemeriksaan dilakukan setiap
bulan sejak umur 20 tahun (Rasjidi, 2010). Menurut Mikail (2011),
SADARI sangat efektif sampai dengan 90% dalam mendeteksi
kanker payudara termasuk pada wanita usia subur.
9. Informasi tentang Gangguan dalam Kehidupan Seksual Suami Istri
Kehidupan seksual suami dan istri adalah suatu hubungan yang dibina
oleh suami dan istri, dimana masing-masing pihak dapat memperlihatkan
bentuk kasih sayang cintanya lewat sebuah tindakan pribadi yang dilakukan
berdua.
Pada dasarnya setiap orang yang sudah dewasa memiliki dorongan untuk
melakukan hubungan seksual terutama bagi mereka yang menikah dan telah
hidup bersama setiap hari. Namun ada kalanya dorongan seksual tersebut
terganggu oleh beberapa hal.
Gangguan seksual dapat dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis. Kalau
kedua faktor ini baik, fungsi seksual juga baik. Faktor fisik adalah ada tidaknya
penyakit, pola hidup sehat, atau ada tidaknya pengobatan yang didapat untuk
mendukung fungsi organ tubuh. Sementara faktor psikis misalnya stres,
kejenuhan, serta suasana hubungan yang pribadi atau kadar cinta dengan
pasangan.
Gangguan seksual dapat terjadi pada suami (laki-laki) ataupun istri
(perempuan). Oleh karena itu, kehidupan seksual dalam rumah tangga tidak
boleh berpihak hanya kepada satu orang saja, tetapi harus dapat
dikomunikasikan apa yang menjadi kebutuhan seksual dari masing-masing
pihak, apa yang disukai dan apa yang tidak disukai, sehingga ketika kegiatan
seksual itu dilaksanakan, pihak suami atau istri sama-sama mengetahui apa
yang bisa dan apa yang tidak bisa dilakukan oleh mereka. Tujuannya adalah
agar kedua belah pihak sama-sama puas.
a. Gangguan Seksual pada Perempuan
1) Gangguan dorongan seksual, misalnya dorongan seksual hipoaktif dan
ketidaksenangan terhadap aktivitas seksual.
2) Gangguan bangkitan seksual, yaitu vagina yang kurang mengeluarkan
cairan meskipun sudah dalam keadaan cukup terangsang.
3) Tidak bisa atau sulit untuk mencapai orgasme saat berhubungan seksual.
4) Rasa sakit atau tidak nyaman di kelamin dan sekitarnya setiap kali
berhubungan seksual.seksual hipoaktif dan ketidaksenangan terhadap
aktivitas seksual.
b. Ganggian Seksual pada Laki-laki
1) Gangguan dorongan seksual, misalnya akibat penyakit fisik atau psikis.
2) Disfungsi ereksi, misalnya karena menderita diabetes melitus.
3) Gangguan ejakulasi, yaitu ejakulasi dini atau justru ejakulasi yang
terhambat.
4) Gangguan orgasme, yaitu tidak bisa merasakan orgasme.
c. Mencegah Gangguan Seksual
1) Selalu ingat bahwa kehidupan seksual adalah milik bersama dan dibina
bersama pasangan.
2) Bersikap dan bicaralah secara terbuka apa adanya. Masing- masing
pasangan berhak tahu mana hal yang mereka suka dan mana hal yang
tidak mereka suka.
3) Jaga kesehatan tubuh dan jiwa. Bentuk tubuh yang ideal menjadi faktor
pendukung untuk membangkitkan gairah dari masing-masing pasangan.
4) Hindari gaya hidup tak sehat, misalnya rokok, stres, kurang tidur, pola
makan tidak baik, dan tidak berolahraga. Stamina akan berkurang
sehingga akan cepat lelah. Akibatnya, keinginan untuk melakukan
hubungan seksual akan berkurang.
5) Jangan tergoda untuk menggunakan obat/ramuan yang tidak jelas isi dan
indikasinya. Meminum obat yang tidak jelas hanya akan membahayakan
fungsi organ tubuh lain seperti hati dan ginjal. Bahkan konsumsi obat
yang kandungannya tidak jelas dapat memberikan efek jangka panjang
terjangkit penyakit.
6) Jagalah keseimbangan antara kesibukan dan rileksasi
7) Selalu usahakan untuk memiliki waktu khusus hanya berdua bersama
pasangan.
8) Jangan melakukan hubungan seksual sebagai hal yang rutin.
10. Mitos pada Perkawinan
Mitos adalah sesuatu yang belum tentu benar tetapi sudah dianggap benar
oleh masyarakat. Biasanya mitos didapat secara turun- temurun baik secara
langsung maupun lewat catatan sejarah. Umumnya mitos-mitos tersebut sudah
berakar dan hidup subur di masyarakat. Perlu dipikirkan bahwa mitos-mitos
terkadang timbul karena ketakutan dan rasa ketidaknyamanan. Terutama dalam
sebuah perkawinan, mitos tidak selalu harus dipercaya dan harus diuji
kebenarannya.
a. Contoh mitos1 : Hubungan seks pertama kali selalu ditandai dengan
keluarnya darah dari vagina.
Faktanya adalah : darah yang keluar dari vagina setelah berhubungan
pertama kali timbul karena terjadinya peradangan dan perobekan pada
selaput dara. Selaput dara ini merupakan selaput yang juga memiliki
pembuluh darah. Apabila terjadi robekan pada bagian yang terdapat
pembuluh darah maka terjadi perdarahan, apabila terjadi robekan tetapi
tidak mengenai pembuluh darah maka pendarahan tidak terjadi.
b. Contoh mitos 2 : Hubungan seks pada saat hamil dapat menyebabkan turun
peranakan (prolaps uteri). Prolapsus uteri adalah penurunan sebagian atau
seluruhnya bagian kandungan ke vagina.
Faktanya adalah : Lima faktor yang sering menimbulkan prolapsus uteri
yaitu:
1) Kawin terlalu muda dan kehamilan dini
2) Banyak melahirkan (lebih dari empat kali)
3) Malnutrisi / kurang gizi
4) Pada saat melahirkan, mengejan sebelum leher rahim terbuka sempurna
5) Membawa barang terlalu berat dan kurang istirahat pada waktu hamil dan
setelah melahirkan
c. Contoh mitos 3 : Hubungan seks harus sering agar bayi dalam rahim subur
dan sehat. Alasannya, dengan melakukan hubungan seksual maka bayi
mendapat siraman sperma sehingga bertumbuh subur dan menjadi bayi yang
normal dan sehat. Maka tidak sedikit pasangan suami istri yang berupaya
agar sering melakukan hubungan seksual selama hamil dengan tujuan agar
sang bayi normal dan sehat.
Faktanya adalah : Tidak ada hubungan lagi antara sperma dengan bayi yang
ada di dalam rahim. Tidak ada hubungan pula antara sperma dan
pertumbuhan bayi.
Jadi subur dan sehatnya bayi di dalam rahim tidak dipengaruhi oleh ada
tidaknya sperma yang masuk ke dalam rahim selama kehamilan. Yang benar
adalah, kualitas sel spermatozoa yang berhasil membuahi sel telur
berpengaruh terhadap kesehatan kehamilan yang terjadi.
d. Contoh mitos 4 : Konon kalau posisi laki-laki ketika melakukan hubungan
seksual dimulai dari kiri dan diakhiri di sebelah kanan, maka bayi laki-laki
yang akan dilahirkan. Sebaliknya, bila hubungan seksual dimulai dari sisi
kanan dan diakhiri di sisi kiri, maka bayi perempuan yang akan dilahirkan.
Faktanya : Tentu saja informasi ini salah dan sangat tidak rasional, karena
jenis kelamin bayi tidak ditentukan oleh posisi laki-laki ketika berhubungan
seksual. Jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis sel spermatozoa yang
berhasil membuahi sel telur.
Kalau spermatozoa dengan kandungan kromosom X yang membuahi sel
telur, maka akan terbentuk bayi perempuan. Kalau spermatozoa dengan
kromosom Y yang membuahi sel telur, akan terbentuk bayi laki-laki. Tetapi
ternyata tidak sedikit orang yang mempercayai mitos itu dan melakukannya.

