Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

REINVIGORATING TRADITION PARADIGM

DI SUSUN OLEH :

MOH. RIZKI AZIZ (F221 18 057)

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Allah
SWT, atas rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa menyertai seluruh tugas dan
tanggung jawab sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Reinvigorating Tradition Paradigm” pada mata kuliah Arsitektur tropis
Dengan adanya makalah “Reinvigorating Tradition Paradigm” ini yaitu
tentang menghidupkan kembali paradigma tradisi, maka pembaca dapat
mempelajari salah satu jenis bangunan yang di hidupkan kembali
Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap deposan
ataupun pembaca. Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
masih banyak kekurangan serta kekeliruan dalam penulisan makalah ini baik dari
segi penyusunan kalimat maupun tata bahasanya. Untuk itu, dengan tangan
terbuka penulis menerima segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca, dan penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala dukungan
dan bantuan sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.

Palu , 11 Februari 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................i


KATA PENGANTAR ..........................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan ......................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Metode Penelitian ....................................................................................2
B. Hasil dan Pembahasan .............................................................................2
C. Respon Bangunan Terhadap Arsitektut Tropis.........................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Reinvigorating tradition berarti menyegarkan kembali tradisi, dalam
arti luas menghadirkan kembali suasana arsitektur tradisional yang dipilih
dengan bentukan dan makna yang sama dengan bentuk dan makna yang
sebenarnya.
Dalam perancangan ini dipilih arsitektur Sulawesi tengah yaitu
Bangunan Tradisional Sou Raja atau Banua Oge yang terletak di Kelurahan
Lere, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu. Objek bangunan ini sebagai sebuah
rumah tinggal dan difungsikan juga sebagai objek wisata untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai rumah tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud Reinvigorating tradition ?
b. Bangunan yang menganut Reinvigorating Tradition ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
tujuan penelitiannya adalah sebaagai berikut :
a. Untuk mengetahui pengertian Reinvigorating tradition
b. Untuk mengetahui bangunan yang termasuk dalam Reinvigorating
tradition

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

iii
A. Metode Penelitian
1. Jenis Metode Survei
a. Observasi, digunakan untuk melihat keadaan secara langsung
mengenai pembahasan dalam ruang lingkup kegiatan survei.
b. Dokumentasi, digunakan untuk memperkuat dan memperjelas bukti
fisik saat kegiatan survei berlangsung
2. Prosedur Survei
a. Tahap-tahap observasi
1) Menentukan tempat yang akan di observasi.
2) Menentukan siapa saja yang menjadi observe.
3) Menentukan data- data yang di perlukan.
4) Menentukan cara mengumpulkan data.
5) Menyediakan perlengkapan dalam proses kegiatan observasi,
seperti alat-alat tulis, kamera, dan lain-lain.
b. Tahap-tahap dokumentasi
1) Mengetahui tempat yang akan di dokumentasikan.
2) Menyediakan peralatan dokumentasi.
3) Mengatahui teknik-teknik pendokumentasian secara tepat sehingga
hasilnya maksimal.
3. Personalia yang terlibat dalam survey
Nama-nama mahasiswa yang terlibat dalam survey :
Moh. Rizki Aziz (F221 18 057)

B. Hasil dan Pembahasan


Arsitektur tropis adalah jenis gaya desain arsitektur yang merupakan
jawaban dan bentuk adaptasi bangunan terhadap kondisi iklim di suatu daerah
tropis. Iklim tropis biasanya  terletak di dekat garis khatulistiwa dan memiliki
karakter khusus yang disebabkan oleh panas matahari yang tinggi,
kelembapan dan curah hujan yang cukup tinggi, pergerakan angin, dan banyak
pengaruh lainnya.
Reinvigorating tradition berarti menyegarkan kembali tradisi, dalam
arti luas menghadirkan kembali suasana arsitektur tradisional yang dipilih
dengan bentukan dan makna yang sama dengan bentuk dan makna yang
sebenarnya.
Kriteria Reinvigorating tradition :
1. Membangkitkan/Menyegarkan Kembali Tradisi Membangkitkan
kembali keaslian dan kebijaksanaan teknik tradisional.