11. Ketidaksetaraan gender


a. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
Pernikahan ideal dapat terjadi ketika perempuan dan laki-laki dapat saling
menghormati dan menghargai satu sama lain. Akan tetapi apabila hal diatas tidak
terjadi, maka hal-hal yang harus dihindari dalam pernikahan adalah melakukan :
1) Kekerasan secara fisik (memukul, menendang, menampar, menjambak
rambut, menyundut dengan rokok, melukai)
2) Kekerasan secara psikis (menghina, komentar-komentar yang merendahkan,
melarang istri mengunjungi saudara atau temantemannya, mengancam)
3) Kekerasan seksual (memaksa dan menuntut berhubungan seksual)
4) Penelantaran (tidak memberi nafkah istri, melarang istri bekerja)
5) Eksploitasi (memanfaatkan, memperdagangkan dan memperbudakan )
6) Kekerasan lainnya
Apabila hal tersebut terjadi, maka sebaiknya baik suami maupun istri
berupaya mencari solusi dengan terlebih dahulu dengan berdialog.
Apabila hal ini terjadi, maka langkah-langkah yang dapat dilakukan :
1) Mendatangi fasilitas kesehatan (puskesmas/rumah sakit) untuk mengobati
luka-luka yang dialami dan mendapatkan visum dari dokter atas permintaan
polisi penyidik.
2) Menceritakan kejadian kepada keluarga, teman dekat atau kerabat
3) Melapor ke polisi (Unit Pelayanan Perempuan dan Anak )
4) Mendapatkan pendampingan dari tokoh agama, LSM, psikolog atau LBH.
Landasan hukum bagi upaya pencegahan dan penindakan tindak kekerasan
dalam rumah tangga diatas telah tercantum dalam Undang-Undang RI No.23
tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
b. Bentuk Ketidaksetaraan gender dalam kehidupan
Stereotipi (pelabelan kepada perempuan atau laki-laki. misalnya : laki-laki kuat,
perempuan lemah, perempuan emosional, laki-laki rasional).
a) Subordinasi (yang diutamakan adalah laki-laki terlebih dahulu baru perempuan)
b) Marginalisasi (perempuan ditempatkan sebagai orang yang tidak memiliki peran
penting)
c) Beban ganda (beban kerja perempuan lebih lama dan lebih banyak, perempuan
dituntut menjadi ibu rumah tangga sekaligus pencari nafkah keluarga).
(Kemenkes RI, 2018 : 22-24).
12. Upaya Peningkatan Pengetahuan pranikah Terhadap Calon Pengantin

Dewasa ini, masalah kesehatan reproduksi pada remaja belum tertangani


sepenuhnya. Hal ini terlihat dengan masih tingginya perkawinan usia dini,yaitu
sebesar 46,7% (Riskesdas, 2010) dan masih tingginya kelahiran pada usia remaja
(ASFR), yaitu sebesar 48 per 1000 wanita (SDKI, 2012). Pengetahuan remaja
mengenai kesehatan reproduksi juga masih rendah dan kejadian kehamilan pada
usia remaja masih tinggi yakni 16,7% (Riskesdas, 2010). Melihat kenyataan ini
maka selain pada kelompok remaja, pemberian pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi dan seksual secara komprehensif perlu diberikan kepada usia dewasa
muda/calon pengantin yang akan memasuki gerbang pernikahan. Melalui
pemberian konseling, informasi dan edukasi (KIE) kesehatan
reproduksi,diharapkan calon pengantin dapat mempersiapkan diri menjalani
kehidupan berkeluarga termasuk merencanakan kehamilan yang sehat sehingga
dapat melahirkan generasi penerus yang berkualitas. Dalam rangka pemberian
pengetahuan dan informasi kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon
pengantin, Kementerian Kesehatan telah menyusun Lembar Balik Kesehatan
Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno&Umami (2019)


menyatakan bahwa terdapat peningkatan tingkat pengetahuan calon pengantin
tentang fungsi reproduksi dan adanya kesediaan calon pengantin untuk
memeriksakan kesehatan pranikah di layanan kesehatan setempat akan tetapi
form surat keterangan yang diberikan belum mewakili informasi kesehatan
reproduksi.

a. Tujuan Pelaksanaan KIE Kesehatan Reproduksi Dan Seksual Bagi Calon


Pengantin
1) Tujuan Umum: Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan
reproduksi dan seksual bagi calon pengantin.
2) Tujuan Khusus:
a) Petugas kesehatan di Puskesmas dan jaringannya dapat memberikan
KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin.
b) Petugas kesehatan di Puskesmas dan jaringannya dapat berkoordinasi
dengan lembaga keagamaan maupun instansi terkait dalam
memberikan KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon
pengantin.
c) Terlaksananya pemeriksaan kesehatan bagi calon pengantin
termasuk pemberian pelayanan imunisasi Tetanus Toxoid (TT).
b. Hasil yang diharapkan:
1) Petugas kesehatan memberikan KIE Kesehatan Reproduksi dan Seksual
kepada calon pengantin.
2) Adanya koordinasi antara petugas kesehatan di Puskesmas dan
jaringannya dengan lembaga keagamaan dan instansi terkait lainnya
dalam memberikan KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon
pengantin.
3) Terlaksananya pemeriksaan kesehatan termasuk pemberian pelayanan
imunisasi Tetanus Toxoid (TT) bagi calon pengantin.
4) Sasaran KIE Kesehatan Reproduksi Dan Seksual Bagi Calon Pengantin
yaitu Semua pasangan calon pengantin yang akan menikah.
c. KIE Kesehatan Reproduksi Dan Seksual Bagi Calon Pengantin

Kegiatan KIE Kesehatan Reproduksi dan Seksual bagi Calon Pengantin


dilakukan dengan menggunakan alat bantu/media KIE yaitu Lembar Balik
Kesehatan Reproduksi dan Seksual bagi Calon Pengantin. Lembar balik
tersebut diperuntukkan bagi petugas kesehatan. Informasi kesehatan
reproduksi yang diberikan dalam lembar balik adalah:

1) Persiapan pranikah o kesetaraan gender dalam pernikahan o


keluarga berencana
2) Kehamilan, pencegahan komplikasi, persalinan dan pasca salin
3) Infeksi Saluran Reproduksi
4) Infeksi Menular Seksual serta HIV dan AIDS, termasuk
Pencegahan Penularan HIV-AIDS dari Ibu ke Anak (PPIA)
5) Informasi tentang deteksi dini kanker leher rahim dan kanker
payudara
6) Gangguan dalam kehidupan seksual suami istri
7) Mitos pada perkawinan.

d. Pelaksanaan KIE Kesehatan Reproduksi Dan Seksual Bagi Calon Pengantin

Jenis Pelayanan dan Tempat Pelayanan Pelayanan kesehatan reproduksi


dan seksual yang diberikan kepada pasangan calon pengantin adalah:

1) KIE kesehatan reproduksi dan seksual: penyuluhan, konseling

2) Pemeriksaan kesehatan: pemeriksaan fisik dan penunjang (jika diperlukan)

3) Imunisasi Tetanus Toxoid sesuai skrining status TT.

Pelaksanaan KIE dapat dilakukan di:

1) Puskesmas KIE kesehatan reproduksi dan seksual dilakukan pada saat


calon pengantin melakukan kunjungan untuk imunisasi TT. Untuk
imunisasi TT, petugas kesehatanlebih dahulu menanyakan status imunisasi
TT (skrining status T) kepada calon pengantin perempuan. Apabila calon
pengantin sudah mendapat TT long life maka ia tidak wajib diberi
imunisasi TT, tetapi apabila belum pernah mendapat imunisasi TT ataupun
lupa, petugas wajib memberikan imunisasi TT.
2) Bidan Praktik Mandiri, Praktik dokter,dan Praktik Mandiri Perawat yang
kompeten. Pemeriksaan kesehatan maupun pemberian KIE kesehatan
reproduksi dan seksual serta iminisasi TT dapat dilakukan oleh bidan,
dokter dan perawat yang kompeten yang praktik mandiri.
3) KUA/Gereja/Vihara/Parisada/Perkumpulan agama/masyarakat KIE
kesehatan reproduksi diberikan pada saat bimbingan rohani persiapan
pernikahan. Setelah KIE, calon pengantin disarankan ke fasilitas kesehatan
untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan dan imunisasi TT.
4) Pemeriksaan kesehatan, baik fisik maupun penunjang, serta pemberian
imunisasi TT dilakukan di puskesmas. Sedangkan pemberian KIE
kesehatan reproduksi dan seksual dapat diberikan kepada pasangan atau
kelompok pasangan calon pengantin di luar fasilitas kesehatan (mis:
Kantor Urusan Agama). (Kemenkes RI, 2015: 3-5).

B. Tinjauan Teori Asuhan Pranikah


a. Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di gunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikirandan tindakan berdasarkan
teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang
logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien Asuhan
kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, yang di mulai dengan
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Tujuh langkah tersebut
membentuk kerangka yang lengkap dan bisa di aplikasikan dalam suatu situasi
(Verney,2012).
b. Tahapan Asuhan Kebidanan
Dalam praktiknya bidan menggunakan manajemen kebidanan dalam
memberikan asuhan kebidanan. Menurut Varney (2012), manajemen kebidanan
adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-
penemuan, keterampilan-keterampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis
untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien. Menurut Helen
Varney (dalam Kebidanan Teori dan Asuhan (2018: Vol 1,Hal : 25-28)),
langkah-langkah manajemen kebidanan tersebut adalah:
i. Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap
yang berkaitan dengan kondisi klien. Pendekatan ini harus bersifat
komprehensif meliputi data subjektif, objektif, dan hasil pemeriksaan.
ii. Langkah II (Interpretasi Data Dasar)
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data
yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang
spesifik.
iii. Langkah III (Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan
Mengantisipasi Penanganannya)
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data
yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang
spesifik. (Varney, 2012).
iv. Langkah IV (Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera)
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
yang lain sesuai dengan kondisi klien (Varney,2012).
v. Langkah V (Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh)
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat
dilengkapi.
vi. Langkah VI (Pelaksanaan Langsung Asuhan Efisien dan Aman)
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima harus
dilaksanakan secara efisien dan aman.
vii. Langkah VII (Mengevaluasi Hasil Tindakan)
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan. Rencana dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya.
c. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan

1) Data Subyektif (S)

Menurut Kemenkes RI (2013) data subjektif berisi hasil anamnesa yang


meliputi identitas, riwayat kehamilan sekarang termasuk keluhan yang
dialami, riwayat obstetri lalu, riwayat kontrasepsi, riwayat medis lain dan
riwayat sosial ekonomi termasuk pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
2. Nama Klien dan Pasangan
Nama Klien ditanyakan baik catin maupun pasangannya untuk dapat
mengenal dan memanggil serta mencegah kekeliruan dengan pasien lain,
(Cristina, 1993/ Dalam Marmi ,2012 : 120). Digunakan untuk
memperlancar komunikasi dalam asuhan, sehingga antara bidan dan
pasien menjadi lebih akrab (Walyani, 2015).
3. Umur
Dikaji untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko tinggi atau
tidak, < 16 tahun atau > 35 tahun (Walyani, 2015). Selain itu umur dikaji
untuk mengetahui apakah catin tergolong usia normal untuk persiapan
kehamilan disaat akan prakonsepsi akan tergolong primitua atau
primimuda. (Marmi, 2012: 120). Selain itu untuk mengetahui apakah
klien sudah memenuhi persyaratan usia untuk melangsungkan
pernikahan. Menurut UU no 16 tahun 2019, pria/wanita yang ingin
melangsungkan pernikahan harus memiliki usia minimal 19 tahun.
4. Agama
Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan pada ibu
selama memberikan asuhan. Informasi ini terkait dengan pentingnya
agama dalam kehidupan klien, tradisi agama dalam kehamilan dan lain -
lain (Walyani, 2015).
5. Suku Bangsa
Dikaji untuk menentukan adat istiadat atau budayanya. Ras, etnis, dan
keturunan harus diidentifikasi dalam rangka memberikan perawatan yang
peka budaya kepada klien (Walyani, 2015).
6. Pendidikan
Mengetahui pendidikan klien berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan
untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya. (Walyani, 2015).
Dengan mengetahui tingkat pendidikan pasien akan memudahkan bidan
dalam memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya sehingga
bidan akan mampu menyampaikan atau memberikan penyuluhan atau
KIE pada pasien sesuai tingkat pemahaman pasien dengan lebih mudah
(Marmi, 2012 : 121).
7. Pekerjaan
Untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi catin agar bidan dapat
menyesuaikan dalam memberi nasehat atau edukasi. Oleh karena
pekerjaan merupakan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan
kesehatan yang diinginkan. Pendapatan seseorang berpengaruh terhadap
kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan hidup, salah satunya adalah
kebutuhan nutrisi. Kondisi nutrisi yang kurang baik dapat menyebabkan
terjadinya anemia pada ibu hamil, gangguan pertumbuhan janin dalam
uterus, BBLR, dan prematur (Marmi ,2012 : 121).
8. Alamat
Dikaji untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal klien
(Walyani, 2015). Mempermudah mengetahui di mana tempat tinggal ibu ,
mencegah kekeliruan alamat yang sama, memudahkan menghubungi
keluarga, menjadi petunjuk bila ada kunjungan rumah. Kondisi
lingkungan tempat tinggal ikut memberikan pengaruh terhadap kesehatan
calon pengantin. (Marmi ,2012 : 120).
9. Alasan Datang
Ditanyakan untuk mengetahui alasan datang ke bidan/ klinik, apakah
untuk memeriksakan keadannya atau untuk memeriksakan keluhan lain
yang disampaikan dengan kata – katanya sendiri (Hani, dkk, 2010).
10. Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke ke
fasilitas kesehatan (Sulistyawati, 2009).
11. Riwayat Obstetri
a) Menarch.
Dikaji untuk mengetahui sejak kapan alat kandungan mulai berfungsi
dan merupakan ciri khas seorang wanita dimana terjadi perubahan-
perubahan siklik dari alat kandungannya sebagai persiapan
kehamilan (Widatiningsih, dkk., 2017:170)
Dikaji untuk mengetahui kapan pertama kali pasien menstruasi.
Umumnya menarche terjadi pada usia 12-13 tahun (Mohtar R, 1999,/
Dalam . Marmi ,2012 : 123).
b) Siklus.
Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi
sampai datangnya menstruasi periode berikutnya. Siklus yang klasik
adalah 28 hari -30 hari sedangkan pola haid dan lamanya perdarahan
biasanya 3-8 hari. (Pusdiknakes, 1998 / Dalam Marmi ,2012 : 123).
c) Lamanya.
Menurut Walyani (2015) lamanya haid yang normal adalah kurang
lebih 7 hari. Apabila sudah mencapai 15 hari berarti sudah abnormal
dan kemungkinan adanya gangguan ataupun penyakit yang
mempengaruhi.
d) Nyeri haid : Nyeri haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah
klien menderita atau tidak di tiap haid.Nyeri haid juga menjadi tanda
kontroksi uterus klien begitu hebat sehingga menimbulkan nyeri haid
(Walyani 2015).
e) Banyaknya : Dikaji untuk mengetahui berapa banyak darah yang
keluar saat Menurut Walyani (2015; h. 114) normalnya yaitu 2 kali
ganti pembalut dalam sehari.Apabila darahnya terlalu berlebihan,itu
berarti telah menunjukan gejala kelainan banyaknya darah haid.
12. Riwayat Kesehatan