iii
2. Menyarankan bahwa kekaguman yang tulus untuk bahasa sehari-hari
melalui kebangkitan kembali yang tulus akan menghasilkan
pengabadian bahasa arsitektur yang mengasumsikan status keaslian
melalui memastikan kesinambungan sejarah yang dirasakan.
Arsitektur tradisional secara anatomi dapat
dibedakan dalam 3 komponen utama yaitu atap, dinding dan lantai
(termasuk tiang panggung). Tiga komponen ini mempunyai fungsi yang
berbedabeda.
Atap terdiri dari komponen utama penutup atap, rangka atap dan
ornamen. Dinding terdiri dari dinding masif dan dinding bukaan berupa
pintu atau jendela. Sedangkan kaki terdiri dari lantai, tiang kolom dan
pondasi. Wujud dari bentuk meliputi aspek material, struktur dan konstruksi.
Ditinjau dari penggunaan bahan bangunan, maka rumah tradisional
didominasi oleh material lokal yang didapat dari alam sekitar, dan sangat
sedikit yang mengunakan material industri. Bahan bangunan dari alam yang
banyak digunakan adalah kayu, baik untuk komponen struktural seperti
balok dan kolom maupun komponen nonstruktural seperti dinding, pintu,
dan lantai.
1. Komponen Atap
Atap adalah komponen bangunan yang sangat penting untuk
daerah beriklim tropis (curah hujan tinggi dan radiasi matahari sepanjang
tahun). Fungsi atap yang utama adalah memberikan perlindungan
terhadap bangunan utama yaitu: badan bangunan, dan sebagian bagian
kaki.
Gubahan bentuk geometris yang terjadi, dimaksudkan untuk
memberikan aliran air hujan dengan kemiringan yang bervariasi. Rumah
tradisional umumnya memiliki kemiringan atap yang curam karena
faktor permeabilitas yang tinggi dari material penutup atap yang
digunakan, seperti ijuk, alang-alang, sirap, dan bambu. Kemiringan atap
yang curam cenderung terdapat pada bagian utama ruang atau di atas
ruang primer, sedangkan kemiringan atap yang lebih landai biasanya
terletak di atas bagian ruang-ruang sekunder atau ruang pendukung.
Dengan kemiringan atap yang curam, maka volume ruang di bawahnya
menjadi besar dan air hujan dapat mengalir dengan cepat. Selain itu,
fungsi atap adalah sebagai insulasi termal. Bagian dalam atap dapat
difungsikan sebagai area yang
memungkinkan udara dapat mengalir masuk dengan cara membuat
bukaan pada bagian atap, atau membuat celah antara susunan atap.
Gubahan bentuk atap rumah tradisional yang umum digunakan
adalah kerucut, setengah bola, prisma, setengah oval dan segitiga pelana.
Pada atap yang berbentuk pelana, bukaan ventilasi diletakkan pada sisi

iii
ampig baik dengan model sirip, jalusi atau jendela. Ciri umum rumah
tradisional adalah mempunyai atap yang menaungi ruang sekitar
bangunan, atau bagian depan bangunan yang tidak mempunyai dinding
penuh (tritisan, teras). Ruang di bawah atap tritisan atau atap teras dapat
berfungsi sebagai ruang transisi iklim antara ruang luar dengan ruang
dalam.
Atap rumah tradisional yang tidak mempunyai lubang bukaan
atau celah, adalah rumah yang terletak di iklim yang mempunyai suhu
udara rendah seperti di pegunungan. Hal ini merupakan upaya
mempertahankan suhu hangat di dalam ruang, agar tidak mudah keluar
melalui celah-celah atap. Bentuk atap yang demikian mempunyai
ekspresi tertutup dan dominan dibanding komponen dinding dan lantai.
2. Komponen Dinding
Dinding adalah batas fisik antara ruang luar dengan ruang dalam
yang memberikan fungsi sebagai perlindungan dari kondisi lingkungan
luar termasuk kondisi iklim. Kenyamanan ruang-dalam pada bangunan
rumah tradisional sangat dipengaruhi oleh jenis dan tipe dinding.
Sebagian besar dinding pada rumah tradisonal terbuat dari kayu, kulit
kayu, atau pelepah daun. Bahan bangunan organik dari alam yang dipilih
untuk rumah tradisional, mempunyai ketahanan rambatan / transfer
panas yang baik. Ragam bahan bangunan untuk dinding memiliki
karakter dan ekspresi yang berbeda-beda. Gubahan bentuk geometris
pada dinding memiliki ekpresi bercelah, yaitu lebih bersifat meneruskan
atau memasukkan sebagian iklim mikro ruang luar ke ruang dalam
melalui celah-celah. Celah dapat terjadi dari jajaran susunan papan kayu
atau anyaman bahan bangunan.
Dinding rumah tradisional selalu memiliki elemen untuk
berinteraksi dengan lingkungan luar seperti bukaan dinding, pintu, jalusi,
dan ornamen bercelah. Elemen bukaan dan celah pada dinding menjadi
karakter dan memberikan ekspresi kesejukan. Pola denah dinding
sebagian besar berbentuk segi empat walaupun terdapat pula pola
melingkar atau oval. Dinding pada rumah tradisional juga mengenal
double skin (dua kulit). Lapisan kulit dinding pertama bersifat lebih
transparan daripada kulit dinding kedua. Contoh: kulit pertama dari
anyaman bambu yang memberi perlindungan pada susunan papan kayu.
Pada daerah dingin, dinding rumah tradisional tidak memiliki
banyak bukaan ventilasi.
3. Komponen Lantai
Lantai rumah tradisional biasanya memiliki jarak dengan muka
tanah. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh pertimbangan
higienitas, dan faktor durabilitas bahan bangunan. Lantai rumah