a) Riwayat kesehatan merupakan identifikasi keluhan sekarang,


penyakit umum yang pernah diderita, serta penyakit yang dialami
dahulu (Marmi, 2011).
1) Hipertensi.
Hipertensi merupakan kondisi medis yang paling sering
mempengaruhi wanita usia subur ( Powrie,2008 dalam
(Judy,EGC, 2018: 191).
2) Diabetes Melitus (DM)
Diabetes disebabkan oleh tidak adanya atau terbatasnya insulin
yang meriupakan hormon penting untuk metabolisme
karbohidrat. (Judy,EGC, 2018: 3).
3) Penyakit ginjal.
Pada perempuan sebelum konsepsi, terdapat perubahan adaptif
ginjal untuk mempersiapkan kehamilan. (Judy,EGC, 2018: 181)
4) Asma.
Merupakan gangguan inflamasi kronik pada saluran pernafasan
yang menyebabkan episode mengi berulang, sesak nafas, , sesak
dada batuk serta kadang terjadindi malam dan dini hari. Dalam
asuhan ini perlunya menjaga kesehatan catin secara optimal,
kebutuhan akan obat inflamasi harus tersedia dan jika keadaan
lebih buruk butuh penanganan lanjut dengan steroid hirup yang
dikombinasikan dengan agonis beta kerja panjang yang dihirup
dapat membantu. (Judy,EGC, 2018: 217)
5) Anemia dan thalassemia.
Pada perempuan dengan riwayat penyakit anemia atau
thalassemia akan bertambah buruk saat kehamilan. Pada
kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu
peningkatan produksi eritropoetin. Akibatnya, volume plasma
bertambah dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun,
peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih
besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga
terjadi penurunan konsentrasi haemoglobin (Hb) akibat
hemodilusi. (Judy,EGC, 2018: 135).
6) Hemofilia.
Hemofilia A (defisiensi faktor VIII) dan Hemofilia B (defisiensi
faktor IX) diwariskan secara X-linked recessive. Perempuan()
dari keluarga penderita hemofilia umumnya adalah pembawa
(carrier) yang asimptomatik. Namun 10-20% perempuan
pembawa dapat beresiko terhadap komplikasi perdarahan yang
bermakna karena penurunan faktor VIII atau IX di bawah
jumlah minimal untuk mempertahankan keseimbangan
hemostatik. Hemofilia dapat menyebabkan infertilitas, namun
sejumlah kecil penderita mungkin mempunyai cukup folikel-
folikel untuk hamil. (Prawirohardjo, 2010).
Pada laki-laki dengan Hemofilia lebih sering terjadi, gejala
perdarahan dalam waktu terus menerus dan lebih cepat karena
darah tidak dapat menggumpal tanpa pengobatan. Hal tersebut
dapat mengganggu saat berhubungan seksual dan dapat
menurunkan penyakit hemofilia pada keturunannya (Darmono,
2012).
7) Jantung.
Pada kehamilan terdapat resiko gagal jantung, aritmia dan
tromboembolisme , beberapa ahli menyarankan pemberian
aspirin dosis rendah untuk menurunkan resiko tersebut.
(Judy,EGC, 2018: 99).
8) Hepatitis .
Hepatitis dapat terjadi pada setiap wanita atau pasangan dan
mempunyai pengaruh buruk bagi janin dan ibu saat terjadi
kehamilan. Pengaruhnya dalam kehamilan dapat dalam bentuk
keguguran atau persalinan prematuritas dan kematian janin
dalam rahim. (Prawiroharjo, 2010).
9) IMS.
Infeksi menular seksual adalah infeksi yang disebabkan oleg
bakteri, virus, parasit, atau jamur yang penularannya terutama
melalui hubungan seksual dari seseorang yang terinfeksi kepada
mitra seksualnya. Infeksi menular sekusual merupakan salah
satu penyebab Infeksi Saluran Reproduksi (ISR). IMS seperti
gonore, klamidiasis, sifilis, trikomoniasis, herpes genitalis,
kondiloma akuminata, bacterial vaginosis, dan infeksi HIV.
(Kemenkes RI, 2015:52).
10) TORCH.
Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes
Simpleks. Kelima jenis penyakit yang disebutkan di atas
merupakan penyakit yang dapat menjangkiti pria maupun wanita
dan dapat berpengaruh burukpada janin yang dikandung.
Toksoplasmosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit
yang disebut Toxoplasma gondii. Penyakit ini sering diperoleh
dari tanah atau kotoran kucing yang terinfeksi toksoplasma, atau
memakan daging dari hewan terinfeksi yang belum matang
sempurna. Gejala yang sering muncul meliputi: demam, nyeri
otot, kelelahan, dan pembengkakan kelenjar limfe.
Wanita yang dalam usia reproduksinya bila terkena
toxoplasmosis dapat menimbulkan aborsi dan gangguan
fertilitas. Janin bisa terinfeksi melalui saluran plasenta. Infeksi
parasit ini bisa menyebabkan keguguran atau cacat bawaan
seperti kerusakan pada otak dan fungsi mata (Prawirohardjo,
2010/ Kemenkes RI, 2015:52).
b) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit pada keluarga dapat menurun karena faktor
genetik, dan bisa menular kepada klien. Riwayat penyakit keluarga
memegang peran penting dalam mengkaji kondisi medis yang
diwariskan dan kelainan gen tunggal. Beberapa jenis kanker,
penyakit arteri koroner, diabetes melitus tipe 2, depresi, dan
trombofilia merupakan penyakit yang memiliki tendensi familial dan
dapat berpengaruh pada kesehatan reproduksi wanita dan laki-laki
(Marmi ,2012 : 125).
13. Riwayat Imunisasi
Pemberian imunisasi TT pada wanita harus didahului dengan skrining
untuk mengetahui jumlah dosis dan status imunisasi TT yang telah
diperoleh selama hidupnya (Kemenkes RI, 2013; h. 29 - 30). Berikut ini
jadwal pemberian imunisasi yang sudah pernah mendapatkan imunisasi
TT.
Tabel 1.1 Jadwal pemberian imunisasi TT