iii
tradisional umumnya menggunakan bahan organik, seperti kayu dan
bambu yang rawan pelapukan. Karakter susunan bahan bangunan bambu
dan kayu menyebabkan terjadinya celah antara susunannya. Lantai yang
banyak celah dan memiliki jarak yang cukup tinggi dengan tanah,
memungkinkan pergerakan udara masuk ke dalam ruangan melalui
celah-celah lantai atau sebaliknya udara dari dalam bangunan dapat
keluar melalui celah tersebut. Lantai rumah tradisional yang bercelah
biasanya terdapat pada ruang servis atau dapur yang memungkinkan
sirkulasi asap hasil pembakaran dapat keluar dengan baik. Pada daerah
beriklim dingin lantai rumah cenderung sama dengan muka tanah untuk
meminimalkan adanya celah yang memungkinkan udara dingin masuk
ke dalam rumah.
4. Komponen Ornamen
Ornamen pada rumah tradisional lebih berfungsi sebagai simbol
ideologi atau kepercayan masyarakat tradisional. Ornamen yang terdapat
pada dinding memungkinkan interaksi langsung antara ruang luar dan
ruang dalam serta dapat berfungsi sebagai lubang ventilasi udara.
Hasil Survey
Lokasi:

(Bangunan yang kami analisis yaitu Bangunan Tradisional Sou Raja atau
Banua Oge yang terletak di Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat, Kota
Palu)
Bangunan Banua Oge atau Sou Raja adalah bangunan panggung
yang memakai konstruksi dari kayu dan dengan paduan arsitektur bugis dan
kaili. Luas keseluruhan Banua Oge atau Sou Raja adalah 32x11,5 meter.
Tiang pada bangunan induk berjumlah 28 buah dan bagian dapur 8 buah.
Atapnya berbentuk piramide segitiga, bagian depan dan belakang atapnya
ditutup dengan papan yang dihiasi dengan ukiran disebut panapiri dan pada
ujung bubungan bagian depan dan belakang diletakkan mahkota berukir
disebut bangko-bangko.

iii
(Gambar: Rumah Adat Saoraja)
Relasi bangunan Saoraja terhadap kondisi iklim di Kota Palu
1. Atap

(Gambar Atap Sao Raja)


a. Material
Material yang digunakan pada atap ialah Material seng, dimana
sebelumnya menggunakan material rumbia. Material atap di ubah
dikarenakan mengikuti zaman dan salah satu faktornya ialah agar
bisa menyesuaikan dengan iklim yang ada.

b. Struktur
Struktur yang digunakan seperti biasanya ialah struktur rangka kuda-
kuda.
c. Respon Iklim

iii
Atapnya berbentuk seperti pelana yang mampu merespon iklim
tropis yaitu mampu:
1) Mengalirkan curah hujan
2) Menciptakan volume ruang atap sebagai fungsi insulasi
3) Menaungi badan bangunan
4) Mengalirkan udara melalui celah material, kisi-kisi, bukaan atap
5) Menciptakan ruang transisi luar-dalam
6) Atap berkarakter tertutup menahan keluarnya kalor.
d. Ekspresi
1) Kemiringan curam di tengah melandai di tepi
2) Bukaan kisi-kisi, jendela pada atap
3) Bentuk pelana
2. Dinding, Pintu, dan Jendela