Pernah Pemberian Dengan Selang Waktu Minimal


1 kali TT2, 4 minggu setelah TT1
2 kali TT3, 6 bulan setelah TT2
3 kali TT4, 1 tahun setelah TT3
4 kali TT5, 1 tahun setelah TT4
5 kali Tidak perlu lagi
Sumber : (Kemenkes RI, 2013)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rika tahun 2018 tentang
Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Dukungan Keluarga tentang
Imunisasi TT pada Calon Pengantin dengan Kepedulian Melakukan
Imunisasi didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara tingkat
pengetahuan tentang imunisasi TT padacalon pengantin dengan
kepedulian melakukan imunisasi di KUA Balikpapan Utara Kelurahan
Gunung SamarindaKota Balikpapan Tahun 2018.
14. Rencana KB
Untuk mengetahui rencana pemakaian kontrasepsi, apakah akan menunda
kehamilan atau tidak (Mandriwati, 2008).
15. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – Hari
a) Pola Nutrisi
Beberapa hasil yang perlu ditanyakan pada pasien berkaitan dengan
pola makan adalah menu, frekuensi, jumlah per hari dan pantangan
(Sulistyawati, 2009). Status nutrisi wanita akan mempengaruhi efek
samping langsung saat kehamilan dan pada pertumbuhan dan
perkembangan janin disaat hamil. (Marmi ,2012 : 126).
b) Pola Eliminasi
BAB dan BAK seperti frekuensi perhari, warnanya, ada masalah
selama BAB/BAK atau tidak (Walyani, 2015).
c) Personal Hygiene
Untuk mengetahui kebersihan diri pasien. Dianjurkan untuk mandi
minimal 2 kali sehari, ganti baju minimal 1 kali, ganti celana dalam
minimal 2 kali sehari, berkeramas lebih sering dan menjaga
kebersihan kuku (Sulistyawati, 2009). Personal hygiene yang buruk
dapat menimbulkan infeksi pada organ reproduksi (Kemenkes,
2015). Mengganti pakaian dalam 2 kali sehari, tidak menggunakan
pakaian dalam yang ketat dan berbahan non sintetik. Saat menstruasi
normalnya ganti pembalut maksimal 4 jam sekali atau sesering
mungkin (Kemenkes RI, 2015).
d) Pola Istirahat Tidur
Untuk mengetahui kecukupan istirahat pasien. Istirahat sangat
diperlukan calon pengantin. Lama tidur siang hari normalnya 1 – 2
jam, malam hari yang normal adalah 6-8 jam (Sulistyawati, 2009).
Otak dan sistem tubuh dapat bekerja dalam tingkat berbeda dalam
melakukan suatu aktivitas. Tubuh memerlukan istirahat yang cukup,
artinya tidak kurang dan lebih. Ketidakseimbangan istirahat/tidur,
misalnya kurang istirahat, dapat menyebabkan tubuh mudah
terserang penyakit. Tidur/istirahat pada malam hari sangat baik
dilakukan sekitar 7- 8 jam dan istirahat siang sekitar 2 jam (Latifah,
dkk, 2002). Wanita yang tidak biasanya berolah raga harus memulai
kegiatan fisik dan intensitasnya rendah dan meningkatkan aktivitas
secara teratur. (Marmi, 2012: 127)
e) Pola Aktivitas dan Olahraga
Wanita yang tidak biasanya berolah raga harus memulai kegiatan
fisik dan intensitasnya rendah dan meningkatkan aktivitas secara
teratur. (Marmi, 2012: 127)
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
nomor PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Bab 1, Pasal 1, Ayat 8:
”Nilai Ambang Batas” yang selanjutnya disingkat NAB adalah
standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-
rata tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat diterima
tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan
kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8
jam sehari atau 40 jam seminggu.

f) Kebiasaan yang Merugikan Kesehatan.


Dikaji untuk mengetahui apakah ibu memiliki kebiasaan seperti
minum jamu, merokok, minum-minuman keras, dan obat terlarang
dan kebiasaan lainnya (Walyani, 2015). Seorang perokok pasif akan
memiliki risiko yang sama dengan perokok aktif. Hampir semua
komplikasi pada plasenta dapat ditimbulkan oleh rokok, seperti
abortus, solusio plasenta, infusiensi plasenta, plasenta previa dan
BBLR. Selain itu dapat menyebabkan dampak buruk bagi janin
antara lain SIDS (sindroma kematian bayi mendadak), penyakit paru
kronis, asma, otitis media . Konsumsi obat-obatan tertentu, kesalahan
subklinis tertentu atau defesiensi pada mekanisme intermediat pada
janinmengubah obat yang sebenarnya tiddak berbahaya menjadi
berbahaya, a[palagi pada perkembangan janin. (Marmi ,2012 : 128).

16. Riwayat Psikososial Spiritual


a) Persiapan Acara Pernikahan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno&Umami (2019)
tentang pelaksanaan bimbingan pra nikah. Adapun hasil kegiatan ini
adalah terdapat peningkatan tingkat pengetahuan calon pengantin
tentang fungsi reproduksi dan adanya kesediaan calon pengantin
untuk memeriksakan kesehatan pranikah di layanan kesehatan
setempat.
b) Persiapan Membina Rumah Tangga
Kursus pra nikah merupakan upaya pemerintah dalam menekan
tingginya angka perceraian, kekerasan dalam rumah tangga dan
problem keluarga lainnya. Tata cara pelaksanaan dan materi yang
akan disampaikan dalam kursus pra nikah telah diatur dalam
Peraturan Dirjen Bimas Islam No. DJ.491/11 tahun 2009 tentang
Kursus Calon Pengantin yang kemudian disempurnakan dengan
Peraturan Dirjen Bimas Islam No. DJ.II/542 tahun 2013 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah.
c) Persiapan Psikologis
Kondisi psikologis individu yang perlu di kaji saat premarital
psychological screening antara lain : kepercayaan diri kedua pihak
sebelum membangun sebuah keluarga, kemandirian masing-masing
calon dalam memenuhi kebutuhan hidup sahari-hari misal bekerja
atau kendaraan dan tempat tinggal pribadi, tidak lagi selalu
bergantung pada orang tua, kemampuan komunikasi antara kedua
belah pihak yang dapat membantu menyelesaikan persoalan dalam
rumah tangga serta penentuan pengambil keputusan dalam keluarga,
efek masa lalu yang belum terselesaikan harus dapat
dikomunikasikan secara terbuka antara kedua pihak. Selain itu
hubungan antara kedua pihak keluarga, seberapa jauh keluarga besar
dapat menerima atas pernikahan tersebut. (Kemenkes RI, 2013).
d) Persiapan Spiritual
e) Identitas Karakter
f) Tingkat Pengetahuan
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan pasien dan
pasangan mengenai persiapan pernikahan yang akan dilakukan.