(Gambar : pintu depan) (Gambar : jendela samping kiri


kanan)

(Gambar : jendela samping kiri kanan)


a. Material dinding pada bangunan ialah kayu
b. Struktur yang digunakan ialah rangka bidang, jepit dan paku
c. Respon iklim memberikan lubang sirkulasi udara melalui bukaan
jendela. Memungkinkan dinding bernafas (keluar masuk udara
melalui celah material). Dapat memasukkan cahaya langit untuk
penarangan ruang kamar tidur dan ruang keluarga/tamu.
d. Ekspresi dari tampilan dinding bangunan ialah dinding rapat (pola
garis/merapat), natural /organik.

3. Lantai

iii
(Gambar : lantai rumah) (Gambar : lantai teras belakang)
a. Material lantai pada bangunan ialah kayu ulin
b. Struktur yang digunakan ialah konstruksi rangka bidang
c. Respon iklim memungkin lantai bernafas (keluar masuk udara
melalui celah susunan material).
d. Ekspresi panggung, ekspresi lantai bercelah, natural, tapak dan
keras/pasif.
4. Ornamen

(Gambar : ornamen teras) (Gambar : ornamen teras)


a. Material ornamen pada bangunan ialah kayu ulin. Bidang masif
bertekstur dan berongga
b. Respon iklim mengalirkan udara dan mengontrol kecepatan udara
melalui celah-elah ornamen. Memberikan cahaya langit untuk
penerangan alami pada ruang-ruang yang mempunyai ornamen
tersebut.
c. Ekspresi simbol dari budaya adat suku gabungan.
C. Respon Bangunan Terhadap Arsitektut Tropis

iii
Respon bangunan ini terhadap arsitektur tropis ialah seperti gambar
diatas. Seperti kita ketahui bahwa bukan hanya dari material yang bisa
merespon tropis akan tetapi cara penerapan material ke bangunan tersebut.
Fungsi dari kelebihan atap pada bangunan ialah untuk melindungi radiasi
matahari langsung, air hujan dan menciptakan volume ruang dan insulasi.
Pada bagian bawah bangunan aliran udara untuk pendingan penghawaan.
Pencapain dalam analisis penghawaan dilihat dari data berikut :
1. Luar
a. Suhu : 32 c
b. kelembaban : 40.3 %
c. Cahaya : 48.013 lux
d. Kecepatan angin : 1.001.6 HPA
2. Teras
a. Suhu : 26.3 c
b. Kelembaban : 44.5 %
c. Cahaya : 28.000 Lux
d. Kecepatan angin : 1.004.9 HPA
3. Ruang Tamu dan Keluarga
a. Suhu : 24 c
b. Kelembaban : 48.2 %
c. Cahaya : 12.000 Lux
d. Kecepatan angin : 1009.8 HPA
4. Kamar Tidur
a. Suhu : 24.3 C (apabila jendela kamar tidak dibuka pada waktu siang)
b. Kelembaban : 48.0 %
c. Cahaya : 11.985 Lux
d. Kecepatan angin : 1009.8 HPA
5. Teras Tengah atau Belakang
a. Suhu : 27 c
b. Kelembaban : 37.7 %
c. Cahaya : 23.000 lux
d. Kecepatan angin : 1.001.9 HPA

iii
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari perbandingan data observasi bangunan yang kami analisis yaitu
bangunan tradisional Sou Raja atau Banua Oge yang terletak di Kelurahan
Lere, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, dengan tema reinvigoration tradition
maka dapat diambil kesimpulan bahwa bangunan tradisional Sou Raja ini
sudah sepenuhnya mengikuti konsep tema reinvigoration, seperti contohnya
bentuk dan material bangunan yang mengikuti persis seperti yang ada pada
bangunan tradisional Sou Raja aslinya.

iii
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/Documents/13660057.pdf
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/P03.%20TROPICAL%20ARCHITECTURE
%20DESIGN%20PARADIGM1.pdf
https://www.scribd.com/doc/311174641/Paradigma-Desain-Arsitektur-Tropis

iii

Anda mungkin juga menyukai