17. Riwayat pernikahan.


Agar mengetahui riwayat pernikahan dulu dan berapa lama usia
pernikahan, alasan berpisah. Tujuannya mengetahui jumlah pasangan
sebelumnya dan hubungan dengan pasangan sebelumnya yang dapat
mempengaruhi hubungannya dengan pasangan sekarang. Ditanyakan
untuk mengetahui berapa lama pernikahan agar diketahui bagaimana
keadaan alat reproduksi internal ibu, misal dengan pernikahan yang lama
belum pernah hamil sehingga perlu penanganan khusus. . (Marmi ,2012 :
121).
2) Data Obyektif (O)
Data objektif adalah data yang diperoleh melalui observasi dan hasil
pemeriksaan, pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Varney
langkah pertama pengkajian data (Asrinah, 2010).
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan, yaitu : Baik, jika pasien
memperlihatkan respons yang baik terhadeap lingkungan dan orang
lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam
berjalan, dan dikatakan lemah, pasien dimasukkan dalam kriteria ini
jika ia kurang atau tidak memberikan respon yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk
berjalan sendiri (Sulistyawati, 2009).
b) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita
dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan
composmentis sampai dengan koma (Sulistyawati, 2009).
c) Tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah >
140/90 mmHg) (Kemenkes RI, 2013; h. 9). Menurut Walyani (2015;h
80) tekanan darah normal berkisar systole/diastole 110/80 – 120/80
mmHg.

d) Nadi
Untuk mengetahui fungsi jantung ibu, normalnya 80 – 90 x/
menit (Marmi ,2012 : 129).
e) Suhu
Digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta
membantu menentukan diagnosis penyakit. Normal antara 36,0°C –
37,0°C . (Marmi ,2012 : 130).
f) Respirasi
Bertujuan untuk menilai frekuensi pernapasan normal, irama,
kedalaman, dan tipe/pola pernapasan. Pernafasan normal antara 18-24
kali per menit (Marmi ,2012 : 130).
g) Berat Badan
Apabila klien yang datang untuk mendapat konseling prakonsepsi
mengalami amenore dan berat badannya dibawah normal, ia harus
diindikasikan untuk meningkatkan asupan kalori. Sebaliknya, apabila
ia mengalami obesitas, ia harus dianjurkan untuk mengurangi asupan
kalori supaya berat badannya turun sampai rentang normal pada saat
konsepsi, karena obesitas dalam masa kehamilan meningkatkan resiko
preeklampsia dan gangguan tromboembolisme. Wanita juga harus
dianjurkan untuk meningkatkan asupan asam folat sebesar 400 mg per
hari (Kemenkes RI, 2015).
h) Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang dapat melihat
keadaan status gizi sekaran dan keadaan yang telah lalu. Pertumbuhan
tinggi/panjang badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif
pada masalah kekurangan gizi pada waktu singkat (Anggraeni, 2012).
Salah satu cara untuk menentukan status gizi yaitu dengan
membandingkan berat badan dan tinggi badan.
IMT = BB (Kg)/ TB2 (dalam meter)
(1) Untuk Perempuan
Kurus : < 17 Kg/m2
Normal : 17 – 23 Kg/ m2
Kegemukan : 23 – 27 Kg/ m2
Obesitas : > 27 Kg/ m2
(2) Untuk Laki – Laki
Kurus : < 18 Kg/m2
Normal : 18 – 25 Kg/ m2
Kegemukan : 25 – 27 Kg/ m2
Obesitas : > 27 Kg/ m2
i) LILA
Ukuran LiLA normal yaitu >23,5cm. Jika < 23,5 cm merupakan
indikator Ibu kurang gizi sehingga beresiko untuk melahirkan BBLR.
(Marmi ,2012 : 130).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dhamayanti (2017)
tentang Hubungan Status Gizi Pada Calon Pengatin (Catin) dengan
Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Berdasarkan hasil analisis dengan
ujiexact fisher, diperoleh nilai p-value (>0,05), yaitu 0,07 hal tersebut
berarti Ha ditolak, Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan antara status gizi calon pengantin dengan kadar
hemoglobin ibu hamil.
2) Status Present
a) Kepala : Untuk mengetahui kebersihan kepala. Normalnya bentuk
mesochepal, kulit kepala bersih dan rambut tidak rontok (Mandriwati,
2008).
b) Muka : Untuk mengetahui apakah ada oedema atau tidak, cyanosis
atau tidak (Marmi, 2012 : 130).
c) Mata : Untuk mengetahui warna sklera (ikterik atau tidak, menilai
kelainan fungsi hati) dan warna konjungtiva (pucat atau cukup merah,
sebagai gambaran tentang anemia secara kasar) dan secret
(Sulistyawati, 2009).
d) Hidung : Untuk memeriksa kebersihan, dan adanya polip. Normalnya
tidak ada polip dan sekret (Sulistyawati, 2009).
e) Mulut : Saat hamil pada ibu hamil normalnya bibir tidak kering, tidak
terdapat stomatitis, gigi bersih tidak ada karies, tidak ada gigi palsu
(Saminem, 2008).
f) Telinga : Untuk mengetahui keadaan telinga, ada kotoran/serumen
atau tidak, adakah gangguan pendengaran atau tidak (Sulistyawati,
2009:175).
g) Leher : Pembengkakan kelenjar getah bening merupakan tanda adanya
infeksi pada klien. Pembengkakan vena jugularis untuk mengetahui
adanya kelainan jantung, dan kelenjar tiroid untuk menyingkirkan
penyakit Graves dan mencegah tirotoksikosis. (Marmi ,2012 : 130).
h) Dada : Normalnya simetris, denyut jantung teratur, dan tidak ada
gangguan pernapasan (Sulistyawati, 2009). Pada area payudara untuk
mengetahui ada tidak terdapat benjolan/ masa yang abnormal.
Simetris. (Marmi, 2012 : 130)
i) Abdomen : Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada tidaknya
nyeri, tekan, tidak ada bekas luka atau bekas operasi, striae. (Marmi,
2012 : 131).
j) Genetalia : Untuk mengetahui ada tidak terdapat tanda-tanda IMS
seperti bintil-bintil berisi cairan, lecet, kutil seperti jengger ayam pada
daerah vulva dan vagina. Tidak terdapat tanda-tanda keputihan
patologis (Marmi ,2012 : 131). Pada vulva mungkin didapat cairan
jernih atau sedikit berwarna putih tidak berbau, pada keadaan normal,
terdapat pengeluaran cairan tidak ada rasa gatal, luka atau perdarahan
(Walyani, 2015).
k) Punggung : Teraba lurus, tidak ada lubang atau kelainan bentuk.
l) Anus : Normalnya tidak ada haemoroid (Sulistyawati, 2009).
m)Ekstremitas : Pemeriksaan tangan dan kaki yang dikaji untuk
mengetahui adanya edema sebagai tanda awal preeklampsia dan warna
kuku yang kebiruan sebagai gejala anemia (Hani dkk, 2010; h. 92 -
93).
3) Pemeriksaan Penunjang.

a) Albumin.
Untuk menyngkirkan proteinuria (yang dapat mengindikasikan
pielonefritis atau penyakit ginjal kronis).
b) Reduksi urin.
Untuk menyingkirkan glikosuria (yang dapat dikaitkan dengan
diabetes melitus).
c) Hemoglobin
Apabila kadar Hb rendah, penyebabnya harus dipastikan dan diberikan
terapi yang tepat. Hb juga dapat dideteksi dari sampel darah.
d) Golongan darah dan rhesus.
e) HbsAg.
f) HIV/AIDS.
g) IMS (Sifilis).
h) Pemeriksaan tambahan jika diperlukan : TORCH, USG, pemeriksaan
gigi, tes sperma, tes tuberculosis.
(Kemenkes RI, 2015:8)

3) Analisa (A)

Analisa merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut


Varney langkah kedua, ketiga dan keempat, meliputi diagnosis/masalah
kebidanan, diagnosis/masalah potensial dan kebutuhan segera yang harus
diidentifikasi menurut kewenangan bidan melalui tindakan mandiri, tindakan
kolaborasi dan tindakan merujuk klien (Asrinah, 2010).

a) Diagnosis dan masalah.


Langkah ini mengidentifikasi masalah yang ada Keluhan dan masalah.
Masalah yang diidentifikasi dilakukan pencegahan , bidan diharapkan
waspada dan siap dalam menangani masalah atau kemungkinan
masalah..
b) Kebutuhan.
Masalah yang diidentifikasi dilakukan pencegahan , bidan diharapkan
waspada dan siap dalam menangani masalah atau kemungkinan
masalah, sesuai kebutuhan klien (Kemenkes RI, 2015:385)
c) Diagnosa dan masalah potensial.
Tidak ada
d) Kebutuhan tindakan segera
Tidak ada
4) Penatalaksanaan (P)

Penatalaksanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan
datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisa dan interpretasi
data. P dalam SOAP meliputi pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Helen Varney langkah kelima, keenam dan ketujuh.
Rencana asuhan dibuat sesuai dengan masalah yang ditemukan dalam
pengkajian, meliputi:

a) Jelaskan hasil pemeriksaan.


Menjelaskan hasil pemeriksaan dengan bahasa yang mudah
dimengerti sangat penting agar calon ayah dan ibu memahami
kondisinya dan dapat mengambil keputusan terkait dengan masalah
yang dihadapi
Memberitahu hasil pemeriksaan pada pasien merupakan salah satu
proses agar ibu mengetahui fungsi tubuhnya
normal/tidak(Widatiningsih, 2017). Selain itu pemberian informasi ini
merupakan kewajiban bidan terhadap pasien (Marmi, 2014).
b) Berikan KIE tentang kesehatan reproduksi, persiapan pernikahan, dan
persiapan kehamilan sesuai panduan konseling calon pengantin yang
telah ditentukan oleh Kemenkes (2015)
Menurut Hidayah (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada
hubungan kesiapan kehamilan dengan kejadian post partum blues.

Herizasyam (2016) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa


terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan Ibu dan tingkat
keterpaparan informasi dengan kesiapan Ibu menghadapi kehamilan
(P value < 0,05).
c) Meningkatkan pengetahuan pasangan tentang kesehatan reproduksi
dan prakonsepsi.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryagustina (2017)
menyatakan bahwa dengan adanya konseling mengenai infeksi
menular seksual memengaruhi tingkat pengetahuan pasien tentang
pencegahan infeksi menular seksual.
d) Anjuran untuk banyak mengkonsumsi makanan atau suplemen asam
folat untuk pranikah. Disarankan mengkonsumsi asam folat minimal 1
bulan sebelum hamil agar indung telur yang dihasilkan berkualitas.
Selain itu asam folat mampu menurunkan resiko gangguan
metabolisme DNA yang bisa saja terjadi.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Darwanty&Arini (2012)
menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kadar asam
folat dengan ukuran lingkar kepala janin (P=0,022), dan antara kadar
haemoglobin dengan ukuran lingkar kepala janin (P=0,025), besarnya
pengaruh asam folat terhadap ukuran lingkar kepala sebesar 26,7
persen dan Hb sebesar 25,8 persen. Sedangkan secara bersama-sama
folat dan Hb berpengaruh sebesar 34,4 persen.
(Kemenkes RI, 2015:10-75)

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan
    Laporan
    Dokumen50 halaman
    Laporan
    Titisheni
    Belum ada peringkat
  • Laporan
    Laporan
    Dokumen50 halaman
    Laporan
    Titisheni
    Belum ada peringkat
  • Laporan
    Laporan
    Dokumen50 halaman
    Laporan
    Titisheni
    Belum ada peringkat
  • Laporan
    Laporan
    Dokumen22 halaman
    Laporan
    Titisheni
    Belum ada peringkat
  • Laporan
    Laporan
    Dokumen50 halaman
    Laporan
    Titisheni
    Belum ada peringkat